BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Kualitas merupakan sebuah kata yang sering dipakai oleh masyarakat untuk mengungkapkan suatu standar yang mereka berikan pada suatu jasa atau produk. Kata kualitas memiliki banyak sekali definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Definisidefinisi tersebut sebenarnya memiliki pengertian yang hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Ada beberapa ahli yang mengemukakan definisi dari kualitas. Juran (1974), mendefinisikan pengertian kualitas yaitu Quality is fitness for use. Definisi ini menekankan pada poin penting yaitu pengendali di balik penentuan level kualitas yang harus dipenuhi oleh produk atau jasa yaitu konsumen. Akibatnya, apabila keinginan konsumen berubah maka kualitas yang ditetapkan juga berubah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa elemen yang menentukan level dari kualitas produk atau jasa yang dinamakan karakteristik kualitas. Ahli lainnya yang mendefiniskan arti kualitas adalah Crosby. Definisi kualitas menurut Crosby (2003, p8) adalah conformance to requirements or specifications, yang diartikan bahwa kualitas adalah suatu kesesuaian untuk memenuhi persyaratan atau spesifikasi. Sedangkan menurut Feigenbaum (1991), kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa dalam proses produksi yang meliputi marketing, engineering, manufacture,dan maintainance di mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.

2 17 Kualitas juga didefinisikan oleh institusi yang memiliki standar yaitu ISO 8402 atau quality vocabulary. Menurut badan ini, kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau kesesuaian terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirement). Sedangkan menurut Gaspersz (1998), terminologi kualitas dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistical adalah konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu produk (barang atau jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal. Gaspersz juga mengungkapkan bahwa kualitas konteks dalam pengendalian proses statistikal adalah bagaimana baiknya suatu output (barang/jasa) itu memenuhi spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain dari suatu perusahaan. Spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain produk harus berorientasi kepada kebutuhan atau keinginan konsumen (orientasi pasar) ( Gaspersz, 1998, p1-2). Menurut Russel (1996), apabila diutarakan secara rinci, kualitas memiliki dua perspektif, yaitu perspektif produsen dan perspektif konsumen, di mana bila kedua hal tersebut disatukan maka akan tercapai kesesuaian antara kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai fitness for consumer use (kesesuaian untuk digunakan oleh konsumen). Hal ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1. (Ariani, 1999, p7). Pada gambar terlihat bahwa kedua perspektif tersebut akan bertemu pada satu kata yaitu fitness for consumer use. Kesesuaian tersebut merupakan kesesuaian antara

3 18 konsumen dengan produsen sehingga dapat membuat suatu standar yang disepakati bersama dan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan kedua belah pihak. Gambar 2.1. Dua Perspektif Kualitas Dari sekian banyak definisi yang dikemukakan para ahli tersebut, semuanya merujuk pada suatu pengertian umum. Dapat dikatakan definisi kualitas secara garis besar adalah kemampuan suatu produk untuk memberikan kepuasan dan memenuhi harapan para pengguna produk. 2.2 DMAIC dan Tahapannya DMAIC (Define Measure Analyze Improve Control) merupakan sebuah komponen dasar dari metodologi Six Sigma, yang digunakan untuk meningkatkan kinerja suatu proses dengan mengeliminasi defect. DMAIC dikembangkan oleh Edwards Deming dan berguna untuk memperbaiki sebuah proses bisnis untuk mengurangi cacat produksi. Adapun fase-fase dari DMAIC adalah sebagai berikut (Breyfogle., 2003, p45):

4 19 QuickTime and a decompressor are needed to see this picture. Gambar 2.2 Fase-fase DMAIC Sumber: Tahap Define Hal-hal penting yang harus didefinisikan pada tahap ini adalah suara pelanggan (Voice of Costumer) yang selanjutnya ditransformasi menjadi karakteristik yang penting terhadap kualitas, ruang lingkup proyek, prioritas sebab akibat dan perencanaan proyek. Berikut adalah langkah-langkah untuk menyelesaikan tahap define: Mendefinisikan masalah. Sebuah permasalahan harus bersumber dari data yang ada, dapat diukur, dan lepas dari asumsi tentang penyebab atau penyelesaian masalah yang diperkirakan. Oleh karena itu, masalah harus spesifik dan tujuannya dapat dicapai. Mengidentifikasi pelanggan. Hal ini dibutuhkan pada proses analisa awal. Fokus disini adalah mengidentifikasi seberapa banyak pihak yang terkena dampak akibat kualitas yang buruk.

5 20 Mengidentifikasi karakteristik Critical to Quality. Identifikasi karakteristik CTQ memastikan bagaimana sebuah spesifikasi produk dihadapkan dengan ekspektasi pelanggan. Memetakan proses. Pemetaan proses dalam tahap define tidak lebih dari representasi visual sebuah aliran proses untuk pemenuhan identifikasi karakteristik CTQ. Peta proses sangat berguna sebagai: o Metode segmentasi proses yang rumit ke dalam bagian-bagian yang dapat dikelola o Jalan untuk mengidentifikasi masukan dan keluaran proses o Teknik untuk mengidentifikasi wilayah perbaikan o Cara untuk mengidentifikasi penyumbat (bottleneck), kerusakan dan proses yang tidak menambah nilai (non value added). Tahap Measure Tahap kedua ini dilakukan ketika memulai pengumpulan data tentang kinerja saat ini. Selama penyelesaian tahap ini, perencanaan pengumpulan data disesuaikan dengan tipe data dan pengumpulannya, sistem pengukuran yang valid menjamin akurasi dan konsistensi, kecukupan data untuk analisis, dan sebuah gambaran analisis awal untuk mengarahkan proyek. Fokus pada tahap measure adalah mengembangkan perencanaan pengumpulan data, mengidentifikasi variabel kunci masukan proses, menampilkan variasi dengan diagram pareto, histogram, run chart, dan acuan ukuran kapabilitas proses dan tingkat sigma sebuah proses. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

6 21 Mengidentifikasi pengukuran dan variasi. Identifikasi yang dimaksud meliputi: o o Tipe dan sumber variasi serta dampaknya terhadap kinerja proses. Tipe pengukuran yang berbeda untuk masing-masing variasi dan kinerja pengukuran proses yang benar o Tipe data yang dikumpulkan dan karakteristik yang penting untuk setiap data. Ada dua jenis variasi yang harus didefinisikan: o Sebab umum. Kondisi penyebab variasi ini berasal dari interaksi faktor mesin, material, metode, manusia, pengukuran, dan lingkungan (Man, Machine, Method, Material, Measurement, Environment atau 5M + 1E) o Sebab khusus. Sebab khusus tidak dapat diprediksi dan tidak selalu muncul, tidak selalu mempengaruhi operator yang bekerja pada proses tersebut dan tidak selalu mempengaruhi hasil keluaran. Menentukan tipe data. Tipe data yang dapat dikumpulkan melalui pengumpulan data adalah: o Data Atribut Data atribut adalah data yang dikumpulkan dengan menghitung frekuensi kejadian sebuah karakteristik proses seperti jumlah cacat produk. Jenis data ini mengkualifikasikan suatu proses atau produk menjadi cacat atau tidak cacat. Data atribut tidak dapat dibagi lagi ke dalam ukuran presisi dan diskrit secara alami.

7 22 o Data Variabel Data variabel adalah data yang menggambarkan karakteristik proses dalam ukuran berat, panjang, waktu dan lain-lain. Dengan tipe data seperti ini, skala pengukuran yang dilakukan adalah berkesinambungan dan dapat dibagi dalam ukuran presisi. Mengembangkan rencana pengumpulan data Melakukan analisis sistem pengukuran dan mengumpulkan data. Tahap Analyze Pada tahap analyze, fokus terhadap permasalahan sudah harus jelas. Dengan kata lain, pada tahap ini sudah dapat dilakukan kemungkinana perbaikan dengan melihat data yang telah diolah. Aspek penting tahap ini adalah mulai mengajukan sebuah uji hipotesa terhadap data atribut. Sehingga tahap analyze dapat mencari akar penyebab masalah dan kemungkinan perbaikan yang akan diambil. Beberapa spesifik pekerjaan yang harus dilakukan dalam tahap ini antara lain: Memilih alat analisa untuk mengungkapkan secara detail kinerja proses dan variasi Menerapkan alat analisa yang meliputi teknik penerapan alat analisa terhadap data untuk menghasilkan indikator kinerja. Mengidentifikasi sumber variasi. Maksudnya yaitu mengidentifikasi sumber variasi selama studi proses dengan menggunakan alat statistik sehingga variasi yang signifikan dapat diidentifikasi dan dieliminasi.

8 23 Sebagai hasil keluaran dari tahap analyze adalah pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi masalah yang sedang diteliti yang meliputi key process input variables dan sumber variasi. Tahap Improve Tahap keempat ini merupakan tahap untuk menghasilkan ide, desain, dan implementasi perbaikan serta validasi perbaikan. Hal yang paling penting dalam tahap improve ini adalah proses brainstorming, pengembangan peta proses, meninjau ulang Failure Mode and Effect Analysis, analisa awal cost/benefit, dan rekomendasi perbaikan. Alat-alat lain seperti Design of Experiment adalah metodologi efektif yang dapat digunakan pada tahap analyze dan improve, tetapi DOE sulit dilakukan dan dimonitor setiap saat. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap improve adalah: Menghasilkan alternatif perbaikan. Mengidentifikasi kriteria perbaikan. Menghasilkan perbaikan yang paling mungkin dilakukan. Mengevaluasi perbaikan dan memilih pilihan terbaik. Tahap Control Tahap control merupakan tahap terakhir dalam pendekatan DMAIC, dimana dalam tahap ini dilakukan pengorganisasian proses atau perbaikan produk dan pemantauan kinerja yang sedang berjalan. Selain itu, pada tahap control juga terdapat peralihan dari perbaikan menuju pengendalian proses dan memastikan bahwa perbaikan yang baru dapat dilakukan. Kesuksesan peralihan ini bergantung pada rencana pengendalian yang efektif dan rinci. Tujuan dari

9 24 rencana pengendalian adalah mendokumentasikan semua informasi yang berhubungan dengan siapa yang bertanggung jawab untuk memantau dan mengendalikan proses ini seterusnya, apa yang diukur serta parameter kinerja dan pengukuran yang benar. 2.3 Alat-alat Kualitas Alat-alat yang digunakan pada setiap tahapan DMAIC hampir sama dengan alatalat yang digunakan pada strategi peningkatan kualitas lain. Namun DMAIC lebih menekankan aplikasi alat-alat tersebut dalam cara yang lebih sistematis untuk dapat memperoleh terobosan dalam perbaikan kualitas, sehingga dapat diterapkan baik dalam industri manufaktur maupun jasa. Dalam peneerapannya, penggunaan alat-alat kualitas disesuaikan dengan tahapan model DMAIC. Alat-alat kualitas yang digunakan antara lain (Breyfogle., 2003, p45) : Tahap Define Beberapa alat yang biasa digunakan pada tahap ini antara lain histogram, diagram Pareto, CTQ, dan diagram SIPOC. Tahap Measure Beberapa alat yang biasa digunakan pada tahap ini adalah diagram Pareto, Control Chart, Capability Study, Perhitungan Level sigma dan nilai yield (e -defect per total opportunity ). Tahap Analyze Beberapa alat yang biasa digunakan pada tahap ini adalah Cause and Effect Diagram, Impact/Effort Diagram, Improve Checklist, DOE. Tahap Control

10 25 Alat yang biasa digunakan pada tahap ini adalah SOP dari FMEA yang dibuat. 2.4 Peta Proses Operasi Untuk mengetahui proses yang terjadi sekarang secara keseluruhan digunakan Peta Proses Operasi (Operation Process Chart). Apabila kita perhatikan suatu peta operasi, maka dapat dikatakan bahwa peta ini merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan-bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai. Jadi dalam suatu Peta Proses Operasi, yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan saja, kadangkadang pada akhir proses dicatat tentang penyimpanan. Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui Peta Proses Operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya: Dapat mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya. Dapat memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan efisiensi ditiap operasi/pemeriksaan). Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai. Sebagai alat untuk latihan kerja. 2.5 Diagram Pareto

11 26 Diagram Pareto adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah untuk mendapatkan solusi. Alat ini merupakan hasil pertemuan seorang ekonom Italia yang bernama Vilfredo Pareto ( ). Vilfredo Pareto menunjukkan bahwa distribusi pendapatan penduduk dunia tidak sempurna dimana bagian terbesar pendapatan atau kesejahteraan hanya dinikmati oleh sekelompok kecil penduduk. Beberapa ahli dan peneliti telah mempopulerkan pendekatan ini untuk memprioritaskan penyelesaian masalah, terutama Joseph Juran dan Alan Lakelin (Gitlow et al., 1997, p366). Lakelin merumuskan sebuah aturan yang terkenal dengan nama Rule berdasarkan aplikasi Prinsip Pareto. Aturan ini mengatakan bahwa sekitar 80% biaya berasal dari 20% elemen. Diagram Pareto adalah diagram bar sederhana dengan setiap bar-nya merepresentasikan frekuensi jumlah setiap masalah dan disusun dari kiri ke kanan. Contoh Diagram Pareto dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

12 27 Gambar 2.3 Contoh Diagram Pareto Sumber : Critical To Quality (CTQ) CTQ adalah sebuah kunci yang dari karakteristik produk atau proses yang dapat diukur dimana performa standar maupun batas spesifikasi harus ditentukan untuk memuaskan pelanggan. Mereka mendesain dan mengembangkan produk sesuai kebutuhan pelanggan. CTQ mewakili karakteristik produk maupun service yang ditentukan oleh pelanggan (secara internal maupun eksternal). Dengan memasukkan batas atas dan bawah maupun faktor-faktor lain yang berhubungan dengan produk tersebut. Sebuah CTQ biasanya diinterpretasikan dari pernyataan pelanggan hingga spesifikasi kuantitatif bisnis.

13 28 Tujuannya adalah untuk mengelompokkan ide atau masalah besar ke dalam komponen lebih kecil, membuat ide semakin mudah dipahami dan membuat masalah menjadi lebih mudah diatasi. 2.7 Diagram SIPOC (Supplier-Input-Process-Output-Customer) SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Costumer) digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama, atau subproses dalam sebuah proses bisnis, bersama-sama dengan kerangka kerja dari proses, yang disajikan dalam Supplier, Input, Process, Output, Costumer. Dalam mendefinisikan proses-proses kunci beserta pelanggan yang terlibat dalam suatu proses yang dievaluasi dapat didekati dengan model SIPOC (Supplier-Inputs- Process- Output-Costumer). Model SIPOC adalah paling banyak digunakan manajemen dalam peningkatan proses. Nama SIPOC merupakan akronim dari lima elemen utama dalam sistem kualitas, yaitu: Suppliers adalah orang atau kelompok orang yang memberikan informasi kunci, material, atau sumber daya lain kepada proses. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub proses sebelumnya dapat dianggap sebgai petunjuk pemasok internal (internal suppliers). Inputs adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pemasok (suppliers) kepada proses. Process adalah sekumpulan langkah yang mentransformasi-dan secara ideal menambah nilai kepada inputs (proses trnasformasi nilai tambah kepada inputs). Suatu proses biasanya terdiri dari beberapa sub-proses. Outputs adalah produk (barang atau jasa) dari suatu proses. Dalam industri manufaktur ouputs dapat berupa barang setengah jadi maupun barang jadi

14 29 (final product). Termasuk kedalam outputs adalah informasi-informasi kunci dari proses. Customers adalah orang atau kelompok orang, atau sub proses yang menerima outputs. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub proses sesudahnya dapat dianggap sebagai pelanggan internal (internal customers). Diagram SIPOC dapat membantu dalam hal informasi bisnis dari perspektif proses. Berikut merupakan beberapa manfaat penerapan Diagram SIPOC: (Pande, 2000, p.168) Menampilkan sekumpulan aktivitas lintas fungsional dalam satu diagram sederhana Menggunakan kerangka kerja yang dapat diterapkan pada proses dengan semua ukuran bahkan organisasi keseluruhan Membantu memelihara perspektif gambar besar, yant untuk itu detail tambahan dapat diperinci lebih dalam. 2.8 Peta Kendali (Control Chart) Peta kendali merupakan sebuah metode grafis untuk mengevaluasi sebuah proses produksi dan menggolongkan apakah proses tersebut terkendali secara statistik atau tidak. Peta kendali dapat digolongkan dalam berbagai macam jenis dan kegunaan. Walaupun kegunaan dan cara pembuatannya berbeda-beda, namun secara umum semua peta kendali memiliki garis tengah (center line), batas spesifikasi atas (UCL), dan batas spesifikasi bawah (LCL). Berikut adalah contoh dari sebuah peta kontrol

15 30 Gambar 2.4 Peta Kontrol Karakteristik yang dimiliki oleh sebuah peta kendali bisa berupa rata-rata kualitas, jangkauan, persen kerusakan dan jumlah kerusakan per-unit sesuai tujuan pembuatannya. Peta kendali membutuhkan data-data sampel yang diambil dalam periode waktu tertentu. Jika semua nilai sampel berada dalam batas-batas kendali, hal ini menunjukkan bahwa proses terkendali. Sementara jika salah satu sampel berada di luar batas kendali baik atas maupun bawah menunjukkan bahwa proses tidak terkendali (Gaspersz., 1998, p149),. Diantara tujuan penggunaan peta kendali adalah: Menentukan kemampuan aktual dari proses produksi Membantu usaha peningkatan kualitas output Memonitor output Jenis peta kendali adalah: Peta Kontrol X (Mean Chart) Disebut juga peta rata-rata dan digunakan untuk mendeteksi perubahan tingkat kualitas output dari suatu proses produksi.

16 31 Peta Kontrol R (Range Chart) Peta Kontrol ini digunakan untuk mendeteksi perubahan variasi dalam suatu proses produksi. Peta Kontrol P (Percent Defective chart) Disebut juga peta proporsi rusak dan digunakan untuk memantau proporsi produk cacat yang dihasilkan oleh suatu proses produksi. Peta Kontrol C Dibuat untuk mengendalikan jumlah cacat dalam tiap unit produksi. 2.9 Peta Kontrol X Menurut Gaspersz (1998, p149), Peta kontrol x digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian (penyimpangan atau sering disebut cacat) dari item-item dalam kelompok yang sedang diinspeksi. Dengan demikian peta kontrol x digunakan untuk mengendalikan proporsi atau item-item yang tidak memenuhi syarat spesifikasi kualitas atau proporsi dari produk cacat yang dihasilkan dalam suatu proses. Proporsi yang tidak memenuhi syarat didefinisikan sebagai rasio banyaknya item yang tidak memenuhi syarat dalam suatu kelompok terhadap total banyaknya item dalam kelompok itu. Item-item itu dapat mempunyai beberapa karakteristik kualitas yang diperiksa atau diuji secara simultan oleh pemeriksa. Jika item-item tersebut tidak memenuhi standar pada satu atau lebih karakteristik kualitas yang diperiksa, item-item itu digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat spesifikasi atau cacat. Proporsi sering diungkapkan dalam bentuk desimal, misalnya: jika ada 30 unit produk yang cacat dari 100 unit produk yang diperiksa, dikatakan bahwa proporsi dari produk cacat adalah sebesar 30/100 = Apabila nilai proporsi ini dikalikan dengan 100%, dapat

17 32 dinyatakan dalam persen, sehingga dikatakan bahwa presentase dari produk cacat adalah sebesar (0.30)(100%) = 30%. Pembuatan peta kontrol x dapat dilakukan mengikuti beberapa langkah berikut: Tentukan ukuran contoh yang cukup besar (n>30) Kumpulkan set contoh Hitung nilai proporsi cacat, yaitu x-bar = total cacat total inspeksi Hitung nilai r-bar = n j =1 n Rj Hitung batas kontrol 3-sigma dengan rumus: CL = n x j j =1 n UCL = CL + A 2 R LCL = CL - A 2 R Plot atau sebarkan data proporsi cacat dan lakukan pengamatan apakah data itu berada dalam pengendalian statistikal. Apabila data pengamatan menunjukkan bahwa proses berada dalam pengendalian statistikal, tentukan kapabilitas proses menghasilkan produk yang sesuai (tidak cacat) sebesar: (1 - x) atau (100% -x,%), hal ini serupa dengan proses menghasilkan produk cacat sebesar x Apabila data pengamatan menunjukkan bahwa proses berada dalam pengendalian statistikal, gunakan peta kontrol x untuk memantau proses terus-menerus. Tetapi apabila data pengamatan menunjukkan bahwa proses

18 33 tidak berada dalam pengendalian statistikal, pross itu harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum menggunakan peta kontrol itu untuk pengendalian produk terus-menerus Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram) Cause and Effect Diagram dikenal juga dengan nama Fishbone Diagram atau Diagram Ishikawa sesuai nama penemunya. Diagram sebab akibat merupakan alat bantu untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menampilkan penyebab yang mungkin dari sebuah masalah spesifik atau karakteristik kualitas. Diagram ini menggambarkan hubungan antara sebuah pernyataan outcome dan segala faktor yang mempengaruhi outcome tersebut. Diagram ini dapat digunakan untuk: Mengidentifikasi akar-akar penyebab masalah yang mungkin untuk akibat, masalah atau kondisi yang spesifik. Mengklasifikasi atau menghubungkan interaksi antar faktor yang mempengaruhi khususnya proses atau akibat. Menganalisa masalah yang ada sehungga tindakan perbaikan dapat diputuskan. Manfaat lain yang didapat dengan menggunakan diagram sebab-akibat adalah: Membantu menentukan akar penyebab masalah atau karakteristik kualitas menggunakan pendekatan yang terstruktur. Mendorong partisipasi sebuah tim dan memanfaatkan pengtahuan tim terhadap proses. Format diagram dapat dibaca dan dimengerti dengan mudah. Mengindikasikan penyebab variasi proses yang mungkin terjadi.

19 34 Meningkatkan pengetahuan proses setiap anggota tim dengan mempelajari lebih banyak tentang faktor-faktor kerja dan hubungannya. Mengidentifikasi di area mana seharusnya data diambil untuk penelitian lebih lanjut. Ketika akan mengembangkan sebuah digram sebab-akibat, terlebih dahulu harus dibangun sebuah struktur gambaran daftar penyebab yang terorganisir untuk menunjukkan hubungan pada aktivitas yang spesifik. Langkah-langkah untuk membuat dan menganalisa diagram sebab-akibat adalah sebagai berikut: Mengidentifikasi dan mendefinisikan dengan jelas outcome atau akibat untuk dianalisa. Tempatkanlah posisi diagram sebab-akibat sehingga setiap anggota tim dapat melihatnya, gambarlah sebuah garis inti dan kotak untuk akibat. Mengidentifikasi penyebab utama yang berkontribusi terhadap akibat yang sedang diteliti. Hal ini disebut label untuk percabangan utama diagram dan menjadi kategori dimana data penyebab berkaitan dengan kategori yang sama. Untuk percabangan utama, identifikasi faktor spesifik yang lain yang mungkin menjadi penyebab sebuah akibat. Menelusuri lebih detail tingkatan sebab-sebab dan mengorganisir sebabsebab tersebut dengan kategori masing-masing. Langkah ini dapat dilakukan dengan bantuan alat 5W+1H. Menganalisa diagram untuk membantu mengidentifikasi penyebab yang menjadi investigasi lebih lanjut.

20 35 Diagram sebab akibat hanya mengidentifikasi sebab yang mungkin saja dan selanjutnya dapat digunakan Diagram Pareto untuk menentukan sebab yang sedang diteliti. Berikut adalah contoh skema Diagram Fishbone: Gambar 2.5 Diagram Fishbone Sumber : AHP (Analytic Hierarchy Process) Menurut Marimin (2008, p76), Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangakan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas permasalahan tersebut.

21 36 Permasalahan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP ialah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Dr. Thomas Saaty, pembuat AHP, kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan, menjadi suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif seperti pada gambar berikut. Gambar 2.6 Struktur Hierarki dalam AHP

22 Prinsip Kerja AHP 1. Penyusunan Hierarki Persoalan yang akan diselesaiakan, diuraikan menjadi unsur - unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti pada gambar diatas. 2. Penilaian Kriteria dan Alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1983), untuk berbagai persoalan, skala 1 s/d 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Tabel Penilaian Kriteria dan Alternatif Nilai Keterangan 1 Kriteria/Alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 Mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Nilai perbandingan A dan B adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A. 3. Penentuan Prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandinganperbandingan berpasangan. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan

23 38 judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. 4. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis Penggunaan Metode AHP Dalam Sistem Pengelolaan Kinerja Kaidah pembobotan menyatakan bahwa: 1. Nilai bobot Kriteria berkisar antara 0-1 atau antara 0% - 100% jika kita menggunakan prosentase. 2. Jumlah total bobot semua Kriteria harus bernilai 1 (100%) 3. Tidak ada bobot yang bernilai negatif (-). Berikut ini adalah langkah-langkah yang digunakan dalam menentukan bobot Kriteria dengan menggunakan AHP: Menentukan nilai prioritas Kriteria. Selanjutnya adalah membuat tabel perbandingan prioritas setiap Kriteria dengan membandingkan masing-masing Kriteria. Sebagai contoh: Jika kita mempunyai 4 Kriteria, maka kita membuat matriks perbandingan ke-4 Kriteria tersebut. Selanjutnya adalah menentukan bobot pada tiap Kriteria, nilai bobot ini berkisar antara 0-1. dan total bobot untuk setiap kolom adalah 1. Selanjutnya adalah mencari nilai bobot untuk masing-masing Kriteria.

24 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Sejarah dan Definisi FMEA Walaupun cara berfikir FMEA sudah digunakan sejak ratusan tahun yang lalu. Namun FMEA pertama kali dirumuskan pada industri pesawat terbang tahun 1960an ketika mengerjakan program Apollo. Industri otomotif mengadopsi metode ini pada tahun 1970an dalam bidang keamanan (safety) dan berkembang sampai saat ini. FMEA merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk menemukan kelemahan pada suatu desain, proses atau sistem sebelum direalisasikan baik dalam fase prototype atau produksi (Stamatis, 2003, p294) Definisi lain FMEA adalah suatu metode sistematis yang digunakan untuk menganalisa, mengidentifikasi dan mencegah permasalahan suatu produk, proses dan jasa sebelum masalah itu timbul (Robin et al., 1992, p1). FMEA merupakan metode yang berguna untuk (Stamatis, 2003, p294): Membantu mendefinisikan, mengidentifikasi, memprioritaskan dan mengeliminasi kegagalan yang diketahui dan berpengaruh dalam sistem, desain dan proses manufaktur sebelum sampai ke tangan pelanggan. Memfasilitasi komunikasi inter-departemen. Merupakan dokumentasi dari produk dan proses terbaru. Membantu mencegah terjadinya permasalahan. Mengidentifikasi bentuk kegagalan produk atau proses sebelum terjadi. Menentukan akibat dan keseriusan kegagalan atau kerusakan tersebut. Mengidentifikasi penyebab dan kemungkinan terjadinya kerusakan.

25 40 Mengidentifikasi cara pengontrolan dan keefektifan pengontrolan tersebut. Menghitung dan memprioritaskan resiko berkaitan dengan kerusakan yang terjadi. Menyusun tindakan yang akan dilakukan untuk mengurangi resiko Manfaat Penerapan FMEA Dengan menerapkan FMEA, manfaat yang didapat antara lain adalah: Pengetahuan terhadap produk menjadi lebih baik. Menghemat waktu apabila penyebab modus kesalahan dapat diidentifikasi sebelum part prototype dirakit daripada melakukan desain ulang part tersebut. Menghemat biaya dengan alasan yang sama pada poin di atas. Mengurangi jaminan pengembalian produk yang telah dipasarkan sehingga kredibilitas perusahaan tetap dapat terjaga. Meningkatkan kualitas produk. Mencegah terjadinya kesalahan yang sama di waktu yang akan datang karena adanya dokumentasi FMEA pada kasus sebelumnya. Hal ini juga membantu dalam perubahan desain. Penggunaan FMEA untuk jangka pendek adalah untuk mengidentifikasi kondisi kritis dan bahaya, mengidentifikasi kecenderungan kegagalan potensial, mengidentifikasi pengaruh suatu kegagalan. Sementara penggunaan FMEA untuk jangka panjang adalah untuk membantu membuat diagram balok analisis kehandalan, membantu dalam membauat tabel diagnosis untuk tujuan perbaikan, membantu dalam

26 41 membuat handbook perawatan, membantu dalam membuat desain terpadu, deteksi kegagalan dan kelebihan, analisa kemampuan uji, untuk menyimpan catatan formal dari keselamatan dan analisis kehandalan yang akan digunakan sebagai petunjuk dalam keputusan keamanan produk Langkah-langkah Pembuatan FMEA Menurut Stamatis (2003, p134), berikut adalah langkah-langkah dalam membuat FMEA dan contoh umum tabel FMEA: Mendefinisikan ruang lingkup analisis. Menentukan tingkatan sistem yang tepat untuk melakukan FMEA (apakah subsistem, assembly, subassembly, komponen, part atau lainnya) Menyusun diagram balok untuk menggambarkan hubungan sebab akibat Mengidentifikasi modus kegagalan yang mungkin untuk setiap komponen dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: o Apakah yang menjadi modus kegagalan sebuah komponen? o Bagaimana kegagalan dapat terjadi? o Apa efek dari modus kegagalan? o Analisis modus kegagalan dapat dilakukan secara komprehensif bersama six sigma.

27 42 Gambar 2.7 Contoh Tabel FMEA Sumber : Hasil Keluaran FMEA Ada beberapa keluaran yang dihasilkan dari penerapan FMEA seperti cause and failure mode effect, dan tiga evaluasi yang memperlihatkan penilaian untuk keseriusan efek tersebut, tingkat frekuensi kejadian dari modus kesalahan dan kegagalan dan keefektifan kontrol yang ada. Hal yang paling penting dari keluaran FMEA adalah daftar Risk Priority Number. Daftar tersebut memberikan tingkat keseriusan dari modus kesalahan atau kegagalan. Berdasarkan daftar ini, perencanaan perbaikan atau koreksi dibuat untuk menangani permasalahan yang paling serius pertama kali dan paling ringan untuk terakhir dipecahkan. Penerapan FMEA secara tepat dan benar akan memberikan informasi yang berguna bagi pemakainya dalam mengurangi beban resiko pekerjaan dalam suatu sistem,

28 43 desain, proses dan jasa dikarenakan FMEA adalah metode analisa potensial kegagalan yang logis dan progresif. Penerapan FMEA merupakan sebuah tindakan preventif yang paling penting dimana kegagalan dan kesalahan akan dicegah sebelum terjadi dan mencapai pelanggan dan kemudian dipelajari penyebab-penyebabnya beserta akibat atau efeknya. FMEA akan mengidentifiksai kebutuhan akan tindakan koreksi untuk mencegah kegagalan sebelum mencapai pelanggan dengan menjamin daya tahan, kualitas dan kehandalan yang tinggi dari sebuah produk atau jasa. Hasil yang didapat dari penerapan FMEA: Daftar potensial dari modus kesalahan atau kegagalan yang dirangking berdasarkan Risk Priority Number. Daftar potensial dari fungsi sistem yang dapat mendeteksi modus kesalahan atau kegagalan, permasalahan keselamatan dan mengurangi tingkat kejadian. Daftar potensial dari parameter-parameter untuk melakukan metode pengujian, inspeksi dan pendeteksian. Daftar potensial dari fungsi sistem yang dapat mendeteksi modus kesalahan atau kegagalan potensial. Daftar potensial dari karakteristik yang kritis dan signifikan. Daftar potensial dari rancangan tindakan untuk mengurangi modus kesalahan atau kegagalan, permasalahan keselamatan dan mengurangi tingkat kejadian Sebuah daftar potensial dari rekomendasi tindakan atau karakteristik yang kritis dan signifikan Interpretasi FMEA

29 44 Kegagalan terjadi ketika suatu produk atau proses tidak bekerja sebagaimana mestinya atau beberapa bagiannya tidak berfungsi saat penggunaan. Sesederhana apapun suatu produk atau proses tetap mempunyai peluang untuk mengalami kegagalan. Kemungkinan suatu produk atau proses dapat gagal disebut kecenderungan gagal (Failure Mode). Setiap kecenderungan kegagalan memiliki efek yang potensial, dan beberapa efek lebih sering terjadi dibanding yang lainnya. Prinsip dasar FMEA adalah mengidentifikasi dan mencegah kegagalan potensial sampai ke tangan pelanggan. Untuk melakukannya diperlukan beberapa asumsi yang membantu dalam memprioritaskan tindakan korektif terhadap proses atau design demi mencegah kegagalan. Prioritas suatu kegagalan dan efeknya ditentukan oleh tiga faktor : Severity (keseriusan). Occurence (keseringan). Detection (pendeteksian). Severity (keseriusan), yaitu konsekuensi dari suatu kegagalan yang seharusnya terjadi. Tabel 2.2 Rating Severity Ranking Kriteria Verbal Neglible Severity, kita tidak perlu memikirkan akibat ini akan 1 berdampak pada kinerja produk. Pengguna akhir memperhatikan kecacatan atau kegagalan ini. tidak akan 2 3 Mild Severity, akibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringan, pengguna akhir tidak merasakan perubahan kinerja.

30 Moderate Severity, pengguna akhir akan merasakan akibat penurunan kinerja atau penampilan namun masih berada dalam batas toleransi High Severity, pengguna akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak dapat diterima, berada di luar batas toleransi. Potential Safety Problem, akibat yang ditimbulkan adalah sangat berbahaya dan bertentangan dengan hukum. Catatan : Tingkat severity berbeda beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement) Occurence (keseringan), yaitu frekuensi terjadinya kegagalan untuk tiap modus kesalahan. Tabel 2.3 Rating Occurrence Ranking Kriteria Verbal Probablitas Kegagalan 1 Tidak mungkin penyebab ini mengakibatkan kegagalan 1 dalam Kegagalan akan jarang terjadi 1 dalam dalam 4000 Kegagalan agak mungkin terjadi 1 dalam dalam dalam 80

31 Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi Dipastikan bahwa kegagalan akan terjadi 1 dalam 40 1 dalam 20 1 dalam 8 1 dalam 2 Catatan : probabilitas kegagalan berbeda beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement) Detection (pendeteksian), yaitu probabilitas dari kegagalan yang dapat di deteksi sebelum dampak dari efeknya terjadi dan disadari. Tabel 2.4 Rating Detectability Ranking Kriteria Verbal Metode pencegahan atau deteksi sangat efektif. Tidak ada kesempatan bahwa penyebab akan muncul lagi. Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi adalah sangat rendah. Kemungkinan penyebab bersifat moderat, Metode deteksi masih memungkinkan kadang kadang penyebab itu terjadi. Kemungkinan bahwa penyebab itu masih tinggi. Metode pencegahan atau deteksi Tingkat Kejadian Penyebab 1 dalam dalam dalam dalam dalam dalam 80 1 dalam 40 1 dalam 20

32 kurang efektif, karena penyebab masih berulang lagi Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat tinggi. Metode deteksi tidak efektif. Penyebab akan selalu terjadi 1 dalam 8 1 dalam 2 Catatan : tingkat kejadian penyebab berbeda beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement) Cara untuk menentukan komponen tersebut berdasarkan pedoman kriteria resiko, dimana pendekatan secara kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan secara kualitatif dilakukan berdasarkan perilaku komponen teoritis (yang diharapkan). Pedoman secara kuantitatif banyak digunakan karena lebih tepat dan spesifik karena menggunakan data aktual, data statistical process control (SPC), data historis atau data pengganti untuk evaluasinya. Berikut adalah tabel pedoman kriteria penilaian proses menurut Stamatis (2003, p173):

33 48 Tabel 2.5 Pedoman Kriteria Untuk Penilaian Proses Jika Maka digunakan Pilihan Proses dalam pengawasan SPC Proses sama dengan yang lainnya atau terdapat data historis Data statistik: data kehandalan, process capability, distribusi aktual, model matematis, simulasi Data statistik dari salah satu system pengganti: distribusi aktual. Data kehandalan, proses capability, model matematis, simulasi Data aktual atau CPK Data aktual atau CPK Tabel 2.6 Pedoman Kriteria Untuk Penilaian Proses (lanjutan) Jika Maka digunakan Pilihan Sejarah kegagalan tersedia dalam desainnya atau part penggantinya Data historis didasarkan pada kehandalan, proses aktual, distribusi aktual, Data aktual dan jumlah kumulatif dari kesalahan modek matematika, simulasi, data kumulatif Proses masih baru dan tidak tersedia perhitungan tipe data Keputusan tim Kriteria subjektif, penggunaan konsensus tim yang konservatif Pengurusan kriteria bisa beragam dan tidak ada standar baku dalam penggunaannya. Beberapa organisasi yang telah menerapkan FMEA menyesuaikan skala FMEA dengan kondisi yang ada. Ada dua macam pengurutan peringkat yang umum digunakan saat ini yaitu skala 1-5 dan skala Skala 1-5 bersifat terbatas,

34 49 kurang sensitif dan akurat untuk jumlah yang spesifik dan biasanya digunakan untuk service FMEA. Skala 1-10 paling banyak dianjurkan karena mudah dalam interpretasi, akurat dan presisi terhadap jumlah data. Dengan menggunakan data dan pengetahuan tentang proses atau produk, setiap kecenderungan kegagalan potensial dan efeknya masing-masing dirata-ratakan dalam tiga faktor tersebut (Severity, Occurence, Detection) dengan skala RPN atau Risk Priority Number, didapatkan dengan mengalikan rata-rata ketiga faktor tersebut (S x O x D). RPN biasa digunakan untuk mengurutkan kebutuhan akan tindakan perbaikan untk menghilangkan atau mengurangi kecenderungan kegagalan potensial. Kecenderungan kegagalan dengan RPN tertinggi harus mendapat perhatian lebih dulu, meskipun perhatian khusus juga harus diberikan disaat derajat keseriusannya suatu fungsi juga tinggi (9 atau 10). Disaat tindakan rekomendasi telah diambil atau diimplementasikan, maka RPN yang baru ditentukan dengan mengevaluasi ulang urutan Severity, Occurence dan Detection. Nilai RPN yang baru ini disebut Resulting RPN. Tindakan perbaikan dan peningkatan harus dilakukan berkesinambungan sampai hasil RPN merupakan keluaran dengan tingkat yang dapat diterima untuk semua kecenderungan kegagalan potensial. Prinsip dan langkah-langkah yang mendasari semua jenis FMEA adalah sama secara umum meskipun tujuannya berbeda.

35 Sistem Informasi Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut Mathiassen et al. (2000, p9) adalah sekumpulan elemen yang mengimplementasikan kebutuhan dari model, functions dan interfaces. Elemen-elemen ini bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan menerima input dan memproduksi output dalam proses transformasi yang terorganisasikan. Pada sistem, dari elemen-elemen tersebut ada tiga komponen dasar yang saling berinteraksi yaitu : - Input : mencakup komponen atau elemen yang akan masuk ke sistem untuk diproses. Contohnya mencakup bahan mentah, data, usaha manusia. - Proses : mencakup proses transformasi yang mengubah input menjadi output. Contohnya mencakup proses manufaktur, perhitungan matematis, dan lain sebagainya. - Output : mencakup elemen yang telah melalui proses transformasi. Contoh mencakup jasa, produk, dan informasi. Selain dari ketiga komponen dasar tersebut, terdapat dua lagi komponen tambahan yaitu : - Feedback : data mengenai performa sistem. - Control : mecakup pengawasan dan evaluasi dari feedback untuk mengetahui bila sistem bergerak menuju tujuan yang telah ditetapkan. Sistem yang memiliki tiga elemen control, feedback loop dan tujuan (objective element) adalah sistem yang dapat melakukan kontrol terhadap kegiatannya sendiri dan disebut sebagai closed-loop system. Model dari sistem ini dideskripsikan pada Gambar 2.8 berikut.

36 51 Objectives Control Mechanism Input Transformation Output Gambar 2.8 Model Closed-Loop System Sumber : McLeod, 2001, p12 Di samping itu, sistem tanpa ketiga elemen tersebut disebut sebagai open-loop system. Elemen-elemen dalam sistem tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.9berikut. Input Transformation Output Gambar 2.9 Model Open-Loop System Sumber : McLeod, 2001, p12 Berdasarkan pada hubungan sistem dengan lingkungannya, terdapat 2 jenis sistem. Sistem terbuka atau open system adalah sistem yang terhubung dengan lingkungannya oleh karena aliran sumber daya antara sistem dan lingkungannya. Sedangkan sistem yang tidak terhubung dengan lingkungannya disebut dengan sistem tertutup atau closed system. Berdasarkan bentuk sumber daya yang membentuk sistem, sistem terbagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Sistem fisik (physical system), yaitu sistem yang terbentuk dari sumber daya fisik. Perusahaan adalah salah satu contoh sistem fisik.

37 52 2. Sistem konsep (conceptual system), yaitu sistem yang menggunakan sumber daya konsep untuk menggambarkan sistem fisik. Sumber daya konsep terdiri dari informasi dan data. Menurut O Brien (2002, p7) Sistem Informasi adalah kombinasi dari sumber daya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber data yang mengumpulkan, merubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Pengertian lainnya dari sistem informasi adalah sebagai suatu sistem yang menerima data sebagai input dan kemudian mengolahnya menjadi informasi sebagai outputnya. Computer Based Information System (CBIS) adalah sistem informasi berbasis komputer dimana sistem disini menyangkut kombinasi dari perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia, jaringan dan data yang berfungsi untuk melakukan kegiatan input, proses, output, penyimpanan dan kontrol yang mengubah sumber daya data menjadi produk berupa informasi. CBIS mempunyai lima sistem atau aplikasi yang menggunakan komputer dalam information processes, yaitu: - AIS (Accounting Information System), yaitu sistem yang melakukan pemrosesan terhadap data-data perusahaan. - MIS (Management Information System), yaitu sistem computer yang diimplementasikan bagi tujuan utama untuk menghasilkan informasi manajemen. - DSS (Decision Support System), yaitu sistem penghasil informasi yang bertujuan memberikan dukungan bagi pemecahan masalah, serta bagi pengambilan keputusan oleh manajer.

38 53 - Virtual Office, yaitu sistem pengaturan modern bagi pekerjaan di perusahaan yang dapat dilakukan dengan muda menggunakan otomatisasi kantor (office automation) dan aplikasi elektronik lainnya. - Knowledge-based system, yaitu sistem yang mencakup ragam system dengan tujuan mengaplikasikan intelejensi buatan (Artificial Intelegence) untuk kepentingan dalam pengambilan keputusan. Output yang dihasilkan oleh CBIS akan menjadi informasi bagi pengambilan keputusan. Model CBIS ini dapat dilihat pada Gambar 2.10 berikut ini. Gambar 2.10 Model Computer Based Information System (CBIS) Sumber : McLeod, 2001, p18

39 54 Sumber daya sistem informasi menurut O Brien (2003, p11-14) mencakup : Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia mencakup pengguna akhir dan spesialis IS. Pengguna akhir adalah semua orang yang menggunakan sistem informasi dalam melaksanakan kegiatan dan tugas mereka. Spesialis IS mencakup system analyst, pengembang software dan orang yang mengoperasikan sistem tersebut. Sumber Daya Perangkat Keras (hardware) Hardware mencakup semua peralatan fisik dan material yang digunakan dalam mengolah informasi termasuk di dalamnya mesin seperti komputer (baik itu merupakan komputer desktop, laptop, mainframe, dan lain sebagainya) serta semua perlengkapan lainnya seperti media penyimpanan, media untuk input dan output. Sumber Daya Perangkat Lunak (software) Software mencakup program dan prosedur. Program adalah serangkaian perintah yang mengontrol jalannya hardware. Prosedur adalah serangkaian instruksi untuk mengolah informasi seperti prosedur input data, prosedur untuk mengoreksi kesalahan. Sumber Daya Data Data disini mencakup semua bentuk data termasuk data berupa angka, alfabet maupun karakter lain yang mendeskripsikan transaksi bisnis dan kejadian

40 55 lainnya. Termasuk juga di dalamnya adalah konsep penyimpanan data seperti database. Sumber Daya Jaringan Sumber daya jaringan mencakup media komunikasi seperti teknologi komunikasi wireless, microwave kabel serat optik dan lain sebagainya serta dukungan untuk jaringan seperti modem 2.14 Object-Oriented Analysis and Design Objek merupakan sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan perilaku (Mathiassen et al., 2000,p4). Contoh dari objek misalnya, karyawan dan pelanggan. Keduanya memiliki identitas yang berbeda-beda, memiliki status, dan perilaku yang berbeda pula. Sedangkan class merupakan kumpulan objek yang memiliki struktur, pola perilaku, dan atribut yang sama (Mathiassen et al., 2000,p4). Untuk dapat lebih memahami objek, biasanya objek-objek tersebut sering digambarkan dalam bentuk class. (Mathiassen et al., 2000, p5-6) menyebutkan bahwa terdapat keuntungan menggunakan OOAD diantaranya adalah: 1. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem,

41 56 2. Tidak hanya dapat mengatur data dalam jumlah yang besar tetapi juga dapat mendistribusikan seragaman data ke seluruh bagian organisasi. 3. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman berorientasi objek. (Mathiassen et al., 2000, p14-15) menjelaskan empat buah aktivitas utama dalam analisa dan perancangan berorientasi objek yang digambarkan dalam Gambar 2.11 berikut ini.

42 57 Analisis Problem Domain Kebutuhan penggunaan Analisis Application Domain Component Design Model Spesifikasi komponen Spesifikasi arsitektur Architectural Design Gambar 2.11 Siklus Pengembangan dengan OOAD Sumber : Mathiassen et al, 2000, p15 OOAD mencakupi empat perspektif melalui empat aktifitas utama, seperti pada Gambar 2.8. Hubungan keempat aktifitas yang penting dan bertahap dapat berubah dari satu proyek ke proyek lainnya. Sebagai notasi, akan digunakan Unified Modeling Language (UML). Terdapat dua keuntungan dengan menggunakan UML, yaitu UML dapat membangun suatu divisi di antara proses dan notasi dan UML memberikan akses kepada pasar yang lebih luas dalam pengembangannya. Langkah awal yaitu dengan memilih sistem.

43 Pemilihan Sistem Pemilihan sistem didasarkan pada tiga aktifitas menurut Mathiassen et al. (2000). Aktifitas pertama berfokus pada tantangan: untuk mendapatkan kilasan mengenai situasi dan cara orang dalam menginterpretasikan tantangan tersebut. Yang kedua, membuat dan mengevaluasi ide untuk perancangan sistem. Situasi bisnis proses digambarkan melalui rich picture. Rich picture merupakan sebuah penggambaran informal yang mewakili pengertian ilustrator dari sebuah proses bisnis dalam sebuah perusahaan. Rich picture digunakan untuk menggambarkan secara grafis proses bisnis, baik itu proses bisnis yang sedang berjalan, maupun yang akan diusulkan dapat dituangkan dalam gambaran berupa Rich Picture. Setelah itu sistem diformulasikan dan dibuatlah definisi sistem yang akan dibuat, dengan mendeskripsikan kemampuan sistem yang akan dikembangkan tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Sistem definisi dengan menggunakan FACTOR adalah: - Functionality: Fungsi sistem yang mendukung tugas application-domain. - Application domain: Bagian dari suatu organisasi yang berhubungan dengan administrasi, monitor, atau mengendalikan problem domain. - Conditions: Dengan kondisi yang bagaimana sistem akan dikembangkan dan digunakan. - Technology: Semua teknologi yang digunakan untuk mengembangkan dan menjalankan sistem. - Objects: object yang utama didalam problem domain. - Responsibility: tanggung jawab sistem (kegunaan) secara keseluruhan dalam hubungannya dengan konteks sistem.

44 Problem Domain Analysis Problem domain analysis merupakan salah satu aktivitas utama dalam analisa dan perancangan berorientasi objek. Problem domain merupakan bagian dari situasi yang diatur, diawasi, dan dikendalikan oleh sistem. Tujuan melakukan analisis problem domain adalah mengidentifikasi dan memodelkan problem domain. Analisis problem domain terbagi menjadi tiga aktivitas yang dapat dilihat pada Gambar 2.11 (Mathiassen p46) yaitu : Memilih objek, class, dan event yang akan menjadi elemen model problem domain. Membangun model dengan memusatkan perhatian pada relasi struktural antara class dan objek. Mendeskripsikan properti dinamis dan atribut untuk setiap class. Gambar 2.12 Aktifitas dalam Analisa Problem Domain Pada aktivitas classes, langkah awal yang dilakukan adalah mendefinisikan objek, classes kemudian menentukan event dan memasukkan event tersebut kedalam event table. Yang dapat membantu menentukan event-event dari tiap class yang ada: Object : Entitas yang memiliki identitas, state, dan behavior.

45 60 Event : Insiden yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih object. Class : Deskripsi dari sekumpulan objek yang saling berbagi struktur, behavioral pattern, dan attributes. Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah statechart diagram yang menunjukkan perubahan status dari masing-masing class yang dikarenakan oleh event tertentu mulai dari initial state sampai dengan final state. Kandidat dari struktur class terbagi 3 : - Generalisasi Dalam hubungan generalisasi, terdapat dua jenis class, yaitu class supertype dan class subtype. Class supertype atau class induk memiliki atribut dan behavior yang umum dari hirarki tersebut. Class subtype atau class anak memiliki atribut dan behavior yang unik dan juga memiliki atribut dan behavior milik class induknya. Passenger Car Account Taxi Private Car Bank book Checking Loan Person Service Customer Employee Gambar 2.13 Hubungan Generalisasi

46 61 - Agregasi Agregasi merupakan hubungan yang unik dimana sebuah objek merupakan bagian dari objek lain. Hubungan agregasi tidak simetris dimana jika objek B merupakan bagian dari objek A, namun objek A bukan merupakan bagian dari objek B. Car * Body Engin Wheel 1 1..* Cam Shaft 1 2..* Cylinder Gambar 2.14 Hubungan Agregasi - Asosiasi Asosiasi merupakan hubungan statis antar dua objek atau class. Hubungan ini menggambarkan apa yang perlu diketahui oleh sebuah class mengenai class lainnya. Hubungan ini memungkinkan sebuah objek atau class mereferensikan objek atau class lain dan saling mengirimkan pesan. Car 0..* 1..* Person

47 62 Gambar 2.15 Hubungan Asosiasi 2.17 Application Domain Analysis Sama seperti analisis problem domain, analisis application domain juga terdiri dari beberapa aktivitas antara lain: a. Menentukan penggunaan sistem dan bagaimana sistem berinteraksi dengan user. b. Menentukan fungsi dan kemampuan sistem dalam mengolah informasi. c. Menentukan kebutuhan interface sistem dan merancang interface. Berikut ini merupakan gambaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada saat melakukan analisis application domain. Gambar 2.16 Aktivitas Analisis Application Domain. Dalam aktivitas usage, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat actor table yang dapat membantu menentukan actor dan use case yang berkaitan. Langkah selanjutnya adalah membuat use case diagram sehingga terlihat lebih jelas interaksi

48 63 antara actor dengan masing-masing use case. Setelah use case dibuat, use case tersebut dijabarkan dalam use case spasification untuk penjelasan mengenai use case lebih lanjut. Function merupakan fasilitas sistem yang menjadikan sistem tersebut berguna bagi actor. Terdapat empat jenis function (Mathiassen et al., 2000, p231), antara lain: Update Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan menghasilkan perubahan status model. AD * I F M PD * Update Gambar 2.17 Fungsi: Update Signal Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan menghasilkan reaksi di dalam context. AD I F M * PD Signal Gambar 2.18 Fungsi: Signal

49 64 Read Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan menghasilkan tampilan model sistem yang relevan. AD * I F M PD Read Gambar 2.19 Fungsi: Read Compute Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun oleh model. Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang dilakukan. AD * I F M PD Compute Gambar 2.20 Fungsi: Compute Spesifikasi dari function adalah: Simple: function yang mudah dilakukan, misalnya membuat data baru. Medium: function yang memerlukan keterjelasan data, misalnya membuat janji. Complex: function yang membutuhkan data yang lengkap dan detail, misalnya memberikan daftar janji yang mungkin dilakukan.

50 65 Very complex: function yang mempunyai beberapa function di dalamnya, misalnya membuat jadwal. Setelah function dari setiap use case di identifikasi maka function-function tersebut dimasukkan kedalam sequence diagram dan dilanjutkan dalam pembuatan navigation diagram yang merupakan skema untuk menggambarkan hubungan tiap form dari aplikasi yang akan dibuat. Interface adalah fasilitas yang membuat model sistem dan function dapat berinteraksi dengan actors, yang dilakukan dalam tahap Interface adalah (Gambar 2.20): Function list Class diagram Explore patterns Determine interface elements Describe interface elements Use cases Evaluate interface elements Descriptio n of interfaces Gambar 2.21 Aktifitas dalam Tahap Interface User interface harus dapat mewakili hubungan model dan function dengan user secara jelsa dan mudah dimengerti. Interface yang baik dilandaskan akan kebutuhan user dan bagaimana sistem akan digunakan.

51 66 Analisis harus dilakukan berdasarkan deskripsi yang jelas tentang user dengan elemen-elemen yang terkait 2.18 Architectural Design Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan proses sistem. Tujuannya adalah untuk menstrukturisasi sebuah sistem yang terkomputerisasi. Tahap architectural design terdiri dari tiga aktivitas yaitu criteria, component architecture, dan process architecture seperti yang digambarkan pada Gambar Gambar 2.22 Aktivitas Architectural Design 1. Criteria merupakan properti yang diinginkan dari sebuah arsitektur. Criteria yang telah ditentukan oleh para peneliti untuk menentukan kualitas dari sebuah software akan dijabarkan dibawah ini. Usable adalah kemampuan sistem untuk beradapatasi dengan situasi organisasi, tugas dan hal hal teknis. Secure adalah kemampuan untuk melakukan pencegahan terhadap akses yang tidak berwenang. Efficient adalah penggunaan secara ekonomis terhadap fasilitas technical platform.

52 67 Correct adalah sesuai dengan kebutuhan., Reliable adalah ketepatan dalam melakukan suatu fungsi. Maintainable adalah kemampuan untuk perbaikan sistem yang rusak. Testable adalah tingkat kemudahan dalam melakukan pengujian sistem. Flexible adalah kemampuan untuk modifikasi sistem yang berjalan. Comprehensible adalah usaha yang diperlukan untuk memperoleh pengertian akan suatu sistem. Reusable adalah potensi untuk menggunakan sistem pada bagian sistem lain yang saling berhubungan. Portable adalah kemampuan sistem untuk dapat dipindahkan ke technical platform yang lain. Interoperable adalah kemampuan untuk merangkai sistem ke dalam sistem yang lain. 2. Component Architecture Menurut Mathiassen et al. (2000, p189), tujuan dari components adalah untuk menciptakan sistem yang comprehensible dan flexible. Component architecture adalah sebuah struktur sistem dari components yang saling berhubungan. Aktifitas yang terjadi ditunjukkan pada Gambar 2.23.

53 68 Gambar 2.23 Aktifitas dalam Desain Arsitektur-Component Keterangan: 1. Komponen adalah server dan beberapa dari client. 2. Server memberikan kumpulan dari operation (atau services) pada client. 3. Client menggunakan server secara independent. 4. Arsitektur yang baik untuk mendistribusikan system secara geografis. 5. Bentuk distribusi dari bagian sistem harus diputuskan antara client dan server. Pada Tabel 2.7 akan diperlihatkan macam-macam distribusi untuk Client/Server. Tabel 2.7 Lima Macam Distribusi Client/Server Client Server Arsitektur U U + F + M Distributed Presentation U F + M Local Presentation U + F F + M Distributed Functionality U + F M Centralised Data U + F + M M Distributed Data U + F + M U + F + M Decentralised Data 3. Process atau lebih kita kenal dengan deployment diagram. Menurut Mathiassen et al. (2000, p209), tujuan process adalah untuk mendefinisikan

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan baik dibutuhkan suatu metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda SISTEM INFORMASI - TEKNIK INDUSTRI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda SISTEM INFORMASI - TEKNIK INDUSTRI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda SISTEM INFORMASI - TEKNIK INDUSTRI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN KUALITAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Six Sigma 2.1.1. Pengertian Six Sigma Six sigma terdiri dari dua kata yaitu Six yang berarti enam dan sigma yang berarti sebuah simbol atau lambang standar deviasi yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Kualitas Pada

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas. Menurut (Douglas C. Montgomery, 2009:4) mutu atau kualitas sudah menjadi faktor paling penting didalam konsumen mengambil keputusan dalam memilih antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Angga Adhytiawan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tedy Chandra 0600657693

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK MANAJEMEN KUALITAS PROYEK 1. Manajemen Mutu Proyek Proyek Manajemen Mutu mencakup proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang dilakukan. Ini mencakup "semua aktivitas

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah model yang menggambarkan sistem dan terdapat langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Diharapkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan disajikan kerangka toritis yang dipakai dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Landasan teori ini sangat penting sebagai acuan dasar

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Johan Kesuma Harsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kualitas 1.1.1 Pengertian Kualitas Kualitas menurut Gaspersz (2001) memiliki dua definisi yaitu definisi konvensional dan definisi strategik. Kualitas yang menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Pada tahun 2001 terjadi krisis moneter yang menyebabkan Perusahaan Salim Indoplantation melepaskan sahamnya kepada perusahaan

Lebih terperinci

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas Pertemuan 10 Manajemen Kualitas Tujuan Memahami manfaat manajemen kualitas. Memahami proses dalam manajemen kualitas. Mengenal alat yang yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen kualitas. SE 3773

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Metode Penelitian merupakan deskripsi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan yakni

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK Jaminan Kualitas Proyek Merupakan semua aktifitas yang dilakukan oleh organisasi proyek untuk memberikan jaminan tentang kebijakan kualitas, tujuan dan tanggung

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Permasalahan yang timbul dalam perusahaan merupakan indikasi bahwa terdapat penyimpangan terhadap proses bisnis yang ada, sehingga menghasilkan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persediaan Barang merupakan komponen utama yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk kelangsungan hidup

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Operation Management Menurut Heizer & Render (2006) mengemukakan tentang manajemen operasional sebagai berikut: Operation Management (OM) is the set of activities that creates

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2) Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan 3.1.1. Studi Lapangan Pada tahap awal ini yang dilakukan adalah pengamatan langsung terhadap perusahaan dan juga untuk mengetahui

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products.

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products. 40 Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka berpikir adalah rangkaian urutan-urutan langkah yang disusun secara sistematis dan dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian, berikut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 62 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan masalah Metodologi pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Makna penelitian secara sederhana ialah bagaimana mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis. Proses sistematis ini tidak lain adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis /Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram alir 37 3.2 Langkah Langkah Penelitian Dalam metode penelitian ini merupakan tahapan tahapan yang dibuat untuk memudahkan dan mengarahkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan berikut : Metodologi pemecahan masalah yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.1 Mulai Studi Pendahuluan Studi

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci