44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m"

Transkripsi

1 43 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengolahan tanah Proses awal dalam budidaya tebu adalah pengolahan tanah. Kegiatan ini sangat penting karena tercapainya produksi yang tinggi salah satu faktornya adalah pengolahan tanah yang baik. Tujuan dari pengolahan tanah yang baik adalah untuk menyediakan media tumbuh bagi tanaman dengan menggemburkan dan membuat lubang tanam. Pada tanah gembur terdapat aerasi yang baik. Pengolahan tanah juga dapat mengubah kondisi tanah dari keadaan reduksi menjadi oksidasi. Keadaan tanah yang optimum dapat merangsang perakaran tebu. Semakin dalam proses pengolahan tanah maka perakaran tebu akan semakin dalam sehingga penyerapan air dan hara dari tanah akan semakin efektif dan efisien. Pengolahan tanah yang dilaksanakan di PG. Madukismo untuk lahan kering menggunakan mekanisasi yaitu dengan traktor, dan untuk lahan yang berpengairan lancar dan tanahnya berat pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan manual kombinasi mekanis yaitu semi reynoso. Dalam pengolahan tanah, iklim juga menjadi faktor pembatas yang penting. Jika terjadi hujan maka pengolahan tanah akan sulit dilakukan terutama pada tanah berat. Hal tersebut dapat mengakibatkan bertambahnya iaya pengolahan tanah. Pengolahan tanah di lahan kering yang dilaksanakan di PG. Madukismo adalah bertahap. Tahap tahap tersebut adalah tahap pembajakan I, pembajakan II, rotavator dan pengkairan. Akan tetapi, rotavator jarang digunakan di KTG. Hal ini dikarenakan untuk menghemat biaya dan waktu budidaya. Pemupukan Jenis pupuk yang digunakan di PG. Madukismo adalah pupuk tunggal dengan menggunakan ZA yang mengandung 21 % N dan pupuk majemuk menggukan phonska yang mengandung NPK dengan komposisi N, P2O5, dan K2O masing-

2 44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga mengembangkan pupuk organik atau sering disebut pupuk madros dengan bahan baku utama berupa blotong yang merupakan hasil sampingan dari proses produksi gula. Pupuk madros diaplikasikan sebagai pupuk dasar sebelum diaplikasikannya pupuk I dan pupuk II. Dosis pupuk di PG. Maduksimo tidak sama antara PC dan RC. Dosis pupuk phonska yang diaplikasikan di PC lebih tinggi dibandingkan dengan RC. Hal ini dilakukan agar menjamin PC tumbuh tengan baik. Pada PC, dosis yang diaplikasikan adalah 5 ku/ha ZA dan 5 ku/ha Phonska, sedangkan untuk RC dosis pupuk yang diaplikasikan adalah 5 ku/ha ZA dan 3 ku/ha Phonska. Masing masing ditambah pupuk madros sebagai pupuk dasar dengan dosis 11 ku/ha. Penambahan pupuk dilakukan dengan melihat pertumbuhan tanaman tebu, jika pertumbuhan tanaman tebu memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan maka penambahan pupuk dianggap dapat diaplikasikan. Untuk tanaman yang tidak menunjukkan pertumbuhan yang signifikan penambahan pupuk dianggap tidak perlu karena dispekulasikan pupuk tidak diserap dengan baik oleh tanaman. Lahan sawah dan lahan tegalan Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi gula di PG. Madukismo yaitu meningkatkan luas areal tanam atau meningkatkan luas panen. Masalah timbul karena semakin sempitnya lahan sawah yang merupakan lahan ideal untuk penanaman tebu. Banyak lahan sawah yang telah beralih fungsi menjadi lahan tanaman lain selain tebu dan menjadi lahan non pertanian. Tanaman tebu juga harus bersaing dalam pemanfaatan lahan sawah dengan tanaman pangan yang dinilai lebih menguntungkan oleh petani, oleh karena itu PG. Madukismo memperluas wilayah kerjanya ke daerah-daerah dengan lahan kering. Saat ini PG. Madukismo sedang mengupayakan perluasan lahan sebagian besar merupakan lahan kering di Kab. Gunung Kidul. Hal ini berpengaruh langsung terhadap hasil tebu yang dihasilkan karena produktivitas lahan kering lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas lahan sawah. Rendahnya produktivitas lahan kering dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan air dan hara

3 45 yang dibutuhkan tebu untuk pertumbuhannya. Maka PG. Madukismo tetap melaksanakan perluasan lahan di daerah dengan pengairan yang hanya mengandalkan air hujan dengan spekulasi masih dapat dikatakan menguntungkan dalam segi ekonomi atau keuntungan lebih besar dari harga pokok produksi. Varietas Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan produksi tebu adalah varietas. Pemilihan varietas menentukan hasil tebu, rendemen, hablur, dan pola kemasakan. Terdapat tiga tipe varietas tebu berdasarkan pola kemasakan, yaitu varietas tebu masak awal, tebu masak tengah, dan tebu masak lambat. Proporsi dari tiga tipe varietas tersebut diusahakan seimbang agar kontinuitas panen tetap terjaga sehingga pengolahan di pabrik gula juga tetap berjalan tanpa adanya kendala bahan baku. Proporsi dari ketiga tipe varietas tersebut yang dikembangkan di PG. Madukismo adalah 30% varietas masak awal, 50% varietas masak tengah, dan 20% varietas masak akhir. Tujuan penataan varietas teknologi budidaya dari setiap varietas dapat dikuasai dan diperoleh varietas dengan potensi produksi baik tebu maupun hablur. Latar belakang penataan varietas adalah jumlah varietas KTG lebih dari 10 varietas, dan semakin banyak varietas yang digunakan dalam satu kebun secara campur, maka tingkat kemasakan semakin beragam dan berpotensi R rendah, Selain itu juga akan berdampak pada semakin sulit penerapan teknologi budidayanya, dan semakin banyak varietas yang tercampur dalam satu kebun justru apabila ada varietas yang berpotensi produksi tinggi tidak mampu teramati dengan baik. Tipologi varietas terhadap lahan dan masa tanam di PG. Madukismo adalah sebagai berikut, dimana lahan dengan kondisi tanah berat beririgasi teknis dan drainase lancar maka varietas yang digunakan adalah PS 851; PS 863; PS 864; PS 921; PS 951 dengan masa tanam saat awal msim kemarau. Untuk lahan dengan keadaan tanah berat beririgasi teknis tetapi drainase jelek maka varietas yang digunakan adalah varietas yang raltif tahan genangan seperti PS 864; PS 921; PS 951 dengan masa tanam awal musim kemarau. Lahan yang keadaan tanahnya berat dengan irigasi tadah hujan dan drainase lencar akan ditanami tebu dengan

4 46 varietas PS 864; PS 951 dimana masa tanam pada awal musim penghujan. Untuk lahan dengan kondisi tanah berat dan irigasi tadah hujan serta drainase jelek maka varietas yang ditanam adalah PS 864; PS 921 ditanam pada masa tanam awal musim penghujan. Pada kondisi lahan dengan keadaan tanah ringan dan irigasi teknis serta keadaan drainase lancar maka varietas yang digunakan adalah PS 851; PS 862; Bululawang dengan masa tanam awal musim kemarau. Pada lahan dengan kondisi tanah ringan beririgasi teknis dan drainase jelek varietas yang ditanam adalah PS 864; PS 921. Pada lahan yang sangat marjinal yaitu lahan yang memiliki kondisi tanah ringan dengan pengairan tadah hujan serta drainase lancar, maka varietas yang ditanam pada lahan tersebut adalah PS 851; PS 864 dengan masa tanam awal musim penghujan. Tujuan dari penggunaan pola tanam awal musim kemarau pada lahan dengan irigasi lancar adalah tidak adanya kendala air dalam budidaya tebu, sehingga tebu tetap dapat tumbuh dengan dengan memanfaatkan air yang tersedia. Untuk lahan dengan pengairan hanya mengandalkan tadah hujan umumnya menggunakan pola tanam pada awal musim penghujan, sehingga air tersedia saat tanaman tebu membutuhkan untuk proses pertumbuhan vegetatif. Jenis varietas masak awal sampai tengah yang ditanam antara lain PSCO PS 862. Varietas masak tengah yang ditanam antara lain PS 851, PS 921, PA 198. Selain itu terdapat pula varietas dengan pola masak tengah lambat, antara lain PS 864, BL, PS 951. Dari beberapa varietas tersebut, varietas PS 862 yang paling besar dikembangkan karena memiliki sifat masak awal dengan potensi rendemen yang tinggi diawal musim giling yaitu 8 10%, hasil tebu ku/ha, dan hablur gula ku/ha. Sifat dari varietas PS 862 adalah diameter batang yang besar sehingga hasil tebu per hektar juga besar, namun terdapat sifatsifat PS 862 yang kurang disukai oleh petani yaitu kurangnya anakan dan sulitnya klentek. Sulitnya klentek akan menghasilkan tebu kotor ketika panen dan petani akan mendapatkan pinalti dari pihak PG. Madukismo. Varietas PS 862 memerlukan pengairan yang cukup dan merupakan varietas masak awal, sehingga penanaman hanya dapat dilakukan di wilayah yang memiliki lahan dengan kondisi pengairan lancar. Beberapa wilayah kerja di PG.

5 47 Madukismo merupakan lahan kering yang hanya dapat mengandalkan hujan sehingga masa tanam tertunda sampai turunnya hujan. Masalah karakteristik lahan dan masa tanam dapat diatasi dengan penataan varietas spesifik lokasi yaitu penentuan varietas masak awal sampai tengah yang sesuai dengan karakteristik lahan, terutama pada lahan yang akan dilakukan pembongkaran ratoon. Aspek Manajerial Sumber daya manusia Salah satu faktor yang menentukan tercapainya visi, misi, dan tujuan perusahaan adalah sumber daya manusia. Maka tenaga kerja adalah faktor penting dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Sumber daya manusia yang dalam hal ini adalah karyawan merupakan aset penting yang dimiliki suatu perusahaan. Oleh karena itu, harus selalu ditumbuhkembangkan. Dalam hal ini diperlukan peraturan dan pembagian waktu kerja untuk mengefisienkan produktivitas kerja. Meningkatkannya kedisiplinan juga dapat diciptakan dengan peraturan dan pembagian waktu kerja, karena kedua hal tersebut merupakan tata terbit yang dipatuhi dan terdapat sanksi bagi yang melanggar. Pembagian waktu kerja di pabrik gula dibedakan berdasarkan masa giling, yaitu dalam masa giling dan luar masa giling. Dalam masa giling, proses produksi akan berlangsung selama 24 jam untuk bagian pabrik. Pelaksanaan jam kerja diatur dengan membagi tenaga kerja menjadi tiga sift, yaitu kelompok Pagi, Siang dan Malam. Masing-masing kelompok kerja akan bergantian selama 7 hari. Untuk bagian lain, waktu kerja sama seperti waktu kerja luar giling, hanya saja terdapat tambahan hari kerja di hari minggu dan lembur yang disesuaikan dengan pekerjaan. Untuk luar masa giling, dimana tidak berlangsungnya kegiatan produksi, maka pembagian hari dan waktu yaitu untuk hari senin hingga kamis dimulai pukul WIB dengan jam istirahat pukul WIB, untuk hari jumat dimulai pukul dengan jam istirahat pukul dan untuk hari sabtu dimulai pukul WIB.

6 48 Pengelolaan kegiatan dan tenaga kerja bagian tanaman Jadwal lapangan direncanakan oleh Petugas Lapang Pabrik Gula (mandor) yang disusun pada buku cadangan ongkos yang berisikan rencana kegiatan harian. Rencana kerja tersebut selanjutnya akan diajukan ke SKW untuk dievalusi yang selanjutnya diajukan oleh SKW kepada Kepala Rayon untuk disetujui. Setelah mendapat persetujuan dari SKW dan Kepala Rayon, mandor akan menginstruksikan rencana kegiatan tersebut untuk dikerjakan oleh kepala kerja dan anak buahnya. Para pekerja biasanya merupakan penduduk sekitar pabrik dan penduduk sekitar kebun. Kegiatan tersebut hanya berlaku untuk SKW dan mandor tebu rakyat kerjasama. Berbeda untuk tebu rakyat mandiri, semua kegiatan budidaya dilakukan oleh petani yang telah bermitra dengan pabrik gula. Tugas dari SKW dan Mandor mengawasi dan memberikan arahan tentang budidaya tebu yang baik agar mencapai produksi yang maksimal serta menghubungkan kebutuhan petani akan bantuan pabrik gula. Produktivitas tebu sepenuhnya tanggung jawab bagian tanaman, karena bagian tanaman yang berhubungan langsung dengan kebun tebu. Bagian tanaman bertugas dan bertanggung jawal mengawasi seluruh kegiatan budidaya di kebun tebu giling yang dilaksanakan petani. Penyaluran kredit kepada petani merupakan tugas dan tanggung jawab bagian tanaman melalui mandor dan SKW. Kredit yang diberikan berupa pupuk dan ongkos tenaga kerja untuk semua kegiatan budidaya. Kredit yang disalurkan tidak boleh terlambat agar semua kegiatan budidaya berjalan sesuai dengan jadwal. Aspek Khusus Produktivitas tebu pada lahan sawah Produktivitas tebu pada lahan sawah di wilayah kerja Kab. Bantul dan Kab. Sleman berada pada kondisi tertinggi pada kategori tanaman yang sama yaitu kategori tanaman pertama (Plant cane). Kondisi produktivitas terendah pada kedua wilayah kerja tersebut juga berada pada tanaman keprasan ketiga (ratoon cane III). Pada wilayah kerja Kab. Sleman setelah dilakukan pengujian dengan t-

7 49 student 5 % tidak terjadi perbedaan yang nyata dari produktivitas tertinggi hingga produktivitas terendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Produktivitas Tebu Lahan Sawah pada Berbagai Kategori Tanaman di Wilayah Kerja Kab. Sleman Kategori Tanaman Produktivitas(ton/ha) PC RC RC RC Dari Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa meskipun terjadi perbedaan produktivitas yang menunjukkan angka penurunan dari PC hingga RC 3. Namun penurunan tersebut tidak menujukkan perbedaan nyata setelah diuji dengan t- student pada taraf 5%. Namun pada wilayah kerja Kab. Bantul setelah dilakukan pengujian dengan t-student taraf 5%, terjadi perbedaan nyata antara produktivitas tertinggi dan produktivitas terendah yaitu antara tanaman pertama dan tanaman keprasan ke tiga (RC 3). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Produktivitas Tebu Lahan Sawah pada Berbagai Kategori Tanaman di Wilayah Kerja Kab. Bantul Kategori Tanaman Produktivitas (ton/ha) PC a RC ab RC abc RC cd Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji t-student 5 %. Dari kedua Tabel diatas dapat terlihat bahwa produktivitas pada lahan sawah cenderung menurun pada tahun selanjutnya mulai tanaman pertama (PC) hingga tanaman keprasan ke tiga (RC 3). Data sampel untuk lahan sawah dapat dilihat pada Lampiran 8.

8 50 Produktivitas tebu pada lahan tegalan Pada data produktivitas di wilayah kerja Kab. Sleman. Produktivitas naik dari kategori tanaman pertama sampai kategori tanaman keprasan pertama dan kemudian menurun hingga kategori tanaman keprasan ke tiga. Produktivitas tebu di lahan sawah di wilayah kerja Kab. Sleman setelah dilakukan uji t-student 5 %, terdapat perbedaan nyata antara produktivitas tertinggi yaitu tanaman keprasan pertama (RC 2) dengan kategori tanaman ketiga (RC 3) serta kategori tanaman pertama (PC). Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Produktivitas Tebu Lahan Tegalan pada Berbagai Kategori Tanaman di Wilayah Kerja Kab. Sleman. PC Kategori Tanaman Produktivitas (ton/ha) cd RC a RC ab RC bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji t-student 5 %. Tabel 10. Produktivitas Tebu Lahan Tegalan pada Berbagai Kategori Tanaman di Wilayah Kerja Kab. Bantul Kategori Tanaman Produktivitas (ton/ha) PC RC RC RC Pada Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa pola produktivitas tebu di lahan tegalan wilayah kerja Kab. Bantul sama seperti pada wilayah kerja Kab. Sleman dimana produktivitas naik dari tanaman pertama hingga tanaman keprasan pertama dan kemudian menurun kembali hingga tanaman keprasan ke tiga. Setelah dilakukan uji t-student 5 %, meskipun terlihat perbedaan namun perbedaan angka tersebut tidak menunjukkan perbedaan nyata pada keempat kategori tanaman mulai dari tanaman pertama hingga tanaman keprasan ketiga. Data sample untuk lahan tegalan dapat dilihat pada Lampiran 9.

9 51 Perbedaan produktivitas lahan sawah dan lahan kering Potensi produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan sangat berbeda. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan perbedaan produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan, dimana lahan sawah lebih tinggi angka produktivitasnya dibandingkan lahan tegalan. Faktor yang sangat menentukan antara lain ketersediaan air dan teknik budidaya. Selain perbedaan angka produktivitas, lahan sawah dan lahan tegalan memiliki pola grafik dari tanaman pertama (PC) sampai tanaman keprasan (RC) pada musim-musim berikutnya. Perbandingan produktivitas lahan sawah pada wilayah kerja Kab. Sleman dapat dilihat pada Gambar 11 dan Perbandingan produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan di wilayah kerja Kab.Bantul dapat dilihat pada Gambar 12. ton/ha PC RC 1 RC 2 RC 3 Sawah Tegalan Gambar 11. Perbandingan produktivitas tebu antara lahan sawah dan lahan tegalan di Kab.Sleman. ton/ha PC RC 1 RC 2 RC 3 Sawah Tegalan Gambar 12. Perbandingan produktivitas tebu antara lahan sawah dan lahan tegalan di Kab.Bantul. Dari kedua Gambar di atas, dapat dilihat bahwa pada kedua wilayah kerja yang diambil, kecenderungan produktivitas pada lahan sawah menurun dari

10 52 tanaman pertama (PC) hingga tanaman keprasan ke tiga (RC3). Untuk lahan tegalan, produktivitas naik dari tanaman pertama (PC) sampai tanaman keprasan pertama (RC1) dan kemudian menurun kembali sampai tanaman keprasan ke tiga (RC3). Pembahasan Produktivitas tebu di lahan sawah Produktivitas tebu di lahan sawah pada kedua wilayah kerja tersebut relatif sama. Seperti yang telah tercantum pada Tabel 7 dan Tabel 8 di atas. Pada lahan sawah Kab. Sleman, meskipun produktivitas menurun dari PC hingga RC 3, namun penurunan tersebut tidak menunjukkan peredaan yang nyata. Sementara itu pada lahan sawah Kab. Bantul juga mengalami penurunan produktivitas dari PC hingga RC 3, dan tanaman keprasan ke tiga RC 3 produktivitas yang berbeda nyata dengan tanaman pertama (PC). Tanaman keprasan ke tiga pada lahan sawah di wilayah kerja Kab. Bantul setelah dilakukan analisis ekonomi yang tercantum pada Lampiran 10 mengalami penurunan produktivitas yang cukup signifikan maka sudah selayaknya dilakukan rawat ratoon dengan harapan produktivitas akan kembali naik. Perbedaan lokasi dan jenis tanah salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan produktivitas pada kedua wilayah kerja tersebut. Tanaman pertama (PC) cenderung memiliki angka produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman keprasan (RC) dan bahkan cenderung menurun hingga tanaman keprasan ketiga. Terdapat hal yang istimewa pada tanaman tebu pertama (PC) yaitu terdapat perbedaan dosis pupuk phonska untuk tebu tanaman pertama (PC) dan tebu tanaman keprasan (RC) dimana tebu tanaman pertama diberikan dosis 5 ku/ha sementara tanaman keprasan hanya 3 ku/ha. Selain itu, keadaan lahan pada tanaman pertama masih sangat optimal untuk pertumbuhan. Dimana aerasi tanah masih cukup baik karena selang waktu antara pengolahan tanah dan masa tumbuh tebu tanaman pertama (PC) tidak terlampau jauh. Hal tersebut mempengaruhi perbedaan produktivitas antara tanaman pertama dan tanaman keprasan.

11 53 Hasil penelitian Ghayal et al. (2011) menunjukkan bahwa menurunnya hasil panen dari tanaman pertama (PC) hingga beberapa keprasan berikutnya diakibatkan semakin menurunnya hara esensial pada tanah yang diserap tebu setiap musim, sedangkan pemupukan tidak efektif untuk menambahkan hara pada tanah. Selain itu pertumbuhan phyto toksik flora mikro dan pergantian enzim pada tanah juga berpengaruh pada penurunan hasil panen tebu. Dikarenakan jarak antara Kab. Sleman dengan Kab. Bantul relatif jauh, maka jenis tanah kedua wilayah kerja tersebut juga berbeda. Maka kandungan hara serta faktor-faktor tanah yang berbeda juga mempengaruhi perbedaan produktivitas dari kedua wilayah kerja tersebut. Produktivitas tebu di lahan tegalan Semakin sulitnya mendapatkan lahan sawah dengan irigasi lancar maka PG. Madukismo mengembangkan arealnya di lahan dengan irigasi yang 100% mengandalkan air hujan. Lahan tegalan di wilayah kerja PG. Madukismo tersebar di seluruh rayon dan mendominasi hampir seluruh kecamatan. Lahan tegalan yang dikelola PG. Madukismo sebagian besar adalah wilayah pengembangan dalam rangka peningkatan luas areal tanam dengan tujuan meningkatkan produksi tebu. Pada lahan tegalan, produktivitas tebu pada kedua wilayah kerja ini tertinggi sama yaitu pada tanaman keprasan kedua (RC 1) dan produktivitas terendah pada kategori tanaman PC. Rendahnya produktivitas PC dibandingkan dengan tiga kategori tanaman lainnya seperti yang tercantum pada pada Tabel 9 dan Tabel 10 di atas sangat wajar, karena mengingat lahan tegalan merupakan lahan tegalan yang sulit mendapatkan air, dan cenderung mengandalkan tadah hujan sebagai sumber irigasi. Ketersediaan air pada lahan tegalan behubungan dengan waktu tanam. Karena lahan tegalan murni mengandalakan air hujan, maka penanaman untuk lahan tegalan dilaksanakan pada bulan basah yaitu antara bulan September hingga Desember. Masa giling dimulai di bulan Mei hingga September, sehingga penebangan dilakukan saat umur tebu masih muda. Sementara itu menurut Ongin jo dan Olweny (2011), umur optimal untuk tanaman tebu dipanen adalah sembilan bulan. Hal ini menyebabkan PC yang masih muda harus ditebang,

12 54 sehingga produktivitasnya rendah. Sehingga wajar apabila PC lebih rendah dibandingkan dengan RC 1 hingga RC 3. Menurut Widodo (1999), karena tanaman pertama merupakan tanaman yang tumbuh dari bibit bagal yang baru ditanam maka pola adaptasinya lebih susah dan membutuhkan strategi persiapan tanam yang pas agar perkecambahan tebu dapat berlangsung optimal. Dibandingkan dengan tanaman keprasan (RC) yang relatif lebih kuat menahan kekurangan air karena telah memiliki pola adaptasi yang cukup baik dengan memanfaatkan akar-akar yang telah tumbuh pada musim tanam sebelumnya. Perbedaan produktivitas lahan sawah dan lahan tegalan. Perbedaan produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan pada kedua wilayah seperti yang tertera pada Gambar 11 dan Gambar 12 di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dari keadaan lahan hingga teknik budidaya. Menurut Naruputro (2010), lahan sawah beririgasi memiliki kondisi yang sangat menguntungkan karena merupakanhabitat yang cocok untuk tanaman tebu dimana lahan sawah ber irigasi dapat mencukupi ketersediaan air bagi tanaman tebu pada setiap pertumbuhannya. Bukan hanya jumlah yang dapat dikontrol, frekuensi dan distribusinya juga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman.sementara itu, lahan tegalan memiliki kendala utama dalam ketesediaan air. Bukan hanya frekuensi pengaturan air yang tidak dapat dikontrol, jumlah dan intensitas air hanya mengandalkan turunnya hujan. Mengingat lahan sawah irigasi dapat menyuplai air yang cukup, disertai dengan sistem tanam Reynoso dimana pembuatan got disesuaikan untuk irigasi dan drainase yang dibutuhkan tanaman tebu. Sehingga kematian tunas pada bibit bagal sangat dapat diminimalisir. Berbeda dengan lahan tegalan yang sangat membutuhkan air untuk pertunasan dan tidak menghendaki kelebihan air karena dapat meyebabkan bibit busuk sehingga tidak dapat bertunas. Teknik budidaya yang mempengaruhi produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan adalah sistem olah lahan yang digunakan. Untuk lahan sawah irigasi umumnya menggunakan sistem tanam Reynoso dimana pembuatan got-got diperdalam, sehingga pengaturan irigasi dan drainase dapat mengoptimalkan

13 55 pertumbuhan tebu. Sementara itu pada lahan tegalan umumnya olah lahan yang digunakan adalah secara mekanik yaitu pembuatan got-got terdesain relatif lebih dangkal karena menyesuaikan ketersediaan air. Sehingga irigasi dan drainase tidak berlangsung secara optimal. Ketersediaan air sangat berhubungan dengan produktivitas karena air merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya tanaman tebu. Pemupukan di lahan kering tidak seoptimal pada lahan sawah, karena keterbatasan air maka unsur hara yang diberikan tidak semuanya dapat diserap oleh tanaman. Hal ini juga merupakan alasan mengapa lahan sawah memiliki angka produksi lebih tinggi jika dibandingkan dengan lahan tegalan. Umur panen tanaman tebu sangat menentukan angka produksi. Menurut Ongin jo dan Olweny (2011), umur optimal untuk tanaman tebu dipanen adalah sembilan bulan. Sementara itu, pelaksanaan penanaman pada lahan tegalan biasanya dilakukan pola tanam 2 yaitu bulan basah antara September Desember dan masa giling pabrik gula dimulai pada bulan Mei. Umur tebu yang masih muda saat ditebang membuat angka produksi PC lebih rendah jika dibandingkan dengan RC. Selain itu, yang menjadi masalah adalah serangan hama uret yang terjadi sekitar mulai bulan Februari, sehingga tanaman tebu harus segera dipanen kerugian yang ditimbulkan oleh serangan uret tersebut tidak menurunkan banyak angka produksi. Hal tersebut yang menyebabkan produktivitas PC di lahan tegalan lebih rendah dari RC. Sehigga pola pertumbuhan produktivitas pada lahan tegalan naik dari PC ke RC 1 dan kemudian menurun kembali pada RC selanjutnya. Menurut Vitti et al (2010), bahwa penggunaan sisa tanaman tebu yang tertinggal di lahan membantu dalam efisiensi penggunaan pupuk N. Sementara Singh et al (2011), menambahkan bahwa semakin meningkat dosis pupuk N akan meningkatkan hasil tebu (ton/ha). Pada tanaman pertama (PC) di lahan tegalan tidak terdapat sisa tanaman tebu, karena telah dibersihkan untuk melancarkan pengolahan tanah. Pada RC terdapat banyak sisa panen tanaman tebu, sehingga sangat mungkin tingginya produktivitas RC dibandingkan PC disebabkan nutrisi yang berupa sisa tanaman yang merupakan penyuplai unsur hara selain pupuk anorganik yang diberikan.

14 56 Produktivitas tanaman keprasan Tanaman keprasan merupakan tanaman tebu yang sebelumnya ditebang, kemudian dipotong tunggulnya tepat atau lebih rendah dari permukaan guludan selanjutnya dikelola sampai berproduksi. Pada umumnya tanaman keprasan memiliki produktivitas yang lebih rendah daripada tanaman pertamanya. Menurut Wijayanti (2008), tanaman yang mempunyai produktivitas tinggi adalah tanaman pertama yang ditanam pada lahan bekas selain tebu. Rendahnya produksi tanaman keprasan diduga belum memadainya pengelolaam agronomis varietas tebu. Tanaman keprasan sampai pada kondisi ratoon tertentu masih sangat menguntungkan jika dibanding tanaman pertamanya. Hal tersebut karena budidaya tanaman keprasan membutuhkan biaya yang relatif lebih kecil jika dibanding tanaman pertama. Pada budidaya tanaman keprasan tidak dilakukannya pembelian bibit dan pengolahan tanah (Lampiran 10 dan Lampiran 11). Untuk mengatasi rendahnya produktivitas tanaman keprasan, selain dilakukan bongkar ratoon adalah dilakukannya rawat ratoon. Hal penting dalam kegiatan rawat ratoon adalah putus akar, penambahan dosis pupuk dan sulam. Kegiatan tersebut memakan biaya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan dilakukannya bongkar ratoon. Putus akar adalah tindakan meotong akar tebu lama agar tumbuh akar tebu baru yang lebih produktif dalam penyerapan hara. Disamping itu, pekerjaan putus akar juga bertujuan untuk menggemburkan tanah serta meluruskan arah rumpun keprasan dan membuat aliran untuk pemupukan. Penyulaman sangat diperlukan dalam perawatan tebu keprasan. Dimana barisan tebu yang kosong karena tebu mati harus diisi agar angka produksi tidak turun. Kematian rumpun biasanya disebabkan oleh terlindas truk saat pengangkutan, trserang hama dan penyakit, serta terbongkar sampai akr saat pemanenan. Barisan terbu yang kosong lebih dari 0,5 m harus segera disulam untuk mempertahankan produktivitasnya.

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI

Lebih terperinci

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tebu untuk keperluan industri gula dibudidayakan melalui tanaman pertama atau plant cane crop (PC) dan tanaman keprasan atau ratoon crop (R). Tanaman keprasan merupakan

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, Kendal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Februari sampai 14 Juni 2011. Kegiatan pengamatan aspek khusus

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil 8 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta pada 13 Februari 2012 hingga 14 Mei 2012. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Karakter Bibit Kualitas Bibit Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Varietas Bibit PSJT 94-33 atau PS 941 Asal Bibit Kebun Tebu Giling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani Kemitraan dapat dikatakan hubungan suatu teman kerja, pasangan kerja ataupun teman usaha. Kemitraan dalam hal ini dapat dibentuk oleh pihak

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus 1. Teknik Budidaya Tanaman Tebu a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah pada budidaya tanaman tebu dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan dalam famili gramineae. Seperti halnya padi dan termasuk kategori tanaman semusim, tanaman tebu tumbuh

Lebih terperinci

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r 20 PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penetapan masa tanam Produktivitas tebu dan gula sangat dipengaruhi oleh bulan tanam yang optimal. Bulan tanam yang optimal adalah bulan Mei sampai Agustus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Oleh : Adi Prasongko (Dir Utama) Disampaikan : Slamet Poerwadi (Dir Produksi) Bogor, 28 Oktober 2013 1 ROAD

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati BAB V ANALISIS KEBIJAKAN SEKTOR PERTANIAN MENUJU SWASEMBADA GULA I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati ABSTRAK Swasembada Gula Nasional

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring 15 KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring Pabrik gula Cepiring didirikan tahun 1835 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming sebagai suatu perseroan di atas tanah seluas 1 298

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki luas wilayah yang

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA Oleh : Afanti Septia, SP (PBT Ahli Pertama) Eko Purdyaningsih, SP (PBT Ahli Muda) PENDAHULUAN Dalam mencapai target swasembada gula, pemerintah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Gempol, PG Sindang Laut, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kebun berupa lahan sawah beririgasi dengan jenis tanah vertisol. Lahan percobaan

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) PRINSIP S R I Oleh : Isnawan BP3K Nglegok Tanaman padi diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya Semua unsur potensi

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA Institut Pertanian Bogor, 2009

MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA Institut Pertanian Bogor, 2009 MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR;

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor pertanian pula berperan

Lebih terperinci

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah PG. Krebet Baru Pabrik Gula Krebet Baru didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda yang kemudian pada tahun 1906 dibeli oleh Oei Tiong Ham Concern. PG. Krebet

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis 55 PEMBAHASAN Aspek Teknis Pelaksanaan aspek teknis budidaya kebun milik PG Cepiring secara umum dilakukan sesuai dengan prosedur perusahaan. Pelaksanaan teknis budidaya di lapang akan selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan bagi

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Industri Gula Indonesia 2.2. Karakteristik Usahatani Tebu

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Industri Gula Indonesia 2.2. Karakteristik Usahatani Tebu 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Industri Gula Indonesia Industri gula masih menghadapi masalah rendahnya tingkat produktivitas karena inefisiensi ditingkat usaha tani dan pabrik gula (Mubyarto, 1984).

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR ISSN 1410-1939 PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR [THE ASSESMENT OF THE APPLICATION OF STANDARD CULTIVATION TECHNIQUE OF SUGARCANE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

Mengenal Budidaya Tebu dan Pabrik Gula di Lampung

Mengenal Budidaya Tebu dan Pabrik Gula di Lampung Mengenal Budidaya Tebu dan Pabrik Gula di Lampung Biodata Nama : Ir. H. M. Afif Manaf Pendidikan : Jurusan Sosek FP Universitas Brawijaya, Malang Riwayat Pekerjaan : -PT. GMP, PT. PSMI, dan PT BMM Pengalaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman 24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 9 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda di sekitar DIY terdapat 17 pabrik gula antara lain PG Padokan, PG Ganjuran, PG Gesikan, PG Kedaton, PG Cebongan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali penyulaman tanaman

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk BAHAN DAN METODE 9 Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007 di rumah kaca Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rumah kaca berukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L) merupakan tanaman tropis berasal dari Asia ataupun Papua yang pengembangannya hingga daerah sub tropis sampai batas 19 º LU dan 35 º LS (Bakker

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang batangnya mengandung zat gula sebagai bahan baku industri gula. Akhir-akhir ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto 1), Sri Wahyuni

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan PT Gula Putih Mataram (GPM) merupakan salah satu perusahaan yang didirikan sebagai wujud swasembada nasional untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang timbul di Indonesia,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

yang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005).

yang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005). 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Juta ton BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan sumber pangan utama yang digunakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Di Indonesia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru LAMPIRAN 70 Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru No. Tanggal Jenis Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja Mahasiswa Pekerja 1 12 Februari 2009 Orientasi dan pengurusan administrasi kantor

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembukaan atau persiapan lahan Pembukaan atau persiapan lahan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh tanaman tebu sehingga kondisi fisik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya penggunaan kedelai sebagai bahan baku industri pangan. Produksi kedelai di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING

UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING P. Sunaryo Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Lubang-lubang kebocoran tebu dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN

DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN i PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN OLEH AHMAD HANIF FADIL A24080183

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi

Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi Nurwulan Agustiani, Sarlan Abdulrachman M. Ismail Wahab, Lalu M. Zarwazi, Swisci Margaret, dan Sujinah Indonesia Center for Rice Research

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Tebu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumputrumputan (Gramineae) yang merupakan tanaman untuk bahan baku gula. Batang tanaman tebu memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci