PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L. ) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS MANAJEMEN TEBANG MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L. ) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS MANAJEMEN TEBANG MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L. ) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS MANAJEMEN TEBANG MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo (Aspek Khusus Manajemen Tebang) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Mastha Tarida Magdalena Sitinjak NIM A

4 ABSTRAK MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum. L) di Pabrik Gula Madukismo (Aspek Khusus Manajemen Tebang). Dibimbing oleh PURWONO Gula merupakan salah satu produk yang sangat penting untuk ketahanan pangan di Indonesia, kebutuhannya yang lebih besar dari produksi gula nasional dipenuhi oleh impor gula. Impor gula yang tinggi dapat ditekan dengan meningkatkan produksi nasional. Salah satu cara peningkatan produksi gula yakni melakukan manajemen tebang, muat, dan angkut yang baik dan terencana, karena manajemen yang buruk dapat menyebabkan kehilangan hasil gula sebesar 5-25%. Magang ini bertujuan meningkatkan keterampilan untuk melakukan budidaya dan manajemen perkebunan tebu; dan menganalisis dan mengidentifikasi manajemen tebang, muat, dan angkut yang tepat, optimal, dan efisien di perkebunan tebu lahan kering. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa wilayah Sleman Timur memiliki kualitas tebangan lebih baik dari pada Bantul. Hal ini dibuktikan dengan nilai penurunan brix Bantul lebih besar 2 kali dari Sleman Timur, kehilangan tunggak Bantul yang lebih besar 2.24 kali dari Sleman Timur, dan rata-rata prestasi kerja Sleman Timur lebih besar 0,1 ton/hari/tenaga kerja. Kata kunci: tebu, panen, manajemen ABSTRACT MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK. Plant cultivation of Sugarcane (Saccharum officinarum. L) in the Sugar Factory Madukismo (Special Aspects of Harvest). Supervised by PURWONO Sugar is one product that is very important for food security in Indonesia sugar demand is greater than the national sugar production are met by import of sugar. High import sugar can be reduced by increasing national production, with intensification. One way of intensification is do a good management and planned of cutting, loading, and transport, because the poor management can increase the sugar yield losses of 5-25%. Internship aimed to improve the skills to do the cultivation and management of sugar cane plantation. analyze and identify exact, optimal, and efficient of management cutting, loading, and transport on dry land sugar cane plantations. The obbservation results shows that the East Sleman and Bantul gardens have different harvest quality. It is proved by a decrease in brix value of Bantul 2 times bigger than the East Sleman, Bantul stumsps loss greater 2.24 time than East Sleman, and the average performance of East Sleman larger than Bantul 0.1 tons / day / labor. Harvest quality Sleman Bantul lower than the East because the collapsed of the sugar cane plantations Keywords: sugar cane, harvest, management

5 PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS MANAJEMEN TEBANG MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum. L) di Pabrik Gula Madukismo dengan Aspek Khusus Manajemen Tebang Nama : Mastha Tarida Magdalena Sitinjak NIM : A Disetujui oleh Dr Ir Purwono, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8

9 PRAKATA Peningkatan rendemen tebu sangat dibutuhkan saat ini dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat indonesia terhadap gula. Magang dengan tema manajemen tebang dipilih penulis untuk mempelajari proses tersebut yang berkaitan dengan penurunan kandungan gula sehingga dapat berguna untuk menjawab pemasalahan pemenuhan kebutuhan gula saat ini. Magang dilakukan di Pabrik Gula Madukismo, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta selama empat bulan mulai dari tanggal 10 Februari sampai 10 juni Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir. Ucapan terima kasih kepada Dr Ir Purwono, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan Dr Ir Dewi Sukma, MS sebagai dosen pembimbing akademik. Direksi PT Madubaru yang telah memberikan izin magang. Bapak Ir. Nugroho selaku jajaran direktur. Staff dan Karyawan PG Madukismo yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama magang. Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada bapak, ibu, kakak, dan teman-teman yang telah mendukung dari segi materil atau moril sehingga penulis tetap semangat untuk menyelesaikan magang dan skripsi. Bogor, September 2014 Mastha Tarida Magdalena Sitinjak

10

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... x I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Magang 2 II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu di Lahan Kering Pemanenan Tebu Tebang, Muat, dan Angkut Kandungan Gula Tebu Tenaga Kerja Tebang 5 III METODE Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi 8 IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan Visi dan Misi PT Madubaru Letak Geografi PG Madukismo Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Wilayah Kerja Struktur Organisasi dan ketenagakerjaan Perusahaan Keadaan Tanaman dan Produksi 14 V PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial 36 VI HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani Tebang, Muat, dan Angkut 44 VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran 51 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 53

12 DAFTAR TABEL 1. Jenis tanah setiap wilayah kerja Pabrik Gula Madukismo Areal tebu (ha) per status PG Madukismo Daftar daerah wilayah kerja PG Madukismo tahun Varietas yang dikembangkan PG Madukismo Produksi Gula PG Madukismo tahun Hasil pengukuran brix dan pol Wilayah Bantul Analisi uji-t data pengukuran nilai brix dan pol Hasil kehilangan hasil tunggak tertinggal di kebun Taksasi Maret dan produksi realisasi tebu Hasil prestasi kerja tenaga tebang dan angkut kebun 49 DAFTAR GAMBAR 1. Layout pengamatan kehilangan hasil tunggak tebu 7 2. Pengolahan lahan manual Pengelentekan benih tebu Penanaman benih polybag Pengeprasan Pemupukan Serangan penggerek pucuk Panen ngengat Pembuatan pias Tebu contoh Pemasukan air nira ke dalam Pol Buis Pemuatan tebu ke truk Timbangan bruto Antrian tebu Stasiun penggilingan Gudang penyimpanan gula Kehilangan hasil tunggak 48 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang di Pabrik Gula Madukismo Lampiran 2 Wilayah kerja Pabrik Gula Madukismo Lampiran 3 Struktur organisasi PT Madubaru Lampiran 4 Surat Perintah Angkut 63

13 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula adalah produk yang penting bagi ketahanan pangan nasional karena memiliki tingkat konsumsi tinggi dan ragam penggunaannya sangat luas. Setiap tahun konsumsinya meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhan konsumsi bahan pangan masyarakat. Kebutuhan masyarakat terhadap gula yang semakin tinggi seharusnya diikuti oleh kenaikan angka produksinya, tetapi pemenuhannya saat ini belum dapat dilakukan oleh produksi nasional Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan bahwa Negara Indonesia yang memiliki jumlah penduduk juta jiwa (BPS 2012) memiliki tingkat konsumsi gula nasional sebesar 5.2 juta ton, sedangkan produksi gula nasional hanya sanggup mencukupi kebutuhan sebesar 2.59 juta ton ( BPS 2012). Produksi gula nasional yang rendah disebabkan oleh penurunan luas lahan dan produktivitas tebu, rendahnya rendemen, dan efisiensi pabrik gula yang masih rendah, namun angka luas lahan dan produktivitas beberapa tahun ini telah mengalami peningkatan karena adanya program swasembada gula nasional 2014 yang dilakukan oleh pemerintah. Peningkatan produktivitas dan luas lahan yang juga meningkatkan produksi gula nasional, namun peningkatan produksi tersebut ternyata masih belum dapat mencukupi kebutuhan gula masyarakat. Hal ini dikarenakan peningkatan kebutuhan masyarakat ternyata lebih besar dari peningkatan produksi nasional. Pada tahun 2012 sebesar produktivitas tebu mencapai ton/ha dengan luas lahan hektar dan menghasilkan gula 2.59 juta ton sedangkan kebutuhan masyarakat 5.2 juta ton gula. Pada tahun 2013 produktivitas tebu naik hingga mencapai ton/ha tebu dengan kenaikan luas lahan menjadi hektar dan menghasilkan gula 2.54 juta ton, sedangkan kebutuhan gulanya lebih besar 3% dari tahun sebelumnya yakni 5.4 juta ton gula. Data diatas menunjukkan bahwa kenaikan produktivitas dan luas lahan ternyata tidak menjamin kenaikan produksi gula apabila rendemen yang didapatkan lebih rendah dari nilai tahun sebelumnya, hal ini menyebabkan pemerintah tetap melakukan kebijakan impor walaupun produktivitas dan luas lahan mengalami peningkatan. Jumlah gula mentah yang diimpor ternyata lebih besar dari nilai produksi gula nasional, oleh karena itu harus dilakukan peningkatan produksi gula nasional untuk menekan angka impor. Peningkatan produksi gula nasional selain dapat memenuhi kebutuhan gula, juga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap produk impor. Peningkatan produksi gula nasional Indonesia dapat dilakukan melalui cara ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi yakni peningkatan angka produksi dengan meningkatkan luas kebun, sehingga semakin banyak bahan baku yang diolah oleh pabrik. Intensifikasi merupakan cara meningkatkan produksi gula melalui teknik budidaya hingga proses pasca panen tebu (P3GI 2008). Peningkatan produksi melalui teknik budidaya dilaksanakan mulai dari pemilihan varietas tebu dan melakukan pemeliharaan yang tepat sehingga menghasilkan tebu yang layak tebang. Tebu layak tebang adalah tebu yang memiliki tingkat kemasakan, varietas, dan umur yang tepat. Proses pasca panen yang tepat akan menjaga kualitas tebu tebangan tetap baik hingga sebelum giling.

14 2 Produksi gula menurun walaupun luas lahan dan produktivitas yang naik menunjukkan bahwa kandungan gula yang didapatkan dari bahan baku rendah. Kandungan gula yang rendah dapat disebabkan oleh penurunan kandungan gula pada saat proses pasca panen. Menjaga kualitas tebu tebangan dapat dicapai apabila mendapatkan perlakuan proses pasca panen yang baik. Perlakuan pasca panen yang buruk dapat menyebabkan tebu mengalami kehilangan kandungan gula hingga mencapai 25%, hal ini dikarenakan sukrosa yang terdapat dalam tebu mengalami penguraian menjadi glukosa dan fruktosa yang tidak bisa diolah menjadi gula kristal. Penyebab utama penurunan kadar sukrosa dalan batang tebu adalah keterlambatan tebu untuk digiling, sehingga waktu menunggu tebu menjadi lebih lama dan tidak sesuai dengan baku nilai, hal ini menunjukkan bahwa proses proses panen dan pasca panen yang diterapkan buruk. Pelaksanaan tebangan yang tidak sesuai prosedur yang ditetapkan oleh perkebunan mempengaruhi penurunan produktivitas produksi gula (Solomon 2000; Saxena 2010). Proses pasca panen yang buruk dapat disebabkan oleh manajemen tebang, muat, dan angkut yang tidak terencana dengan baik. Manajemen tebang, muat, dan angkut yang baik akan menghasilkan tebu layak giling. Syarat tebu layak giling adalah tebu yang bersih, segar, dan manis (BSM). Tebu yang dikatakan bersih adalah tebu yang bersih dari daun kering maupun basah (Rapak atau daun), pucuk, sogolan, akar atau tanah, dan non tebu. Tebu segar adalah tebu yang tidak layu karena proses menunggu untuk diangkut saat dikebun, dan saat menunggu untuk digiling, dan tebu tidak terbakar. Tebu Manis adalah tebu ditebang dalam kondisi masak optimal dan layak umur, hal ini dibuktikan dengan mengukur nilai brix kebun. Nilai brix kebun harus berkisar 18 sebelum ditebang, dan memiliki umur yang layak, yang diketahui dari masa tanamnya. Oleh karena itu manajamen tebang, muat, dan angkut perlu diperhatikan untuk mendapatkan tebu yang matang, baik, dan segar sebelum pelaksanaan penggilingan. 1.2 Tujuan Magang 1. Meningkatkan keterampilan untuk melakukan budidaya dan manajemen perkebunan tebu. 2. Menganalisis dan mengidentifikasi manajemen tebang yang tepat, optimal, dan efisien di perkebunan tebu lahan kering II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Tebu di Lahan Kering Lahan kering atau tegalan merupakan lahan yang kebutuhan air tanamannya tergantung sepenuhnya pada air hujan Penanaman tebu pada lahan kering tidak dapat disembarang tempat, melainkan harus memperhatikan persyaratan lahan yang meliputi tinggi tempat, kemiringan lahan, fisik tanah, drainase, kimia tanah, jenis tanah, dan ketersediaan tenaga kerja. Tanaman tebu dapat tumbuh pada ketinggian meter di atas permukaan laut, namun pada ketinggian mulai dari m

15 di atas permukaan laut tanaman akan mengalami kelambatan pertumbuhan. Syarat lahan kering untuk tanaman tebu adalah berlereng panjang, rata dan melandai sampai 2% untuk tanah ringan dan sampai 5% untuk tanah lebih berat. Tekstur tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah tekstur tanah ringan sampai agak berat dan mampu menahan air cukup dengan porositas 30% (Indrawanto et al. 2010). Kedalaman atau solum tanah untuk pertumbuhan tanaman tebu minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air dan permukaan air 40 cm. Oleh karena itu lahan kering yang lapisan tanah atasnya tipis, harus dibajak lebih dalam kira-kira 25 cm. Selain itu apabila ditemukan lapisan kedap air, lapisan ini harus dibajak lagi agar lapisan pecah sehingga sistem aerasi, air tanah dan akar tanaman berkembang dengan baik. Saluran air yang baik memiliki kedalaman 1 m, hal ini dapat mendorong berkembangnya akar tanaman menyerap unsur hara lebih banyak dan tahan kekeringan. Sistem perakaran yang mencapai lapisan tanah yang dalam akan memberi peluang bagi tanaman tebu untuk bertahan hidup pada musim kemarau tanpa mengganggu pertumbuhan tanaman. Tingkat keasaman tanah agar tebu dapat tumbuh yakni , namun ph optimal tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal adalah Pada tingkat keasaman yang rendah maka tanaman tebu akan mengalami keracunan unsur Fe, Al, dan Cl oleh karena itu dibutuhkan penambahan kapur apabila menanam di daerah yang memiliki ph rendah. Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada jenis tanah alluvial, grumosal, latosol, dan regosol. Tanah yang tidak baik untuk tanaman tebu adalah tanah laterik dengan kandungan kerikil lebih dari %, karena porositas tinggi tidak dapat menampung dan menahan air sehingga hara yang ada terbawa atau tercuci oleh air hujan (Indrawanto et al. 2010) Pemanenan Tebu Pemanenan tebu dilakukan dengan memotong batang tebu tepat diatas permukaan tanah dan membuang daun pucuk. Pemanenan dilaksanakan pada bulan kering yakni mulai dari Mei sampai Oktober. Pemanenan tebu yang dilakukan pada bulan hujan akan menyebabkan perolehan rendemen gula yang rendah karena waktu pemasakan batang tebu yang belum cukup dan terjadi penguraian gula yang ada didalam batang tebu menjadi monosakarida yakni glukosa dan fruktosa untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada saat pemanenan tebu diperlukan manajemen tebang yang tepat yakni mulai dari waktu tebang, jadwal penebangan, ketersediaan tenaga kerja, dan jumlah alat transportasi. Perencanaan manajemen tebang didapatkan dari hasil kegiatan analisis pendahuluan dan taksasi produksi (Indrawanto et al. 2010). Terdapat dua sistem penebangan tebu yakni sistem tebu hijau dan tebu bakar. Penebangan tebu hijau yakni penebangan saat tebu segar, sedangkan tebu bakar yakni penebangan tebu dengan dilakukan pembakaran sebelumnya untuk mengurangi sampah yang tidak perlu, sehingga memudahkan penebangan. Teknik penebangan tebu dapat dilakukan secara bundled cane (tebu ikat), loose cane (tebu urai) atau chopped cane (tebu cacah). Pada penebangan tebu dengan teknik bundled cane penebangan dan pemuatan tebu kedalam truk dilakukan secara manual, teknik ini paling banyak dilakukan pada pabrik gula yang berada di Pulau Jawa. Pada penebangan tebu dengan teknik loose cane, penebangan tebu dilakukan secara manual sedangkan pemuatan tebu keatas truk dilakukan dengan memakai mesin grab loader (Wahyuddin 1995).

16 Tebang, Muat, dan Angkut Penebangan adalah kegiatan penyiapan tebu untuk diangkut ke pabrik, dimana kegiatannya sendiri terdiri dari penebangan, pembersihan dari segala kotoran, dan penyiapan tebu ke pengangkutan. Proses tebangan yang berjalan lancar, maka harus ada koordinasi yang baik untuk mencegah timbulnya kekurangan tebu karena masalah utama tebangan adalah ketersediaan tebu untuk digiling di pabrik (Notojoewono 1968). Tanaman tebu ditebang pada umur rata-rata bulan setelah dilakukan penebangan tebu harus dimuat kedalam truk atau kereta lori yang nantinya akan diangkut menuju pabrik, namun sebelum proses pemuatan tebu harus menunggu dilapangan sehingga terjadilah penurunan rendemen tebu. Sistem muat adalah serangkaian proses pemuatan tebu setelah ditebang ke dalam alat angkut atau transportasi. Sistem muat secara manual adalah proses pemuatan yang dilakukan seluruhnya dengan menggunakan tenaga manusia, sedangkan sistem muat mekanis adalah proses pemuatan yang dilakukan dengan menggunakan mesin dan manusia hanya sebagai operator. Pengangkutan tebu adalah kegiatan pemindahan tebu dari areal kebun menuju pabrik gula. Kegiatan pengangkutan tebu harus dilakukan dengan cepat dan aman dalam arti tidak menimbulkan kerusakan atau kehilangan nira pada tebu selama pengangkutan, memenuhi target giling pabrik tiap harinya, tidak merusak lingkungan dan dalam jangkauan biaya (Wahyuddin 1995). Waktu perjalanan antara kebun dan pabrik tergantung dari jarak yang ditempuh, tenaga alat angkut, jenis alat angkut, dan keadaan jalan yang dilewati serta arus lalu lintasnya 2.4 Kandungan Gula Tebu Tingkat kemanisan batang tebu dipengaruhi oleh jumlah kandungan gula yang dimiliki. Gula yang ada didalam batang tebu merupakan hasil fotosintesis tanaman yang melibatkan khlorofil, radiasi matahari, CO2, dan air. Glukosa hasil fotosintesis tanaman akan dirakit menjadi sukrosa dan ditranslokasikan ke batang tebu. Terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi jumlah kandungan glukosa dalam batang yakni varietas tanaman, pertumbuhan awal, pemupukan, musim, dan waktu panen. Nira yang berkualitas dihasilkan dari varietas yang berkualitas (Santoso 2002). Varietas PS881 dengan % pol 17.85% memiliki kandungan gula lebih tinggi dari pada PSJT 941yang memiliki % pol 14.54%.Varietas PSJT 941 menjadi rekomendasi sebagai bahan baku pembuatan gula karena kandungan gulanya yang tetap tinggi walaupun diberi perlakuan potong dan tunda giling (Kuspratomo et al. 2012). Penambahan unsur P dan K pada tanah yang kahat akan kedua unsur tersebut akan memperbaiki kualitas nira yang dihasilkan. Kegunaan unsur P dalam tanaman adalah memperbaiki kualitas nira tebu. Tanaman tebu memerlukan unsur K dalam jumlah yang relatif tinggi. Tanaman tebu pada tanah kahat K tidak saja menurunkan produksi tebu tetapi juga menurunkan kualitas nira, memperlambat proses fotosintesa dan perpindahan gula yang baru dibentuk dalam daun ke jaringan penyimpanan pada batang, menurunkan kandungan gula apabila tanah diberi pupuk N dalam takaran tinggi (Al jabri et al. 1999).

17 Musim hujan akan membuat banyak tanaman tebu menjadi roboh hal ini menyebabkan pertumbuhan tunas baru dari bagian bawah batang sehingga menurunkan kadar sukrosa dalam batang karena digunakan untuk pertumbuhan dan menurunkan rendemen (Sutardjo 2005). Waktu panen yang tepat untuk mendapatkan kandungan gula yang maksimal pada batang tebu adalah pada saat tebu memiliki nilai brix batang atas hampir sama dengan batang tengah dan bawah. Kandungan gula yang tinggi saat dikebun dapat menurun karena proses pasca panen yang buruk seperti penundaan giling. Penundaan giling tebu dapat menyebabkan kerusakan tebu sehingga menyebabkan menurunnya bobot tebu (Kuspratomo et al. 2012) Tenaga Kerja Tebang Kapasitas penebang sangat dipengaruhi oleh tingkah laku penebang. Pada umumnya para penebang menolak menebang varietas yang mempunyai sifat mudah roboh, anakan atau tunas banyak, batang kecil dan ringan. Kondisi demikian ini menyebabkan penebang bermalas-malasan sehingga kapasitasnya menjadi rendah. Cara dan waktu penebangan akan mempengaruhi kualitas tebu tebangan dan jumlah nira yang diperoleh. Tebu yang ditebang siang hari akan menurunkan rendemen setelah penebangan, dibanding sore atau malam hari. Jumlah tenaga tebang tiaptiap sinderyang dibutuhkan bervariasi menurut luas areal kebun yang ditebang tiap harinya dan disesuaikan dengan kondisi lahan kebun yang akan ditebang (Wahyuddin 1995) III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilakukan di PG Madukismo, Desa Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta selama 4 bulan mulai dari tanggal 10 Februari hingga 10 Juni Metode Pelaksanaan Metode magang yang digunakan yakni metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti langsung kegiatan dilapang. Data yang didapat dari metode langsung merupakan data primer. Metode tidak langsung adalah metode pengumpulan data tanpa mengikuti kegiatan dilapang. Data yang didapatkan dari metode tidak langsung disebut data sekunder yakni seperti informasi tentang perusahaan. Informasi tersebut antara lain sejarah perusahaan, lokasi, kondisi kebun, iklim, ketenagakerjaan dan informasi administrasi. Metode langsung yang dilaksanakan saat magang meliputi beberapa aspek yakni aspek teknis, manajerial dan khusus. Pelaksanaan metode langsung sebagai berikut:

18 Aspek Teknis Pada aspek teknis mahasiswa menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu. Ketika menjadi KHL mahasiswa melakukan kegiatan budidaya tanaman tebu mulai dari pengolahan lahan sampai proses tebang, muat dan angkut. Kegiatan budidaya dimulai dari persiapan lahan (land preparation), pembenihan dan persiapan bahan tanam, persiapan tanam dan penanaman, pengairan/irigasi, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), kultivasi, dan pemupukan, pemanenan, hingga pengolahan hasil. Secara administrasi mahasiswa juga melakukan penulisan jurnal yang diketahui oleh pembimbing lapang, dan mencatat prestasi kerja yang didapatkan lalu hasil dibandingkan dengan standar ketentuan efisiensi kerja pada pabrik Aspek Manajerial Pada aspek manajerial mahasiswa menjadi pendamping mandor selama tiga minggu yakni mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan, check roll, membantu perancangan kebutuhan fisik, teknis dan biaya untuk pekerjaan yang dilakukan dan mengisi buku kerja mandor. Mahasiswa juga menjadi pendamping asisten kebun selama lima minggu dengan melakukan kontrol lapangan, mempelajari aspek manajerial dan administrasi, dan mempelajari keadaan kebun Aspek Khusus Pada aspek khusus selama enam minggu mahasiswa mengikuti proses alur tebang, muat dan angkut. Pengamatan dilakukan pada saat proses penebangan di kebun dan proses persiapan tebu giling di pabrik. Mahasiswa menganalisis dan mengidentifikasi kualitas tebangan, pengukuran brix, pengukuran pol, pengukuran kehilangan hasil tunggak tertinggal, prestasi kerja dan selesai penebangan. Pengamatan dilakukan pada dua wilayah kebun tebu yakni Bantul dan Sleman Timur. 3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer yakni data yang didapat ketika melakukan kegiatan magang khususnya segala hal yang mempengaruhi tebang, muat dan angkut. Pengamatan dilakukan pada saat penebangan dan di pabrik Pada Saat Penebangan Pengamatan yang dilakukan saat penebangan yakni pengukruan brix kebun, penghitungan kehilangan hasil tunggak, dan prestasi kerja tenaga tebang Pengukuran Brix Kebun Pengukuran brix di kebun dilakukan dengan memilih 5 batang tebu setiap kebun. Batang tebu yang akan diukur dipilih dengan cara silang. Tebu yang sudah ditebang, dikeluarkan niranya lalu diukur brixnya dengan menggunakan handrefractometer. Angka yang keluar dari pembacaan handrefractometer merupakan nilai brix nira tebu saat dikebun.

19 Penghitungan Kehilangan Hasil Tunggak Tebu Terdapat tiga kehilangan hasil panen pada tebu yakni kehilangan pucuk, tunggak, dan lonjoran. Kehilangan hasil tunggak adalah kehilangan hasil yang disebabkan oleh sisa batang tebu yang tidak tertebang karena pemotongan tidak mepet tanah. Kehilangan hasil panen tunggak dapat dihitung dengan memotong tunggak atau bagian batang tebu tidak tertebang yang tingginya lebih dari 5 cm, lalu ditimbang bobotnya. Pada setiap wilayah dilakukan pengukuran sebanyak 4 kebun, dengan jumlah juring setiap kebun 5 juring. Juring contoh ditetapkan dengan menggunakan cara diagonal seperti gambar dibawah ini; 7 Gambar 1 Layout pengamatan kehilangan hasil tunggak tebu Juring yang terlewati oleh garis merah yang akan dijadikan juring contoh. Bobot tunggak yang didapatkan dari 5 juring contoh dikonversikan ke hektar dengan menggunakan rumus; Bobot 5 juring (Kg) Kehilangan hasil setiap Ha = x Faktor juring 5 Faktor juring = Jumlah juring x Panjang juring Penghitungan Prestasi Kerja Prestasi kerja tenaga tebang dilakukan dengan menghitung jumlah tenaga tebang dan bobot tebu yang dapat ditebang setiap harinya. Prestasi tenaga kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus; Prestasi Kerja = Bobot tebu Jumlah tenaga tebang x Standar kerja Lama waktu penebangan tebu tiap kebun per hektar dilakukan dengan mengamati bobot tebu yang ditebang setiap hari dan taksasi kebun, lalu dimasukkan kedalam rumus; Taksasi kebun ha (ton) Waktu tebang / ha (hari) = Bobot tebu tebang hari (ha) Nilai taksasi yang digunakan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut; Taksasi = Faktor juring x Batang juring x Panjang batang x Bobot batang meter Pada Saat di Pabrik Pengamatan yang dilakukan di pabrik adalah pengukuran kandungan gula tebu saat di meja tebu tepat sebelum penggiligan. Kandungan gula tebu dapat diketahui dengan mengukur brix, pol dan menghasilkan angka rendemen tebu. Tebu contoh merupakan tebu lori yang tepat akan masuk meja tebu berjumlah 5 batang,

20 8 dan dipilih secara diagonal. Tebu contoh lalu digiling menggunakan gilingan mini untuk mengeluarkan niranya. Pengukuran nilai brix dilakukan dengan menggunakan handrefractometer atau dengan mengunakan timbangan brix, sedangkan %pol diukur dengan menggunakan alat polarimeter. Angka yang dapatkan dari pembacaan polarimeter akan dimasukkan ke dalam rumus; Pemutaran x Bobot Normal x 1.1 %Pol = Berat Jenis x 100 Setelah mendapatkan nilai pol, hasil dari pembacaan brix dan pol berguna untuk mendapatkan nilai rendemen sementara dengan menggunakan rumus; Nilai Nira = Pol - (0.4 x (brix - Pol) Rendemen Sementara = Faktor Rendemen x Nilai Nira 3.4 Analisis Data dan Informasi Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji t-student 5% dengan bantuan program minitab untuk membandingkan data wilayah Bantul dan Sleman Timur IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Madubaru merupakan satu-satunya Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus yang terdapat di Provinsi Yogyakarta. Pada saat Indonesia dijajah oleh Belanda terdapat 17 Pabrik gula di Yogyakarta, namun semua dibumi hanguskan dikarenakan permintaan pemerintah belanda untuk mengurangi pasokan gula sesuai dengan putusan Charbourne agreement pada tahun 1931 dan hanya teringgal PG Madukismo. Pada tahun 1955 pihak keraton yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono XI memprakarsai untuk dibangunnya kembali Pabrik Gula Madukismo yang diresmikan pertama kali tanggal 29 Mei 1958 oleh Presiden pertama RI yakni Ir. Soekarno. Pabrik gula dan pabrik spiritus Madukismo merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi gula, spiritus dan tebu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Status perusahaan PT Madubaru pernah mengalami perubahan dari perusahaan menjadi milik BUMN, lalu menjadi perusahaan swasta kembali sampai sekarang. Saat ini PT Madubaru merupakan Perseroan terbatas yang didirikan tanggal 14 juni 1955, dan diberi nama Pabrikpabrik Gula Madu Baru PT (P2G, Madubaru PT) dengan dua pabrik yakni PG Madukismo dan PS Madukismo. Kronologi perubahaan status perusahaan dan perubahan manajemennya yakni pada awal pembangunan kembali yakni tahun merupakan perusahaan Adanya kebijakan pemerintah RI untuk mengambil alih semua perusahaan yang ada di Indonesia, sehingga pada tahun PT Madubaru bergabung dengan perusahaan negara dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan umum-perusahaan Negara). Pada tahun 1966 BPU-PPN bubar dan memberikan kebebasan kepada PG- PS untuk memilih tetap menjadi perusahaan milik pemerintah atau menjadi

21 perusahaan swasta, dan PT Madubaru memilih untuk menjadi perusahaan swasta. PT Madubaru kembali menjadi perusahaan swasta dengan direksi yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai presiden direktur. Pada tanggal 4 Maret-24 Februari 2004 PT Madubaru mengadakan kontrak manajemen dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang merupakan salah satu BUMN milik Departemen Keuangan RI. Tangga 24 Februari-sekarang PT Madubaru menjadi perusahaan mandiri yang dikelola secara professional dan independent. Status kepemelikan saham di PT Madubaru juga berubah setelah awalnya saham perusahaan PT Madubaru 75% merupakan milik Keraton Yogyakarta dan 25% merupakan milik pemerintah Indonesia, namun saat ini telah berubah menjadi 65% merupakan milik keraton Yogyakarta dan 35% miliki pemerintah yang dipegang oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia Visi 4.2 Visi dan Misi PT Madubaru Menjadikan PT.Madubaru ( PG/PS Madukismo ) perusahaan Agro Industri yang unggul di Indonesia dengan menjadikan petani sebagai mitra sejati Misi Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat dan industri di Indonesia Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan,dikelola secara profesional dan inovatif,memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan, serta mengutamakan kemitraan dengan petani. Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti. Menempatkan karyawan dan stake holders laninya sebagai bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian share holder values 4.3 Letak Geografi PG Madukismo Pabrik Gula Madukismo terletak di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Derah Istimewa Yogyakarta dengan luas m 2. Jarak Pabrik Gula Madukismo dari ibu kota Kabupaten Bantul adalah 5 km sedangkan dari ibu kota provinsi berjarak 8 km. Pabrik Gula Madukismo memiliki lahan pengolahan yang dibagi menjadi dua yakni Yogyakarta dan Jawa Tengah. Pada daerah Yogyakarta daerah pengolahan meliputi Bantul, Gunung Kidul, Sleman dan Kulonprogo. Di provinsi Jawa Tengah daerah pengolahan meliputi Kabupaten Purworejo, Kebumen, Magelang, dan Temanggung. 4.4 Keadaan Iklim dan Tanah Pabrik Gula Madukismo terletak pada ketinggian tempat m dpl. Iklim daerah PG Madukismo menurut Schmidt dan Fergusson merupakan golongan

22 10 D yang memiliki curah hujan terendah atau bulan kering pada bulan Maret sampai Mei. Menurut klasifikasi iklim tersebut maka lahan pada PG Madukismo cocok untuk ditanami tebu. Keadaan tanah pada daerah yang diolah memiliki jenis tanah yang berbeda, hal ini mempengaruhi sistem budidaya yang akan diterapkan. Tabel 1 Jenis tanah setiap wilayah kerja Pabrik Gula Madukismo Rayon Bantul Sleman Kebumen Kulon Progo Purworejo Magelang Jenis Tanah Regosol dan Grumosol Regosol Regosol Regosol, Lithosol, Aluvial dan Latosol Regosol Mediteran Wilayah kerja yang luas menyebabkan lahan yang dikelola PG Madukismo memiliki beberapa jenis tanah yang dapat mempengaruhi sistem budidaya tebu. Jenis tanah yang paling cocok untuk budidaya tanaman tebu adalah jenis tanah regosol dan grumosol.hal ini dikarenakan tanah regosol dan grumosol terbentuk akibat endapan abu vulkanik, sedangkan jenis tanah yang lain akan sesuai untuk ditanami tebu apabila diterapkan beberapa perlakuan seperti penambahan kapur. Tanah jenis lathosol yang berada di wilayah Kulonprogo membutuhkan tambahan kapur pada saat pengolahan tanah karena merupakan tanah merah yang banyak mengandung unsur Fe dan Al sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman tebu. Lithosol adalah jenis tanah yang agak berpasir sehingga berpotensi tinggi untuk terserang hama uret. Tanah aluvial adalah jenis tanah yang cocok untuk pertanian sawah sehingga untuk penanaman tebu dilakukan sistem reynoso. 4.5 Luas Areal dan Wilayah Kerja Luas areal kebun merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kuantitas hasil produksi gula. Berikut ini adalah daftar luas areal kebun tebu di Pabrik Gula Madukismo sesuai dengan status kerjasama dengan petani. Tabel 2 Areal tebu (ha) per status PG Madukismo Status Bulan TR-Kemitraan TR-Mandiri Luas Areal Total TR : Tebu Rakyat Luas areal total lahan petani yang bekerja sama dengan PG Madukismo selalu meningkat setiap tahunnya. Peningkatan luas areal penanaman tebu akan

23 meningkatkan produksi hablur gula, karena semakin banyak tebu yang ditanam maka semakin banyak tebu yang dapat diolah menjadi gula Tabel 3 Daftar daerah wilayah kerja PG Madukismo tahun 2014 Rayon luas lahan total (ha) KSU (ha) KMT (ha) Mandiri (ha) BGK (Bantul dan Gunung Kidul) Sleman KMT (Kulon Progo, Magelang, Temanggung) PKB (Purworejo dan Kebumen) KMT : Kemitraan; KSU : Kerja Sama Usaha Petani mandiri atau yang disebut TR-Mandiri yang memiliki luas lahan paling besar dari ketiga jenis kerjasama di PG Madukismo. Luasan wilayah TR-Mandiri yang besar sangat membantu PG Madukismo dalam meringankan tugas bagian tanaman untuk melakukan budidaya Struktur Organisasi dan ketenagakerjaan Perusahaan Struktur organisasi dibentuk untuk meningkatkan efisiensi dalam bekerja, sebab dalam struktur organisasi setiap divisi akan memegang tanggung jawab yang berbeda-beda sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. PT Madubaru memiliki struktur oraganisasi dan deskripsi jabatan yang tertulis didalam Surat Keputusan Direktorat Utama No. 2/SK.Dirut/XI/1986 tanggal 8 Juli Struktur organisasi di PT Madubaru dipimpin oleh direktur yang dibantu oleh ketua bagian dan dalam pelaksanaannya diawasi oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI). Berikut adalah deskripsi fungsi dan tugas dari setiap masing-masing jabatan: Direktur Fungsi : Mengelola perusahaan secara keseluruhan untuk melaksanakan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tugas : 1. Merumuskan tujuan perusahaan. 2. Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan 3. Menyusun rencana jangka panjang perusahaan.. 4. Menetapkan kebijakan-kebijakan dan pedoman-pedoman penyusunan anggaran tahunan. 5. Menetapkan rancangan anggaran perusahaan yang akan diusulkan kepada RUPS Satuan Pengawasan Intern Tugas : 1. Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi dan pembinaan terhadap semua kegiatan dan fungsi organisasi. 2. Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan atau perstujuan direktur.

24 12 3. Melakukan audit investigasi terhadap aspek yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. 4. Dalam rangka penugasan memiliki aspek penuh dan bebas ke seluruh gungsi, catatan, dokumen, asset, dan karyawan. 5. Mengalokasikan sumber daya dan menentukan lingkup kerja, serta menetapkan teknik-teknik audit. 6. Memperoleh bantuan kerja sama dari personil di unit-unit perusahaan pada saat melakukan pengawasan, juga jasa-jasa khusus lainnya dari dalam maupun luar perusahaan. 7. Menjadi counterpart bagi auditor external dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Bagian Pemasaran Fungsi : Melaksanakan kebijkan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang pemasaran, serta memimpin divisi pemasaran untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. Tugas : 1. Menyusun strategi pemasaran 2. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk-produk PT. Madubaru. 3. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses penagihan. 4. Mengadakan perbaikan-perbaikan sistem pemasaran. 5. Menilai prestasi kerja staf pemasaran Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang keuangan, anggaran, serta memimpin divisi akuntansi dan keuangan untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. Tugas : Menjalankan Kebijakan direksi dan ketentuan General Manager dalam bidang keuangan, pengolahan data, dan akuntansi perusahaan Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang personalia, bertanggung jawab kepada administratur dan mengkoordinir setiap kegiatan pengelolaan tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan serta mempersiapakan sumber daya manusia yang diperlukan Kepala Bagian Tanaman Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang penanaman dan penyediaan benih tebu, pemasukan areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), penyuluhan teknis penanaman tebu, rencana tebang dan angkutan tebu, dan kegiatan lain yang menyangkut penyediaan supply tebu sebagai bahan baku pabrik gula serta memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

25 Tugas : 1. Membantu General Manager dalam melaksanakan kebijakan direksi dalam penetapan rencana dan pelasnaan penanaman tebu benih dan produktivitas tebu giling. 2. Membantu General Manager dalam melaksanakan pencapaian target penanaman tebu benih dan tebu giling. 3. Membantu General Manager dalam menetapkan komposisi jenis tebu, jadwal penanaman. Tebang dan angkutan tebu Kepala Bagian Instalasi Fungsi : Membantu kepala bagian pabrik gula dan pabrik spiritus yang lain dalam melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administrasi dalam pengoperasian, pemeliharaan, dan reparasi mesin dan equipment pabrik, lori dan loko, kendaraan traktor, pompa, pemeliharaan, dan reparasi bangunan, penyediaan tenaga listrik, serta memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : 1. Melaksanakan rencana penggunaan instalasi untuk melayani pabrik 2. Mempertahankan operasi instalasi untuk menjaga kontinuitas penyediaan jasa untuk memenuhi kebutuhan pabrik. 3. Bekerjasama dengan kepala bagian tanaman dalam melakukan pengelolaan,pemeliharaan, dan reparasi remise (lori dan loko), pompa air dan traktor. 4. Memberikan pertimbangan-pertimbangan teknis kepada semua bagian dalam pengadaan barang teknis keperluan perusahaan Kepala Bagian Pabrikasi Fungsi : Membantu kepala bagian pabrik gula dan pabrik spiritus yang lain dalam melaksanakan kebijakan direksi dengan ketentuan General Manger dalam pengelolaan gula dan memimpin seksi-seksi yang berada di bawah wewenangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : 1. Melaksanakan rencana produksi gula 2. Mengawasi mutu, penimbangan, dan pembungkusan gula. 3. Mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi gula Kepala Bagian Pabrik Alkohol dan Spiritus Fungsi : Mengolah alkohol dan spiritus serta memimpin seksinya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Tugas : 1. Melaksanakan rencana produksi alkohol dan spiritus 2. Mengawasi mutu alkohol dan spiritus 3. Mengendalikan produksi dan spiritus untuk memenuhi target produksi. 13

26 Keadaan Tanaman dan Produksi Pabrik Gula Madukismo memiliki beberapa jenis varietas unggul yang dikembangkan dan dibedakan pada masa tanam dan tebangnya. Tabel 4 Varietas yang dikembangkan PG Madukismo Kategori Masak Varietas Masa Tanam Varietas Masa Tebang Awal April Juni PS-881, PS-862, BZ-32 Mei Juni Awal Tengah Mei Juli PS-862 Mei Juli Tengah Juni - September PS-851, PS-921, VMC76-16, KK Juni September Tengah Lambat Juli - November PS-864, BL, PS-951, PSJT- 941 Agustus Oktober Penataan varietas adalah mengatur proporsi tanaman bedasarkan varietas yang berbeda masa kemasakan. Pada pabrik gula komposisi penataan varietas dilakukan untuk meningkatkan rendemen tebu tetap tinggi hingga saat akan digiling. Hal ini dikarenakan permasalahan saat ini yakni susahnya mencari tenaga tebang dan alat muat angkut sehingga, apabila masa tebang menjadi satu atau tertumpuk pada satu waktu akan menyebabkan proses tebang, muat, dan angkut yang tidak tepat waktu dan tepat pengerjaan. Oleh karena itu penataan varietas akan menciptakan masa giling yang optimal. Tabel 5 Produksi Gula PG Madukismo tahun Tahun Areal (Ha) Produksi tebu (ton) Produktivitas Tebu (ton/ha) Rendemen (%) Produksi Hablur (ton) Produktivitas Hablur (ton/ha) Pada tahun 2009 terjadi penurunan produksi hablur hingga tahun 2011, hal ini dikarenakan berkurangnya lahan yang ditanam pada saat 2010, dan kembali normal pada tahun 2011 namun pada saat itu tejadi penurunan produktivitas tebu per hektar sehingga produksi hablur tetap menurun. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan hablur yang cukup tinggi dikarenakan musim kemarau yang panjang akibat el-nino sehingga rendemen gula meningkat yang juga didukung oleh peningkatan produktivitas tebu dan luas areal penanaman tebu. pada tahun 2013 terjadi penurunan produksi hablur, hal ini dikarenakan rendemen yang turun walaupun luas areal dan produktitivas tebu meningkat. Perbedaan rendemen setiap tahun dapat terjadi dikarenakan oleh budidaya yang seharusnya tepat pengerjaan dan tepat waktu namun belum dapat terlaksana. Perbedaan rendemen juga dapat dipengaruhi oleh faktor iklim yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia, apabila bulan basah lebih panjang dari seharusnya maka rendemen tebu akan menjadi turun.

27 15 V PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 5.1 Aspek Teknis Pelaksanaaan Aspek teknis dilakukan dengan mengikuti seluruh kegiatan budidaya tebu dari awal pengolahan lahan sampai pengolahan tebu menjadi gula. Aspek teknis yang dilakukan pada pelasksanaan kegiatan magang adalah persiapan lahan, pengolahan lahan, persiapan benih, penanaman, pemeliharaan, hama, penebangan, dan pengolahan hasil tebu Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan untuk tanaman tebu harus dipersiapkan dahulu mulai dari pengukuran lahan dan pengajiran. Hal ini ini dilakukan untuk perencanaan pembuatan juringan yang tepat Pengukuran Lahan Pengukuran lahan dilakukan dengan menggunakan bantuan alat GPS (Global Positioning System). Bagian yang bertugas untuk melakukan pengukuran lahan adalah Bina Sarana Tani (BST) yang didampingi oleh mandor dan SKW (Sinder Kebun Wilayah) bagian daerah tersebut. Pengukuran dilakukan dengan mengelilingi batas wilayah yang akan ditanami tebu. terdapat dua cara pengukuran lahan yakni dengan sistem global dan batas sesuai dengan kepemilikan. Sesuai dengan kepemilikan adalah lahan yang disewakan namun merupakan gabungan dari beberapa pemiliki agar mudah dalam pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman. Pengukuran secara global yakni mengukur wilayah secara keseluruhan. Pengukuran secara global juga dapat untuk mengukur kepemilikan lahan setiap orang dengan menentukan way point pada GPS saat melewati batas setiap perorangan, dengan menggabungkan way point yang sudah ditentukan maka akan terbentuk batas kepemilikan perseorangan dan batas wilayah secara keselurahan. Batas wilayah yang didapatkan dari GPS akan digambar pada komputer dengan menggunakan aplikasi R-View sehingga terbentuk luas wilayah yang akan ditanami tebu, pola juringan, banyak juringan, dan gambar got yang melintang Pengajiran Pengolahan lahan diawali dengan menentukan ajir. Ajir awal diletakkan pada batas paling luar lahan, setelah itu pengukuran 10 meter dari ajir awal agar menjadi ajir pusat, yang dimaksud ajir pusat adalah ajir yang dapat terlihat dari arah mana saja Pengolahan Lahan Pengolahan lahan dapat dilakukan secara manual dan mekanis. Pengolahan lahan dengan cara manual yakni pengolahan yang seluruhnya menggunakan tenaga manusia, tidak ada bantuan tenaga mesin. Pengolahan secara manual atau mekanis ditentukan oleh keadaan lahan seperti tipologi lahan, kemiringan, dan posisi lahan. Lahan yang masih basah tidak dapat diolah dengan menggunakan tenaga mesin, karena dapat merusak mesin sehingga dilakukan secara manual. Lahan yang

28 16 memiliki kemiringan lebih dari 8% akan dilakukan pengolahan secara manual. Letak lahan yang jauh dari jalan atau posisinya tidak memungkinkan alat berat dan mesin pengolah tanah masuk akan melakukan pengolahan lahan secara manual. Perbedaan cara pengolahan manual dan mekanis tidak hanya dari tenaga kerjanya saja melainkan juga dari tahapan proses pengerjaanya Pengolahan Lahan Secara Mekanis Tahapan pengolahan secara mekanis yakni pembajakan, penggaruan, pembuatan got, dan pembuatan juringan. Pembajakan. Pembajakan adalah kegiatan pembalikan tanah dan memotong sisa tanaman yang tumbuh di lahan. Terdapat dua kali pembajakan dalam pengolahan lahan, hal ini bertujuan untuk meringankan peroses pengolahan tanah yakni menurunkan populasi gulma dan mengurangi kandungan besi yang berlebihan dalam tanah. Terdapat Pembajakan I dilakukan dengan bantuan alat 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan implement bajak piring (HD Disc Plough) empat piringan atau menggunakan 150 HP 4 WD dengan implement bajak piring lima piringan, dengan kedalaman bajak 30 Cm. Tanaman tebu dapat tumbuh dengan optimal pada tanah yang memiliki solum minimal 50 Cm, apabila solum tanah yang akan ditanami tebu kurang maka pengolahan lahan harus lebih dalam. Kedalaman Pengolahan tanah pada lahan bekas sawah harus melebihi cm, karena pada lahan sawah terdapat lapisan bajaa pada kedalaman rata-rata cm dari permukaan tanah. Lapisan bajak yang tidak dibongkar akan menyebabkan air tidak dapat terserap, dan menumpuk pada permukaan atas tanah sehingga akar tebu yang sensitif terhadap kelebihan air akan tidak tumbuh optimal dan mengganggu pertumbuhan tanaman tebu. Pembajakan I dilakukan dengan melawan arah juringan. Hal ini dikarenakan agar pembajakan merata. Pada pembajakan II kedalaman pembajakan lebih rendah dari sebelumnya yakni 25 cm. Penggaruan. Penggaruan dilakukan dengan arah tegak lurus hasil bajakan yang bertujuan untuk membongkar bongkahan dan meratakan tanah bekas bajakan Pembuatan juringan. Juringan merupakan tempat menanam benih tebu yang panjangnya tergantung dari luas lahan, namun umumnya berukuran 10 m. Juringan dibuat dengan menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari pusat ke pusat adalah 1 m. Pada tanah yang memiliki kemiringan > 5% harus dibentuk teras terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya tanah longsor. Pembuatan got. Terdapat tiga saluran drainase atau got yakni got keliling, got mujur, dan got malang. Got keliling dibuat paling awal karena berada paling luar mengelilingi kebun dan paling dalam dari antara kedua got tersebut sehingga berfungsi sebagai got yang menerima keluaran dari got mujur. Got keliling memiliki kedalaman 80 cm dan lebar 50 cm. Got mujur menerima aliran air dari got malang. Got mujur memiliki arah yang sama dengan arah juringan, kedalaman got mujur 70 cm dan lebar 50 cm. Got malang berfungsi untuk menerima kelebihan air dari got juringan. Arah got malang berlawanan dengan arah juringan, kedalamanya adalah 60 dan lebar 50 cm Pengolahan Lahan Cara Manual Pengolahan secara manual memiliki perbedaan dalam hal tenaga kerja dan tahap pengolahan lahan. Pengolahan secara manual dilakukan tanpa menggunakan

29 bantuan mesin sehingga semuanya dilakukan oleh tenaga manusia dan tahap pengolahannya yang lebih pendek. Terdapat 2 tahap pengolahan lahan cara manual yakni pembentukan got dan langsung pembentukan juringan. Pengolahan lahan cara manual banyak mengeluarkan biaya pada tenaga kerja karena waktu yang dibutuhkan lebih lama dan tenaga kerja yang lebih banyak. Pengolahan lahan cara manual membutuhkan 10 tenaga kerja untuk mengolah lahannya saja tidak termasuk tenaga yang membersihkan gulma untuk 1 hektar, sedangkan pengolahan dengan cara mekanis hanya membutuhkan 1 orang saja untuk operator alat berat Persiapan Benih Gambar 2 Pengolahan lahan manual Kualitas benih tanaman tebu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman tebu. Mempersiapkan benih tebu yang baik merupakan langkah awal untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan berkualitas. Terdapat beberapa langkah dalam mempersiapkan benih tebu yang baik yakni pengadaan bahan tanaman, pemupukan, dan pemanenan Pengadaan Bahan Tanam Pengadaan benih tebu dilakukan secara berjenjang agar lebih efektif dan ekonomis, namun perencanaannya harus dilakukan secara matang. Perencanaan yang tepat diperlukan karena setiap jenjang membutuhkan waktu 4-6 bulan untuk dapat digunakan. Jenjang pada pembenihan dimulai dari KBPU, KBP, KBN, KBI, dan terakhir KBD. Kebun Benih Pokok Utama (KBPU). Benih yang digunakan untuk KBPU merupakan hasil pemuliaan atau hasil riset dari P3GI atau penangkar benih penjenis, dan hasil benihnya, hasil benih KBPU akan digunakan untuk Kebun Benih pokok (KBP). Kebun KBPU dilaksanakan oleh P3GI atau penangkar benih penjenis. Persyaratan untuk KBPU adalah kemurnian varietas 100%. Umur benih yang siap untuk disalurkan yakni 6 bulan. Kebun Benih Pokok. Benih yang dihasilkan akan digunakan untuk Kebun Benih Nenek. Kebun benih pokok harus memiliki kemurnian varietas 100%. Pihak yang melaksanakan pembenihan di KBP adalah P3GI. Kebun Benih Nenek. Hasil KBN akan digunakan untuk Kebun benih Induk (KBI). Pihak yang melaksanakan pembenihan di KBI adalah Pabrik Gula. Kemurnian varietas yang harus dicapai adalah 100%, dengan faktor penangkaran minimal 1:6.

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil 8 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta pada 13 Februari 2012 hingga 14 Mei 2012. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 9 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda di sekitar DIY terdapat 17 pabrik gula antara lain PG Padokan, PG Ganjuran, PG Gesikan, PG Kedaton, PG Cebongan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS PENATAAN VARIETAS SEMA DEVI OKTAVIA

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS PENATAAN VARIETAS SEMA DEVI OKTAVIA PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS PENATAAN VARIETAS SEMA DEVI OKTAVIA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR DENGAN ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT DATAR OLEH BAGUS MAHENDRA A24051108 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, Kendal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Februari sampai 14 Juni 2011. Kegiatan pengamatan aspek khusus

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani Kemitraan dapat dikatakan hubungan suatu teman kerja, pasangan kerja ataupun teman usaha. Kemitraan dalam hal ini dapat dibentuk oleh pihak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Karakter Bibit Kualitas Bibit Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Varietas Bibit PSJT 94-33 atau PS 941 Asal Bibit Kebun Tebu Giling

Lebih terperinci

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah PG. Krebet Baru Pabrik Gula Krebet Baru didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda yang kemudian pada tahun 1906 dibeli oleh Oei Tiong Ham Concern. PG. Krebet

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009 Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009 PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR (DENGAN ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki luas wilayah yang

Lebih terperinci

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m 43 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengolahan tanah Proses awal dalam budidaya tebu adalah pengolahan tanah. Kegiatan ini sangat penting karena tercapainya produksi yang tinggi salah satu faktornya adalah

Lebih terperinci

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS. EVALUASI KEBIJAKAN BONGKAR RATOON DAN KERAGAAN PABRIK GULA DI JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA Oleh : Afanti Septia, SP (PBT Ahli Pertama) Eko Purdyaningsih, SP (PBT Ahli Muda) PENDAHULUAN Dalam mencapai target swasembada gula, pemerintah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru LAMPIRAN 70 Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru No. Tanggal Jenis Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja Mahasiswa Pekerja 1 12 Februari 2009 Orientasi dan pengurusan administrasi kantor

Lebih terperinci

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN LATAR BELAKANG Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan penentu keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Pengadaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Umum PG. Subang PT. PG. Rajawali II Unit PG. Subang terletak di blok Cidangdeur, Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dengan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Pe elitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Pe elitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. ABC terletak di desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdiri berdasarkan

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan Pada zaman pemerintah hindia belanda, kurang lebih ada 17 pabrik gula di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring 15 KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring Pabrik gula Cepiring didirikan tahun 1835 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming sebagai suatu perseroan di atas tanah seluas 1 298

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas Monokotiledon, ordo Glumaccae, famili Graminae, genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain

Lebih terperinci

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan PT Gula Putih Mataram (GPM) merupakan salah satu perusahaan yang didirikan sebagai wujud swasembada nasional untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang timbul di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada

I. PENDAHULUAN. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada tingginya kebutuhan gula nasional. Kebutuhan gula nasional yang cukup tinggi seharusnya diikuti

Lebih terperinci

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198) Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kidang Kencana Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 334/Kpts/SR.120/3/2008 Tanggal : 28 Maret 2008 Tentang Pelepasan Tebu Varietas PA 198 DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR ISSN 1410-1939 PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR [THE ASSESMENT OF THE APPLICATION OF STANDARD CULTIVATION TECHNIQUE OF SUGARCANE

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA 59 V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA 5.1. Perkembangan Kondisi Pergulaan Nasional 5.1.1. Produksi Gula dan Tebu Produksi gula nasional pada tahun 2000 sebesar 1 690

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis 55 PEMBAHASAN Aspek Teknis Pelaksanaan aspek teknis budidaya kebun milik PG Cepiring secara umum dilakukan sesuai dengan prosedur perusahaan. Pelaksanaan teknis budidaya di lapang akan selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman 24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING

UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING P. Sunaryo Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Lubang-lubang kebocoran tebu dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai dari pangkal sampai ujung

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT. Oleh: VIDY HARYANTI F

ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT. Oleh: VIDY HARYANTI F ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT Oleh: VIDY HARYANTI F14104067 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai penghasil gula.tanaman tebu mengandung gula dengan kadar mencapai 20%. Dari tanaman

Lebih terperinci

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT Pelaksanaan pembukaan kebun tebu tebangan memerlukan kultur teknis yang baik, pedoman dibawah ini hendaknya digunakan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula termasuk salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal rata-rata 400 ribu ha pada periode 2007-2009, industri gula berbasis tebu

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Oleh : Adi Prasongko (Dir Utama) Disampaikan : Slamet Poerwadi (Dir Produksi) Bogor, 28 Oktober 2013 1 ROAD

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS GERAKAN PENINGKATAN RENDEMEN TEBU DI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS GERAKAN PENINGKATAN RENDEMEN TEBU DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS GERAKAN PENINGKATAN RENDEMEN TEBU DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA Oleh: A. Husni Malian Erna Maria Lokollo Mewa Ariani Kurnia Suci Indraningsih Andi Askin Amar K. Zakaria Juni Hestina PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tebu untuk keperluan industri gula dibudidayakan melalui tanaman pertama atau plant cane crop (PC) dan tanaman keprasan atau ratoon crop (R). Tanaman keprasan merupakan

Lebih terperinci

BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984

BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984 BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984 2.1 Latar Belakang Berdirinya PGKM Gula yang dalam hal ini adalah gula pasir merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan unik yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

L.) LAHAN KERING DI PG MADUKISMO PT MADUBARU YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMUPUKAN BEBERAPA KATEGORI TANAMAN TEBU LAHAN KERING

L.) LAHAN KERING DI PG MADUKISMO PT MADUBARU YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMUPUKAN BEBERAPA KATEGORI TANAMAN TEBU LAHAN KERING BUDIDAYA TEBU (Saccharum officinarum L.) LAHAN KERING DI PG MADUKISMO PT MADUBARU YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMUPUKAN BEBERAPA KATEGORI TANAMAN TEBU LAHAN KERING DINI ROSDIANINGSIH A24080042 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan 68 V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan tingkat produksi gula antar daerah. Selain itu Jawa Timur memiliki jumlah

Lebih terperinci

DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN

DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN i PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN OLEH AHMAD HANIF FADIL A24080183

Lebih terperinci

PENENTUAN RENDEMEN GULA TEBU SECARA CEPAT 1

PENENTUAN RENDEMEN GULA TEBU SECARA CEPAT 1 2003 Purwono Posted 7 October, 2003 Science Philosophy (PPs 702) Graduate Program / S3 Institut Pertanian Bogor October 2003 Instructors: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Principal) Prof Dr Ir Zahrial Coto

Lebih terperinci

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA Illia Seldon Magfiroh, Ahmad Zainuddin, Rudi Wibowo Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jember Abstrak

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN RENDEMEN DAN HABLUR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 891 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 891 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 891 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan produksi dan mutu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r 20 PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penetapan masa tanam Produktivitas tebu dan gula sangat dipengaruhi oleh bulan tanam yang optimal. Bulan tanam yang optimal adalah bulan Mei sampai Agustus.

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus 1. Teknik Budidaya Tanaman Tebu a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah pada budidaya tanaman tebu dapat dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati BAB V ANALISIS KEBIJAKAN SEKTOR PERTANIAN MENUJU SWASEMBADA GULA I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati ABSTRAK Swasembada Gula Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang batangnya mengandung zat gula sebagai bahan baku industri gula. Akhir-akhir ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting sebagai bahan pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan industri dan rumah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN RENDEMEN DAN HABLUR TANAMAN TEBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

yang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005).

yang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005). 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Juta ton BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan sumber pangan utama yang digunakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Di Indonesia,

Lebih terperinci

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN RESPON PERTUMBUHAN STEK TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP JENIS DAN TAKARAN PUPUK ORGANIK Lendri Yogi, Gusmiatun, Erni Hawayanti Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING KODE JUDUL : X.47 LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BIBIT TEBU UNGGUL UNTUK MENUNJANG PROGRAM SWASEMBADA GULA NASIONAL

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BIBIT TEBU UNGGUL UNTUK MENUNJANG PROGRAM SWASEMBADA GULA NASIONAL KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BIBIT TEBU UNGGUL UNTUK MENUNJANG PROGRAM SWASEMBADA GULA NASIONAL Daru Mulyono Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT Jl. MH Thamrin No.8, Jakarta E-mail: darumulyono@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan penting yang ditanam untuk bahan baku utama gula. Hingga saat ini, gula merupakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, kemudian diolah,

Lebih terperinci

Mempelajari Pertumbuhan dan Produktivitas Tebu (Saccharum Officinarum. L) dengan Masa Tanam Sama pada Tipologi Lahan Berbeda

Mempelajari Pertumbuhan dan Produktivitas Tebu (Saccharum Officinarum. L) dengan Masa Tanam Sama pada Tipologi Lahan Berbeda Mempelajari Pertumbuhan dan Produktivitas Tebu (Saccharum Officinarum. L) dengan Masa Tanam Sama pada Tipologi Lahan Berbeda Study Growth and Productivity of Sugar Cane (Saccharum officinarum L.) With

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peralatan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Permasalahan umum yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. peralatan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Permasalahan umum yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan agroindustri yaitu merupakan kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan untuk

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pabrik gula merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia karena pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, kebutuhan industri lainnya, dan penyedia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi menjadi produsen gula dunia karena didukung agrokosistem, luas lahan serta tenaga kerja yang memadai. Di samping itu juga prospek pasar

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN . GAMBARAN UMUM DAERAH PENELTAN 1. Sejarah Perkebunan Rajamandala Perkebunan Rajamandala merupakan salah satu kebun dalam ruang lingkup Perseroan Terbatas Perkebunan X (PTP X). Sebelum menjadi bagian dari

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembukaan atau persiapan lahan Pembukaan atau persiapan lahan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh tanaman tebu sehingga kondisi fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal tebu yang tidak kurang dari 400.000 ha, industri gula nasional pada saat ini merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci