HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah"

Transkripsi

1 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Penelitian dilakukan di salah satu sekolah dasar negeri di Jakarta yang memiliki sistem pembelajaran akselerasi. Sekolah yang terpilih adalah Sekolah Dasar Islam Panglima Besar Sudirman yang terletak di Jalan Raya Bogor Km. 24 Cijantung, Jakarta Timur. Sekolah Dasar Islam PB Sudirman ini merupakan salah satu sekolah swasta di Jakarta yang memiliki akreditasi A. Sejak bulan September 2002, SD Islam PB Sudirman ditetapkan sebagai Sekolah Koalisi Regional SEAMEO (South East Asia Minister of Education Organisation), yang menjalin kerjasama pendidikan Negara Asia Tenggara dalam hal peningkatan Quality dan Equity. Selain itu, sejak Februari 2005 SD Islam PB Sudirman ditetapkan sebagai anggota APEC Future Education Consortium Implementation of ICT Model School Network yang beranggotakan 16 negara antara lain: Australia, Brunei, Canada, Chili, Cina, Taipei, Hongkong, Jepang, Korea, Malaysia, Mexico, Philiina, Singapura, Vietnam, dan Thailand. Visi sekolah ini yaitu menjadikan pendidikan yang berkualitas berdasarkan iman dan taqwa, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta berwawasan global. Adapun misi dari sekolah ini adalah (1) menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia, (2) berprestasi akademis dan non akademis di tingkat nasional maupun internasional, (3) melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan, serta internasional, (4) menghasilkan lulusan yang mampu berkomunikasi dengan bahasa asing, dan (5) menghasilkan lulusan yang menguasai TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Jumlah siswa sekolah secara keseluruhan sebanyak 1741 siswa yang terdiri dari 934 siswa laki-laki dan 807 siswa perempuan. Fasilitas yang dimilki oleh sekolah antara lain laboratorium sains, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, perpustakaan, poliklinik, masjid, studio musik, sarana pembelajaran bahasa Inggris, sarana olahraga, kantin/katering, mobil antar jemput, dan ruang ICT. Kegiatan ekstrakulikuler yang disediakan sekolah untuk diikuti oleh para siswa antara lain keaagamaan, drama bahasa inggris, drumband, olahraga, kepramukaan, angklung, marawis, karate, taekwondo, paduan suara, seni musik, seni lukis, seni tari, paskibra, dan qasidah. Sistem percepatan belajar di Sekolah Dasar Islam PB Sudirman sudah memasuki tahun ke-8. Latar belakang terselenggaranya Sistem percepatan belajar (akselerasi) adalah untuk melayani siswa-siswi dengan kecerdasan

2 31 istimewa untuk dapat menyelesaikan sekolahnya dengan cepat. Sistem percepatan belajar ini mulai dibuka untuk kelas 3. Syarat siswa yang ingin mengikuti program akselerasi antara lain: mendapatkan rekomendasi dari guru kelas, melakukan tes akademik, melakukan psikotes, dan mendapatkan persetujuan orangtua. Siswa-siswi yang mendapatkan peringkat 1-10 di kelas 2 akan direkomendasikan oleh guru untuk mengikuti program akselerasi pada tingkat selanjutnya. Siswa-siswi tersebut akan melakukan uji psikotes untuk melihat kepribadian siswa, kemampuan dasar, dan task commitment. Nilai tes IQ minimal untuk dapat mengikuti program akselerasi adalah 130. Siswa-siswa yang lulus persyaratan untuk mengikuti program percepatan belajar, akan masuk kelas akselerasi pada tahun-tahun ajaran berikutnya. Karakteristik Keluarga Pendidikan Pendidikan berperan penting dalam mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pendidikan/ perkembangan anak. Semakin tinggi pendidikan orang tua, semakin besar pengetahuan orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak (Gunarsa & Gunarsa 2006). Orang tua dengan pendidikan formal yang tinggi akan memiliki partisipasi yang lebih besar pada segala sesuatu yang berhubungan dengan stimulasi dan pendidikan anak, dibandingkan dengan orang tua yang berpendidikan rendah (Csikezentnihalyi 1996 dalam Ginting 2005). Tingkat pendidikan orang tua siswa akselerasi dan siswa regular cukup bervariasi. Pendidikan minimal ayah siswa akselerasi adalah diploma/akademi, sedangkan pendidikan minimal ayah siswa reguler adalah SMA/sederajat. Pendidikan minimal ibu siswa akselerasi adalah SMA/sederajat, sedangkan pendidikan minimal ibu siswa reguler adalah SD/sederajat. Persentase terbesar pendidikan ayah pada kelompok siswa akselerasi adalah S2/S3 (47.37%), sedangkan pada kelompok reguler adalah S1 (52.54%). Persentase terbesar pendidikan ibu pada kelompok siswa akselerasi adalah S1 (36.84%), sedangkan pada kelompok reguler adalah SMA (37.5%). Secara umum, tingkat pendidikan ayah dan ibu siswa adalah sarjana. Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test, diperoleh bahwa tingkat pendidikan ibu dan ayah pada kedua kelompok berbeda nyata (p<0.05).

3 32 Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu Akselerasi Reguler Total Variabel n % n % n % Pendidikan Ayah SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma/Akademi Sarjana S2/S Total Pendidikan Ibu Uji beda p=0.021 SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma/Akademi Sarjana S2/S Total Uji beda p=0.001 Tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi usaha meningkatkan prestasi belajar anak. Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka akan semakin banyak pula pengetahuan orang tua yang diberikan kepada anaknya (Nasution dan Nasution 1986 dalam widayati 2009). Oleh karena itu, diduga prestasi belajar siswa akselerasi relatif lebih baik bila dibandingkan siswa reguler. Pekerjaan Pekerjaan orang tua siswa kedua kelompok cukup bervariasi mulai dari pegawai negeri sipil, pegawai swasta, BUMN, TNI/Polri, wiraswasta, ibu rumah tangga, dan lain sebagainya. Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta (54.24%), sedangkan proporsi terbesar pekerjaan ibu siswa adalah sebagai ibu rumah tangga (38.98%). Tabel 6 menggambarkan sebaran pekerjaan ayah dan ibu siswa. Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa proporsi terbesar pekerjaan ayah dan ibu pada kelas akselerasi dan reguler masing-masing adalah pegawai swasta dan ibu rumah tangga. Kategori lainnya dalam pekerjaan ayah dan ibu yang dipilih orang tua siswa, antara lain: guru dan advokat. Hasil analisis korelasi spearman menunjukkan adanya hubungan negatif antara pendidikan

4 33 ibu dengan pekerjaan ibu (r=-0.448; p=0.00). Hal ini diduga dikarenakan banyak ibu dengan pendidikan tinggi namun tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu Variabel Akselerasi Reguler Total n % n % n % Pekerjaan Ayah PNS Pegawai Swasta Bekerja di BUMN TNI/Polri Wiraswasta Lainnya Wafat Total Pekerjaan Ibu PNS Pegawai Swasta Bekerja di BUMN TNI/Polri Wiraswasta Ibu RT Lainnya Wafat Total Menurut Kartasapoetra dan Marsetyo (2003), jenis pekerjaan orang tua merupakan salah satu indikator besarnya penghasilan keluarga. Diharapkan dengan semakin besarnya penghasilan orangtua, maka konsumsi keluarga pun menjadi semakin baik dalam hal gizi makanan yang dikonsumsi, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Pendapatan Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan. Tingkatan pendapatan juga menentukan pola makanan apa yang dibeli dengan uang tambahan tersebut (Berg 1986). Menurut Suhardjo (1989), keluarga yang penghasilannya rendah, mempergunakan sebagian besar dari keuangannya untuk membeli makanan dan bahan makanan, dan semakin tinggi penghasilan tersebut, semakin menurun bagian penghasilan yang dipakai untuk membeli makanan.

5 34 Makanan, pakaian, dan tempat tinggal adalah kebutuhan primer setiap individu manusia untuk dapat hidup dan bersosialisasi. Selain makanan, pakaian, dan tempat tinggal, kebutuhan primer manusia di era globalisasi saat ini yang harus terpenuhi adalah pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terpenuhi jika seseorang mempunyai penghasilan yang cukup. Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pendapatan orangtua Variabel Akselerasi Reguler Total n % n % n % Pendapatan Ayah < Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Rp Total Uji beda p=0.230 Pendapatan Ibu < Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Rp Total Uji beda p=0.299 Pendapatan orangtua siswa kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 7. Sebagian besar pendapat ayah siswa adalah > Rp (69.49%). Proporsi pendapatan ayah > Rp pada kelas akselerasi lebih besar dibandingkan dengan kelas reguler. Sebagian besar pendapatan ibu siswa adalah Rp 0 atau dengan kata lain tidak berpenghasilan. Hal ini dikarenakan rata-rata pekerjaan ibu siswa adalah ibu rumah tangga (tabel 6). Akan tetapi, proporsi terbesar pendapatan ibu siswa pada kedua kelompok berbeda. Proporsi terbesar pendapatan ibu siswa kelas akselerasi adalah > Rp , sedangkan pada kelas reguler adalah Rp 0. Hal ini dikarenakan sebanyak 63.18% ibu contoh kelas akselerasi bekerja dan memperoleh penghasilan.

6 35 Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test, diketahui bahwa pendapatan orangtua kedua kelompok tidak berbeda nyata (p>0.05). Tingkat pendapatan orangtua diduga akan mempengaruhi kelengkapan fasilitas belajar anak dalam mendukung kegiatan belajar dan prestasi belajar anak. Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengeloloaan sumberdaya yang sama (Sukandar 2007). Besar keluarga contoh dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu kategori kecil, apabila jumlah anggota keluarga 4 orang; kategori menengah/sedang, apabila jumlah anggota keluarga 5-7 orang; dan kategori besar, apabila jumlah anggota keluarga > 7 orang (BKKBN 2008). Secara umum, besar keluarga contoh kedua kelompok sebagian besar termasuk dalam kategori sedang (61.02%), dengan rata-rata 4.9 ± Besar keluarga minimum contoh adalah 3 orang, sedangkan besar keluarga maksimal contoh adalah 7 orang. Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test antara kedua kelompok, diperoleh bahwa besar keluarga kedua kelompok tidak berbeda (p>0.05). Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan kategori besar keluarga Akselerasi Reguler Total Besar Keluarga n % n % n % Kecil ( 4 orang) Menengah (5-7 orang) Besar (> 7 orang) Total Rata-rata±SD 4.84 ± ± ± 0.92 Min-max Uji beda p=0.744 Menurut Sanjur (1982), jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap belanja pangan. Semakin tingginya besar jumlah anggota dalam keluarga, maka akan menyebabkan menurunnya pendapatan per kapita dan belanja pangan. Adanya kepadatan dalam keluarga akan mengganggu pola dan corak hubungan antar anggota keluarga sehingga jaringan komunikasi antara anggota keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya (Gunarsa & Gunarsa 2004).

7 36 Usia Masuk Sekolah Karakteristik Individu Umur menjadi salah satu syarat untuk masuk sekolah karena diduga dapat mempengaruhi tingkat kematangan dan penerimaan belajar siswa. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 Bab VIII pasal 15 ayat 1 menyatakan bahwa untuk dapat diterima sebagai siswa sekolah dasar dan sederajat, seseorang harus berusia sekurang-kurangnya 6 tahun. Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mulai masuk sekolah pada usia <6 tahun (55.93%), dengan presentase siswa akselerasi (68.42%) lebih banyak daripada siswa reguler (50%). Hasil uji beda independent sample T-test menunjukkan bahwa usia masuk sekolah kedua kelompok tidak berbeda nyata (p>0.05). Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan usia masuk sekolah Usia Masuk Sekolah Akselerasi Reguler Total n % n % N % <6 tahun tahun Total Umur Uji beda p=0.183 Umur akan mempengaruhi tingkat kematangan berpikir seseorang. Berdasarkan data yang diperoleh, umur siswa berkisar pada 9 sampai 11 tahun. Rata-rata umur siswa akselerasi adalah 9.4 ± 0.5 tahun, sedangkan siswa reguler rata-rata berumur ± 0.5 tahun). Umur minimum siswa adalah 9 tahun, sedangkan umur maksimal siswa adalah 11 tahun. Pada kelas akselerasi sebagian siswa laki-laki dan perempuan berumur 9 tahun, sedangkan pada kelas reguler sebagian siswa laki-laki dan perempuan berumur 10 tahun. Sebaran umur siswa akselerasi dan siswa reguler dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Sebaran siswa berdasarkan umur Umur Akselerasi Reguler Total n % n % n % 9 tahun tahun tahun Total Berdasarkan teori Piaget, anak pada umur 7 sampai 11 tahun memasuki taraf perkembangan kognitif yang disebut taraf operasional konkret. Anak pada tahap ini mulai mempunyai kemampuan menggunakan pemikiran logis dalam

