BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka"

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian dari analisa hasil kuesioner, diketahui bahwa masyarakat Indonesia menunjukkan animo pada penggunaan uang elektronik (electronic money) di Indonesia. 2. Pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, diketahui bahwa pertumbuhan rata-rata uang elektronik per-semester dari Semester I Tahun 2006 hingga Semester I Tahun 2014 adalah sebesar 26% untuk Jumlah Nilai Transaksi dan 29% untuk Jumlah Volume Transaksi. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan dan animo masyarakat Indonesia terhadap penggunaan uang elektronik (electronic money) dari semester ke semester setiap tahunnya semakin baik dan meningkat. 3. Hasil analisa dari penelitian terhadap besaran persentase market-share dari tiap-tiap Penerbit uang elektronik (electronic money) yang menyelenggarakan bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia per-akhir Tahun 2013, menunjukkan bahwa market uang elektronik (electronic money) di Indonesia dikuasai oleh sedikit (tetapi lebih dari satu) Penerbit uang elektronik (electronic money) yang memiliki market-share dengan persentase yang besar (mayoritas) tanpa satupun dari antara para Penerbit itu yang memiliki kontrol penuh (mutlak) atas market, dengan jumlah Penerbit yang masih belum banyak yaitu 17 Penerbit pada akhir Desember 2013, dan dilengkapi dengan hasil perhitungan Herfindahl-Hirschman Index (HHI) dari market- 91

2 share tersebut yang menunjukkan angka 1, yang berarti bahwa jenis persaingan yang ada pada bisnis uang elektronik di Indonesia sampai dengan akhir Desember 2013 adalah persaingan Oligopoli (Oligopoly). Selain itu, ada beberapa pengecualian khusus untuk market uang elektronik (electronic money) di Indonesia, yaitu bahwa Pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia mengawasi dan mengatur para Penerbit uang elektronik (electronic money) untuk melindungi para pengguna uang elektronik (electronic money) sehingga Entry Barrier maupun Exit Barrier bagi para Penerbit uang elektronik (electronic money) adalah besar. Dengan Herfindahl- Hirschman Index (HHI) yang menunjukkan angka 1,946.36, yang berarti bahwa bisnis uang elektronik (electronic money) masih akan membutuhkan waktu beberapa saat lagi untuk dapat mencapai Herfindahl-Hirschman Index (HHI) pada angka 1, yang merupakan ambang batas indikator untuk persaingan Kompetisi Monopolistik (Monopolistic Competition) yaitu persaingan yang lebih ketat daripada persaingan Oligopoli (Oligopoly), terlebih lagi dengan adanya pengawasan dan pengaturan dari Bank Indonesia, sehingga untuk saat ini persaingan pada bisnis uang elektronik (electronic money) akan tetap terjaga pada persaingan Oligopoli (Oligopoly). 4. Hasil analisa 5 Forces Porter yang menunjukkan bahwa: 1) Karakter saat ini untuk ancaman masuknya Pendatang Baru (Threat of New Entrants) dibandingkan dengan Trend Masa Depan menunjukkan adanya penurunan dari angka 2.17 pada Karakter Saat Ini menjadi angka 2.00 pada Trend Masa Depan, yang berarti bahwa ancaman untuk masuknya Pendatang Baru di masa mendatang akan berkurang. Hal ini disebabkan karena untuk dapat bersaing 92

3 di dalam market uang elektronik (electronic money), produk maupun layanan uang elektronik (electronic money) yang disiapkan oleh Pendatang Baru haruslah dalam skala besar (Skala Ekonomi) dan memiliki modal yang cukup kuat, agar Pendatang Baru tersebut tidak mengalami cost disadvantage. Kemudian, adanya perlindungan dari Pemerintah melalui Bank Indonesia bagi penyelenggara (Penerbit) uang elektronik (electronic money) yang telah ada, serta persyaratan yang semakin sempurna yang dipersiapkan oleh Pemerintah melalui Bank Indonesia (Entry Barrier dan Exit Barrier yang tinggi) akan membuat ancaman masuknya Pendatang Baru menjadi berkurang. Sementara itu, perihal kurangnya pengalaman para Pendatang Baru pada bisnis uang elektronik (electronic money), dan kesetiaan dari pelanggan kepada merek tertentu (Brand Loyalty), tidak membuat ancaman masuk Pendatang Baru berkurang, bahkan sebaliknya Pendatang Baru akan berusaha keras mencari cara untuk bisa menguasai jaringan (network externalities) agar bisa membuat para pelanggan lama untuk mudah berpindah kepadanya. Namun secara keseluruhan, ancaman pada komponen masuknya Pendatang Baru di masa mendatang akan berkurang. 2) Dengan adanya Exit Barrier yang tinggi, Diferensiasi Produk dari Pendatang Baru dengan tujuan untuk dapat mengambil market-share dari pemain lama, switching cost yang murah untuk menarik pelanggan pindah ke penyelenggara uang elektronik (electronic money) yang berbeda, serta berbagai usaha dan inovasi dari para penyelenggara uang elektronik (electronic money) untuk dapat memperoleh dan mempertahankan market-share secara berkesinambungan melalui Keunggulan Kompetitif dengan tujuan agar tidak dapat ditiru oleh penyelenggara 93

4 uang elektronik (electronic money) lainnya, akan meningkatkan ancaman pada komponen Persaingan antara Perusahaan-Perusahaan Dalam Industri Sejenis (Rivalry among Existing Firms). Meskipun pengawasan dan pengendalian dari Bank Indonesia telah mengurangi ancaman pada komponen Persaingan antara Perusahaan-Perusahaan Dalam Industri Sejenis (Rivalry among Existing Firms) melalui pembatasan pemberian perijinan Penerbit uang elektronik (electronic money), namun hal ini tidak dapat mereduksi secara signifikan ancaman pada komponen Persaingan antara Perusahaan-Perusahaan Dalam Industri Sejenis (Rivalry among Existing Firms) secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari meningkatnya ancaman pada Trend Masa Depan yang menunjukkan angka 2.20, dibandingkan dengan ancaman pada Karakter Saat Ini yang menunjukkan angka 1.80, karena besarnya hambatan bagi para penyelenggara untuk dapat meninggalkan bisnis uang elektronik (electronic money) yang disebabkan oleh adanya pengawasan dan pengendalian dari Bank Indonesia terhadap kesinambungan bisnis (business sustainability) serta pertanggung-jawaban (liability) para penyelenggara uang elektronik (electronic money) di Indonesia atas pengelolaan uang elektronik (electronic money) yang telah mereka terbitkan kepada para pengguna, maka akan menyebabkan semakin kerasnya persaingan diantara para penyelenggara uang elektronik (electronic money) di Indonesia. 3) Dari antara beberapa sub-komponen pada komponen ancaman dari Produk Pengganti (Threat of Substitute Products and Services) uang elektronik, yaitu Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), price-value characteristics dari Produk Pengganti adalah merupakan sub-komponen yang menunjukkan 94

5 peningkatan ancaman pada Trend Masa Depan terhadap Karakter Saat Ini yang disebabkan oleh beberapa hal, misalnya untuk uang elektronik yang tidak terdaftar (unregistered) apabila hilang maka nilai uang yang terkandung di dalamnya akan hilang dan tidak dapat dikembalikan kepada pemilik awal dari uang elektronik tersebut. Namun untuk uang elektronik yang terdaftar (registered) akan sama hal nya seperti Alat Pembayaran Menggunakan Kartu lainnya (APMK) yang terdaftar (registered) sehingga sisa nilai uang yang terkandung di dalamnya dapat dikembalikan kepada pemilik uang tersebut dengan cara dibuatkan media/kartu yang baru dan kemudian media/kartu tersebut diisi dengan data sisa nilai uang yang terkandung di dalam kartu lama berdasarkan catatan transaksi terakhir yang terekam pada server sebelum kartu lama tersebut hilang. Kemudian, sejalan dengan perkembangan teknologi, Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) di masa mendatang akan mengalami perkembangan dengan dikembangkannya kemungkinan penggunaan virtual card dari Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) untuk bertransaksi, sehingga dapat menyaingi uang elektronik (electronic money). Selain daripada sub-komponen yang diuraikan di atas, sub-komponen lainnya tidak menunjukkan peningkatan ancaman untuk Trend Masa Depan, malah sebaliknya ancaman untuk Trend Masa Depan mengalami reduksi/penurunan, seperti misalnya untuk price-elasticity (elastisitas harga) dari produk pengganti (produk substitusi) yaitu Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), price-elasticity (elastisitas harga) dari produk pelengkap / produk komplimenter yaitu produk koneksi jaringan internet dan koneksi jaringan telepon seluler, ketersediaan dari produk pelengkap / produk 95

6 komplimenter di market, price-value characteristics dari produk pelengkap / produk komplimenter, sehingga secara keseluruhan, ancaman pada Karakter Saat Ini yang menunjukkan angka 2.00 dibandingkan dengan ancaman untuk Trend Masa Depan yang menunjukkan angka ) Pangsa pembeli yang tidak besar, maupun pembelian dalam jumlah yang tidak terlalu banyak pada saat ini, kurang dapat meningkatkan kekuatan tawar menawar pembeli pada industri uang elektronik (electronic money), namun di masa depan meningkatnya pangsa pembeli maupun meningkatnya jumlah pembelian akan meningkatkan ancaman pada Trend Masa Depan. Akan tetapi sebaliknya, kekuatan tawar menawar pembeli (Bargaining Power of Buyers) yang dipengaruhi oleh kecilnya peluang pembeli untuk melakukan integrasi ke belakang saat ini dan semakin kecil di masa depan, menyebabkan semakin kecilnya ancaman pada Trend Masa Depan, dibandingkan dengan ancaman pada Karakter Saat ini. Sementara itu, untuk sub-komponen sensitifitas harga dari pembeli, maupun sub-komponen banyaknya produk substitusi di market tidak menunjukkan peningkatan maupun penurunan ancaman pada Karakter Saat Kini maupun untuk Trend Masa Depan. Hal ini disebabkan oleh adanya peraturan dari Bank Indonesia yang mengatur penetapan harga dari produk uang elektronik (electronic money) sehingga harga akan terkendali dan ancaman tidak akan mengalami perubahan. Sedangkan pembeli akan semakin cerdas dalam memilih produk yang memiliki kualitas baik dan harga yang murah, sehingga meskipun produk substitusi / produk pengganti di market cukup banyak, namun dengan adanya peraturan Bank Indonesia yang mengatur penetapan harga dari produk 96

7 uang elektronik (electronic money) serta perkembangan fitur-fitur uang elektronik (electronic money) yang semakin menarik, maka ancaman tidak akan mengalami perubahan, dan akan tetap sama pada Karakter Saat Kini maupun untuk Trend Masa Depan. Secara keseluruhan, kekuatan tawar menawar pembeli pada industri uang elektronik (electronic money) akan tetap sama, yaitu untuk Karakter Saat Kini maupun Trend Masa Depan tetap menunjukkan angka ) Tidak banyaknya pemasok uang elektronik pada saat ini, menyebabkan kekuatan tawar menawar pemasok yang cukup besar di dalam industri uang elektronik (electronic money) saat ini. Namun sejalan dengan bertambahnya pengguna uang elektronik, akan menyebabkan semakin menariknya bisnis uang elektronik, sehingga hal ini akan mengundang semakin banyaknya pemasok pada industri uang elektronik, yang akan kekuatan tawar menawar pemasok uang elektronik di Indonesia menjadi berkurang, sehingga menyebabkan ancaman dari kekuatan tawar menawar pemasok menjadi semakin kecil pada Trend Masa Depan. Hanya satu sub-komponen yang dapat menyebabkan meningkatnya ancaman pada komponen kekuatan tawar menawar pemasok, yaitu sub-komponen integrasi ke depan oleh pemasok. Hal ini disebabkan karena semakin menariknya bisnis uang elektronik, sehingga pada Trend Masa Depan pemasok pun akan tertarik untuk melakukan integrasi ke depan (vertikal) untuk meningkatkan market share nya. Namun secara keseluruhan, ancaman pada kekuatan tawar menawar pemasok menunjukkan berkurangnya ancaman pada Trend Masa Depan, yang menunjukkan angka 1.43, dibandingkan dengan ancaman pada Karakter Masa Kini yang menunjukkan angka

8 5. Dari keempat kesimpulan di atas, diperoleh kesimpulan secara menyeluruh bahwa: 1) Bisnis uang elektronik di Indonesia adalah menarik, dan 2) Berdasarkan struktur industri dan persaingan yang ada pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, ada kesempatan untuk melakukan bisnis uang elektronik di Indonesia, karena jenis persaingannya adalah Oligopoli (Oligopoly) dengan Herfindahl-Hirschman Index (HHI) yang menunjukkan angka 1,946.36, yang berarti bahwa bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia masih akan membutuhkan waktu beberapa saat lagi untuk dapat mencapai Herfindahl- Hirschman Index (HHI) pada angka 1, yang merupakan ambang batas indikator untuk persaingan Kompetisi Monopolistik (Monopolistic Competition) yaitu persaingan yang lebih ketat daripada persaingan Oligopoli (Oligopoly). 5.2 Saran Dari hasil analisa dan kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia adalah menarik, sehingga bagi perusahaan-perusahaan/investor yang tertarik untuk berpartisipasi pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, agar segera berusaha untuk ikut serta masuk ke dalam bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, karena akan semakin banyak investor yang akan berusaha untuk dapat berpartisipasi sebagai Penerbit uang elektronik (electronic money) di masa mendatang, namun Bank Indonesia akan menggunakan Peraturan Bank Indonesia dalam melakukan seleksi pemberian ijin sebagai Penerbit uang elektronik (electronic money) untuk dapat 98

9 mengendalikan persaingan diantara para Penerbit uang elektronik (electronic money) di Indonesia yang saat ini berada pada jenis persaingan Oligopoli (Oligopoly). 2. Berdasarkan struktur industri dan persaingan yang ada pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, dimana jenis persaingannya adalah Oligopoli (Oligopoly) dengan Herfindahl-Hirschman Index (HHI) yang menunjukkan angka 1,946.36, maka ada kesempatan untuk dapat melakukan bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia sebelum Herfindahl-Hirschman Index (HHI) mencapai angka 1, yang merupakan ambang batas indikator untuk persaingan Kompetisi Monopolistik (Monopolistic Competition) yaitu persaingan yang lebih ketat daripada persaingan Oligopoli (Oligopoly), maka penulis menyarankan agar perusahaan-perusahaan/investor yang tertarik untuk berpartisipasi pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia untuk segera memanfaatkan kesempatan tersebut, dan mengambil advantage dari kesempatan tersebut sebelum kesempatan tersebut berkurang/hilang karena berubahnya variabel yang mempengaruhi munculnya kesempatan tersebut, misalnya: bertambahnya jumlah Penerbit uang elektronik (electronic money) yang memiliki market share yang besar sehingga akan berpotensi untuk merubah jenis persaingan dari Oligopoli (Oligopoly) menjadi Kompetisi Monopolistik (Monopolistic Competition) apabila ada perubahan kebijaksanaan dari pihak Bank Indonesia di masa mendatang, ataupun adanya perubahan dari ancaman yang muncul pada salah satu atau beberapa komponen 5 Forces Porter sehingga akan menyebabkan semakin besarnya ancaman pada Trend Masa Depan dari hasil analisa 5 Forces Porter secara keseluruhan. 99

10 3. Bagi perusahaan-perusahaan/investor yang tertarik untuk berpartisipasi pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, agar segera melakukan persiapanpersiapan yang mendukung aktivitas sebagai Penerbit uang elektronik (electronic money) di Indonesia, seperti misalnya: a. Melakukan persiapan kerja-sama dengan berbagai pihak, terkait kelancaran kegiatan/aktivitas untuk menjadi Penerbit uang elektronik (electronic money) di Indonesia, b. Melakukan persiapan untuk penyusunan strategi selanjutnya, termasuk strategi marketing dalam menghadapi para pesaing (para Penerbit uang elektronik (electronic money) lainnya di Indonesia) baik yang lama maupun yang akan muncul. 4. Berdasarkan Dess, et all (2008) dan Thompson, et all (2012), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, yaitu dengan cara: a. Akuisisi dan merger, merupakan salah satu cara untuk masuk ke dalam sebuah bisnis baru, dengan jalan membeli sebuah perusahaan yang sudah menjalankan bisnis tersebut (yang disebut dengan Akuisisi), dan menggabungkannya dengan perusahaan induk yaitu perusahaan yang membelinya (yang disebut dengan merger). Mengakuisisi, dan melakukan merger dengan perusahaan yang telah memiliki ijin sebagai Penerbit uang elektronik (electronic money) di Indonesia dan sedang menjalankan bisnis uang elektronik (electronic money) tersebut adalah cara yang paling populer dan tercepat yang dapat dilakukan untuk segera memulai bisnis uang 100

11 elektronik (electronic money) di Indonesia. Cara ini adalah sangat efektif untuk mengatasi hambatan-hambatan pada entry barrier untuk memulai bisnis uang elektronik (electronic money) jika dibandingkan dengan cara Pengembangan Internal (Internal Development), seperti penguasaan teknologi know-how, membangun hubungan dengan supplier, serta berbagai biaya iklan dan promosi untuk produk uang elektronik (electronic money) tersebut, dan hambatan-hambatan lainnya. Dengan cara ini, perusahaan yang mengakuisisi dan me-merger akan memiliki kontrol penuh terhadap perusahaan yang diakuisisinya. Tentu saja biaya untuk mengakuisisi dan me-merger tidaklah murah, karena biaya tersebut bukan hanya biaya akuisisi dan merger semata, akan tetapi juga mencakup biaya negosiasi dan pelunasan biaya transaksi pembelian, serta biaya untuk mengintegrasikan bisnis uang elektronik (electronic money) ke dalam portfolio perusahaan yang mengakuisisi dan memerger. b. Joint Venture. Joint Venture adalah membangun suatu bisnis baru yang dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih. Joint Venture digunakan untuk masuk ke dalam suatu bisnis baru apabila bisnis tersebut sangat beresiko jika dimasuki oleh hanya satu perusahaan, tidak ekonomis, ataupun kesempatan yang ada sangatlah kompleks dan sulit untuk dicapai. Joint Venture juga digunakan apabila kesempatan yang ada pada bisnis baru tersebut memerlukan kompetensi dan know-how yang sangat luas dan bervariasi yang tidak dapat dipenuhi oleh hanya satu perusahaan saja. Selain itu, Joint Venture sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan 101

12 diversifikasi pada bisnis baru di luar negeri, dimana pemerintah dari negara tersebut mensyaratkan perusahaan asing yang beroperasi di negaranya harus memiliki partner lokal dengan kepemilikan minoritas (jika tidak mayoritas) pada bisnis tersebut. Namun Joint Venture (begitu pula halnya dengan Aliansi Strategis/Strategic Alliance, maupun Aliansi Kolaboratif/Collaborative Alliance) bukanlah pilihan terbaik untuk masuk di dalam suatu bisnis baru, karena adanya potensi muncul konflik dan ketidak-cocokan dari para perusahaan pemilik (pemegang saham) mengenai pengontrolan Joint Venture tersebut di kemudian hari, karena masing-masing perusahaan pemilik (pemegang saham) merasa memiliki kepentingan atas Joint Venture tersebut. Dalam hal bisnis uang elektronik (electronic money), pemerintah Indonesia mensyaratkan bahwa kepemilikan bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia haruslah 100% lokal, tanpa ada kepemilikan perusahaan asing di dalamnya. c. Pengembangan Internal (Internal Development). Pengembangan Internal (Internal Development) untuk membangun suatu bisnis baru dari bawah, telah menjadi suatu hal yang penting bagi suatu perusahaan dalam melakukan diversifikasi, akan tetapi bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Meskipun membangun suatu bisnis baru dari nol, membutuhkan waktu yang lama serta proses yang tidak pasti, namun dapat menghindari permasalahanpermasalahan yang ada pada cara masuk bisnis baru melalui Akuisisi (atau merger), dan pada akhirnya akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada perusahaan dibandingkan dengan pada cara masuk bisnis baru yang 102

13 lainnya. Pada Pengembangan Internal (Internal Development) ini, perusahaan harus mampu mengatasi semua entry barrier yang ada, serta harus mampu melakukan investasi pada source of supply, rekrutmen dan training karyawan, membangun channel distribusi, menjamin kapasitas produksi, meningkatkan pertumbuhan customer base, dan lainnya, dimana hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan cepat. Pengembangan Internal (Internal Development) akan sangat tepat dilakukan: jika perusahaan telah memiliki semua atau sebagian besar skill dan resources yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam bisnis baru tersebut sehingga akan dapat bersaing secara efektif, jika terdapat cukup waktu untuk melakukan Pengembangan Internal (Internal Development) sampai dengan melakukan launching bisnis baru tersebut, jika biaya untuk masuk ke dalam bisnis baru melalui Pengembangan Internal (Internal Development) lebih murah daripada biaya masuk ke dalam bisnis baru melalui Akuisisi (atau merger), jika bisnis baru yang dituju terdiri dari banyak perusahaan-perusahaan kecil sehingga perusahaan yang akan melakukan Pengembangan Internal (Internal Development) tidak perlu berhadapan langsung dengan kompetitor yang besar dan powerful, dan jika perusahaan-perusahaan yang ada pada bisnis baru yang dituju memiliki respon yang lambat atau kurang efektif terhadap usaha dari perusahaan yang akan melakukan Pengembangan Internal (Internal Development) untuk masuk ke dalam market. Apabila perusahaanperusahaan/investor yang berminat untuk masuk ke dalam bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia memenuhi kriteria-kriteria yang 103

14 telah dijelaskan di atas, maka cara masuk ke dalam bisnis baru melalui cara Pengembangan Internal (Internal Development) dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan/investor yang berminat untuk masuk ke dalam bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, dan perusahaanperusahaan/investor tersebut dapat segera mengajukan permohonan untuk menjadi Penerbit uang elektronik (electronic money) di Indonesia. 104

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 8:34 PM No comments dada Dalam buku " Competitive Strategy " disebutkan bahwa terdapat 5 kekuatan strateri bisnis yang merupakan kerangka

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Business Plan Kerangka pikir penulis untuk model bisnis ini terdiri dari delapan langkah yaitu diantaranya berupa : 1. Identifikasi business model saat ini : dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Strategic Strategy dalam sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk mengembangkan bisnis, menarik dan melayani

Lebih terperinci

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS Prentice Hall, 2002 8-1 PENTINGNYA MANAJEMEN STRATEGIS APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN STRATEGIS? Sekumpulnan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia juga semakin banyak. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya perusahaan besar dan kecil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion 40 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Market Assessment SWOT Porter s Five Forces Marketing Strategy Business Plan Conclusion Gambar 3.1 Kerangka Pikir 41 3.2. Penjelasan Kerangka Pikir Pertama-tama,

Lebih terperinci

2 Sistem Informasi untuk Keunggulan Strategis

2 Sistem Informasi untuk Keunggulan Strategis Information System Strategic Design 2 Sistem Informasi untuk Keunggulan Strategis Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com Pengertian Sistem Informasi dapat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI BAB 3 ANALISIS INDUSTRI Analisa lingkungan mikro merupakan suatu analisa untuk mengetahui kekuatan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu industri. Dengan menganalisa lingkungan mikro, kita bisa

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS TOKO FAJAR BARU

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS TOKO FAJAR BARU Volume 5. No : 3, 2017 1 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS TOKO FAJAR BARU Pricillia Wanandi Program Studi Manajemen Bisnis, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131, Surabaya E-mail: shiel_pricillia@yahoo.com

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication 2

Integrated Marketing Communication 2 Modul ke: 03Fakultas Eppstian Fakultas Ilmu Komunikasi Integrated Marketing Communication 2 Analisis Situasi Pasar dengan Model Michael Porter, GE Matrix, dan Product Life Cycle (PLC) Syah As ari, M.Si

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Properti Properti berasal dari bahasa Latin yaitu proprietas atau berarti kepemilikan, dan merujuk pada satu atau lebih entitas yang dimiliki seseorang atau badan organisasi, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Business Model Menurut Alan Afuah business model adalah kumpulan aktivitas yang telah dilakukan sebuah perusahaan, bagaimana hal tersebut dilakukan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan yang sangat pesat saat ini. Setiap perusahaan bersaing untuk memberikan yang terbaik agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 RUMAH Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Rumah biasanya digunakan manusia sebagai tempat berlindung dari panas matahari dan hujan. Selain

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang menyalurkan dana masyarakat dan menginvestasikan kembali dana tersebut untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

Analisis Industri Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk

Analisis Industri Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk Industrial Competitive Analysis Dosen: Drs Ahmad Jamli, MA Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk Kelompok 2: Candra WP Dwi Joko PWA Eri Ardono S PT XL Axiata, Tbk Pada tahun 1996, XL mulai beroperasi secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Strategi Pemasaran Selain perencanaan, suatu perusahaan memerlukan pemasaran yang efektif untuk mencapai sasaran dan tujuan. Pemasaran yang efektif meliputi kombinasi dari elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PERENCANAAN PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA Langkah pertama dalam melakukan penelitan adalah dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan menentukan tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Liquefied Petroleum Gas (LPG) LPG adalah singkatan dari Liquefied Petroleum Gas yang di Iindonesia (oleh PERTAMINA) diproduksi /dipasarkan dengan nama dagang Elpiji. Elpiji umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang dilihat dari pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015 terhadap triwulan-i 2014

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

Teori Perdagangan Internasional

Teori Perdagangan Internasional Teori Perdagangan Internasional Teori Keunggulan Kompetitif Michael Porter 1990 Tugas Mata Kuliah Sistem Jaringan Bisnis Internasional Dosen : Dr. Teddy Oswari Oleh : Ifadah Amalia (92210047) Suko Retno

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Produk Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan penyajiannya (Kotler, 2001:126). Produk adalah suatu sifat yang kompleks

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Keuangan Metode analisis keuangan yang digunakan dalam pengukuran pngembalian investasi bisnis SPBG adalah sebagai berikut : a. Sensitivity Analysis Pada perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan inovasi-inovasi baru hampir diseluruh sektor perekonomian. Perkembangan sistem pembayaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Industri Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Yield Management Internet telah menyebabkan banyak perusahaan untuk mempertimbangkan kembali model bisnis mereka saat ini dan mengevaluasi bagaimana untuk menangkap potensi pendapatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dijabarkan berbagai kesimpulan yang didapat. Dari kuesioner yang diadakan, bisa ditarik

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 : ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI

PERTEMUAN 9 : ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI PERTEMUAN 9 : ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Memahami dan menjelaskan tentang ancaman masuk pendatang baru dan persaingan

Lebih terperinci

MINGGU#3. Sistem Informasi, Organisasi, dan Strategi

MINGGU#3. Sistem Informasi, Organisasi, dan Strategi MINGGU#3 SIM Pokok Bahasan: Sistem Informasi, Organisasi, dan Strategi Tujuan Instruksional Khusus: Referensi: 1. Bab 3 : Kenneth C.Laudon & Jane P.Laudon, Management Information System, 13 rd edition,

Lebih terperinci

ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI. Lecture Note : Ir. M. Yamin Siregar, MM

ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI. Lecture Note : Ir. M. Yamin Siregar, MM ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI Lecture Note : Ir. M. Yamin Siregar, MM Analisis Lingkungan Industri Five Competitive Forces by Michael E. Porter (Model 5 Kekuatan Persaingan) Porter s Five Competitive Forces/Model

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Pemikiran Konseptual Pemikiran konseptual pada penelitian ini didasarkan pada pencarian dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh Jatis Mobile dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

Strategi Industri Perusahaan PT Sidomuncul Tbk Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan

Strategi Industri Perusahaan PT Sidomuncul Tbk Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan Strategi Industri Perusahaan PT Sidomuncul Tbk Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan Disusun oleh: Febby Citra Lestari Anisa Putri Islami Shella Fadhila PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Lebih terperinci

2.1.2 SEO (Search Engine Optimization)

2.1.2 SEO (Search Engine Optimization) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori- Teori Umum 2.1.1 Marketing Menurut (David, 2011, hal. 103), David, Fred R. (2011). Strategic Management : Concept and Cases 13th Edition. marketing dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PELUANG YANG KOMPETITIF. Pertemuan 03 3 SKS

STRATEGI DAN PELUANG YANG KOMPETITIF. Pertemuan 03 3 SKS Materi 1. Era Informasi 2. Strategi dan Peluang Yang Kompetitif 3. Database dan Database Warehouse 4. Desain Database 5. Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas 6. E-Commerce STRATEGI DAN PELUANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:22), manajemen adalah proses pengkoordinasian dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar terselesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia menjadikan negeri ini

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia menjadikan negeri ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia menjadikan negeri ini sebagai tujuan dari investasi para investor baik yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri. Hampir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keunggulan Bersaing Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era suatu negara unggul terhadap negara lain karena memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini terdapat 73 Manajer Investasi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan, yang memberikan jasa manajemen investasi kepada investornya, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern

BAB I PENDAHULUAN. ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam menganalisa, kami menggunakan data dengan pengumpulan menggunakan teknik sebagai berikut : a. Wawancara Dengan cara ini, penulis melakukan tanya jawab dengan bagian

Lebih terperinci

serta kemampuan membangun volume sales yang banyak - Kemampuan menciptakan switching cost yang mengikat konsumen

serta kemampuan membangun volume sales yang banyak - Kemampuan menciptakan switching cost yang mengikat konsumen Hal Hal yang harus diperhatikan ketika akan ekspansi internasional: o Pasar mana yang harus dimasuki - Bergantung pada profit potensial jangka panjang yang mampu pasar itu berikan. Pasar yang Pasar kurang

Lebih terperinci

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA P E R T E M U A N 6 N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M MONOPOLI Bahasa Yunani monos polein artinya menjual sendiri Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR. 1. Menurut segi fisiknya, pasar dapat dibedakan menjadi beberapa macam, di

STRUKTUR PASAR. 1. Menurut segi fisiknya, pasar dapat dibedakan menjadi beberapa macam, di STRUKTUR PASAR 1.1 Pengertian Pasar Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan

Lebih terperinci

Persaingan Usaha dan Konsolidasi Industri. Oleh : Agus Priyanto, M.Kom

Persaingan Usaha dan Konsolidasi Industri. Oleh : Agus Priyanto, M.Kom Persaingan Usaha dan Konsolidasi Industri Oleh : Agus Priyanto, M.Kom Perangkat Regulasi Pendukung Konsep dasar persaingan telekomunikasi Perilaku Pasar Indikator perilaku pasar adalah penetapan harga,

Lebih terperinci

PORTER 5 FORCES. Analisis potensi..., Dian Lestari, FT UI, 2007

PORTER 5 FORCES. Analisis potensi..., Dian Lestari, FT UI, 2007 BAB 3. PORTER 5 FORCES Pemodelan Porter 5 Forces dikembangkan pertama kali oleh Michael Porter. Porter 5 Forces adalah tool yang digunakan untuk menganalisis bagaimana lingkungan yang kompetitif akan berpengaruh

Lebih terperinci

IMC 2. Analisa Situasi Pasar : Porter, GE Matrix, Past performance. Berliani Ardha, SE, M.Si. Red tulips are associated with love.

IMC 2. Analisa Situasi Pasar : Porter, GE Matrix, Past performance. Berliani Ardha, SE, M.Si. Red tulips are associated with love. Modul ke: IMC 2 Analisa Situasi Pasar : Porter, GE Matrix, Past performance Fakultas Komunikasi Program Studi Advertising & Marketing communication Berliani Ardha, SE, M.Si Red tulips are associated with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistematika penelitian yang akan menggambarkan beberapa informasi awal tentang

BAB I PENDAHULUAN. sistematika penelitian yang akan menggambarkan beberapa informasi awal tentang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan yang akan memaparkan tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian yang akan

Lebih terperinci

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM Mata Kuliah Modul ke: - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Analisis Situasional Apa yang

Lebih terperinci

Analisis Struktur Industri Bisnis Uang Elektronik (Electronic Money) di Indonesia

Analisis Struktur Industri Bisnis Uang Elektronik (Electronic Money) di Indonesia Analisis Struktur Industri Bisnis Uang Elektronik (Electronic Money) di Indonesia BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang elektronik (electronic money) telah diselenggarakan di negara-negara maju, baik

Lebih terperinci

BERHADAPAN DENGAN PERSAINGAN

BERHADAPAN DENGAN PERSAINGAN BERHADAPAN DENAN PERSAINAN PowerPoint by Milton M. Pressley University of New Orleans 10-1 Tujuan Pengajaran: 1. Mengetahui siapa pesaing utama satu perusahaan 2. Mengetahui bagaimana memastikan strategi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang demikian cepat membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat dan terjadi di semua sektor ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih sekarang ini mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia menghadapi persaingan yang cukup berat. Perusahaan harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

Analisis industri..., Hendry Gozali, FE UI, 2009 Universitas Indonesia

Analisis industri..., Hendry Gozali, FE UI, 2009 Universitas Indonesia 33 3.2.5. Tantangan-tantangan lain yang dihadapi PT. YZ Krisis ekonomi global yang terjadi pada awal tahun 2008 memberikan dampak terhadap industri dimana PT. YZ bersaing. Dengan adanya krisis ekonomi,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini membahas tentang : konsep strategi, manajemen strategi, analisis faktor internal dan eksternal serta

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 126 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis mendalam tentang PT. Asuransi Wahana Tata serta melakukan perhitungan terhadap setiap aspek yang berkaitan dengan pengembangan strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Ritel Ritel adalah sebuah rangkaian dari kegiatan usaha yang dapat memberikan nilai tambah pada produk dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk kepentingan pribadi

Lebih terperinci

BAB 2 VALUE PROPOSITION

BAB 2 VALUE PROPOSITION BAB 2 VALUE PROPOSITION 2.1 ANALISA MARKET Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan yang tinggi, namun tidak diimbangi dengan jumlah lahan yang memadai untuk dijadikan tempat tinggal. Contohnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini dunia dipenuhi dengan tumbuh pesatnya industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya kebutuhan akan informasi

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI PERKEMBANGAN TI TERHADAP ORGANISASI

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI PERKEMBANGAN TI TERHADAP ORGANISASI MAKALAH PERILAKU ORGANISASI PERKEMBANGAN TI TERHADAP ORGANISASI DI SUSUN OLEH NAMA : NURUL AULIAH NIM : 14121003 KELAS : Pagi/21 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. analisis lingkungan eksternal industri peyiaran televisi FTA analog terrestrial di

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. analisis lingkungan eksternal industri peyiaran televisi FTA analog terrestrial di BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan Dari hasil evaluasi strategi dan analisis lingkungan internal inewstv serta analisis lingkungan eksternal industri peyiaran televisi FTA analog terrestrial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang baik bukanlah sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang baik bukanlah sekedar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkomunikasi merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang baik bukanlah sekedar gagasan atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari data dan analisis yang dilakukan berikut kesimpulan penelitian ini:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari data dan analisis yang dilakukan berikut kesimpulan penelitian ini: BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Dari data dan analisis yang dilakukan berikut kesimpulan penelitian ini: 1. Pasar semen di Indonesia mengalami pergeseran struktur dari oligopoli menuju

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI E-BISNIS

SISTEM INFORMASI E-BISNIS SISTEM INFORMASI E-BISNIS SISTEM INFORMASI E-BUSINESS Tanpa dukungan Sistem Informasi yang tangguh, model E-Business sulit diwujudkan. Sistem Informasi akan membantu mengintegrasikan data, mempercepat

Lebih terperinci

BUSINESS MODEL CREATION FUTURE OF MOTORCYCLE RIDING WITH FASHION, SAFETY & TECHNOLOGY: GLOWRISTIC JACKET

BUSINESS MODEL CREATION FUTURE OF MOTORCYCLE RIDING WITH FASHION, SAFETY & TECHNOLOGY: GLOWRISTIC JACKET BUSINESS MODEL CREATION FUTURE OF MOTORCYCLE RIDING WITH FASHION, SAFETY & TECHNOLOGY: GLOWRISTIC JACKET Alaen Bhaskara, Mitchell Budiono, Nurcahyo Kumolo, dan Ahdia Amini Laporan Teknis Jakarta, 19/01/2015

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha dalam membuka cabang baru adalah dengan melakukan penghitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB 6. Strategi Tingkat Bisnis (Business-Level Strategy) Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

BAB 6. Strategi Tingkat Bisnis (Business-Level Strategy) Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng 1-1 BAB 6. Strategi Tingkat Bisnis (Business-Level Strategy) Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng www.rudyct.com/about_me.htm Strategi Tkt Bisnis 1-2 adalah strategi bisnis yg perlu ditempuh agar perusahaan

Lebih terperinci

pada persepsi konsumen.

pada persepsi konsumen. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Menurut Brockhouse dan Wadsworth (2010:1) studi kelayakan adalah alat yang digunakan dalam proses pengembangan bisnis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Manajemen Strategik Strategi merupakan cara suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang bersifat jangka panjang dan membutuhkan komitmen dari seluruh elemen organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan munculnya produk-produk baru. Cepat atau lambat, hampir semua produk yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. dan munculnya produk-produk baru. Cepat atau lambat, hampir semua produk yang ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir tidak ada perusahaan yang dapat luput dari pengaruh kemajuan teknologi dan munculnya produk-produk baru. Cepat atau lambat, hampir semua produk yang ada sekarang

Lebih terperinci

Business strategic corner April 2008

Business strategic corner April 2008 Redefinisi Makna Persaingan Usaha Ibnu Edy Wiyono 1 Abstract A comprehensive business strategic formulation is necessary for a company to win or to survive in getting-tougher business competition. A company

Lebih terperinci

STRATEGI PENETRASI PASAR

STRATEGI PENETRASI PASAR STRATEGI PENETRASI PASAR Adalah suatu strategi untuk meningkatkan penjualan atas produknya, dan pasar yang telah tersedia melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih agresif Atau usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian kualitatif yang telah dilakukan serta analisa pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa: a. Strategi positioning televisi berita telah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk menjawab tujuan pembelajaran studi kasus ini, yaitu :

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk menjawab tujuan pembelajaran studi kasus ini, yaitu : BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk menjawab tujuan pembelajaran studi kasus ini, yaitu : 1. Mengenai situasi kompetisi dalam

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha Rumah Durian Harum yang terletak di daerah Kalimalang, Jakarta Timur ini memiliki beberapa konsep

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Universitas Bina Nusantara Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 Semester Ganjil tahun 2006/2007 Yuyun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat pengguna telepon genggam atau handphone. Fenomena yang muncul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat pengguna telepon genggam atau handphone. Fenomena yang muncul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan alat komunikasi telepon genggam saat ini telah mengalami peningkatan yang sangat tajam. Ada beberapa perusahaan operator telepon genggam yang menawarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Porter s Competitive Forces Gambar 2.1 : Porter s Competitive Forces Pada suatu waktu salah satu atau lebih dari kekuatan ini akan menggunakan tekanan-tekanan tertentu kepada

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS LINGKUNGAN

BAB II ANALISIS LINGKUNGAN BAB II ANALISIS LINGKUNGAN Tujuan Analisis Lingkungan : untuk menilai lingkungan organisasi secara keseluruhan. Baik faktor-faktor yang berada diluar organisasi maupun yang berada didalam organisasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA Oleh: Endi Rekarti & Mafizatun Nurhayati 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

STRATEGIC MANAGEMENT GENERAL MOTORS: FROM BIRTH TO BANKRUPTCY 2009

STRATEGIC MANAGEMENT GENERAL MOTORS: FROM BIRTH TO BANKRUPTCY 2009 STRATEGIC MANAGEMENT GENERAL MOTORS: FROM BIRTH TO BANKRUPTCY 2009 (Source: Essentials of Strategic Management-Hill & Jones, 3 rd edition, 2012, page C78-C89) Boedijono Kartolo (NIM: 01201369) Program

Lebih terperinci

Struktur Pasar dan Conduct

Struktur Pasar dan Conduct Struktur Pasar dan Conduct sayifullah Pasar? Konteks di mana para penjual dan pembeli melakukan pertukaran secara sukarela. Pasar = penawaran + permintaan. Dalam ekonomi industri, pasar = industri. 1 Permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini sangat pesat. Salah satunya pada perkembangan telekomunikasi seluler. Mobilitas serta meningkatnya

Lebih terperinci

Gambar 3.5 Framework analisis Five Forces Sumber: Pearce dan Robinson (1997)

Gambar 3.5 Framework analisis Five Forces Sumber: Pearce dan Robinson (1997) Analisis Kompetitif Model Lima Kekuatan Porter (Five Forces) Analisis ini menggunakan teori Michael Porter mengenai 5 (lima) kekuatan yang mempengaruhi posisi perusahaan dalam dunia bisnis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMASARAN : YOHAN ANDI NUGROHO NIM : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA.

MANAJEMEN PEMASARAN : YOHAN ANDI NUGROHO NIM : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. KARYA ILMIAH E-BISNIS MANAJEMEN PEMASARAN Nama disusun oleh : : YOHAN ANDI NUGROHO NIM : 08.11.1884 Kelas : S1-TI-6A SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Marketing

Lebih terperinci

Analisis Manajemen Strategi Pada produk BKP Sport

Analisis Manajemen Strategi Pada produk BKP Sport Analisis Manajemen Strategi Pada produk BKP Sport Mata Kuliah : Manajemen Strategik Dosen : Prof. Dr. Rudy C. Tarumingkeng Disusun oleh : Vicky Harseno (01-2014-093) Pito Fibriyanto (01-2014-097) Melissa

Lebih terperinci

Persaingan Usaha Pendekatan Ekonomi

Persaingan Usaha Pendekatan Ekonomi Persaingan Usaha Pendekatan Ekonomi The Wealth of Nation: Adam Smith The Invisible Hand - laissez faire (allow to do) Bagaimana pasar bekerja? Apa yang terjadi bila pasar terdistorsi? Pendapat Thomas Jefferson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis dalam industri jasa semakin meningkat di Indonesia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis dalam industri jasa semakin meningkat di Indonesia. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis dalam industri jasa semakin meningkat di Indonesia. Setiap perusahaan dituntut untuk mampu menarik calon pelanggan dan mempertahankan pelanggan yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran DAFTAR ISI Sampul Skripsi Judul Skripsi Pernyataan Bebas Plagiarisme Pengesahan Skripsi Pengesahan Ujian Skripsi Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran i ii iii iv

Lebih terperinci