BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian"

Transkripsi

1 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian Penimbangan berat badan menunjukkan bahwa pada awal penelitian berat badan tikus kelompok model diabetes mempunyai rataan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tikus kelompok non-diabetes, namun pada 2 minggu terakhir terjadi penurunan. Pada periode tersebut rataan berat badan tikus nondiabetes tetap meningkat sehingga nilai berat badan kedua kelompok pada akhir penelitian berada pada nilai yang sama (Gambar 7). Hal demikian sangat mungkin terkait dengan kondisi klinis diabetes yang diketahui pada periode tertentu dapat menyebabkan penurunan berat badan Berat Badan (g) DB nondb Penimbangan ke Gambar 7. Nilai Rataan Pertumbuhan Berat Badan Tikus Model. DB : Tikus Kelompok Diabetes, Non DB : Tikus Kelompok Non-diabetes Pengukuran kadar gula darah pada tikus model diabetes secara umum menunjukkan rataan nilai kadar gula darah dengan pola menurun pada akhir penelitian. Pada pengukuran terakhir gula darah tikus model diabetes mencapai nilai di bawah 200 mg/dl (Gambar 8). Data demikian mengindikasikan bahwa sambiloto mempunyai efek hipoglikemik yang cukup kuat. Pengukuran kadar gula darah pada kelompok non-diabetes setelah pemberian sambiloto selama 4

2 42 minggu menunjukkan nilai rataan tetap pada kisaran 100 mg/dl, walaupun terdapat kecenderungan menurun pada periode akhir penelitian. Kadar Gula Darah (mg/dl) Sampling ke DB nondb Gambar 8. Nilai Kadar Gula Darah Rata-Rata Tikus Model. DB : Tikus Kelompok Diabetes, Non DB : Tikus Kelompok Non-diabetes Lebih jauh dari hasil gambaran nilai rataan kadar gula darah tikus model diabetes yang menunjukkan penurunan setelah pemberian sambiloto, dievaluasi secara individu untuk melihat pola respon model diabetes dengan kadar gula darah tinggi ( mg/dl) dan kadar gula darah rendah (± 150 mg/dl). Evaluasi individu model diabetes dengan kadar gula darah tinggi dan rendah dilakukan dengan mengamati 4 ekor tikus model diabetes yang mempunyai kadar gula darah tinggi ( mg/dl) dan 4 ekor tikus model diabetes dengan kadar gula darah rendah (± 150 mg/dl). Hasil pengamatan individu pada 4 ekor tikus model dengan kadar gula darah tinggi menunjukkan respon yang bervariasi dari individu yang (Gambar 9A). Nilai gula darah per waktu pengorbanan menunjukkan keragaman, yaitu terdapat nilai yang langsung menurun, meningkat, maupun berfluktuasi pada pemeriksaan pada minggu selanjutnya. Tikus model diabetes yang menunjukkan nilai gula darah diatas 250 mg/dl secara umum memperlihatkan penurunan nilai gula darah setelah pemberian sambiloto, namun sampel diabetes pada minggu ke-7 (DB 7) justru menunjukkan peningkatan pada minggu ke 3 pasca akhir pemberian sambiloto.

3 43 Kadar Gula Darah (mg/dl) Minggu ke DB8 DB7 DB6 DB5 Gambar 9A. Nilai Kadar Gula Darah per Waktu Sampling Tikus Model Diabetes dengan Nilai Kadar Gula Darah Awal Tinggi. DB 5 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-5, DB 6 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-6, DB 7 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-7, DB 8 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-8 Keragaman respon terhadap pemberian sambiloto juga ditemukan pada tikus model diabetes yang menunjukkan nilai kadar gula darah di bawah 150 mg/dl (Gambar 9B). Pada tikus sampel diabetes lain didapatkan pada minggu ke- 5 (DBr5) menunjukkan nilai kadar gula yang meningkat tajam (350 mg/dl) pada minggu pertama pasca akhir pemberian sambiloto, sementara tikus lain mendekati nilai kadar gula darah 100 mg/dl. Kadar Gula Darah (mg/dl) Minggu ke DBr8 DBr7 DBr6 DBr5 Gambar 9B. Nilai Kadar Gula Darah Per Waktu Sampling Tikus Model Diabetes dengan Nilai Kadar Gula Darah Awal Rendah DBr 5 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-5, DBr 6 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-6, DBr 7 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-7, DBr 8 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-8 Kondisi demikian mendorong dilakukannya evaluasi histologis terhadap organ hati, usus halus, dan limpa berdasar nilai kadar gula darah saat pengorbanan.

4 Hasil pengamatan histologis tikus model setelah pemberian seduhan sambiloto Hati Hasil pengamatan mikroskopis hati dengan metoda paraffin dan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) secara kualitatif disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil pengamatan mikroskopis hati pada tikus model diabetes memperlihatkan adanya perubahan morfologis. Perubahan yang ditemukan dari hasil pengamatan mengindikasikan adanya perubahan yang mengarah pada ciri degenerasi dan adanya peningkatan respon sel-sel pertahanan organ hati. Gambaran sistem lobulasi sel-sel hati yang mengelilingi vena sentralis secara umum masih dapat dikenali pada seluruh bagian jaringan hati yang terpotong. Tabel 1. Hasil pengamatan mikroskopis hati dengan pewarnaan HE Kelompok Hasil Pengamatan Non-diabetes Tidak ada perubahan Kadar gula darah yang tinggi Kadar gula darah yang rendah Kongesti Terdapat vakuol-vakuol pada sitoplsma hepatosit Batas hepatosit tidak jelas Beberapa inti hepatosit pecah (karioreksis) Ditemukan beberapa nukleolus hepatosit menghilang atau memadat Hiperemi Beberapa batas hepatosit tidak jelas Ditemukan beberapa nukleolus hepatosit menghilang atau memadat Berdasarkan hasil pengamatan histomorfologis jaringan hati, terlihat perbedaan antara tikus non-diabetes dan tikus model diabetes yaitu terjadi perubahan pada hati model diabetes yang mengarah pada degenerasi hingga nekrosa sel. Gambaran histomorfologis hati tikus model non-diabetes secara umum tidak mengalami perubahan. Dapat dilihat hepatosit model non-diabetes utuh dan seragam, serta batas sinusoidnya jelas. Pengamatan lebih seksama dari kemunculan sel Kupffer pada jaringan hati model non-diabetes didapatkan kesan sangat mudah menemukannya dalam jumlah yang cukup banyak. Sel Kupffer

5 45 adalah makrofag jaringan yang mampu memfagositosis bakteri dan benda asing lain dalam darah sinus hepatikus (Guyton 1997). Dellman (1989) menyatakan bahwa sel Kupffer merupakan makrofag spesifik dalam organ hati yang berasal dari monosit. Keberadaan sel Kupffer yang relatif mudah ditemukan ini sangat mungkin menggambarkan kondisi kesiapan atau kesiagaan tubuh dalam menghadapi materi yang merugikan. Gambaran histologis hati model nondiabetes disajikan pada Gambar 10. Gambaran histologis yang ditemukan pada tikus model non-diabetes merupakan acuan dalam penilaian tingkatan perubahan yang terjadi pada tikus model diabetes yang dikaji. Deskripsi pengamatan mikroskopis pada tikus model diabetes dengan pola pengamatan pada tikus model non-diabetes disampaikan berdasar jenjang perbaikan gambaran gula darah. Gambar 10. Gambaran histologis hati model non-diabetes. Dapat dilihat bahwa hepatosit utuh dan seragam (panah biru), batas antar sel jelas (panah kuning), dan terjadi peningkatan jumlah sel Kupffer (panah hitam). Hati tikus model dibetes yang masih menunjukkan kadar gula darah tinggi saat pengambilan sampel organ pada pengamatan mikroskopik ditemukan beberapa perubahan, yaitu terlihat adanya kongesti yang ditandai dengan keberadaan darah dalam pembuluh darah dan sinusoid. Pada kejadian yang kronis kongesti dapat mengakibatkan terjadinya perluasan sinusoid (dilatasi sinusoid) dan mendesak hepatosit yang akan menyebabkan hepatosit memipih dan mengalami atropi. Beberapa sel terlihat ukurannya tidak seragam dan nukleolus

6 46 sel memadat atau menghilang. Perubahan tersebut merupakan indikasi terjadinya degenerasi hepatosit. Pengamatan pada hepatosit ditemukan adanya vakuolvakuol pada sitoplasma. Keberadaan vakuol pada sitoplasma ini dapat mengindikasikan adanya degenerasi vakuol yang sangat mungkin dikelirukan dengan gambaran degenerasi lemak. Perubahan gambaran mikroskopis hati tikus model diabetes dapat dilihat pada Gambar 11. Pada Gambar 11 juga dapat ditemukan adanya deratan sel dengan batas sel yang tidak jelas sehingga sitoplasma terlihat menyatu. Pada sel yang mengalami kerusakan membran plasma tidak ditemukan adanya inti dari hepatosit. Pada sel yang lain dapat ditemukan adanya hepatosit yang membesar dengan gambaran inti mengesankan terjadinya karioreksis. Gambar 11. Gambaran histologis hati tikus model diabetes dengan gula darah yang masih tinggi. Sinusoid hati berisi darah (panah kuning), sitoplasma hepatosit bervakuol (panah hitam), batas antar sel tidak jelas (panah hijau), inti sel pecah (panah biru), dan nukleolus menghilang (panah ungu). Pengamatan pada hati tikus model diabetes yang menunjukkan kadar gula darah yang rendah saat pengambilan sampel organ memperlihatkan adanya beberapa perubahan yang mengarah ke perbaikan struktur dibandingkan dengan model diabetes yang menunjukkan kadar gula darah lebih tinggi saat pengambilan sampel. Perubahan gambaran pada jaringan hati seperti sinusoid berisi darah dan degenerasi hepatosit masih dapat ditemukan namun dalam jumlah yang sudah jauh menurun. Gambaran sel dengan batas antar sel yang menghilang tidak

7 47 banyak ditemukan. Sebagian besar lapang pandang dipenuhi dengan gambaran hepatosit yang mendekati pada tikus model non-diabetes. Pada daerah sinusoid yang berisi sel darah tidak ditemukan adanya perubahan yang mengindikasikan terjadinya udema maupun perubahan patologis lainnya. Mempertimbangkan hal tersebut maka gambaran hiperemi yang terlihat dapat dipahami lebih menggambarkan perubahan yang terjadi karena teknis pengeluaran darah yang kurang sempurna (Gambar 12). Gambar 12. Gambaran histologis hati kelompok gula darah rendah. Dapat dilihat sinusoid berisi eritrosit (panah kuning), batas antar hepatosit tidak jelas (panah hijau), dan nukleolus hepatosit menghilang (panah biru). Perubahan yang terjadi pada tikus model diabetes terutama yang mempunyai kadar gula darah masih tinggi saat pengambilan sampel sangat mungkin berakibat pada ketidakmampuan hati untuk memobilisasi glukosa di dalam darah dan mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme sel. Hati merupakan organ yang berperan dalam pengaturan kadar glukosa dalam darah (Ganiswara 1995), sehingga kerusakan hepatosit akan mengurangi kemampuan dalam pengaturan gula darah. Keadaan sebaliknya ketika terjadi ketidakteraturan kadar glukosa dalam darah maka fungsi organ hati dapat terganggu bila terjadi dalam jangka yang panjang. Menurut Ressang (1984), kongesti adalah keadaan yang menggambarkan adanya darah secara berlebihan di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu.

8 48 Kongesti mengakibatkan sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun. Sel hati sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia sehingga adanya kongesti mengganggu fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan lemak. Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah, sedangkan pada kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena sentralis dan sinusoid-sinusoid di sekitarnya. Apabila terjadi kongesti kronik maka sinusoid yang melebar akan mendesak deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena sentralis sehingga hepatosit mengalami atropi (mengecil). Kongesti disebut juga pembendungan darah di dalam pembuluh darah. Secara mikroskopik terlihat pembuluh kapiler dan vena berdilatasi dan berisi darah (Smith et al. 1972). Kongesti dapat disebabkan oleh adanya degenerasi atau nekrosa otot jantung. Adanya gangguan aliran darah dari jantung menyebabkan pembuluh darah melebar dengan aliran darah yang melambat. Hal ini mengakibatkan darah membendung di jaringan sehingga berkumpul membentuk pembendungan di pembuluh darah. Apabila kongesti terjadi secara kronik, maka akan menyebabkan peningkatan jaringan fibrosa pada dinding vena. Degenerasi merupakan perubahan morfologis dan penurunan fungsi sel yang bersifat sementara yang disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme, anoksia, iskemia dan akibat senyawa-senyawa toksik. Berbagai kondisi tersebut menyebabkan berkurangnya energi sel sehingga merusak sel secara tidak langsung (Jubb et al. 1993). Penderita diabetes tidak dapat menggunakan glukosa dalam darah sebagai sumber energi sehingga sel mencari energi dari sumber lain, yaitu dengan memecah glikogen (glikogenolisis) dan pembentukan glukosa dari bahan-bahan selain karbohidrat (glukoneogenesis) di dalam hati, oksidasi lemak dalam sel lemak, dan katabolisme protein. Sejalan dengan proses glikogenolisis dan glukoneogenesis akan dihasilkan badan-badan keton sebagai produk samping. Badan-badan keton merupakan salah satu radikal bebas. Badan-badan keton merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh sehingga keberadaannya dalam tubuh dapat mengganggu fisiologis organ-organ tubuh tempat ditemukannya. Secara makroskopik, hati yang mengalami degenerasi ukurannya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan hati normal (Smith et al. 1972). Secara mikroskopik perubahan yang dapat terjadi pada hepatosit diantaranya adalah

9 49 piknosis (inti sel menjadi padat dan mengecil akibat degenerasi), karioreksis (pecahnya inti sel yang disertai dengan hancurnya kromatin), dan kariolisis (nekrobiosis yang tampak sebagai pembengkakan inti sel disusul dengan hilangnya kromatin) (Ressang 1984). Degenerasi vakuol merupakan kerusakan yang masih bersifat sementara (reversible), sehingga apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan kembali normal. Degenerasi vakuol ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma dan inti di tengah dengan batas antar sel tidak jelas. Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion. Infeksi akut sel akan menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma. Pompa lapisan membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan masuk ke dalam retikulum endoplasma. Hal ini akan menyebabkan kebengkakan sel yang disebut degenerasi vakuol. Kebengkakan retikulum endoplasma akan menghambat sintesis protein, sehingga ribosom terlepas dari Rogh Endoplasmic Reticulum (RER). Karena sel gagal memperoleh energi yang bersumber dari mekanisme aerobik, maka untuk sementara sel berusaha memperoleh energi dari sumber mekanisme anaerobik (glikolisis). Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida darah. Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang mengalami kerusakan terlalu tinggi, maka kerusakan sel akan bersifat permanen (irreversible) dan akhirnya terjadi kematian sel (apoptosis dan nekrosa). Menurut Lu (1995), ada beberapa perubahan yang mendahului nekrosa yaitu edema sitoplasma, dilatasi retikulum endoplasma, penghancuran inti dan organel sel serta pecahnya membran plasma Usus Halus Pengamatan pada usus halus tikus dilakukan dengan melihat perbandingan jumlah sel Goblet dan sel mitotik pada kripta Lieberkuhn pada kelompok nondiabetes dan kelompok diabetes baik yang rendah maupun yang tinggi. Setiap perlakuan dilihat kripta Lieberkuhnnya, lalu dihitung jumlah sel Goblet dan sel yang sedang bermitosis dalam 10 kripta (Tabel 2).

10 50 Tabel 2. Hasil pengamatan mikroskopis usus halus tikus setiap kelompok perlakuan Kelompok Jumlah Sel Goblet dalam 10 kripta Jumlah Sel Mitosis dalam 10 kripta Non-diabetes Kadar gula darah yang tinggi Kadar gula darah yang rendah Hasil penghitungan menunjukkan jumlah sel Goblet pada 10 kripta usus kelompok non-diabetes adalah 93 buah, pada kelompok gula yang tinggi sebanyak 108 buah, dan pada kelompok gula yang rendah sebanyak 103 buah. Penghitungan tersebut memperlihatkan adanya penambahan jumlah sel Goblet pada kelompok diabetes namun tidak terlalu nyata. Hal ini menunjukkan bahwa sambiloto tidak dianggap sebagai zat yang berbahaya bagi tubuh sehingga tidak terlalu mempengaruhi keadaan fisiologis usus. Gambaran histologis usus halus disajikan dalam Gambar 13. Sel Goblet merupakan sel yang berfungsi mensekresikan sejumlah besar cairan intestin, yang terdiri dari air, elektrolit, mucin, IgA sekretori dan enzim-enzim. Rangsangan mekanik dan kimiawi merupakan hal yang penting dalam peningkatan sekresi intestin (Banks & William 1993). Siklus hidup sel Goblet tidak tentu, tergantung faktor yang mengatur sekresinya. Pelepasan mucin merupakan respon terhadap iritasi, dan endotoksin dari bakteri adalah hal yang paling merangsang sekresi ini. Pada iritasi ringan yang persisten, jumlah sel Goblet akan meningkat (Jubb et al. 1993).

11 51 Gambar 13. Gambaran histologis usus halus. Terlihat gambaran sel Goblet (panah biru), sel yang sedang bermitosis (panah hijau), dan kripta Lieberkuhn (panah kuning). Penghitungan sel mitosis pada 10 kripta dalam setiap perlakuan menunjukkan sel mitosis pada kelompok non-diabetes berjumlah 15, pada kelompok gula yang tinggi 25 dan pada kelompok gula yang rendah sebanyak 26 sel. Terlihat adanya peningkatan jumlah sel mitosis yang cukup nyata pada kelompok non-diabetes jika dibandingkan dengan kelompok diabetes. Hal ini dapat dikarenakan diabetes yang diderita tikus merusak epitel usus halus sehingga dibutuhkan pergantian sel epitel yang semakin cepat. Rastogi (1977) menyatakan bahwa sel epitel yang telah tua diganti oleh sel yang dihasilkan kripta Lieberkuhn. Fungsi utama kripta Lieberkuhn adalah untuk menjaga kesinambungan hidup sel epitel sehingga mitosis sering terlihat dalam kripta tersebut. Kripta Lieberkuhn juga mengandung limfosit intraepithelial, dan yang paling dominan adalah sel T- supresor/cytotoxic (CD8-positif) (Krieken & Attilio 2007). Menurut Jubb et al. (1993), peningkatan jumlah relatif dan absolut epitel kripta dengan peningkatan indeks mitosis mengindikasikan perpanjangan siklus mitosis atau penundaan maturasi. Hal ini mungkin dikarenakan sel sedang terserang penyakit aktif Limpa Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) pada jaringan limpa dapat memfisualisasikan secara kontras pulpa putih yang mengambil warana

12 52 hematoksilin sehingga berwarna keunguan (asidofilik) dan pulpa merah yang mengambil warna eosin sehingga berwarna merah muda (basofilik). Pengamatan histologis limpa secara umum memperlihatkan peningkatan folikel limfoid yang mengindikasikan respon sistem kekebalan tubuh terhadap zat yang berbahaya bagi tubuh. Hasil pengamatan terhadap limpa disajikan dalam Tabel 3: Tabel 3. Hasil pengamatan histologis limpa dengan pewarnaan HE Kelompok Hasil Pengamatan Non-diabetes Kadar gula darah yang tinggi Kadar gula darah yang rendah Terbentuk pusat germinal Terbentuk pusat germinal Hemorrhagi pada pulpa merah Degenerasi sel Nekrosa sel hingga lisis Terbentuk pusat germinal Jumlah pulpa putih menurun Hemoragi pada pulpa merah Degenerasi sel Pengamatan pada limpa memperlihatkan limpa pada tikus kelompok nondiabetes mengalami hiperplasia pulpa putih dengan munculnya pusat germinal pada daerah tepi limpa. Gambaran histomorfologi limpa kelompok non-diabetes disajikan pada Gambar 14. Perubahan yang terjadi disebabkan karena andrographolida yang terkandung dalam sambiloto bersifat meningkatkan sistem kekebalan dengan menghasilkan sel-sel darah putih untuk menghancurkan bakteri dan benda asing, serta mengaktifkan sistem limpa (Wibudi 2006). Gambar 14. Gambaran mikroskopis limpa tikus model non-diabetes. Pulpa putih (panah ungu).

13 53 Tizard (1988) menyatakan bahwa bila terjadi rangsangan antigen, folikel primer akan membentuk folikel sekunder yang disebut juga pusat germinal. Pusat germinal ini diselubungi lapisan sel T yang dikenal sebagai zona mantel. Menurut Dellman dan Eurell (1998), salah satu reaksi terhadap adanya antigen adalah proliferasi limfoblas pada tepi luar selubung limfatik periarterial, lalu terbentuklah pusat germinal pada nodul limfatik. Jubb et al. (1993) menerangkan bahwa pusat germinal dari limpa memegang peranan penting dalam respon humoral, yaitu dengan memproduksi antibodi dan menentukan kelanjutan sel B memori ke organ limfoid sekunder. Limpa pada tikus kelompok gula darah yang tinggi memperlihatkan adanya hemoragi parah pada daerah pulpa merah sehingga terjadi peningkatan jumlah hemosiderin di dekat daerah perdarahan. Beberapa sel limpa mengalami degenerasi, nekrosa, bahkan hingga lisis. Selain itu terlihat pula peningkatan jumlah sel megakaryosit pada jaringan limpa serta terbentuk pusat germinal namun tak sebanyak pada kelompok non-diabetes dan kelompok diabetes dengan kadar gula darah rendah (Gambar 15).

14 54 Gambar 15. Gambaran mikroskopis limpa tikus model diabetes dengan kadar gula darah tinggi. Ditemukan adanya sel lisis (panah hijau), sel yang mengalami nekrosa (panah kuning), hemorrhagi (panah biru),hemosiderin (panah hitam), makrofag (panah ungu), dan degenerasi sel (panah merah). Limpa pada tikus kelompok gula yang rendah terlihat mengalami hemoragi dan jumlah pulpa putihnya menurun. Muncul pusat germinal namun tak sebanyak pada kelompok non-diabetes (Gambar 16). Menurunnya jumlah pulpa putih menandakan bahwa limpa mengalami degenerasi, seperti disebutkan Jubb et al. (1993), bahwa degenerasi pada limpa secara mikroskopik ditandai dengan penurunan jumlah dan ukuran pulpa putih. Hemoragi merupakan keluarnya darah dari pembuluh darah, baik keluar tubuh maupun di jaringan atau rongga tubuh (Smith et al. 1972). Hemoragi juga ditandai dengan meningkatnya jumlah hemosiderin. Hemosiderin adalah pigmen yang berasal dari zat besi. Pigmen ini biasanya terdapat di makrofag retikuler, tetapi pada keadaan hemosiderosis yang panjang dapat hadir pada jaringan penghubung. Jumlah hemosiderin menjadi signifikan saat jumlahnya berlebihan atau terjadi penundaan daur ulang (Jubb et al. 1993).

15 55 Gambar 16. Gambaran histologis limpa tikus model diabetes dengan kadar gula darah rendah. Dapat dilihat hemosiderin (panah hijau) dan terjadi hemorrhagi pada pulpa merah. Limpa melaksanakan eritropoiesis pada fetus (Tizard 1988). Eritropoiesis pada hewan biasanya diikuti dengan pembentukan megakaryosit (Jubb et al. 1993). Megakaryosit merupakan prekursor eritroid dan prekursor semua granulosit besar (Ward et al. 1999). Megakaryosit berfungsi sebagai prekursor pembentukan platelet yang nantinya akan membentuk eritrosit sebagai respon adanya hemorrhagi. Platelet atau keping-keping darah perifer akan meningkat apabila terjadi perdarahan atau infeksi akut. Fungsi limpa diantaranya adalah menyaring darah (Tizard 2004) dan membentuk sel-sel darah putih yaitu limfosit (Ressang 1984). Perubahan yang terjadi pada limpa kelompok diabetes baik yang rendah maupun tinggi disebabkan karena penyakit diabetes yang diderita tikus kelompok ini menyebabkan kadar gula dalam darah tinggi sehingga kerja limpa menjadi berat.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Evaluasi dataperforman Ayam Dari hasil penelitian didapatkan rataan bobot badan ayam pada masing-masing kelompok perlakuan, data tersebut dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi Pengamatan histopatologi limpa dilakukan untuk melihat lesio pada limpa. Dari preparat yang diamati, pada seluruh kelompok perlakuan baik kontrol (-) maupun

Lebih terperinci

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerusakan Hati Ikan Mas Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (1995) dalam Permana (2009) ada dua alasan yang menyebabkan

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Mikroanatomi Hati Ikan Tagih Hasil penelitian pengaruh subletal merkuri klorida (HgCl 2 ) menggunakan konsentrasi 0,02 ppm; 0,04 ppm; dan 0,08 ppm; selama 28 hari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria Hasil pengamatan terhadap jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria vili usus yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas Virus H 5 N yang sangat patogen atau yang lebih dikenal dengan virus flu burung, menyebabkan penyebaran penyakit secara cepat di antara unggas serta dapat menular

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B ; Definisi, metabolisme, efek 2.1.1 Definisi Rhodamine B Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal bewarna kehijauan, dalam bentuk larutan

Lebih terperinci

A. Bagian-bagian dalam sel tersusun atas sebagai berikut:

A. Bagian-bagian dalam sel tersusun atas sebagai berikut: A. Bagian-bagian dalam sel tersusun atas sebagai berikut: 1. Membran sel Membran sel sering disebut juga membran plasma yang bersifat semipermeabel. Artinya, membran sel hanya dpat dilewati oleh zat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah merah merupakan tanaman endemik Papua yang bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu pengobatan beberapa penyakit, antara lain kanker, tumor,

Lebih terperinci

A. Pengertian Sel. B. Bagian-bagian Penyusun sel

A. Pengertian Sel. B. Bagian-bagian Penyusun sel A. Pengertian Sel Sel adalah unit strukural dan fungsional terkecil dari mahluk hidup. Sel berasal dari bahasa latin yaitu cella yang berarti ruangan kecil. Seluruh reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh

Lebih terperinci

SISTEM LIMFOID. Organ Linfoid : Limfonodus, Limpa, dan Timus

SISTEM LIMFOID. Organ Linfoid : Limfonodus, Limpa, dan Timus SISTEM LIMFOID Sistem limfoid mengumpulkan kelebihan cairan interstisial ke dalam kapiler limfe, mengangkut lemak yang diserap dari usus halus, dan berespons secara imunologis terhadap benda asing yang

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Subjek penelitian ini adalah anak yang diperoleh dari induk tikus Rattus norvegicus galur Sprague-dawley yang telah diinduksi hipoksia iskemik pada usia kehamilan 7

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat - 4

Metabolisme karbohidrat - 4 Glukoneogenesis Uronic acid pathway Metabolisme fruktosa Metabolisme galaktosa Metabolisme gula amino (glucoseamine) Pengaturan metabolisme karbohidrat Pengaturan kadar glukosa darah Metabolisme karbohidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan antara lain; warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian penurunan kadar glukosa darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) secara oral menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

SEL DAN JARINGAN MATERI BAHAN PELATIHAN UNTUK GURU-GURU SMA / MA OLEH: DRS. TAUFIK RAHMAN, MPD UPI BANDUNG

SEL DAN JARINGAN MATERI BAHAN PELATIHAN UNTUK GURU-GURU SMA / MA OLEH: DRS. TAUFIK RAHMAN, MPD UPI BANDUNG SEL DAN JARINGAN MATERI BAHAN PELATIHAN UNTUK GURU-GURU SMA / MA OLEH: DRS. TAUFIK RAHMAN, MPD UPI BANDUNG NANGRO ACEH DARUSSALAM 5-10 JULI 2007 1 SOAL TES SEL DAN JARINGAN Petunjuk: 1. Jawablah pertanyaan

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat - 2

Metabolisme karbohidrat - 2 Glukoneogenesis Uronic acid pathway Metabolisme fruktosa Metabolisme galaktosa Metabolisme gula amino (glucoseamine) Pengaturan metabolisme karbohidrat Pengaturan kadar glukosa darah Metabolisme karbohidrat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil. Jumlah Penurunan Glomerulus Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus musculus L.) setelah diberi perlakuan pajanan medan listrik tegangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang

Lebih terperinci

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP S E L Suhardi, S.Pt.,MP Foreword Struktur sel, jaringan, organ, tubuh Bagian terkecil dan terbesar didalam sel Aktivitas metabolisme sel Perbedaan sel hewan dan tumbuhan Metabolisme sel Fisiologi Ternak.

Lebih terperinci

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

Dr. Halinda Sari Lubis, MKKK Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dr. Halinda Sari Lubis, MKKK Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Halinda Sari Lubis, MKKK Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Suatu massa protoplasma yan dibatasi oleh sel membran serta mempunyai nukleus Mempunyai membran plasma Mengandung bahan-bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba 6 dengan etanol absolut selama 2 menit, kemudian dengan etanol 95% dan 80% masing-masing selama 1 menit, dan dicuci dengan air mengalir. Kemudian preparat direndam dalam pewarnaan Mayer s Haemotoxylin

Lebih terperinci

Jaringan tulang keras di bagi menjadi... a.1 b.2 = c.3 d.4 e.5

Jaringan tulang keras di bagi menjadi... a.1 b.2 = c.3 d.4 e.5 Jaringan tulang keras di bagi menjadi... a.1 b.2 = c.3 d.4 e.5 Dengan lingkaran tahun dapat diketahui. A. Besar pohon B. Tinggi pohon C. Umur pohon = D. Banyaknya hujan di tempat tumbuh E. Lamanya musin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jamur telah menjadi bahan pengobatan tradisional di daerah oriental, seperti Jepang, Cina, Korea, dan daerah Asia lainnya sejak berabad-abad lalu, (Ooi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Histologi Pankreas Tikus (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan Hasil penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak

Lebih terperinci

SEL OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK

SEL OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK SEL OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK DEFINISI Sel adalah unit kehidupan struktural dan fungsional terkecil dari tubuh. Sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung dalam sel. Sel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang berfungsi serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

Pengamatan Histopatologi Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Kondisi Fisik Hewan Coba

Pengamatan Histopatologi Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Kondisi Fisik Hewan Coba larutan alkohol dengan konsentrasi bertingkat. Hasilnya diberi permount mounting medium dan ditutup dengan kaca penutup (Hastuti 2008). Pengamatan Histopatologi Pengamatan histopatologi dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat

Lebih terperinci

Pengertian Mitokondria

Pengertian Mitokondria Home» Pelajaran» Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria Mitokondria adalah salah satu organel sel dan berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri tekstil selain menghasilkan suatu produk juga menghasilkan produk sampingan berupa air limbah, yang sering kali mencemari lingkungan terutama perairan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa kini semakin banyak penyakit-penyakit berbahaya yang menyerang dan mengancam kehidupan manusia, salah satunya adalah penyakit sirosis hepatis. Sirosis hepatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum jelas. Secara garis besar IBD

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer berupa gambaran histologi ginjal dan kadar kreatinin hewan coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

Lebih terperinci

HISTOLOGI SISTEM LIMFATIS

HISTOLOGI SISTEM LIMFATIS Judul Mata Kuliah : Biomedik 1 (7 SKS) Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Menerapkan ilmu kedokteran dasar pada blok biomedik 1 Indikator : Mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai hasil alam yang berlimpah dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan. Salah satu dari hasil alam

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 ekor mencit strain DDY yang terdiri dari 30 mencit jantan dan 30 mencit betina.

Lebih terperinci

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2 Bab 5 Sistem Peredaran Darah Sumber: Encarta 2005 Arteri Vena Gambar 5.1 Sistem peredaran darah pada manusia Peta Konsep Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Darah Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian paparan ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada mencit galur DDY selama 90 hari adalah sebagai berikut. 4.1.1 Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki berbagai masalah kesehatan antara lain masih banyak dijumpai penyakit-penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang

Lebih terperinci

b. Badan pankreas Merupakan bagian utama dan letaknya di belakang lambung dan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas Merupakan bagian yang

b. Badan pankreas Merupakan bagian utama dan letaknya di belakang lambung dan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas Merupakan bagian yang PANKREAS Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang 12,5 cm dan tebal + 2,5 cm Pankreas terdiri dari: a. Kepala pankreas Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan

Lebih terperinci

BIOLOGI SEL OLEH : CRISTIN NATALIA. P ILMU KELAUTAN B UNIVERSITAS DIPONEGORO. cristinnatalia.hol.es

BIOLOGI SEL OLEH : CRISTIN NATALIA. P ILMU KELAUTAN B UNIVERSITAS DIPONEGORO. cristinnatalia.hol.es BIOLOGI SEL OLEH : CRISTIN NATALIA. P ILMU KELAUTAN B 26020113120041 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEL Apa itu SEL??.. Sel merupakan unit struktural dan fungsional, yang menyusun tubuh organisme KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak akibat penurunan sekresi insulin atau resistensi insulin (Dorland, 2010). DM suatu

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

Bila Darah Disentifus

Bila Darah Disentifus Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN 3. PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa pakan merupakan sumber energi dan materi bagi ikan. Di dalam proses pemanfaatannya, pakan akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Organ limfoid primer unggas terdiri dari timus dan bursa Fabricius sedangkan pada mamalia terdiri dari sumsum tulang. Limpa, limfonodus dan MALT (Mucosa-associated Lymphoid Tissue)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa Salah satu profil biokimia darah yang berhubungan dengan proses metabolisme energi adalah glukosa. Kadar glukosa merupakan indikasi

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari serangan epidemi cacar dapat menangani para penderita dengan

Lebih terperinci

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk nutrisi untuk mendapatkan akses ke sistem

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S., FIK 2009

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S., FIK 2009 Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) 1 RETIKULUM ENDOPLASMA Ada dua jenis retikum endoplasma (ER) yang melakukan fungsi yang berbeda di dalam sel: Retikulum Endoplasma kasar (rough ER), yang ditutupi oleh

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kadar Enzim SGPT dan SGOT Pada Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki Tabel 1. Kadar Enzim SGPT pada mencit betina setelah pemberian

Lebih terperinci

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S. (FIK-UI)

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S. (FIK-UI) Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) RETIKULUM ENDOPLASMA Ada dua jenis retikum endoplasma (ER) yang melakukan fungsi yang berbeda di dalam sel: Retikulum Endoplasma kasar (rough ER), yang ditutupi oleh

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

repository.unimus.ac.id

repository.unimus.ac.id 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Glukosa Suatu gula monosakarida dari karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat

Lebih terperinci

Metabolisme Karbohidrat

Metabolisme Karbohidrat Metabolisme Karbohidrat Katabolisme = Menghasilkan Anabolisme = Menghabiskan PSIK B 11 UNAND dr. Husnil Kadri Metabolisme Karbohidrat Olha chayo s notes 1 of 18 Glikolisis terjadi sesudah makan Glucosa

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci