HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Deddy Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil seleksi kasus terpilih sebanyak tiga ekor kucing yang didiagnosa secara PA sebagai penderita FIP, yakni kasus pertama (P/11/09) kucing mix, kasus kedua (P/36/09) Kucing Persia jantan berusia sembilan tahun, dan kasus ketiga (P/78/10) Kucing Siam jantan delapan tahun. Anamnesa yang diperoleh untuk ketiga kucing antara lain mukosa kuning atau pucat, dehidrasi, mulut berbau, hipersalivasi, anoreksia, dispneu, dan mati beberapa jam sampai dua hari setelah dirawat. Tiga sampel kasus yang didapat menunjukkan bahwa kucing yang terinfeksi berjenis kelamin jantan dan berumur antara delapan sampai sembilan tahun dengan berbagai macam ras terutama ras murni. Hal ini sesuai dengan penelitian PesteanuSomogyi (2006) bahwa identifikasi semua kucing yang terdiagnosa FIP selama lebih dari enam belas tahun menunjukkan kucing jantan dengan ras murni (purebreed) memiliki prevalensi lebih tinggi terinfeksi FIP. Abyssinian, Bengal, Birman, Himalayan, Ragdoll, dan Rex memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan ras lainnya. Namun, masih menurut PesteanuSomogyi (2006) kucing muda memiliki resiko lebih besar terkena FIP sehingga berbeda dengan umur sampel yang berumur delapan sampai sembilan tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh imunitas yang dimiliki kucing yang berusia tua sudah menurun sedangkan pada kucing muda belum terbentuk sistem imunitas yang stabil setelah antibodi maternal hilang. Catatan hasil nekropsi yang diperoleh dari setiap kucing yang dievaluasi secara umum menunjukkan bahwa pada ketiga kasus ditemukan mukosa pucat dan ikterus, pneumonia, dan hepatitis serta multifokus nekrotik pada hati. Kemudian hydrothorax dan hydropsascites pada kasus yang kedua dan ketiga, serta ditemukan pankreatitis pada kasus yang pertama dan kedua. Perubahan lain yang juga ditemukan ialah subkutis ikterus, hipertropi ventrikel kiri, dilatasi ventrikel kanan, endokarditis, nefritis, enteritis, serositis, gastroenteritis, splenitis, serta vasa injectio otak. Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pengamatan patologi anatomi menunjukkan ketiga kucing terinfeksi FIP.
2 Ikterus atau jaundice yang terjadi pada ketiga kasus disebabkan meningkatnya kadar bilirubin pada darah atau dapat disebut dengan hiperbilirubinemia. Konsentrasi bilirubin yang tinggi yaitu lebih dari 2 mg/dl dapat memicu terjadinya jaundice, jaringan menjadi berwarna kuning khususnya pada jaringan yang banyak mengandung elastin, seperti aorta dan sklera. Terjadinya hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh produksi bilirubin yang meningkat akibat hemolisis. Lisisnya sel darah memberikan beban yang lebih berat pada hati menghasilkan bilirubin. Penyebab lain ialah menurunnya produksi, konjugasi, dan sekresi bilirubin oleh hepatosit akibat penyakit pada hati yang bersifat akut atau kronis serta terganggunya aliran empedu (cholestasis) (McGavin, Zachary 2007) sehingga ikterus yang terjadi pada kasus ini disebabkan oleh kerusakan hati terutama pada duktus empedu. Lisisnya sel darah kemungkinan dapat disebabkan oleh tingginya kadar tiroid dalam darah (hipertiroid). Lisisnya sel darah terutama sel darah merah (eritrosit) menyebabkan gangguan aliran oksigen ke dalam jaringan. Kekurangan oksigen dalam jaringan disebut iskemia. Iskemia dan faktor lain dari luar seperti kebakaran dan trauma, racun bahan kimia, virus dan mikroorganisme lain serta toksinnya merupakan penyebab umum terjadinya nekrosa. Fokus nekrosa umumnya terlihat pada keadaan dengan infeksi bakteri, kapang, dan virus, serta mikroorganisme tersebut umumnya ditemukan pada analisis histologi jaringan (Cheville 2006). Perubahan patologi anatomi tidak hanya terjadi pada hati tetapi juga terjadi pada organ lain seperti ginjal, pankreas, limpa, bahkan sampai otak. Hal ini sesuai dengan penelitian Kipar et al (2005) yang menjelaskan bahwa tiga dari lima kucing yang diteliti terpapar FIP memperlihatkan lesi pyogranulomatus di berbagai organ, seperti hati, ginjal, pankreas, peritoneum dan limpa. Garner et al (2008) juga menjelaskan bahwa musang yang terpapar FIP menunjukkan adanya massa nodular pucat pada mesenterium, parenkim hati, limpa, dan ginjal serta terjadi efusi di intraabdominal. Virus FIP bereplikasi di daerah epitel saluran pernafasan atau daerah orofaring. Antibodi terhadap virus ini terbentuk dan virus menempati makrofag sebagai inangnya. Virus beredar ke seluruh tubuh melalui makrofag dan terlokasi
3 di dinding vena dan bagian perivaskuler. Virus bereplikasi kembali di daerah perivaskuler kemudian membentuk reaksi jaringan yang akan membentuk lesi klasik pyogranulomatus di berbagai organ, seperti hati, ginjal dan usus (Tilley, Smith 2000). Lesi sebagian besar terlihat pada organ di bagian rongga abdomen dan sedikit di bagian rongga thoraks hal ini sesuai dengan pernyataan Pedersen (2009) bahwa target jaringan virus FIP pertama kali menuju limfonodus di mesenterium, serosa usus, dan sebagian kecil pada pleura dan omentum. Beberapa virus juga tampak mencapai meningen terutama di bagian posterior ventral permukaan otak, ependima di sepanjang ventrikel, dura mater di sumsum tulang belakang dan uvea serta retina mata. Tabel 2 Patologi anatomi hati kucing yang terpapar FIP. Kasus P/11/09 P/36/09 P/78/10 1. mukosa kuning, scirrhous atrophy 2. pneumonia, suppurative (diffuse) 3. hipertropi ventrikel kiri, dilatasi ventrikel kanan 4. hepatitis, pembendungan (mild) 5. pankreatitis (moderate) 6. enteritis kataralis 7. nefritis supuratif (bilateral, severe) Patologi anatomi 1. mukosa ikterus, dehidrasi 2. subkutis ikterus, perlemakan banyak (obesitas) 3. pneumonia interstitialis 4. edema pulmonum 5. dilatasi ventrikel kanan, hipertropi ventrikel kiri 6. hydropascites, hydrothoraks 7. serositis (peritonitis) granulomatous 8. gastroenteritis 9. perihepatitis granulomatous 10. pankreatitis granulomatous 11. spleenitis granulomatous 12. kongesti ginjal dan vasa injectio otak 1. mukosa pucat 2. ulcus pada sudut pertemuan maxilla dan mandibula 3. endokarditis valvulus (kiri, mildmoderate) 4. pneumonia (severe, difus granulmatous) 5. hydrothoraks ± 200 ml (severe) 6. multifokus nekrotik pada hati disertai fibrin (mild) 7. ditemukan fibrin pada permukaan limpa 8. granulomatous nefritis (diffuse, severe, bilateral) Hydropsascites atau edema yang terjadi di daerah peritoneum merupakan gambaran khas yang terlihat pada penderita FIP. Edema adalah akumulasi cairan di antara jaringan dan rongga tubuh. Edema dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
4 edema lokal dan edema umum. Edema lokal disebabkan oleh blokade limfatik, sedangkan edema umum disebabkan oleh mekanisme meningkatnya tekanan hidrostatik darah atau menurunnya tekanan osmotik koloid protein plasma. Menurut Cheville (2006), ascites adalah akumulasi cairan pada intraperitoneal akibat retensi ion natrium dan air, hipoalbunemia, dan menurunnya tekanan osmotik koloid. Ascites tidak selalu muncul pada kenaikan tekanan hidrostatik pada semua spesies, contohnya ligasi vena portal pada anjing tidak menyebabkan terjadinya akumulasi cairan di rongga peritoneum. Selain itu, edema juga dapat terjadi di antara jaringan. Ascites dapat mengindikasikan berbagai macam kondisi patologis seperti congestive heart failure, nefrosis, malignant neoplasma, dan peritonitis (Colville, Bassert 2008). Peritonitis pada kasus kedua berasosiasi pada pembesaran abdomen akibat hidrops acites. Peritonitis terlihat pada lebih dari 58% dan pleuritis sekitar 11% kucing dengan effusive FIP (Sharif 2010), dengan demikian pada kasus kedua kucing mengalami effusive FIP. Pada kasus ketiga, kucing juga mengalami effusive FIP karena diperoleh keadaan patologi anatomi berupa hydrothoraks sebanyak kurang lebih 200 ml. Sedangkan pada kasus pertama tidak ditemukan keadaan peritonitis maupun hydrothoraks sehingga dapat diartikan bahwa kucing tersebut menderita noneffusive FIP meskipun terdapat kemungkinan sudah berjalan menuju effusive FIP. Menurut Pedersen (2009), cairan yang ditemukan pada rongga abdomen berwarna sedikit kuning, keruh seperti berawan dan bersifat pekat (mucinous). Cairan tersebut mengandung banyak protein dan terlihat beberapa limfosit, neutrofil, dan sel plasma diertai adanya fibrin. Total protein yang terkandung antara 3,9 sampai 9,8mg/µl dengan kadar globulin 50 sampai 82% sedangkan total sel yang terhitung antara 1600 sampai per mikroliter. Efusi cairan karena infeksi FIP berwarna kuning terang sampai gelap dan dapat pula sedikit berwarna hijau tergantung tingkatan bilirubin dan biliverdin yang terkandung di dalamnya. Pemeriksaan mikroskopis organ hati pada ketiga kasus ditemukan peradangan multifokus yang disertai infiltrasi sel radang pada daerah porta, kongesti, degenerasi, dan nekrosa sedangkan koloni bakteri berbentuk batang ditemukan di dalam vena pada kasus yang kedua. Koloni bakteri tersebut
5 kemungkinan berasal dari infeksi sekunder yang sudah terjadi pada kucing kedua dan tidak terjadi pada kucing pertama dan ketiga. Mekanisme efek sinergisme antara infeksi virus dan bakteri ialah merusak lapisan mukosa organ. Setelah lima sampai tujuh hari infeksi virus, fungsi fagositik akan menurun sehingga ada kemungkinan bakteri akan masuk dan menginfeksi. Untuk itu dibutuhkan vaksinasi sebagai pencegahan terhadap serangan virus dan menurunkan efek sinergisme antara virus dan bakteri (McGavin, Zachary 2007). Degenerasi diawali dengan perubahan morfologi sel diantaranya ukuran sel membesar, pucat, transparan dan relatif tidak berstruktur dan lisis. Degenerasi yang terjadi pada hati kucing yang terpapar FIP adalah degenerasi hidropis. Sel akan membengkak, air di sitoplasma akan keluar sehingga sitoplasma sel terlihat kosong. Degenerasi hidropis juga biasa disebut dengan ballooning degeneration. Pola degenerasi ini pada umumnya disebabkan oleh kebakaran, toksin bakteri dan penyakit viral epiteliotropik (Cheville 2006). Hasil pengamatan histopatologis terlihat adanya ballooning degeneration yang ditandai dengan selsel yang membengkak, kosong, dan sudah tidak memiliki inti sehingga dapat disimpulkan bahwa hati tersebut mengalami degenerasi. Tabel 3 Gambaran histopatologi hati kucing yang terpapar FIP pada kasus P/11/09. Histopatologi Intralobular Interlobular Segitiga porta (vena porta) 1. peradangan multifokus 2. nekrosa 3. kongesti 4. infiltrasi sel radang 5. karyomegali, karyopiknotis 6. degenerasi hidropis
6 Tabel 4 Gambaran histopatologi hati kucing yang terpapar FIP pada kasus P/36/09. Histopatologi Intralobular Interlobular Segitiga porta (vena porta) 1. kongesti 2. edema (jarak antar sel renggang) 3. koloni bakteri 4. karyopiknotis 5. degenerasi hidropis 6. nekrosa Tabel 5 Gambaran histopatologi hati kucing yang terpapar FIP pada kasus P/78/10. Histopatologi Intralobular Interlobular Segitiga porta (vena porta) 1. peradangan multifokus 2. infiltrasi sel radang 3. kongesti 4. degenerasi hidropis 5. nekrosa Gambaran selanjutnya adalah kongesti atau pembendungan pada pembuluh darah vena. Kongesti menandakan adanya peningkatan aliran darah menuju jaringan dan sedikitnya darah yang dikembalikan ke pembuluh darah dari jaringan. Kongesti pada segala keadaan hanyalah manifestasi dari beberapa perubahan karakteristik aliran darah dan merupakan hal yang mendasari terjadainya proses patologis. Variasi jenis kongesti dipengaruhi oleh durasi (akut atau kronis) dan tingkat keparahan (lokal atau general) (Slauson, Cooper 2002). Kongesti seperti yang terlihat pada Gambar 3 terlihat dengan banyaknya pembendungan di bagian sinusoid dan hal tersebut tidak terlihat pada organ yang normal. Pembendungan menyebabkan warna organ menjadi lebih merah daripada keadaan normalnya sehingga terlihat bintikbintik merah pada bagian yang mengalami kongesti. Kongesti menyebabkan aliran darah menjadi terganggu sehingga dapat terjadi degenerasi dan menuju ke arah nekrosa karena jaringan
7 kekurangan oksigen. Kongesti umum yang terjadi pada organ kucing dapat disebabkan oleh komplikasi dari segala pemicu. Vaskulitis akibat infeksi, kompensasi jantung dan paru pada kongesti yang berlanjut, kelemahan kontraksi jantung akibat adanya tamponade jantung, serta akibat kerusakan hati yang umum terjadi pada FIP dimana semua lesi patologi anatomi ini dapat ditemukan pada pemeriksaan nekropsi (Hartmann 2003). Gambaran selanjutnya adalah nekrosa, yang menampilkan bentuk sel hepatosit yang tidak beraturan. Inti tidak terlihat serta sitoplasma yang tidak terlihat seragam. Nekrosa merupakan kematian jaringan yang terjadi pada hewan hidup. Nekrosa terlihat dengan adanya koagulasi, pucat, banyaknya sel yang mati yang tekstur maupun warnanya tidak sama dengan sel normal pada umumnya (Cheville 2006). Fokus nekrosa yang ditunjukkan oleh Gambar 5 memperlihatkan kerusakan yang terpusat dengan selsel yang tidak beraturan dan di sekitar fokus nekrosa tersebut selsel hepatosit mulai mengalami kerusakan. Sel juga berwarna eosinofilik atau berwarna sedikit merah. Fokus nekrosa tersebut tidak hanya terlihat pada satu lokasi tetapi terdapat di sebagian besar lapang pandang (multifokus nekrosa). Penyakit yang disebabkan oleh virus dapat menekan antibodi penderitanya. Perubahan yang dapat dilihat pada pengamatan histopatologi adalah infiltrasi sel radang, yaitu berkumpulnya selsel radang terutama pada daerah yang dekat dengan pembuluh darah untuk menyerang atau menghancurkan agen patogen yang ada di daerah tersebut. Sel yang berpengaruh pada infeksi akibat virus adalah limfosit. Pada pengamatan hati yang terpapar FIP juga ditemukan beberapa limfosit namun disertai dengan makrofag dan sel plasma. Proses berkumpulnya, pematangan dan pengeluaran virus dapat memicu adanya cytophatic effects, antara lain terbentuknya badan inklusi, sitolisis, dan fusi sel (Kreier, Mortensen 1990). Namun menurut Kipar et al (2005), karakteristik sel radang pada vaskulitis yang disebabkan FCoV didominasi oleh monosit (makrofag) dengan sedikit neutrofil dan limfosit. Lesio menunjukkan monosit menempel pada sel endotel atau keluar dari pembuluh darah melalui sirkulasi atau membentuk fokus peradangan pada dinding pembuluh darah. Perbedaan jumlah limfosit atau makrofag yang mendominasi pada infiltrasi sel radang penderita FIP
8 tidak berpengaruh pada tingkat keparahan penyakit karena keduanya dapat menandakan adanya antigen major histocompatibility complex (MHC) II yang disebabkan oleh FCoV. Gambaran mikroskopik hati yang terpapar FIP ditemukan infiltrasi sel radang, yaitu berkumpulnya selsel radang terutama pada daerah yang dekat dengan pembuluh darah. Pada pengamatan hati yang terpapar FIP juga ditemukan beberapa limfosit namun disertai dengan makrofag dan sel plasma. Menurut Takano et al (2009), neutrofil survival factors yang diproduksi oleh makrofag memiliki peran dalam perkembangan lesi pyogranulomatus selama infeksi FCoV. K K 16 µm Gambar 3 Hati, P/11/09, kongesti (K) dengan balooning degeneration (tanda panah). Pewarnaan HE.
9 L 16 µm Gambar 4 Hati, P/36/09, infeksi sekunder. Bakteri berbentuk batang (tanda panah) di dalam lumen pembuluh darah (L). Pewarnaan HE. N 64 µm Gambar 5 Hati, P/36/09, fokus nekrosa (N), selsel hepatosit tidak beraturan dan berwarna eosinofilik. Pewarnaan HE.
10 B L B 200 µm Gambar 6 Hati, P/78/10, infiltrasi sel radang (B) di daerah pembuluh darah. Lumen (L). Pewarnaan HE. L M N 32 µm Gambar 7 Hati, P/78/10, infiltrasi sel radang dengan dominasi makrofag (M) dan limfosit (L) serta sedikit neutrofil (N). Pewarnaan HE.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian mengenai penyakit Feline Infectious Peritonitis (FIP) ini merupakan studi terhadap kasus yang terjadi pada tiga ekor kucing yang dinekropsi di Laboratorium Patologi FKH
Lebih terperinciKAJIAN HISTOPATOLOGI HATI KUCING YANG TERPAPAR FELINE INFECTIOUS PERITONITIS (FIP) GITA RIMA WIDYAMARTHA
KAJIAN HISTOPATOLOGI HATI KUCING YANG TERPAPAR FELINE INFECTIOUS PERITONITIS (FIP) GITA RIMA WIDYAMARTHA DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
36 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi Hasil pemeriksaan keadaan umum biawak ditemukan ektoparasit Aponomma sp. di sekujur tubuhnya. Hewan terlihat anemis dan ditemukan hematemesis,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Coronavirus Feline Infectious Peritonitis Etiologi
TINJAUAN PUSTAKA Coronavirus Virus merupakan suatu individu yang tidak dapat dideskripsikan sebagai hewan maupun tumbuhan. Jika hewan dan tumbuhan mengandung dua asam nukleat yaitu DNA dan RNA, sebaliknya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Seekor singa Afrika betina milik suatu penangkaran satwa liar ditemukan mati dengan anamnesa adanya keputihan dari vulva dua hari sebelum kematiannya. Secara umum, kondisi gizi
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerusakan Hati Ikan Mas Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (1995) dalam Permana (2009) ada dua alasan yang menyebabkan
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ikan paradise Sampel yang digunakan pada penelitian adalah ikan paradise. Ikan paradise merupakan ikan tropis yang memiliki ukuran tubuh mencapai lebih kurang 5 cm dengan pola
Lebih terperinciKompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya
SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian
41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian Penimbangan berat badan menunjukkan bahwa pada awal penelitian berat badan tikus
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas
20 HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas Virus H 5 N yang sangat patogen atau yang lebih dikenal dengan virus flu burung, menyebabkan penyebaran penyakit secara cepat di antara unggas serta dapat menular
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak,
Lebih terperinciEtiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:
Syifa Ramadhani (2013730182) 4. Jelaskan mekanisme dan etiologi terjadinya bengkak? Mekanisme terjadinya bengkak Secara umum, efek berlawanan antara tekanan hidrostatik (gaya yg mendorong cairan keluar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciPortal Hypertension. Penyebab
Portal Hypertension Portal hypertension adalah peningkatan tekanan darah pada sistem pembuluh darah yang disebut sistem vena porta. Vena yang berasal dari lambung, usus, limpa, dan pankreas bergabung menjadi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba
6 dengan etanol absolut selama 2 menit, kemudian dengan etanol 95% dan 80% masing-masing selama 1 menit, dan dicuci dengan air mengalir. Kemudian preparat direndam dalam pewarnaan Mayer s Haemotoxylin
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
Lebih terperinciBAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI
1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil
9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan histopatologi trakea Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia, keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut
Lebih terperinciSTUDI KASUS PATOLOGI FELINE INFECTIOUS PERITONITIS PADA ANAK KUCING (Felis catus) ASWAR
STUDI KASUS PATOLOGI FELINE INFECTIOUS PERITONITIS PADA ANAK KUCING (Felis catus) ASWAR DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 STUDI KASUS PATOLOGI
Lebih terperinciSISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah
Lebih terperinciSTUDI KASUS PATOLOGI FELINE INFECTIOUS PERITONITIS PADA ANAK KUCING (Felis catus) ASWAR
STUDI KASUS PATOLOGI FELINE INFECTIOUS PERITONITIS PADA ANAK KUCING (Felis catus) ASWAR DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 STUDI KASUS PATOLOGI
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciSelama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari
Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari serangan epidemi cacar dapat menangani para penderita dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri tekstil selain menghasilkan suatu produk juga menghasilkan produk sampingan berupa air limbah, yang sering kali mencemari lingkungan terutama perairan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Subjek penelitian ini adalah anak yang diperoleh dari induk tikus Rattus norvegicus galur Sprague-dawley yang telah diinduksi hipoksia iskemik pada usia kehamilan 7
Lebih terperinciORGANISASI KEHIDUPAN. Sel
ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Preparat Histopatologi Organ yang sudah difiksasi kemudian dipotong dengan ketebalan kurang lebih 5 mm dan potongan tersebut dimasukkan ke dalam kaset jaringan dan diberi label kode sampel. Potongan
Lebih terperinciBAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Pemeriksaan Patologi Anatomi Anamnesa hewan yang diamati pada studi kasus ini yakni singa mengalami gangren kronis pada kaki belakang sebelah kanan. Menurut Vegad
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 ekor mencit strain DDY yang terdiri dari 30 mencit jantan dan 30 mencit betina.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi
HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi Pengamatan histopatologi limpa dilakukan untuk melihat lesio pada limpa. Dari preparat yang diamati, pada seluruh kelompok perlakuan baik kontrol (-) maupun
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pendahuluan Pengembalian Virulensi E. ictaluri
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pendahuluan Pengembalian Virulensi E. ictaluri Hasil uji biokimia (gula-gula) E. ictaluri menghasilkan enzim katalase, memfermentasi glukosa, tidak memfermentasi laktosa, tidak
Lebih terperinciJaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.
Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)
Lebih terperinciUPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009
BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan
Lebih terperinciPRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.
PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil. Jumlah Penurunan Glomerulus Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus musculus L.) setelah diberi perlakuan pajanan medan listrik tegangan
Lebih terperinciFISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed
FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.
BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI
Lebih terperinciPATOGENISITAS MIKROORGANISME
PATOGENISITAS MIKROORGANISME PENDAHULUAN Pada dasarnya dari seluruh m.o yg terdapat di alam, hanya sebagian kecil saja yg patogen maupun potensial patogen. Patogen adalah organisme yg menyebabkan penyakit
Lebih terperinciIlmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah
Lebih terperinciTEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN
TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan
Lebih terperinci5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2
Bab 5 Sistem Peredaran Darah Sumber: Encarta 2005 Arteri Vena Gambar 5.1 Sistem peredaran darah pada manusia Peta Konsep Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Diferensial leukosit ayam perlakuan berumur 21 hari selama pemberian ekstrak tanaman obat
33 HASIL DAN PEMBAHASAN Diferensial Leukosit Ayam Perlakuan Pemeriksaan diferensial leukosit ayam broiler dalam kelompok perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali selama penelitian berlangsung. Pemeriksaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hati 1. Anatomi Hati Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata rata 1500 g atau 2% dari berat tubuh total, hati menerima 1500 ml darah per menit, atau
Lebih terperinciStruktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus
Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi dan Materi Kuliah Hewan 1 Homeostasis Koordinasi dan Pengendalian Kuliah Kontinuitas Kehidupan
Lebih terperinciKAJIAN PATOGENESIS INFEKSI BUATAN BAKTERI Edwardsiella ictaluri PADA IKAN LELE (Clarias sp.) ASEP DADANG KOSWARA
KAJIAN PATOGENESIS INFEKSI BUATAN BAKTERI Edwardsiella ictaluri PADA IKAN LELE (Clarias sp.) ASEP DADANG KOSWARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 1 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cairan Efusi Pleura 1. Anatomi pleura Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang melapisi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
40 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi histopatologi dari organ paru paru ayam, tampak adanya perubahan patologi yang terjadi pada seluruh kelompok, baik kelompok kontrol (K P dan K N ) maupun kelompok
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi
Lebih terperinciSD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.5
1. Eritrosit adalah... SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.5 Sel darah merah Sel darah putih Keping darah Protein Jawaban a Sudah jelas 2. Golongan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 14 Waktu : 50 menit Pokok bahasan : 14. Kasus Penyakit di Klinik (Lanjutan) Subpokok bahsan : a. Penyakit Anemia hemolitik intravaskuler (keracunan
Lebih terperinciDi seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya
Lebih terperinciBAB I mengalami komplikasi karena infeksi ini (WHO, 2012). Prevalensi tertinggi infeksi nosokomial terjadi di Intensive Care Units
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pseudomonas aeruginosa dikenal sebagai bakteri yang sering menimbulkan infeksi, khususnya pada pasien imunokomprimis, penderita HIV, dan berperan pada infeksi paru kronis
Lebih terperinciUniversitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan
Lebih terperinciSistem Ekskresi Manusia
Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinciEtiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis Oleh Rosiana Putri, 0806334413, Kelas A Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Mikroanatomi Hati Ikan Tagih Hasil penelitian pengaruh subletal merkuri klorida (HgCl 2 ) menggunakan konsentrasi 0,02 ppm; 0,04 ppm; dan 0,08 ppm; selama 28 hari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. : Chiroptera. Spesies : Pteropus vampyrus Gambar 1 Pteropus vampyrus (Kunz dan Jones 2000).
TINJAUAN PUSTAKA Pteropus vampyrus Pteropus vampyrus merupakan kelelawar pemakan buah (kalong) terbesar. Beratnya dapat mencapai 1 500 gram dan bentangan sayap hingga 1 700 mm (Suyanto 2001). Pteropus
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk.,
PENDAHULUAN Latar Belakang Tortikolis adalah gejala yang umum terlihat di berbagai jenis unggas yang dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., 2014). Menurut Capua
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4
28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Evaluasi dataperforman Ayam Dari hasil penelitian didapatkan rataan bobot badan ayam pada masing-masing kelompok perlakuan, data tersebut dapat dilihat pada Tabel
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan
Lebih terperinciUniversitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI
Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Darah adalah jaringan cair
Lebih terperincileukemia Kanker darah
leukemia Kanker darah Pendahuluan leukemia,asal kata dari bahasa yunani leukos-putih,haima-darah. leukemia terjadi ketika sel darah bersifat kanker yakni membelah tak terkontrol dan menggangu pembelahan
Lebih terperinciMetabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme
Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciSTRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN. Achmad Farajallah
STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN Achmad Farajallah Sistem Sirkulasi: mode umum Sistem transportasi internal akibat ukuran & strukturnya menempatkan sel-sel tubuh berada jauh dari lingkungan luar sistem yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diare adalah buang air besar (defekasi) yang berbentuk tinja cair atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah buang air besar (defekasi) yang berbentuk tinja cair atau setengah cair dengan kandungan air tinja lebih dari 200ml perhari atau buang air besar (defekasi)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 Gambar 4 Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J. A: Sonogram duodenum pada posisi transduser sagital. l: lapisan lumen, M: mukosa, SM: submukosa, TM: tunika muskularis, dan S: serosa. B: Skema
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan
Lebih terperinciPengamatan Histopatologi Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Kondisi Fisik Hewan Coba
larutan alkohol dengan konsentrasi bertingkat. Hasilnya diberi permount mounting medium dan ditutup dengan kaca penutup (Hastuti 2008). Pengamatan Histopatologi Pengamatan histopatologi dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam. glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh dunia sebagai penambah rasa makanan
Lebih terperinciEkspertise Efusi Pleura
Ekspertise Efusi Pleura Pembimbing : dr. Rachmat Mulyana Memet, Sp. Rad Oleh : Jayyidah Afifah 2010730055 Identitas : Tn. S/LK/70thn Marker : L Tanggal : 3 Desember 2013 Posisi : PA Jenis foto : Foto polos
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi banteng liar (Bibos banteng) (Batan, 2006). Banteng-banteng liar
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi bali Sapi bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng) (Batan, 2006). Banteng-banteng liar yang ada dihutan
Lebih terperinciBAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 (1) Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar ml. a. Hidrotoraks b.
BAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 Efusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (1) atau Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer berupa gambaran histologi ginjal dan kadar kreatinin hewan coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor
Lebih terperinciSTORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH
STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH Mata Kuliah : Pengembangan Media Pembelajaran Pokok Bahasan : Sistem Peredaran Darah Sasaran : Pemahaman siswa akan materi sistem peredaran darah menjadi lebih baik. Kompetensi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan
Lebih terperinciPertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011
Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria Hasil pengamatan terhadap jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria vili usus yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung
Lebih terperinciEritrosit Vertebrata
DARAH IKAN Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut
Lebih terperinci