HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil"

Transkripsi

1 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan histopatologi trakea Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia, keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak beberapa bagian yang mengalami kerusakan silia yang dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil pengamatan kerusakan silia disajikan pada Tabel 5. Gambar 3 : Kerusakan silia pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND, IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD Tabel 5 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap persentase keutuhan silia pada organ trakea pada luas lapang pandang 6.13 x 10 4 µm 2. II ± 2.63 a ± 3.42 a ± 3.33 a III ± 2.66 a ± 4.68 a ± 4.22 a IV ± 0.94 a ± 8.01 a ± 5.17 a V ± 0.04 a 95.5 ± 4.21 a ± 1.66 a VI ± 5.72 a ± 0.94 a ± 1.03 a Berdasarkan tabel diatas, persentase panjang keutuhan silia pada trakea antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki pola keutuhan yang lebih stabil dibandingkan dengan kelompok K. pada minggu II hingga IV terjadi penurunan keutuhan silia. Keutuhan silia kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam cenderung meningkat pada minggu V dan VI. Epitel penyusun trakea memiliki fungsi penting dalam pertahanan saluran pernafasan, kerusakan struktur atau deskuamasi dari epitel dapat mempengaruhi

2 10 kualitas udara yang masuk ke paru-paru. Pada pengamatan lapisan mukosa, tampak beberapa bagian yang mengalami deskuamasi epitel yang dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil pengamatan keutuhan epitel disajikan pada Tabel 6. Gambar 4 : Deskuamasi epitel pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD Tabel 6 Hasil uji statistik persentase keutuhan epitel pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam pada organ trakea pada luas lapang pandang 24.1 x 10 4 µm 2 II ± 1.84 a ± 0.62 a ± 1.36 a III ± 0.25 a ± 1.11 a ± 2.01 a IV ± 0.55 a ± 1.55 a ± 2.91 a V ± 1.31 a ± 8.12 a ± 1.04 a VI ± 5.51 a ± 0.48 a ± 1.09 a Berdasarkan tabel diatas, persentase keutuhan epitel trakea antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada minggu II hingga minggu IV, kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki keutuhan yang lebih stabil yaitu menurun. Pada minggu V keutuhan epitel kelompok A mengalami penurunan dan kelompok B mengalami peningkatan dari minggu V hingga VI. Pada minggu VI kelompok yang diberi ekstrak jintan mengalami peningkatan keutuhan epitel. K menunjukkan respon yang tidak stabil. Hasil pengamatan sel goblet disajikan pada Tabel 7 dan sel goblet dapat dilihat pada Gambar 5.

3 11 Gambar 5 : Sel goblet pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND, IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD Tabel 7 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap jumlah sel goblet pada organ trakea pada luas lapang pandang 24.1 x 10 4 µm 2 II ± 0.45 a ± 0.78 a ± 0.75 a III ± 1.23 a ± 0.50 a ± 1.28 a IV ± 0.51 a ± 0.58 a ± 0.61 a V ± 0.84 a ± 0.59 a ± 0.92 a VI ± 0.30 a ± 0.92 a ± 0.71 a Berdasarkan tabel di atas, jumlah sel goblet pada trakea antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah sel goblet paling banyak. Pada semua kelompok jumlah sel goblet menunjukkan kecenderungan menurun. Leukosit atau sel darah putih merupakan unit paling aktif dalam pertahanan tubuh. Sel radang yang ditemukan didominasi oleh limfosit. Kerusakan silia dan deskuamasi epitel dapat menyebabkan infiltrasi sel radang. Hasil pengamatan jumlah sel radang disajikan pada Tabel 8 dan sel radang dapat dilihat pada Gambar 6.

4 12 Gambar 6 : Jumlah sel radang pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD Tabel 8 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap jumlah sel radang pada organ trakea pada luas lapang pandang 6.13 x 10 4 µm 2. II ± 0.69 a ± 0.31 a ± 1.16 a III ± 0.79 a ± 0.84 a ± 0.19 a IV ± 1.08 a ± 1.03 a ± 1.03 a V ± 1.12 a ± 0.17 a ± 1.57 a VI ± 1.04 a ± 1.06 a ± 1.37 a Berdasarkan tabel diatas, jumlah sel radang pada trakea antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada minggu II hingga minggu IV kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam cenderung meningkat, namun menurun pada minggu VI dengan jumlah yang lebih kecil dibandikan kelompok K. Perubahan histopatologi paru-paru Parameter yang diperiksa pada organ paru-paru adalah jumlah sel radang, jumlah dan luasan BALT, serta kepadatan sel pada BALT. Hasil pengamatan jumlah sel radang disajikan pada Tabel 9 dan sel radang pada paru-paru dapat dilihat pada Gambar 7.

5 13 K1 A1 K1 A1 B1 Gambar 7 : Sel radang pada organ paru-paru (tanah panah), (K1) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A1) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B1) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD Tabel 9 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap jumlah sel radang pada organ paru-paru pada luas lapang pandang 6.13x10 4 µm 2. II ± 0.31 a ± 1.39 a ± 1.36 a III ± 0.78 a ± 1.16 a ± 0.53 a IV ± 1.27 a ± 1.37 a ± 1.43 a V ± 1.31 a ± 0.61 a ± 1.46 a VI ± 1.47 a ± 1.41 a ± 1.15 a Berdasarkan tabel 9, jumlah sel radang pada paru-paru antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Jumlah sel radang pada semua kelompok memiliki nilai yang bervariasi dengan pola yang tidak khas. Pada minggu VI kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam mengalami penurunan, namun kelompok K mengalami peningkatan. Bronchus Assosiated Lymphoid Tissue (BALT) adalah salah satu sistem pertahanan mukosal yang terdapat pada bronkhus. Sistem pertahanan BALT merupakan pertahanan lokal pada organ respirasi. Hasil pengamatan jumlah BALT disajikan pada Tabel 10.

6 14 Tabel 10 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap jumlah BALT pada organ paru-paru pada luas lapang pandang 24.1 x 10 4 µm 2 II ± 0.45 a ± 0.78 a ± 0.75 a III ± 1.23 a ± 0.5 a ± 1.28 a IV ± 0.51 a ± 0.58 a ± 0.61 a V ± 0.84 a ± 0.59 a ± 0.92 a VI ± 0.30 a ± 0.92 a ± 0.71 a Berdasarkan tabel diatas, jumlah BALT pada paru-paru antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada minggu ke II dan IV menunjukkan bahwa kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah BALT terbanyak. Pada pengamatan minggu ke V dan VI, kelompok A memiliki jumlah BALT terbanyak. Adanya antigen yang masuk akan mengaktivasi BALT sehingga menggertak kehadiran limfosit dan makrofag yang merupakan komponen penyusun BALT. Komponen penyusun tersebut akan membentuk suatu luasan. Hasil pengamatan luasan BALT dan kepadatan sel disajikan pada Tabel 11dan 12. Luasan BALT dapat dilihat pada Gambar 8, sedangkan kepadatan sel dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 8 : Luasan BALT pada organ paru-paru (tanda lingkaran), (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD

7 Tabel 11 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap luasan BALT pada organ paru-paru (µm 2 ) pada luas lapang pandang 24.1x10 4 µm 2 II ± a ± a ± a III ± a ± a ± a IV ± 63.2 a ± a ± a V ± a ± a ± a VI ± a ± a ± a Tabel 12 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap jumlah sel dalam BALT pada organ paru-paru. II ± 8.7 a ± 21.2 a ± 13.1 a III ± 13.1 a ± 20.1 a ± 15.6 a IV ± 8.6 a ± 19.4 a ± 7.5 a V ± 8.1 a ± a ± 6.1 a VI ± 18.1 a ± 7.4 a ± a Berdasarkan Tabel 11, luasan BALT pada paru-paru antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada pengamatan BALT pada minggu ke II hingga minggu VI, menunjukkan bahwa pada kelompok dengan pemberian ekstrak jintan hitam memiliki luasan BALT yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan kelompok K. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat kepadatan sel penyusun BALT yang tinggi pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam (Tabel 12). 15 Gambar 9 : Kepadatan sel limfosit (tanah panah) BALT, (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND, IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD

8 16 Pembahasan Pengamatan daya hidup DOC secara umum menunjukkan kualitas yang cukup baik. Kematian pada DOC sebanyak 8 ekor dari 100 ekor DOC mulai hari ke-1 hingga hari ke-14. Kematian yang terjadi tidak menunjukkan adanya tanda infeksi pada pemeriksaan postmortem dengan nekropsi. Penyebab dari kematian adalah akibat trauma karena terinjak atau terjepit oleh sesama DOC dalam kandang. Berdasarkan SNI menyebutkan bahwa tingkat kematian maksimal DOC sebesar 2%. Mekanisme pertahanan pada trakea dimulai dari adanya gerakan silia yang berfungsi untuk mengeluarkan antigen. Keutuhan silia yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jintan hitam membuat ketahanan silia yang lebih stabil dibanding kelompok K. Kerusakan yang dapat terjadi sebagai respon terhadap vaksinasi. Keutuhan silia meningkat kembali sesuai waktu, dimana pada minggu VI kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam menunjukkan perbaikan yang lebih baik dibanding kelompok K. Menurut Bruits dan Bucar (2000), kandungan thymoquinone dalam ekstrak jintan hitam memiliki manfaat sebagai antioksidan yang berfungsi mempercepat regenerasi sel. Kerusakan silia akan mempermudah antigen untuk menempel pada epitel dan menyebabkan deskuamasi epitel. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 dimana pada minggu V, kelompok A yang diberi vaksinasi AI memiliki keutuhan epitel terkecil. Pada minggu VI deskuamasi epitel masih terjadi pada setiap kelompok walaupun pemberian vaksin sudah tidak diberikan. Hal ini disebabkan karena secara fisiologis dapat terjadi kematian sel yang disebabkan sel yang sudah tua tidak beregenerasi (Stanley et al. 2006). Kandungan thymoquinone dalam jintan hitam bermanfaat sebagai antioksidan sehingga berfungsi mengurangi dan mencegah kerusakan sel juga mempercepat regenerasi sel (Bruits dan Bucar 2000), namun efek tersebut menunjukkan hasil saat minggu VI dimana keutuhan epitel pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki persentase keutuhan epitel yang paling besar. Kerusakan silia juga diikuti dengan pengeluaran mukus oleh sel goblet. Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah sel goblet yang lebih banyak dibandingkan kelompok K. Peningkatan jumlah sel goblet merupakan mekanisme pertahanan, dimana mukus yang dihasilkan akan meningkat pula. Mukus tersebut berfungsi untuk mengeluarkan antigen dan mencegah antigen untuk melindungi epitel dari penempelan antigen (Prasetyo 2006). Kehadiran sel radang merupakan bentuk mekanisme kekebalan berperantara sel. Vaksin mengandung virus yang dilemahkan dan akan dianggap sebagai antigen oleh tubuh, sehingga merusak epitel trakea dan menggertak infiltrasi sel radang pada jaringan. Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah sel radang yang lebih tinggi pada minggu II hingga minggu IV. Hal tersebut diduga pemberian ekstrak jintan hitam selama tiga minggu belum menunjukkan pengaruh terhadap jumlah sel radang. Pada minggu V dapat dilihat bahwa kelompok yang diberi vaksin AI memiliki jumlah sel radang yang paling tinggi. Pada minggu VI kelompok yang

9 diberi esktrak jintan hitam memiliki sel radang yang lebih sedikit. Hal tersebut menunjukkan bahwa thymoquinone yang terkandung dalam jintan hitam dapat menghambat peradangan pada trakea setelah pemberian selama lima minggu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diding dan Subijanto (2008), membuktikan bahwa pemberian minyak jintan hitam mampu menurunkan tingkat infiltrasi sel radang pada saluran pernafasan. Kehadiran sel radang dapat pula dipicu oleh keadaan kandang yang kurang baik seperti debu litter yang terhirup sehingga mengiritasi saluran pernafasan dan terhirupnya agen patogen yang diakibatkan kebersihan kandang yang minim (Nighot et al. 2002). Selain itu cekaman yang disebabkan oleh suhu udara dalam kandang yang melebihi zona nyaman (>28 C) atau yang sering disebut heat stress dapat menyebabkan ayam mengalami penurunan konsumsi pakan dan pertumbuhan yang tidak optimal akibat kekurangan nutrisi. Hal tersebut menyebabkan imunitas ayam menurun sehingga mudah terserang penyakit (Butcher dan Miles 2011). Pada organ trakea, efek pemberian ekstrak jintan hitam terlihat pada pengamatan minggu VI. Pada minggu VI mengindikasikan adanya perbaikan histopatologi trakea. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya keutuhan epitel, jumlah sel gobet, dan keutuhan silia serta menurunnya jumlah sel radang, pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam. Antigen yang berhasil menembus mekanisme pertahanan saluran pernafasan atas akan menyebabkan peradangan pada paru-paru. Hal tersebut ditandai dengan adanya infiltrasi sel radang pada organ paru-paru. Sel radang merupakan respon protektif setempat yang berfungsi menghancurkan atau mengurangi agen atau jaringan yang rusak (Dorland 2002). Pada paru-paru, pemberian ekstrak jintan hitam mulai terlihat pada minggu II baik pada kelompok A dan B, Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 dimana kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah sel radang lebih banyak dibanding kelompok K. Infiltrasi sel radang di jaringan menunjukkan respon pertahanan terhadap hadirnya antigen yang dalam hal ini adalah virus vaksin. Respon tersebut menunjukkan bahwa sel radang menjadi lebih responsif terhadap sitokin sebagai mediator radang yang dihasilkan oleh kerusakan jaringan, hal tersebut dikarenakan adanya α-lipoic acid dalam jintan hitam yang berperan sebagai antioksidan (Ibrahim et al. 2008). Pada minggu VI tampak bahwa kelompok yang diberi jintan hitam lebih baik responnya yaitu terjadi penurunan jumlah sel radang yang menandakan pada jaringan paru-paru telah terjadi perbaikan. Pada kelompok B yang diberi vaksin yang sama dengan kelompok K menunjukkan jumlah sel radang paling sedikit. Hal ini akibat efek thymoquinone yang terkandung dalam jintan hitam dapat menghambat peradangan karena mampu menghambat cyclooxygenase dan 5-lipoxygenase dalam metabolisme arakidonat sehingga mediator radang dapat ditekan (Boskabady dan Farhadi 2008; Houghton et al. 1995). Bronchus Assosiated Lymphoid Tissue (BALT) adalah salah satu sistem pertahanan mukosa yang terdapat di bronkhus. Sistem pertahanan BALT merupakan pertahanan lokal pada organ respirasi. Jumlah BALT terus bervariasi setiap minggu pengamatan. Menurut Emikpe dan Ajisegiri (2011), BALT merupakan bagian penting dari pertahanan mukosa yang berada di paru-paru yang distimulasi oleh antigen yang masuk. Kehadiran BALT sangat penting dalam 17

10 18 proteksi pernafasan. Kenaikan jumlah BALT akan mengakibatkan kenaikan jumlah limfosit, sehingga akan menghasilkan proteksi yang lebih baik. Pada kelompok dengan pemberian ekstrak jintan hitam menggambarkan efek jintan hitam sebagai imunomodulator, dimana jumlah BALT yang dihasilkan lebih banyak. BALT merupakan organ limfoid sekunder yang terdapat pada paru-paru ayam secara normal (Reese et al. 2006). Antigen yang masuk kedalam paru-paru akan kontak dengan sel limfoid yang kemudian menginduksi dan mengaktivasi BALT (Moreno et al. 2006). Pada minggu V dan VI, kelompok A memiliki jumlah BALT paling banyak. Hal ini diduga akibat pemberian vaksin AI. Menurut Pabst dan Tsherning (2010) pertambahan jumlah BALT dipengaruhi oleh vaksin dan lingkungan. Hal tersebut dapat menginduksi BALT, sehingga jumlah BALT bertambah. Pemberian vaksin akan menginduksi proliferasi Periarteriolar Lymphoid Sheat (PALS) yang terdapat di limpa. Limpa bekerja secara sistemik sehingga PALS akan menginduksi pertambahan jumlah BALT (Vora et al. 1998) BALT juga dipengaruhi respon individu, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 dimana pada minggu II luasan BALT pada kelompok A dan B sangat berbeda walaupun diberi perlakuan yang sama. Menurut Pabst dan Tsherning 2010 respon individu juga mempengaruhi aktivitas BALT. Penurunan luasan BALT pada minggu III terjadi pada semua kelompok, hal tersebut diduga karena perlakuan vaksin yang diberikan pada minggu III dimana limfosit akan melakukan infiltrasi pada saluran nafas dan jaringan paru-paru sehingga pada BALT jumlah limfosit akan berkurang. Hasil pengamatan secara keseluruhan menunjukkan bahwa pada kelompok dengan pemberian ekstrak jintan hitam memiliki luasan BALT yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi ekstrak jintan hitam. Hal tersebut diikuti dengan tingkat kepadatan sel penyusun BALT yang tinggi pula pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam. Jintan hitam diketahui memiliki efek imunomodulator, dimana pemberian jintan hitam dapat meningkatkan rasio CD 4+ dan CD 8+ serta meningkatkan jumlah sel natural killer (Omar et al. 1999; Salem 2005). Dari hasil diatas dapat diduga bahwa ekstrak jintan hitam memberikan efek sebagai imunomodulator. Hal tesebut ditunjukkan oleh kepadatan sel yang lebih tinggi pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam dibandingkan kelompok K. Luasan BALT beserta kepadatan sel cenderung menurun dengan pola yang tidak khas setelah vaksinasi. Pada organ paru-paru, efek pemberian ekstrak jintan hitam terlihat pada pengamatan minggu ke VI. Hal tersebut ditunjukkan dengan menurunnya jumlah sel radang. Pada BALT terlihat pada kelompok yang diberi ekstrak Jintan hitam menunjukkan aktifitas imun yang lebih meningkat dibandingkan kelompok K. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Secara keseluruhan gambaran histopatologi pada organ pernafasan ayam yang diberi ekstrak jintan hitam serta vaksinasi menunjukkan gambaran yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

STUDI HISTOPATOLOGI MANFAAT EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) PADA PERNAFASAN AYAM BROILER MUTIA RACHIM

STUDI HISTOPATOLOGI MANFAAT EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) PADA PERNAFASAN AYAM BROILER MUTIA RACHIM STUDI HISTOPATOLOGI MANFAAT EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) PADA PERNAFASAN AYAM BROILER MUTIA RACHIM FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi Pengamatan histopatologi limpa dilakukan untuk melihat lesio pada limpa. Dari preparat yang diamati, pada seluruh kelompok perlakuan baik kontrol (-) maupun

Lebih terperinci

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas Virus H 5 N yang sangat patogen atau yang lebih dikenal dengan virus flu burung, menyebabkan penyebaran penyakit secara cepat di antara unggas serta dapat menular

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria Hasil pengamatan terhadap jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria vili usus yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah merah merupakan tanaman endemik Papua yang bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu pengobatan beberapa penyakit, antara lain kanker, tumor,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium 49 BAB 5 PEMBAHASAN Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium Biokimia Universitas Muhammdiyah Jogjakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24 ekor, di mana tiap kelompok

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging ABSTRAK Bursa Fabrisius merupakan target organ virus Infectious Bursal Disease (IBD) ketika terjadi infeksi, yang sering kali mengalami kerusakan setelah ayam divaksinasi IBD baik menggunakan vaksin aktif

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Organ limfoid primer unggas terdiri dari timus dan bursa Fabricius sedangkan pada mamalia terdiri dari sumsum tulang. Limpa, limfonodus dan MALT (Mucosa-associated Lymphoid Tissue)

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan Ayam Broiler di Indonesia 2 TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Peternakan ayam di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam pembangunan peternakan, karena merupakan ujung tombak dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai Juni 2008 di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik Reproduksi

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap semua kelompok ayam sebelum vaksinasi menunjukan bahwa ayam yang digunakan memiliki antibodi terhadap IBD cukup tinggi dan seragam dengan titer antara

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan respon imun dapat terjadi karena adanya infeksi maupun setelah imunisasi atau adanya gangguan sirkulasi maupun tumor. Selain itu peningkatan respon imun juga dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo Dasar-dasar Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo Departemen Mikrobiologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Unair Pokok Bahasan Sejarah Imunologi Pendahuluan Imunologi Komponen Imunologi Respons Imun Imunogenetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, jamur, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlukaan merupakan rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan suhu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung

TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung Batasan yang pasti mengenai pengertian ayam kampung sampai saat ini belum ada. Penyebutan ayam kampung hanya untuk menunjukkan jenis ayam lokal dengan keragaman genetis tinggi

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Cekaman Panas Selama Pemeliharaan Salama 6 minggu pemeliharaan, ayam broiler diberi tambahan sumber penerangan dan panas berupa lampu bohlam berdaya 60 watt yang dipasang

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan jaringan ikat fibrosa, ditutupi epitel yang mengelilingi dan melekat ke gigi dan tulang alveolar dan meluas ke pertautan mukogingiva (Harty,2003).

Lebih terperinci

Imunisasi: Apa dan Mengapa?

Imunisasi: Apa dan Mengapa? Imunisasi: Apa dan Mengapa? dr. Nurcholid Umam K, M.Sc, Sp.A Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Jogjakarta Penyebab kematian pada anak di seluruh dunia Campak

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA. 1.1 Latar Belakang

BAB I PE DAHULUA. 1.1 Latar Belakang BAB I PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang Limpa adalah organ limfoid dalam tubuh yang memiliki fungsi filtrasi darah dan koordinasi respon imun. Limpa terdiri dari 2 bagian. Bagian yang putih (pulpa alba) merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Diferensial leukosit ayam perlakuan berumur 21 hari selama pemberian ekstrak tanaman obat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Diferensial leukosit ayam perlakuan berumur 21 hari selama pemberian ekstrak tanaman obat 33 HASIL DAN PEMBAHASAN Diferensial Leukosit Ayam Perlakuan Pemeriksaan diferensial leukosit ayam broiler dalam kelompok perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali selama penelitian berlangsung. Pemeriksaan

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Seseorang yang telah lama merokok mempunyai prevalensi tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

Lesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh

Lesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh V. PEMBAHASAN UMUM Lesi mukosa akut lambung akibat efek samping OAINS/Aspirin merupakan kelainan yang sering ditemukan. Prevalensi kelainan ini sekitar 70 persen sedangkan pada 30 persen kasus tidak didapatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi dapat merupakan masalah serius pada pengembangan ayam broiler di daerah tropis. Suhu rata-rata

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran hutan telah menjadi masalah bukan hanya di Indonesia tetapi juga berdampak regional di Asia Tenggara yang berpengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi hipersensitivitas tipe I atau reaksi alergi adalah reaksi imunologis (reaksi peradangan) yang diakibatkan oleh alergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di Indonesia, namun penelitian dan pemanfaatan lumut ini

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di Indonesia, namun penelitian dan pemanfaatan lumut ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lumut hati (Marchantia polymorpha L.) merupakan tumbuhan yang tersebar luas di Indonesia, namun penelitian dan pemanfaatan lumut ini masih sangat kurang. Kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi yang kompleks terhadap agen penyebab jejas, seperti mikroba dan kerusakan sel. Respon inflamasi berhubungan erat dengan proses penyembuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh memiliki sistem imun sebagai pelindung dari berbagai jenis patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dikelilingi oleh berbagai bahan organik dan anorganik yang dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit dan kerusakan jaringan. Oleh sebab itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum jelas. Secara garis besar IBD

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian FOS terhadap Jumlah Plak Peyeri Ileum Itik Cihateup

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian FOS terhadap Jumlah Plak Peyeri Ileum Itik Cihateup IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian FOS terhadap Jumlah Plak Peyeri Ileum Itik Cihateup Rata-rata jumlah plak peyeri ileum itik Cihateup setelah pemberian FOS dapat dilihat di Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ayam yang Diinfeksi C. jejuni Asal Kudus dan Demak Bobot badan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan ayam yang diinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian gel biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses penyembuhan luka gingiva.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik Cihateup termasuk kedalam jenis unggas air yang memiliki sifat fisiologik terbiasa dengan air dan kemampuan thermoregulasi yang rendah dibandingkan dengan unggas-unggas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal adalah kanker ketiga tersering di dunia dan merupakan penyebab kematian akibat kanker kedua di Amerika Serikat, setelah kanker paru-paru. Pada tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian 14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai November 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di fasilitas kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan- Tidak seperti layaknya beternak ayam broiler maupun ayam petelur. Beternak ayam jantan lebih membutuhkan pengalaman dilapangan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit inflamasi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi karena sebagian besar kawasannya berupa perairan. Nontji (2002)

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi karena sebagian besar kawasannya berupa perairan. Nontji (2002) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya laut yang cukup tinggi karena sebagian besar kawasannya berupa perairan. Nontji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain yang memiliki sifat mirip dengan streptomisin, salah satu antibiotik yang ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Istilah asma berasal dari bahasa Yunani yang artinya terengahengah dan berarti serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk menyatakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., PENDAHULUAN Latar Belakang Tortikolis adalah gejala yang umum terlihat di berbagai jenis unggas yang dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., 2014). Menurut Capua

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi histopatologi dari organ paru paru ayam, tampak adanya perubahan patologi yang terjadi pada seluruh kelompok, baik kelompok kontrol (K P dan K N ) maupun kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dikenal masyarakat Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang terkandung seperti polisakarida,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan adalah budidaya kerapu tikus (Cromileptes altivelis) (Putri dkk.,

I. PENDAHULUAN. dikembangkan adalah budidaya kerapu tikus (Cromileptes altivelis) (Putri dkk., I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi kelautan dari sektor budidaya yang sudah banyak diminati untuk dikembangkan adalah budidaya kerapu tikus (Cromileptes altivelis) (Putri dkk., 2013a). Meskipun usaha

Lebih terperinci

HOST. Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi. Penting dalam terjadinya penyakit karena :

HOST. Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi. Penting dalam terjadinya penyakit karena : HOST Pendahuluan Definisi Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi Penting dalam terjadinya penyakit karena : Bervariasi : geografis, sosekbud, keturunan Menentukan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi kronik memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya kanker. Salah satu penyakit inflamasi kronik adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang dipicu

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan pada usus besar dan rektum. Gangguan replikasi DNA di dalam sel-sel usus yang diakibatkan oleh inflamasi kronik dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci