HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi Hasil pemeriksaan keadaan umum biawak ditemukan ektoparasit Aponomma sp. di sekujur tubuhnya. Hewan terlihat anemis dan ditemukan hematemesis, yaitu darah yang keluar dari rongga mulut. Pemeriksaan patologi anatomi menunjukkan perubahan pada seluruh organ, namun perubahan paling mencolok ditemukan pada organ hati. Hati biawak terlihat membesar sehingga memenuhi rongga abdomen, berwarna pucat, dan dipenuhi oleh fokus-fokus radang berwarna putih dengan diameter bervariasi cm. Fokus radang berbatas jelas dengan bidang sayatan kusam karena banyak jaringan nekrotik. Berdasarkan gambaran PA tersebut maka hati didiagnosa mengalami abses multifokal (Gambar 6). Abses tersebut juga ditemukan di ginjal dan limpa, namun dengan diameter yang lebih kecil. Hasil pemeriksaan PA pada berbagai organ biawak disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Perubahan Patologi Anatomi Organ Biawak Ambon Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia Paru-paru Kongesti Sirkulasi Jantung Dilatasi ventrikel, kardiomiopati Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis kataralis Usus Enteritis kataralis et nekrotikan Hati Hepatitis nekrotikan,dipenuhi abses multifokal dengan ukuran cm Peritoneum Ascites ± 1 ml Urinaria Ginjal Nefritis dengan abses milier Trakea dan paru-paru biawak berwarna kemerahan, dan ketika dilakukan pembukaan trakea hingga ke bronkus tidak ditemukan cairan atau busa. Sewaktu dilakukan uji apung hampir semua bagian paru-paru mengapung,sehingga paruparu didiagnosa hanya mengalami kongesti. Jantung biawak terdiri atas dua atrium dan satu ventrikel. Pada pemeriksaan jantung terlihat ruang ventrikel membesar dengan otot-otot jantung memucat. Gambaran jantung demikian dapat

2 37 didiagnosa mengalami dilatasi ventrikel dan kardiomiopati. Lambung biawak ditemukan kosong tidak berisi makanan namun dipenuhi oleh eksudat kataral dengan mukosa berwarna merah. Perubahan pada lambung tersebut mengindikasikan adanya gastritis kataralis. Mukosa usus dipenuhi eksudat kataralis bercampur darah, dan di beberapa lokasi terlihat mukosa mengalami pendarahan dan nekrotik, sedangkan di bagian kolon mengalami pendarahan. Berdasarkan gambaran PA tersebut makan usus didiagnosa mengalami enteritis hemoragis et nekrotikan dan kolitis hemoragika. Limpa dan ginjal hewan ini tampak membengkak dan pucat, ditemukan fokus-fokus nekrotik sama seperti di hati namun dengan diameter yang lebih kecil. Limpa dan ginjal didiagnosa menderita splenitis dan nefritis. Selain itu ditemukan cairan bening kemerahan di rongga abdomen sebanyak ± 1 ml, yang mengindikasikan biawak mengalami ascites. Gambar 6 Hati biawak ambon (V. indicus) yang dipenuhi oleh abses multifokal dengan diameter cm. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Pada pemeriksaan histopatologi organ hati, struktur hati sulit dikenali karena parenkim dan interstitium hati mengalami kerusakan yang parah disebabkan oleh peradangan yang hebat. Hepatosit mengalami degenerasi lemak hebat dengan vakuola-vakuola besar dan banyak pula yang nekrosis bahkan lisis. Hati mengalami pendarahan dan kongesti, dan ditemukan trombus pada beberapa

3 38 kapiler hati. Fokus-fokus radang terdiri atas kumpulan sel-sel debri, sel radang limfosit, sel plasma, dan makrofag. Selain itu ditemukan pula sel raksasa tipe benda asing di tepi fokus radang. Di antara sel-sel radang dan sel debri ditemukan infeksi Entamoeba sp. (Gambar 7). Parasit ini tampak tersebar, berwarna ungu tua pada jaringan yang diwarnai dengan HE, dan hampir semuanya berinti tunggal. Menurut Fotedar et al. (2007), jika berinti tunggal maka parasit berada dalam fase tropozoit. Bentuk tropozoit juga ditemukan di dalam pembuluh vena yang lebih besar dan juga buluh empedu. Hepatosit biawak mengalami degenerasi lemak atau lipidosis hebat yaitu terakumulasinya lipid atau trigliserida pada sitoplasma hepatosit. Lipid tidak terwarnai dengan pewarnaan HE, sehingga tampak sitoplasma yang bervakuola. Degenerasi lemak umum ditemukan pada reptil di penangkaran karena terlalu banyak diberi pakan namun kurang exercise (Frye 1991). Menurut Frye (1991) serta Burrows & Tuboada (2010), degenerasi lemak dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain obesitas, anoreksia dan stres. Adanya defek metabolik pada transpor lipid dan defisiensi faktor pembentuk lipoprotein juga menyebabkan terbentuknya degenerasi lemak. Gangguan fungsi hepatosit untuk mengoksidasi asam lemak akibat hipoksia, toksin, kegagalan sintesis apoprotein, kegagalan pembentukan dan sekresi lipoprotein dapat menyebabkan terakumulasinya trigliserida di hepatosit (Myers & McGavin, 2007). Berkurangnya metabolisme protein dan asam amino akibat kurangnya asupan protein menurunkan sintesis apoprotein sehingga tidak dapat mengikat lemak dan trigliserida yang terakumulasi di hepatosit (Burrows & Tuboada 2010; Turner et al. 2010). Selain itu produksi trigliserida yang melebihi produksi lipoprotein juga menyebabkan degenerasi lemak (Cheville 1999). Hipoksia hati dapat terjadi akibat obstruksi arteri hepatika atau vena porta (Cheville 1999). Hati biawak ini mengalami hipoksia karena adanya trombus di berbagai kapiler hati dan radang granuloma akibat infeksi Entamoeba sp.. Pada hepatosit yang rusak ditemukan pigmen yang berwarna hijau kecoklatan, yaitu pigmen empedu. Pigmen empedu terbentuk dari metabolisme hemoglobin melalui hemolisis lalu dimetabolisme menjadi biliverdin secara oksidatif oleh enzim heme oxygenase (Nakamura et al. 2006). Biliverdin adalah

4 39 pigmen empedu yang merupakan produk akhir dari katabolisme hemoglobin pada reptil. Akumulasi biliverdin menunjukkan adanya blokade sistem empedu di hati (Campbell 2004; Myers & McGavin 2007). Infeksi Entamoeba sp. menyebabkan kerusakan hepatosit sehingga tidak dapat melakukan metabolisme empedu (Cheville 1999). Pada biawak ini, adanya trombus pada buluh empedu menyebabkan gangguan aliran empedu. Berdasarkan temuan histopatologi hati didiagnosa mengalami hepatitis granulomatosa. Sel radang yang ditemukan di fokus radang selain sel raksasa tipe benda sing adalah heterofil, yang berfungsi sama dengan neutrofil pada mamalia. Heterofil berbentuk bulat, memiliki sitoplasma bening, memiliki granul-granul berbentuk batang hingga oval dengan nukleus terletak di tepi sel (Kassab et al. 2009). Nukleus heterofil yang matang memiliki dua atau tiga lobus yang mengandung kromatin, sedangkan yang belum matang memiliki jumlah lobus lebih sedikit. Nukleus heterofil yang sudah matang berwarna biru muda pada kadal dan ungu pada spesies lain. Heterofil yang belum matang jarang ditemukan pada darah perifer reptil dan meningkat saat hewan mengalami inflamasi (Knotkova et al. 2002). Eosinofil berbentuk bulat, memiliki sitoplasma bergranul dan nukleus bulat hingga oval dan berlobus (Kassab et al. 2009). Granul pada sitoplasma eosinofil lebih berbentuk bulat dari granul pada sitoplasma heterofil (Knotkova et al. 2002). Kadal memiliki eosinofil yang paling kecil di antara reptil lain (Oros et al. 2010). Makrofag berbentuk tidak teratur, memiliki nukleus di tengah sel dan berukuran lebih besar dari monosit. Makrofag berfungsi untuk memfagosit benda asing atau organisme dan jaringan nekrotik melalui enzim lisosim, protease dan lipase, serta memproduksi faktor koagulasi. Makrofag juga membantu penyembuhan jaringan dengan membentuk fibroblas yang berfungsi untuk memproduksi kolagen yang akan membentuk jaringan parut. Hasil pengamatan histopatologi ginjal tampak struktur parenkim dan intersitium yang jelas. Glomerulus mengalami edema dengan banyaknya protein yang mengendap di tepi-tepi kapiler dan di ruang Bowman (Gambar 8). Penyebab terjadinya edema adalah peningkatan permeabilitas vaskular, peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular, penurunan tekanan osmotik protein plasma, dan penurunan drainase limfe.

5 40 Gambar 7 Struktur hati biawak yang rusak akibat infeksi Entamoeba sp. (panah hitam) dengan kumpulan sel debri (bintang), degenerasi lemak hepatosit (panah hijau) serta akumulasi pigmen empedu. Pewarnaan HE, bar 10 µm. Gambar 8 Edema glomerulus biawak yang dicirikan adanya endapan protein di tepi kapiler dan di ruang Bowman. Pewarnaan HE, bar 10 µm.

6 41 Tekanan hidrostatik intravaskular meningkat bila terjadi gangguan jantung yang lama kelamaan menyebabkan cairan keluar ke jaringan tubuh (Cheville 1999; Myers & McGavin 2007). Inflamasi mengakibatkan tekanan osmosis kapiler glomerulus meningkat sehingga cairan keluar dari kapiler dan menyebabkan edema di ruang Bowman. Peningkatan tekanan osmosis juga mengganggu proses filtrasi glomerulus sehingga menyebabkan hipoksia sel-sel ginjal. Proses filtrasi di glomerulus yang terganggu menyebabkan ginjal tidak mampu untuk mengatur komposisi volume darah dan elektrolit. Selain itu, penyakit pada glomerulus merusak membran glomerulus sehingga protein dapat keluar ke ruang Bowman (Munson & Traister 2005). Tubulus biawak dijumpai banyak mengalami degenerasi dan nekrosa. Degenerasi tubulus berupa degenerasi hidropis yang ditandai dengan inti yang masih baik namun sitoplasma terlihat robek-robek. Degenerasi hidropis adalah pembesaran ukuran dan volume sel epitel yang terjadi karena masuknya cairan intraseluler akibat gagalnya sel untuk mempertahankan homeostasis, sehingga sitoplasma membesar dan bervakuola (Jones et al. 1997; Myers & McGavin 2007). Penyebab degenerasi hidropis yang paling penting adalah hipoksia (Myers & McGavin 2007). Pada keadaan hipoksia fungsi mitokondria terganggu sehingga ATP yang diperlukan untuk memompa natrium dan kalium tidak ada dan mekanisme tersebut gagal untuk mempertahankan tekanan osmosis di dalam sel. Cairan intraseluler meningkat karena transpor natrium ke luar sel meningkat. ATP yang berkurang juga menyebabkan penurunan sintesis protein sehingga membran sel dapat ditembus oleh air dan menyebabkan kebengkakan sel (Jones et al. 1997). Degenerasi hidropis merupakan tahap awal dari kematian sel namun masih bersifat reversible bila penyebabnya dihilangkan (Jones et al. 1997; Dancygier & Schirmacher 2010). Degenerasi hidropis dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya kerusakan hati akibat virus, radikal bebas, bahan kimia, iskemia, toksin bakteri atau tanaman, dan gangguan metabolisme (Frye 1991; Jones et al. 1997; Dancygier & Schirmacher 2010). Beberapa tubulus di sekitar fokus radang juga mengalami dilatasi. Tubulus dilatasi tersebut tersebar dan memiliki bentuk sederhana, yaitu diameter lumen meluas namun epitel masih terlihat normal. Tubulus yang berdilatasi disebabkan

7 42 oleh adanya peradangan di interstitium ginjal. Dilatasi tubulus dapat menyebabkan tubulus mengalami lisis, hipoksia dan kematian (Munson & Traister 2005). Ginjal biawak ini juga mengalami kongesti dan hemoragi pada interstitiumnya serta ditemukan fokus-fokus radang yang dikelilingi oleh banyak sel raksasa (Gambar 9). Banyaknya sel raksasa mengindikasikan fokus radang ini merupakan radang granuloma. Radang granuloma terbentuk jika agen terlalu besar atau tidak mampu didegradasi oleh makrofag (Zumla & James 1996). Selain kumpulan sel debri, fokus radang juga diinfiltrasi oleh sel limfosit, heterofil, makrofag dan terbanyak oleh sel plasma. Menurut Soldati et al. (2004), radang granuloma kronis ditandai oleh adanya limfosit, sel plasma dan sel raksasa di sekeliling lesionya. Sel raksasa adalah ciri lain dari granuloma selain adanya makrofag dan sel epiteloid (Spector & Spector 1993). Diantara sel-sel radang ditemukan infeksi Entamoeba sp. (Gambar 10). Pada radang granuloma, makrofag membentuk sel raksasa Langhans dan sel raksasa tipe benda asing. Sel raksasa Langhans memiliki nukleus di sekeliling tepi sel, sedangkan sel raksasa tipe benda asing memiliki nuklei-nuklei yang berkumpul di tengah sel (Jones et al. 1997). Sel ini ditemukan pada radang granuloma yang melibatkan lipid dalam jumlah besar. Sel raksasa dibentuk karena memiliki metabolisme yang lebih aktif dalam memproduksi enzim dan protein (Jones et al. 1997). Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi maka ginjal didiagnosa mengalami nefritis granulomatosa. Pada ginjal biawak ini ditemukan adanya sexual segment karena banyak ditemukan tubulus yang hipertrofi dengan inti di tepi dan sitoplasma yang bergranul (Gambar 11). Dengan demikian dipastikan bahwa biawak ini berkelamin jantan.

8 43 Gambar 9. Radang granuloma pada ginjal biawak yang dicirikan oleh sel raksasa (bintang) yang mengelilingi lesio, dan disekitar lesio tampak beberapa tubulus berdilatasi (panah). Pewarnaan HE, bar 10 µm. Gambar 10 Entamoeba sp. (panah hitam) di tengah lesio yang dikelilingi sel raksasa (bintang) dan infiltrasi sel plasma pada organ ginjal. Tubulus di sekitar lesio radang mengalami degenerasi hidropis (panah merah). Pewarnaan HE, bar 10 µm.

9 44 Gambar 11 Perubahan histopatologi ginjal. Fokus radang dengan kumpulan sel debri (bintang hitam), infiltrasi sel heterofil (panah hitam), sel plasma serta infeksi Entamoeba sp. (panah biru). Tubulus dengan sitoplasma bergranul/sexual segment (bintang merah). Pewarnaan HE, bar 10 µm. Hasil pemeriksaan histopatologi limpa ditemukan deplesi folikel limfoid, peradangan pada pulpa putih dan kapsula limpa serta kongesti dan pendarahan di pulpa merah. Ditemukan juga lesio yang diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan dikelilingi oleh sel raksasa. Di antara pendarahan di pulpa merah, ditemukan infeksi Entamoeba sp.(gambar 12). Entamoeba sp. ditemukan pula di dalam kapiler serta sinus-sinus limpa. Menurut Robertson & Newman (2006), infeksi protozoa dapat menimbulkan splenitis dan beberapa lesio pada limpa diantaranya nekrosa pulpa merah dan pulpa putih, deplesi folikel limfoid, hemoragi dan kongesti. Pada daerah pendarahan di pulpa merah banyak ditemukan endapan pigmen hemosiderin. Hemosiderin adalah pigmen yang berasal dari hemolisis eritrosit yang berlebihan. Hemosiderin terakumulasi di dalam makrofag akibat adanya kongesti pasif kronis dan mengindikasikan terjadinya anemia hemolitik (Jones et al. 1997).

10 45 Gambar 12 Infeksi Entamoeba sp. (panah) menyebabkan pendarahan dan nekrosa pulpa merah limpa. Pewarnaan HE, bar 10 µm. Gambar 13 Infeksi Entamoeba sp. pada mukosa usus menyebabkan enteritis hemoragis et nekrotikan. Pewarnaan HE, bar: 10 µm.

11 46 Entamoeba sp. mampu memfagosit dan meliliskan eritrosit dengan lisosom dan amoebapora, lalu terbentuk vakuola di sitoplasmanya (Lejeune & Gicquaud 1992; Ghosh et al. 1999). Sebuah penelitian tentang fagositosis eritrosit telah dilakukan pada E. invadens. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 82% tropozoit amoeba tersebut mampu memfagosit eritrosit dengan rata-rata 5.5 eritrosit per amoeba, dan setelah 15 jam eritrosit tersebut tidak ditemukan lagi pada sitoplasma amoeba (Ramírez-Córdova et al. 1990). Kemampuan Entamoeba sp. melisiskan eritrosit menyebabkan hemolisis eritrosit terjadi secara berlebihan sehingga mudah ditemukan pigmen coklat atau hemosiderin pada limpa. Berdasarkan pemeriksaan histopatologi maka limpa didiagnosa mengalami splenitis granulomatosa. Hasil pemeriksaan histopatologis usus menunjukkan usus mengalami peradangan hebat. Sebagian besar vili usus rusak dengan deskuamasi epitel penutup, vili memendek, ditemukan infiltrasi sel radang pada bagian mukosa hingga serosa usus. Sel radang terdiri atas limfosit, heterofil, makrofag dan eosinofil. Selain itu mukosa hingga serosa usus mengalami kongesti, hiperemi, hemoragi dan edema.di beberapa bagian usus juga ditemukan ulkus. Entamoeba sp. banyak ditemukan di semua bagian usus mulai dari mukosa, submukosa hingga ke serosa (Gambar 13). Hasil pemeriksaan histopatologi sampel organ biawak secara keseluruhan dirangkum dan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Perubahan Histopatologi Organ Biawak Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Paru-paru Kongesti dan edema pulmonum Sirkulasi Jantung Degenerasi miokard Limpa Splenitis granulomatosa Digesti Usus Enteritis hemoragi et nekrotikan Hati Hepatitis granulomatosa Urinaria Ginjal Nefritis granulomatosa Menurut Frye (1991) dan Chia et al. (2009), tropozoit amoeba dapat menginfeksi submukosa dan muskularis mukosa sehingga mengakibatkan enteritis granulomatosa, erosi mukosa dan inflamasi usus. Peradangan akibat infeksi amoeba menyebabkan dinding usus menebal dan nekrosa. Tropozoit memiliki

12 47 kemampuan melisiskan sel epitel dan mukosa saluran pencernaan karena menghasilkan enzim proteolitik dan amoebapora (Chia et al. 2009). Dengan enzim ini amoeba dapat menyebabkan perforasi usus sehingga usus mengalami inflamasi akut. Adanya perforasi usus mengundang infeksi bakteri sekunder sehingga kesehatan hewan terus menurun (Barnett 2003; Richter et al. 2008). Pada kasus biawak ini, usus didiagnosa mengalami enteritis hemoragis et nekrotikan. Amoeba bermigrasi ke dinding kolon dan menyebabkan inflamasi lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui sirkulasi portal. Hal ini ditunjukkan dengan ditemukannya amoeba di pembuluh darah di hati, dan hati mengalami kerusakan paling parah karena ditemukan banyak sekali tropozoit. Amoeba juga dapat bermigrasi ke hati melalui saluran empedu (Chia et al. 2009). Menurut Barnett (2003) dan Richter et al. (2008), Entamoeba sp. bermigrasi pertama kali ke hati dan menyebabkan nekrosa dan abses multifokal, lalu ke organ-organ lain yaitu ginjal, paru, jantung dan otak. Oleh karena itu, hati mengalami perubahan patologis yang paling hebat dibandingkan ginjal dan limpa. Entamoeba sp. dapat bermigrasi ke ginjal karena biawak memiliki sistem renal portal yaitu rute aliran darah dari kaudal tubuh ke ginjal sebelum ke jantung. Parasit ini juga ditemukan di kapiler dan sinus-sinus limpa yang mengindikasikan penyebarannya melalui aliran darah (hematogen). Patogenesa amoebiasis dipengaruhi banyak faktor yaitu infeksi tropozoit, kegagalan banyak organ karena banyak sel yang rusak serta infeksi bakteri sekunder (Wilson 2010). Abses pada hati menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Fotedar et al. 2007). Pada pemeriksaan histopatologi jantung ditemukan degenerasi otot yang terlihat dari inti yang mengecil dan sitoplasma yang lebih merah. Pada organ paruparu ditemukan kelainan berupa kongesti, hemoragi serta edema pada parabronchus. Kematian pada biawak ini terjadi akibat infeksi Entamoeba sp. yang menyebabkan nekrosa pada usus, hati, ginjal, dan limpa. Nekrosa pada hati biawak ini bersifat kronis sehingga menyebabkan kegagalan multiorgan dan mengakibatkan kematian (Frye 1991). Radang granuloma akibat infeksi tropozoit Entamoeba sp. pada biawak ini menyebabkan sirkulasi intrahepatik maupun sirkulasi porta tidak lancar sehingga

13 48 menyebabkan kongesti vena porta. Kongesti yang kronis menyebabkan permeabilitas pembuluh darah rusak, sehingga plasma darah keluar dan menggenangi rongga abdomen. Infeksi Entamoeba sp. juga menyebabkan kerusakan hepatosit hebat. Kerusakan yang hebat ini mengurangi kemampuan hati untuk mensintesa protein, termasuk protein plasma. Akibatnya hewan mengalami hipoproteinemia. Rendahnya kadar protein dalam darah menyebabkan darah cair sehingga plasma mudah lolos dan membentuk ascites (Munson & Traister 2005). Adanya trombus dan peradangan di hati dan ginjal yang terbentuk akibat infeksi Entamoeba sp. menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke organ-organ tersebut. Peningkatan kerja dari jantung menyebabkan dinding miokardium mengalami hipertrofi. Hipertrofi jantung adalah peningkatan ukuran pada serat otot jantung. Otot jantung yang hipertrofi lama kelamaan mengalami kelelahan dan akhirnya menjadi dilatasi (Myers & McGavin 2007). Dilatasi otot jantung yang terlalu lama menyebabkan kelelahan otot jantung yang akhirnya jantung berhenti berkontraksi, sehingga atria mortis biawak Ambon ini disebabkan oleh gagal jantung. Causa mortis biawak ini diduga disebabkan oleh gagal fungsi hati serta infeksi usus akibat infeksi Entamoeba sp.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Seekor singa Afrika betina milik suatu penangkaran satwa liar ditemukan mati dengan anamnesa adanya keputihan dari vulva dua hari sebelum kematiannya. Secara umum, kondisi gizi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Subjek penelitian ini adalah anak yang diperoleh dari induk tikus Rattus norvegicus galur Sprague-dawley yang telah diinduksi hipoksia iskemik pada usia kehamilan 7

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil seleksi kasus terpilih sebanyak tiga ekor kucing yang didiagnosa secara PA sebagai penderita FIP, yakni kasus pertama (P/11/09) kucing mix, kasus kedua (P/36/09) Kucing Persia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerusakan Hati Ikan Mas Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (1995) dalam Permana (2009) ada dua alasan yang menyebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba 6 dengan etanol absolut selama 2 menit, kemudian dengan etanol 95% dan 80% masing-masing selama 1 menit, dan dicuci dengan air mengalir. Kemudian preparat direndam dalam pewarnaan Mayer s Haemotoxylin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian mengenai penyakit Feline Infectious Peritonitis (FIP) ini merupakan studi terhadap kasus yang terjadi pada tiga ekor kucing yang dinekropsi di Laboratorium Patologi FKH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian Penimbangan berat badan menunjukkan bahwa pada awal penelitian berat badan tikus

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ikan paradise Sampel yang digunakan pada penelitian adalah ikan paradise. Ikan paradise merupakan ikan tropis yang memiliki ukuran tubuh mencapai lebih kurang 5 cm dengan pola

Lebih terperinci

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk nutrisi untuk mendapatkan akses ke sistem

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pendahuluan Pengembalian Virulensi E. ictaluri

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pendahuluan Pengembalian Virulensi E. ictaluri HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pendahuluan Pengembalian Virulensi E. ictaluri Hasil uji biokimia (gula-gula) E. ictaluri menghasilkan enzim katalase, memfermentasi glukosa, tidak memfermentasi laktosa, tidak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil. Jumlah Penurunan Glomerulus Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus musculus L.) setelah diberi perlakuan pajanan medan listrik tegangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Mikroanatomi Hati Ikan Tagih Hasil penelitian pengaruh subletal merkuri klorida (HgCl 2 ) menggunakan konsentrasi 0,02 ppm; 0,04 ppm; dan 0,08 ppm; selama 28 hari

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Evaluasi dataperforman Ayam Dari hasil penelitian didapatkan rataan bobot badan ayam pada masing-masing kelompok perlakuan, data tersebut dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP S E L Suhardi, S.Pt.,MP Foreword Struktur sel, jaringan, organ, tubuh Bagian terkecil dan terbesar didalam sel Aktivitas metabolisme sel Perbedaan sel hewan dan tumbuhan Metabolisme sel Fisiologi Ternak.

Lebih terperinci

Pengamatan Histopatologi Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Kondisi Fisik Hewan Coba

Pengamatan Histopatologi Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Kondisi Fisik Hewan Coba larutan alkohol dengan konsentrasi bertingkat. Hasilnya diberi permount mounting medium dan ditutup dengan kaca penutup (Hastuti 2008). Pengamatan Histopatologi Pengamatan histopatologi dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Pemberian Suspensi Daging Buah Kepel (Stelechocarpus burahol) terhadap Gambaran Histopatologi Hati

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Pemberian Suspensi Daging Buah Kepel (Stelechocarpus burahol) terhadap Gambaran Histopatologi Hati 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Suspensi Daging Buah Kepel (Stelechocarpus burahol) terhadap Gambaran Histopatologi Hati Pengamatan histopatologi hati dilakukan hanya pada tiga ekor mencit pada

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 1. Bagian sel yang berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel adalah http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio-7-11a.png

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi Pengamatan histopatologi limpa dilakukan untuk melihat lesio pada limpa. Dari preparat yang diamati, pada seluruh kelompok perlakuan baik kontrol (-) maupun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas Virus H 5 N yang sangat patogen atau yang lebih dikenal dengan virus flu burung, menyebabkan penyebaran penyakit secara cepat di antara unggas serta dapat menular

Lebih terperinci

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Indikator Pencapaian: MATERI IX SISTEM EKSKRESI Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Materi Mahluk hidup dalam hidupnya melakukan metabolisme. Metabolisme ini selain

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

Eritrosit Vertebrata

Eritrosit Vertebrata DARAH IKAN Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut

Lebih terperinci

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt ARTERI Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis Mempunyai dinding yang tebal Mempunyai jaringan yang elastis Katup hanya

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Pemeriksaan Patologi Anatomi Anamnesa hewan yang diamati pada studi kasus ini yakni singa mengalami gangren kronis pada kaki belakang sebelah kanan. Menurut Vegad

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam memproduksi daging. Mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam memproduksi daging. Mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Ayam Pedaging Ayam pedaging atau broiler merupakan ayam ras unggul hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis Oleh Rosiana Putri, 0806334413, Kelas A Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI. BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

HISTOLOGI SISTEM LIMFATIS

HISTOLOGI SISTEM LIMFATIS Judul Mata Kuliah : Biomedik 1 (7 SKS) Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Menerapkan ilmu kedokteran dasar pada blok biomedik 1 Indikator : Mampu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pewarnaan HE diawali dengan deparafinisasi dalam xylol I selama 2 menit dan xylol II selama 2 menit. Tahapan berikutnya adalah rehidrasi dalam alkohol bertingkat dimulai dari alkohol absolut (2 menit),

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 ekor mencit strain DDY yang terdiri dari 30 mencit jantan dan 30 mencit betina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit inflamasi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2003). Penggunaan pestisida dalam mengatasi organisme pengganggu

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2003). Penggunaan pestisida dalam mengatasi organisme pengganggu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian dan perkebunan. Laporan dari Food Agriculture

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan fisik terhadap kucing dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengambilan sonogram organ hati dan kantung empedu dengan peralatan USG. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latihan fisik merupakan pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan untuk memperbaiki

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA A. PENDAHULUAN Setiap makhluk hidup memerlukan oksigen dan zat makanan serta mengeluarkan zat sisa metabolisme. Berbagai proses metobolisme menghasilkan sampah(sisa) yang

Lebih terperinci

Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN BAHAN MAKANAN (MOLEKUL ORGANIK) Lingkungan eksternal Hewan KONSUMSI MAKANAN PROSES PENCERNAAN PROSES PENYERAPAN PANAS energi yg hilang dalam feses MOLEKUL NUTRIEN (dalam

Lebih terperinci

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo Jaringan Hewan Compiled by Hari Prasetyo Tingkatan Organisasi Kehidupan SEL JARINGAN ORGAN SISTEM ORGAN ORGANISME Definisi Jaringan Kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama untuk

Lebih terperinci

Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem Peredaran Darah Manusia Sistem Peredaran Darah Manusia Struktur Alat Peredaran Darah Pada Manusia Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Membran sel Membran nukleus Retikulum endoplasma Aparatus golgi Mitokondria lisosom Kurnia Eka Wijayanti 60 % dari berat tubuh

Lebih terperinci

Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus

Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi dan Materi Kuliah Hewan 1 Homeostasis Koordinasi dan Pengendalian Kuliah Kontinuitas Kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi histopatologi dari organ paru paru ayam, tampak adanya perubahan patologi yang terjadi pada seluruh kelompok, baik kelompok kontrol (K P dan K N ) maupun kelompok

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tikus putih yang memiliki nama ilmiah Ratus novergicus adalah hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tikus putih yang memiliki nama ilmiah Ratus novergicus adalah hewan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tikus Putih (Ratus novergicus) Tikus putih yang memiliki nama ilmiah Ratus novergicus adalah hewan coba yang sering dipakai untuk penelitian. Hewan ini termasuk hewan nokturnal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Gambar 6 Skema bentuk tampilan edema pulmonum. Lobus paru menjadi lebih radioopak (tanda panah berwarna merah). Gambaran radiografi seperti ini diistilahkan sebagai lobar signs (modifikasi dari O'Sullivan

Lebih terperinci

Toksikokinetik racun

Toksikokinetik racun Toksikokinetik racun Mekanisme kerja suatu racun zat terhadap suatu organ sasaran pada umumnya melewati suatu rantai reaksi yang dapat dibedakan menjadi 3 fase utama : Fase Toksikokinetik Fase Eksposisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN (JARINGAN EPITEL) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI B KELOMPOK : I (Satu) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam. glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam. glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh dunia sebagai penambah rasa makanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. struktur parenkhim masih normal. Corpusculum renalis malpighi disusun oleh komponen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. struktur parenkhim masih normal. Corpusculum renalis malpighi disusun oleh komponen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan pada Parenkhim Ginjal 4.1.1 Perubahan pada Copusculum Malphigi Ginjal Gambaran kualitatif corpusculum malphigi ginjal pada kelompok tikus normal tanpa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Preparat Histopatologi Organ yang sudah difiksasi kemudian dipotong dengan ketebalan kurang lebih 5 mm dan potongan tersebut dimasukkan ke dalam kaset jaringan dan diberi label kode sampel. Potongan

Lebih terperinci

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan SISTEM PERNAFASAN Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan 1. Pernafasan Eksternal 2. Pernafasan Internal EXIT Mengapa harus bernafas? Butuh energi Butuh Oksigen C 6 H 12 O

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga pinnata) sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria Hasil pengamatan terhadap jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria vili usus yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan tempat asalnya. Itik Cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Definisi Darah Darah merupakan jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah adalah bagian cair yang terdiri dari air,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Gambar 4 Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J. A: Sonogram duodenum pada posisi transduser sagital. l: lapisan lumen, M: mukosa, SM: submukosa, TM: tunika muskularis, dan S: serosa. B: Skema

Lebih terperinci

Oleh : Ikbal Gentar Alam

Oleh : Ikbal Gentar Alam Oleh : Ikbal Gentar Alam Embrio Ektoderm Mesoderm Endoderm Mesoderm membentuk mesenkim Mesenkim membentuk Jaringan-jaringan penyambung tubuh (jaringan ikat sejati, tulang rawan, tulang dan darah) Jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Selama kehamilan normal, sitotrofoblas vili menginvasi hingga ke sepertiga bagian dalam miometrium, dan arteri spiralis kehilangan endotelium dan sebagian besar

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci