HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas"

Transkripsi

1 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas Virus H 5 N yang sangat patogen atau yang lebih dikenal dengan virus flu burung, menyebabkan penyebaran penyakit secara cepat di antara unggas serta dapat menular ke manusia dengan dampak mortalitas yang sangat tinggi (Widyasari 2005). Tingkat mortalitas dapat diketahui dengan salah satu metode yaitu melalui data klinis. Data klinis dapat dilihat pada Tabel, data yang diperoleh menyajikan hasil yang menunjukkan keadaan mortalitas pada berbagai kelompok perlakuan ayam. Tabel menunjukkan hasil dari uji tantang virus Avian Influenza (AI) strain H 5 N /NGK/2003 secara intranasal dengan dosis 0 6 EID 50 /0. ml per ekor. Parameter yang dihitung dalam data klinis adalah persentase hewan hidup dan koefisien kekebalan. Persentase hewan hidup adalah jumlah ayam yang tersisa pada hari terakhir dari jumlah total ayam di hari pertama. Persentase hewan hidup diperoleh dengan cara membandingkan hewan yang tersisa pada hari terakhir dengan total ayam pada hari pertama dikali 00%. Semakin tinggi persentase hewan hidup pada suatu kelompok, maka semakin bagus daya tahan tubuh hewan tersebut terhadap uji tantang virus H 5 N. Untuk menguatkan data kematian, maka perlu juga dihitung koefisien kekebalan. Koefisien kekebalan adalah suatu ketetapan yang bisa menjadi faktor untuk melihat apakah daya tahan tubuh ayam tersebut kebal terhadap infeksi atau sebaliknya. Cara perhitungan koefisien kekebalan adalah dengan menggunakan metode skoring. Metode skoring dilakukan dengan mengalikan jumlah ayam yang tersisa dengan faktor pengali tiap hari. Mulai hari pertama hingga hari terakhir faktor pengali akan berlipat dua kali, misalnya ayam yang hidup pada hari pertama dikali, hari kedua dikali 2, hari ketiga dikali 4, hari keempat dikali 8, hari kelima dikali 6 dan seterusnya.

2 2 Tabel Data mortalitas ayam broiler yang diberi ekstrak tanaman obat selama 2 hari setelah uji tantang virus AI H 5 N /NGK/2003 Kelompok Total ayam yang mati hari ke- Total Skor Total Persentase setelah uji tantang virus Koefisien Ayam Hidup (%) Kekebalan* Kontrol I II III Ket: Kontrol (diberi akuades), I (tanaman obat 5%), II (tanaman obat 7.5%), III(tanaman obat 0%). *total perolehan angka kekebalan = hasil penjumlahan angka kekebalan setiap hari. Angka kekebalan = jumlah ayam bertahan hingga hari ke- x koefisien kekebalan pada hari tersebut (koefisien kekebalan hari ke-(kk ) =, kk 2 = 2, kk 3 = 4, kk 4 = 8, kk 5 = 6, kk 6 = 32, kk 7 = 64). Hampir seluruh kelompok perlakuan menunjukkan mortalitas yang sangat cepat, dilihat dari jumlah ayam pada hari ke-7 pasca infeksi tidak ada yang tersisa yaitu pada kelompok kontrol, kelompok I (5% formula ekstrak) dan kelompok III (0% formula ekstrak). Kelompok II (7.5% formula ekstrak) menunjukkan hasil yang lebih baik, dilihat dari adanya ekor ayam yang bertahan sampai 7 hari pasca infeksi. Data kematian yang disajikan diperoleh dengan cara melihat persentase hewan hidup setelah melalui proses infeksi selama 7 hari. Kelompok kontrol menunjukkan data kematian 00% yang artinya sama sekali tidak ada ayam yang tersisa sampai hari ke-7 saat infeksi virus H 5 N. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tidak adanya tanaman obat dan vaksin, maka virus akan semakin cepat bereplikasi dan mempercepat kematian pada ayam. Hampir seluruh kelompok perlakuan mengalami kematian yang cepat, terutama pada kelompok III ayam yang mati pada hari ke-3 saat infeksi sebanyak 7 ekor dari 8 ekor. Kelompok II juga demikian, pada hari ke-3 saat infeksi maka ayam yang mati sebanyak 6 ekor dari 8 ekor. Kelompok II memiliki hasil yang berbeda dari yang lain yaitu masih ada ayam yang tersisa sebanyak ekor sampai hari ke-7. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengaruh salah satu tanaman obat, misalnya Sambiloto yang kandungan zat aktifnya yaitu flavonoid bersifat antivirus dan menurut Spelman et al. (2006), andrografolid dari Sambiloto mampu meningkatkan proliferasi sel atau limfosit yang berperan dalam sistem imun. Efektifitas tanaman obat juga akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuai dengan indikasi tertentu (Katno dan Pramono 2005).

3 22 Berdasarkan persentase hewan hidup, kelompok ayam yang baik adalah kelompok II dibandingkan dengan kontrol, kelompok I, dan III. Persentase hewan hidup pada kelompok II sebesar 2.5% yang artinya daya tahan tubuh ayam pada kelompok II masih baik, sedangkan pada kelompok yang lainnya menunjukkan hasil yang seragam yaitu 0, artinya tidak ada ayam yang bertahan hidup di hari terakhir setelah uji tantang virus. Hasil perolehan angka koefisien kekebalan tidak jauh berbeda dengan perolehan persentase kematian. Kelompok yang paling tinggi angkanya adalah dari kelompok II, artinya pada kelompok II tersebut kekebalan tubuh ayam masih ada jika dilihat dari perolehan angka kekebalan yang dihitung setiap harinya. Dosis tanaman obat yang paling tepat dalam perlakuan ini adalah dosis ekstrak pada perlakuan kelompok II. Data Bobot Badan Pengaruh efektivitas tanaman obat terhadap performa ayam dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dalam Tabel 2 memperlihatkan hasil pengukuran bobot ayam perminggu. Pengukuran bobot badan dilakukan setiap minggu dengan tetap dicekok tanaman obat setiap harinya pada kelompok I, II, III dan pada kelompok kontrol dicekok akuades. Tabel 2 Bobot badan ayam rata-rata (g) diukur perminggu yang diberi ekstrak tanaman obat selama 2 hari dan diuji tantang virus AI H 5 N /NGK/2003 Kelompok Bobot Ayam Rata-Rata (g)/minggu Total Ratarata Kontrol (-) a I a II a III a Ket: Huruf superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0.05) Kontrol (diberi akuades), I (tanaman obat 5%), II (tanaman obat 7.5%), III(tanaman obat 0%) Bobot badan ayam pada semua kelompok perlakuan umumnya mengalami kenaikan dalam batas yang normal. Rata-rata bobot badan ayam yang paling tinggi adalah pada kelompok kontrol. Dilihat dari semua hasil rata-rata pada setiap kelompok perlakuan ayam yang menggunakan ekstrak tanaman obat, yang paling tinggi adalah kelompok II yaitu sebesar g. Jika kontrol sebagai acuannya, maka rataan bobot badan ayam tidak berbeda jauh dengan yang memakai ekstrak

4 23 tanaman obat. Bobot badan ayam pada kelompok kontrol adalah g, sedangkan pada kelompok I adalah g dan kelompok III adalah g. Dilihat dari semua hasil rata-rata pada setiap kelompok, perolehan nilai bobot badan tidak berbeda jauh antara kelompok yang diberi tanaman obat maupun kelompok kontrol, hal ini sesuai dengan percobaan (Rizal dan Halim 2005) yang menerangkan salah satu manfaat tanaman obat, yaitu pemberian andrografolid pada hewan percobaan dengan dosis g/kgbb selama 7 hari tidak mempengaruhi berat badan. Bobot badan ayam yang paling bagus terdapat pada kelompok perlakuan kontrol, meskipun paling tinggi rataannya, namun perbedaannya dengan kelompok lain masih kurang dari 50% yang artinya tidak ada perbedaan yang jauh jika dilihat dari angka. Hal ini disebabkan, tingkat stres pada semua kelompok perlakuan adalah sama. Ekstrak tanaman obat yang diberikan setiap hari pada ayam dengan cara dicekok tidak memberikan efek yang negatif terhadap performa ayam. Efek negatif terjadi jika setelah diberikan tanaman obat, bobot badan tidak bertambah atau malah menyebabkan ayam tidak nafsu makan. Uji statistik memperlihatkan hasil yang sama dengan perbandingan pengukuran bobot badan per minggu, yaitu menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar setiap kelompok. Bobot badan yang tidak berbeda nyata antara setiap kelompok disebabkan tingkat stres pada semua kelompok perlakuan adalah sama. Ekstrak tanaman obat yang diberikan setiap hari pada ayam dengan cara dicekok tidak memberikan efek yang negatif terhadap performa ayam. Efek negatif terjadi jika setelah diberikan tanaman obat, bobot badan tidak bertambah atau malah menyebabkan ayam tidak nafsu makan. Pengamatan Histopatologi Organ Limforetikular Limpa Pengamatan organ limforetikular limpa pada Tabel 3 dilakukan dengan cara menghitung rata-rata luas dari pulpa putih. Arteriol sentral merupakan penanda bahwa area di sekitarnya merupakan pulpa putih. Diambil 5 pulpa putih pada setiap perlakuan dan dirata-ratakan. Pulpa putih adalah jaringan limfoid yang tersusun mengelilingi arteriol sentral, susunan arteriol sentral ini disebut sebagai

5 24 PALS (Price dan Wilson 2006). Semakin banyak jumlah sel limfoid pada pulpa putih maka sistem imun ayam yang telah ditantang virus AI H 5 N semakin baik. Tabel 3 Persentase pulpa putih pada limpa ayam yang diberi ekstrak tanaman obat selama 2 hari setelah uji tantang virus AI strain H 5 N /NGK/2003 Kelompok Luas pulpa putih (µm 2 ) JumLah sel (µm 2 ) JumLah Sel/0 4 µm 2 Lesio Kontrol c Oedema subkapsular, kongesti, nekrosa I b Kongesti, deplesi pulpa putih. II a Kongesti, proliferasi folikel limfoid sekunder III a Deplesi pulpa putih, nekrotik folikel limfoid, kongesti Huruf superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0.05) Kontrol (diberi akuades), I (tanaman obat 5%), II (tanaman obat 7.5%), III(tanaman obat 0%) Hasil pengamatan pulpa putih limpa menunjukkan rata-rata kepadatan sel limfoid setiap 0 4 µm 2 pada semua perlakuan yang diberi tanaman obat lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Kepadatan sel limfoid yang tertinggi terdapat pada kelompok II yaitu sel/0 4 µm 2, diikuti kelompok III yaitu sel/0 4 µm 2, kelompok I adalah 52.7 sel/0 4 µm 2, dan kelompok kontrol adalah 85.9 sel/0 4 µm 2. Berdasarkan data statistik, kelompok II dan III tidak berbeda nyata, tetapi menunjukkan perbedaan dengan kelompok kontrol dan kelompok I. Kelompok I menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kontrol. Kelompok II mempunyai kepadatan sel limfoid tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini berarti kelompok II memiliki tingkat proliferasi sel limfoid yang tinggi untuk melawan infeksi sehingga ketahanan ayam terhadap infeksi lebih baik. Kandungan aktif dari tanaman obat yang bisa meningkatkan kerja organ limforetikular diantaranya adalah flavonoid yang terdapat dalam Sambiloto, piperin yang terdapat dalam Sirih Merah dan anetol yang terdapat dalam Adas. Menurut Radhika et al. (202), Flavonoid yang terkandung dalam Sambiloto merupakan Senyawa-senyawa yang mempunyai prospek cukup baik yang dapat meningkatkan aktivitas sistem imun. Hasil test secara in vitro dari flavonoid golongan flavones dan flavonols telah menunjukkan adanya respon imun. Menurut Radhika et al. (202), bahwa Sambiloto dapat merangsang sistem imun tubuh baik berupa respon antigen spesifik maupun respon imun non spesifik untuk kemudian menghasilkan sel fagositosis. Respon antigen spesifik yang dihasilkan

6 25 akan menyebabkan diproduksinya limfosit dalam jumlah besar terutama limfosit B. Limfosit B akan menghasilkan antibodi yang merupakan plasma glikoprotein yang akan mengikat antigen dan merangsang proses fagositosis (Decker 2000). Piperin yang terkandung dalam Sirih Merah berperan secara signifikan pada perubahan akut pada awal proses peradangan dan perubahan granulative kronis (Kumar et al. 2007). Menurut Astani et al. (20), Adas berperan dalam menekan aktivitas virus, misalnya pada saat replikasi. Berdasarkan fungsi tanaman obat tersebut, maka besar kemungkinan kelompok II mengalami peningkatan kemampuan organ limforetikular untuk mempertahankan diri dari serangan virus sehingga sel fungsional yang bertahan masih banyak. A B 2 C D Gambar. Histopatologi Limpa yang diberi ekstrak tanaman obat selama 2 hari setelah uji tantang virus AI strain H 5 N, Pewarnaan HE, A (Kontrol, 5 hari p.i, diberi akuades), B (kelompok I, 5 hari p.i, tanaman obat 5%), C (kelompok II, 7 hari p.i, tanaman obat 7.5%), D (kelompok III, 4 hari p.i, tanaman obat 0%) :. Kongesti, 2. Peradangan. Pengamatan lesio kelompok III menunjukkan adanya kongesti dan proliferasi folikel limfoid sekunder, meskipun kepadatan sel limfoid pada kelompok ini paling tinggi, tetapi masih ada tanda-tanda lesio yang menunjukkan

7 26 bahwa ketika terjadi infeksi, maka terjadi respon dari limpa. Menurut Price dan Wilson (2006), kongesti adalah berlimpahnya darah dalam pembuluh di regio tertentu, daerah atau jaringan yang mengalami kongesti terlihat lebih merah karena bertambahnya darah dalam jaringan tersebut. Adanya kongesti dari kelompok perlakuan ini menunjukkan adanya respon peradangan awal yang dilakukan oleh sel limfoid limpa, menyebabkan dilatasi vena akibat peningkatan aliran darah lokal akibat peradangan. Kongesti juga dapat menyebabkan kenaikan jumlah serabut fibrosa jaringan ikat. Daerah limpa juga terjadi adanya pemecahan sel darah merah lokal, yang mengakibatkan pengendapan pigmen yang berasal dari hemoglobin di dalam jaringan. Proliferasi folikel limfoid sekunder diakibatkan adanya respon pertahanan dari limpa dalam melawan antigen. Menurut Price dan Wilson (2006), organ limfoid sekunder sangat responif terhadap stimulasi antigenik, organ ini kaya akan makrofag dan sel dendrit yang menangkap serta memproses antigen dan sel limfosit T dan B. Kelompok perlakuan yang menunjukkan kepadatan sel limfoid yang paling kecil adalah kelompok kontrol dengan rata-rat 85.9 sel/0 4 µm 2. Kelompok kontrol tidak menggunakan tanaman obat dan tidak memakai vaksin untuk membantu organ limfoid dalam melawan virus, sehingga organ limfoid bekerja lebih berat, hal ini membuktikan peran tanaman obat pada organ limpa sebagai immunomodulator. Menurut Tjandrawinata et al. (2005), imunomodulator berfungsi untuk memperbaiki sistem imun yaitu dengan cara stimulasi (imunostimulan) atau menekan/menormalkan reaksi imun yang abnormal (imunosupresan). Dikenal dua golongan imunostimulan yaitu imunostimulan biologi dan sintetik. Lesio pada kelompok kontrol menunjukkan adanya edema subkapsular, kongesti, dan nekrosa. Menurut Price dan Wilson (2006), edema adalah penimbunan cairan yang berlebihan di antara sel-sel tubuh atau dalam berbagai organ tubuh, Kenaikan tekanan hidrostatik cenderung memaksa cairan masuk kedalam ruang interstisial tubuh. Karena alasan yang sederhana ini, kongesti dan edema cenderung terjadi bersamaan. Edema adalah reaksi yang mencolok dari reaksi peradangan akut, dalam hal ini adalah reaksi peradangan akibat virus H 5 N. Sel mengalami nekrotik artinya sel tersebut mengalami kematian akibat respon terhadap virus. Hal ini terjadi karena virus bereplikasi

8 27 pada sel sehingga menyebabkan degenerasi dan kematian sel (Cheville 2006). Kematian sel terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel sehingga adanya respon peradangan. Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel sel lainnya. Ciri sel nekrotik yaitu piknotik, kariolisis, dan kariorektik (Price dan Wilson 2006). Inti sel pada kelompok kontrol mengalami piknotik yaitu inti sel yang mati menyusut, tidak berbatas jelas dan zat warna gelap. Bursa Fabricius Pengamatan bursa Fabricius pada Tabel 4 menunjukkan perbandingan dari luas plika dan folikel limfoid. Pengamatan pada bursa Fabricius dilakukan dengan mencari rata-rata kepadatan folikel limfoid. Rumus yang digunakan adalah luas folikel limfoid dibandingkan dengan luas plika dikali 00%. folikel limfoid merupakan tempat dihasilkannya sel-sel limfoid yang berfungsi sebagai sistem pertahanan jika ada antigen yang masuk, oleh karena itu untuk melihat respon imun dalam tubuh hewan, maka bursa adalah salah satu tempat yang dapat dijadikan acuan. Tabel 4 Persentase Bursa Fabricius pada Ayam yang diberi ekstrak tanaman obat selama 2 hari setelah uji tantang virus AI strain H 5 N /NGK/2003 Kelompok Luas Plika (µm 2 ) Luas Folikel Limfoid (µm 2 ) Kepadatan Folikel Limfoid (%) Lesio Kontrol ab Edema, kongesti, deplesi folikel limfoid I b Deplesi folikel limfoid, atropi plika II b Kista, edema ringan III a Deplesi folikel limfoid, edema ringan Ket: Huruf superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0.05) Kontrol (diberi akuades), I (tanaman obat 5%), II (tanaman obat 7.5%), III(tanaman obat 0%) Pengamatan persentase kepadatan folikel limfoid dari bursa Fabricius menunjukkan hasil rata-rata yang paling tinggi dari kelompok III yaitu 58.02%, diikuti dengan kelompok kontrol yaitu 46.73%, kelompok I yaitu 38.7%, dan kelompok II yaitu 37.34%. kerusakan lesio yang paling rendah terdapat pada kelompok III, salah satu penyebabnya adalah proliferasi sel limfoid pada kelompok III lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya.

9 28 A B 2 C 3 D 4 Gambar. Histopatologi bursa Fabricius yang diberi ekstrak tanaman obat selama 2 hari setelah uji tantang virus AI strain H 5 N, Pewarnaan HE, A (Kontrol, 5 p.i, diberi akuades), B (kelompok I, 5 hari p.i, tanaman obat 5%), C (kelompok II, 7 hari p.i, tanaman obat 7.5%), D (kelompok III, 4 hari p.i, tanaman obat 0%):. Deplesi folikel limfoid, 2. Edema, 3. Peradangan, 4. Kista Pengamatan histopatologi bursa Fabricius memperlihatkan kepadatan folikel limfoid pada semua kelompok perlakuan di bawah kontrol kecuali kelompok III. Bursa Fabricius pada kelompok II memperlihatkan persentasi rata-rata terkecil. Kepadatan sel yang kecil menandakan rendahnya tingkat proliferasi sel limfoid pada bursa Fabricius. Hal ini disebabkan tanaman obat efektif dalam mengoptimalkan kerja sel limforetikular yang terdapat pada organ limfoid sekunder (limpa). Sehingga organ limfoid primer seperti bursa Fabricius tidak perlu berproliferasi lebih banyak untuk menyediakan sel limfoid yang dibutuhkan untuk pertahanan. Berdasarkan hasil statistik, kepadatan sel limfoid pada kelompok kontrol, I, dan II memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan kelompok III. Hal ini berarti tingkat proliferasi sel limfoid pada kelompok kontrol, I, dan II tidak memperlihatkan perbedaan.

10 29 Lesio yang terlihat dalam kelompok II adalah adanya kista dan edema ringan. Kista yaitu perubahan pada organ berupa adanya suatu ruang kosong pada organ tersebut, kista awalnya terbentuk dari deplesi folikel limfoid yang disebabkan adanya respon kekebalan bursa terhadap infeksi. Perubahan yang terjadi pada bursa Fabricius dalam melindungi tubuh atau organ lain terhadap infeksi virus adalah atropi pada korteks dan medulla, nekrosis, pembentukan kista, dan proliferasi sel-sel limfoid (Tabbu 2000). Hasil pengamatan pada kontrol menunjukkan nilai yang tidak terlalu parah jika dibandingkan dengan kelompok I dan II, kemungkinan yang terjadi adalah kontrol tidak terlalu efektif dalam melindungi tubuh terhadap serangan virus H 5 N, walaupun demikian kelompok kontrol tetap melakukan upaya perlindungan terhadap serangan antigen meski tidak maksimal seperti kelompok perlakuan yang lain, terbukti dari adanya lesio-lesio yang terlihat pada saat pengamatan histopatologi organ. Lesio yang terlihat saat pengamatan terhadap kelompok kontrol yaitu edema, kongesti dan deplesi folikel limfoid. Deplesi pada bursa Fabricius merupakan suatu keadaan dimana jumlah sel limfoid pada folikel limfoid berkurang yang ditunjukkan dengan kerenggangan sel-sel limfoid dalam tiap folikel sebagai akibat adanya infeksi virus H 5 N. Hal ini sesuai dengan Lukert dan Saif (2003), yang menyatakan bahwa bursa Fabricius akan membentuk antibodi sebagai sistem kekebalan humoral terhadap infeksi virus, sehingga terjadi mobilisasi sel limfosit B ke organ yang mengalami peradangan. Hal tersebut menyebabkan deplesi dan pengecilan folikel limfoid. Hilangnya sel limfoid pada bursa Fabricius mengakibatkan kemampuan ayam membentuk kekebalan secara humoral menurun (Lukert dan Saif 2003). Semakin sering organ ini membentuk antibodi, maka akan menyebabkan deplesi dan pengecilan folikel limfoid sehingga persentase berat bursa Fabricius menurun. Deplesi folikel limfoid pada bursa Fabricius dapat menjadi faktor yang menunjukkan perubahan dan tingkat kerusakan dari organ ini (Liu et al. 202). Lesio yang berbeda dari semua kelompok perlakuan adalah adanya atropi pada kelompok I, menurut Price & Wilson (2006), atropi adalah organ yang dalam perkembangannya mencapai ukuran definitif dan kemudian secara sekunder

11 30 menyusut. Atropi dapat juga disebabkan oleh infeksi virus yang bereplikasi pada bursa Fabricius dan timus sehingga kedua organ tersebut mengalami perubahan degeneratif. Timus Pengamatan histopatologi pada timus dilakukan pada korteks. Korteks adalah tempat untuk menghasilkan sel-sel limfoid. Menurut Price dan Wilson (2006), korteks mengandung banyak timosit, timosit adalah limfosit T yang datang dari sumsum tulang melalui aliran darah dan berada dalam berbagai stadium perkembangan. Persentase luas korteks diukur dengan cara luas korteks dibagi luas lobus dikalikan dengan 00%. Tabel 5 Persentase Timus pada Ayam yang diberi ekstrak tanaman obat selama 2 hari setelah uji tantang virus AI strain H 5 N /NGK/2003 Kelompok Luas Lobus LuasKorteks (µm) % Luas Korteks Lesio Kontrol a Kongesti, edema, deplesi kortek I a Kongesti, deplesi kortek II a Perdarahan ringan III a Kongesti, deplesi kortek, multi fokus nekrotik medula Ket: Huruf superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0.05) Kontrol (diberi akuades), I (tanaman obat 5%), II (tanaman obat 7.5%), III(tanaman obat 0%) Hasil pengamatan persentase luas korteks menunjukkan nilai rata-rata yang terkecil dari keseluruhan kelompok perlakuan adalah kelompok kontrol yaitu 67.23%, selanjutnya kelompok II 79.80%, kelompok III 84.62%, dan kelompok I 85.7%. Berdasarkan uji statistik, semua kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, yang menandakan tingkat proliferasi sel limfoid pada timus pada setiap kelompok perlakuan relatif sama. Kelompok II menunjukan persentase luas korteks paling kecil diantara semua perlakuan pemberian tanaman obat, tetapi masih diatas kontrol. Persentase luas kortek terkecil pada kelompok II mengindikasikan bahwa sel limfoid yang terdapat pada timus berproliferasi lebih rendah dibanding dengan kelompok lainnya. Salah satu faktor yang menyebabkan tingkat proliferasi rendah pada timus adalah limpa sebagai organ limfoid sekunder telah mampu menyediakan sel

12 3 limfoid yang dibutuhkan tubuh untuk melawan infeksi. Sel limfoid yang berasal dari limpa akan menuju tempat infeksi melalui proses kemotaksis. Kemotaksis adalah pergerakan leukosit di interstitial pada jaringan yang meradang setelah leukosit tersebut bermigrasi, berbagai agen dapat memberikan sinyal kemotaktik untuk menarik leukosit, meliputi agen infeksius, jaringan rusak dan zat yang diaktifkan di dalam fraksi plasma yang bocor dari aliran darah (Price dan Wilson 2006). Timus pada kelompok II bekerja lebih efektif dibanding dari kelompok perlakuan yang lain. A B 2 C D Gambar. Histopatologi Timus yang diberi ekstrak tanaman obat selama 2 hari setelah uji tantang virus AI strain H 5 N, Pewarnaan HE, A (Kontrol, 5 hari p.i, diberi akuades), B (kelompok I, 5 hari p.i, tanaman obat 5%), C (kelompok II, 7 hari p.i, tanaman obat 7.5%), D (kelompok III, 4 hari p.i, tanaman obat 0%) :. Kongesti, 2. Deplesi korteks Lesio timus pada kelompok II adalah perdarahan ringan. Menurut Price dan Wilson (2006), perdarahan adalah keluarnya darah dari sistem kardiovaskular, disertai penimbunan dalam jaringan atau dalam ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari tubuh. Pecahnya dinding pembuluh darah bisa disebabkan oleh beberpa faktor antara lain akibat suatu penyakit, infeksi antigen dan trauma. Replikasi virus juga bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah, karena virus

13 32 H 5 N bereplikasi di endotel pembuluh darah. Menurut Peiris et al. (2004), antigen HPAI H 5 N menempati area vaskular yaitu pada epitel endotel pembuluh darah. Timus kelompok kontrol mengalami kerusakan yang paling banyak dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Hal ini menandakan bahwa pemberian tanaman obat dengan konsentrasi bertingkat (5%, 7.5%, dan 0%) mampu menghambat kerusakan yang terjadi pada timus. Hambatan kerusakan pada timus ini disebabkan oleh aktifitas immunomodulator yang terdapat pada formulasi ekstrak tanaman obat. Setiyono et al. (200) menyatakan bahwa formula ekstrak tanaman obat dapat berperan sebagai prekursor atau pendukung imunomodulator untuk menjadi sediaan anti viral. Lesio pada kelompok kontrol yaitu kongesti, edema dan deplesi korteks. Kongesti merupakan tanda peradangan akut pada suatu organ. Edema menyebabkan jaringan seperti terlihat akan lepas, karena bagian terluar yaitu kapsul jaringan ikat dan korteks seperti ada batas dikarenakan jaringan tersebut berisi cairan. Deplesi korteks disebabkan oleh pengurangan sel folikel limfoid pada timus diakibatkan oleh respon radang terhadap virus AI H 5 N. Pemeriksaan Serologis Data serologis adalah satu alat untuk membantu konfirmasi diagnostik. Data serologis yang sering digunakan adalah HI Test (Haemaglutination Inhibition Test) dan ELISA. Kedua metode tersebut bertujuan untuk mengukur titer antibodi yang terdapat dalam serum. Uji serologis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji HI. Pengukuran titer antibodi bertujuan untuk mengetahui antibodi yang spesifik terhadap virus H 5 N baik yang berasal dari maternal antibodi ataupun yang berasal dari infeksi virus H 5 N di lingkungan. Pengukuran titer antibodi dilakukan sebanyak tiga kali yaitu sebelum vaksinasi pada saat ayam berumur 2 hari, sebelum uji tantang virus dan hari terakhir pengamatan. Tabel 6 di bawah ini menyajikan data serologis.

14 33 Tabel 6 Hasil uji serologis ayam broiler yang diberi ekstrak tanaman obat selama 2 hari setelah uji tantang virus AI H 5 N /NGK/2003 Titer antibodi terhadap virus AI H5N (GMT) Kelompok Total Ayam Sebelum vaksinasi (AI) Setelah vaksinasi (AI) Setelah Uji Tantang kontrol Tdu* I Tdu II Tdu III Tdu Ket: Kontrol (diberi akuades), I (tanaman obat 5%), II (tanaman obat 7.5%), III(tanaman obat 0%). * : tidak dilakukan uji titer antibodi karena ayam sudah mati. Hasil titer antibodi yang ditunjukkan pada tabel diatas menunjukkan titer yang tidak protektif. Ayam yang memiliki titer antibodi tidak protektif diduga akan memiliki kekebalan terhadap infeksi virus H 5 N yang buruk pula. Sebelum vaksinasi titer antibodi 0. Hal ini menunjukkan maternal antibodi yang berasal dari induk sudah tidak protektif terhadap virus AI H 5 N. Pemberian ekstrak tanaman obat telah dilakukan 7 hari sebelum pengukuran titer antibodi pertama, Pemberian tanaman obat tidak berpengaruh terhadap pembentukan antibodi yang spesifik terhadap virus H 5 N. Titer antibodi semua kelompok perlakuan memperlihatkan hasil yang sama. Hasil ini menandakan bahwa ayam tidak memiliki antibodi yang protektif terhadap virus H 5 N baik yang berasal dari maternal antibodi maupun karena paparan virus H 5 N di lapang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Diferensial leukosit ayam perlakuan berumur 21 hari selama pemberian ekstrak tanaman obat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Diferensial leukosit ayam perlakuan berumur 21 hari selama pemberian ekstrak tanaman obat 33 HASIL DAN PEMBAHASAN Diferensial Leukosit Ayam Perlakuan Pemeriksaan diferensial leukosit ayam broiler dalam kelompok perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali selama penelitian berlangsung. Pemeriksaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Organ limfoid primer unggas terdiri dari timus dan bursa Fabricius sedangkan pada mamalia terdiri dari sumsum tulang. Limpa, limfonodus dan MALT (Mucosa-associated Lymphoid Tissue)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi Pengamatan histopatologi limpa dilakukan untuk melihat lesio pada limpa. Dari preparat yang diamati, pada seluruh kelompok perlakuan baik kontrol (-) maupun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap semua kelompok ayam sebelum vaksinasi menunjukan bahwa ayam yang digunakan memiliki antibodi terhadap IBD cukup tinggi dan seragam dengan titer antara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan gejala klinis pasca infeksi virus H5N1 terlihat ayam lesu, pucat, oedema di kepala, leher memendek, dan bulu berdiri. Pada hari ke-3 sebagian ayam sudah ada yang mati,

Lebih terperinci

HASIL PEMBAHASAN. Jumlah Sisa Ayam Hidup Pada Hari Ke-

HASIL PEMBAHASAN. Jumlah Sisa Ayam Hidup Pada Hari Ke- 15 HASIL PEMBAHASAN Uji Tantang Ayam Broiler Terhadap Virus Avian Influenza Seluruh kelompok perlakuan terhadap ayam dan juga kontrol baik kontrol tervaksin maupun kontrol tanpa perlakuan diuji tantang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan histopatologi trakea Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia, keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi histopatologi dari organ paru paru ayam, tampak adanya perubahan patologi yang terjadi pada seluruh kelompok, baik kelompok kontrol (K P dan K N ) maupun kelompok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Evaluasi dataperforman Ayam Dari hasil penelitian didapatkan rataan bobot badan ayam pada masing-masing kelompok perlakuan, data tersebut dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., PENDAHULUAN Latar Belakang Tortikolis adalah gejala yang umum terlihat di berbagai jenis unggas yang dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., 2014). Menurut Capua

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Dosis Infeksi MDV Pengamatan histopatologi dilakukan terhadap lima kelompok perlakuan, yaitu kontrol (A), 1 x 10 3 EID 50 (B), 0.5 x 10 3 EID 50 (C), 0.25 x 10 3 EID 50 (D)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah merah merupakan tanaman endemik Papua yang bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu pengobatan beberapa penyakit, antara lain kanker, tumor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging ABSTRAK Bursa Fabrisius merupakan target organ virus Infectious Bursal Disease (IBD) ketika terjadi infeksi, yang sering kali mengalami kerusakan setelah ayam divaksinasi IBD baik menggunakan vaksin aktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria Hasil pengamatan terhadap jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria vili usus yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

SISTEM LIMFOID. Organ Linfoid : Limfonodus, Limpa, dan Timus

SISTEM LIMFOID. Organ Linfoid : Limfonodus, Limpa, dan Timus SISTEM LIMFOID Sistem limfoid mengumpulkan kelebihan cairan interstisial ke dalam kapiler limfe, mengangkut lemak yang diserap dari usus halus, dan berespons secara imunologis terhadap benda asing yang

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 ekor mencit strain DDY yang terdiri dari 30 mencit jantan dan 30 mencit betina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa-senyawa yang dapat memodulasi sistem imun dapat diperoleh dari tanaman (Wagner et al., 1999). Pengobatan alami seharusnya menjadi sumber penting untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infectious Bursal Disease Infectious Bursal Disease (IBD) merupakan penyakit viral pada ayam dan terutama menyerang ayam muda (Jordan 1990). Infectious Bursal Disease pertama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam 4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam peliharaan merupakan hasil domestikasi dari ayam hutan yang ditangkap dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C. fenestratum) sebagai berikut

Lebih terperinci

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian Penimbangan berat badan menunjukkan bahwa pada awal penelitian berat badan tikus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh dari formula ekstrak herbal terhadap sistem imunitas tubuh ayam dapat diperoleh dengan melihat aktivitas dan kapasitas makrofag peritoneum ayam yang telah ditantang

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR POTENSI SAMBILOTO, SIRIH MERAH, DAN ADAS PADA BROILER YANG DIVAKSIN DAN DITANTANG VIRUS AVIAN INFLUENZA H 5 N 1 : KAJIAN HISTOPATOLOGI ORGAN LIMFORETIKULAR, MORTALITAS, DAN SEROLOGIS WYANDA ARNAFIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi. 1 Penyakit ini banyak ditemukan di negara berkembang dan menular melalui makanan atau

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Reidentifikasi Virus. virus IBD lokal & komersial, vvibd lokal. Diinfeksikan pada Ayam. Bursa Fabricius, serum.

MATERI DAN METODE. Reidentifikasi Virus. virus IBD lokal & komersial, vvibd lokal. Diinfeksikan pada Ayam. Bursa Fabricius, serum. MATERI DAN METODE Alur Penelitian Reidentifikasi Virus virus IBD lokal & komersial virus IBD lokal & komersial, vvibd lokal Patogenesis Diinfeksikan pada Embrio Diinfeksikan pada Ayam Derajat lesi, deteksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan adalah budidaya kerapu tikus (Cromileptes altivelis) (Putri dkk.,

I. PENDAHULUAN. dikembangkan adalah budidaya kerapu tikus (Cromileptes altivelis) (Putri dkk., I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi kelautan dari sektor budidaya yang sudah banyak diminati untuk dikembangkan adalah budidaya kerapu tikus (Cromileptes altivelis) (Putri dkk., 2013a). Meskipun usaha

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi Virus Isolat Uji Berdasarkan hasil titrasi virus dengan uji Hemaglutinasi (HA) tampak bahwa virus AI kol FKH IPB tahun 3 6 memiliki titer yang cukup tinggi (Tabel ). Uji HA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,

Lebih terperinci

Ketebalan Korteks dan Medula

Ketebalan Korteks dan Medula HASIL DAN PEMBAaASAN Perubahan Histopatologi pada Organ Timus Hasil pengukuran ketebalan korteks dan medula timus pada tiap disajikan dalam bentuk diagram batang (Gambar ll), dan hasil uji statistiknya

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN 2000-2005 NUR K. HIDAYANTO, IDA L. SOEDIJAR, DEWA M.N. DHARMA, EMILIA, E. SUSANTO, DAN Y. SURYATI Balai Besar Pengujian Mutu

Lebih terperinci

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

SISTEM PERTAHANAN TUBUH SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tumbuhan uji yang digunakan adalah pegagan dan beluntas. Tumbuhan uji diperoleh dalam bentuk bahan yang sudah dikeringkan. Simplisia pegagan dan beluntas yang diperoleh

Lebih terperinci

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING 1 I Gst Ayu Agung Suartini(38) FKH - Universitas Udayana E-mail: gaa.suartini@gmail.com Tlf : 081282797188 Deskripsi IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui 41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Uji LD-50 Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang akan digunakan pada tahap uji in vitro dan uji in vivo. Hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung

TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung Batasan yang pasti mengenai pengertian ayam kampung sampai saat ini belum ada. Penyebutan ayam kampung hanya untuk menunjukkan jenis ayam lokal dengan keragaman genetis tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, dapat menginfeksi pada hewan dan manusia dengan prevalensi yang bervariasi (Soulsby, 1982). Hospes

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil. Jumlah Penurunan Glomerulus Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus musculus L.) setelah diberi perlakuan pajanan medan listrik tegangan

Lebih terperinci

Gambar 9a-d. Gejala Klinis Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

Gambar 9a-d. Gejala Klinis Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas sebagai ikan uji yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dilakukan dengan mengamati kerusakan

Lebih terperinci

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh Apabila tubuh mendapatkan serangan dari benda asing maupun infeksi mikroorganisme (kuman penyakit, bakteri, jamur, atau virus) maka sistem kekebalan tubuh akan berperan

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Uji Serum (Rapid Test) Pada Ikan Mas Yang Diberikan Pelet Berimunoglobulin-Y Anti KHV Dengan Dosis rendah Ig-Y 5% (w/w) Ikan Mas yang diberikan pelet berimunoglobulin-y anti

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mayarakat secara umum harus lebih memberi perhatian dalam pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti virus dan bakteri sangat perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ayam yang Diinfeksi C. jejuni Asal Kudus dan Demak Bobot badan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan ayam yang diinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia yang menjadi perhatian serius untuk segera ditangani. Rendahnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan. Kebanyakan lensa mata menjadi agak keruh setelah berusia lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Newcastle Disease (ND) disebut juga dengan penyakit Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini ditemukan hampir diseluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada keadaan normal, paparan mikroorganisme patogen terhadap tubuh dapat dilawan dengan adanya sistem pertahanan tubuh (sistem imun). Pada saat fungsi dan jumlah sel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi yang biasa disebut juga dengan peradangan, merupakan salah satu bagian dari sistem imunitas tubuh manusia. Peradangan merupakan respon tubuh terhadap adanya

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN 17 METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB, kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh memiliki sistem imun sebagai pelindung dari berbagai jenis patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi. 1

Lebih terperinci

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari serangan epidemi cacar dapat menangani para penderita dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebut dengan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Ikan ini memiliki potensi

I. PENDAHULUAN. disebut dengan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Ikan ini memiliki potensi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya perikanan banyak diminati masyarakat untuk meningkatkan pendapatan serta memperoleh keuntungan yang cukup banyak. Salah satu budidaya ikan yang bisa dijadikan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang 11 MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, jamur, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum jelas. Secara garis besar IBD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman dahulu, tumbuhan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola hidup kurang baik yang berkembang pada zaman modern ini dikuatirkan dapat mengalami perubahan terhadap segala aspek kehidupan, khususnya pada bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN PENELITIAN VAKSIN LOKAL AYAM ASAL FESES TEPAT GUNA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN PENELITIAN VAKSIN LOKAL AYAM ASAL FESES TEPAT GUNA LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN PENELITIAN VAKSIN LOKAL AYAM ASAL FESES TEPAT GUNA Disusun Oleh: Putri Ekandini B04100015 Anisa Rahma B04100014 Mulyani Nofriza B04100044 Dwi

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias sp.) merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidaya secara intensif hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan ikan lele dumbo

Lebih terperinci