1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L) merupakan tanaman tropis berasal dari Asia ataupun Papua yang pengembangannya hingga daerah sub tropis sampai batas 19 º LU dan 35 º LS (Bakker 1999; Mayer and Clowes, 2011). Tebu memerlukan suhu optimal berkisar 20 º C 33 º C. Periode pertumbuhan tebu 8 sampai 24 bulan untuk mencapai fase pemasakan (Mayer and Clowes, 2011). Budidaya tebu di Indonesia untuk memenuhi produksi gula nasional, dihasilkan dari luas panen hektar dengan luasan terbesar tebu rakyat sebesar 59,96 % (Statistik Perkebunan Indonesia , 2015: Pusdatin Setjen Kementerian Pertanian, 2016). Penanaman tebu sebagian besar di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk budidaya tebu dilaporkan sebesar ha (Hakim, 2010). Produktivitas tebu giling Indonesia masih rendah sebesar 69,68 ton/ha (Pusdatin Setjen Kementerian Pertanian, 2016) dengan rendemen gula sebesar 7,43-7,61%, yang dipengaruhi oleh musim (Statistik Perkebunan Indonesia , 2015). Hasil tersebut masih rendah di bawah rendemen beberapa klon unggul PS881, PS864, KK, serta VMC dengan potensi rendemen masing-masing 10,22 %, 9,19 %, 9,51 %, dan 10,02 % (P3GI, 2004). Produktivitas dan rendemen yang rendah dipengaruhi oleh sistem budidaya yang belum optimal seperti cara tanam (Chattha, 2007), populasi (Ehsanullah et al., 2011), dan mutu bibit (Susilowati dan Tinaprilla, 2012). Penggunaan bibit bagal, dari beberapa penelitian dilaporkan kurang efisien karena menyebabkan volume bibit yang dibutuhkan besar sekitar 6-8 ton/ha (Omoto and Obayo, 2007), anakan yang dihasilkan sedikit (2 batang per rumpun) dengan daya tumbuh tidak seragam (Natarajan, 2011). Kelemahan bibit bagal tersebut semakin terlihat menurunkan hasil tebu giling bila di tanam lahan kering tanpa irigasi (Gana, 2001; P3GI, 2008; Susilowati dan Tinaprilla, 2012). Abdel Wahab (2004) melaporkan bahwa tebu yang terpapar kekeringan pada fase vegetatif menyebabkan penurunan tebu giling 29,0-30,5% dan menurunkan produksi gula 31,0-39,7%. Dalam mengatasi kendala tebu di lahan kering, diperlukan pengembangan budidaya sistim tanam tebu menggunakan benih mata tunas tunggal dengan sistim pindah tanam. Benih mata tunas tunggal merupakan mata tunas tunggal batang tebu yang terdapat sedikit jaringan untuk calon tunas dan akar (Van Dellewijn, 1952). Daya tumbuh benih asal mata tunas tunggal mencapai 80-97% (Jain et al., 2010; Saini et al., 2012). Mata tunas 1

2 tunggal dikecambahkan di pembibitan sebelum dipindah ke lapangan karena terbatasnya cadangan makanan (Jain et al., 2010; Jain 2011). Disamping itu, benih tebu asal mata tunas tunggal memiliki umur simpan yang relatif pendek sekitar 10 hari pada suhu simpan 16 0 C (Jain et al. 2010) karena terjadi penyusutan fisik atau bobot sebesar % (Omoto et al., 2007; Aries dkk, 2012) dan peningkatan aktivitas enzim hidrolisis sukrosa (Siswoyo et al., 2007) serta benih mata tunas tunggal rentan mengalami peningkatan respirasi, hidrolisis sukrosa, dan kerusakan jaringan oleh peningkatan aktifitas enzim polypenol oksidase karena berinteraksi dengan O 2 yang menghasilkan senyawa O-kuinon. (Dewi dkk, 2012). Oleh karena itu perlu penanganan teknis penyimpanan benih mata tunas tunggal tebu untuk mempertahankan daya tumbuh benih tetap tinggi selama dipersemaian. Terdapat beberapa keunggulan penggunaan benih mata tunas tunggal. Daya tumbuh benih tebu mata tunas tunggal adalah seragam dengan waktu perkecambahan pendek (10-12 hari), pertumbuhan anakan lebih banyak (8-12 anakan) (Natarajan, 2011). Bibit mata tunas tunggal setelah di pindah tanam ke lahan tanam memiliki laju fotosintesis yang tinggi, dan kandungan sukrosa tinggi serta seragam sekitar 18,6-19,4 % yang merata di antara batang dalam rumpun (Kumar and Suresh, 2011). Hal tersebut karena penimbunan sukrosa sedikit terhidrolisis oleh aktivitas enzim invertase di batang untuk pembentukan tunas baru saat fase pemasakan sogolan (Chandra et al., 2012). Upaya mempertahankan daya tumbuh dan kapasitas perakaran yang lebih baik pada benih mata tunas tunggal perlu dilakukan ketika bibit di pindah tanam di lahan kering. Hal ini karena cekaman kekeringan menjadi masalah umum tebu pada lahan kering (Gentile et al., 2015). Penggunaan jamur mikoriza arbuskula dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas perakaran tebu. Muniyamma et al. (2000) melaporkan bahwa inokulasi mikoriza arbuskula pada tebu meningkatkan panjang akar (Muniyamma et al., 2000). Akar yang lebih panjang menunjukkan tanaman lebih tahan terhadap menipisnya ketersediaan air tanah (Mdel, 2009), serta meningkatkan kemampuan penyerapan unsur hara P (Onelio, 2008; Meenakshisundaram and Santhaguru, 2011; Smith and Smith, 2012). Inokulasi mikoriza sebesar 1 g inokulum (Sudirman dkk, 2010) dan 5 g (Basuki, 2013) menghasilkan pertumbuhan tebu terbaik, sedangkan inokulasi mikoriza di pembibitan meningkatkan persentase perkecambahan bibit, jumlah anakan, panjang ruas, hasil tebu, kemurnian gula dan nilai brix batang (Surendran and Vani, 2013). Meningkatnya jumlah anakkan pada bibit tebu asal mata tunas tunggal menyebabkan perubahan jarak tanam. Oleh karena itu, jarak tanam perlu diatur pada sistim pindah bibit. Pengaturan jarak tanam menjadi penting karena meningkatkan diameter 2

3 batang, tinggi tanaman, dan hasil tebu giling per ha (Ehsanullah et al., 2011). Jarak tanam berperan mempercepat pencapaian indeks luas daun (ILD) optimal untuk meningkatkan penyerapan sinar matahari, mengoptimalkan laju fotosintesis, laju pertumbuhan tanaman (LPT) dan pembentukan anakan efektif (Aboagye et al., 2003; Chattha, 2007; Sengar et al., 2011). Laporan mengenai pengaturan jarak tanam dalam baris pada budidaya tebu masih terbatas terutama jarak tanam yang optimal untuk masing-masing klon atau varietas. Pengaturan jarak tanam hanya dapat dilakukan pada pindah tanam bibit asal mata tunas tunggal, tidak pada pada sistim tanam bagal yang mengikuti panjang antar ruas benih. Atas dasar keunggulan bibit mata tunas tunggal, peran mikoriza dan jarak tanam pada tebu, maka sistim pindah tanam bibit asal mata tunas tunggal terinfeksi mikoriza perlu dikaji. Demikian pula pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tebu giling dan produktivitas kristal gula. Pengkajian tersebut untuk mengetahui sifat fisiologi biokimia benih mata tunas tunggal, fisiologi dan pertumbuhan bibit oleh pengaruh dosis waktu inokulasi mikoriza, serta fisiologi, pertumbuhan, produktivitas tebu giling, dan kristal gula oleh pengaruh jarak tanam bibit terinfeksi mikoriza. Kajian ini juga mengetahui profitabilitas usahatani tebu sistim pindah tanam bibit di lahan kering. Dengan demikian, dari penelitian ini didapatkan pengembangan teknologi sistim pindah tanam bibit terinfeksi mikoriza pada budidaya tebu lahan kering yang menguntungkan. B. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan: Umum: Belum diketahui pengaruh pindah tanam bibit asal mata tunas tunggal terinfeksi mikoriza dan jarak tanam terhadap sifat fisiologi, pertumbuhan, hasil tebu giling rendemen, dan hasil kristal gula dengan usahataninya di lahan kering antar klon. Khusus: 1. Belum diketahui sifat fisiologi, biokimia benih mata tunas tunggal pada pengaruh media simpan terhadap daya tumbuh benih 5 klon tebu (percobaan I). 2. Belum diketahui dosis optimal inokulum jamur mikoriza arbuskula terhadap sifat fisiologi dan pertumbuhan benih mata tunas tunggal untuk pembibitan (percobaan II). 3. Belum diketahui waktu yang optimal untuk inokulasi jamur mikoriza arbukula terhadap sifat fisiologi, pertumbuhan dan komponen hasil terbaik pada 5 klon tebu di lahan kering (percobaan III). 3

4 4. Belum diketahui pengaruh jarak tanam pada bibit mata tunas tunggal terinfeksi mikoriza pada dosis dan waktu inokulasi optimal terhadap perbaikan sifat fisiologi, pertumbuhan, hasil tebu giling, rendemen, kristal gula 5 klon tebu di lahan kering dengan analisa usahataninya (percobaan IV). 1. Keaslian dan kedalaman penelitian C. Keaslian dan Manfaat Penelitian Penelitian tentang penyimpanan mata tunas tunggal, inokulasi mikoriza, pindah tanam bibit, dan jarak tanam terhadap peningatan hasil tebu giling di lahan kering yang dilakukan secara bersamaan masih sangat terbatas. Beberapa penelitian tersebut seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Beberapa penelitian mata tunas tunggal, inokulasi mikoriza, pindah tanam bibit, dan jarak tanam tebu Peneliti Kajian Jain et al., (2011) Penyimpanan benih mata tunas tunggal tebu pada suhu rendah (16 C) dengan media ethephon dan kalsium klorida Siswoyo et al., (2007) Perubahan sukrosa dan aktifitas enzim invertase batang tebu selama penyimpanan Gujja et al., (2009) Pemberian air irigasi pada pindah tanam bibit tebu mata tunas tunggal di lapangan Adinurani dkk, (2010) Inokulasi mikoriza arbuskula untuk meningkatkan perakaran benih tebu asal bagal Surandran and Vani, (2013) Inokulasi mikoriza arbuskula di lapangan terhadap produksi tebu giling pada tanam pertama benih bagal dan ratoon Yadav, (1991) Peningkatan populasi tebu giling dengan meningkatkan kepadatan tanam per lubang tanam Ehsanullah et al., (2011) Pengaturan jarak antar baris tanaman dan kepadatan tanam benih bagal 2 mata tunas terhadap hasil tebu dan kualitas gula Ghaffar et al., (2012) Pemberian pupuk Zn dan Fe (5-10 kg/ha) untuk meningkatkan laju pertumbuhan tanaman, jumlah ruas, diameter batang, dan berat per batang tebu Aboagye et al., (2003) Mengindentifikasi dan mengelola sifat agronomi dan morfologi untuk meningkatkan hasil tebu melalui kemampuan pembentukan anakan dan pengubahan struktur kanopi pada sistim pindah tanam tebu mata tunas tunggal 2 kultivar dengan penyemprotan GA 3 Omoto et al., (2007) Penundaan tanam pada benih tebu bagal terhadap daya tumbuh, pertumbuhan, dan hasil tebu Kumar and Suresh (2011) Mempelajari sifat fisiologi, pertumbuhan, hasil, dan kualitas tebu beberapa varietas asal benih mata tunas tunggal dan bagal Soomro et al., (2009) Mempelajari jarak tanam antar baris dan penempatan benih bagal saat tanam terhadap hasil dan kandungan gula Onelio et al., (2008) Mempelajari pengaruh dosis mikoriza dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan tebu asal benih bagal dan sifat tanah Oxisol 4

5 Penyimpanan benih tebu asal mata tunas tungal menghasilkan daya tumbuh benih sebesar 80 % dengan umur simpan 10 hari (Jain et al., 2011). Namun percobaan tersebut sulit diterapkan karena memerlukan pengaturan suhu rendah. Diperlukan teknis penyimpanan yang mudah diterapkan yaitu menggunakan limbah serbuk serta pengaturan kelembaban dan suhu ruang. Disamping itu, hasil percobaan Jain et al. (2011) mengenai teknis penyimpanan benih sehingga belum melaporkan perubahan sifat fisiologi dan biokimia benih. Perubahan biokimia dan fisiologi benih tebu selama ini teramati pada aktivitas enzim invertase (Siswoyo et al., 2007). Oleh karena itu diperlukan pengamatan perubahan sukrosa, gula reduksi, kadar air nisbi, dan respirasi benih dan faktor penentu daya tumbuh benih mata tunas tunggal dari sifat fisiologi, biokimia, dan fisik benih tersebut. Daya tumbuh benih mata tunas tunggal saat dipindah di lapangan menjadi salah satu fase kritis di lahan kering (Jeypore Sugar, 2013). Penanganan bibit pada tahap tersebut dilakukan dengan pemberian air irigasi (Gujja et al., 2009) dan inokulasi mikoriza (Adinurani dkk, 2010) saat bibit di lapangan (Surandran and Vani, 2013). Namun demikian dosis dan waktu inokulasi mikoriza yang optimal belum dilaporkan. Diperlukan percobaan dosis inokulum mikoriza yang optimal di persemaian dan waktu inokulasi yang tepat terhadap kolonisasi, sifat fisiologi dan pertumbuhan tebu. Hasil tebu giling yang meningkat dihasilkan dari peningkatkan kepadatan tanam per lubang tanam (Yadav, 1991: Soomro et al., 2009: Ehsanullah et al., 2011) serta pemberian pupuk Zn dan Fe (dosis 5-10 kg/ha) (Ghaffar et al., 2012). Peningkatan populasi/ha tanpa meningkatkan kepadatan tanam per lubang tanam belum dilaporkan. Diperlukan perlakuan jarak tanam dalam baris menggunakan bibit tebu asal mata tunas tunggal terinfeksi mikoriza di persemaian dengan harapan untuk meningkatkan populasi tebu giling tanpa meningkatkan kepadatan tanam. Pengkajian dilakukan pada sifat fisiologi, pertumbuhan, hasil tebu giling, dan rendemen, serta usahatani. Kebaruan penelitian terletak pada: (1) Sifat biokimia dan fisiologi benih mata tunas tunggal 5 klon tebu selama penyimpanan dan faktor fisiologi dan biokimia penentu daya tumbuh; (2) perkembangan infeksi mikoriza dan perakaran karena pengaruh dosis dan waktu inokulasi mikoriza serta sifat fisiologi dan pertumbuhan bibit; (3) Sifat fisiologi, pertumbuhan, produktivitas tebu giling, rendemen, dan produktivitas kristal gula pada pengaruh jarak tanam yang berbeda pada bibit tebu asal mata tunas tunggal terinfeksi mikoriza di lahan kering,; (4) profitabilitas usahatani dan peningkatan efektifitas usahatani tebu di lahan kering. 5

6 2. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi keilmuan tentang: 1) Fisiologi benih mata tunas tunggal 5 klon tebu khususnya pengaruh penyimpanan dan daya tumbuhnya; 2) Kolonisasi mikoriza karena pengaruh dosis dan waktu inokulasi dan pengaruhnya terhadap sifat fisiologi dan pertumbuhan benih 5 klon tebu; 3) Perubahan fisiologi dan pertumbuhan 5 kon tebu asal mata tunas tunggal karena pengaruh jarak tanam di lahan kering; 4) pengembangan teknologi budidaya tebu sistim pindah tanam bibit yang meningkatkan hasil dan rendemen tebu dan usahataninya. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah: 1. Menentukan media simpan yang sesuai untuk benih mata tunas tunggal 5 klon tebu terhadap daya tumbuh, sifat fisik, fisiologi, dan biokimia benih selama penyimpanan 2. Menentukan dosis inokulum mikoriza yang optimal terhadap kolonisasi, sifat fisiologi dan pertumbuhan benih mata tunas tunggal 5 klon di persemaian 3. Menentukan waktu inokulasi mikoriza yang tepat terhadap kolonisasi, sifat fisiologi, pertumbuhan, dan komponen hasil tebu sistim pindah tanam bibit asal mata tunas tunggal di lapangan. 4. Menentukan jarak tanam optimal pada sistim pindah bibit asal mata tunas tunggal 5 klon tebu terinfeksi mikoriza terhadap sifat fisiologi, pertumbuhan, komponen hasil, rendemen, produktivitas tebu giling dan kristal gula di lahan kering 5. Mengetahui usahatani tebu sistim pindah tanam bibit tebu asal mata tunas tunggal terinfeksi mikoriza pada perbedaan pengaruh jarak tanam di lahan kering. E. Luaran yang Diharapkan Luaran penelitian sesuai tahapan percobaan. Luaran Percobaan 1 adalah media simpan terbaik pada 5 klon tebu yang mampu mempertahankan umur simpan dan daya tumbuh benih dengan sifat fisiologi, biokimia, dan fisik benihnya; Percobaan 2 dosis inokulum mikoriza optimal pada 5 klon tebu yang menghasilkan kolonisasi dan pertumbuhan bibit terbaik; Percobaan 3 waktu inokulasi inokulum mikoriza yang tepat pada sistim pindah bibit 5 klon tebu asal mata tunas tunggal berdasarkan kolonisasi akar, sifat fisiologi, pertumbuhan, dan komponen hasil; Percobaan 4 jarak tanam terbaik sistim pindah tanam bibit asal mata tunas tunggal 5 klon tebu terinfeksi mikoriza yang meningkatkan hasil tebu giling, rendemen, dan kristal gula dengan sifat fisiologi, pertumbuhan, dan komponen hasil tebu serta usahataninya di lahan kering. 6

7 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Lokasi Penelitian Tebu transgenik IPB 1 dan isogenik PS 851 ditanam di Kebun Percobaan PG Djatirorto PTPN XI, Jawa Timur. Secara administrasi, lokasi

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT i ii iii iv vi vii ix x xi xii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Karakter Bibit Kualitas Bibit Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Varietas Bibit PSJT 94-33 atau PS 941 Asal Bibit Kebun Tebu Giling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas Monokotiledon, ordo Glumaccae, famili Graminae, genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman sorgum mempunyai daerah adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; divisi : Spermatophyta ; subdivisi : Angiospermae ; kelas : Monocotyledoneae ; ordo : Graminales ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN PERLAKUAN PEMACU PERKECAMBAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT TEBU

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN PERLAKUAN PEMACU PERKECAMBAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT TEBU PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN PERLAKUAN PEMACU PERKECAMBAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.) G2 ASAL KULTUR JARINGAN Ana Septiani Ratih Dewi 1. Sri Winarsih 2. Sudiarso.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ratun Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Ratun Tanaman Padi 12 TINJAUAN PUSTAKA Ratun Tanaman Padi Ratun tanaman padi merupakan tunas yang tumbuh dari tunggul batang yang telah dipanen dan menghasilkan anakan baru hingga dapat dipanen (Krishnamurthy 1988). Praktek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3 Oktami: Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit... Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3 (Bud Number Growth Comparison from

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN UKURAN BIBIT PADA PERTUMBUHAN PEMBIBITAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN UKURAN BIBIT PADA PERTUMBUHAN PEMBIBITAN TEBU (Saccharum officinarum L.) PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN UKURAN BIBIT PADA PERTUMBUHAN PEMBIBITAN TEBU (Saccharum officinarum L.) THE EFFECT COMPOSITION OF PLANTING MEDIA AND SEED SIZE ON SEEDLING GROWTH OF SUGARCANE (Saccharum

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, mulai dataran tinggi sampai dataran rendah. Data dari BPS menunjukkan rata-rata pertumbuhan luas panen, produktivitas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan (Poaceae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat

Lebih terperinci

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat adalah satu diantara produk hortikultura yang mempunyai beragam manfaat, yaitu bisa dimanfaatkan dalam bentuk segar sebagai sayur, buah dan olahan berupa makanan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu Botani dan Syarat Tumbuh Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu Botani dan Syarat Tumbuh Tebu TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu Botani dan Syarat Tumbuh Tebu Tebu termasuk ke dalam kelas Monocotyledoneae dan ordo Glumamaceae. Saccharum officinarum adalah jenis yang paling banyak dikembangkan dan dibudidayakan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013).

PENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013). PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu adalah tanaman penghasil gula yang menjadi salah satu sumber karbohidrat. Tanaman ini sangat dibutuhkan sehingga terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN RESPON PERTUMBUHAN STEK TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP JENIS DAN TAKARAN PUPUK ORGANIK Lendri Yogi, Gusmiatun, Erni Hawayanti Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN MEDIA SIMPAN TERHADAP KUALITAS BIBIT TIGA KLON TEBU (Saccharum officinarum L.) MATA TUNAS TUNGGAL

PENGARUH BAHAN MEDIA SIMPAN TERHADAP KUALITAS BIBIT TIGA KLON TEBU (Saccharum officinarum L.) MATA TUNAS TUNGGAL Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 57-69 57 PENGARUH BAHAN MEDIA SIMPAN TERHADAP KUALITAS BIBIT TIGA KLON TEBU (Saccharum officinarum L.) MATA TUNAS TUNGGAL THE EFFECT OF STORAGE MEDIA ON THE QUALITY OF THREE

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010) melaporkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya meningkat 1,48

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di Indonesia. Menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (2012), pada tahun 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air 4 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air Budidaya jenuh air merupakan sistem penanaman dengan membuat kondisi tanah di bawah perakaran tanaman selalu jenuh air dan pengairan untuk membuat kondisi tanah jenuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa tanah lokasi penelitian tergolong agak masam dengan ph 5.6. Menurut Sundara (1998) tanaman tebu masih dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang relatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji), Subdivisi Angiospermae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang batangnya mengandung zat gula sebagai bahan baku industri gula. Akhir-akhir ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.) 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Saccharum officinarum L., merupakan spesies tebu yang termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Graminae, dan genus Saccharum

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyediaan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional masih merupakan problema yang perlu diatasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : pertambahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk merupakan salah satu sumber nutrisi utama yang diberikan pada tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan proses reproduksi setiap hari tumbuhan membutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau sweet corn ialah salah satu tanaman pangan yang mempunyai prospek penting di Indonesia. Hal ini disebabkan jagung

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara I. PENDEKATAN PETAK OMISI Kemampuan tanah menyediakan

Lebih terperinci

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati BAB V ANALISIS KEBIJAKAN SEKTOR PERTANIAN MENUJU SWASEMBADA GULA I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati ABSTRAK Swasembada Gula Nasional

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit, yang sangat menentukan keberhasilan budidaya pertanaman. Melalui tahap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan komoditas kacang-kacangan kedua yang ditanam secara luas di Indonesia setelah kedelai. Produktivitas kacang tanah di Indonesia tahun 1986 tercatat

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Penyimpanan Bagal terhadap Kualitas dan Perkecambahan Mata Tunas Tunggal Tebu (Saccharum officinarum L.)

Pengaruh Lama Penyimpanan Bagal terhadap Kualitas dan Perkecambahan Mata Tunas Tunggal Tebu (Saccharum officinarum L.) Vegetalika. 2015. 4(4): 48-56 Pengaruh Lama Penyimpanan Bagal terhadap Kualitas dan Perkecambahan Mata Tunas Tunggal Tebu (Saccharum officinarum L.) The Effect of Stem Storage Duration on the Quality and

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistematika 2.1.1. Botani Tanaman Padi Menurut Herawati (2012), tanaman padi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Ordo : Poales Family

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat dan perekonomian Indonesia baik sebagai kebutuhan pokok maupun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat dan perekonomian Indonesia baik sebagai kebutuhan pokok maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan jenis tanaman rumputrumputan yang dibudidayakan sebagai tanaman penghasil gula. Loganadhan et al., 2012 menyatakan bahwa tebudapat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI TUGAS MATA KULIAH FISIOLOGI BENIH PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI Dewi Ma rufah Oleh : H0106006 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 I. PENDAHULUAN Biji merupakan alat untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dari bulan Maret sampai bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m 43 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengolahan tanah Proses awal dalam budidaya tebu adalah pengolahan tanah. Kegiatan ini sangat penting karena tercapainya produksi yang tinggi salah satu faktornya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) G2 varietas

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier II. Tinjauan Pustaka 2.1. Sejarah Tanaman Tadi Sawah (Oryza sativa L.) Tanaman padi ( Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci