PEMBAHASAN Sistem Petikan
|
|
- Irwan Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu sendiri. Oleh karena itu petikan harus dilaksanakan dengan baik dan tepat. Sistem petikan yang dimaksud di sini adalah berapa daun muda yang dipetik di bawah kuncup (peko) atau beberapa daun yang tinggal pada ranting di atas daun kepel. Sistem petikan ini sangat terkait dengan teknis petikan yang baik di lapang yaitu sesuai dengan prinsip memetik mulai dari mengambil, menyimpan dan membuang. Menurut Sukasman dan Johan (1990) bahwa petikan yang baik selain bidang petik harus rata, pemetikan harus dilakukan sesuai dengan bidang petik. Pucuk yang belum mencapai kriteria masak petik harus ditinggalkan dan daur petik harus diatur sesuai dengan pola pertumbuhan pucuk. Salah satu masalah di kebun Kemuning ialah bidang petik yang tidak rata. Bidang petik yang tidak rata akan menyebabkan perbedaan pertumbuhan pucuk selain berpengaruh pada kesehatan tanaman dan serangan hama atau penyakit yang mudah menyerang karena diperoleh lingkungan hidup yang cocok untuk berkembang biak sehingga kesinambungan produksi kurang terjaga. Untuk memperoleh bidang petik yang rata harus dilakukan sistem petikan yang benar. Sistem pemetikan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pihak kebun. Tinggi petikan jendangan di Blok B3 (Tabel 4), masih lebih rendah dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan PPTK Gambung dalam Setyamidjaja (2000), yaitu cm dari luka pangkas. Belum sesuainya pelaksanaan petikan jendangan tersebut disebabkan oleh masih kurangnya pengawasan dari mandor, masih rendahnya keterampilan dari tenaga pemetik serta sistem borongan yang diterapkan sehingga pemetik hanya mengejar kuantitas tanpa memperhatikan kualitas dari pucuk yang dihasilkan dan dampak dari pemetikan tersebut terhadap pemetikan berikutnya.
2 Pemetikan jendangan merupakan pemetikan yang dilakukan pertama kali dan bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan merata dengan daun pemeliharaan yang cukup sehingga tanaman memiliki potensi yang tinggi. Hal ini penting atau perlu diperhatikan karena pertumbuhan dan jumlah pucuk serta bobotnya sangat dipengaruhi oleh tebal tipisnya daun pemeliharaan (Tobroni, 1998). Makin tipis dan jarang daun pemeliharaan, makin cepat akibat kekeringan (Darmawijaya, 1984). Dalam proses pertumbuhan tanaman teh mutlak diperlukan daun permanen atau daun pemeliharaan untuk menjamin produktivitas dan kelangsungan hidupnya. Daun pemeliharaan juga dapat dibentuk pada saat pemetikan sehingga pemetikan harus benar-benar diperhatikan. Pucuk dari tunas yang mengarah ke samping (selewer) tidak boleh dipetik agar bidang petik cepat melebar. Daun pemeliharaan berfungsi sebagai pabrik fotosintat yang digunakan sebagai pertumbuhan dan metabolisme tanaman (Dalimoenthe, 1987). Fotosintat yang dihasilkan oleh daun pemeliharaan akan disebarkan ke bagian atas (pucuk) dan bagian bawah atau cabang, batang, dan akar. Tebal daun pemeliharaan optimal untuk pertumbuhan tunas baru adalah cm (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1992). Pemetikan jendangan dilakukan oleh tenaga pemetik yang terampil dan teliti (sudah pernah mengikuti petikan jendangan) yang diambil dari kemandoran yang membawahi wilayah itu dengan sistem borongan. Jumlah tenaga pemetik jendangan biasanya 20 orang, akan tetapi juga masih tergantung terhadap luas areal yang akan dipetik. Dalam melakukan pemetikan jendangan ini perlu dipertimbangkan juga mengenai pertumbuhan gulma, hal ini dikarenakan apabila semakin tinggi petikan jendangan ini dilakukan, intensitas serangan hama dan penyakit akan cenderung semakin meningkat, karena semakin lama tanaman tersebut dijendang maka semakin lama pula kesempatan patogen menghasilkan spora. Menurut Sanusi dan Purnama dalam Martosupono dan Sudirman (1991), petikan jendangan yang paling efektif terhadap produksi pada pangkasan bersih adalah 10 cm dari bidang pangkas.
3 Waktu dan Frekuensi Pelaksanaan Pemetikan Jendangan Pelaksanaan pemetikan jendangan adalah 2 3 bulan setelah pemangkasan produksi yaitu apabila 60 % areal telah memenuhi syarat jendang dengan rata rata tinggi pucuk cm dari luka pangkas ( Setyamidjaya, 2000). Rata rata pelaksanaan pemetikan jendangan di kebun Kemuning adalah 3 bulan setelah pemangkasan. Hal tersebut disebabkan oleh letak kebun Kemuning yang berada di dataran tinggi sehingga intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman kurang optimal. Pada dataran tinggi pertumbuhan tunas berlangsung agak lambat karena terkait dengan jumlah intensitas cahaya matahari yang rendah. Jika cahaya terlalu kecil dan suhu udara rendah maka tidak terjadi pertumbuhan (Sukasman, 1997). Dalam pelaksanaannya pemetikan jendangan dilakukan oleh pemetik yang terampil dan teliti yang dipilih dari beberapa kemandoran dan selalu diawasi MK jendangan meliputi ketepatan ukuran salib, pisau stek dan cara pemetikan yang dilakukan. Kapasitas Pemetik Rata rata kapasitas pemetik di kebun Kemuning adalah 22 kg. Nilai ini masih dibawah standar pemetikan (basic yield) yang ditetapkan oleh perkebunan yaitu 35 kg/hari. Kapasitas petikan yang dihasilkan setiap pemetik berbeda tergantung dari keadaan pucuk di lapang. Rendahnya kapasitas pemetik di perkebunan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kondisi pucuk di lapang, banyaknya pemetik yang berusia lanjut sehingga kemampuan pemetik berkurang dan keterampilan pemetik yang masih rendah sehingga pemetikan dilakukan dengan cara dijambret atau ngodok, sehingga pertumbuhan pucuk untuk gilir berikutnya tidak rata. Prestasi kerja yang dilakukan pemetik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia pemetik, waktu timbang, tinggi badan, jarak tempat kerja dengan tempat tinggal (Rosyadi dan Subrana, 1990).
4 Gilir Petik dan Hanca Petik Hanca petik diatur berdasarkan blok sistem, artinya pemetik tidak hanya memetik pada satu petak atau barisan tertentu saja tetapi bersama dengan pemetik yang lain menuju satu barisan ke depan dalam blok yang akan dipetik. Pembagian hanca didasarkan pada potensi tanaman, umur pangkasan, topografi areal dan jumlah pemetik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di lapang diketahui bahwa rata rata hanca petik untuk petikan jendangan dan produksi berbeda. Hanca petikan jendangan rata rata 1.5 patok/hk. Hasil tersebut lebih luas dibandingkan dengan petikan produksi yang rata rata hanya 0.75 patok/hk. Hal tersebut disebabkan oleh pucuk yang dipanen jumlahnya lebih sedikit dan keterampilan dari tenaga pemetik pada petikan produksi. Gilir petik merupakan jarak antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada suatu luasan yang sama. Gilir petik merupakan salah satu faktor yang menentukan produksi pucuk. Gilir petik antara satu perkebunan dengan perkebunan lain tidak sama. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain topografi, umur pangkas, iklim dan kesehatan tanaman. Semakin tinggi letak kebun dan cuaca kemarau maka pertumbuhan pucuk semakin lambat sehingga gilir petik harus diperpanjang. Semakin tua umur pangkas maka semakin lambat pertumbuhan sehingga makin panjang gilir petik. Kesesuaian gilir petik dengan umur pangkas ini sangat penting untuk diperhatikan agar diperoleh pucuk yang memenuhi syarat olah sehingga kualitas teh yang dihasilkan stabil. Gilir petik yang pendek dapat mencegah menyebarnya serangan hama Helopeltis antonii, sehingga pucuk yang dihasilkan dalam kondisi yang sehat. Kesehatan tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan pucuk, semakin sehat tanaman maka pertumbuhan pucuk semakin cepat sehingga gilir petik semakin pendek (Tobroni, 1988). Gilir petik yang diterapkan di kebun Kemuning sudah sesuai dengan standar yaitu ( hari ). Gandi (2002) menyatakan bahwa penetapan gilir petik tergantung percepatan pertumbuhan tunas dan faktor-faktor yang mempengaruhi gilir petik. Semakin pendek gilir petik maka hanca petik akan semakin luas.
5 Analisis Petik dan Analisis Pucuk Tujuan dari proses analisa adalah untuk mengetahui pucuk yang akan diolah sudah memenuhi standar atau belum sehingga sehingga dapat memperkirakan tinggi rendahnya olahan. Kegiatan analisa petikan merupakan kegiatan awal dari pengujian mutu. Analisis petik maupun analisis pucuk merupakan bagian dari analisis pemetikan yang merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memonitoring kualitas pucuk yang dihasilkan oleh perusahaan. Analisis ini harus dilakukan oleh tenaga ahli dan mendapatkan pengawasan dari pihak pengelola kebun, karena hasil dari analisis ini sangat bermanfaat bagi pengelola kebun dalam memonitoring pelaksanaan lapang dan dalam melakukan perbaikan terhadap aspek-aspek yang dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan. Analisis petik merupakan pemisahan pucuk yang didasarkan pada rumus petik yang diterapkan kebun tersebut. Analisis ini mulai tahun 2008 sudah tidak diterapkan kembali karena dianggap sudah tidak efektif dan effisien. Akan tetapi penulis melakukan analisis sendiri dan membandingkan hasilnya dengan analisis yang dilakukan pihak kebun. Pemetikan yang kurang teliti dan tidak adanya bonus tambahan untuk pemetik apabila mengumpulkan hasil lebih dari basic yield, dan rendahnya jam kerja merupakan faktor yang akan mempengaruhi hasil dari analisa petik dan analisa pucuk. Hal ini juga harus diperhatikan oleh pengelola kebun karena akan berpengaruh langsung terhadap kelangsungan kebun tersebut. Analisis petik dilakukan dengan tujuan untuk menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan baik daur petik maupun cara pemetikan yang nantinya akan mempengaruhi kondisi pucuk yang akan diolah, menilai kondisi tanaman yang kurang sehat dan menilai keterampilan pemetik. Menurut Rosyadi dan Subarna (1990), semakin besar persentase pucuk muda yang akan diolah maka akan menghasilkan mutu yang tinggi. Hasil dari analisis petik dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.
6 Tabel 6. Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik di Kebun Kemuning 2007 Uraian Februari Maret April Mei P P P B+1m B+2m B+3m Medium P P BT DT Rusak Sumber : Arsip Kantor Rumpun Sari Dari data analisis petik berdasarkan Tabel 6 di atas yang dilakukan oleh pihak perkebunan menunjukkan bahwa petikan di kebun Kemuning masih tergolong petikan kasar, hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya persentase pucuk medium yang dihasilkan dengan rata rata 49 %, selain itu juga masih terdapat pucuk kasar dan rusak dengan persentase yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pemetikan di kebun Kemuning belum dilaksanakan dengan baik serta keadaan tanaman di kebun kurang sehat. Hasil dari analisa petik ini dapat digunakan untuk melihat kondisi tanaman dan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan terhadap sistem pengelolaan kebun. Sebagai pembanding penulis melakukan analiasis petik secara langsung dengan mengambil contoh pucuk dari setiap kemandoran sebanyak 100 gram. Pucuk ini diambil dari pabrik sebelum pucuk dibeberkan. Berikut adalah data mengenai analisis petik yang dilakukan oleh penulis dapat dilihat pada Tabel 7.
7 Tabel 7. Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik yang dilakukan Penulis 2008 Uraian Februari Maret April Mei P P P B+1m B+2m B+3m Medium P P BT DT Rusak Sumber : Data primer pengamatan penulis Dari data Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa hasil yang didapat oleh penulis hampir sama dengan yang dilakukan oleh pihak kebun. Data ini diperoleh dengan cara mengambil sampel sebanyak 100 gram dari setiap kemandoran kemudian dipisahkan berdasarkan rumus petik dan dihitung persentase dari masing masing kriteria tersebut. Dari data diatas masih terlihat persentase pucuk kasar dan rusak yang masih tinggi dan melebihi standar yang ditetapkan kebun yaitu 5 % untuk pucuk rusak dan 20 % untuk pucuk kasar. Untuk pucuk medium yang dihasilkan juga masih dibawah standar perkebunan yaitu 75 %. Pemetikan yang dilakukan di kebun Kemuning masih tergolong petikan kasar, hal tersebut dapat dilihat dari Persentase pucuk yang tergolong petikan kasar masih tinggi. Tidak sesuainya komposisi pucuk yang ditetapkan perusahaan dengan hasil yang diperoleh dari lapangan disebabkan oleh masih seringnya terjadi kesalahan kesalahan dalam cara memetik. Faktor terbesar yang mempengaruhi mutu pucuk hasil dari analisis adalah kesalahan dalam cara pemetikan (Sukasman dan Johan, 1990). Kesalahan tersebut antara lain cara memetik yang dijambret dan pucuk yang tertinggal sehingga akan berpengaruh
8 terhadap hasil pucuk pada periode berikutnya. Pemetikan terlalu mengejar hasil secara kuantitas tanpa memperhatikan kualitas dari pucuk yang diperoleh. Para tenaga pemetik kadang kadang masih menggunakan sarung tangan meskipun mereka melakukan pemetikan secara manual sehingga akan menambah persentase pucuk kasar yang diperoleh. Menurut Subarna et al. (1990), mutu hasil petikan secara manual sangat dipengaruhi oleh keahlian pemetik dan kondisi kebun yang dipetik. Mutu pucuk hasil petikan secara mekanis masih sedikit lebih besar daripada pucuk hasil petikan tangan (Dalimoenthe dan Kartawijaya. 1997). Hal ini akan terlihat dari persentase pucuk medium, kasar dan rusak yang akan dihasilkan. Hasil analisa petik terutama diperlukan oleh pengelola kebun untuk mengetahui apakah standar petikan dan gilir petik telah sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Sedangkan hasil dari analisa pucuk selain untuk penentuan upah dan bonus bagi mandor juga bermanfaat bagi pengelola pabrik atau pengolahan untuk mempertanggung jawabkan mutu hasil olahannya atau teh kering. Untuk pengolahan teh hijau sebenarnya analisa petik ini tidak perlu dilakukan, hal ini disebabkan pada saat proses pengolahan baik pucuk kasar, halus, medium atau rusak akan dicampur menjadi satu. Selain itu analisa ini tidak bermanfaat terhadap proses pemasaran yang dilakukan oleh pihak kebun. Pelaksanaan analisa yang hanya dilakukan oleh pihak pengolahan dapat menyebabkan kurangnya perhatian pihak kebun terhadap manfaat hasil analisa untuk kepentingan perbaikan kebun dan kualitas pucuk teh. Selain itu juga dapat mengakibatkan penyimpangan dari hasil analisa karena tidak adanya hasil pembanding untuk mendukung keakuratan hasil analisa. Analisa yang dilakukan oleh kebun Kemuning tidak hanya analisa petik akan tetapi juga analisa pucuk.dari hasil analisa pucuk ini digunakan untuk mengetahui kisaran sebaran mutu teh jadi hasil dari pengolahan. Berikut adalah data mengenai analisa pucuk dan kisaran sebaran mutu teh jadi kebun kemuning tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8.
9 Tabel 8. Data Analisis Pucuk dan Kisaran Sebaran Mutu Teh Jadi Kebun Kemuning, dari Bulan Februari sampai Mei Uraian Februari Maret April Mei Rata-rata Analisis Pucuk (%) Medium (MS) Kasar Rusak Sebaran Mutu (%) Mutu Mutu Mutu lokal Sumber : Bagian Pengolahan Kebun Kemuning 2008 Dari data analisis pucuk yang terdapat dalam Tabel 8 maka jumlah medium (MS) kebun Kemuning masih di bawah ketentuan syarat olah (70%) yaitu 66.6% dan persentase pucuk kasar yang masih tinggi yaitu 27.6%. Berfluktuasinya persentase pucuk ini menyebabkan persentase mutu 1 yang berfluktuasi juga dengan rata-rata 72.7 % dan tingginya pucuk kasar di atas 25% serta masih banyaknya pucuk rusak lebih dari 5% menyebabkan tingginya mutu lokal yang melebihi 5% dengan rata-rata Hal ini disebabkan karena sistem petikan yang benar masih belum sepenuhnya dijalankan di kebun kemuning sehingga kualitas pucuk yang diharapkan belum tercapai. Bila dilihat rata-rata mutu masih di bawah yang diharapkan kebun yaitu 75%. Kebutuhan Tenaga Pemetik Tenaga pemetik memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai hasil petikan yang maksimal. Kebutuhan tenaga pemetik di suatu perkebunan perlu memperhitungkan jumlah tenaga yang dibutuhkan dan keterampilan dalam pelaksanaan pemetikan. Pengaturan kebutuhan tenaga pemetik di kebun Kemuning didasarkan pada luas areal yang dipetik dan kondisi pucuk di lapangan. Dari hasil perhitungan dapat diketahui kebutuhan tenaga pemetik di kebun Kemuning pada tahun 2007 melewati target perkiraan kebun (300 pemetik).
10 Pada umumnya mandor tidak membatasi jumlah karyawannya untuk mengantisipasi bila perusahaan mengalami kekurangan pemetik. Upaya yang dapat dilakukan untuk menambah kapasitas pemetik tanpa menambah jumlah pemetik adalah pemetikan dengan cara mekanis yaitu dengan gunting atau mesin petik, namun pemetikan mekanis ini mutunya lebih rendah daripada hasil petikan manual. Mutu pucuk hasil petikan mekanis persentase kasarnya lebih tinggi daripada hasil petikan manual tetapi tidak mengandung daun tua dan ranting yang tidak layak olah (Kartawijaya, et.al.1996). Dari berbagai faktor yang diamati di atas semuanya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pemetikan secara langsung sehingga juga dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas dari pucuk yang dihasilkan. Beberapa faktor tersebut harus mendapatkan perhatian dari pihak pengelola kebun demi keberlangsungan kebun tersebut.
PEMBAHASAN Potensi Pucuk
52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan
46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Waktu Pangkas
PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.
Lebih terperinciPEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik
PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15
Lebih terperinciMETODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan
METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh
3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011
PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh
TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Tipe Pangkasan
8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan
Lebih terperinciPEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung
PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh
3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae
Lebih terperinciMETODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan
0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan
47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang
Lebih terperinciPEMBAHASAN Prosedur Gudang
44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi
Lebih terperinciPengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.
Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Management of Tea Plucking (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) at Unit
Lebih terperinciPROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008.
lampiran Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis 11Feb08
Lebih terperinciLampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara
Lebih terperinciPengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Kendal, Central Java Ade Wachjar * dan Supriadi
Lebih terperinciPENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA
Lebih terperinciPENGKAJIAN PENGGUNAAN GUNTING PETIK PADA KOMODITAS TEH DI KECAMATAN CIKALONG WETAN-KABUPATEN BANDUNG
PENGKAJIAN PENGGUNAAN GUNTING PETIK PADA KOMODITAS TEH DI KECAMATAN CIKALONG WETAN-KABUPATEN BANDUNG The Assessment of Picked Scissors in Tea Commodity in the East Cikalong Sub District-Bandung District
Lebih terperinciPengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo
Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Wonosobo Naelatur Rohmah dan Ade Wachjar * Departemen
Lebih terperinciPengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah
Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pruning Plant Management of Tea (Camelia sinensis (L.) O Kuntze) Karanganyar, Central Java Martini Aji
Lebih terperinciPengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) Pruning at Plantation Unit of
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut
Lebih terperinciLAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE II. Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember
LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE II Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember Oleh : Mayang Septiana Prajamukti 115040200111042 UNIVERSITAS
Lebih terperinciPEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH
PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh AGITHA AMANDA PUTRI A34104060 PROGRAM STUDI AGRONOMI
Lebih terperinciSISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan
SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan yang dilakukan dalam minggu tersebut. Log Kerja Harian
Lebih terperinciLAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE I. Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember
LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE I Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember Oleh : Mayang Septiana Prajamukti 115040200111042 UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar Wilayah Blitar merupakan wilayah yang strategis dikarenakan wilayah Blitar berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu
Lebih terperinciKEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah
13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah
Lebih terperinciPELAKSANAAN DI LAPANG
PELAKSANAAN DI LAPANG Pembibitan Aspek Teknis Pembibitan merupakan bagian penting dalam suatu usaha perkebunan teh. Bahan tanam untuk perkebunan teh seluruhnya berasal dari areal pembibitan. Areal pembibitan
Lebih terperinciPENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A
i PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A24063156 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERKEBUNAN. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PENGELOLAAN PERKEBUNAN Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan RSK dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab langsung kepada direktur area atas pengelolaan unit usaha yang meliputi
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan
Lebih terperinciPengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah
Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas
19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan
Lebih terperinciGambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan jenis minuman yang sudah dikenal di seluruh dunia, konsumsi teh menjadi suatu hal yang umum bagi seluruh masyarakat karena mengkonsumsi teh dapat berdampak
Lebih terperinciPERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS PUCUK TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI BERBAGAI TINGGI TEMPAT
PERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS PUCUK TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI BERBAGAI TINGGI TEMPAT THE GROWTH, YIELD AND QUALITY OF TEA TIP (Camellia sinensis (L.) Kuntze) IN VARIOUS ELEVATIONS Lintang
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.
DAFTAR ISI Halaman Judul... No Hal. Intisari... i ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2.
Lebih terperinciPENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH BANI KURNIAWATI A24061019 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS
Lebih terperincipercobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis
PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian
Lebih terperinciTUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman
PEMANGKASAN TUJUAN PEMANGKASAN Membentuk tajuk tanaman yang ideal. Membuang cabang-cabang tidak produktif, cabang sakit, tunas air, dan cabang kering. Menumbuhkan cabang-cabang produktif dalam jumlah cukup
Lebih terperinciTeknologi Produksi Ubi Jalar
Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tumbuhan hijau yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara dan 95 o -105
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik
38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN
BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena
Lebih terperinciPenanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk
Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciKAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH
KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PTPN VIII PERKEBUNAN TAMBAKSARI, SUBANG JAWA BARAT Oleh Risa Aprisiani A34104039
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Teh yang diproduksi PT RSK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai banyak industri yang bergerak dibidang pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). Bergerak dibidang industri teh. PT RSK yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian
Lebih terperinciGambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.
21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam satu blok, yaitu di petak penelitian permanen teknologi penyadapan getah pinus (blok Cikatomas) dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu spesies yang berasal dari famili Theaceae. Di seluruh dunia tersebar sekitar 1 500 jenis yang berasal
Lebih terperinciPengaruh pohon pelindung tetap pada tanaman teh menghasilkan terhadap iklim mikro, populasi serangga hama dan musuh alami, serta produksi pucuk teh
Pengaruh pohon pelindung tetap pada tanaman teh menghasilkan terhadap iklim mikro, populasi serangga hama dan musuh alami, serta produksi pucuk teh The effect of permanent shade tree at mature tea area
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.
Lebih terperinciMANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PRIHARDINI MUFTI A
MANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PRIHARDINI MUFTI A24100190 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di
Lebih terperinciPELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE
PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE Agung Mahardhika, SP ( PBT Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Tanaman teh (Camelia sinensis
Lebih terperinciKONDISI UMUM PERKEBUNAN
KONDISI UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Tambi Pada tahun 1865, PT Perkebunan Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintahan Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusaha swasta Belanda yang bernama
Lebih terperinciDairi merupakan salah satu daerah
Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang
Lebih terperinciSTUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH
STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH QORI LELYANA A24070068 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
Lebih terperinciBUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI
BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah
Lebih terperinciSambung Pucuk Pada Tanaman Durian
Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP GRAFTING atau ent, istilah asing yang sering didengar itu, pengertiannya ialah menggambungkan batang bawah dan batang atas dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009. Suhu rata-rata harian pada siang hari di rumah kaca selama penelitian 41.67 C, dengan kelembaban
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di
Lebih terperinciMETODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun
METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas
Lebih terperinciPEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING
PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING Pengertian Pembentukan dan pemangkasan tanaman merupakan bagian penting dari program pengelolaan (management) tanaman buah-buahan. Pembentukan (training)
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96
Lebih terperinciTeknik Pembenihan Acacia Spp. (Akasia) Bebas Penyakit
Teknik Pembenihan Acacia Spp. (Akasia) Bebas Penyakit 1 / 5 Tanaman Acacia spp. termasuk tanaman yang peka terhadap serangan hama dan penyakit terutama yang disebabkan oleh jenis jamur dan bakteri. Pembangunan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan
Lebih terperinciKONDISI UMUM Sejarah Perkebunan
KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. keinginan konsumen, maka hal-hal penting yang harus diperhatikan salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam setiap perusahaan atau pun industri, pekerjaan dikatakan selesai secara efisien yaitu apabila waktu penyelesaian berlangsung paling singkat. Pendekatan secara
Lebih terperinciANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH
ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH INDRIANI NOVITA PRATIWI A24070131
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan
Lebih terperinciVI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK
VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan daun sebagai hasil produksinya. Tanaman ini dapat tumbuh subur dan berkembang baik di daerah dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0,
4.1 Hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang dilakukan pada kedua galur murni G.180 dan menunjukkan hasil yang optimal pada berbagai pertumbuhan tanaman, dengan parameter pengamtan seperti
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tinggi Tanaman (cm ) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak tanam yang berbeda serta interaksi antara kedua perlakuan
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciCara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag
Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,
Lebih terperinciKetersediaan klon kakao tahan VSD
Alternatif Pengendalian Penyakit VSD (vascular-streak dieback) Melalui Penggantian Tajuk Tanaman Teguh Iman Santoso 1), Sudarsianto 1), dan A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis
Lebih terperinciTeknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk
Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan
Lebih terperinciPANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca
Lebih terperinci