8 37 berhadapan dengan persoalan-persoalan konkret sehingga mulai mampu menyelesaikan persoalan-persoalan konkret dan sistematis (Suparno 2002 ). Mereka sudah dapat mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan (Hurlock 1997 dalam Widayati 2009). Monks (1992) dalam Widayati (2009) melakukan pembagian perkembangan remaja adalah pra remaja (10-12 tahun), remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), remaja pertengahan usia (15-18 tahun), dan remaja akhir usia (18-21 tahun). Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa siswa dalam penelitian ini berada dalam fase anak-anak hingga pra remaja. Hasil uji beda independent sample t-test, diketahui bahwa umur kedua kelompok berbeda nyata (p=0.000). Jenis Kelamin Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa sebagian besar jenis kelamin siswa akselerasi adalah laki-laki (63.16%). Sebaliknya pada siswa reguler, sebagian besar siswa berjenis kelamin perempuan (55%). Tabel 11 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Akselerasi Reguler Total n % n % n % Laki-laki Perempuan Total Uang Saku Besar uang saku siswa berkisar antara Rp 1000 hingga Rp per hari, dengan rata-rata Rp ± Sebagian besar siswa (74.58%) pada kedua kelompok memiliki uang saku antara Rp 5000 hingga Rp per hari dengan persentase 78.95% pada siswa akselerasi dan 72.5% pada siswa reguler. Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan kategori uang saku Uang Saku Akselerasi Reguler Total (Rp/hari) n % n % N % < > Total Rata-rata ± SD ± ± ± Min-Max Uji beda p=0.393 Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test, diketahui bahwa besar uang saku kedua kelompok tidak berbeda nyata (p>0.05). Hasil uji korelasi

9 38 spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara uang saku dengan umur siswa (r=0.197; p=0.134). Sebaran uang saku siswa dapat dilihat pada tabel 12. Khomsan (2002) menyarankan kepada orangtua untuk membekali anak dengan uang saku bila berangkat ke sekolah, karena jajan bagi anak sekolah merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas sekolah yang tinggi (terutama bagi anak yang tidak sarapan pagi). Fasilitas Belajar Orang tua bertugas untuk memenuhi kebutuhan perkembangan intelektual atau pendidikan anak (Opit 1996). Fasilitas belajar merupakan salah satu kebutuhan dalam pendidikan untuk menunjang keberhasilan anak dalam belajar. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar anak adalah dengan menyediakan fasilitas belajar seperti: alat tulis, buku pelajaran, dan sarana belajar (Nio 1985 dalam Rukoyah 2003). Dari tabel 13 dapat dilihat kategori kepunyaan fasilitas belajar siswa seperti meja belajar, laptop/komputer, akses internet, peralatan tulis, dan mengikuti les/kursus. Berdasarkan data pada tabel 13, diketahui bahwa proporsi terbesar kepunyaan fasilitas belajar pada kedua kelompok adalah kepunyaan peralatan tulis pribadi (96.6%). Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kedua kelompok mengenai fasilitas belajar yang dimiliki (p>0.05). Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan fasilitas belajar yang dimilki No Kategori Akselerasi Reguler Total n % n % n % 1 Memiliki Meja Belajar Memiliki Laptop/komputer Memiliki akses internet Memiliki peralatan tulis pribadi Mengikuti les/kursus Rata-rata total kepunyaan Uji beda p=0.613 Menurut Hamalik (1980) dalam Maftukhah (2007), syarat-syarat belajar yang perlu diperhatikan agar dapat belajar dengan baik yaitu faktor jasmani, rohani yang sehat, lingkungan yang tenang, tempat belajar yang nyaman, tersedia cukup bahan dan alat-alat yang diperlukan. Syarat-syarat belajar yang terpenuhi akan dapat memotivasi anak untuk belajar sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Dari 5 macam fasilitas yang ditanyakan, rata-rata siswa

10 39 kedua kelompok telah memiliki 4 fasilitas tersebut. Hal ini menandakan bahwa syarat belajar untuk dapat belajar dengan baik telah terpenuhi. Hasil uji korelasi spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan fasilitas belajar anak (r=0.270; p=0.038). Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi pendidikan seorang ibu, maka fasilitas belajar yang dimiliki anak semakin baik. Menurut Nasution dan Nasution (1986), tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi usaha meningkatkan prestasi belajar anak. Usaha meningkatkan prestasi belajar anak dapat dilakukan dengan membimbing anak dalam belajar dan menyediakan fasilitas belajar (alat tulis, buku-buku pelajaran, dan tempat untuk belajar) (Nio 1985 dalam Hanum 1993). Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan (Karyadi & Muhilal 1996). Kecukupan konsumsi makanan dapat ditentukan dengan menganalisis kandungan zat gizinya kemudian dibandingkan dengan standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk mencapai suatu tingkat gizi dan kesehatan yang optimal (Suhardjo 1989). Konsumsi pangan siswa diukur dengan menggunakan metode recall 2x24 jam pada hari sekolah dan hari libur. Recall pada hari sekolah diasumsikan dapat mewakili konsumsi pangan sehari-hari ketika sekolah, sedangkan recall pada hari libur diasumsikan dapat mewakili konsumsi pangan sehari-hari siswa ketika dirumah. Tabel 14 menunjukkan rata-rata konsumsi, kecukupan, dan tingkat konsumsi siswa pada dua kelompok. Energi dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik (Almatsier 2005). Berdasarkan data pada tabel 14, dapat diketahui bahwa rata-rata konsumsi energi siswa akselerasi adalah 1841 Kal, dengan tingkat kecukupan konsumsi sebesar 91.56%. Pada siswa reguler, rata-rata konsumsi energi adalah 1762 Kal dengan tingkat kecukupan konsumsi sebesar 88.93%. Hasil uji beda independent sample t-test menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan nyata (p>0.05) antara tingkat kecukupan energi siswa akselerasi dan reguler. Protein memainkan peran yang sangat besar dalam membentuk sel-sel dan jaringan tubuh. Protein berfungsi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan serta menggantikan sel-sel yang mati (Sediaoetama 2006). Secara keseluruhan, rata-rata konsumsi protein siswa adalah 48 gram dengan tingkat kecukupan konsumsi sebesar 98.12%. pada siswa akselerasi, rata-rata konsumsi protein

11 40 adalah gram, dengan tingkat kecukupan konsumsi sebesar 99.64%, sedangkan pada siswa reguler, rata-rata konsumsi protein adalah gram dengan tingkat kecukupan konsumsi sebesar 97.79%. Hasil uji beda menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara tingkat kecukupan protein siswa akselerasi dan reguler. Tabel 14 Sebaran rata-rata konsumsi, kecukupan, dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa Variabel Akselerasi Reguler Total Uji beda (p) Energi Konsumsi Kecukupan Tk konsumsi (%) Protein Konsumsi Kecukupan Tk konsumsi (%) Fe Konsumsi Kecukupan Tk konsumsi (%) Vitamin A Konsumsi Kecukupan Tk konsumsi (%) Vitamin C Konsumsi Kecukupan Tk konsumsi (%) Besi sangat penting bagi sel darah merah untuk memelihara seluruh sel tubuh, agar ia dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan aktif. Menurut As-sayyid (2006), Kekurangan zat besi (kekurangan darah) dapat mengakibatkan idiot, malas, dan lemah, serta kehilangan semangat, sulit menyerap informasi, terganggu pertumbuhan, dan mudah terserang penyakit. Dari tabel 14 diketahui bahwa rata-rata konsumsi zat besi siswa adalah gram, dengan tingkat kecukupan konsumsi sebesar 77.31%. Pada siswa akselerasi, rata-rata konsumsi zat besi siswa adalah gram dengan tingkat kecukupan konsumsi sebesar 84.83%. Pada siswa reguler, rata-rata tingkat konsumsi zat besi siswa adalah gram, dengan tingkat kecukupan konsumsi sebesar 74.77%. Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan bahwa tingkat kecukupan konsumsi zat besi siswa kedua kelompok tidak berbeda nyata (p>0.05).

12 41 Vitaimin A sangat dibutuhkan tubuh untuk membangun dan memelihara jaringan agar tetap baik dan sehat, agar masing-masing jaringan itu dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, khususnya mata, kulit, tulang, jaringan pernapasan dan pencernaan, serta fungsi kekebalan (imunitas) tubuh. Selain itu, vitamin A juga sangat penting untuk menjaga vitalitas tubuh disetiap fase yang dilaluinya. Kekurangan vitamin dapat menyebabkan lemah penglihatan pada malam hari (rabun ayam) (As-Sayyid 2006). Lemah penglihatan ini diduga dapat mengganggu anak dalam beraktivitas di malam hari, mengganggu anak dalam kegiatan belajar sehari-hari yang akan mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar anak. Secara keseluruhan, rata-rata konsumsi vitamin A siswa akselerasi lebih tinggi dibandingkan siswa reguler (tabel 14). Rata-rata konsumsi vitamin A siswa akselerasi adalah Re, dengan tingkat kecukupan konsumsi sebesar 195.6%, sedangkan rata-rata konsumsi vitamin A siswa reguler adalah Re, dengan tingkat kecukupan konsumsi vitamin A sebesar 129.5%. Konsumsi vitamin A yang tinggi pada siswa akselerasi diduga dapat meningkatkan sistem imunitas siswa, sehingga siswa dapat terhindar dari penyakit. Hal tersebut diduga akan berkaitan dengan prestasi siswa, karena siswa dengan keadaan tubuh yang sehat dapat menerima pelajaran di sekolah dengan baik. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tingkat kecukupan konsumsi vitamin A siswa kedua kelompok berbeda nyata (p<0.05). Dari tabel 14 diketahui bahwa rata-rata konsumsi vitamin C siswa akselerasi adalah gram dengan tingkat kecukupan konsumsi sebesar 63.87%. Pada siswa reguler, rata-rata tingkat konsumsi vitamin C siswa adalah gram, dengan tingkat kecukupan konsumsi sebesar 54.18%. Rendahnya konsumsi vitamin C siswa disebabkan oleh konsumsi sayuran dan buah-buahan yang rendah. Menurut As-sayyid (2006), sumber vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Tabel 15 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi Klasifikasi tingkat Akselerasi Reguler Total kecukupan energy n % n % n % Defisit Tingkat Berat Defisit Tingkat Sedang Defisit Tingkat Ringan Normal Berlebih Total

13 42 Rata-rata ± SD ± ± ± Pada tabel 15 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi termasuk pada kategori normal (siswa akselerasi) dan defisit tingkat ringan (siswa reguler), sehingga secara keseluruhan rata-rata tingkat kecukupan energi siswa termasuk pada kategori defisit tingkat ringan (89.45 ± 23.59). Hal ini sudah dapat dikatakan cukup baik karena persentase tingkat kecukupan energi siswa sudah mendekati normal. Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein Klasifikasi Tingkat Kecukupan Akselerasi Reguler Total Protein n % n % n % Defisit Tingkat Berat Defisit Tingkat Sedang Defisit Tingkat Ringan Normal Berlebih Total Rata-rata ± SD ± ± ± Pada tabel 16 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan protein siswa akselerasi dan reguler termasuk pada kategori normal. Secara keseluruhan rata-rata tingkat kecukupan protein siswa kedua kelompok termasuk pada kategori normal (98.12 ± 31.36), sehingga dapat disimpulkan bahwa konsumsi protein siswa kedua kelompok termasuk baik. Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan zat besi Klasifikasi Tingkat Akselerasi Reguler Total Kecukupan Zat Besi n % n % n % Kurang Cukup Total Rata-rata ± SD ± ± ± Tabel 17 menunjukkan klasifikasi tingkat kecukupan zat besi. Penilaian untuk tingkat konsumsi vitamin dan mineral seperti vitamin A (RE), vitamin C, dan zat besi berdasarkan penggolongan menurut Gibson (2005). Berdasarkan data pada tabel 17, rata-rata tingkat kecukupan zat besi siswa pada kelas akselerasi termasuk pada kategori cukup (84.83 ± 21.45), sedangkan pada kelas reguler termasuk pada kategori kurang (74.78 ± 36.71). Namun, rata-rata tingkat kecukupan zat besi siswa secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup (77.31 ± 33.99). Hal tersebut sudah tergolong baik karena rata-rata konsumsi zat besi siswa berada pada kategori normal. Meskipun begitu, perlu

14 43 adanya peningkatan konsumsi pangan sumber zat besi seperti telur, daging, ikan, sayuran hijau, hati, bayam, dan kacang-kacangan, untuk menghindari terjadinya defisiensi besi. Menurut As-sayyid (2006), kekurangan zat besi dapat mengakibatkan idiot, malas, lemas, kehilangan semangat, sulit menyerap informasi, dan mudah terserang penyakit. Hal tersebut apabila dialami oleh siswa diduga dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa di sekolah. Tabel 18 Sebaran sisa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A Klasifikasi Tingkat Akselerasi Reguler Total Kecukupan Vitamin A n % n % n % Kurang Cukup Total Rata-rata ± SD ± ± ± Berdasarkan data pada tabel 18, rata-rata tingkat kecukupan vitamin A siswa pada kelas akselerasi dan reguler termasuk pada kategori cukup, sehingga ratarata tingkat kecukupan vitamin A secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup ( ± 69.11). Hal ini sudah tergolong baik karena rata-rata kebutuhan vitamin siswa sudah terpenuhi. Tabel 19 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C Klasifikasi Tingkat Akselerasi Reguler Total Kecukupan Vitamin C n % n % n % Kurang Cukup Total Rata-rata ± SD ± ± ± Rata-rata tingkat kecukupan vitamin C siswa pada kelas akselerasi dan reguler termasuk pada kategori kurang (57.07 ± 59.32). Kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan badan menjadi lemas dan pucat (Budiyanto 2002). Apabila hal tersebut terjadi pada saat kegiatan belajar di sekolah, Hal ini diduga dapat menurunkan kemampuan siswa dalam menyerap informasi pelajaran di sekolah. Oleh karena itu, perlunya peningkatan konsumsi makanan sumber vitamin C seperti buah dan sayur untuk mencegah dampak negatif dari kekurangan vitamin C tersebut. Kebiasaan Makan Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, dan sosial budaya (Suhardjo 1989). Kebiasaan makan adalah faktor penting

15 44 yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Kebiasaan makan yang tidak baik dicerminkan dengan terjadinya kelebihan asupan dan penyakit akibat gizi (Atmarita 2005). Hal yang diteliti mengenai kebiasaan makan contoh adalah frekuensi makan, kebiasaan sarapan, kebiasaan membawa bekal ke sekolah, dan kebiasaan jajan. Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari, ini berarti makan pagi (sarapan) hendaknya jangan ditinggalkan. Seringkali orang mengabaikan sarapan karena diburu oleh waktu yang sempit. Sebagian orang harus meninggalkan rumah sejak pagi-pagi untuk memulai aktivitasnya ditempat kerja. Sementara di rumah makan pagi belum tersedia, akhirnya makan pagi ditinggalkan tanpa ada perasaan bersalah (Khomsan 2002). Secara kuantitas dan kualitas rasanya sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi apabila hanya makan 1 kali atau 2 kali sehari. Keterbatasan volume lambung menyebabkan seseorang tidak bisa makan sekaligus dalam jumlah banyak. Itulah sebabnya makan dilakukan secara frekuentif yakni 3 kali sehari termasuk makan pagi (Khomsan 2002). Dari tabel 21 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa pada kelas akselerasi dan kelas reguler memiliki kebiasaan makan 3 kali dalam sehari dengan persentasi masing-masing 68.42% dan 77.50%. Hal ini berarti bahwa frekuensi makan sehari siswa sudah tergolong baik. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata mengenai frekuensi makan siswa kedua kelompok (p>0.05). Makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Manfaat melakukan makan pagi, antara lain : pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi belajar bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas dalam hal ini adalah prestasi belajar. Kedua, pada dasarnya makan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan 2002). Tidak makan pagi dapat menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan menyebabkan tubuh menjadi lemah dan kurang konsentrasi karena tidak adanya suplai energi (Khomsan 2002). Berdasarkan data pada tabel 21, dapat dilihat bahwa kebiasaan sarapan yang dimiliki siswa pada kelas akselerasi dan kelas

16 45 reguler sudah termasuk baik. Sebagian besar siswa pada kedua kelompok selalu melakukan sarapan. Persentase siswa yang selalu melakukan sarapan masingmasing adalah 57.89% pada kelas akselerasi dan 52.50% pada kelas reguler. Makanan yang dikonsumsi saat sarapan oleh sebagian siswa pada kedua kelompok adalah nasi dan lauk pauk. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata mengenai kebiasaan sarapan siswa kedua kelompok (p>0.05). Proporsi terbesar siswa pada kelas akselerasi memiliki kebiasaan selalu membawa bekal ke sekolah (42.11%). Makanan yang dibawa sebagai bekal pada umumnya adalah nasi dan lauk pauk (78.95%), sedangkan proporsi terbesar siswa pada kelas reguler memiliki kebiasaan kadang-kadang membawa bekal ke sekolah (42.50%). Makanan yang dibawa sebagai bekal pada umumnya adalah nasi dan lauk pauk (80.56%). Berdasarkan hasil pengamatan, di sekolah SD Sudirman terdapat catering untuk makan siang yang disediakan oleh sekolah atau pun oleh orangtua murid. Hal ini menyebabkan terdapat anak yang jarang atau tidak pernah membawa bekal ke sekolah. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata mengenai kebiasaan membawa bekal siswa kedua kelompok (p>0.05). Sebanyak 73.68% siswa pada kelas akselerasi terkadang membeli makanan jajanan di sekolah, sedangkan sebanyak 50% siswa pada kelas reguler selalu membeli makanan jajanan di sekolah. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata mengenai kebiasaan jajan siswa kedua kelompok (p>0.05). Menurut Husaini et al (1993), peranan makanan jajanan cukup signifikan dalam menyumbang energi dan zat-zat gizi terhadap total konsumsi setiap hari. Akan tetapi dalam buku Kompas (2010) menyebutkan bahwa jajan juga mempunyai aspek negatif yang harus diwaspadai. Terlalu sering jajan dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Selain itu banyak makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga mengancam kesehatan anak. Husaini et al (1993) juga menyatakan bahwa masalah lapar pada waktu sekolah dapat mempengaruhi prestasi belajar. Rasa lapar sementara karena tidak sarapan pagi dapat mengganggu konsentrasi belajar, menurunkan kemampuan memecahkan soal, dan sering membuat kesalahan dalam perhitungan matematik. Oleh karena itu, kebiasaan sebagian siswa untuk

17 46 sarapan dan membawa bekal yang sudah tergolong baik, perlu terus ditingkatkan dan dipertahankan mengingat pentingnya sarapan dan membawa bekal. Hubungan antara kebiasaan jajan dengan kebiasaan membawa bekal makanan siswa menunjukkan hubungan negatif dan signifikan antara (r=-0.293; p=0.024). Hal ini berarti semakin tinggi kebiasaan membawa bekal siswa, maka kebiasaan jajan siswa semakin rendah. Makanan jajanan pada umumnya dikonsumsi pada saat waktu istirahat sekolah. Pada waktu istirahat, anak mulai merasa lapar setelah mengikuti pelajaran. Anak yang membawa bekal akan menangani rasa lapar dengan memakan bekal makanannya sehingga tidak perlu lagi untuk membeli jajanan. Tabel 20 sebaran siswa berdasarkan kebiasaan makan Kebiasaan Makan Frekuensi makan dalam sehari Sarapan pagi Akselerasi Reguler Total Uji Beda Kriteria n % n % n % p 1 kali kali kali > 3 kali Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Makanan Nasi + lauk yang pauk dikonsumsi Mie saat Roti sarapan Lainnya Kebiasaan membawa bekal Makanan sebagai bekal Kebiasaan jajan Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Nasi + lauk pauk Mie Roti Lainnya Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Hasil uji korelasi spreamen menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara uang saku dengan sarapan (r=-0.322; p=0.013). Hal ini berarti

18 47 semakin tinggi uang saku siswa, maka kebiasaan sarapan siswa semakin rendah. Orang tua biasanya membekali anak dengan uang jajan apabila anak berangkat ke sekolah terutama bila anak tidak sempat sarapan di rumah (Kompas 2010). Hasil uji korelasi terhadap uang saku dengan kebiasaan membawa bekal makanan menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan (r=-0.526; p=0.000). Hal ini berarti semakin tinggi uang saku siswa, maka kebiasaan membawa bekal makan siswa semakin rendah. Orang tua terkadang hanya membekali anak dengan uang saku saja atau dengan snack saja, sehingga anak yang sudah dibekali snack tidak mendapatkan uang jajan dari orang tuanya atau pun sebaliknya. Hasil uji korelasi terhadap uang saku dengan kebiasaan jajan menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan dengan r=0.368; p= Hal ini membuktikan bahwa uang saku siswa digunakan untuk jajan di sekoah. Hasil uji korelasi spearman menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara pendidikan ibu dengan kebiasaan jajan siswa (r=-0.310; p=0.017). Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan ibu, maka kebiasaan jajan siswa semakin rendah. Menurut Madanijah (2004), ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak yang baik. Oleh karena itu, ibu cenderung akan lebih membatasi kebiasaan jajan anak di sekolah mengingat banyaknya peredaran makanan jajanan anak di sekolah yang tidak higienis dan memakai bahan kimia bukan makanan (Kompas 2006). Konsumsi Pangan Makanan yang baik adalah dasar utama bagi kesehatan. Makanan merupakan unsur terpenting bagi makhluk hidup terutama anak, karena tidak hanya menentukan kesehatan anak pada masa sekarang, tetapi juga berpengaruh terhadap keadaan di tahun-tahun mendatang (Sukarni 1989). Berdasarkan tabel 21, dapat diketahui bahwa bahan pangan yang sering dikonsumsi siswa adalah nasi, kentang, mie kering, roti putih, makaroni, dan sereal. Frekuensi konsumsi sumber karbohidrat paling banyak pada kedua kelompok adalah nasi, dengan frekuensi dan jumlah (gram) lebih tinggi siswa akselerasi dibandingkan siswa reguler. Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada frekuensi konsumsi sumber karbohidrat per minggu dan jumlah (gram per satu kali makan) siswa kedua kelompok (p<0.05).

19 48 Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi konsumsi pangan sumber karbohidrat selama satu bulan Siswa Bahan Pangan Frekuensi (kali per minggu) gram per 1x makan Akselerasi Reguler Nasi Kentang Mie Kering Roti Putih Sereal Rata-rata ± SD 7.76 ± ± 17.7 Nasi Kentang Makaroni Roti Putih Sereal Rata-rata ± SD 6.02 ± ± Uji beda Berdasarkan hasil uji tersebut, diketahui bahwa rata-rata frekuensi konsumsi sumber karbohidrat per minggu dan jumlah (gram per satu kali makan) siswa akselerasi lebih tinggi dibandingkan siswa reguler. Tabel 22 Sebaran siswa selama satu bulan berdasarkan frekuensi konsumsi pangan hewani Siswa Bahan Pangan Frekuensi (kali per minggu) gram per 1x makan Akselerasi Ayam Abon Sapi Corned Beef Daging Sapi Sosis Sapi Telur Ayam Cumi-Cumi Ikan Lele Udang Rata-rata ± SD 2.76 ± ± 8.5 Reguler Ayam Bebek Sosis Sapi Telur Ayam Telur Bebek Cumi-Cumi Ikan Lele Ikan Mas Udang Rata-rata ± SD 1.38 ± ± 9.62

20 49 Uji beda Jenis pangan hewani yang dikonsumsi kedua kelompok tidak jauh berbeda. Pada kelompok akselerasi, pangan hewani yang sering dikonsumsi adalah ayam, abon sapi, corned beef, daging sapi, sosis sapi, telur ayam, cumi-cumi, ikan lele, dan udang. Frekuensi konsumsi pangan hewani tertinggi adalah ayam (5.46 kali per minggu). Pada kelompok reguler, pangan hewani yang sering dikonsumsi adalah ayam, bebek, sosis sapi, telur ayam, telur bebek, cumi-cumi, ikan lele, ikan mas, dan udang. Frekuensi konsumsi pangan hewani tertinggi adalah telur ayam (3.63 kali per minggu). Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan bahwa bahwa terdapat perbedaan nyata pada frekuensi konsumsi sumber protein hewani per minggu dan jumlah (gram per satu kali makan) siswa kedua kelompok (p<0.05). Berdasarkan hasil uji tersebut, diketahui bahwa ratarata frekuensi konsumsi sumber protein hewani per minggu dan jumlah (gram per satu kali makan) siswa akselerasi lebih tinggi dibandingkan siswa reguler. Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi konsumsi pangan nabati selama satu bulan Siswa Bahan Pangan Frekuensi (kali per minggu) gram per 1x makan Akselerasi Kacang Hijau Tahu Tempe Susu Kedelai Rata-rata ± SD 2.98 ± ± Reguler Kacang Hijau Tahu Tempe Susu Kedelai Rata-rata ± SD 1.99 ± ± Uji beda Jenis pangan nabati yang dikonsumsi kedua kelompok adalah sama, yaitu kacang hijau, tahu, tempe, dan susu kedelai. Pada kelompok akselerasi, frekuensi tertinggi konsumsi pangan nabati adalah tahu (5.37 kali per minggu), sedangkan pada kelompok reguler adaah tempe (3.83 kali per minggu). Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan bahwa bahwa terdapat perbedaan nyata pada frekuensi konsumsi sumber protein nabati per minggu siswa kedua kelompok (p<0.05). Berdasarkan hasil uji tersebut, diketahui bahwa rata-rata frekuensi konsumsi sumber protein nabati per minggu dan jumlah (gram per satu kali makan) siswa akselerasi lebih tinggi dibandingkan siswa reguler.

21 50 Tabel 24 menunjukkan jenis sayuran yang sering dikonsumsi siswa. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Jenis sayuran yang dikonsumsi kedua kelompok cukup berbeda. Pada kelompok akselerasi, sayuran yang sering dikonsumsi adalah bayam, buncis, jagung muda, kol, tauge, dan wortel, sedangkan pada kelompok reguler, sayuran yang sering dikonsumsi adalah bayam, kangkung, wortel, sop kol dan wortel, tauge, sawi, dan kol. Frekuensi konsumsi sayuran tertinggi pada kedua kelompok adalah bayam. Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan bahwa bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada frekuensi konsumsi sayuran per minggu dan jumlah (gram per satu kali makan) siswa kedua kelompok (p>0.05). Berdasarkan hasil uji tersebut, diketahui bahwa rata-rata frekuensi konsumsi sayuran per minggu dan jumlah konsumsi sayuran (gram per satu kali makan) siswa akselerasi lebih tinggi dibandingkan siswa reguler. Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi konsumsi sayuran selama satu bulan Siswa Bahan Pangan Frekuensi (kali per minggu) gram per 1x makan Akselerasi Bayam Buncis Jagung Muda Kol Tauge Wortel Rata-rata ± SD 1.55 ± ± 7.64 Reguler Bayam Kangkung Wortel Sop Kol&Wortel Tauge Kol Rata-rata ± SD 1.06 ± ± 8.3 Uji beda Tabel 25 menunjukkan jenis buah yang sering dikonsumsi siswa. Jenis buah-buahan yang dikonsumsi kedua kelompok tidak jauh berbeda. Pada kelompok akselerasi, buah-buahan yang sering dikonsumsi adalah apel, jeruk, mangga, melon, pepaya, dan pisang, sedangkan kelompok reguler adalah apel, jeruk, mangga, pepaya, pisang, dan pir. Frekuensi konsumsi buah-buahan tertinggi siswa akselerasi adalah apel (3.63 kali per minggu), sedangkan siswa reguler adalah jeruk (3.82 kali per minggu). Hasil uji beda independent sample t-

22 51 test menunjukkan bahwa bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada frekuensi konsumsi sumber buah-buahan per minggu siswa kedua kelompok (p>0.05), namun terdapat perbedaan pada jumlah (gram per satu kali makan) konsumsi pangan buah-buahan siswa kedua kelompok (p<0.05). Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi konsumsi Pangan buah-buahan selama satu bulan lalu Siswa bahan pangan Frekuensi (kali per minggu) gram per 1x makan Akselerasi apel jeruk Mangga melon pepaya pisang Rata-rata ± SD 2.42 ± ± Reguler apel jeruk Mangga pepaya pisang Pir Rata-rata ± SD 1.93 ± ± 21.3 Uji beda Berdasarkan hasil uji tersebut, diketahui bahwa rata-rata frekuensi konsumsi buah-buahan per minggu dan jumlah (gram per satu kali makan) konsumsi buahbuahan siswa akselerasi lebih tinggi dibandingkan siswa reguler. Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi konsumsi susu beserta olahan selama satu bulan lalu Siswa bahan pangan Frekuensi (kali per minggu) gram per 1x makan Akselerasi Keju Susu kental manis Susu sapi Yoghurt Rata-rata ± SD 3.40 ± ± Reguler Keju Susu kental manis Susu sapi Yoghurt Rata-rata ± SD 2.75 ± ± Uji beda

23 52 Susu beserta olahan yang dikonsumsi siswa kedua kelompok adalah sama yaitu: keju, susu kental manis, susu sapi, dan yoghurt. Perbedaan hanya terdapat pada frekuensi konsumi per minggu dan jumlah konsumsi per satu kali makan. Rata-rata frekuensi susu beserta olahan siswa akselerasi adalah 3.40 ± 1.83 kali per minggu dan rata-rata jumlah konsumsi per satu kali makan siswa adalah ± gram, sedangkan pada siswa reguler rata-rata frekuensi susu beserta olahannya adalah 2.75 ± 1.71 kali per minggu dan rata-rata jumlah konsumsi per satu kali makan siswa adalah ± gram. Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan bahwa bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada frekuensi konsumsi susu beserta olahannya per minggu siswa kedua kelompok (p>0.05), namun terdapat perbedaan pada jumlah (gram per satu kali makan) konsumsi pangan susu beserta olahan siswa kedua kelompok (p<0.05). Berdasarkan hasil uji tersebut, diketahui bahwa rata-rata frekuensi konsumsi susu beserta olahan per minggu dan jumlah (gram per satu kali makan) konsumsi susu beserta olahan siswa akselerasi lebih tinggi dibandingkan siswa reguler. Pola Aktivitas Pola aktivitas siswa diperoleh dari recall 2x24 jam, yaitu pada hari sekolah dan hari libur. Tabel 27 menjelaskan mengenai rata-rata waktu yang dihabiskan siswa untuk melakukan beberapa jenis aktivitas. Aktivitas yang diamati meliputi tidur malam, tidur siang, sekolah, menonton tv, bermain game/komputer, les, belajar di rumah, olahraga, dan aktivitas lainnya. Aktivitas lainnya yang dimaksud meliputi waktu siswa untuk istirahat, shalat, makan, mandi, siap-siap berangkat ke sekolah, perjalanan ke sekolah/ke luar rumah, main dengan anggota keluarga/teman, dan membantu orangtua. Tabel 27 Rata-rata alokasi waktu siswa untuk melakukan aktivitas fisik (jam/hr) akselerasi Reguler Uji Beda Aktivitas rata-rata ± SD rata-rata ± SD p Tidur malam 8.51± ± Tidur siang 0.47± ± Sekolah 6.37± ± Menonton tv 3.33± ± Bermain game/komputer 0.99± ± Les 0.29± ± Belajar di rumah 1.53± ± Olahraga 0.45± ± Lainnya 5.24± ±

24 53 Berdasarkan tabel 27, diketahui bahwa sebagian besar waktu yang dimiliki siswa dihabiskan untuk sekolah dan tidur. Terdapat perbedaan waktu sekolah diantara kedua kelompok yang seharusnya adalah sama. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas akselerasi, pada kelas akselerasi seringkali diberikan waktu belajar tambahan, terutama apabila siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran yang bersangkutan, sedangkan berdasarkan pengamatan pada kelas reguler, terdapat siswa yang terkadang sudah pulang mendahului waktu pulang sekolah pada umumnya, walaupun terkadang diadakan pula waktu belajar tambahan. Waktu belajar siswa kelas 4,5,6 SD baik akselerasi ataupun reguler pada SD Islam Sudirman dimulai pukul WIB hingga WIB, dengan istirahat sebanyak 2 kali pada pukul WIB dan WIB. Meskipun begitu, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara waktu sekolah kedua kelompok (p=0.090), antara alokasi waktu belajar di rumah kedua kelompok (p=0.215), dan alokasi waktu les siswa pada kedua kelompok (p=0.584). Hasil analisis korelasi spearman menunjukkan tidak adanya hubungan antara waktu sekolah, waktu belajar dirumah, dan les dengan prestasi belajar siswa. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan utilisasi zat gizi makanan (Gibson 2005). Gambaran tentang status gizi siswa diperoleh melalui pengukuran antropometri secara langsung. Penentuan status gizi didasarkan pada indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) yang mengacu pada WHO 2007 dengan menggunakan software anthroplus Klasifikasi pengkategorian status gizi siswa dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu sangat kurus (<-3 SD), kurus (-3 SD <-2), normal (-2 SD <2), dan gemuk (>2 SD). Tabel 28 Sebaran siswa berdasarkan status gizi Status gizi (IMT/U) Akselerasi Reguler Total n % N % n % Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Total Uji beda p=0.075 Tabel 28 menunjukkan gambaran status gizi siswa kedua kelompok. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa tidak terdapat siswa yang

25 54 tergolong kurus atau sangat kurus pada kedua kelompok. Sebagian besar siswa akselerasi dan reguler berstatus gizi normal, dengan persentase 63.16% siswa akselerasi dan 67.5% siswa reguler. Secara keseluruhan, rata-rata siswa berstatus gizi normal (66.1%). Hasil uji beda menunjukkan bahwa status gizi kedua kelompok tidak berbeda nyata (p>0.05). Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu cukup lama pada masa lalu. Menurut Sudiarti & Utari (2007), seseorang yang kekurangan salah satu atau lebih zat gizi dapat menyebabkan penyakit defisiensi. Kekurangan yang hanya ringan dapat menimbulkan menurunnya kemampuan fungsi meskipun kadang-kadang tidak disadari. Daya tahan tubuh yang menurun diduga dapat mempengaruhi konsentrasi seseorang dalam belajar. Kekurangan zat gizi dapat menurunkan prestasi belajar, kemampuan bekerja, dan kekebalan menurun (Sudiarti & Utari 2007), sedangkan menurut Grossman (1997) dalam Kusumaningrum (2006), prestasi yang semakin meningkat dapat terjadi karena dengan status gizi yang baik maka anak dapat berkonsentrasi dengan baik dalam mengikuti pelajaran sehingga semua yang dipelajari dapat diterima dengan baik. Siswa yang kurang sehat atau kurang gizi, daya tangkapnya terhadap pelajaran dan kemampuan belajarnya akan lebih rendah. Oleh karena itu, status gizi sebagian besar siswa, baik siswa akselerasi atau pun reguler, yang tergolong normal diduga akan mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa. Tingkat Kehadiran Sekolah Tingkat kehadiran siswa di sekolah menggambarkan seberapa banyak jumlah kehadiran siswa pada kedua kelompok hadir di sekolah ataupun seberapa banyak jumlah ketidakhadiran siswa karena alasan sakit. Data kehadiran tersebut diperoleh dari buku absensi guru wali kelas. Tabel 29 Sebaran siswa berdasarkan tingkat kehadiran sekolah Kehadiran Akselerasi Rata-rata ± SD (Hari per bulan) Reguler Rata-rata ± SD (Hari per bulan) Uji beda p Hadir ± ± Tidak Hadir (Sakit) 0.69 ± ± Berdasarkan data pada tabel 29, rata-rata kehadiran siswa akselerasi lebih kecil dibandingkan dengan siswa reguler. Hal ini disebabkan karena rata-rata siswa akselerasi yang tidak hadir sekolah karena sakit lebih besar dibandingkan siswa reguler. Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1. L A M P I R A N 50 Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian No. Variabel Kategori Pengukuran 1. Proses Penyelenggaraan Makanan 2. Karakteristik Responden a. Umur (Depkes 2005) b. Uang saku 3. Karakteristik

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Profil Responden Tabel 1 menunjukkan profil ibu dan anak. Profil ibu meliputi pendidikan terakhir ibu, penghasilan keluarga serta pekerjaan ibu. Adapun profil anak meliputi jenis

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

Peta Konsep. Hal yang harus kamu tahu mengenai Pertumbuhan Makhluk Hidup ini antara lain. Perubahan yang terjadi pada makhluk hidup

Peta Konsep. Hal yang harus kamu tahu mengenai Pertumbuhan Makhluk Hidup ini antara lain. Perubahan yang terjadi pada makhluk hidup Standar Kompetensi: Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perubahan yang terjadi pada makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 4 di Sekolah Dasar Negeri 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan sekolah dilakukan secara purposive, yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si Siapa Bayi dan Balita Usia 0 12 bulan Belum dapat mengurus dirinya sendiri Masa pertumbuhan cepat Rentan terhadap penyakit dan cuaca Pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON LAMPIRAN 65 KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON No Sampel : Enumerator : Tanggal Wawancara : Nama Responden : Alamat

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, 04 10.00-4. Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Mei 2017 12.00 tentang asupan nutrisi pada anak yaitu menggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh

Lebih terperinci

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini. NO. RESP A. KUESTIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Perkenalkan nama saya Intan Fermia P, mahasiswi Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,. Kakak sedang

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Konsumsi Buah dan Sayuran Sikap Siswa Sekolah Dasar di SD Negri 064975 Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2010 1.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

KUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR LAMPIRAN 59 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR KEBIASAAN SARAPAN, AKTIVITAS FISIK, DAN STATUS GIZI MAHASISWA MAYOR ILMU

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Tidak pernah n % n % n % n % n % n % Makanan pokok Beras/nasi 88 73,9 19 16,0 6 5,0 6 5,0 0 0 0 0 Mie 3 2,5

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN 58 Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM, MAGNESIUM, DAN KEBIASAAN OLAHRAGA TERHADAP DISMENORE PADA SISWI SMPN 191 KEBUN JERUK JAKARTA BARAT Saya Vina Edika Rosmawati Simorangkir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai harganya yang kelak akan menjadi pewaris dan penerus, begitu juga untuk menjadikan suatu bangsa menjadi lebih baik kedepannya.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN ANGKET / KUESIONER PENELITIAN Kepada yth. Ibu-ibu Orang tua Balita Di Dusun Mandungan Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Balita

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA Pola makan dan status (Metriyani) 1 POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA THE DIETARY HABITS AND NUTRITIONAL STATUS OF GRADE X STUDENTS OF THE CULINARY SERVICES

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung SATUAN ACARA PENYULUHAN ( Gizi Seimbang Pada Lansia ) Topik Sasaran : Gizi Seimbang Pada Lansia : lansia di ruang Dahlia Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017 Waktu Tempat : 25 menit : Wisma Dahlia di UPT

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Energi dari sarapan

Lebih terperinci

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 No. Responden : Nama : Umur : Tinggi Badan (cm) : Berat Badan (Kg) : FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM Hari ke: Waktu makan Pagi Nama makanan Jenis Bahan URT Banyaknya Gram Zat Gizi Energi Protein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Faktor Internal Usia. Usia mahasiswa dalam penelitian ini berksar antara 18-22 tahun Rata-rata usia mahasiswa sebesar 19,8 tahun dan standar deviasi sebesar 1,0 tahun. Rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan investasi dan generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Kualitas anak sangat

Lebih terperinci

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Apa itu Nutrisi???? Defenisi Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan Setiap anak mempunyai

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN 90 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Tingkat asupan Protein, Lemak, Natrium, Kalium, Serat, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Senam Bugar Lansia di

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 Kuisioner Penelitian Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 A. Petunjuk Pengisian Kuisioner 1. Adik dimohon bantuannya untuk mengisi identitas diri pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM)

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM) KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM) I. SOSIAL Identitas Diri 1. Nama Inisial : 2. Alamat : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 5. BB terakhir : kg 6. TB terakhir : cm 7. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Malang terletak di jalan Bandung No. Malang. MTsN berdiri di atas areal tanah seluas m dengan luas bangunan m. Berdasarkan letak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet

Lebih terperinci

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuliana 1, Lucy Fridayati 1, Apridanti Harmupeka 2 Dosen Fakultas Pariwisata dan perhotelan UNP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan Menurut Moeliono (2001) tidak ada satu faktor tunggal yang menyebabkan anak berada, tinggal, hidup atau bekerja di jalanan melainkan ada banyak

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Analisa Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses Tugas Akhir ini diperoleh dari: 2.2 Data proyek Pencarian data berupa buku literatur serta internet yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN Instrument / Angket Penelitian HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI TERHADAP POLA KONSUMSI SISWA Petunjuk pengerjaan: Para siswa yang terhormat, dengan kerendahan hati dimohon keihklasan

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

ejournal Boga, Volume 3 Nomor 3, Yudisium Oktober Tahun 2014 Halaman 47-50

ejournal Boga, Volume 3 Nomor 3, Yudisium Oktober Tahun 2014 Halaman 47-50 47 PENDAHULUAN Pola konsumsi makanan remaja adalah kebiasaan makan meliputi jenis dan jumlah makanan, serta frekuensi makan yang dikonsumsi remaja pada waktu tertentu (Suhardjo, 1989). Remaja adalah individu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci