HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI (Kebun Bibit Induk), hingga KBD (Kebun Bibit Datar). Pengelolaan kebun bibit berjenjang tersebut di bawah bagian TS (Tebu Sendiri) yang dikelola oleh Sinder kebun bibit (Sinder TS). Pengelolaan KBP, KBN, dan KBI hanya dilakukan oleh bagian TS. Perusahaan memberikan kebijakkan kepada bagian TS untuk dapat bekerjasama dengan petani tebu rakyat dalam pengusahaan KBD. Pengusahaan KBD di PG. Krebet Baru terbagi menjadi dua pengelolaan, yaitu pengelolaan KBD TS (Tebu Sendiri) dan pengelolaan KBD jasa. Pola pengelolaan KBD oleh TS (Tebu Sendiri) adalah KBD yang pengelolaannya secara keseluruhan dilakukan oleh bagian TS di perusahaan. Kegiatan mulai pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, hingga panen bibit dikerjakan oleh perusahaan. Seluruh biaya pengelolaan KBD dan hasil pembelian bibit adalah tanggung jawab perusahaan (Bagian Tebu Sendiri). Dalam proses budidaya tebu di KBD TS dikerjakan oleh mandor lepas yang memiliki buruh tani harian. Lahan yang digunakan adalah lahan milik perusahaan (HGU) dan dari sewa lahan. KBD jasa adalah KBD yang pengelolaannya dilakukan oleh petani yang bertindak sebagai mitra perusahaan. Kegiatan mulai pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, hingga panen bibit dikerjakan oleh petani dan dikontrol oleh perusahaan. Perusahaan memberikan pinjaman kepada petani KBD jasa dengan bunga pengembalian 7% untuk pelaksanaan budidaya KBD mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, hingga tebang bibit. Hasil penjualan bibit KBD jasa akan diberikan petani mitra setelah dikurangi pembayaran pinjaman dan bunga 7%. Lahan yang digunakan untuk KBD jasa adalah lahan milik petani. Pada masa tanam 2008/2009 PG. Krebet Baru memiliki KBD Jasa seluas 29.5 ha (Tabel 10).

2 54 Tabel 10. Data Petani KBD Jasa PG. Krebet Baru Masa Tanam 2008/2009 No Petani Kebun Kecamatan Luas (ha) Tanam Varietas 1 H. Tiin Waspawi Randugading Tajinan 15 10A PS 864 Randugading Tajinan 4 12A PS 862 Randugading Tajinan 0,5 9A SS 57 Randugading Tajinan 0,5 12B PSBM Jumlah 20 2 H. Doto Abd. Dadapan Wajak 5 10 B PS 864 Dadapan Wajak 2,5 12A PS 862 Jumlah 7,5 3 H. Zaenudin Tajinan Tajinan 2 4B PS 862 Total 29,5 Sumber : Kantor TS PG, Krebet Baru, 2009 Perusahaan memberikan syarat bahwa jarak lahan KBD jasa dengan pabrik tidak lebih dari 15 km. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pelayanan penimbangan bibit setelah ditebang. Truk yang akan melakukan pengambilan bibit harus melakukan penimbangan netto sebelum pengambilan bibit dan melakukan penimbangan kembali setelah truk terisi bibit. Secara umum KBD TS dan KBD Jasa memiliki fungsi yang sama, yaitu memenuhi kebutuhan bibit petani yang bermutu Fungsi KBD jasa adalah 1. Mendukung penyediaan bibit dari KBD ketika pencapaian target pemenuhan KBD TS tidak tercapai 2. Memberikan pengajaran kepada petani maju untuk penyediaan bibit 3. Sekaligus untuk pengembangan dan penyebaran bibit baru. Perusahaan memprioritaskan KBD TS terlebih dahulu ditebang untuk pemenuhan pembeliaan bibit dibandingkan KBD jasa. Apabila tanaman tebu pada KBD jasa telah melewati umur tebang bibit dan belum dipanen maka tanaman akan tetap dipelihara hingga nantinya akan dijadikan tebu giling (overbooking).

3 Penyebaran Kebun Bibit Datar Kebun Bibit Datar (KBD) adalah kebun bibit tahap akhir dalam proses kebun bibit berjenjang. Hasil tanaman dari budidaya di KBD dipengusahaan KBD di PG Krebet Baru di bawah tanggung jawab SKW kebun Bibit. SKW Kebun Bibit membawahi beberapa PLPG (Petugas Lapang Pabrik Gula) yang setiap tahunnya mengelola kebun bibit berjenjang dan sekaligus mencari tambahan sewa lahan untuk perluasan kebun bibit berjenjang, terutama untuk perluasan KBD. Perusahaan berusaha melakukan penyebaran lahan KBD di tiap Rayonnya. Namun perluasan KBD yang dilakukan tetap memperhatikan syarat lahan untuk kebun bibit dan lahan memiliki jarak kurang dari 15 km ke pabrik. Menurut Setyamidjaja dan Azharni (1992) bahwa letak KBD hendaknya berada disekitar areal yang akan ditanami atau disebar di daerah-daerah kerja perusahaan perkebunan gula. Syarat lahan yang dapat digunakan untuk kebun bibit berjenjang adalah lahan yang terbebas dari infeksi penyakit luka api, keberadaan penyakit blendok, pohkabung dan mosaic < 5%, penyakit lain < 5%, lokasi kebun mudah terjangkau kendaraan pengangkut bibit, ketersediaan air terjamin dengan drainase tanah baik, dan lahan yang akan dijadikan kebun bibit terbebas dari tunas-tunas tebu dari tanaman yang lama (Disbunjatim, 2008). Syarat mengenai jarak KBD kurang dari 15 km dimaksudkan agar kendaraan pengangkut bibit tidak terlalu jauh melakukan penimbangan bibit. Namun pihak PG Krebet Baru akan menyetujui perluasan lahan KBD yang berjarak lebih dari 15 km apabila di sekitar wilayah tersebut terdapat timbangan besar dan penyerapan bibit oleh petani cukup tinggi. Penyebaran KBD di PG. Krebet Baru pada masa tanam 2008/ 2009 telah tersebar di Rayon Utara, Tengah, dan Timur (Gambar 12). Total luas lahan KBD yang diusahakan adalah ha (Tabel 11). Penyebaran KBD belum mencapai Rayon Selatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu wilayahnya cukup jauh dari pabrik (tempat timbangan besar), hanya terdapat lahan tegal untuk pertanaman tebu, ketersediaan air kurang terjamin (hanya mengandalkan turunnya hujan).

4 56 Tabel 11. Penyebaran KBD PG. Krebet Baru Masa Tanam 2008/2009 No Rayon Kecamatan Luas (Ha) 1. Utara Tajinan 45,03 Poncokusumo 7,43 Bululawang 4,24 Wagir 1,485 Kedungkandang 3,96 Pakis 4,41 Jumlah 66, Timur Wajak 51,06 Turen 2,2 Jumlah 53,26 Tengah Pagelaran 8, Gondanglegi 26,569 Jumlah 34,944 Total 154,759 Sumber : Data Kantor TS (Tebu Sendiri), 2009 Penyebaran KBD di PG. Krebet Baru dirasa belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari penyebarannya yang belum dapat merata diseluruh wilayah kerjanya. Hal ini terjadi karena penyerapan bibit oleh petani PG. Krebet Baru yang masih rendah. Sebagian bibit KBD telah melewati umur tebang bibit karena tidak habis terjual ke petani. Masih banyak bibit di KBD yang terus dipelihara hingga nantinya dijadikan tebu giling atau overbooking (Tabel 12). Tabel 12. Rencana bibit KBD Overbooking Masa Tanam 2008/2009 No Varietas Luas (Ha) 1 Kidang kencana 11,925 2 MK 98 2,630 3 PS ,680 4 PS ,070 5 BL 4,905 Jumlah 65,210 Sumber : Data Kantor TS, 2009 Pihak pabrik sedang mengembangkan bibit varietas masak awal tengah untuk melaksanakan program penataan varietas dan untuk memenuhi kebutuhan periode tebang awal giling. Petani wilayah Malang sebagian besar menanam

5 57 varietas BR 194 (varietas masak tengah-lambat). Sekitar 83% luas lahan tebu milik petani yang menyalurkan tebunya ke PG. Krebet Baru ditanami ditanami varietas BR 194. Hal tersebut mengakibatkan penyerapan bibit oleh petani dari KBD pabrik masih sangat kecil. Gambar 12. Penyebaran KBD di PG. Krebet Baru Keterangan : = daerah yang tidak terdapat KBD = daerah yang terdapat KBD = lokasi KBD yang dijadikan sampel Tingginya jumlah KBD overbooking harus disiasati dengan perencanaan kebun bibit berjenjang tiap tahunnya. Perencanaan kebun bibit berjenjang dapat diperkirakan melalui data luasan tanaman PC (Plant Crop) yang diusahakan di KTG tiap tahun.

6 58 Tabel 13. Kategori Tanaman PG. Krebet Baru Musim Tanam PC T PC S Jumlah PC Kategori Tanaman RC T RC S Jumlah RC Total -----ha / ,6 522,1 826,7 8187,2 3313, , ,2 2004/ ,9 654,5 1412, ,5 3356, , ,1 2005/ ,0 513,0 1167,0 9810,0 4027, , ,0 2006/ ,0 291,0 840, ,0 2480, , ,0 2007/ ,0 846,0 1239, ,0 5353, , ,0 Perkiraan 2008/ ,0 500,0 1350, ,0 5500, , ,0 Rata-rata 1139, ,4 Sumber : Bagian Tanaman, PG. Krebet Baru, 2009 Keterangan : PC T = Plant Crop Tegal PC S = Plant Crop Sawah RC T = Ratoon Cane Tegal RC S = Ratoon Cane Sawah Perencanaan kebun bibit berjenjang dapat dilihat dari besarnya nilai FHB nyata suatu kebun bibit. Nilai FHB nyata rata-rata KBD di PG. Krebet Baru besarnya 9, yang artinya 1 ha KBD mampu mencukupi kebutuhan bibit di KTG seluas 9 ha. Dari luasan rata-rata kategori tanaman PC yang diusahakan di KTG tiap tahun sebesar ha (Tabel 13) maka luas KBD yang diusahakan diperkirakan seluas ha (Gambar 13). Nilai tersebut dihitung dengan cara membagi besarnya rata-rata PC yang diusahakan di KTG tiap tahun dengan besarnya nilai FHB nyata suatu KBD. KBP (1.01 ha) KBN (5.06 ha) KBI (25.32 ha) KBD (126.6 ha) KTG ( ha) Gambar 13. Alur Perencanaan Kebun Bibit Berjenjang

7 Nilai kebun bibit Tujuan akhir dalam penyelenggaraan kebun pembibitan adalah menyediakan bibit sebagai bahan tanam bagi penanaman tebu giling yang baik dalam hal kuantitas (mampu memenuhi kebutuhan bibit) dan kualitas (murni varietasnya, sehat, dan memiliki daya berkecambah yang besar) (Sutjahja, 1993). Tingkat kebaikan kebun bibit dapat dinilai dari kuantitas dan kualitas bibit yang dihasilkan (Sudiatso, 1980). Jumlah bibit yang dapat dihasilkan oleh suatu kebun bibit ditentukan oleh jumlah batang pada tiap juring dan jumlah mata pada tiap batang. Nilai kebun bibit dapat diketahui dengan acara menghitung faktor hasil bibit teori (FHB teori) dan faktor hasil bibit nyata (FHB nyata). Sudiatso (1980) menyatakan bahwa beberapa FHB nyata dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu iklim, kesuburan tanah, pengairan, hama-penyakit, kemurnian bibit, jenis tebu, jarak tanam (populasi tanaman di KBD), cara pemeliharaan, cara pengambilan bibit dari KBD, dan pengangkutan. Pengamatan Lapang Pengamatan FHB teori dan FHB nyata dilakukan pada KBD yang ditanami varietas Kidang Kencana dan PS 862. Masing-masing varietas diamati pada KBD yang berbeda. Varietas KK yang diamati berasal dari KBD Karangsuko sedangkan varietas PS 862 yang diamati berasal dari KBD Emplasmen Gondanglegi. Pengamatan tiap panen bibit di KBD dan penyaluran bibit ke KTG dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil Pengamatan Tabel 14. Faktor Hasil Bibit Varietas KK KK Pengamatan Jumlah mata/ha (KBD) Kebutuhan mata/ha (KTG) FHB Teori Luas KBD Luas KTG FHB Nyata Sistem Tanam , ,69 8, , ,41 Double planting (4-5 mata) , ,00 9,90 424, ,56 Double planting (2-3 mata) , ,00 9,68 471, ,51 Double planting (2-3 mata) Rata-rata , ,23 9,34 8,16

8 60 Varietas KK memiliki rata-rata FHB teori sebesar 9.34 dan rata-rata FHB nyata sebesar 8.16 (Tabel 14). Nilai FHB nyata tersebut menunjukan perbandingan bahwa dalam 1 ha KBD Karangsuko yang ditanami varietas KK mampu mencukupi kebutuhan bibit KK untuk penanaman di KTG seluas 8.16 ha. Varietas PS 862 memiliki rata-rata FHB teori sebesar 9.57 dan rata-rata FHB nyata sebesar 8.86 (Tabel 15). Nilai FHB nyata tersebut menunjukan perbandingan bahwa dalam 1 ha KBD Emplasmen Gondanglegi yang ditanami varietas PS 862 mampu mencukupi kebutuhan bibit PS 862 untuk penanaman di KTG seluas 8.86 ha. Tabel 15. Faktor Hasil Bibit Varietas PS 862 Pengamatan Jumlah mata/ha (KBD) Kebutuhan mata/ha (KTG) PS 862 FHB Teori Luas KBD Luas KTG FHB Nyata Sistem Tanam , ,00 10,19 546, ,48 Single overlapping (2-3 mata) , ,00 10,40 924, ,79 Single overlapping (2-3 mata) , ,00 8,12 252, ,30 Double planting (4-5 mata) Rata-rata , ,33 9,57 8,86 Varietas Kidang Kencana dan PS 862 dari dua KBD yang berbeda memiliki nilai FHB nyata yang tidak berbeda nyata dengan nilai FHB teori (Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa bibit dari KBD tersalur dengan baik ke KTG tujuan dan hanya sedikit bibit yang tidak tersalur. Kegiatan pemanenan bibit di kedua KBD tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai FHB. Tabel 16. Uji-t Faktor Hasil Bibit Varietas KK dan PS 862 Varietas FHB Teori FHB Nyata Uji t KK 9,34 8,16 tn PS 862 9,57 8,86 tn Uji t tn tn Keterangan : * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5% Nilai FHB teori dari KBD Karangsuko (varietas KK) tidak berbeda nyata dengan nilai FHB teori dari KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862) (Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa varietas KK dan PS 862 memiliki kemampuan menghasilkan jumlah bibit dan jumlah mata tunas yang tidak berbeda

9 61 nyata. Perbedaan antara varietas KK dan PS 862 dari KBD yang berbeda, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap faktor hasil bibit teori (FHB teori). Nilai FHB nyata dari KBD Karangsuko (varietas KK) tidak berbeda nyata dengan nilai FHB teori dari KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862) (Tabel 16). Hal ini menujukkan perbedaan wilayah KBD dan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai masing-masing FHB nyata. Kedua KBD memiliki kemampuan pemenuhan luasan KTG yang tidak berbeda nyata. Tabel 17. Persentase FHB Nyata terhadap FHB Teori Varietas FHB Teori FHB Nyata Penurunan % Uji t KK 9,34 8, PS 862 9,57 8, Keterangan : * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5% * Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya penurunan nilai FHB nyata terhadap nilai FHB teori pada kedua KBD yang diamati. Faktor pertama adalah petani tidak menanamkan semua bibit saat awal penanaman. Petani menyisakan bibit untuk dijadikan bahan sulam. Bahan sulam ditanam menjadi bibit dederan, bibit sumpingan atau bibit tidak ditanam dan dibiarkan berada disamping lahan sambil menunggu waktu sulam. Bibit dederan adalah bibit yang digunakan untuk kebutuhan penyulaman dengan menanamnya di atas guludan. Bibit sumpingan adalah bibit yang digunakan untuk kepentingan penyulaman dengan menanamnya di tiap-tiap ujung-ujung juringan. Faktor kedua adalah terdapat mata tunas rusak sehingga tidak digunakan untuk dijadikan bibit. Mata tunas dapat rusak pada saat proses penebangan dan pengangkutan karena saling tergesek dan tertindih satu sama lain. Faktor ketiga adalah buruh tani menanam bibit tidak sesuai dengan jumlah mata yang ditetapkan oleh mandor. Penanaman yang seharusnya menggunakan bibit dengan 2-3 mata tunas/bibit karena kurang teliti saat pemotongan sehingga beberapa bibit memiliki 4-5 mata tunas/bibit. Faktor tersebut menyebabkan penggunaan mata bibit lebih boros sehingga nilai FHB nyata lebih kecil dibandingkan nilai FHB teori.

10 62 Faktor keempat adalah mata tunas yang berada pada batang bagian bawah yang telah tua. Pada varietas Kidang Kencana jumlah mata tunas yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan varietas PS 862. Hal tersebut dikarenakan varietas Kidang Kencana dipanen bibit pada umur 8 hingga 9.5 BST, sedangkan varietas PS 862 dipanen pada umur 6 hingga 7 BST. Salah satu standar bibit tebu yang baik adalah dipanen pada saat berumur 6-8 BST (Disbunjatim, 2008). Umur bibit yang terlalu tua menyebabkan banyaknya mata tunas yang dihasilkan namun tidak sebanding kebutuhan mata tunas di KTG yang dapat dipenuhi. Pada saat penanaman bibit bagal yang berasal dari batang bagian bawah yang telah tua dirangkap dengan bibit lain, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan penyulaman apabila pertumbuhan bibit tua terganggu. Bibit bagal dari batang bagian bawah yang telah tua banyak terlihat pada varietas Kidang Kencana dari KBD Karangsuko. Faktor kelima adalah terdapat pertumbuhan panjang ruas antar mata tunas yang tidak normal. Ruas tumbuh pendek sehingga mata tunas tumbuh saling berdekatan. Bibit normal dengan jumlah mata 2-3 mata tunas/bibit memiliki panjang ± cm. Pada bibit sepanjang ± cm yang berasal dari batang yang pertumbuhan ruasnya tidak normal memiliki jumlah mata tunas ± 6-10 mata tunas/bibit. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan mata tunas/bibit di KTG meningkat dan menurunkan nilai FHB nyata. Pertumbuhan ruas yang tidak normal terjadi akibat suplai air yang kurang pada saat fase pemanjangan batang. Fase pertumbuhan ruas tebu terjadi pada periode umur tanaman 3-9 bulan ini dikatakan sebagai stadia perpanjangan batang (Disbunjatim, 2008). Terdapat dua unsur dalam pertumbuhan pemanjangan batang, yaitu diferensiasi ruas dan perpanjangan ruas-ruas tebu. Diferensiasi dan perpanjangan ruas tebu dipengaruhi beberapa faktor lingkungan yaitu sinar matahari, air, kelembaban tanah, aerasi, hara N. Pertumbuhan ruas yang tidak normal banyak terjadi pada varietas Kidang Kencana. KBD Karangsuko (varietas Kidang Kencana) merupakan lahan yang mampu diairi, namun anggaran dari perusahaan untuk pengairan hanya dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pada saat awal tanam dan umur 21 HST (Hari Setelah Tanam) setelah itu lahan mendapat pengairan dari air hujan. Penanaman

11 63 varietas Kidang Kencana dilaksanakan pada bulan Juli. Pada saat tebu berumur 3-4 BST (Oktober-November) mengalami kekurangan air yang disuplai dari air hujan. Curah hujan pada bulan Oktober - November yang rendah menyebabkan pemanjangan ruas terganggu. KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862) merupakan lahan kering yang pengairannya berasal dari air hujan. Penanaman dilaksanakan pada saat musim hujan. Pada saat dimulai fase pemanjangan batang, yaitu saat tebu berumur 3-4 BST (Desember-Januari) ketersediaan air tercukupi. Varietas PS 862 di KBD Emplasmen Gondanglegi mengalami fase pemanjangan batang yang normal. Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa varietas Kidang Kencana dan PS 862 memiliki kemampuan menghasilkan jumlah batang dan jumlah mata tunas yang tidak berbeda nyata sedangkan pada Tabel 17 menunjukkan bahwa varietas Kidang Kencana dan PS 862 memiliki persentase penurunan FHB nyata terhadap FHB teori yang berbeda nyata. Faktor keempat dan kelima adalah faktor yang menyebabkan persentase penurunan FHB nyata terhadap FHB teori varietas Kidang Kencana dan PS 862 berbeda nyata. Persentase penurunan FHB nyata terhadap FHB teori varietas Kidang Kencana yang lebih besar dibandingkan PS 862 menunjukkan bahwa lebih banyak mata tunas yang tidak tersalurkan dari KBD Karangsuko (varietas KK) dibandingkan dari KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862) Teknis budidaya tebu di KBD dan KTG Pengelolaan budidaya kebun bibit berbeda dengan budidaya tebu giling. Beberapa hal yang membedakan budidaya tebu untuk bibit dan tebu untuk giling di PG. Krebet Baru adalah 1. Kebutuhan jenis pupuk dan dosis yang diberikan Pada budidaya pembibitan tebu di PG. Krebet Baru jenis pupuk yang diberikan adalah hanya pupuk ZA. Pemberian pupuk ZA tersebut dilakukan sebanyak 2 kali. Pupuk I diberikan pada saat tanaman berumur 1 BST dengan dosis 4 ku/ ha. Pupuk II diberikan pada saat tanaman berumur BST dengan dosis 4 ku/ha.

12 64 Pada budidaya tebu untuk giling pupuk yang diberikan adalah Ponska dan ZA. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemupukan dilakukan sebanyak dua kali. Pupuk I diberikan pada saat tanaman berumur 1 BST yang berupa pupuk Ponska 4 ku/ha dan ZA sebanyak 4 ku/ha. Pupuk I dilakukan dengan cara mencampur kedua pupuk tersebut kemudian menaburnya ke dalam juringan yang kemudian ditutup tanah (tambah tanah I). Pupuk II dilaksanakan pada saat tanaman berumur 2 BST yang berupa pupuk ZA sebanyak 4 ku/ha. 2. Perlakuan klentek Klentek adalah kegiatan membersihkan dan menghilangkan daun kering tebu yang masih menempel di batang dengan cara mengelupasnya. Kegiatan klentek tidak dilakukan pada budidaya tebu di kebun bibit. Hal ini bertujuan untuk melindungi mata tunas agar tidak rusak. Tanaman tebu calon bibit harus memiliki mata tunas yang sehat, tanpa luka dan tetap segar agar dapat berkecambah dan tumbuh dengan baik saat dijadikan bibit. Berbeda dengan budidaya tebu di KTG, kegiatan klentek sangat perlu dilakukan karena memiliki berbagai manfaat. Manfaat kegiatan klentek pada budidaya tebu di KTG adalah memperbaiki sirkulasi udara dalam kebun, mengurangi kelembaban, menghindari robohnya tebu, mencegah meningkatnya hama dan penyakit, menghindarkan terjadinya bahaya kebakaran kebun, dan untuk mempermudah kegiatan penebangan. 3. Lama periode budidaya Budidaya tebu di kebun bibit memiliki lama periode yang lebih singkat dibandingkan dengan lama periode tanam untuk tebu di KTG. Untuk budidaya tebu di kebun bibit hanya dilakukan selama 6-8 bulan. Disbun Jatim (2008) menyatakan bahwa salah satu standar bibit yang baik adalah bibit memiliki umur 6-8 bulan. Untuk tanaman tebu yang ditanam di KTG lama periode pemeliharaannya hingga berumur BST untuk dapat ditebang. Karena pada umur tersebut tebu telah masak dan layak tebang untuk digiling. 4. Kemurnian Varietas Menjaga kemurnian varietas hingga 95% adalah salah satu syarat KBD yang baik (Pengawas Benih Tanaman, 2008). Apabila didapatkan KBD yang kemurnian varietasnya kurang dari 95% maka harus dilakukan seleksi varietas

13 65 sebelum KBD tersebut ditebang untuk dijadikan bibit. Seleksi dilakukan dengan cara menyisir lahan dan mencabut tebu yang tidak sesuai varietasnya hingga akar (membongkar rumpun). Pekerjaan tersebut harus dilakukan oleh orang yang telah mengenal ciri-ciri tiap varietas tebu dengan baik. Budidaya di KTG tidak terlalu memperhatikan kemurnian varietas tebu yang ditanam. Apabila terdapat tebu yang tidak sesuai varietasnya lebih dari 95% maka tidak akan dilakukan tindakan apapun.

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009 Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009 PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR (DENGAN ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR DENGAN ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT DATAR OLEH BAGUS MAHENDRA A24051108 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru LAMPIRAN 70 Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru No. Tanggal Jenis Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja Mahasiswa Pekerja 1 12 Februari 2009 Orientasi dan pengurusan administrasi kantor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas Monokotiledon, ordo Glumaccae, famili Graminae, genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain

Lebih terperinci

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m 43 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengolahan tanah Proses awal dalam budidaya tebu adalah pengolahan tanah. Kegiatan ini sangat penting karena tercapainya produksi yang tinggi salah satu faktornya adalah

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah PG. Krebet Baru Pabrik Gula Krebet Baru didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda yang kemudian pada tahun 1906 dibeli oleh Oei Tiong Ham Concern. PG. Krebet

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA Oleh : Afanti Septia, SP (PBT Ahli Pertama) Eko Purdyaningsih, SP (PBT Ahli Muda) PENDAHULUAN Dalam mencapai target swasembada gula, pemerintah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Karakter Bibit Kualitas Bibit Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Varietas Bibit PSJT 94-33 atau PS 941 Asal Bibit Kebun Tebu Giling

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA Institut Pertanian Bogor, 2009

MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA Institut Pertanian Bogor, 2009 MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR;

Lebih terperinci

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Gempol, PG Sindang Laut, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kebun berupa lahan sawah beririgasi dengan jenis tanah vertisol. Lahan percobaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 5.1. Aspek Teknis 5.1.1. Pengolahan tanah secara mekanis Setiap awal tehnik budidaya tanaman memerlukan kegiatan pengolahan tanah. Pengolahan tanah di PG. Krebet Baru dilakukan

Lebih terperinci

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT Pelaksanaan pembukaan kebun tebu tebangan memerlukan kultur teknis yang baik, pedoman dibawah ini hendaknya digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan dalam famili gramineae. Seperti halnya padi dan termasuk kategori tanaman semusim, tanaman tebu tumbuh

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, Kendal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Februari sampai 14 Juni 2011. Kegiatan pengamatan aspek khusus

Lebih terperinci

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN LATAR BELAKANG Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan penentu keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Pengadaan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM PG. KREBET BARU

IV. KEADAAN UMUM PG. KREBET BARU IV. KEADAAN UMUM PG. KREBET BARU 4.1. Sejarah Umum Perusahaan PG. Krebet Baru Malang didirikan pada tahun 1906 oleh Pemerintah Hindia Belanda yang kemudian dimiliki oleh Oei Tiong Ham Concern (OTHC). Pada

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN RENDEMEN DAN HABLUR

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN OLEH ANGGA NARUPUTRO

Lebih terperinci

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan Standar Nasional Indonesia Benih tebu ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Persyaratan mutu bibit... 3 4

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus 1. Teknik Budidaya Tanaman Tebu a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah pada budidaya tanaman tebu dapat dilakukan

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil 8 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta pada 13 Februari 2012 hingga 14 Mei 2012. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring 15 KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring Pabrik gula Cepiring didirikan tahun 1835 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming sebagai suatu perseroan di atas tanah seluas 1 298

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r 20 PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penetapan masa tanam Produktivitas tebu dan gula sangat dipengaruhi oleh bulan tanam yang optimal. Bulan tanam yang optimal adalah bulan Mei sampai Agustus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V. PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG

BAB V. PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG BAB V. PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG 5.1. Aspek Teknis 5.1.1. Pembukaan dan Persiapan Lahan Pembukaan dan persiapan lahan yang dilaksanakan di wilayah kerja PG Krebet Baru mencakup kegiatan-kegiatan sebagai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis 55 PEMBAHASAN Aspek Teknis Pelaksanaan aspek teknis budidaya kebun milik PG Cepiring secara umum dilakukan sesuai dengan prosedur perusahaan. Pelaksanaan teknis budidaya di lapang akan selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani Kemitraan dapat dikatakan hubungan suatu teman kerja, pasangan kerja ataupun teman usaha. Kemitraan dalam hal ini dapat dibentuk oleh pihak

Lebih terperinci

PEMBENIHAN TEBU BUD CHIPS

PEMBENIHAN TEBU BUD CHIPS PEMBENIHAN TEBU BUD CHIPS (Perekeyasa : Edi Purlani - Diwang HP - Heri Istiana dan Subiyakto). Balittas Penggunaan benih unggul tebu dengan Pembenihan bud chips terus digalakkan pada tingkat penangkar

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR ISSN 1410-1939 PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR [THE ASSESMENT OF THE APPLICATION OF STANDARD CULTIVATION TECHNIQUE OF SUGARCANE

Lebih terperinci

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS. EVALUASI KEBIJAKAN BONGKAR RATOON DAN KERAGAAN PABRIK GULA DI JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tebu untuk keperluan industri gula dibudidayakan melalui tanaman pertama atau plant cane crop (PC) dan tanaman keprasan atau ratoon crop (R). Tanaman keprasan merupakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DARI BIBIT YANG BERASAL DARI KEBUN BIBIT DATAR DENGAN KEBUN TEBU GILING

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DARI BIBIT YANG BERASAL DARI KEBUN BIBIT DATAR DENGAN KEBUN TEBU GILING PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DARI BIBIT YANG BERASAL DARI KEBUN BIBIT DATAR DENGAN KEBUN TEBU GILING HUSNUL INSAN A240502680 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BUDIDAYA TANAMAN TEBU Sumber: www.agrindonesia.wordpress.com BUDIDAYA TANAMAN TEBU 1. PEMBUKAAN KEBUN Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik. Ukuran got standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis

BAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan menjadi suatu gambaran atau kondisi keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dari pengukuran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Umum PG. Subang PT. PG. Rajawali II Unit PG. Subang terletak di blok Cidangdeur, Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dengan posisi

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L) merupakan tanaman tropis berasal dari Asia ataupun Papua yang pengembangannya hingga daerah sub tropis sampai batas 19 º LU dan 35 º LS (Bakker

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198) Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kidang Kencana Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 334/Kpts/SR.120/3/2008 Tanggal : 28 Maret 2008 Tentang Pelepasan Tebu Varietas PA 198 DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BUDIDAYA TANAMAN TEBU BUDIDAYA TANAMAN TEBU PENDAHULUAN Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman tebu untuk mengatasi rendahnya produksi gula di Indonesia. Usaha pemerintah sangatlah wajar dan tidak berlebihan mengingat

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TEBU DI KABUPATEN OGAN ILIR MELALUI SISTEM TANAM JURING GANDA

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TEBU DI KABUPATEN OGAN ILIR MELALUI SISTEM TANAM JURING GANDA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TEBU DI KABUPATEN OGAN ILIR MELALUI SISTEM TANAM JURING GANDA INCREASING SUGARCANE FARMER S INCOME IN OGAN ILIR REGENCY THROUGH DOUBLE ROW PLANT SYSTEM Joni Karman Balai Pengkajian

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu Menurut Alexander (1973) dan James (2004) taksonomi tanaman tebu tergolong dalam kerajaan plantae, divisi magnoliophyta, kelas monocotyledoneae, ordo glumaceae, famili graminae,

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kutu Perisai (Aulacaspis tegalensis) 2.1.1 Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Zehntner termasuk dalam Ordo Hemiptera,

Lebih terperinci

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO Oleh : Sugeng Prayogo BP3K Srengat Penanaman merupakan proses pemindahan benih kedalam tanah dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk memperoleh

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 9 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda di sekitar DIY terdapat 17 pabrik gula antara lain PG Padokan, PG Ganjuran, PG Gesikan, PG Kedaton, PG Cebongan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki luas wilayah yang

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa. di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa. di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Tebu Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Oleh : Adi Prasongko (Dir Utama) Disampaikan : Slamet Poerwadi (Dir Produksi) Bogor, 28 Oktober 2013 1 ROAD

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum) telah dikenal sejak beberapa abad yang lalu oleh bangsa Persia, Cina, India dan kemudian menyusul bangsa Eropa. Penanaman tebu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Lokasi Penelitian Tebu transgenik IPB 1 dan isogenik PS 851 ditanam di Kebun Percobaan PG Djatirorto PTPN XI, Jawa Timur. Secara administrasi, lokasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) seperti terlihat pada Gambar 1. merupakan family graminae yang dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah dan iklim. Menurut Notojoewono

Lebih terperinci

Mengenal Budidaya Tebu dan Pabrik Gula di Lampung

Mengenal Budidaya Tebu dan Pabrik Gula di Lampung Mengenal Budidaya Tebu dan Pabrik Gula di Lampung Biodata Nama : Ir. H. M. Afif Manaf Pendidikan : Jurusan Sosek FP Universitas Brawijaya, Malang Riwayat Pekerjaan : -PT. GMP, PT. PSMI, dan PT BMM Pengalaman

Lebih terperinci

DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN

DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN i PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN OLEH AHMAD HANIF FADIL A24080183

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT i ii iii iv vi vii ix x xi xii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3 Oktami: Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit... Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3 (Bud Number Growth Comparison from

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah 71 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Utara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 891 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 891 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 891 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan produksi dan mutu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci