IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Susanto Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi dewasa berkisar antara C. Gambaran temperatur tubuh induk sapi yang divaksinasi E. coli disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 3, 4, dan 5. Tabel 1 Temperatur tubuh induk sapi yang diberi vaksin E. coli Waktu Pengamatan Temperatur ( C) Vaksinasi I Vaksinasi II Vaksinasi III Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Pra vaksinasi Hari ke-0 vaksinasi hari post vaksinasi hari post vaksinasi hari post vaksinasi Temperatur tubuh sapi 1 sebelum vaksinasi pertama adalah 38.2 C dan temperatur tubuh sapi 2 adalah 38.3 C. Temperatur tubuh sapi 1 mengalami peningkatan 1.8% dari 38.4 C pada hari ke-0 sebelum vaksinasi pertama menjadi 39.1 C pada hari pertama dan kedua setelah vaksinasi pertama. Peningkatan ini mendekati batas atas nilai normal temperatur tubuh menurut Kelly (1984) yaitu 39.2 C. Menurut Hellon et al. (1991), pirogen eksogen seperti bakteri, jamur atau virus yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh. Pirogen eksogen akan bekerja sebagai antigen yang mempengaruhi sistem imun sehingga tubuh akan memproduksi sel darah putih lebih banyak untuk meningkatkan kekebalan tubuh melawan antigen. Menurut Lorenz & Larry (1987), pirogen eksogen akan merangsang neutrofil, monosit, dan eosinofil untuk melepaskan zat yang disebut pirogen endogen yang akan mempengaruhi 33
2 termoregulatori set point dalam hipotalamus melalui kerja monoamin, prostaglandin, dan siklik AMP. Untuk mencapai set point temperatur baru yang meningkat di dalam hipotalamus, tubuh akan merespon dengan melakukan peningkatan produksi panas melalui peningkatan metabolisme pada hati dan sel-sel tubuh dan penghematan panas melalui vasokontriksi pembuluh darah. Seperti peningkatan temperatur tubuh yang terjadi pada sapi 1, sapi 2 juga mengalami peningkatan temperatur tubuh sebesar 0.5% dari 38.5 C pada hari ke-0 vaksinasi menjadi 38.7 C pada hari pertama setelah vaksinasi. Temperatur tubuh sapi 1 kemudian menurun setelah hari kedua vaksinasi menjadi 38.6 C pada hari ketiga setelah vaksinasi pertama. Sementara pada sapi 2, temperatur tubuh sudah menurun pada hari kedua setelah vaksinasi pertama menjadi 38.3 C dan menjadi 38.1 C pada hari ketiga setelah vaksinasi. Menurut Tizard (2000), antigen akan dieliminasi dan difagosit oleh sel-sel pertahanan tubuh. Hal ini mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya pirogen eksogen sehingga terjadi penurunan pelepasan pirogen endogen pula. Menurut Lorenz & Larry (1987), bila pirogen eksogen telah mampu dihilangkan, maka termostat hipotalamus akan diatur kembali menjadi temperatur normal dan temperatur tubuh akan diturunkan melalui vasodilatasi pembuluh darah, penurunan metabolisme dan peningkatan pengeluaran panas. Temperatur tubuh sapi 1 sebelum vaksinasi kedua adalah 38.2 C, kemudian menurun 1.3% dari 38.6 C pada hari ke-0 sebelum vaksinasi kedua menjadi 37.8 C pada hari pertama setelah vaksinasi kedua. Temperatur tubuh sapi 1 kemudian meningkat menjadi 38.2 C pada hari kedua setelah vaksinasi kedua dan menjadi 38.3 C pada hari ketiga setelah vaksinasi kedua. Temperatur tubuh sapi 2 sebelum vaksinasi kedua adalah 38.1 C dan menurun 0.3% dari 38.3 C pada hari ke-0 sebelum vaksinasi kedua menjadi 38.2 C pada hari pertama setelah vaksinasi kedua. Temperatur tubuh sapi 2 kemudian meningkat pada hari kedua setelah vaksinasi kedua menjadi 38.3 C dan menjadi 38.6 C pada hari ketiga setelah vaksinasi kedua. Perubahan temperatur tubuh yang terjadi pada 34
3 vaksinasi kedua ini relatif stabil dan masih berada dalam kisaran normal menurut Kelly (1984). Gambar 3 Temperatur tubuh induk sapi yang diberi vaksin E. coli pertama Gambar 4 Temperatur tubuh induk sapi yang diberi vaksin E. coli kedua Gambar 5 Temperatur tubuh induk sapi yang diberi vaksin E. coli ketiga 35
4 Menurut Guyton & Hall (1997), tubuh memiliki kemampuan khusus untuk mengenali antigen atau bahan asing tertentu. Sistem imun akan memproduksi antibodi untuk melawan antigen seperti bakteri. Antibodi ini kemudian melekat pada membran bakteri sehingga membuat bakteri akan rentan terhadap fagositosis, dan dengan bantuan komplemen C3b akan terjadi proses opsonisasi terhadap antigen. Hal ini menyebabkan pada saat tubuh terpapar antigen yang sama akan menimbulkan respon antibodi yang jauh lebih cepat dan lebih kuat. Ini menjelaskan mengapa pada vaksinasi kedua tidak terjadi peningkatan temperatur yang tinggi setelah vaksinasi seperti pada vaksinasi pertama, karena antigen yang muncul telah dikenali oleh tubuh melalui molekul Major Histocompability Complex (MHC) yang terletak dipermukaan makrofag sehingga antigen dapat direspon oleh tubuh dengan lebih cepat. Demikian pula pada vaksinasi ketiga, temperatur tubuh sapi 1 dan sapi 2 relatif stabil dan tidak mengalami peningkatan seperti pada saat setelah vaksinasi pertama. Temperatur tubuh sapi 1 sebelum vaksinasi ketiga adalah 38.7 C dan temperatur tubuh sapi 1 pada hari pertama setelah vaksinasi ketiga tidak mengalami perubahan dari hari ke-0 sebelum vaksinasi ketiga yaitu 37.8 C. Temperatur tubuh sapi 1 kemudian meningkat pada hari kedua setelah vaksinasi ketiga menjadi 38.4 C dan menjadi 38.5 C pada hari ketiga setelah vaksinasi ketiga. Temperatur tubuh sapi 2 sebelum pemberian vaksinasi ketiga adalah 38.4 C dan mengalami penurunan 2.1% dari 38.6 C pada hari ke-0 sebelum vaksinasi menjadi 37.8 C pada hari pertama setelah vaksinasi ketiga. Temperatur tubuh sapi 2 kemudian meningkat menjadi 38.3 C pada hari kedua setelah vaksinasi ketiga dan menjadi 38.5 C pada hari ketiga setelah vaksinasi ketiga. Perubahan yang terjadi pada vaksinasi ketiga ini masih berada dalam kisaran normal temperatur tubuh menurut Kelly (1984), dan tidak terjadi peningkatan atau penurunan temperatur tubuh yang signifikan. Menurut Kelly (1984), beberapa faktor yang dapat meningkatkan temperatur tubuh secara fisiologis antara lain pada saat setelah makan, aktifitas (latihan/exercise) berlebih, partus (melahirkan), dan pada saat suhu lingkungan sekitar tinggi. Sedangkan menurut Rossenberger (1987), faktor-faktor yang 36
5 mempengaruhi temperatur tubuh antara lain umur hewan, waktu pengukuran temperatur tubuh, kondisi lingkungan, aktifitas hewan serta fungsi reproduksi mampu memberikan pengaruh terhadap temperatur tubuh Frekuensi Jantung Frekuensi jantung normal pada sapi betina dewasa pada masa akhir kebuntingan menurut Kelly (1984) adalah kali/menit. Nilai ini lebih tinggi 15-40% dari frekuensi jantung normal pada sapi dewasa yang tidak sedang bunting yaitu kali/menit. Nilai ini akan terus meningkat pada saat partus. Gambaran perubahan frekuensi jantung induk sapi yang divaksinasi selama percobaan disajikan dalam Tabel 2 dan Gambar 6, 7, dan 8. Tabel 2 Frekuensi jantung induk sapi yang diberi vaksin E. coli Waktu Pengamatan Frekuensi Jantung (kali/menit) Vaksinasi I Vaksinasi II Vaksinasi III Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Pra vaksinasi Hari ke-0 vaksinasi hari post vaksinasi hari post vaksinasi hari post vaksinasi Frekuensi jantung sapi 1 sebelum vaksinasi pertama adalah 71 kali/menit. Frekuensi jantung sapi 1 kemudian mengalami peningkatan 26.3% dari 76 kali/menit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi pertama menjadi 96 kali/menit pada hari pertama setelah vaksinasi pertama. Sedangkan frekuensi jantung sapi 2 sebelum vaksinasi pertama adalah 72 kali/menit, frekuensi jantung sapi 2 kemudian mengalami peningkatan 21.7% dari 92 kali/menit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi pertama menjadi 112 kali/menit pada hari pertama setelah vaksinasi pertama. Peningkatan yang terjadi pada sapi 2 di hari pertama setelah vaksinasi pertama ini mencapai batas atas kisaran normal frekuensi jantung menurut Kelly (1984) yaitu kali/menit. Peningkatan frekuensi jantung yang terjadi bersamaan dengan terjadinya peningkatan temperatur tubuh. 37
6 Menurut laporan Pamujo (1997), proses metabolisme memiliki hubungan positif dengan panas tubuh dimana saat produksi panas akibat proses metabolisme meningkat maka temperatur tubuh juga akan ikut meningkat. Peningkatan temperatur tubuh yang tinggi ini kemudian akan merangsang neuron-neuron khusus dalam hipotalamus anterior dan impuls kemudian dikirimkan melalui sistem syaraf simpatis. Impuls syaraf simpatis ini memberikan efek peningkatan frekuensi kontraksi jantung. Menurut Frandson (1992), saraf-saraf simpatis akan merangsang kerja jantung dengan melepaskan transmiter norepinefrin. Gambar 6 Frekuensi jantung induk sapi yang diberi vaksin E. coli pertama Gambar 7 Frekuensi jantung induk sapi yang diberi vaksin E. coli kedua 38
7 Gambar 8 Frekuensi jantung induk sapi yang diberi vaksin E. coli ketiga Menurut Chiyanga (1991), peningkatan temperatur tubuh disebabkan karena terjadinya peningkatan kecepatan metabolisme basal sebagai proses reaksi kimia di dalam sel. Peningkatan kecepatan metabolisme ini menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan oksigen sehingga tubuh akan merespon melalui peningkatan denyut jantung agar mampu menyediakan oksigen lebih banyak. Frekuensi jantung sapi 1 sebelum vaksinasi kedua adalah 79 kali/menit dan frekuensi jantung sapi 1 pada hari pertama setelah vaksinasi kedua tidak mengalami perubahan dari hari ke-0 sebelum vaksinasi kedua yaitu sebesar 88 kali/menit. Pada hari kedua dan ketiga setelah pemberian vaksinasi, frekuensi jantung sapi 1 turun menjadi 76 kali/menit. Sedangkan frekuensi jantung sapi 2 sebelum vaksinasi kedua adalah 92 kali/menit dan frekuensi jantung sapi 2 di hari pertama setelah vaksinasi kedua tidak mengalami perubahan dari hari ke-0 sebelum vaksinasi kedua, yaitu sebesar 92 kali/menit. Frekuensi jantung sapi 2 kemudian meningkat menjadi 104 kali/menit pada hari kedua setelah vaksinasi kedua dan turun menjadi 68 kali/menit pada hari ketiga setelah vaksinasi. Semua perubahan yang terjadi ini masih berada dalam kisaran frekuensi jantung normal menurut Kelly (1984). Menurut Kelly (1984), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung hewan adalah spesies, ukuran tubuh hewan, umur, kondisi fisik, jenis kelamin, kebuntingan, kelahiran (partus), laktasi, dan aktifitas fisik. Menurut Frandson (1992), kecepatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi dikendalikan oleh impuls dari sistem saraf otonom. Stimulasi saraf-saraf vagus cenderung akan menghambat kerja jantung dengan menurunkan daya kontraksi 39
8 dari otot jantung, kecepatan kontraksi, dan kecepatan konduksi impuls di dalam jantung. Sementara rangsangan simpatis akan meningkatkan aktivitas jantung, kecepatan konduksi impuls dan arus darah guna mensuplai lebih banyak darah. Menurut Rosenberger (1979), frekuensi jantung sapi sangat dipengaruhi oleh aktifitas atau penggunaan energi oleh tubuh, rangsangan fisik serta kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban setempat). Pemberian vaksinasi ketiga tidak memberikan perubahan besar pada frekuensi jantung, baik pada sapi 1 maupun sapi 2. Frekuensi jantung sapi 1 sebelum vaksinasi ketiga adalah 83 kali/menit. Frekuensi jantung sapi 1 kemudian mengalami penurunan 5.6% dari 72 kali/menit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi ketiga menjadi 68 kali/menit pada hari pertama setelah vaksinasi ketiga. Frekuensi jantung sapi 1 kemudian meningkat menjadi 80 kali/menit di hari kedua dan ketiga setelah vaksinasi ketiga. Sedangkan pada sapi 2, frekuensi jantung sebelum vaksinasi ketiga adalah 97 kali/menit. Frekuensi jantung sapi 2 kemudian menurun 11.5% dari 104 kali/menit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi ketiga menjadi 92 kali/menit pada hari pertama setelah vaksinasi ketiga. Frekuensi jantung sapi 2 kemudian meningkat menjadi 96 kali/menit pada hari kedua setelah vaksinasi ketiga dan menjadi 100 kali/menit pada hari ketiga setelah vaksinasi ketiga. Perubahan-perubahan ini masih berada dalam kisaran normal frekuensi jantung Frekuensi Nafas Frekuensi pernafasan merupakan salah satu indikator bagi status kesehatan hewan ternak. Frekuensi nafas normal untuk sapi dewasa menurut Kelly (1984) berkisar antara kali/menit, dan nilai ini akan semakin meningkat pada masa akhir kebuntingan terutama pada saat partus. Gambaran perubahan frekuensi nafas induk sapi yang divaksinasi selama percobaan disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar 9, 10, dan
9 Tabel 3 Frekuensi nafas induk sapi yang diberi vaksin E. coli Waktu Pengamatan Frekuensi Nafas (kali/menit) Vaksinasi I Vaksinasi II Vaksinasi III Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Pra vaksinasi Hari ke-0 vaksinasi hari post vaksinasi hari post vaksinasi hari post vaksinasi Berdasarkan hasil yang disajikan dalam Gambar 9 terlihat bahwa, frekuensi nafas pada sapi 1 dan sapi 2, mengalami peningkatan yang cukup tinggi dan berada di atas kisaran normal setelah pemberian vaksin pertama. Frekuensi nafas sapi 1 sebelum vaksinasi pertama adalah 33 kali/menit. Frekuensi nafas sapi 1 mengalami peningkatan sebesar 44.4% dari 36 kali/menit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi pertama menjadi 52 kali/menit sehari setelah vaksinasi pertama. Frekuensi nafas sapi 1 kemudian turun menjadi 48 kali/menit di hari kedua setelah vaksinasi pertama dan menjadi 40 kali/menit di hari ketiga setelah vaksinasi pertama. Sedangkan frekuensi nafas sapi 2 sebelum vaksinasi adalah 31 kali/menit dan frekuensi nafas sapi 2 mengalami peningkatan sebesar 23.1% dari 52 kali/menit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi pertama menjadi 64 kali/menit sehari setelah vaksinasi pertama. Frekuensi nafas sapi 2 kemudian menurun menjadi 48 kali/menit di hari kedua setelah vaksinasi pertama dan menurun menjadi 28 kali/menit dihari ketiga setelah vaksinasi pertama. Perubahan frekuensi nafas ini hampir sejalan dengan perubahan temperatur tubuh dan perubahan frekuensi jantung yang terjadi. Menurut Rosenberger (1979), saat terjadi peningkatan temperatur tubuh sapi 1kan disertai pula dengan terjadinya peningkatan frekuensi jantung dan frekuensi nafas. Menurut Kelly (1984), peningkatan frekuensi nafas akan terjadi bersamaan dengan peningkatan temperatur tubuh karena terjadinya peningkatan kebutuhan oksigen. Hal ini didukung pula oleh Frandson (1992) yang melaporkan bahwa suhu yang lebih tinggi akan merangsang pelepasan O 2 dari HbO 2, karena sel-sel yang bermetabolisme dengan cepat akan memiliki suhu yang lebih tinggi 41
10 dan kebutuhan terhadap oksigen dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan sel-sel yang tidak aktif. Fungsi utama pernafasan menurut Frandson (1992) adalah menyediakan oksigen untuk darah dan mengambil karbondioksida dari darah. Pernafasan juga berfungsi untuk mengatur temperatur tubuh dan keasaman cairan ekstraseluler. Pernafasan yang cepat dapat terjadi akibat stimulasi pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi pulmoner dan pertukaran gas. Sedangkan menurut Lorenz & Lary (1987), peningkatan frekuensi nafas dapat terjadi secara fisiologis akibat aktifitas/latihan, panas, atau kegelisahan hewan dan dapat terjadi secara patologis seperti akibat kerusakan sistem saraf pusat atau kerusakan pada otak bagian pons dan medula oblongata. Kelly (1984) menambahkan bahwa keadaan patologis yang mengakibatkan terjadinya peningkatan frekuensi nafas adalah penyakit jantung, obstruksi saluran pernafasan, peradangan pada saluran nafas seperti pleuritis, peritonitis dan dalam keadaan anemia. Gambar 9 Frekuensi nafas sapi yang diberi vaksin E. coli pertama Gambar 10 Frekuensi nafas sapi yang diberi vaksin E. coli kedua 42
11 Gambar 11 Frekuensi nafas sapi yang diberi vaksinasi E. coli ketiga Frekuensi nafas pada vaksinasi kedua dan ketiga, baik pada sapi 1 maupun sapi 2 relatif stabil. Frekuensi nafas sapi 1 sebelum vaksinasi kedua adalah 35 kali/menit. Frekuensi nafas sapi 1 mengalami penurunan 20% dari 40 kali/menit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi kedua menjadi 32 kali /menit pada hari pertama dan kedua setelah vaksinasi kedua. Frekuensi nafas sapi 1 kemudian menurun menjadi 28 kali di hari ketiga setelah vaksinasi kedua. Frekuensi nafas sapi 2 sebelum vaksinasi adalah 32 kali/menit. Frekuensi nafas pada sapi 2 mengalami peningkatan 14.3% dari 28 kali/menit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi kedua menjadi 32 kali/menit sehari setelah vaksinasi kedua. Frekuensi nafas sapi 2 kemudian meningkat menjadi 40 kali/menit dihari kedua dan ketiga setelah vaksinasi kedua. Sementara pada vaksinasi ketiga, frekuensi nafas sapi 1 sebelum vaksinasi ketiga adalah 32 kali/menit. Frekuensi nafas sapi 1 mengalami penurunan 11.1% dari 36 kali/menit di hari ke-0 sebelum vaksinasi ketiga menjadi 32 kali/menit sehari setelah vaksinasi ketiga. Frekuensi nafas sapi 1 kemudian meningkat menjadi 44 kali/menit pada hari kedua dan ketiga setelah vaksinasi ketiga. Untuk sapi 2, frekuensi nafas sebelum vaksinasi ketiga adalah 40 kali/menit. Frekuensi nafas sapi 2 kemudian mengalami penurunan 10% dari 40 kali/menit pada hari ke- 0 sebelum vaksinasi ketiga menjadi 36 kali/menit pada hari pertama dan kedua setelah vaksinasi ketiga. Frekuensi nafas sapi 2 kemudian meningkat menjadi 40 kali/menit dihari ketiga setelah vaksinasi ketiga. 43
12 Menurut Kelly (1984), beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi nafas adalah ukuran tubuh, umur hewan, aktifitas fisik, kegelisahan, suhu lingkungan, kondisi kesehatan hewan, dan kebuntingan. Sedangkan menurut Rosenberger (1979), faktor yang paling mempengaruhi frekuensi nafas suatu individu adalah kegelisahan dan aktifitas tubuh hewan, kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara, serta status kesehatan hewan. 44
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng) yang mempunyai kekhasan tertentu bila dibandingkan dengan sapi-sapi lainnya.
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur tubuh hewan merupakan keseimbangan antara produksi panas tubuh yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama (aceh, pesisir, madura dan bali). Sapi bali merupakan hasil domestikasi
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan satu dari empat bangsa sapi lokal utama (aceh, pesisir, madura dan bali). Sapi bali merupakan hasil domestikasi banteng liar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali adalah sapi asli Indonesia yang berhasil di domestikasi dari banteng (Bos bibos
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi bali Sapi bali adalah sapi asli Indonesia yang berhasil di domestikasi dari banteng (Bos bibos Banteng) dan merupakan plasma nutfah asli pulau Bali (Hayashi et al., 1980).
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pengambilan data dari pengukuran fisiologis dalam aktivitas dengan menggunakan running belt dilakukan oleh satu orang operator dimana operator tersebut melakukan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan
Lebih terperinciSUHU TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS INDUK SAPI Friesian Holstein BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Avian Influenza H5N1 ACHMAD HASAN MAULADI
SUHU TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS INDUK SAPI Friesian Holstein BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Avian Influenza H5N1 ACHMAD HASAN MAULADI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Detaseman Kavaleri Berkuda (Denkavkud) berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi
Lebih terperinciAnatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit
Lebih terperinciTEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG
TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG A. Pengertian Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipothalamus
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower Hasil pengamatan denyut jantung itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol
30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. I. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1. I. LATAR BELAKANG Febris dapat tejadi sebagai respon tubuh terhadap infeksi, endotoksin, reaksi imun serta neoplasma (Guyton, 1994). Penyebab febris di atas akan merangsang polimorfonuklear
Lebih terperinciHOST. Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi. Penting dalam terjadinya penyakit karena :
HOST Pendahuluan Definisi Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi Penting dalam terjadinya penyakit karena : Bervariasi : geografis, sosekbud, keturunan Menentukan kualitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi adalah hewan ternak penting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi berasal dari famili Bovidae dengan klasifikasi sebagai berikut:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja
Lebih terperinciTabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba
3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Sel Darah Merah Pemeriksaan darah dilakukan selama tiga puluh hari dari awal kebuntingan, yaitu hari ke-1, 3, 6, 9, 12, 15, dan 30. Pemilihan waktu pemeriksaan dilakukan
Lebih terperinciREVIEW PENGEMASAN MATA KULIAH
REVIEW PENGEMASAN MATA KULIAH No Komp Pengalaman belajar Materi dan rincian Kegiatan Pembelajaran 2a Menjelaskan fisiologi Pengertian ilmu fisiologi manusia secara umum dan Fisiologi manusia prinsip homeostasis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban
TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Domba garut memiliki sifat profilik atau memiliki anak lebih dari satu dengan jumlah anak perkelahiran ialah 1.97 ekor. Domba garut merupakan domba yang berasal dari persilangan
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dagingnya untuk dikonsumsi oleh manusia, yang selanjutnya meningkat untuk
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda sudah dikenal manusia sejak lama, dahulu kuda hanya dimanfaatkan dagingnya untuk dikonsumsi oleh manusia, yang selanjutnya meningkat untuk ditunggangi sebagai sarana
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk hasil peternakan yang berupa protein hewani juga semakin meningkat. Produk hasil
Lebih terperinciSEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI
SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem
Lebih terperinciBAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)
BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik
Lebih terperinciFungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.
Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari sampai waktu panen domba. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan suhu tubuh,
Lebih terperinciSISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII
SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Potong Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Sapi pedaging memiliki
Lebih terperinciBAB III PEMERIKSAAN RESPIRASI
BAB III PEMERIKSAAN RESPIRASI A. PENDABULUAN Pernafasan dikendalikan oleh pusat pernafasan di medulla oblongata. Inspirasi terjadi akibat adanya kontraksi otot interkostal dan otot diafragma, sedang ekspirasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
Lebih terperinciSohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008
MAKALAH TENTANG THERMOREGULASI (PENGATURAN SUHU) PADA TESTIS Oleh Sohibul Himam (0710510087) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 1 Pendahuluan Testis merupakan organ kelamin primer bagi
Lebih terperinciTEMPERATUR TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN FREKUENSI NAFAS INDUK SAPI PERAH YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Escherichia coli PADA PERIODE KERING KANDANG
TEMPERATUR TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN FREKUENSI NAFAS INDUK SAPI PERAH YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Escherichia coli PADA PERIODE KERING KANDANG AN NISAA NOFITA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciSISTEM CARDIO VASCULAR
SISTEM CARDIO VASCULAR SISTEM CARDIO VASKULAR PENDAHULUAN ANATOMI JANTUNG FUNGSI UTAMA DAN MANFAAT DENYUT JANTUNG SIFAT OTOT JANTUNG GERAKAN JANTUNG FUNGSI JARINGAN VASKULAR ANATOMI JARINGAN VASKULAR DARAH
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciSuhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C.
Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C. Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot
Lebih terperinciSILABUS MATA KULIAH 1. Standar kompetensi 2. Kompetensi dasar 3. Deskripsi mata ajar 4. Kegiatan Pembelajaran
SILABUS MATA KULIAH Mata kuliah/kode : Fisiologi I / IKU 1208 Semester/SKS : II / 3 SKS Prasyarat : Anatomi, Biologi Keperawatan, Fisika Keperawatan, Kimia Keperawatan, Biokimia 1. Standar kompetensi a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut aktivitas
Lebih terperinciPRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.
PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan di bidang olahraga, sarana rekreasi maupun sebagai hewan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan hewan pseudoruminan yang umumnya dimanfaatkan sebagai ternak kerja. Hewan ini merupakan ternak monogastrik yang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Bangsa sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Zebu dan Banteng. Tubuh dan tanduknya relatif kecil, warna bulu pada jantan dan betina sama seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciDAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI
DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI Daya Tahan tubuh Adalah Kemampuan tubuh untuk melawan bibit penyakit agar terhindar dari penyakit 2 Jenis Daya Tahan Tubuh : 1. Daya tahan tubuh spesifik atau Immunitas 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan
Lebih terperinciPara-aminofenol Asetanilida Parasetamol Gambar 1.1 Para-aminofenol, Asetanilida dan Parasetamol (ChemDraw Ultra, 2006).
BAB 1 PENDAHULUAN Demam dapat disebabkan gangguan pusat pengaturan suhu tubuh pada hipotalamus dari kerusakan atau ketidakmampuan untuk menghilangkan peningkatan produksi panas. Keadaan suhu tubuh di atas
Lebih terperinciSISTEM PERTAHANAN TUBUH
SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem
Lebih terperinciMekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh
Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh Apabila tubuh mendapatkan serangan dari benda asing maupun infeksi mikroorganisme (kuman penyakit, bakteri, jamur, atau virus) maka sistem kekebalan tubuh akan berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan, manusia menghabiskan sebagian besar waktu sadar mereka (kurang lebih 85-90%) untuk beraktivitas (Gibney et al., 2009). Menurut World Health
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Serum dan Kuning Telur Hasil AGPT memperlihatkan pembentukan garis presipitasi yang berwarna putih pada pengujian serum dan kuning telur tiga dari sepuluh ekor ayam yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein
Lebih terperinciFISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed
FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran
Lebih terperinciPOKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja
Tatap muka ke : 13 POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA Tujuan Instruksional Umum : Memberikan pengetahuan tentang penggunaan energi mekanik yang dihasilkan dari proses metabolisme
Lebih terperinci- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011
ERGONOMI - TEMPERATUR - Universitas Mercu Buana 2011 Tubuh Manusia dan Temperatur Kroemer & Kroemer,, 2001) Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga
Lebih terperinciSelama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari
Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari serangan epidemi cacar dapat menangani para penderita dengan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Indonesia selama ini banyak dilakukan dengan sistem semi intensif.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan hewan yang terbiasa hidup di kolam air untuk minum dan berenang dalam upaya menurunkan suhu tubuh. Sistem pemeliharaan itik di Indonesia selama ini banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Obat analgesik akan menghilangkan rasa sakit, sementara obat tranquilliser akan menenangkan hewan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan kebutuhan manusia secara universal yang tidak pernah berdiri sendiri lepas dari masyarakat (Boedhisantoso, 1982). Konfusius mengatakan, Jika musik terdengar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan, salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan adalah kambing. Pada tahun 2010 dan 2011,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia, mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et al., 2002). Murtidjo
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Rataan nilai temperatur tubuh ( 0 C) dari setiap perlakuan dan kontrol selama induksi dengan Metil-N-Nitrosourea dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 4.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Escherichia coli Escherichia coli ( E. Coli) adalah organisme kelompok Gram negatif (Jawetz 1968). Bakteri ini pertama kali diisolasi oleh Esheric dari feses pada tahun 1885
Lebih terperinciPRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN
PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN BAHAN MAKANAN (MOLEKUL ORGANIK) Lingkungan eksternal Hewan KONSUMSI MAKANAN PROSES PENCERNAAN PROSES PENYERAPAN PANAS energi yg hilang dalam feses MOLEKUL NUTRIEN (dalam
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi
Lebih terperinciKESEIMBANGAN SUHU TUBUH
KESEIMBANGAN SUHU TUBUH Niken Andalasari Suhu tubuh: Keseimbangan antara panas yg diproduksi tubuh dgn panas yg hilang dari tubuh. Jenis2 suhu tubuh: 1. Suhu inti: suhu jar.tubuh bagian dlm ex: cranium,
Lebih terperinciKISI - KISI SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS MATA PELAJARAN BIOLOGI
KISI - KISI SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS XI MIA KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK INDIKATOR BENTUK SOAL No Soal 3.7. Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di kota-kota besar dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi banyak permasalahan yang muncul. Terutama dalam bidang kesejahteraan sosial, di mana masalah gizi
Lebih terperinciBAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI
1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,
Lebih terperinciStruktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus
Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi dan Materi Kuliah Hewan 1 Homeostasis Koordinasi dan Pengendalian Kuliah Kontinuitas Kehidupan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data
digilib.uns.ac.id 76 BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada
Lebih terperinciKonsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ
Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi pengembangan usaha peternakan kambing masih terbuka lebar karena populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai 1.012.705 ekor. Menurut data
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Swamedikasi 1. Definisi Swamedikasi Pelayanan sendiri didefinisikan sebagai suatu sumber kesehatan masyarakat yang utama di dalam sistem pelayanan kesehatan. Termasuk di dalam
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam adalah suhu tubuh di atas batas normal, yang dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2
1. Perhatikan gambar mata berikut! Image not readable or empty assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/alat%20indrpng SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2 Bagian
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciSISTEM SIRKULASI PADA HEWAN AIR
SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN AIR Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Prinsip dasar sistem sirkulasi Hanya dapat berlangsung jika ada pompa (satu atau lebih) dan saluran di mana darah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar memerlukan proses memori (daya ingat), yang terdiri dari tiga tahap ; yaitu mendapatkan informasi (learning), menyimpannya (retention), dan mengingat
Lebih terperinci