PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS PENATAAN VARIETAS SEMA DEVI OKTAVIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS PENATAAN VARIETAS SEMA DEVI OKTAVIA"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS PENATAAN VARIETAS SEMA DEVI OKTAVIA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo dengan Aspek Khusus Penataan Varietas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2015 Sema Devi Oktavia NIM A

4 ABSTRAK SEMA DEVI OKTAVIA. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo dengan Aspek Khusus Penataan Varietas. Dibimbing oleh PURWONO. Salah satu langkah dalam meningkatkan produktivitas dan rendemen tebu adalah dengan mengelola tanaman tebu secara maksimal. Penataan varietas perlu dilakukan untuk menghasilkan tebu sesuai potensi produksinya dan mendapatkan rendemen maksimal selama musim giling. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penataan varietas tebu terutama di pabrik gula Madukismo. Kegiatan magang dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo pada tanggal 9 Februari 2015 hingga 8 Juni Pengamatan dilakukan dengan menganalisis tipologi lahan wilayah kerja PG Madukismo, data komposisi varietas tebu di kebun tebu giling dan data komposisi varietas di kebun bibit datar, serta melakukan wawancara kepada petani tebu mandiri wilayah binaan PG Madukismo. Tipologi lahan wilayah kerja Madukismo secara umum sesuai dengan syarat tumbuh tanaman tebu. Komposisi varietas di kebun tebu giling PG Madukismo belum mencapai komposisi ideal namun PG Madukismo telah mulai memperbaiki penataan varietas di kebun pembibitannya. Masih banyaknya petani mandiri wilayah binaan PG Madukismo yang fanatik terhadap varietas PS 862 dan BL menyebabkan penataan varietas sulit dilakukan. Kata kunci: komposisi varietas, petani tebu, tipologi lahan ABSTRACT One of the ways to increase sugarcane productivity and yield is by managing sugarcane plants up to its ful potential. Variety arrangement is needed to gain up to its full potential production and to get maximum yield during miling period. The purpose of this internship is to identify and analyze sugarcane variety management especially at sugarcane factory of Madukismo. This internship was held starting from February 15 th 2015 until June 8 th Observation was done by analyzing land typology in PG Madukismo, data of the sugarcane variety composition in sugarcane miling orchard and also data of the sugarcane in seed orchard by interviewing independent farmers at PG madukismo construction area. Land typology at Madukismo working area is commonly matched to sugarcane growing requirement. Variety composition in PG Madukismp sugarcane miling orchard has not reached ideal composition however PG Madukismo has been starting to improve variety management in seedling orchard. A lot of independent farmers of PG Madukismo construction area is still so fanatic toward PS 862 and BL variety that cause variety management difficult to be done. Key words: variety composition, farmers, land typology

5 PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS ANALISIS PENATAAN VARIETAS SEMA DEVI OKTAVIA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

6

7

8

9 PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat-nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Judul yang dipilih dalam kegiatan magang yang telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2015 adalah Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo dengan Aspek Khusus Penataan Varietas. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Purwono, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ir Nugroho selaku staf direktur, Bapak Saiful Anam selaku Kepala Bina Sarana Tani, dan para karyawan PG Madukismo yang telah membantu dalam pelaksanaan magang dan pengumpulan data selama di PG Madukismo. Selain itu, ucapan terima kasih kepada bapak, ibu, kakak-kakak dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2015 Sema Devi Oktavia

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Magang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani dan Lingkungan Tumbuh Tebu 2 Fase Pertumbuhan Tanaman Tebu 3 Penataan Varietas 4 Masa Tanam 4 METODE MAGANG 5 Tempat dan Waktu 5 Metode Pelaksanaan 5 Pengamatan dan Pengumpulan Data 6 Analisis Data dan Informasi 8 KEADAAN UMUM 8 Sejarah Singkat Perusahaan 8 Visi dan Misi PT Madubaru 8 Letak Geografi 9 Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan 9 Keadaan Iklim dan Tanah 10 Keadaan Tanaman dan Produksi 11 Struktur Organisasi 12 Ketenagakerjaan 15 Waktu Kerja 15 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 16 Aspek Teknis 16 Aspek Khusus 27 Aspek Manajerial 28 HASIL DAN PEMBAHASAN 29 Hasil 29 Pembahasan 33 SIMPULAN DAN SARAN 36 Simpulan 36 Saran 37 DAFTAR PUSTAKA 37 RIWAYAT HIDUP 51

11 DAFTAR TABEL 1 Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo tahun Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo berdasarkan areal kemitraan yang dilakukan dengan petani tahun Jenis tanah di kebun tebu wilayah PG Madukismo 11 4 Daftar varietas-varietas dominan yang digunakan di wilayah pengelolaan tanaman tebu PG Madukismo 11 5 Produksi gula PG Madukismo 10 tahun terakhir 12 6 Hari dan jam kerja luar masa giling PG Madukismo 15 7 Pembagian waktu kerja karyawan bagian pabrikasi dalam masa giling 16 8 Jenis gulma yang terdapat di lahan tebu wilayah kerja PG Madukismo 23 9 Kondisi tipologi lahan di PG Madukismo tahun Komposisi varietas kebun tebu giling PG Madukismo tahun Varietas dominan yang digunakan petani wilayah Sleman dan Bantul Proporsi varietas bibit di kebun pembibitan PG Madukismo tahun Hasil perkiraan produktivitas tebu berdasarkan varietas yang digunakan di wilayah Sleman dan Bantul Hasil perkiraan produktivitas tebu berdasarkan pola tanamnya di wilayah Sleman dan Bantul Hasil uji t rata-rata produktivitas Nilai brix pada wilayah contoh Kabupaten Sleman dan Bantul 33 DAFTAR GAMBAR 1 Layout pemilihan juringan yang diamati 7 2 Layout pemilihan batang tebu yang akan di brix 7 3 Pemotongan benih sebelum ditanam 18 4 Persiapan lahan untuk pendederan 18 5 Pemotongan benih untuk benih SBP 19 6 Benih deder yang ditutup paranet 19 7 Benih yang telah dipindah ke polybag 19 8 Benih SBP yang telah dikurangi daunnya 20 9 Pola tanam over lapping Kegiatan penglentekan Gudang penyimpanan gula 27 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) 40 2 Jurnal harian sebagai pendamping mandor 41 3 Jurnal harian sebagai asisten sinder kebun wilayah (SKW) 43 4 Jurnal harian sebagai asisten kepala rayon 45 5 Peta wilayah kerja PG Madukismo 46 6 Data curah hujan dan hari hujan PG Madukismo tahun Struktur organisasi PT Madubaru 48 8 Deskripsi varietas tebu yang ada di KTG PG Madukismo 49

12

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok masyarakat Indonesia. Kebutuhan gula kristal putih (GKP) saat ini diperkirakan sebesar 2.9 juta dan gula kristal rafinasi (GKR) sebesar 2.8 juta ton sehingga total kebutuhan gula nasional mencapai 5.7 juta ton. Produksi gula nasional tahun 2015 diperkirakan sebesar 2.73 juta ton menunjukkan bahwa kebutuhan gula nasional masih belum tercukupi (Ditjenbun 2013). Berdasarkan produksi tebu dan gula nasional tahun 2003 hingga 2012, potensi rata-rata produktivitas tebu di Indonesia, mencapai 81.9 ton/ha dengan rendemen 8.1% (Ditjenbun 2013). Kenyataannya, areal tebu seluas 451,191 ha pada tahun 2012 hanya menghasilkan gula sebesar 2.59 juta ton yang seharusnya dapat mencapai 2.96 juta ton (Ditjenbun 2013). Hal ini menunjukkan bahwa potensi produktivitas tebu dan rendemen gula di Indonesia belum tercapai. Rendahnya produktivitas dan rendemen di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh penataan varietas yang belum dilaksanakan dengan baik. Sebagian besar perkebunan tebu di Indonesia merupakan perkebunan rakyat sehingga penataan varietas sulit dilaksanakan. Penataan varietas adalah kegiatan mengelola penggunaan varietas tebu berdasarkan tipologi lahan yang ada dan komposisi menurut kategori kemasakan (Indrawanto dkk 2010). Tebu memiliki varietas dengan tingkat waktu kemasakan yang berbeda sehingga perlu diatur proporsi varietasnya untuk mencapai rendemen tertinggi. Menurut Pawirosemadi (2011), kemasakan varietas tebu terdiri dari varietas masak awal, masak tengah, dan masak lambat. Varietas masak awal akan mencapai masak optimum pada musim tebang awal sehingga produksi gulanya tertinggi pada saat ditebang awal. Hal itu juga terjadi pada varietas masak tengah dan varietas masak lambat. Varietas masak tengah dan varietas masak lambat akan mencapai produksi gula tertinggi pada saat tebang tengah dan akhir. Permasalahan yang terjadi di beberapa wilayah kerja pabrik gula mengenai penataan varietas adalah penggunaan varietas-varietas unggul tebu belum didasarkan pada tipologi wilayah yang sesuai, komposisi kemasakan yang belum seimbang antara varietas masak awal, masak tengah dan masak lambat, serta optimasi waktu tanam dan waktu tebang yang tidak tepat berdasarkan kemasakan varietas. Ketidaktepatan dalam pengaturan proporsi varietas tebu yang ditanam dapat berakibat fatal. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Naruputro (2010) di PG Krebet Baru Malang, akibat proporsi penanaman varietas tebu yang tidak seimbang yakni 10,7% varietas masak awal sampai tengah dan 89,3% varietas masak tengah sampai akhir (BR 194 dan PS 864) menyebabkan terjadinya penumpukan bahan baku di akhir masa giling. Hal ini sangat merugikan pabrik karena penumpukan bahan baku berakibat perpanjangan waktu giling sehingga meningkatkan biaya produksi dan kesulitan bahan baku pada masa awal giling. Selain mengelola proporsi varietasnya, penataan varietas juga harus memperhatikan proporsi tanaman keprasan dan tanaman baru. Proporsi tanaman

14 2 keprasan yang jauh lebih banyak dibanding tanaman pertama merupakan salah satu penyebab tidak tercapainya potensi produksi nasional. Menurut Purwono (2002), salah satu langkah strategis dalam meningkatkan produksi gula nasional yakni dengan rehabilitasi tanaman. Tujuannya memperbaiki proporsi antara tanaman pertama (PC) dengan tanaman keprasan (RC) yakni dengan perbandingan PC dan RC sebesar 25% : 75% atau 20% : 80%. Rehabilitasi tanaman dilakukan dengan pembongkaran tanaman keprasan, perbaikan varietas, dan penggunaan benih bermutu. Perbaikan varietas perlu dilakukan karena suatu varietas unggul dapat terjadi degenerasi klonal setelah penggunaan selama 4-5 tahun, namun sering kali petani tebu sulit mengganti varietas lain karena sudah terlanjur suka dengan varietas unggul yang digunakan. Menurut Wijiastuti (2013), penataan varietas tebu merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan di masing-masing wilayah pengembangan tebu agar produktivitas tebu dan rendemen gula yang diperoleh optimal. Tujuan penataan varietas tebu adalah untuk mendapatkan komposisi varietas tebu unggul pada wilayah tertentu secara proporsional berdasarkan tingkat kemasakan sehingga masa giling optimal dapat dicapai dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan rendemen minimal 10%. Tujuan Magang Tujuan kegiatan magang ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan profesional dalam memahami proses kerja nyata, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis berbagai masalah yang ada di lapangan. Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penataan varietas tebu terutama di pabrik gula Madukismo. TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Lingkungan Tumbuh Tebu Tebu merupakan tanaman C4 dari famili Graminae (rumput-rumputan) yang termasuk tanaman parenial (tahunan). Kultivar tebu Saccharum officinarum L. mulai digunakan oleh hampir seluruh dunia pada tahun 1800 an karena kultivar tersebut sesuai dengan hasil yang diinginkan. Tanaman tebu diperbanyak secara vegetatif menggunakan potongan batang tebu (bagal) atau mata tunas (Fageria et.al 2011). Batang tebu terdiri atas ruas-ruas dan buku-buku dengan setiap buku terdapat mata tunas yang menempel. Satu rumpun batang tebu terdiri dari batang primer, batang sekunder, batang tersier. Tunas yang pertama kali muncul dari mata tunas yang ditanam disebut dengan batang primer. Tunas yang muncul dari batang primer disebut batang sekunder. Batang tersier adalah batang yang muncul dari mata tunas batang sekunder. Tinggi batang tebu mencapai 2-4 m dengan diameter batang dapat mencapai 5 cm (James 2004).

15 Sebagai tanaman tropika, tebu membutuhkan iklim yang sesuai untuk mencapai pertumbuhan yang optimum. Curah hujan, cahaya, dan suhu merupakan faktor iklim yang utama dalam mengendalikan pertumbuhan tanaman tebu. Di samping itu, tanah juga merupakan faktor penting sebagai media tempat tumbuh yang dapat menyediakan hara tanaman, air, dan oksigen bagi tanaman (Pawirosemadi 2011). Tebu dapat tumbuh pada bermacam-macam jenis tanah dengan ph tanah 4-9 namun dapat tumbuh dengan sangat baik pada ph (Fageria et.al 2011). Tanaman tebu tumbuh baik pada curah hujan mm/tahun dengan sekurang kurangnya 3 bulan kering. Distribusi curah hujan ideal untuk pertanaman tebu yakni ±200 mm pada masa pertumbuhan (5-6 bulan), ±125 mm pada periode berikutnya (selama 2 bulan), dan <75 mm selama 4-5 bulan pada periode kering. Suhu ideal bagi tanaman tebu bekisar C dengan selisih suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10 0 C. Tanaman tebu membutuhkan sinar matahari jam setiap harinya. Kondisi berawan pada siang hari akan mempengaruhi intensitas penyinaran sehingga proses fotosintesis menurun (Indrawanto et.al 2010). Secara umum, tanaman tebu dapat tumbuh di lahan basah maupun kering. Kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah tanah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah sehingga irigasi dan drainasenya harus diperhatikan. Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti alluvial, grumosol, latosol, dan regusol dengan ketinggian mdpl. Ketinggian lahan paling ideal untuk tanaman tebu adalah <500 mdpl (Indrawanto et.al 2010). Fase Pertumbuhan Tanaman Tebu Menurut Pawirosemadi (2011), fase pertumbuhan tanaman tebu meliputi fase perkecambahan, pertunasan, pertumbuhan (vegetatif), dan fase pemasakan (generatif). Fase perkecambahan tanaman tebu ditandai dengan tumbuhnya akar, batang, dan primordia daun pada mata ruas dengan periode umur 0-1 bulan. Fase pertunasan atau percabangan pada tanaman tebu merupakan langkah awal dalam memperoleh jumlah batang banyak sehingga dapat mencapai produktivitas tinggi. Fase pertunasan terjadi pada umur tanaman sekitar 1-3 bulan. Fase pertumbuhan tanaman adalah fase peningkatan volume tanaman baik mengenai ukuran maupun bobot dengan periode umur 3-9 bulan. Fase pemasakan merupakan fase paling penting dalam tanaman tebu karena mulai berhentinya fase vegetatif dan terjadi peningkatan jumlah sukrosa batang tebu sehingga tebu dapat segera ditebang dan diolah menjadi gula. Kemasakan terjadi karena adanya proses asimilisi tanaman. Hasil asimilasi pada tanaman tebu digunakan sebagai sumber energi, sebagian dimanfaatkan untuk kerangka struktur tanaman, dan sisanya disimpan di dalam batang dalam bentuk gula. Proses tersebut akan mencapai keseimbangan dan tanaman akan menjadi masak. Proses kemasakan tanaman tebu ditandai dengan peningkatan kandungan sukrosa dalam batang hingga mencapai nilai maksimum. Setelah tercapai titik maksimum, cepat atau lambat bergantung varietas dan kondisi tanaman, kandungan sukrosa akan kembali menurun. 3

16 4 Kegiatan tebang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hablur gula yang dihasilkan. Faktor paling penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih kebun tebu yang akan ditebang adalah kemasakan varietas dengan asumsi faktor lain normal. Penebangan pada suatu kebun tebu yang telah masak dapat ditunda apabila tanaman tebu tersebut memiliki koefisien daya tahan (KDT) yang baik. KDT menggambarkan kemampuan daya tahan tebu untuk bertahan di kebun tanpa mengurangi kualitas nira yang ditebang. Tebu dapat ditahan di kebun hingga kemasakan sempurna jika tebu tersebut memiliki nilai KDT sama dengan atau lebih dari 100. Apabila nilai KDT tebu sudah lebih kecil dari 100, maka tebu harus segera ditebang karena telah terjadi perombakan sukrosa (gula) menjadi bukan gula akibat tebu yang terlalu masak atau faktor lain (Pawirosemadi 2011). Penataan Varietas Varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas dan sudah dilepas oleh kementrian pertanian (Syukur et al. 2015). Penataan varietas pada budidaya tanaman tebu merupakan kegiatan mengelola tanaman tebu berdasarkan tipologi lahan yang ada dan kategori kemasakan (Indrawanto dkk 2010). Penataan varietas dilaksanakan di wilayah binaan pabrik gula bersama petugas dinas yang menangani perkebunan provinsi dan kabupaten, pihak pabrik gula selaku mitra, dan lembaga penelitian terkait (Ditjenbun 2013). Penataan varietas bertujuan untuk mendapatkan komposisi varietas tebu unggul pada suatu wilayah pengembangan tebu secara proporsional berdasarkan tingkat kemasakan sehingga masa giling optimal dapat dicapai dan pada gilirannya akan diperoleh rendemen optimal dari awal hingga akhir giling (Wijiastuti 2013). Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 87 tahun 2014, komposisi kemasakan varietas tebu terdiri dari masak awal dan awal-tengah (30%), tengah (40%), tengah-lambat dan lambat (30%) atau disesuaikan dengan kebutuhan pabrik gula dengan catatan masak lambat tidak lebih dari 30%. Penentuan tebu yang akan ditebang tanpa memperhatikan sifat kemasakannya dapat mengakibatkan kerugian karena rendemen yang diperoleh tidak optimal. Tingkat kemasakan varietas tebu berdasarkan tanggap varietas terhadap lamanya masa cekaman kelembaban tanah yang rendah (kering) dibagi menjadi 3 kelompok, yakni kelompok varietas masak awal, varietas masak tengah, dan varietas masak lambat. Varietas tebu masak awal apabila tanggap kemasakan terjadi 1 2 bulan kering (umur tanaman tebu <12 bulan). Varietas tebu masak tengah apabila tanggap kemasakan terjadi 3 4 bulan kering (umur tebu bulan). Varietas tebu masak lambat, yaitu apabila tanggap kemasakan terjadi setelah mengalami cekaman air lebih dari empat bulan (Pawirosemadi 2011). Masa Tanam Masa tanam berkaitan dengan waktu kemasakan tebu yang siap digiling (Pawirosemadi 2011). Masa tanam optimal berbeda-beda untuk masing-masing wilayah pengembangan tebu. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ismail dkk (1990) di PG Bungamayang menunjukkan bahwa masa tanam tebu pada bulan Agustus merupakan bulan tanam optimal di wilayah PG Bungamayang dan

17 akan menghasilkan bobot tebu, rendemen, dan kristal gula tertinggi bila dibanding dengan bulan tanam Juni dan Oktober. Hal ini karena tebu yang ditanam pada bulan tersebut memperoleh kondisi yang baik bagi proses pemasakan tebu, yakni kondisi kering pada stadia generatif (9-10 bulan). Kondisi kering memicu proses pemasakan dan peningkatan rendemen. Sebaliknya, tebu yang ditanam pada bulan Juni relatif mengalami kondisi kering pada stadia vegetatif dan memperoleh kelebihan air pada stadia generatif. Hal ini berbeda pada masa tanam optimal di Jawa. Masa tanam optimal rata-rata di Jawa antara bulan Mei sampai pertengahan Agustus. Kerugian yang akan dialami jika ditanam di luar bulan tersebut, diantaranya dapat menurunkan produktivitas hasil gula. Kerugian lain adalah pengelolaan tanaman sulit dilakukan dengan baik karena tidak tersedianya bibit yang optimal, kekurangan atau kelebihan air untuk irigasi, dan faktor lainnya (Djojosoewardho 1984). Berdasarkan prosedur budidaya tanaman tebu dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 87 tahun 2014, penetapan masa tanam pada tanaman tebu meliputi ola A (I) dan pola B (II). Pola A dilaksanakan di lahan berpengairan dan waktu penanaman pada awal musim kemarau (April-Mei) hingga akhir bulan Agustus. Varietas yang digunakan adalah kategori varietas masak awal, awal tengah, dan tengah. Pola B dilaksanakan di lahan yang mengandalkan air hujan (September) hingga akhir bulan November. Varietas yang digunakan adalah kategori masak tengah, tengah lambat, dan lambat. 5 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di wilayah kerja PG Madukismo, PT Madubaru, Yogjakarta. Magang dilaksanakan selama 4 bulan atau 16 minggu efektif yang dimulai dari 9 Februari hingga 8 Juni Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan dengan 2 metode, yakni metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan secara langsung di lapangan. Data yang diperoleh dari metode langsung disebut data primer. Data yang diperoleh dengan metode tidak langsung disebut data sekunder, seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, luas areal dan wilayah kerja, kondisi tanah dan iklim, keadaan tanaman, serta data produksi perusahaan. Metode langsung yang dilakukan meliputi aspek teknis, aspek manajerial, dan aspek khusus. Aspek Teknis Pada aspek teknis, mahasiswa melakukan kerja langsung di lapangan sebagai karyawan harian lepas (KHL) untuk mendapatkan pengalaman tentang keterampilan teknis dan kemampuan analisis dalam memandang masalah di lapang. Kegiatan budidaya yang dilakukan pada saat magang meliputi pembibitan,

18 6 persiapan tanam dan penanaman, pemeliharaan (klentek), dan pemanenan (tebang). Aspek Manajerial Pada aspek manajerial, mahasiswa bertugas sebagai pendamping mandor. Mahasiswa bertugas membantu mengawasi pekerjaan pekerja, membuat perencanaan kebutuhan fisik, biaya, teknis pekerjaan yang akan dilakukan, dan pembuatan jurnal harian, mingguan, bulanan. Selain itu, mahasiswa juga bertugas sebagai sinder kebun wilayah (SKW). Kegiatan yang dilaksanakan meliputi membantu mengawasi pekerjaan mandor, mempelajari keadaan perkebunan, membantu penyusunan laporan serta menganalisis administrasi kebun. Aspek Khusus Kegiatan aspek khusus dilaksanakan pada waktu tertentu sesuai dengan data yang ingin diperoleh. Data aspek khusus terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa data produktivitas dan nilai brix beberapa kebun di wilayah pengamatan, yakni Kabupaten Sleman dan Bantul. Selain itu, data primer berupa hasil wawancara kepada petani tebu wilayah pengamatan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder diperoleh dari data perusahaan berupa komposisi varietas KBD (kebun bibit datar) dan KTG (kebun tebu giling), data tipologi lahan serta data varietas tebu yang ada di pembibitan PG Madukismo. Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer merupakan data yang diperoleh saat melakukan magang terutama hal-hal yang berkaitan dengan penataan varietas di PG Madukismo. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan pada 2 wilayah kerja pabrik, yakni kebun kabupaten Sleman dan Bantul. Pengambilan data primer dilakukan dengan: Wawancara Petani Setiap wilayah pengamatan dilakukan wawancara kepada petani (masingmasing wilayah 10 orang) untuk mengetahui aspirasi petani terhadap varietas tebu yang ditanam. Kriteria petani yang diwawancara adalah petani tebu rakyat mandiri karena petani tebu rakyat mandiri memiliki hak sepenuhnya atas tanaman tebunya sehingga penggunaan varietas berdasarkan keinginan petani sendiri. Taksasi Produksi Taksasi produksi dilakukan pada awal bulan Maret selama 2 minggu. Kebun yang ditaksasi sebanyak 10 kebun untuk setiap wilayah pengamatan dan dilakukan bersama beberapa mandor dengan didampingi oleh sinder. Komponenkomponen yang diamati meliputi jumlah batang/ juring, rata-rata tinggi batang/ juring, dan bobot batang/ meter batang. Pengamatan jumlah batang/ juring dilakukan oleh setiap orang sebanyak 10 juring/ kebun. Sepuluh juring yang diamati dipilih secara zigzag. Pengamatan tinggi batang dilakukan pada juring yang diamati jumlah batangnya dan diukur 10 batang/ juring. Batang yang diukur adalah batang tebu yang tumbuh normal dan tidak terserang hama maupun

19 penyakit. Tinggi batang tebu diukur dari permukaan tanah atas guludan sampai daun +1 (titik patah). Bobot batang dihitung dengan cara mengamati secara visual diameter batang dan menetapkan rata-rata visual diameter batang di kebun yang diamati, kemudian memilih satu batang tersebut untuk ditimabng bobot/ meternya. Hasil pengamatan dihitung dengan rumus; Produktivitas = juring/ha x batang/ juring x tinggi batang x bobot batang/ meter. Jumlah juring berdasarkan standar PG Madukismo, pada lahan petani yaitu 950 juring/ha. Pengukuran Brix Pengukuran brix dilakukan pada 5 batang tebu sehat berumur 8-10 bulan yang diambil secara silang. Batang tebu dipotong menjadi 3 bagian (bagian bawah, tengah, dan atas), kemudian diperas untuk diambil niranya dan diukur menggunakan brix handfractometer. Angka yang keluar pada alat tersebut merupakan nilai brix nira tebu yang diamati. 7 Gambar 1 Layout pemilihan juringan yang diamati Gambar 1 merupakan ilustrasi pemilihan juringan yang akan diamati untuk menghitung taksasi kebun. Panjang juringan yang diamati yakni 10 m. Pemilihan juringan dilakukan secara zigzag dapat dilihat pada gambar 2 yang ditunjukkan dengan arah garis berwarna merah. Gambar 2 Layout pemilihan batang tebu yang diukur dibrixnya Gambar 2 merupakan ilustrasi pemilihan juringan yang akan diambil nilai brixnya. Juringan ditunjukkan pada gambar berupa garis hitam tebal. Pengambilan batang tebu yang akan dibrix dilakukan secara silang berdasarkan letak juringan di kebun.

20 8 Analisis Data dan Informasi Data dan informasi yang diperoleh selama magang dianalisis menggunakan perhitungan matematika sederhana seperti nilai rata-rata dan persentase. Selain itu, pengolahan data menggunakan Uji t pada taraf 5%. Data yang telah diolah selanjutnya diambil kesimpulannya. Data sekunder dan hasil wawancara dianalisis secara deskriptif. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan PG Madukismo merupakan satu-satunya pabrik gula yang ada di provinsi Yogyakarta. Berdirinya PG Madukismo diprakarsai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX setelah pemerintahan berjalan normal dan keamanan pulih akibat pembumihangusan pabrik gula - pabrik gula di Yogyakarta yang sebelumnya dikuasai oleh Jepang. Pembumihangusan pabrik gula dilakukan karena pabrik-pabrik gula mengalami kemunduran pada masa penjajahan Jepang akibat pengalihfungsian areal tanaman tebu menjadi palawija dan padi. PG Madukismo diresmikan oleh Ir Soekarno pada tanggal 28 Mei Pada awal berdiri, status perusahaan berbentuk PT (Perseroan Terbatas) yang diberi nama PT Madubaru. Pada tahun 1962, semua perusahaan perkebunan di Indonesia diambil oleh pemerintah sehingga status PT Madubaru menjadi Perusahaan Negara (PN) di bawah BPUPPN (Badan Pemimpin Umum Perusahaan Perkebunan Negara). Namun, pada tahun 1966 BPUPPN dibubarkan sehingga status PT Madubaru kembali menjadi Perseroan Terbatas (PT). Pada tanggal 4 Maret 1984 PT Madubaru mengadakan kontrak pengelolaan manajemen dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN). PT Madubaru mengadakan kontrak pengelolaan manajemen dengan RNI masih berlaku hingga sekarang dengan kepemilikan saham 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 35% milik PT Rajawali Nusantara Indonesia. Visi dan Misi Perusahaan Visi Menjadi perusahaan agroindustri yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejatinya. Misi 1. Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat dan industri di Indonesia. 2. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan, serta mengutamakan kemitraan dengan petani.

21 3. Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis ini. 4. Menempatkan karyawan dan stake holder lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian stake holder. Tujuan PT Madubaru memiliki tujuan untuk menumbuhkan perusahaan melalui: a. Pertumbuhan profit yang berkelanjutan. b. Jumlah unit usaha dan atau jenis produk bertambah. c. Meningkatkan manfaat perusahaan bagi stake holder. Letak Geografi PG Madukismo PG Madukismo terletak di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan letak geografi, PG Madukismo terletak antara 7 o 4 LU dan 8 o 20 dan antara 110 o BB sampai 111 o BT pada ketinggian 84 m dpl. Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan Luas wilayah pabrik gula Madukismo adalah 27,6 ha dengan luas bangunan 5,1 ha yang terdiri dari bangunan kantor, gudang, pabrik gula, dan pabrik spirtus. Selain itu, PG Madukismo juga memiliki kebun pembibitan sekitar 172 ha yang sebagian besar merupakan lahan sewa dan kebun tebu giling (KTG) milik petani binaan PG Madukismo seluas ha serta ha merupakan areal nonbina. Tabel 1 menunjukkan luas kebun tebu giling PG Madukismo pada tahun Tabel 1 Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015 Wilayah Kabupaten Luas areal (ha) Bantul Yogjakarta Gunung Kidul Sleman Kulon Progo Total Magelang Temanggung Jawa Tengah Purworejo Kebumen Wonosobo Total Total wilayah bina Wilayah non-bina Total areal keseluruhan Sumber : BST (Bina Sarana Tani) PG Madukismo (2015) Berdasarkan Tabel 1, areal kebun tebu giling (KTG) PG Madukismo meliputi wilayah bina dan wilayah non-bina. Areal KTG yang termasuk wilayah bina PG Madukismo terdapat di Provinsi DIY (Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo) dan Jawa Tengah (Kabupaten Magelang, Temanggung, 9

22 10 Purworejo, Kebumen, Wonosobo). Wilayah non-bina adalah areal KTG yang berasal dari luar wilayah kerja PG Madukismo. Tebu rakyat wilayah non-bina tidak terikat kerja sama dengan PG Madukismo sehingga PG Madukismo tidak memiliki wewenang untuk mengatur varietas tebunya. Pabrik gula Madukismo juga membagi wilayah kerjanya (wilayah bina) berdasarkan kemitraan yang dilakukan dengan petani tebu, yaitu areal tebu rakyat Mandiri (TRM), tebu rakyat Kerja Sama Usaha (KSU), dan tebu rakyat Kemitraan. Luas areal KTG berdasarkan kemitraan yang dilakukan PG Madukismo dengan petani tebu ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo berdasarkan areal kemitraan yang dilakukan dengan petani tahun 2014 Rayon Luas areal (ha) Mandiri Kemitraan KSU BGK (Bantul, Gunung Kidul) Sleman KMT (Kulonprogo, Magelang, Temanggung) PKB (Purworejo, Kebumen) Total Sumber: BST (Bina Sarana Tani) PG Madukismo (2015) Dilihat dari tabel 1, hampir 60% kebun tebu giling PG Madukismo pada tahun 2014 merupakan tebu rakyat Mandiri. Dengan demikian, hanya pada areal 40% dari kebun tebu rakyat wilayah binaannya atau ha KTG yang dapat dilakukan upaya maksimal dalam penataan varietas. Keadaan Iklim dan Tanah Pertumbuhan dan pemasakan tebu erat kaitannya dengan keadaan iklim terutama hujan. Dilihat pada Lampiran 6, rata-rata curah hujan 5 tahun terakhir di wilayah pengelolaan tebu PG Madukismo bekisar 2901 mm/tahun dengan 7 BB (bulan basah) dan 1 BK (bulan kering). Menurut Oldeman, tipe iklim di wilayah pengelolaan tebu PG Madukismo dalam 5 tahun terakhir termasuk tipe iklim B1. Tipe iklim ini baik untuk pertumbuhan vegetatif tanamaan tebu dengan syarat drainase lancar namun akan mengurangi rendemen yang dihasilkan. Tanaman tebu dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah dari tanah ringan hingga tanah geluhan. PG Madukismo menanam tebunya pada lahan dengan jenis tanah yang berbeda di beberapa kabupaten. Hal ini karena PG Madukismo kesulitan mencari lahan untuk menanam tebu akibat adanya persaingan dengan tanaman lain. Jenis tanah yang ada di areal perkebunan tebu di wilayah kerja PG Madukismo ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis tanah di kebun tebu wilayah PG Madukismo Kabupaten Jenis tanah Sleman Regosol

23 Bantul Regosol, Grumosol Gunung kidul Mediteran, Grumosol, Mollisols (renzina), Regosol, Latosol Kulon progo Regosol, Litosol, Aluvial, Latosol Purworejo Regosol Magelang Mediteran Kebumen Regosol Temanggung Latosol Wonosobo Regosol, Podsolik, Andosol Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015) Berdasarkan Tabel 3, jenis tanah yang banyak terdapat di areal kebun tebu giling PG Madukismo adalah tanah regosol. Jenis tanah yang paling sesuai untuk tanaman tebu adalah regosol dan grumosol karena kedua jenis tanah tersebut terbentuk akibat endapan abu vulkanik sehingga subur. Tanaman tebu dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah selain regosol dan grumosol namun tebu yang dihasilkan menjadi tidak optimal. Keadaan Tanaman dan Produksi Sebagian besar tanaman tebu yang ditanam di areal KTG wilayah PG Madukismo berasal dari tebu varietas bina yang telah diuji kesesuaian lokasinya. Dengan demikian, diharapkan tebu yang dihasilkan mencapai potensi yang diinginkan. Varietas-varietas tebu yang terdapat di kebun tebu giling (KTG) PG Madukismo tahun 2015 ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Daftar varietas-varietas yang digunakan di wilayah pengelolaan tanaman tebu PG Madukismo tahun 2015 Kemasakan Varietas Varietas Awal PS 881 Awal tengah PS 862, VMC 76-16, KK (Kidang Kencana), PS 851 Tengah PSJT 941 Tengah lambat BL (Bululawang), PS 864 Total Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015) Berdasarkan Tabel 4, terdapat 8 varietas bina yang ditanam di kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015, antara lain varietas PS 851, PS 881, PS 862, VMC 76-16, KK (Kidang Kencana), PSJT, BL (Bululawang), dan PS 864. Varietas-varietas tersebut memiliki waktu kemasakan yang berbeda, meliputi varietas masak awal, awal-tengah, tengah, dan tengah-lambat. Penggunaan varietas berdasarkan waktu kemasakannya tersebut bertujuan untuk memperoleh tebu yang masak optimal selama musim giling. Produk utama yang dihasilkan PG Madukismo adalah gula hasil pengolahan nira. Hasil sampingan dari proses pengolahan nira tersebut yaitu tetes (molasses) sebagai bahan baku pembuatan spirtus, blotong bahan baku kompos, dan bagase/ampas sebagai bahan bakar pabrik. Jumlah gula yang dihasilkan PG Madukismo berbeda setiap tahunnya yang ditunjukkkan pada Tabel 5. 11

24 12 Tabel 5 Produksi gula PG Madukismo 10 tahun terakhir Tahun Luas Areal (ha) Produksi Tebu (ku) Produktivitas Tebu (ku/ha) Rendemen Produksi Gula (ku) ,684, , ,756, , ,600, , ,585, , ,780, , ,234, , ,152, , ,164, , ,640, , ,095, , Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015) Berdasarkan Tabel 5, peningkatan produksi gula di PG Madukismo tahun 2005 hingga 2014 tidak signifikan. Produksi gula tertinggi di PG Madukismo pada tahun 2012 sebesar 382, kuintal dengan produksi tebu 5,164,429 kuintal dan rendemen 7.40%. Struktur Organisasi Struktur organisasi dibentuk untuk meningkatkan efisiensi dalam bekerja. Hal ini karena setiap divisi dalam struktur organisasi akan memegang tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. PT Madubaru dipimpin oleh seorang direktur dengan dibantu oleh staff direktur, SPI (Satuan Pengawas Intern), Kepala Bagian Pemasaran, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum, Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala Bagian instalasi, dan Kepala Bagian Pabrik Spirtus. Berikut adalah deskripsi fungsi dan tugas dari divisi tersebut: Direktur Fungsi : Mengelola perusahaan secara keseluruhan untuk melaksanakan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tugas : 1. Merumuskan tujuan perusahaan. 2. Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan 3. Menyusun rencana jangka panjang perusahaan. 4. Menetapkan kebijakan-kebijakan dan pedoman-pedoman penyusunan anggaran tahunan. 5. Menetapkan rancangan anggaran perusahaan yang akan diusulkan kepada RUPS.

25 Satuan Pengawasan Intern Tugas : 1. Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi dan pembinaan terhadap semua kegiatan dan fungsi organisasi. 2. Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan atau perstujuan direktur. 3. Melakukan audit investigasi terhadap aspek yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. 4. Dalam rangka penugasan memiliki aspek penuh dan bebas ke seluruh gungsi, catatan, dokumen, asset, dan karyawan. 5. Mengalokasikan sumber daya dan menentukan lingkup kerja, serta menetapkan teknik-teknik audit. 6. Memperoleh bantuan kerja sama dari personil di unit-unit perusahaan pada saat melakukan pengawasan, juga jasa-jasa khusus lainnya dari dalam maupun luar perusahaan. 7. Menjadi counterpart bagi auditor external dalam pelaksanaan tugasnya. Kepala Bagian Pemasaran Fungsi : Melaksanakan kebijkan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang pemasaran, serta memimpin divisi pemasaran untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. Tugas : 1. Menyusun strategi pemasaran 2. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk-produk PT. Madubaru. 3. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses penagihan. 4. Mengadakan perbaikan-perbaikan sistem pemasaran. 5. Menilai prestasi kerja staf pemasaran. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang keuangan, anggaran, serta memimpin divisi akuntansi dan keuangan untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. Tugas : Menjalankan Kebijakan direksi dan ketentuan General Manager dalam bidang keuangan, pengolahan data, dan akuntansi perusahaan. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang personalia, bertanggung jawab kepada administratur dan mengkoordinir setiap kegiatan pengelolaan tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan serta mempersiapakan sumber daya manusia yang diperlukan. Kepala Bagian Tanaman Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang penanaman dan penyediaan benih tebu, pemasukan areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), penyuluhan teknis penanaman tebu, rencana tebang dan angkutan tebu, dan kegiatan lain yang menyangkut penyediaan supply tebu sebagai bahan baku pabrik gula 13

26 14 serta memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : 1. Membantu General Manager dalam melaksanakan kebijakan direksi dalam penetapan rencana dan pelasnaan penanaman tebu benih dan produktivitas tebu giling. 2. Membantu General Manager dalam melaksanakan pencapaian target penanaman tebu benih dan tebu giling. 3. Membantu General Manager dalam menetapkan komposisi jenis tebu, jadwal penanaman. Tebang dan angkutan tebu. Kepala Bagian Instalasi Fungsi : Membantu kepala bagian pabrik gula dan pabrik spiritus yang lain dalam melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administrasi dalam pengoperasian, pemeliharaan, dan reparasi mesin dan equipment pabrik, lori dan loko, kendaraan traktor, pompa, pemeliharaan, dan reparasi bangunan, penyediaan tenaga listrik, serta memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : 1. Melaksanakan rencana penggunaan instalasi untuk melayani pabrik 2. Mempertahankan operasi instalasi untuk menjaga kontinuitas penyediaan jasa untuk memenuhi kebutuhan pabrik. 3. Bekerjasama dengan kepala bagian tanaman dalam melakukan pengelolaan,pemeliharaan, dan reparasi remise (lori dan loko), pompa air dan traktor. 4. Memberikan pertimbangan-pertimbangan teknis kepada semua bagian dalam pengadaan barang teknis keperluan perusahaan. Kepala Bagian Pabrikasi Fungsi : Membantu kepala bagian pabrik gula dan pabrik spiritus yang lain dalam melaksanakan kebijakan direksi dengan ketentuan General Manger dalam pengelolaan gula dan memimpin seksi-seksi yang berada di bawah wewenangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : 1. Melaksanakan rencana produksi gula 2. Mengawasi mutu, penimbangan, dan pembungkusan gula. 3. Mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi gula. Kepala Bagian Pabrik Alkohol dan Spiritus Fungsi : Mengolah alkohol dan spiritus serta memimpin seksinya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Tugas : 1. Melaksanakan rencana produksi alkohol dan spiritus 2. Mengawasi mutu alkohol dan spiritus 3. Mengendalikan produksi dan spiritus untuk memenuhi target produksi.

27 15 Ketenagakerjaan Secara umum, karyawan di PG Madukismo dibagi atas karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap merupakan karyawan yang bekerja sampai masa pensiun atau pengunduran diri. Karyawan tetap terdiri dari karyawan staff (karyawan pimpinan) dan non-staff (karyawan pelaksana). Jumlah karyawan tetap PG Madukismo adalah 447 karyawan tetap dengan 60 karyawan staff dan 387 karyawan non-staff. Karyawan staff bertugas membuat kebijakan mengenai pelaksanaan produksi. Karyawan staff terdiri dari direktur, staff direktur, SPI (Satuan Pengawas Intern), Kepala Bagian Pemasaran, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum, Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala Bagian instalasi, dan Kepala Bagian Pabrik Spirtus. Karyawan non-staff bertugas melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pimpinan. Karyawan non-staff di bidang Bagian Tanaman diantaranya Kepala Rayon, Sinder Kebun Wilayah, Sinder Bibit, Sinder Tebang, dan beberapa mandor. Karyawan tidak tetap merupakan karyawan yang bekerja sesuai dengan kebutuhan produksi atau memiliki masa kontrak kerja. Setiap tahun PG Madukismo membutuhkan karyawan tidak tetap. Karyawan tidak tetap terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Karyawan dalam pabrik, adalah karyawan yang melakukan pekerjaan pada proses produksi yakni pada proses pembuatan gula, alkohol, dan spirtus. 2. Karyawan luar pabrik, adalah karyawan yang melakukan pekerjaan di luar proses produksi seperti penanganan limbah, satpam, administrasi produksi, dan administrasi gudang hasil akhir. 3. Karyawan borongan, adalah karyawan yang terkait langsung dengan proses produksi dan mendapatkan upah secara borongan dan berdasarkan atas kesepakatan kerja yang dilakukan. Misalnya tenaga kerja penanaman dan pemeliharaan tanaman tebu serta tenaga tebang angkut. Waktu Kerja PG Madukismo menentukan waktu kerja berdasarkan masa giling, yaitu luar masa giling dan dalam masa giling. Saat luar masa giling, kegiatan perusahaan berjalan normal dengan pembagian hari dan jam kerja pada Tabel 6. Tabel 6 Hari dan jam kerja luar masa giling PG Madukismo Hari Kerja Jam Kerja Senin Kamis (istirahat jam Jumat Sabtu ( senam pagi) Saat dalam masa giling, kegiatan berlangsung selama 24 jam untuk karyawan bagian pabrikasi. PG Madukismo membagi waktu kerja karyawan nagian pabrikasi agar proses produksi tetap berjalan selama 24 jam. Waktu kerja tersebut dibagi menjadi 3 shift dengan pergantian shift dilaksanakan 7 hari sekali yang ditunujukkan pada Tabel 7.

28 16 Tabel 7 Pembagian waktu kerja karyawan bagian pabrikasi dalam masa giling Pembagian Kerja (shift) Jam Kerja Pagi Siang Malam PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan budidaya tanaman tebu sedikit berbeda dengan budidaya tanaman lain. Kegiatan budidaya tebu meliputi persiapan benih, persiapan dan pengolahan lahan, pembuatan juringan dan got (got keliling, got malang, got mujur), penanaman, pemeliharaan tanaman (penyulaman, pemupukan, pengeprasan, pengairan, pembumbunan, pengendalian gulma, hama, penyakit, dan kegiatan penglentekan), serta penebangan dan pengangkutan ke pabrik untuk diolah menjadi gula. Kegiatan budidaya tebu yang dilakukan mahasiswa pada saat magang adalah persiapan benih, penanaman, pengendalian gulma, penglentekan, dan kegiatan tebang. Persiapan Lahan Persiapan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan areal yang akan ditanami tanaman tebu. Kegiatan persiapan lahan untuk tanaman tebu meliputi kegiatan pengolahan dan pembukaan lahan. Pengolahan lahan meliputi pembajakan dan penggaruan. Pembajakan dilakukan untuk membalikkan tanah, memotong sisa-sisa kayu dan tanaman sebelumnya. Pembajakan yang dilaksanakan oleh PG Madukismo sebagian besar dilakukan sekali (bajak 1) dengan menggunakan traktor 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan implement bajak piring empat piringan. Pembajakan dilakukan di seluruh areal yang akan ditanami dengan kedalaman minimal 30 cm dengan arah bajakan tegak lurus barisan tanaman tebu. Setelah pembajakan, dilakukan penggaruan yang bertujuan untuk menggemburkan tanah. Kegiatan penggaruan hampir sama dengan pembajakan. Penggaruan dilakukan dengan menggunakan alat Baldan Harrow yang ditarik dengan traktor 110 HP. Alur penggaruan tegak lurus dengan alur pembajakan atau searah dengan juringan. Pola bukaan lahan pertanaman tebu meliputi sistem reynoso dan sistem mekanis. Sebagian besar kegiatan bukaan lahan yang dilakukan di wilayah kerja pabrik gula Madukismo adalah sistem mekanis karena biayanya lebih murah dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit. Bukaan lahan terdiri dari kegiatan pembuatan kairan atau lubang juringan dan pembuatan got. Kairan atau lubang juringan digunakan sebagai media tumbuh benih yang ditanam. Juringan dibuat menggunakan alat kair dengan tiga mata yang dipasangkan pada traktor. Kedalaman juringan kurang lebih 30 cm dan jarak pusat ke pusat 100 cm. Kapasitas traktor yang digunakan kurang lebih 1 jam/ha. Pembuatan got atau parit dilakukan pada saat musim hujan. Got berfungsi sebagai saluran drainase (tempat pembuangan kelebihan air) dan saluran irigrasi

29 (tempat pemasukan air ke lahan). Terdapat 3 jenis got pada pertanaman tebu, yaitu got keliing, got mujur dan got malang. Pembuatan got dimulai dari bagian bidang terendah sehingga lahan yang jenuh tergenang air dapat segera mengering. Pembuatan got dilakukan secara manual menggunakan cangkul. Got yang pertama dibuat adalaah got keliling dengan kedalaman 80 cm dan lebar 70 cm. Selanjutnya dilakukan pembuatan got mujur dengan kedalaman 70 cm dan got malang dengan kedalaman 60 cm. Persiapan Benih Persiapan benih pada budidaya tebu dilakukan pada saat lahan telah siap untuk ditanami. Jumlah benih yang disiapkan harus sesuai dengan luasan lahan yang akan ditanami sehingga tidak ada benih kurang maupun benih berlebih. Secara umum, persiapan benih tebu dimulai dengan menebang benih yang akan ditanam pada jenjang benih berikutnya atau ke lahan KTG, pengangkutan benih ke lahan, selanjutnya penglentekan dan pemotongan batang benih sebagai bagal. 1. Tebang dan angkut benih Penebangan benih tebu dilakukan saat benih sudah berumur sekitar 6 bulan. Jumlah benih yang ditebang disesuaikan dengan kebutuhan jenjang benih selanjutnya atau luas KTG yang akan ditanami. Teknik penebangan bibit sama seperti tebang tebu giling, yakni dengan tebang mepet tanah (TMT). Namun, dalam pemotongan pucuk dilakukan dengan memotong kurang lebih satu ruas dari titik tumbuh. Hal ini karena bagian pucuk tersebut justru paling baik digunakan untuk bibit. Bagian pucuk bibit tersebut memiliki peluang tumbuh lebih besar dan lebih cepat tumbuh. Tebu yang sudah ditebang dan dipotong pucuknya, selanjutnya dikumpulkan sekitar batang dan diikat untuk memudahkan pengangkutan ke tempat jenjang penanaman benih tebu berikutnya. 2. Pengeceran dan penglentekan benih Pengeceran benih tebu adalah meletakkan ikatan benih tebu di dekat blok penanaman atau lubang benih yang akan ditanami. Setelah benih diecer, dilakukan penglentekan benih, yakni membuang daun-daun kering (klaras) yang menempel pada batang tebu. Penglentekan dilakukan secara manual menggunakan tangan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan mata tunas. 3. Pemotongan benih Setelah selesai diklentek, benih dipotong-potong menjadi 2-3 mata tunas. Pemotongan benih dibuat diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemotongan dan menghindari mata tunas pecah saat pemotongan. 17

30 18 Gambar 3 Pemotongan benih sebelum ditanam Benih yang disediakan saat ini oleh PG Madukismo berupa bagal dan single bud chip (SBP) atau polybag. Penyiapan benih yang telah dijelaskan sebelumnya adalah penyiapan benih bagal. Penyiapan benih polybag berbeda dengan penyiapan bagal. Benih polybag/sbp merupakan benih yang baru dikembangkan oleh PG Madukismo pada tahun Kelebihan dari benih SBP yakni tumbuh lebih cepat, peluang hidupnya tinggi, seragam dan kemungkinan tebu tumbuh lebih baik dibanding tebu yang berasal dari bagal. Benih SBP berasal dari benih tebu yang dipotong menjadi satu mata. Penyiapan benih SBP dilakukan melalui beberapa tahapan yang membutuhkan waktu dan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan penyiapan benih bagal. 1. Persiapan bedengan Bedengan digunakan untuk mendeder benih yang telah disiapkan. Penyiapan bedengan dimulai dengan pengolahan lahan menggunakan traktor agar tanah menjadi gembur. Lebar bedengan kurang lebih 1 meter dengan panjang sesuai kebutuhan. Gambar 4 Persiapan lahan untuk pendederan 2. Pemotongan benih Pemotongan benih dilakukan dengan panjang benih kurang dari 10 cm dan pemotongan benih dilakukan miring agar mempermudah saat pendederan. Benih dipotong dengan satu benih satu mata. Sebelum pemotongan, alat potong atau golok dicelupkan ke dalam suatu larutan untuk mensterilkan alat sehingga kualitas benih terjaga.

31 19 Gambar 5 Pemotongan benih untuk benih SBP 3. Pendederan Benih yang telah dipotong, selanjutnya diangkut dengan karung ke lahan deder. Pendederan dilakukan dengan cara menancapkan benih ke bedengan yang telah disiapkan. Benih diusahakan tidak dalam posisi terbalik saat ditanam. Benih dederan muncul tunas dalam waktu 2-3 minggu. Selama di lahan pendederan, benih ditutup paranet untuk mengurangi penyinaran matahari langsung. Gambar 6 Penutupan bedengan pendederan 4. Penanaman dalam polybag Benih dari lahan dederan yang telah muncul tunas kemudian diangkut untuk ditanam dalam polybag. Media tanam berupa tanah dan pupuk kandang yang telah dimasukkan ke dalam polybag. Polybag yang telah terisi media tanam disiram air hingga jenuh air sehingga penanaman benih dederan lebih mudah. Gambar 7 Benih yang telah dipindah ke polybag

32 20 5. Pemeliharaan Pemeliharaan benih polybag meliputi penyiraman dan pengurangan daun. Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore. Pengurangan daun dilakukan menggunakan gunting tanaman. Pengurangan daun dilakukan pada saat benih telah siap untuk ditanam di lahan kurang lebih 6 minggu setelah ditanam dalam polybag. Gambar 8 Benih SBP yang telah dikurangi daunnya Penanaman Kegiatan penanaman pada budidaya tebu berperan penting dalam keberhasilan benih untuk tumbuh. Penanaman yang dilakukan secara kurang tepat akan mempengaruhi kecepatan tumbuh benih dan kecukupan jumlah benih. Kegiatan penanaman benih dimulai dengan pembuatan kasuran, dilanjutkan dengan penanaman dan penutupan benih. 1. Pembuatan kasuran Kasuran adalah permukaan tanah gembur yang dibuat di dalam juringan (lubang tanam untuk tebu). Kasuran dibuat dengan tujuan sebagai media tanam benih sehingga merangsang pertumbuhan akar. Pembuatan kasuran dilakukan secara manual menggunakan cangkul atau secara mekanik menggunakan traktor saat pembuatan juringan. 2. Penanaman benih Cara penanaman benih tanaman tebu tergantung pada jenis benih tebu yang akan ditanam. Penanaman benih bagal terdiri dari 3 jenis pola penanaman, yakni pola penanaman single row (rentet sepur), over lapping (undah indih), dan double row. Penanaman benih bagal yang dilakukan oleh sebagian besar petani PG Madukismo menggunakan pola penanaman over lapping. Hal ini karena pola penanaman ini tidak membutuhkan terlalu banyak benih. Penanaman benih polybag dilakukan dengan jarak tanam 30 cm atau per meter juring terdapat benih.

33 21 Gambar 9 Pola tanam over lapping 3. Penutupan benih Penutupan benih bagal menggunakan tanah yang gembur. Penutupan benih dilakukan pada saat kering atau hujan mulai jarang. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan benih sehingga kelembaban benih terjaga dan benih dapat tumbuh. Pemeliharaan Setiap tanaman budidaya perlu dilakukan pemeliharaan sehingga tanaman tumbuh dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Produktivitas tanaman tebu akan optimal jika dilakukan pemeliharaan dengan baik. Pemeliharaan tanaman tebu meliputi penyulaman, pemupukan, pembumbunan, pengairan, penglentekan, pengendalian gulma, hama, dan penyakit, serta penyulaman. 1. Penyulaman Kegiatan penyulaman merupakan kegiatan mengganti benih yang tidak tumbuh atau rumpun mati dengan benih lain. Penyulaman dilakukan pada saat umur tanaman 3-4 minggu. Penyulaman dilakukan pada panjang barisan tanaman kosong melebihi setengah meter. Benih sulam berasal dari benih dederan berumur 3 minggu yang sudah disiapkan sebelumnya oleh petani yang ditanam di ujung juringan atau benih yang berasal dari rumpun lain yang tumbuh baik. 2. Pengairan Umumnya, pengairan pada tanaman tebu dilakukan 3 hingga 4 kali. Pengairan pertama dilakukan saat penanaman benih, tepatnya sebelum benih diletakkan di kasuran. Hal ini untuk memberikan kondisi lembab pada media tanah benih sehingga merangsang perkecambahan benih. Pengairan kedua dilakukan kurang lebih 15 hari setelah tanam untuk memenuhi kebutuhan air kecambah benih. Pengairan ketiga dilakukan sebelum pemupukan I yakni tebu berumur 1 bulan dan pengairan keempat dilakukan sebelum pemupukan II yakni tebu berumur 2 bulan. Pengairan dilakukan menggunakan air yang berasal dari sumber air dengan cara disedot menggunakan diesel atau berasal dari aliran sungai maupun air hujan. 3. Pemupukan Pupuk yang digunakan adalah ZA dan phonska dengan dosis standar pabrik masing-masing 5 kuintal. Pemberian pupuk dilakukan secara bertahap yakni pada umur tanaman hari sebanyak setengah dosis dan pemupukan kedua pada umur tanaman 60 hari untuk setengah dosis berikutnya. Aplikasi pupuk

34 22 dilakukan dengan menyebar pupuk di samping barisan tanaman tebu dan di samping barisan lain pada pemupukan II. Pemupukan pada tanaman tebu tidak boleh terlambat karena akan berdampak buruk pada pertumbuhan dan hasil tebu. 4. Pembumbunan Pembumbunan/urug pada tanaman tebu secara umum dilakukan sebanyak 3 kali. Urug pertama dilakukan untuk merangsang pertumbuhan anakan dan menutup pupuk I pada tebu berumur 30 hari. Saat tebu berumur hari, dilakukan urug II untuk menekan pertumbuhan tunas tersier dan kuarter, menambah media perakaran serta menutup pupuk II. Urug III dilakukan pada tebu berumur hari untuk memperkokoh batang agar tebu tidak mudah roboh. Pembumbunan dilakukan secara manual menggunakan cangkul. 5. Penglentekan Penglentekan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman tebu dengan cara melepas daun kering (klaras) tanaman tebu dari batang tebu menggunakan sabit. Biasanya, penglentekan dilakukan 2 kali, yakni pada saat tanaman tebu berumur 4 bulan dan 2-3 bulan sebelum tebang. Hal ini dimaksudkan untuk sanitasi kebun, mencegah kebakaran, memudahkan kegiatan pemeliharaan selanjutnya, dan memudahkan penebang pada saat tebang. Sebagian besar petani tebu menggunakan pekerja wanita dalam kegiatan penglentekan. Gambar 10 Kegiatan penglentekan 6. Pengendalian gulma Pengendalian gulma bertujuan mengurangi kompetisi unsur hara, air, pemanfaatan ruang dan sinar matahari antara tanaman tebu dengan gulma sehingga tebu dapat tumbuh optimal. Selain itu, pengendalian gulma juga dapat memudahkan petani melakukan pemeliharaan lainnya seperti pemupukan dan penglentekan. Pengendalian gulma dilakukan sebelum kegiatan pemupukan menggunakan herbisida atau bersamaan dengan pembumbunan secara manual menggunakan cangkul. Jenis gulma yang terdapat pada lahan tebu PG Madukismo meliputi gulma daun lebar, daun sempit, dan teki yang ditunjukkan pada Tabel 8.

35 Tabel 8 Jenis gulma yang terdapat di lahan tebu wilayah kerja PG Madukismo Jenis Gulma Kerapatan tinggi Kerapatan sedang Kerapatan rendah Daun lebar Amaranthus sp., Ageratum Portulaca oleracea, Mimosa invisa, conyzoides Commelina Euphorbia benghalensis heterophylla, Daun sempit Cynodon Eleusine indica Imperata cylindrical dactylon, Echinochloa colonum, Panicum repens Teki Cyperus sp. Cyperus rotundus 7. Pengendalian hama penyakit Pengendalian hama penyakit dilakukan untuk mengurangi dampak serangan hama penyakit yang dapat merugikan petani Serangan hama merupakan masalah yang cukup banyak terjadi dan merugikan di wilayah kebun tebu PG Madukismo sedangkan serangan penyakit tanaman tebu tidak ditemukan pada saat magang. Hama yang banyak menyerang dan menimbulkan kerugian di kebun tebu PG Madukismo adalah hama uret dan tikus. a. Uret Uret (Lepidiota stigma F.) merupakan hama yang menyerang akar tanaman tebu. Gejala yang ditimbulkan dari serangan hama ini diantaranya perubahan warna daun menjadi menguning, layu, kering, hingga akhirnya mati. Tanaman yang sudah menunjukkan gejala tersebut, jika dicabut akan terdapat uret pada area perakaran tanaman serta terdapat bekas gerekan pada pangkal batang. Pengendalian yang dilakukan dalam mengatasi serangan uret meliputi pengendalian secara kultur teknis, manual, kimia. Pengendalian secara kultur teknis merupakan pengendalian yang banyak dilakukan oleh petani tebu PG Madukismo. Pengendalian dilakukan dengan penanaman tebu pola awal musim tanam (bulan Mei - Juni). Hal ini dilakukan karena serangan uret terjadi pada awal tahun sekitar bulan Januari-Februari sehingga tanaman tebu sudah dewasa pada saat uret sedang menyerang. Pemanenan juga harus segera dilakukan pada awal musim giling sehingga tidak banyak mengalami kerugian. b. Tikus Tikus menyerang tanaman tebu baik pada tanaman tebu muda maupun tebu tua. Tikus menyerang tanaman tebu pada malam hari dengan cara memakan dan mengerat batang tebu untuk mengasah gigi serinya. Kerusakan tanaman akibat serangan tikus di kebun tebu PG Madukismo dapat mencapai 5-10 % dari populasi tanaman. Pengendalian yang dilakukan PG Madukismo dalam mengatasi serangan hama tikus ini adalah segera melakukan penebangan tebu awal giling agar kerugian tidak semakin banyak. 8. Pengeprasan Tanaman keprasan (ratoon cane/rc) merupakan tanaman tebu yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang sehingga tidak dilakukan pengolahan lahan dan penanaman benih. Pengeprasan dilaksanakan setelah kegiatan tebang. 23

36 24 Pengeprasan bertujuan merangsang pertumbuhan tunas baru yang berasal dari mata batang tebu yang berada di bawah permukaan tanah. Pengeprasan dilakukan dengan cara memotong tunggul atau sisa tebangan menggunakan cangkul. Pemotongan tunggul dilakukan hingga permukaan tanah atau mepet tanah. Tebang Angkut Kegiatan penebangan merupakan kegiatan terakhir dalam budidaya tanaman tebu. Penebangan dilakukan saat mulai memasuki bulan kering, yakni pada saat tanaman tebu yang telah masak atau tebu yang terserang hama penyakit sehingga perlu segera dilakukan penebangan agar tidak menurunkan hasil lebih banyak. Oleh karena itu, perencanaan penebangan harus dilakukan dengan baik agar tebu yang ditebang dapat memenuhi kapasitas pabrik setiap harinya. Kegiatan penebangan dan pengangkutan tebu menuntut tebu dengan kualitas MBS (manis, bersih, segar) untuk digiling sehingga pelaksanaan tebang harus dilaksanakan dengan baik. Teknis tebang dilakukan dengan menebang batang tebu sebatas permukaan tanah atau menyisakan batang sepanjang cm. Batang yang telah ditebang selanjutnya dibersihkan dari pucuk, daun hijau, dan daun kering. Selain itu, hasil tebangan harus bersih dari akar, tanah, ataupun sogolan untuk memenuhi kebersihan tebu. Batang tebu yang telah bersih, diikat dengan masing-masing ikatan sebanyak batang. Batang yang terlalu panjang, dapat dipotong menjadi 2 bagian sehingga memudahkan dalam pengangkutan. Batang tebu yang telah diikat, dimuat secara manual ke truk dan diangkut menuju pabrik. Pengolahan Tebu Tebu yang diangkut ke pabrik jumlahnya disesuaikan dengan kapasitas giling pabrik. Pabrik Gula Madukismo telah bersertifikat ISO (9001:2008) dengan kapasitas giling 3500 TCD. Tebu hasil tebangan yang telah sampai di pabrik akan melalui beberapa tahap persiapan sebelum diolah menjadi gula. Beberapa tahapan atau stasiun dalam mengolah tebu menjadi gula, yakni tahapan persiapan, stasiun penggilingan, pemurnian, pengentalan nira, pemasakan, pemutaran, dan pengkristalan. 1. Persiapan Tahap awal dalam mengolah tebu menjadi gula yaitu tahap penggilingan. Sebelum memasuki stasiun penggilingan, tebu yang akan digiling harus melalui pos persiapan terlebih dahulu untuk mendapatkan tebu yang bersih, segar, dan manis. Terdapat 5 pos dalam tahap persiapan, diantaranya pos pemeriksaan, pos timbangan bruto, pembongkaran, timbangan tara, dan Ban contoh/ reteller. a. Pos pemeriksaan Kegiatan yang dilakukan pada pos pemeriksaan adalah pemeriksaan kelegalan tebu, pencatatan nama pemilik, nama kebun, plat nomor truk angkut, nomor SPA, dan nama sinder tebang, pemeriksaan tanggal SPA, serta pemeriksaan brix pada tebu yang berasal dari luar daerah. Tebu yang berasal dari luar DIY hanya membawa surat jalan angkut yang diperoleh dari pos prambanan yang merupakan perbatasan DIY dan Jateng.

37 b. Pos timbangan bruto Pos timbangan bruto merupakan pos penimbangan bobot tebu, beserta truk dan supirnya. Penimbangan bruto menggunakan alat digital yang tersambung dengan komputer. Data bobot dicetak pada SPA dan supir truk harus mengisi data tanggal giling, jam giling, brix, pol ampas, dan nilai nira. c. Pos pembongkaran Pos pembongkaran adalah pos pemindahan tebu dari truk ke lori. Pemindahan dilakukan menggunakan alat derek yang dikendalikan oleh operator. Sebelum tebu diderek, tebu dipasang rantai yang disambungkan ke tali angkut yang sudah terpasang di bawah tumpukan tebu. Selanjutnya tebu diangkut dan dipindahkan ke lori. Tebu yang tersusun tidak rapi dapat menyebabkan runtuhnya tumpukan tebu. Tebu yang jatuh saat pembongkaran akan dibersihkan dan ditumpuk pada lori dan dijadikan tebu rempon. Hasil dari kebun rempon akan menjadi milik pabrik gula. d. Pos timbangan tara Pos timbangan tara adalah pos penimbangan truk bersih (tanpa tebu) dengan supirnya. Penimbangan tara dimaksudkan untuk memper-oleh data bobot bersih tebu yang nantinya akan dicetak di SPA. e. Pos ban contoh Pos ban contoh bertugas memeriksa tebu yang siap digiling. Ban contoh mencatat identitas tebu berupa nomor lori dan nomor SPA yang masuk ke meja tebu. 2. Stasiun penggilingan Stasiun penggilingan merupakan stasiun pemerahan nira tebu. Pemerahan nira di PG Madukismo dilakukan sebanyak 5 kali. Saat penggilingan berlangsung, pada gilingan kedua dan ketiga tebu ditambahkan air nira hasil pemerahan sebelumnya dan ditambahkan air imbibisi pada gilingan keempat dan kelima. Air imbibisi yang dimaksud adalah air panas yang digunakan untuk meningkatkan keluarnya nira. Nira hasil gilingan akan alirkan ke bak pengendapan melalui pipa-pipa.pemerahan nira maksimal apabila sisa % pol yang tertinggal 2% pada ampas tebu. Ampas sisa penggilingan terdiri dari ampas kasar dan ampas halus. Ampas kasar akan digunakan sebagai bahan bakar ketel sedangkan ampas halus digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan blotong. 3. Stasiun Pemurnian Stasiun pemurnian merupakan proses memisahkan nira tebu dari kotoran sisa penggilingan.. Proses pemurnian nira diawali dengan pengendapan kotoran nira menggunakan phospat. Setelah diendapkan, nira akan dialirkan menuju penimbangan berukuran 5 ton dan selanjutnya dialirkan menuju bak pemurnian. Proses pemurnian nira meliputi proses defikasi dan sulfitasi. Defikasi merupakan pemurnian air nira dengan menggunakan susu kapur. Setelah mengalami dua kali defikasi, air nira akan di sulfitasi. Proses sulfitasi merupakan pemurnian dengan menggunakan sulfat. Proses sulfitasi berfungsi mengikat kotoran-kotoran yang masih terdapat pada nira dan menetralkan kembali ph akibat penggunakan kapur. 4. Stasiun Pengentalan Stasiun pengentalan bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang ada dalam nira. Terdapat 5 tangki evaporator yang dapat digunakan secara 25

38 26 bergantian dalam pengentalan nira, namun hanya 4 evaporator yang dioperasikan dalam setiap proses pengolahan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan tangki evaporator. Pergantian tangki yang kosong dilakukan 2 hari sekali. Pembersihan tangki dilakukan pada saat tangki tersebut tidak digunakan. 5. Stasiun pemasakan Pemasakan merupakan proses meningkatkan nira agar memudahkan proses pengkristalan. PG Madukismo menggunakan sistem pemasakan A-C-D, dengan menggunakan 12 tangki. Gula SHS yang merupakan hasil utama dari pengolahan tebu adalah hasil masakan A, tangki yang digunakan yakni nomor 1 sampai 5. Tangki nomor 7 sampai 12 digunakan untuk masakan D, sedangkan tangki nomor 6 untuk masakan C. 6. Stasiun pemutaran dan pengkristalan Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari molase. Cara kerja dari stasiun pemutaran yakni dengan memasukkan nira ke dalam suatu alat yang diberikan gaya sentrifugal dengan kecepatan tertentu sehingga kristal dan molase terpisah. Alat pemutar dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat masakan. Kristal gula hasil pemutaran akan didinginkan dan dikeringkan untuk menurunkan kelembaban sehingga meningkatkan masa simpannya. Molase akan dialirkan ke pabrik suling melalui saluran pipa. 7. Pengemasan Pengemasan kristal gula dilakukan dengan menggunakan vibrating screen. Alat ini ini digunakan untuk memisahkan butiran kristal yang berukuran terlalu besar. Kristal gula yang terlalu besar akan dilebur untuk mengalami pemutaran lagi agar ukuran kristal sesuai. Kristal gula yang ukurannya sesuai, akan dikemas. Pengemasan gula di PG Madukismo terdiri dari kemasan curah sebagai produk primer dan kemasan karung dengan bobot 50 kg sebagai kemasan sekunder. Gula yang sudah dikemas lalu disimpan dalam gudang. Gambar 11 Gudang penyimpanan gula Aspek Khusus Taksasi Maret Pengambilan data taksasi maret untuk data aspek khusus dilakukan pada saat pelaksanaan taksasi maret pada aspek manajerial bersama sinder kebun wilayah dan mandor. Data yang diperoleh mahasiswa dalam taksasi maret adalah data perkiraan produktivitas tebu di masing-masing kebun. Hasil perkiraan produktivitas tebu tersebut berdasarkan hasil perhitungan oleh mandor dan taksasi

39 visual oleh sinder kebun. Mahasiswa melakukan perhitungan taksasi seperti yang dilakukan mandor. Selanjutnya data berupa jumlah batang/ juring dan rata-rata tinggi tanaman/ juring dari pengamatan 10 juring dikumpulkan kepada mandor yang bertanggung jawab menyimpan data untuk dihitung rata-rata perkiraan produktivitas tebunya. Pengambilan Nilai Brix Pengambilan nilai brix dilakukan menjelang kegiatan tebang dan pada waktu tebang dengan didampingi oleh mandor. Peralatan yang diperlukan pada saat pengambilan nilai brix diantaranya sabit, brix hendfractometer, dan kapas. Mahasiswa melakukan pengambilan nilai brix untuk mengetahui nilai brix tebu terutama pada varietas masak awal dan varietas masak lambat. Hal ini untuk mengetahui ketepatan waktu kemasakan berdasarkan varietas kemasakan. Sampel tebu yang diambil nilai brixnya pada 5 kebun. Wawancara Petani Wawancara petani dilakukan kepada beberapa petani tebu wilayah Sleman dan Bantul. Wawancara dilakukan untuk mengetahui aspirasi petani terhadap varietas yang digunakan dan teknik budidaya yang dilakukan. Waktu pelaksanaan wawancara menyesuaikan waktu luang petani. Pelaksanaan wawancara dilakukan di rumah petani yang sudah dihubungi sebelumnya. Kegiatan wawancara dilaksanakan selama 2 bulan karena menyesuaikan waktu petani dengan kegiatan magang mahasiswa. Aspek Manajerial Pabrik Gula Madukismo menyediakan bahan baku tebunya dengan mengelola kebun tebu yang dilakukan oleh bagian tanaman. Bagian tanaman dipimpin oleh kepala bagian tanaman (Kabagtan) yang bertugas mengawasi dan membagi areal lahan tebu ke beberapa rayon sesuai dengan potensi masingmasing wilayah. Selain itu, Kabagtan juga bertugas mengawasi dan mengendalikan biaya yang dibutuhkan untuk budidaya tebu milik pabrik. Kabagtan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh kepala rayon yang membawahi sinder kebun wilayah (SKW). Sinder kebun wilayah dibantu oleh beberapa mandor dalam menjalankan pengelolaan langsung di kebun. Mahasiswa melakukan aspek managerial di bagian tanaman dengan mengikuti tugas kepala rayon, sinder kebun wilayah, dan mandor. Kepala Rayon Wilayah pengelolaan tebu PG Madukismo dibagi atas 4 rayon (rayon BGK (Bantul, Gunung Kidul), Sleman, KMT (Kulon Progo, Magelang, Temanggung), dan PKB (Purworejo, Kebumen, Boyolali) yang masing-masing rayon dipimpin oleh seorang kepala rayon. Kepala rayon bertugas membantu kepala bagian tanaman melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administrasi dalam penanaman tebu baik di kebun pembibitan maupun di kebun tebu giling serta memimpin SKW untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa saat mengikuti kegiatan kepala rayon adalah kunjungan kebun ke wilayah Gunung Kidul bersama kepala rayon BGK dan 27

40 28 sinder kebun wilayah, menghadiri acara RAT (Rapat Anggota Tahunan) di KPTR (Koperasi Petani Tebu Rakyat) Cinta Manis, Bantul. Selain itu, mahasiswa melakukan diskusi dengan kepala rayon mengenai masalah-masalah di lapang dan penyelesaian yang dilakukan. Sinder Kebun Wilayah (SKW) Sinder kebun wilayah bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan budidaya tebu di kebun baik dalam aspek teknis maupun aspek manajerial suatu wilayah. Adapun tugas utama SKW yaitu memenuhi pasokan tebu dari wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh kepala rayon, yaitu mengendalikan kualitas tebu agar sesuai standar kualitas MBS (manis, bersih, segar), serta berupaya untuk memperluas wilayah kerja agar pasokan tebu ke pabrik terpenuhi. Mahasiswa mengikuti tugas SKW pada kegiatan taksasi Maret bersama mandor-mandor, penyuluhan petani baru di kabupaten Gunung Kidul, survey kebun, dan mengawasi kegiatan tebang. Sinder Tebang Sinder tebang bertanggung jawab dalam penebangan dan pengangkutan tebu. Sinder tebang bertugas mengoordinasi dan merencanakan pelaksanaan tebang sehingga mampu memenuhi kapasitas giling pabrik setiap harinya. Mahasiswa ikut melakukan pengawasan pelaksanaan tebang dan berdiskusi dengan sinder tebang tentang kegiatan tebang angkut. Sinder Kebun Bibit Sinder kebun bibit merupakan penanggung jawab di kebun pembibitan tebu PG Madukismo yang bekerja di bawah kepala Bina Sarana Tani (BST). Sinder kebun bibit bertugas memenuhi pasokan bibit, mengontrol varietas yang akan di KBD sesuai dengan kebutuhan KTG, dan melakukan penataan varietas. Sinder kebun bibit juga bertanggung jawab terhadap kualitas bibit yang dihasilkan. Kegiatan sinder bibit yang diikuti mahasiswa adalah survey ke kebun pembibitan dan mengawasi penebangan benih. Survey kebun di pembibitan dilakukan untuk mengontrol kerja mandor. Mandor Mandor merupakan pihak pelaksana yang mengendalikan kegiatan budidaya tebu di lapang. Mandor memiliki tugas utama memenuhi pasokan tebu dari wilayah kerjanya sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sinder kebun wilayah. Selain itu, mandor juga menjadi perantara yang menghubungkan petani dengan pabrik gula. Hal ini karena hal-hal yang berhubungan dengan petani ditangani oleh mandor. Kegiatan mahasiswa yang dilakukan saat didampingi oleh mandor adalah survey kebun, mengawasi dan melakukan pemeliharaan tebu seperti pengendalian gulma dan klentek. Selain itu, mahasiswa juga mengikuti kegiatan taksasi maret dan pengawasan kegiatan tebang.

41 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani Pabrik gula Madukismo mengadakan bahan baku tebunya dengan melakukan kerja sama bersama petani yang bersedia menanami lahannya dengan tanaman tebu. Bentuk kerja sama yang dilakukan pabrik gula Madukismo dengan petani adalah pola kemitraan, pola kerja sama usaha (KSU), dan pola tebu rakyat mandiri (TRM). Bentuk kerja sama yang ditawarkan PG Madukismo ini diharapkan dapat menarik minat petani untuk menanam tebu. 1. Pola kemitraan Pola kemitraan merupakan bentuk kerja sama yang tidak banyak melibatkan partisipasi petani. Petani hanya menyediakan lahan untuk ditanami tebu, sedangkan pelaksanaan dan biaya kegiatan budidaya dilakukan oleh petugas pabrik gula. Sistem bagi hasil yang diterapkan pada pola kemitraan yakni petani mendapatkan JPM (Jaminan Pendapatan Minimum) dengan harga yang telah disepakati sebelumnya dan seluruh gula milik pabrik. 2. Pola kerja sama usaha (KSU) Pola KSU adalah bentuk kerja sama pabrik gula dengan petani yang lebih banyak melibatkan partisipasi petani karena pelaksanaan kegiatan budidaya dilakukan oleh petani dengan diawasi oleh petugas pabrik gula. Pabrik gula sebagai penjamin kredit modal usaha yang diajukan petani kepada bank. Seluruh tebu yang dihasilkan diserahkan kepada pabrik gula untuk digiling di PG Madukismo dan petani mendapat JPM sesuai harga kesepakatan dan keuntungan yang diperoleh. 3. Pola Tebu Rakyat Mandiri (TRM) Merupakan bentuk kerja sama antara petani dengan pabrik gula Madukismo berupa penggilingan. Seluruh kegiatan budidaya dan biaya produksi ditanggung oleh petani mandiri. Pabrik gula hanya menggilingkan tebu milik petani dan petani tidak wajib menggilingkan tebunya di PG Madukismo. Sistem bagi hasil yang dilakukan yakni 66% ditambah tetes untuk petani dan 34% untuk pabrik gula. Pabrik gula dapat menjadi pembimbing atau konsultan jika petani membutuhkan. Petani tidak mendapatkan JPM karena keuntungan dan kerugian ditanggung sendiri oleh petani. Penataan Varietas Kebun Tebu Giling Wilayah PG Madukismo Penataan varietas pada budidaya tebu merupakan kegiatan budidaya tebu berdasarkan kesesuaian tipologi lahan dan proporsi kemasakan varietasnya. Penggunaan varietas tebu harus dibudidayakan di lahan yang sesuai dengan potensi varietasnya. Tabel 9 menunjukkan kondisi tipologi lahan secara umum yang ada di areal perkebunan tebu wilayah binaan PG Madukismo.

42 30 Tabel 9 Kondisi tipologi lahan di PG Madukismo tahun 2014 Kondisi Lahan Luas (ha) Tanah berat, berpengairan, drainase lancar Tanah berat, berpengairan, drainase tidak lancar Tanah berat, tadah hujan, drainase lancar Tanah ringan, berpengairan, drainase lancar Tanah ringan, berpengairan, drainase tidak lancar 46.2 Tanah ringan, tadah hujan, drainase lancar Total Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015) Salah satu cara untuk mendapatkan rendemen yang optimal pada budidaya tanaman tebu adalah dengan mengatur proporsi varietasnya secara seimbang agar diperoleh varietas tebu dengan kemasakan optimal dan memenuhi kapasitas giling pabrik selama masa giling. Proporsi varietas di wilayah binaan PG Madukismo ditunjukkan pada Tabel 10. Tabel 10 Komposisi varietas di kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015 Kemasakan Luas (ha) % Varietas Awal PS 881 Awal-tengah PS 862, VMC, PS 851 Tengah PSJT 941, KK Tengah-lambat BL, PS 864 Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015) PG Madukismo melakukan penggilingan tebu selama kurang lebih 160 hari dengan kapasitas per harinya 3500 ton. PG Madukismo memenuhi kebutuhan bahan bakunya dengan menata proporsi varietas di wilayah kerjanya sehingga kebutuhan tebu dapat terpenuhi. Komposisi varietas di PG Madukismo kurang ideal karena lebih dari 50% lahan milik petani tebu mandiri sehingga penataan varietas sulit dikendalikan. Petani tebu memiliki aspirasi yang berbeda terhadap varietas yang diinginkan berdasarkan pengalaman sendiri maupun pengalaman sesama petani tebu. Petani Tebu Rakyat Mandiri wilayah kerja PG Madukismo hampir sebagian besar menyukai varietas BL dan PS 862. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 11 yang merupakan hasil wawancara dengan beberapa petani Tebu Rakyat Mandiri wilayah Sleman dan Bantul. Tabel 11 Varietas dominan yang digunakan petani wilayah Sleman dan Bantul Sleman Bantul Nama petani Varietas Nama petani Varietas Sarwidji BL Margo Taryono BL Madyo BL Suharyanto PS 862 Paidi PS 862 Zainuri PS 862 Gito BL Niko Setyadi BL, PS 862 Ismadi BL Ristyanto BL

43 Penataan Varietas di Pembibitan PG Madukismo PG Madukismo menata varietas benih di KBD dalam upaya memperbaiki komposisi varietas di KTG. Upaya tersebut meliputi penambahan dan pengurangan proporsi varietas maupun benih. Proporsi varietas perlu diperbaiki setiap tahunnya hingga mencapai proporsi ideal. Tabel 12 menunjukkan proporsi penyediaan benih PG Madukismo untuk masa tanam tahun Tabel 12 Proporsi varietas benih di kebun pembibitan PG Madukismo tahun 2015 Tipe kemasakan Luas areal (ha) % Varietas Awal PS 881 Awal-tengah PS 862, VMC 76-16, PSJT, PSJK Tengah KK Tengah-lambat BL Jumlah Sumber: Bina Sarana Tani (BST), PG Madukismo (2015) Pengaruh Varietas dan Masa Tanam terhadap Produktivitas Tebu Setiap varietas tebu memiliki sifat genetik yang berbeda sehingga varietas tersebut memiliki keunggulan yang berbeda, misalnya perbedaan potensi produktivitas. Tabel 13 merupakan tabel rata-rata perkiraan produktivitas tebu berdasarkan 2 varietas yang digunakan di KTG wilayah Sleman dan Bantul. Tabel 13 Hasil perkiraan produktivitas tebu berdasarkan varietas yang digunakan di wilayah Sleman dan Bantul No Produktivitas (kuintal) BL (Bululawang) PS Rata-rata Pola tanam dalam budidaya tanaman tebu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tebu sehingga mempengaruhi hasil tebu yang diperoleh. Tabel 14 merupakan rata-rata perkiraan produktivitas tebu berdasarkan pola tanamnya di kebun tebu giling wilayah Sleman dan Bantul. 31

44 32 Tabel 14 Hasil perkiraan produktivitas tebu berdasarkan pola tanamnya di wilayah Sleman dan Bantul No Produktivitas (kuintal) Pola I Pola II Rata-rata Pengaruh varietas dan pengaruh masa tanam terhadap rata-rata perkiraan produktivitas tebu dapat diketahui dengan menggunakan uji t. hasil uji t tersebut ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil uji t rata-rata perkiraan produktivitas tebu di wilayah Sleman dan Bantul Perlakuan Jumlah sampel Uji t Rata-rata Produktivitas Varietas Masa tanam Keterangan: <0.01: berbeda nyata pada uji t taraf 5% >0.01: tidak berbeda nyata pada uji t taraf 5% Selain produktivitas, rendemen juga merupakan komponen utama yang harus dicapai dalam budidaya tanaman tebu. Rendemen optimal dapat tercapai apabila tebu yang ditebang telah masak. Kemasakan tebu dapat diketahui dengan pengukuran nilai brix batang. Tabel 16 menunjukkan hasil pengukuran brix batang tebu di kebun tebu wilayah Sleman dan Bantul. Tabel 16 Nilai brix pada kebun tebu wilayah kabupaten Sleman dan Bantul Nama kebun Jenis Kemasakan Masa Rata-rata brix varietas varietas tanam Kulon Mertosutan BL Tengah-lanbat 6B 17.8 Sikarang PS 862 Awal-tengah 5A 20.3 Ngeplang PS 862 Awal-tengah 6B 20.7 Bongkotan PS 862 Awal-tengah 6A 18.3 Bongkotan B KK Tengah 6A 16 Pembahasan Penataan Varietas di Kebun Tebu Giling Wilayah Kerja PG Madukismo Kegiatan penataan varietas dalam budidaya tanaman tebu meliputi kegiatan penanaman varietas berdasarkan tipologi lahan yang sesuai dan umur kemasakan. Berdasarkan Tabel 9, kondisi tipologi lahan di wilayah kerja PG Madukismo

45 tahun 2014 didominasi dengan kondisi lahan berpengairan dan memiliki drainase yang lancar. Secara umum, kondisi lahan seperti ini cocok untuk budidaya tanaman tebu. Varietas tebu yang dikembangkan di wilayah kerja PG Madukismo sesuai dengan kondisi tipologi lahan yang ada karena sebelum penggunaan varietas bina telah dilakukan pengujian multilokasi. Tebu dapat tumbuh di bermacam jenis tanah dengan ph 4-9 (Fageria et.al 2011). Menurut Indrawanto et.al (2010), tanaman tebu dapat tumbuh di lahan basah atau kering dengan syarat pengairan dan drainase harus diperhatikan. Pengaturan komposisi varietas ideal dengan tetap memperhatikan kondisi tipologi lahan yang ada dapat dilakukan dengan menanam varietas masak awal hingga awal tengah di lahan dengan pengairan irigasi (pola A) dan menanam varietas masak tengah hingga masak lambat pada lahan dengan pengairan yang mengandalkan hujan (pola B) serta memperhatikan kesesuaian varietas dan tipe kemasakannya. Dengan demikian, tebu yang akan digiling dapat mencapai produktivitas dan rendemen yang optimal dari awal hingga akhir giling. Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 87 tahun 2014, secara umum komposisi kemasakan varietas tebu terdiri dari masak awal dan awaltengah (30%), tengah (40%), tengah-lambat dan lambat (30%) atau disesuaikan dengan kebutuhan pabrik gula. Berdasarkan hasil perhitungan P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) pada pertemuan teknis penataan varietas di Salatiga tanggal 22 Juni 2012, wilayah kerja PG Madukismo diharapkan mengatur varietas masak awal, masak awal tengah, masak tengah, dan masak tengah lambat secara berurut dengan komposisi 12 : 24 : 28 : 37 (%). Tabel 10 menunjukkan bahwa varietas tebu yang terdapat di wilayah binaan PG Madukismo terdiri dari varietas masak awal, masak awal tengah, masak tengah, dan masak tengah lambat dengan komposisi 3.24 : : 2.13 : (%). Dilihat dari komposisi varietas real PG Madukismo yang ada saat ini, proporsi varietas masak awal tengah terlalu tinggi menyebabkan sebagian tebu harus digiling mundur. Disisi lain, varietas masak awal tengah yang banyak digunakan PG Madukismo adalah varietas PS 862 yang memiliki koefisien daya tahan (KDT) pendek sehingga harus segera ditebang jika telah mencapai kemasakan yang sempurna. Proporsi varietas masak tengah yang terlalu rendah dan varietas masak tengah lambat yang terlalu tinggi menyebabkan varietas masak tengah lambat harus digiling maju, padahal kandungan sukrosanya belum mencapai maksimum (Ismail et.al 1990). Hal ini merupakan salah satu penyebab rendemen yang dihasilkan PG Madukismo dan PG-PG lain masih rendah. Oleh karena itu, PG Madukismo perlu menambahkan varietas masak awal dan masak tengah dengan mengurangi jumlah varietas masak awal tengah dan varietas masak tengah lambat sehingga tebu menghasilkan rendemen optimal selama masa giling. PG Madukismo merupakan pabrik gula yang sebagian besar lahan pertanaman tebunya milik rakyat dan 60% merupakan kebun petani mandiri. Keadaan ini menyebabkan penataan varietas sulit dilakukan. Dilihat pada Tabel 11, dari 10 sampel petani yang diwawancara, sebagian besar petani di wilayah binaan PG Madukismo menyukai varietas PS 862 (varietas masak awal tengah) dan varietas BL (varietas masak tengah lambat). Menurut petani, kedua varietas tersebut memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan varietas lain. Hal ini yang menyebabkan petani enggan menggunakan varietas lain. Petani tidak ingin mencoba menggunakan varietas lain selain yang biasa digunakan karena petani 33

46 34 tidak ingin mengambil resiko hasil tebu yang diperoleh menurun sementara tanaman tebu merupakan tanaman tahunan yang keuntungannya dapat dinikmati setelah tahun pertama. Solusi dari masalah ini adalah PG Madukismo harus melakukan pendampingan secara intensif kepada petani agar petani bersedia menanam varietas yang direkomendasikan. Upaya ini dapat dilakukan PG Madukismo dengan menawarkan tambahan bagian dari hasil petani tebu rakyat Mandiri yang bersedia menanam lahan tebunya dengan varietas yang direkomendasikan atau memberikan subsidi berupa benih tebu varietas yang diinginkan PG Madukismo. Selain itu PG Madukismo juga harus menata varietas tebunya secara maksimal pada kebun tebu rakyat KSU dan tebu rakyat Kemitraan karena PG Madukismo memiliki hak dalam pelaksanaan kegiatan budidaya tebu pada kebun tebu rakyat KSU dan Kemitraan. Pengurangan hari giling yang diiringi penambahan kapasitas giling pabrik juga dapat dilakukan PG Madukismo sehingga waktu giling dapat mundur dan tebu yang digiling akan lebih masak optimal. Hal ini dilakukan karena proporsi varietas tebu di PG Madukismo sangat menonjol pada varietas masak awal-tengah dan varietas masak tengah-lambat. Faktor lain yang menyebabkan komposisi varietas ideal sulit dicapai adalah kurangnya bahan baku tebu untuk memenuhi kapasitas giling PG Madukismo. PG Madukismo mendapatkan sebagian bahan bakunya dari wilayah lain yang bukan wilayah bina PG Madukismo. Ketidakmampuan PG Madukismo dalam memenuhi kebutuhan bahan baku tebu sendiri ini menjadi kendala penataan varietas tidak terkendali. Dengan demikian, PG Madukismo harus menambah luas areal tebu dan melakukan sistem budidaya secara maksimal sehingga tebu yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan pabrik. Penataan Varietas di Kebun Pembibitan Pengelolaan varietas di kebun pembibitan merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh pabrik gula untuk memperbaiki penataan varietas kebun tebu gilingnya. Pengelolaan varietas tebu di pembibitan dilakukan dengan menentukan varietas yang dikembangkan, selanjutnya mengatur proporsi masing-masing varietas menurut kategori kemasakan yang ideal dan tipologi lahannya. Secara genetis, varietas tebu yang dipilih untuk dikembangkan di suatu wilayah pabrik gula harus sesuai dengan tipologi lahannya, tahan terhadap hama maupun penyakit tertentu, dan memiliki potensi produksi yang tinggi sehingga berpeluang besar untuk memperoleh produksi optimal. Selain itu, pabrik gula harus melakukan orientasi varietas baru di kebun pembibitannya karena secara genetis varietas tebu akan mengalami degenerasi klonal (penurunan sifat/ keunggulan) bila telah dikembangkan selama 4 tahun disuatu lahan. Berdasarkan Tabel 12, PG Madukismo menambahkan varietas baru PSJK (varietas masak awal tengah) untuk mengurangi penggunaan varietas PS 862 secara bertahap. Pengurangan PS 862 karena varietas ini memiliki KDT terbatas sehingga tidak disarankan penggunaan varietas PS 862 dengan proporsi yang sangat banyak. Varietas baru yang direkomendasikan pabrik tidak akan dengan mudah diterima oleh petani tebu rakyat Mandiri sebelum bisa dibuktikan keunggulan varietas baru tersebut oleh PG Madukismo. Oleh karena itu, varietas baru tersebut ditanam pada kebun yang dikelola PG Madukismo, yaitu kebun Kemitraan dan kebun KSU (Kerja Sama Usaha). Penambahan proporsi benih

47 varietas masak tengah juga dilakukan PG Madukismo untuk menambah proporsi varietas masak tengah di lahan KTG karena proporsi varietas masak tengah di KTG masih rendah. Penyediaan varietas BL masih tetap dipertahankan karena BL merupakan varietas favorit petani dan adaptif pada lahan tegalan sementara lahan basah mulai berkurang. Pengaruh Varietas dan Masa Tanam terhadap Produktivitas Setiap varietas tebu memiliki potensi hasil tebu yang berbeda karena sifat genetiknya berbeda. Perbandingan rata-rata perkiraan produktivitas tebu varietas BL dan PS 862 di wilayah Sleman dan Bantul yang ditunjukkan pada Tabel 13 tidak jauh berbeda, yakni selisih 16 kuintal. Potensi produktivitas varietas BL di lahan tegalan berdasarkan P3GI yang ditunjukkan pada Lampiran 8 adalah 943 kuintal/ha sedangkan varietas PS 862 sebesar 883 kuintal/ha. Rata-rata perkiraan produktivitas tebu di kebun wilayah Sleman dan Bantul yang ditunjukkan pada Tabel 13, untuk varietas BL yaitu kuintal/ha dan varietas PS 862 yaitu kuintal/ha. Berdasarkan Tabel 15, hasil uji t rata-rata perkiraan produktivitas tebu pada taraf 5% terhadap varietas BL dan PS 862 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini karena pengambilan sampel tidak memperhatikan umur tanaman keprasannya. Menurut Fadhil (2012), pada lahan tegalan (berpengairan tadah hujan), produktivitas tanaman keprasan 1 (RC 1) naik dan RC selanjutnya akan terus menurun. Pola tanam dalam budidaya tanaman tebu terdiri atas pola tanam I (Juni- September) dan pola tanam II (Oktober-Desember). Pola tanam I dilakukan pada lahan yang berpengairan lancar sedangkan pola tanam II dilakukan pada lahan yang pengairannya mengandalkan air hujan. Tanaman tebu yang ditanam pada pola I akan menghasilkan produktivitas tebu lebih tinggi karena tebu mengalami fase pertumbuhan (vegetatif) lebih panjang dibandingkan tebu yang ditanam pada pola II. Hal ini karena di awal bulan kering tebu akan memasuki fase kemasakan dan pertumbuhan tanaman tebu akan melambat atau berhenti (Pawirosemadi 2011). Berdasarkan Tabel 14, rata-rata perkiraan produktivitas tebu yang ditanam pada pola I lebih besar yakni kuintal/ha sedangkan rata-rata perkiraan produktivitas tebu yang ditanam pada pola II adalah kuintal/ha. Hasil uji t rata-rata perkiraan produktivitas tebu pada taraf 5% terhadap pola tanam pada Tabel 15 menunjukkan bahwa hasil tidak berbeda nyata. Hal inilah yang menyebabkan petani tidak berupaya menanam tebunya pada pola I. Lahan tebu di wilayah kerja PG Madukismo sebagian besar merupakan lahan tegalan yang pengairannya tadah hujan sehingga penanaman tebu dengan pola I bisa dilakukan dengan menambah biaya pengairan. Pengaruh Umur Tanaman Tebu terhadap Kemasakan Hasil asimilasi tanaman tebu digunakan sebagai sumber energi, sebagian dimanfaatkan untuk kerangka struktur tanaman, dan sisanya disimpan di dalam batang dalam bentuk gula. Proses tersebut akan mencapai keseimbangan dan tanaman akan menjadi masak. Proses kemasakan tanaman tebu ditandai dengan peningkatan kandungan sukrosa dalam batang hingga mencapai nilai maksimum. Setelah tercapai titik maksimum, cepat atau lambat bergantung varietas dan kondisi tanaman, kandungan sukrosa akan kembali menurun (Pawirosemadi 2011). 35

48 36 Brix adalah kadar zat padat total terlarut di dalam nira. Nilai brix bisa digunakan sebagai acuan kemasakan tebu (Pawirosemadi 2011). Berdasarkan data yang diperoleh, umur tanaman dengan karakter varietasnya terbukti mempengaruhi kemasakan tebu. Nilai rata-rata brix minimal untuk menentukan kemasakan tebu adalah 18. Tabel 16 menunjukkan bahwa varietas BL (varietas masak tengah lambat) dan KK (varietas masak tengah) belum memenuhi tebu layak tebang karena nilai brix yang dihasilkan kurang dari 18. Varietas PS 862 yang merupakan varietas masak awal telah memenuhi kelayakan tebang yang ditunjukkan dengan nilai brix lebih dari 18. Hal ini membuktikan bahwa umur kemasakan varietas mempengaruhi kecepatan kemasakan tebu. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pabrik Gula Madukismo berupaya memenuhi kebutuhan bahan baku tebunya dengan melakukan kerja sama bersama petani yang bersedia menanam tebu ataupun menyewakan lahannya untuk budidaya tebu. Kerja sama yang dilakukan PG Madukismo adalah dengan memberikan JPMP (jaminan pendapatan minimum petani) untuk pola Kerja Sama Usaha (KSU) dan Kemitraan, menjadi penjamin kredit petani untuk pola Kemitraan, dan bersedia menjadi konsultan untuk petani tebu rakyat mandiri (TRM). Kebun tebu wilayah binaan PG Madukismo tahun 2014 seluas ha dengan rata-rata produktivitas 691 ku/ha menyebabkan pasokan tebu dari kebun binaan sendiri belum mencapai kapasitas giling. PG Madukismo mendapatkan bahan baku tebu dari luar wilayah kerjanya sehingga hari giling sekitar 160 hari dengan kapasitas giling 3500 TCD dapat dipenuhi. PG Madukismo masih belum mampu memenuhi kebutuhan tebu di wilayah kerjanya karena rendahnya produktivitas tebu yang dihasilkan. Selain itu, rendemen yang dihasilkan juga semakin rendah sehingga gula yang dihasilkan menurun meskipun luas lahan meningkat. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tebu dan rendemen menurun adalah pelaksanaan penataan varietas yang belum maksimal. Tipologi lahan di wilayah binaan PG Madukismo sabagian besar memenuhi syarat tempat tumbuh tanaman tebu. Komposisi varietas PG Madukismo saat ini masih belum mencapai ideal karena sekitar 60% lahan tebu wilayah kerja PG Madukismo merupakan lahan petani tebu rakyat mandiri (TRM). Hal ini menyebabkan PG Madukismo tidak bisa mengatur penggunaan varietasnya sedangkan sebagian besar petani TRM hanya menyukai varietas PS 862 dan BL. Dalam mengatasi masalah ini, PG Madukismo mengatur proporsi varietas pada kebun tebu datar di pembibitan dengan mengurangi persediaan varietas PS 862 dan BL. PG Madukismo juga menambahkan varietas baru untuk mengganti varietas lama secara bertahap. Varietas baru tersebut akan diprioritaskan untuk kebun yang dikelola PG Madukismo sendiri. Varietas dan masa tanam tebu tidak berpengaruh terhadap produktivitas di beberapa kebun tebu wilayah Sleman dan Bantul karena pada kebun yang diamati tidak dipertimbangkan tahun tanamnya dan kesesuaian varietas dengan tipologi

49 lahan. Kemasakan tanaman tebu dipengaruhi oleh umur tanaman pada karakter varietas tertentu. Saran Penataaan varietas di kebun pembibitan PG Madukismo harus dilakukan secara kontinyu sehingga mencapai komposisi varietas ideal pada kebun tebu gilingnya. Selain itu, varietas baru harus ditanam di kebun yang dikelola PG Madukismo dengan pengelolaan budidaya tebu secara maksimal sehingga mencapai produktivitas dan rendemen yang optimal. Hal ini akan memicu petani mandiri menanam varietas baru tersebut. PG Madukismo harus terus berupaya memberi pengarahan, bimbingan, dan contoh yang baik mengenai teknik budidaya tebu yang baik sehingga menginspirasi petani tebu melakukan budidaya tebu dengan baik. 37 DAFTAR PUSTAKA Bina Sarana Tani PT Madubaru Laporan akhir tahun PG/PS Madukismo PT Madubaru tahun Yogjakarta (ID): PT Madubaru [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan Pedoman teknis pengembangan tanaman tebu tahun Jakarta (ID): Ditjenbun. [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan Program peningkatan produksi dan produktivitas gula [internet]. [diunduh pada 20 Agustus 2015]. Tersedia pada: ProgramPening-katan-Produksi-danProduktivitas-Gula.pdf. [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan tahun [internet]. [diunduh pada 19 Agustus 2015]. Tersedia pada: LUAS-AREAL pdf. [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan Perkembangan produksi komoditas perkebunan tahun [internet]. [diunduh pada 19 Agustus 2015]. Tersedia pada: tinymcpuk/-gambar/file/produksi pdf.

50 38 Djojosoewardho AS Tertib pola tanam untuk mendukung konsolidasi program TRI. Di dalam: Wirioatmodjo B, Darmodjo S, Mochtar M, editor. Pertemuan Teknis Tahun 1983; 1983; Pasuruan, Indonesia. Pasuruan (ID): Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula. hlm Fadhil AH Pengelolaan tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) di pabrik gula Madukismo, PT Madubaru, Yogjakarta: dengan aspek khusus mempelajari produktivitas tiap kategori tanaman [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Fageria NK, Baligar VC, Jones CA. Sugarcane. Di dalam: Peart RM, Pessarakli M, Cassman KG, Nielsen DR, Elsas JD, Kuykend LD, Bollag JM, editor. Growth and Mineral Nutrition of Field Crop. Edisi 3. New York (US): CRC Press Gubernur Jawa Timur Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 87 tahun 2014 tentang petunjuk pelaksanaan peraturan daerah provinsi Jawa Timur nomor 17 tahun Surabaya (ID) Indrawanto C, Purwono, Siswanto, Syakir M, Rumini W Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Jakarta: ESKA Media. Ismail I, Sukarto, Saputro SE Kajian tentang masa tanam dan umur tebang dari dua varietas tebu unggul Q 90 dan PS 61 di tanah ultisol PG Bungamayang. Majalah Penelitian Gula. 4:7-15 James G Sugarcane. Edisi 2. Iowa (USA): Blackwell Publishing. Naruputro A Pengelolaan tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) di pabrik gula Krebet Baru, PT PG. Rajawali 1, Malang, Jawa Timur dengan aspek khusus mempelajari produktivitas pada tiap kategori tanaman [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Pawirosemadi M Dasar-dasar Teknologi Budidaya Tebu dan Pengolahan Hasilnya. Sujanto S, editor. Malang (ID): IKIP Malang

51 39 Purwono Kebijakan industri gula pandangan dari sisi agronomi. Di dalam: Sudrajat, editor. Menyebarkan IPTEKS Agronomi Bagi Pembangunan Pertanian dan Kesejahteraan Umat Manusia. Seminar Nasional Agronomi dan Pameran Pertanian 2002; Okt 29-30; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): PERAGI.hlm Syukur M, Sujiprihati S, Yuniarti R Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Wijiastuti S Penataan varietas tebu [internet]. [diunduh pada 20 Agustus 2015]. Tersedia pada: detail/ 8512

52 40 LAMPIRAN Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) Tanggal Uraian Kegiatan 12 Februari 2015 KHL pemotongan benih untuk benih SBP 13 Februari 2015 KHL pendederan benih 14 Februari 2015 KHL pemotongan benih untuk benih SBP 16 Februari 2015 KHL pemindahan benih dari dederan ke polybag untuk benih SBP 18 Februari 2015 KHL pemotongan benih untuk SBP 19 februari 2015 KHL pengendalian gulma 13 April 2015 KHL kegiatan kletek 14 April 2015 KHL kegiatan kletek 6 Mei 2015 KHL tebang bibit 8 Mei 2015 KHL penanaman tebu 16 Mei 2015 KHL tebang 17 Mei 2015 KHL tebang Prestasi kerja (HK) Penulis Karyawan 1600 mata/hk 2100 mata/hk 1600 mata/hk 1950 mata/hk 2500 mata/hk 1950 mata/hk mata/hk 1950 mata/hk 0.2 ha/hk 0.5 ha/hk 0.03 ha/hk 0.03 ha/hk ha/hk ha/hk 4 ku/hk 14 ku/hk ha/hk ha/hk 4 ku/hk 12.5 ku/hk 4 ku/hk 12.5 ku/hk Lokasi Keb. pembibitan Kembaran Keb. pembibitan Kembaran Keb. pembibitan Kembaran Keb. pembibitan Kembaran Keb. pembibitan Kembaran Keb. pembibitan Kembaran Kebun petani Sleman Kebun petani Sleman Kebun pembibitan Kebun petani Sleman Kebun ngeplang, wil. Sleman Kebun ngeplang, wil. Sleman

53 Lampiran 2 Jurnal harian sebagai pendamping mandor Tanggal Uraian Kegiatan KHL yg diawasi Prestasi kerja (HK) Luas areal (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 17 Februari 2015 Pengenalan Keb. Pembibitan varietas oleh Kembaran mandor pembibitan 25 Februari 2015 Mengawasi kegiatan pemotongan dan pendederan benih Keb. Pembibitan Kembaran 27 Februari 2015 Survei kebun KTG wilayah wilayah Godean Sleman 28 Februari 2015 Perencanaan Kantor PG tasasi wilayah Sleman Madukismo 2 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 3 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 4 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 5 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 6 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 7 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 12 Maret 2015 Wawancara Wilayah Sleman dan survey (Godean) kebun petani 13 Maret 2015 Merekab data Rumah mandor taksasi Sleman 14 Maret 2015 Taksasi Maret 5 Wilayah Bantul 16 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Bantul 25 Maret 2015 Mengikuti Kantor KPTR rapat RAT Cinta Manis KPTR Cinta Manis, wilayah Bantul dan wawancara petani 30 Maret 2015 Wawancara Wilayah Sleman petani dan survey kebun 31 Maret 2015 Wawancara Wilayah Sleman petani dan survey kebun 2 Maret 2015 Wawancara Wilayah Sleman petani dan survey kebun 6 April 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 41

54 42 Tanggal Uraian Kegiatan KHL yg diawasi Prestasi kerja (HK) Luas areal (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 7 April 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 8 April 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 9 April 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 10 April 2015 Wawancara Wilayah Sleman petani dan survey kebun 11 April 2015 Wawancara Wilayah Sleman petani dan survey kebun 15 April 2015 Mengawasi Kebun petani kegiatan kletek Sleman 16 April 2015 Mengawasi Kebun petani kegiatan kletek Sleman 17 April 2015 Survey kebun Wilayah Sleman 18 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 20 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 21 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 22 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 25 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 26 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 30 April 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 1 Mei 2015 Ikut pengurusan areal Wilayah Sleman 2 Mei 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 9 Mei 2015 Mengawasi Kebun petani kegiatan tanam tebu Wilayah Sleman 19 Mei 2015 Mengawasi Keb. Ngeplang kegiatan wil. Sleman tebang dan ngebrix 20 Mei 2015 Mengawasi tebang kegiatan ngebrix dan Keb. Sikarang wil. Sleman

55 Tanggal Uraian Kegiatan 27 Mei 2015 Mengawasi kegiatan tebang bersama mandor 30 Mei 2015 Mengawasi keg. Tebang 6 Juni 2015 Pendampingan oleh mandor pembibitan KHL yg diawasi Prestasi kerja (HK) Luas areal (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 43 Wilayah Bantul Kebun wilayah Bantul Keb. Pembibitan Kembaran Lampiran 3 Jurnal harian sebagai sinder kebun wilayah (SKW) Tanggal Uraian Kegiatan KHL yg diawasi Prestasi kerja (HK) Luas areal (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 17 Februari Pengenalan Keb. Pembibitan 2015 varietas oleh Kembaran mandor pembibitan 25 Februari Mengawasi Keb. Pembibitan 2015 kegiatan pemotongan dan pendederan benih Kembaran 27 Februari Survei kebun KTG wilayah 2015 wilayah Sleman Godean 28 Februari Perencanaan Kantor PG 2015 tasasi wilayah Madukismo Sleman 2 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 3 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 4 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 5 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 6 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 7 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Sleman 12 Maret 2015 Wawancara dan Wilayah Sleman survey kebun (Godean) petani 13 Maret 2015 Merekab data Rumah mandor taksasi Sleman 14 Maret 2015 Taksasi Maret 5 Wilayah Bantul 16 Maret 2015 Taksasi maret 5 Wilayah Bantul 25 Maret 2015 Mengikuti rapat Kantor KPTR RAT KPTR Cinta Manis Cinta Manis, wilayah Bantul dan wawancara

56 44 Tanggal Uraian Kegiatan petani 30 Maret 2015 Wawancara petani dan survey kebun 31 Maret 2015 Wawancara petani dan survey kebun 2 Maret 2015 Wawancara petani dan KHL yg diawasi Prestasi kerja (HK) Luas areal (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman survey kebun 6 April 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 7 April 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 8 April 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 9 April 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 10 April 2015 Wawancara Wilayah Sleman petani dan survey kebun 11 April 2015 Wawancara Wilayah Sleman petani dan survey kebun 15 April 2015 Mengawasi Kebun petani kegiatan kletek Sleman 16 April 2015 Mengawasi Kebun petani kegiatan kletek Sleman 17 April 2015 Survey kebun Wilayah Sleman 18 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 20 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 21 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 22 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 25 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 26 April 2015 Wawancara Wilayah Bantul petani dan survey kebun 30 April 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 1 Mei 2015 Ikut pengurusan Wilayah Sleman areal 2 Mei 2015 Keliling kebun Wilayah Sleman 9 Mei 2015 Mengawasi Kebun petani

57 Tanggal Uraian Kegiatan kegiatan tanam tebu 19 Mei 2015 Mengawasi kegiatan tebang dan ngebrix 20 Mei 2015 Mengawasi tebang kegiatan dan ngebrix 27 Mei 2015 Mengawasi kegiatan tebang bersama mandor 30 Mei 2015 Mengawasi kegiatan tebang 6 Juni 2015 Pendampingan oleh mandor KHL yg diawasi Prestasi kerja (HK) Luas areal (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 45 Wilayah Sleman Keb. Ngeplang wil. Sleman Keb. Sikarang wil. Sleman Wilayah Bantul Kebun wilayah Bantul Keb. Pembibitan Kembaran Lampiran 4 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping kepala rayon, bagian Bina Sarana Tani, dan staff direktur Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi 10 Februari 2015 Pengarahan kegiatan magang oleh staff Kantor PG direktur Madukismo 11 Februari 2015 Penjelasan mengenai pembibitan oleh Kantor BST kepala BST 20 Februari 2015 Pengarahan dan pembagian wilayah Kantor BST oleh kepala BST 9 Maret 2015 Pendampingan oleh kepala rayon BGK Kantor PG Madukismo 26 Maret 2015 Pendampingan oleh kepala BST Kantor BST tentang penataan varietas PG Madukismo 10 Maret 2015 Pendampingan dan pengenalan Wilayah Gunung tanaman tebu oleh kepala rayon BGK Kidul 13 Mei 2015 Pendampingan oleh kepala bagian Kantor PG tanaman Madukismo 23 April 2015 Pendampingan oleh kepala rayon BGK dan Sleman Kantor Madukismo PG

58 Lampiran 5 Peta wilayah pabrik gula Madukismo 46

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil 8 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta pada 13 Februari 2012 hingga 14 Mei 2012. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 9 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda di sekitar DIY terdapat 17 pabrik gula antara lain PG Padokan, PG Ganjuran, PG Gesikan, PG Kedaton, PG Cebongan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI

Lebih terperinci

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m 43 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengolahan tanah Proses awal dalam budidaya tebu adalah pengolahan tanah. Kegiatan ini sangat penting karena tercapainya produksi yang tinggi salah satu faktornya adalah

Lebih terperinci

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Karakter Bibit Kualitas Bibit Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Varietas Bibit PSJT 94-33 atau PS 941 Asal Bibit Kebun Tebu Giling

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, Kendal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Februari sampai 14 Juni 2011. Kegiatan pengamatan aspek khusus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah PG. Krebet Baru Pabrik Gula Krebet Baru didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda yang kemudian pada tahun 1906 dibeli oleh Oei Tiong Ham Concern. PG. Krebet

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR DENGAN ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT DATAR OLEH BAGUS MAHENDRA A24051108 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L. ) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS MANAJEMEN TEBANG MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L. ) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS MANAJEMEN TEBANG MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L. ) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS MANAJEMEN TEBANG MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru LAMPIRAN 70 Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru No. Tanggal Jenis Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja Mahasiswa Pekerja 1 12 Februari 2009 Orientasi dan pengurusan administrasi kantor

Lebih terperinci

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009 Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009 PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR (DENGAN ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas Monokotiledon, ordo Glumaccae, famili Graminae, genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Umum PG. Subang PT. PG. Rajawali II Unit PG. Subang terletak di blok Cidangdeur, Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dengan posisi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Gempol, PG Sindang Laut, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kebun berupa lahan sawah beririgasi dengan jenis tanah vertisol. Lahan percobaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani Kemitraan dapat dikatakan hubungan suatu teman kerja, pasangan kerja ataupun teman usaha. Kemitraan dalam hal ini dapat dibentuk oleh pihak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring 15 KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring Pabrik gula Cepiring didirikan tahun 1835 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming sebagai suatu perseroan di atas tanah seluas 1 298

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM PG. KREBET BARU

IV. KEADAAN UMUM PG. KREBET BARU IV. KEADAAN UMUM PG. KREBET BARU 4.1. Sejarah Umum Perusahaan PG. Krebet Baru Malang didirikan pada tahun 1906 oleh Pemerintah Hindia Belanda yang kemudian dimiliki oleh Oei Tiong Ham Concern (OTHC). Pada

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN

DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN i PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN OLEH AHMAD HANIF FADIL A24080183

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198) Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kidang Kencana Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 334/Kpts/SR.120/3/2008 Tanggal : 28 Maret 2008 Tentang Pelepasan Tebu Varietas PA 198 DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN OLEH ANGGA NARUPUTRO

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013).

PENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013). PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu adalah tanaman penghasil gula yang menjadi salah satu sumber karbohidrat. Tanaman ini sangat dibutuhkan sehingga terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA Oleh : Afanti Septia, SP (PBT Ahli Pertama) Eko Purdyaningsih, SP (PBT Ahli Muda) PENDAHULUAN Dalam mencapai target swasembada gula, pemerintah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan PT Gula Putih Mataram (GPM) merupakan salah satu perusahaan yang didirikan sebagai wujud swasembada nasional untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang timbul di Indonesia,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

L.) LAHAN KERING DI PG MADUKISMO PT MADUBARU YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMUPUKAN BEBERAPA KATEGORI TANAMAN TEBU LAHAN KERING

L.) LAHAN KERING DI PG MADUKISMO PT MADUBARU YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMUPUKAN BEBERAPA KATEGORI TANAMAN TEBU LAHAN KERING BUDIDAYA TEBU (Saccharum officinarum L.) LAHAN KERING DI PG MADUKISMO PT MADUBARU YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMUPUKAN BEBERAPA KATEGORI TANAMAN TEBU LAHAN KERING DINI ROSDIANINGSIH A24080042 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan Pada zaman pemerintah hindia belanda, kurang lebih ada 17 pabrik gula di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda,

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Oleh : Adi Prasongko (Dir Utama) Disampaikan : Slamet Poerwadi (Dir Produksi) Bogor, 28 Oktober 2013 1 ROAD

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR ISSN 1410-1939 PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR [THE ASSESMENT OF THE APPLICATION OF STANDARD CULTIVATION TECHNIQUE OF SUGARCANE

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus 1. Teknik Budidaya Tanaman Tebu a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah pada budidaya tanaman tebu dapat dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA Institut Pertanian Bogor, 2009

MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA Institut Pertanian Bogor, 2009 MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR;

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis 55 PEMBAHASAN Aspek Teknis Pelaksanaan aspek teknis budidaya kebun milik PG Cepiring secara umum dilakukan sesuai dengan prosedur perusahaan. Pelaksanaan teknis budidaya di lapang akan selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT Pelaksanaan pembukaan kebun tebu tebangan memerlukan kultur teknis yang baik, pedoman dibawah ini hendaknya digunakan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tebu untuk keperluan industri gula dibudidayakan melalui tanaman pertama atau plant cane crop (PC) dan tanaman keprasan atau ratoon crop (R). Tanaman keprasan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

Mempelajari Pertumbuhan dan Produktivitas Tebu (Saccharum Officinarum. L) dengan Masa Tanam Sama pada Tipologi Lahan Berbeda

Mempelajari Pertumbuhan dan Produktivitas Tebu (Saccharum Officinarum. L) dengan Masa Tanam Sama pada Tipologi Lahan Berbeda Mempelajari Pertumbuhan dan Produktivitas Tebu (Saccharum Officinarum. L) dengan Masa Tanam Sama pada Tipologi Lahan Berbeda Study Growth and Productivity of Sugar Cane (Saccharum officinarum L.) With

Lebih terperinci

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r 20 PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penetapan masa tanam Produktivitas tebu dan gula sangat dipengaruhi oleh bulan tanam yang optimal. Bulan tanam yang optimal adalah bulan Mei sampai Agustus.

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BUDIDAYA TANAMAN TEBU BUDIDAYA TANAMAN TEBU PENDAHULUAN Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman tebu untuk mengatasi rendahnya produksi gula di Indonesia. Usaha pemerintah sangatlah wajar dan tidak berlebihan mengingat

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BUDIDAYA TANAMAN TEBU Sumber: www.agrindonesia.wordpress.com BUDIDAYA TANAMAN TEBU 1. PEMBUKAAN KEBUN Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik. Ukuran got standar

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TEBU DI KABUPATEN OGAN ILIR MELALUI SISTEM TANAM JURING GANDA

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TEBU DI KABUPATEN OGAN ILIR MELALUI SISTEM TANAM JURING GANDA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TEBU DI KABUPATEN OGAN ILIR MELALUI SISTEM TANAM JURING GANDA INCREASING SUGARCANE FARMER S INCOME IN OGAN ILIR REGENCY THROUGH DOUBLE ROW PLANT SYSTEM Joni Karman Balai Pengkajian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

PEMBENIHAN TEBU BUD CHIPS

PEMBENIHAN TEBU BUD CHIPS PEMBENIHAN TEBU BUD CHIPS (Perekeyasa : Edi Purlani - Diwang HP - Heri Istiana dan Subiyakto). Balittas Penggunaan benih unggul tebu dengan Pembenihan bud chips terus digalakkan pada tingkat penangkar

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai dari pangkal sampai ujung

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum) telah dikenal sejak beberapa abad yang lalu oleh bangsa Persia, Cina, India dan kemudian menyusul bangsa Eropa. Penanaman tebu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN RENDEMEN DAN HABLUR

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L) merupakan tanaman tropis berasal dari Asia ataupun Papua yang pengembangannya hingga daerah sub tropis sampai batas 19 º LU dan 35 º LS (Bakker

Lebih terperinci

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN LATAR BELAKANG Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan penentu keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Pengadaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan 68 V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan tingkat produksi gula antar daerah. Selain itu Jawa Timur memiliki jumlah

Lebih terperinci

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari 12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009 di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Metode Pelaksanaan Metode yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3 Oktami: Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit... Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3 (Bud Number Growth Comparison from

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun dan telinga daun (uricle) dan lidah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembukaan atau persiapan lahan Pembukaan atau persiapan lahan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh tanaman tebu sehingga kondisi fisik

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM TEBU RAKYAY INTENSIHlKASI (TRIS) DI WiiLAYAH KERJA PABRlK OULA OLEAN - SETUBQNDO PTB XXIV-XXV (BERSERO) JAWA TlMUR

PELAKSANAAN PROGRAM TEBU RAKYAY INTENSIHlKASI (TRIS) DI WiiLAYAH KERJA PABRlK OULA OLEAN - SETUBQNDO PTB XXIV-XXV (BERSERO) JAWA TlMUR PELAKSANAAN PROGRAM TEBU RAKYAY INTENSIHlKASI (TRIS) DI WiiLAYAH KERJA PABRlK OULA OLEAN - SETUBQNDO PTB XXIV-XXV (BERSERO) JAWA TlMUR DEPARTEMEN AGRONOMI BAKIJILTWS PBRTANIAN, lnstltut PBRTANIAN BOOOR

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut. Pada ruas batang terendah diatas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar tersebut dinamakan akar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gula (PG) dan Pabrik Spirtus (PS) Madukismo. PG dan PS Madukismo

BAB I PENDAHULUAN. Gula (PG) dan Pabrik Spirtus (PS) Madukismo. PG dan PS Madukismo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Madubaru merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan tebu, yang mana memiliki dua buah pabrik, yaitu Pabrik Gula (PG) dan Pabrik Spirtus

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk BAHAN DAN METODE 9 Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007 di rumah kaca Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rumah kaca berukuran

Lebih terperinci

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS. EVALUASI KEBIJAKAN BONGKAR RATOON DAN KERAGAAN PABRIK GULA DI JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci