REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN
|
|
- Ida Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan yang lebih besar dari pada peningkatan produksi gula nasional sehingga terjadi defisit gula di Indonesia. Defisit gula nasional sudah terjadi sejak tahun 1967 dan terus mengalami peningkatan sehingga kebutuhan gula nasional terpaksa harus dipenuhi melalui impor gula. Pada tahun 2011 luas areal kebun tebu mencapai ha dan produksi hablur 2,39 juta ton. Kebutuhan gula pada tahun 2014 diperkirakan sekitar 5,7 juta ton. Kebutuhan ini akan terpenuhi bila areal pertanaman tebu diperluas hingga 1 juta ha. Selain perluasan areal, pencapaian target swasembada gula ditempuh dengan cara meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula (Haryono, 2011). Selama kurun waktu , produktivitas tebu berkisar antara 67,1 81,8 ton/ha, sedangkan rendemen antara 6,47 8,20% (Ditjenbun, 2011). Apabila produktivitas dapat ditingkatkan menjadi 87,5 ton/ha dan rendemen ditingkatkan menjadi 8,5% maka perluasan areal untuk pencapaian target swasembada gula dapat dikurangi (Haryono, 2011). Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007). Menurut Ditjenbun (2011), luas total areal tebu mencapai ha, tersebar di Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Dari luas areal tersebut terbanyak di Jawa Timur yaitu mencapai ha (54%). Masa tanam optimal tebu ada dua pola, yaitu pola pertama pada awal musim kemarau sekitar Mei Agustus, sedangkan pola kedua pada awal musim hujan September November (Ditjenbun, 2011). Masalah klasik yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu yang ditanam petani di lahan tegalan dan sawah masing-masing sebesar 75 dan 95 ton/ha dengan rendemen gula berkisar antara 7,3 7,5%. Produktivitas dan 1
2 rendemen ini masih dibawah potensinya yaitu 90 ton/ha untuk tebu yang ditanam di lahan tegalan, sedangkan tebu yang ditanam di lahan sawah mencapai 100 ton/ha dengan rendemen gula bisa diatas 10% (Indrawanto, 2010). Usaha untuk meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula antara lain dengan menggunakan varietas unggul serta menerapkan teknik budidaya yang benar. Salah satu kegiatan penerapan teknik budidaya yang dapat meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula adalah roges atau klentek, yaitu kegiatan memisahkan pelepah daun tebu yang telah kering (daduk) dengan tujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan kebun, memaksimalkan sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan meningkatkan kualitas tebangan. Daun yang diroges adalah daun kering yang kelopak daunnya sudah membuka 50% (Siregar, 2011). Selama musim tebu, roges dilakukan sebaiknya sampai tiga kali yaitu pertama dilakukan sebelum gulud akhir (umur 4 5 bulan) untuk memudahkan pekerja yang akan melakukan pembumbunan akhir. Roges kedua dilakukan pada umur 7 8 bulan. Daun-daun yang dilepaskan adalah daun dari 7 9 ruas diatas guludan sampai batas daun-daun yang hijau. Daun-daun yang masih hijau tidak boleh diklentek karena dapat mengganggu pertumbuhan tebu (Sutardjo, 2009). Roges ketiga dilakukan empat minggu sebelum tebang (Suryadi, 2009; Dirjenbun, 2011). Sampai saat ini, roges pertama dilakukan dengan menggunakan tangan, sedangkan roges kedua dan ketiga menggunakan sabit. Kebutuhan tenaga kerja untuk roges dengan cara ini mencapai 24 HOK atau setara dengan Rp ,- per hektar per sekali roges, sehingga diperlukan biaya sekitar Rp ,- selama musim tanam tebu. Diperlukan alat roges agar dapat menekan kebutuhan tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. 2. Pokok Permasalahan Roges atau pelepasan pelepah daun tebu yang telah kering diperlukan karena sinar matahari dapat masuk ke sela-sela tanaman sehingga proses pembentukan glukosa-sakarosa di dalam batang tebu dapat dioptimalkan. Kegiatan ini dapat meningkatkan produksi tebu dan rendemen gula. Namun permasalahannya adalah belum tersedianya alat roges tebu, sehingga roges dilakukan dengan tangan atau sabit. Cara ini menyebabkan kebutuhan tenaga kerja untuk roges menjadi cukup besar. Diperkirakan selama musim tebu dibutuhkan sekitar 72 HOK atau Rp 2
3 ,- per hektar untuk biaya roges. Dengan diaplikasikannya alat roges tebu diharapkan dapat menghemat waktu, tenaga kerja dan biaya roges dibanding roges dengan alat sabit. 3. Maksud dan Tujuan Kegiatan Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk memperoleh prototipe alat roges tebu yang efektif terbuat dari bahan-bahan lokal dengan teknik pengerjaan sederhana sehingga mudah ditiru dan diperbanyak oleh perajin di sekitar wilayah pengembangan tebu. 4. Metodologi Pelaksanaan Alat roges tebu dirancang agar dapat dioperasionalkan dengan mudah oleh tenaga kerja pria maupun wanita. Material komponennya berasal dari bahan-bahan lokal, tidak terlalu mahal, agar dapat diadopsi dengan mudah. Alat roges ini didesain supaya efektif dan ergonomis dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ringan namun tahan lama. Prinsip kerja alat roges ini adalah mengait dan menarik pelepah daun tebu yang telah kering dengan alat yang mempunyai dua sisi mata sabit yang cukup tajam sehingga seluruh bagian pelepah daun tebu yang diroges lepas dari batangnya.. Waktu pelaksanaan Maret Nopember Pelaksanaan uji kinerja dilakukan sesuai dengan kebutuhan fase meroges yaitu: (1) pada saat menjelang gulud akhir, umur 4 5 bulan, (2) pada saat tebu umur 7 8 bulan dan (3) pada saat 4 minggu sebelum tebang. Berdasarkan panjang tangkai dibuat tiga macam alat roges untuk menyesuaikan dengan ketinggian tanaman tebu. Pengujian dilakukan di lahan tebu milik petani di Jawa Timur. 4.a. Lokus Kegiatan : Kegiatan perekayasaan dilaksanakan di Bengkel Perekayasaan Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Malang, sedangkan uji kinerjanya dilaksanakan di pertanaman tebu di Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur dipilih sebagai tempat dilakukan pengujian karena 54% lahan tebu dfi Indonesia berada di Jawa Timur. 3
4 4.b. Fokus Kegiatan : Pertanian Pangan 4.c. Bentuk Kegiatan : Penelitian/perekayasaan dan pengembangan. BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Mempelajari dan mengevaluasi teknik pelepasan daun tebu kering (roges) menggunakan sabit yang dilakukan petani tebu. Pembuatan desain alat pelepas daun (roges) tebu Pembuatan prototipe alat roges tebu Uji kinerja alat roges Modifikasi (bila diperlukan) dan penyempurnaan a. Perkembangan Kegiatan Pada tahap awal dilakukan pengamatan kegiatan klentek daun tebu dengan alat sabit yang dilakukan oleh tenaga peroges di lahan tebu milik petani di Kab. Malang dan Kab. Situbondo, Jawa Timur. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data atau parameter design yang diperlukan untuk membuat rancangan design prototipe alat roges daun tebu. Data yang diperlukan meliputi: alat yang digunakan untuk meroges, cara menggunakan alat tersebut, varietas tebu, umur tanaman tebu, tinggi tanaman tebu, jarak antar baris atau Pusat ke Pusat (PKP), jumlah ruas, jumlah daun yang diroges, panjang leng atau baris tebu per petak tebu. Berdasarkan data tersebut dibuat rancangan design alat agar target output yang dikehendaki dapat direalisasikan. Rancangan desain alat roges daun tebu yaitu sabit bermata dua dengan tujuan satu kali gerakan dapat meroges semua daun pada batang tebu di kedua sisi kiri dan kanan batang tebu. Dari rancangan desain, dibuat prototipe alat roges tebu. Prototipe dibuat dari bahan besi-baja dengan berat yang hampir sama dengan alat roges sebelumnya, sudut lengkung disesuaikan dengan posisi daun dan bisa efektif menjangkau untuk berbagai ketinggian posisi daun, 4
5 tangkai alat roges dibuat dari kayu dengan panjang bervariasi menyesuaikan dengan ketinggian tanaman tebu. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Jawa Timur yang merupakan propinsi yang memiliki luas lahan tebu terbesar yaitu mencapai 54% dari total luas lahan tebu di Indonesia. b. Kendala-Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Tidak dijumpai kendala pada saat pelaksanaan kegiatan 2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran No. U r a i a n Volume satuan Jumlah (Rp.) Persentase (%) 1. Gaji dan upah 1 keg ,- 61,60 2. Bahan 1 keg ,- 5,85 3. Perjalanan 1 keg ,- 29,80 4. Lain-lain 1 keg ,75 T o t a l B i a y a ,- 100 b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Termin I : 30 % dari anggaran (= Rp ,-) bulan April 2012 Termin II : 50 % dari anggaran (= Rp ,-) bulan Mei/juni 2012 Termin III : 20 % dari anggaran (= Rp ,-) bulan September 2012 Pengelolaan Anggaran Termin I No. U r a i a n Volume satuan Jumlah (Rp.) 1. Gaji dan upah 1 keg ,- 2. Bahan 1 keg - 3. Perjalanan 1 keg ,- 4. Lain-lain 1 keg - T o t a l B i a y a ,- 5
6 Pengelolaan Anggaran Termin II No. U r a i a n Volume satuan Jumlah (Rp.) 1. Gaji dan upah 1 keg ,- 2. Bahan 1 keg ,- 3. Perjalanan 1 keg ,- 4. Lain-lain 1 keg ,- T o t a l B i a y a ,- c. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Hasil penelitian berupa prototipe alat roges tebu dan pengelolaan aset dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat di Malang. d. Kendala Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Tidak ada BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 1. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Pelaksanaan pengukuran parameter desain yang dilakukan di lahan tebu di Kab. Malang dan Kab. Situbondo, Jawa Timur, diperoleh data sebagai berikut: alat roges yang digunakan adalah alat semacam sabit bermata satu yang cukup tajam. Cara penggunaannya adalah dengan mengarahkan mata sabit ke pelepah daun yang hendak diroges, kemudian menariknya dari atas ke bawah sampai semua daun yang hendak diroges lepas dari batang tebu. Kegiatan ini diulang pada sisi sebelahnya, sehingga setiap batang tebu paling sedikit mendapatkan dua kali gerakan meroges roges agar semua target daun pada kedua sisi batang tebu dapat diroges semuanya. Pada saat dilakukan pengukuran parameter desain, umur tanaman tebu sekitar 8 bulan. Jarak antar baris atau Pusat ke Pusat (PKP) 100 cm. Tinggi tanaman 2,0 3,0 m. Jumlah ruas leng/lolos = 10 m. Dalam 1 leng terdapat batang tebu. 1 Ha = 900 leng. Jumlah daun yang diroges = 4 7 lembar daun. Waktu yang diperlukan untuk meroges dengan sabit bermata tunggal sekitar 5,5 6
7 menit/leng/orang. Jika 1 hari = 6 jam kerja meroges, maka dalam 1Ha memerlukan sekitar 14 HOK. Pembuatan design alat roges tebu mengacu pada alat roges sabit bermata satu. Rancangan alat roges yaitu sabit bermata dua dengan tujuan satu kali gerakan dapat meroges semua daun pada batang tebu di kedua sisi kiri dan kanan. Prototipe dibuat berdasarkan design rancangan. Alat roges berbentuk sabit bermata dua dibuat dari bahan besi-baja. Sudut lengkung = 50 o. Panjang alat roges = 38 cm. Tangkai terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi yaitu = 18, 57 dan 93 cm. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil pengujian menunjukkan penggunaan alat roges memerlukan waktu 3,5 menit/leng/orang atau setara dengan 8,75 HOK/Ha. Efisiensi penghematan mencapai 37,5%. Modifikasi dilakukan dengan menambah penahan terbuat dari pipa kecil yang diletakkan diantara dua mata sabit, 2 cm setelah pangkal mata sabit. Tujuan modifikasi adalah untuk meniadakan batang tebu yang terjepit dibagian pangkal alat roges pada saat meroges. a. Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Alat roges tebu dirancang agar dapat dioperasionalkan dengan mudah oleh tenaga kerja pria maupun wanita. Material komponennya berasal dari bahan-bahan lokal, tidak terlalu mahal, agar dapat diadopsi dengan mudah. Alat roges ini didesain supaya efektif dan ergonomis dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ringan namun tahan lama. Prinsip kerja alat roges ini adalah mengait dan menarik pelepah daun tebu yang telah kering dari atas ke bawah dengan alat yang mempunyai dua mata sabit yang cukup tajam sehingga seluruh bagian pelepah daun tebu yang diroges lepas dari batangnya. Waktu pelaksanaan Maret Nopember Pelaksanaan uji kinerja dilakukan sesuai dengan kebutuhan fase meroges yaitu: (1) pada saat menjelang gulud akhir, umur 4 5 bulan, (2) pada saat tebu umur 7 8 bulan dan (3) pada saat 4 minggu sebelum tebang. Berdasarkan panjang tangkai dibuat tiga macam alat roges untuk menyesuaikan dengan ketinggian tanaman tebu. Pengujian dilakukan di lahan tebu milik petani di Jawa Timur. 7
8 b. Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja Diperolehnya prototipe alat roges tebu yang dapat menghemat tenaga kerja hingga 37,5% dibanding alat roges sebelumnya serta diterimanya alat roges tersebut oleh petani-peroges untuk kegiatan meroges di wilayah pengembangan tebu. c. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Litbangyasa Telah dibuat prototipe alat roges daun tebu berdasarkan rancangan design. Alat roges berbentuk sabit bermata dua dibuat dari bahan besi-baja. Sudut lengkung = 50 o. Panjang alat roges = 38 cm. Tangkai terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi yaitu = 18, 57 dan 93 cm. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil pengujian menunjukkan penggunaan alat roges memerlukan tenaga kerja 8,75 HOK/Ha. Efisiensi penghematan mencapai 37,5%. Modifikasi dilakukan dengan menambah penahan terbuat dari pipa kecil yang diletakkan diantara dua mata sabit, 2 cm setelah pangkal mata sabit dengan tujuan untuk meniadakan batang tebu yang terjepit dibagian pangkal alat roges pada saat meroges. 2. Potensi Pengembangan ke Depan Prototipe alat roges daun tebu ini mempunyai potensi untuk dikembangkan dimasa mendatang karena dirasakan manfaat dan keunggulannya oleh petaniperoges. Keunggulan alat roges ini dibanding alat roges sebelumnya yaitu: (1) Mempercepat waktu meroges, (2) cara penggunaannya mirip dengan alat roges sebelumnya yang biasa digunakan oleh peroges, (3) harga relatif tidak jauh bebeda dengan alat sebelumnya, (3) terbuat dari bahan lokal yang mudah didapat di wilayah pengembangan tebu, (4) pembuatannya mudah. Untuk mengembangkan alat roges ini diperlukan sistem yang efektif yaitu diawali dengan kegiatan sosialisasi alat roges di petani tebu, Pabrik Gula serta instansi terkait dengan perkebunan khususnya komoditas tebu. 8
9 a. Kerangka Pengembangan ke Depan Hasil litbangyasa berupa prototipe alat roges tebu ini dapat dikembangkan oleh pengguna seperti petani-peroges maupun Pabrik Gula karena bahan penyusunnya mudah tersedia dan pengerjaannya relatif mudah. b. Strategi Pengembangan ke Depan. Hasil litbangyasa berupa prototipe alat roges tebu ini dikembangkan melalui beberapa media pengembangan, yaitu: sosialisasi ke petani-peroges, staf Pabrik Gula, instansi terkait, website Balittas BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi Sinergi koordinasi dilaksanakan dengan Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur, BPTP Jawa Timur, dan beberapa Pabrik Gula di Jawa Timur. Strategi koordinasi diawali dengan kunjungan/sosialisasi ke instansi tersebut dan ditindak lanjuti dengan penyelerasan program perbaikan budidaya khususnya kegiatan roges daun tebu. b. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Direalisasikannya program serta disepakatinya MoU kegiatan klentek daun tebu menggunakan alat roges bermata dua dengan Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur, dan beberapa Pabrik Gula di Jawa Timur. c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program Telah disepakati penggunaan alat roges daun tebu di PT Gunung Madu Plantation di Lampung, PG Krebet Baru di Malang. 2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Hasil litbangyasa berupa prototipe alat roges tebu disosialisasikan ke Dinasdinas terkait, Pabrik-pabrik gula dan langsung ke petani-peroges 9
10 b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Penerapan hasil inovasi teknologi litbangyasa oleh pengguna dan adanya transfer teknologi dari peneliti ke penyuluh serta ke petani pengguna. c. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Telah disepakatinya penggunaan alat roges daun tebu di PT Gunung Madu Plantation di Lampung dan PG Krebet Baru di Malang. BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan a. Hasil Litbangyasa berupa prototipe alat roges daun tebu yang dibuat mengacu pada parameter desain. Alat roges berbentuk sabit bermata dua dibuat dari bahan besi-baja. Sudut lengkung = 50 o. Panjang alat roges = 38 cm. Tangkai terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi yaitu = 18, 57 dan 93 cm. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil pengujian menunjukkan penggunaan alat roges memerlukan tenaga kerja 8,75 HOK/Ha. Efisiensi penghematan mencapai 37,5%. Modifikasi dilakukan dengan menambah penahan terbuat dari pipa kecil yang diletakkan diantara dua mata sabit, 2 cm setelah pangkal mata sabit dengan tujuan untuk meniadakan batang tebu yang terjepit dibagian pangkal alat roges pada saat meroges. b. Pengembangan alat roges daun tebu dilakukan dengan berkoordinasi bersama Dinas terkait, Pabrik Gula dan BPTP 2. Saran Pengembangan alat roges tebu melalui program dan pembiayaan dari pemerintah/dinas-dinas terkait dengan pengawalan dari peneliti dan perekayasa. 10
I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula termasuk salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal rata-rata 400 ribu ha pada periode 2007-2009, industri gula berbasis tebu
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN TERMIN I X.46
LAPORAN KEMAJUAN TERMIN I X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai
Lebih terperinciTEBU. (Saccharum officinarum L).
TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor
Lebih terperinci4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi
Lebih terperinciKODE JUDUL : X.47 SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING MOCH ROMLI
KODE JUDUL : X.47 SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING MOCH ROMLI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 LATAR BELAKANG FAKTOR UTAMA KEBERHASILAN
Lebih terperinciLAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I BAB I. PENDAHULUAN 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan 2. Judul Kegiatan : Kajian Pengelolaan Hara
Lebih terperinciSISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING
KODE JUDUL : X.47 LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal tebu yang tidak kurang dari 400.000 ha, industri gula nasional pada saat ini merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA
LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA Oleh: A. Husni Malian Erna Maria Lokollo Mewa Ariani Kurnia Suci Indraningsih Andi Askin Amar K. Zakaria Juni Hestina PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperincistabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu
PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa
Lebih terperinciUpaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara
Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Oleh : Adi Prasongko (Dir Utama) Disampaikan : Slamet Poerwadi (Dir Produksi) Bogor, 28 Oktober 2013 1 ROAD
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan Indonesia sebagai komoditas khusus (special products) dalam forum perundingan Organisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas yang mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000 sampai tahun 2005 industri gula berbasis tebu merupakan
Lebih terperinciLampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Karakter Bibit Kualitas Bibit Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Varietas Bibit PSJT 94-33 atau PS 941 Asal Bibit Kebun Tebu Giling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki luas wilayah yang
Lebih terperinciDINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA
DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA Illia Seldon Magfiroh, Ahmad Zainuddin, Rudi Wibowo Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jember Abstrak
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia
Lebih terperinciKODE JUDUL : X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA
KODE JUDUL : X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA Fitriningdyah Tri Kadarwati BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciV. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.
V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan
Lebih terperinciPELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia
PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK adalah terkenal sebagai penghasil utama jagung di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia pernah mencapai kejayaan produksi gula pasir pada sekitar 1930 di zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa, yaitu mencapai 179
Lebih terperinciperluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam
Lebih terperinciI Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati
BAB V ANALISIS KEBIJAKAN SEKTOR PERTANIAN MENUJU SWASEMBADA GULA I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati ABSTRAK Swasembada Gula Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan dalam famili gramineae. Seperti halnya padi dan termasuk kategori tanaman semusim, tanaman tebu tumbuh
Lebih terperinciAGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA BAB I PENDAHULUAN
AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam Road Map swasembada
Lebih terperinciLahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien
Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74226&lokasi=lokal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada tingginya kebutuhan gula nasional. Kebutuhan gula nasional yang cukup tinggi seharusnya diikuti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Demi memenuhi Hasil Evaluasi Program Peningkatan Produktivitas Gula Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala Madu yang turut
Lebih terperinciSISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN
SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN LATAR BELAKANG Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan penentu keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Pengadaan
Lebih terperinciPERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS
PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Serta Proyeksinya 5.1.1.1 Produksi Produksi rata - rata ubi kayu di sampai dengan tahun 2009 mencapai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertanian adalah salah satu sektor yang menjadi titik berat pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan di sektor pertanian terus digalakkan
Lebih terperinciBAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan bagi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula
PENDAHULUAN Latar Belakang Gula pasir merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula pasir merupakan salah
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL Peneliti: Fuat Albayumi, SIP., M.A NIDN 0024047405 UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER 2015
Lebih terperinciProspek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara
Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN
LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN Kode : X.222 Lembaga : Kementrian Pertanian Koridor : 149 Fokus : Pertanian
Lebih terperinciJUDUL KEGIATAN: KAJIAN MODEL PTT DALAM BUDIDAYA JAGUNG LOKAL DAN POTENSI PENGEMBANGAN JAGUNG QPM SEBAGAI SUMBER PANGAN ALTERNATIF
JUDUL KEGIATAN: KAJIAN MODEL PTT DALAM BUDIDAYA JAGUNG LOKAL DAN POTENSI PENGEMBANGAN JAGUNG QPM SEBAGAI SUMBER PANGAN ALTERNATIF FORM B.3.6.RISTEK A PERKEMBANGAN ADMINITRASI 1. Perkembangan Pengelolaan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 046/11/12/Th.VI. 01 November 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2012) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2012,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting
Lebih terperinciDISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary
KODE JUDUL: 1.03 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN
Lebih terperinciRENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU
RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi
Lebih terperinci4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional
83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik
Lebih terperinciPengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih
AgroinovasI Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija
Lebih terperinciKE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis
LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciPENYIAPAN BIBIT UBIKAYU
PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila
Lebih terperinciII. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang
12 II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Ilmu Geografi Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan pertanian pada era globalisasi seperti saat ini harus dibangun secara terintegrasi mulai dari pembangunan industri hulu, hilir dan kebijakan pemerintah yang
Lebih terperinciFORM D A. URAIAN KEGIATAN
FORM D A. URAIAN KEGIATAN Latar Belakang Masalah Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Namun, dalam pengembangan mengalami kendala biaya usahatani yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi negara berkembang seperti Indonesia landasan pembangunan ekonomi negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman pangan memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi menjadi produsen gula dunia karena dukungan agroekosistem, luas lahan, dan tenaga kerja. Disamping itu prospek pasar gula di Indonesia cukup
Lebih terperinciPROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK
PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK Bambang Kushartono dan Nani Iriani Balai Penelitian Ternak, Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Tanamanjagung (ZeamisL) mempunyai nilai
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA
59 V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA 5.1. Perkembangan Kondisi Pergulaan Nasional 5.1.1. Produksi Gula dan Tebu Produksi gula nasional pada tahun 2000 sebesar 1 690
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTERISTIK PETANI KARET ACEH DALAM MENENTUKAN PILIHAN KELEMBAGAAN TATANIAGA
KAJIAN KARAKTERISTIK PETANI KARET ACEH DALAM MENENTUKAN PILIHAN KELEMBAGAAN TATANIAGA Oleh : Basri A Bakar T. Iskandar Emlan Fauzi Elvi Wirda Karet merupakan tanaman perkebunan terluas di provinsi Aceh
Lebih terperinciBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Press Release PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I. Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015 1. Prediksi berbagai
Lebih terperinciBAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984
BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984 2.1 Latar Belakang Berdirinya PGKM Gula yang dalam hal ini adalah gula pasir merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan unik yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai dari pangkal sampai ujung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja memiliki makna yang lebih dibandingkan dengan definisi yang sering digunakan yaitu hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai
Lebih terperinciMETODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan
10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, Kendal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Februari sampai 14 Juni 2011. Kegiatan pengamatan aspek khusus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai
Lebih terperinciLAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP II. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP II BAB I. PENDAHULUAN 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan 2. Judul Kegiatan : Kajian Pengelolaan Hara
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri
Lebih terperinciVARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA
VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA Oleh : Afanti Septia, SP (PBT Ahli Pertama) Eko Purdyaningsih, SP (PBT Ahli Muda) PENDAHULUAN Dalam mencapai target swasembada gula, pemerintah
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia
58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING
KODE JUDUL : X.47 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia mengimpor beras sebanyak 0,6 juta ton. Impor beras mengalami peningkatan pada tahun-tahun
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pabrik gula merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia karena pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, kebutuhan industri lainnya, dan penyedia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan menjadi suatu gambaran atau kondisi keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dari pengukuran
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN dan PENGEMBANGAN, serta HASIL PENGELOLAANNYA Peraturan menteri Negara Ristek No.04/Kp/III/2007
LAPORAN HASIL PENELITIAN dan PENGEMBANGAN, serta HASIL PENGELOLAANNYA Peraturan menteri Negara Ristek No.04/Kp/III/2007 Identitas Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian dan Pengembangan Nama Perguruan Balai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tahun Produksi Impor
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena tergolong dalam kelompok bahan pokok untuk konsumsi seharihari. Pada tahun 2010, total konsumsi
Lebih terperinciPOLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT
POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,
Lebih terperinciBAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara
BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak. dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Volume ekspor terbesar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Volume ekspor terbesar untuk komoditas hortikultura berupa nanas
Lebih terperinciProsiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :
Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL
TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013).
PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu adalah tanaman penghasil gula yang menjadi salah satu sumber karbohidrat. Tanaman ini sangat dibutuhkan sehingga terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan
47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang
Lebih terperinci