HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Malang terletak di jalan Bandung No. Malang. MTsN berdiri di atas areal tanah seluas m dengan luas bangunan m. Berdasarkan letak sekolah, MTsN Malang terletak di tengah-tengah kota dan di pinggir jalan utama. Secara struktural MTsN Malang berada di bawah pengawasan Departemen Agama Kota Malang. Dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, MTsN Malang dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh lima orang wakil kepala sekolah yaitu wakil kepala sekolah yang membidangi kurikulum, hubungan masyarakat, kesiswaan, pengembangan mutu serta sarana dan prasarana. Staf pengajar pada MTsN Malang berjumlah orang dan murid sebanyak orang dengan jumlah kelas dari kelas sampai sebanyak kelas. Selain itu juga dibantu oleh Tata usaha (TU) dan pesuruh yang berjumlah orang dan tenaga dokter orang. Untuk pengembangan kualitas tenaga pengajar, kedua sekolah terus mengupayakan pelatihan dan pengembangan akademik baik ditingkat nasional maupun internasional. Sebagai sekolah favorit, pada awal penerimaan murid baru MTsN Malang melakukan serangkaian tes akademik diantaranya adalah tes IQ, tes potensi akademik dan baca tulis Al Qur an. Siswa yang mengikuti program akselerasi adalah siswa yang memiliki skor IQ minimal menurut skala Wechsler, memiliki nilai NEM sekolah rata-rata di atas, dengan nilai rata-rata raport tidak kurang dari, serta ditambah surat keterangan sehat dari dokter, kesediaan calon siswa, dan persetujuan orang tua mengikuti program akselerasi. Sedangkan untuk kelas unggulan, penjaringannya dengan nilai rata-rata raport semester genap, apabila nilai rata-ratanya, siswa tersebut dimasukkan kelas unggulan. MTsN Malang juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar. Fasilitas tersebut adalah ruang kelas, ruang guru, ruang tata usaha, ruang administrasi, lobby (ruang tamu), ruang kepala sekolah, ruang laboratorium, ruang perpustakaan, ruang UKS, masjid, aula, ruang ekstrakurikuler, kantin, gudang, sarana olah raga dan kamar mandi.

2 Selain kegiatan belajar mengajar, MTsN Malang juga menyediakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler guna mewadahi dan mengembangkan bakat, kreativitas serta minat siswa. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut antara lain adalah pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Kader Kesehatan Remaja (KKR), serta Kelompok Ilmiyah Remaja (KIR). Pendidikan Karakteristik Keluarga Tingkat pendidikan orang tua contoh cukup bervariasi mulai dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi. Bila dilihat secara umum, sebagian besar pendidikan ayah dan ibu contoh adalah D/S dengan persentase,% dan,%. Dari Tabel dapat diketahui bahwa persentase terbesar pendidikan ayah dan ibu contoh pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler adalah D/S. Tabel Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah dan ibu Variabel Pendidikan Ayah SMP/SMA D/S S/S Akselerasi Unggulan Regular Total,,,,,,,,,,, Total Pendidikan Ibu SD SMP/SMA D/S S/S,,,,,,,,,,, Total Tingkat pendidikan orangtua dapat mempengaruhi usaha meningkatkan prestasi belajar anak, semakin tinggi pengetahuan orang tua, maka akan semakin banyak pula pengetahuan orangtua yang diberikan kepada anaknya (Nasution dan Nasution ). Suatu penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa adanya pengaruh pendidikan orang tua disamping faktor kemampuan anak dan kualitas sekolah terhadap keberhasilan anak belajar.,

3 Pekerjaan Pekerjaan ayah dan ibu contoh bervariasi dari menjadi petani, PNS/ABRI, swasta, wiraswasta dan ibu rumah tangga. Secara umum, proporsi terbesar pekerjaan ayah contoh,% bekerja sebagai PNS sedangkan proporsi terbesar pekerjaan ibu contoh,% adalah sebagai ibu rumah tangga. Tabel Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu Variabel Pekerjaan Ayah Petani PNS/ABRI Swasta Wiraswasta Akselerasi Unggulan Reguler Total,,,,,,,,,,,,, Total Pekerjaan Ibu PNS/ABRI Swasta IRT Wiraswasta,,,,,,,,,,,,,,, Total Dari Tabel dapat diketahui sebaran pekerjaan ayah pada kelas akselerasi dan reguler proporsi terbesar bekerja sebagai PNS, sedangkan pada kelas unggulan proporsi terbesar ayah contoh bekerja sebagai karyawan swasta. Proporsi terbesar pekerjaan ibu contoh pada kelas akselerasi dan unggulan sebagai PNS, sedangkan pada kelas reguler proporsi terbesar ibu contoh bekerja sebagai ibu rumah tangga. Menurut Kartasapoetra dan Marsetyo () jenis pekerjaan orangtua merupakan salah satu indikator besarnya penghasilan keluarga. Diharapkan dengan semakin besarnya penghasilan, maka konsumsi keluarga pun menjadi semakin baik dalam hal gizi makanan yang dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

4 Pendapatan Pendapatan perkapita keluarga contoh dikelompokkan ke dalam kategori yaitu miskin dan tidak miskin. Kategori miskin apabila pendapatan per kapita per bulan, < Rp.,- dan tidak miskin jika pendapatan per kapita per bulan Rp.,- (BPS ). Pendapatan per kapita keluarga contoh berkisar dari Rp.,- sampai Rp..,-. Rata-rata pendapatan per kapita keluarga adalah Rp.,- dengan standar deviasi Rp.,-. Berdasarkan kategori tersebut pendapatan per kapita keluarga contoh masuk dalam kategori tidak miskin %. Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori kemiskinan Pendapatan Akselerasi Unggulan Reguler Total Miskin Tidak miskin Total ± SD..±..±..±..±..... Min Max Hasil uji statistik menunjukkan pendapatan perkapita tidak berhubungan dengan prestasi belajar, hal ini berbeda dengan hasil penelitian Kusumaningrum () yang menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan perkapita dengan prestasi belajar. Dimana semakin tinggi pendapatan perkapita maka prestasi belajar akan semakin baik. Menurut Sajogyo () pendapatan berpengaruh terhadap daya beli dan perilaku manusia dalam mengkonsumsi pangan. Dengan demikian pendapatan keluarga merupakan faktor yang menentukan jumlah dan macam pangan yang tersedia dalam keluarga. Apabila pendapatan cukup, maka jumlah dan macam pangan yang ada di rumah tangga akan tercukupi, sebaliknya pendapatan yang rendah akan menjadi kendala dalam penyediaan pangan keluarga yang akan berakibat buruk terhadap status gizi keluarga (Berg & Sajogyo ). Hardinsyah dan Drajat () menyatakan dengan pendapatan yang tinggi maka pemenuhan kebutuhan primer seperti pangan dapat terpenuhi dengan baik. Dengan konsumsi pangan yang baik maka daya tahan tubuh terhadap penyakit akan meningkat. Konsumsi pangan diperlukan untuk mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh akan sejumlah zat gizi agar dapat hidup sehat dan dapat mempertahankan kesehatannya.

5 Besar keluarga Besar keluarga diukur dari jumlah anggota keluarga contoh. Besar keluarga contoh dikelompokkan ke dalam kategori yaitu keluarga kecil, sedang dan besar. Keluarga kecil jika jumlah anggota keluarganya ( orang), keluarga sedang jika jumlah anggota keluarganya ( orang), dan besar jika jumlah anggota keluarganya ( > orang) (BPS ). Secara umum, dari Tabel diketahui berdasarkan skor total bahwa sebagian besar contoh,% termasuk dalam kategori keluarga kecil yang terdiri dari kurang dari atau sama dengan orang anggota keluarga. Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori besar keluarga Besar Keluarga Kecil Sedang Besar Akselerasi Unggulan Reguler Total,,,,,,,,,, Total ± SD Min Max, ±,,,, ±,,,, ±,,,, ±,,, Menurut sanjur (), jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh pada belanja pangan. Pendapatan per kapita dan belanja pangan akan menurun sejalan dengan meningkatnya besar jumlah anggota keluarga. Karakteristik Contoh Umur dan Jenis kelamin Berdasarkan data yang diperoleh, umur contoh berkisar antara sampai tahun, dengan rata-rata ±, tahun. Pada kelas akselerasi sebagian besar contoh laki-laki dan perempuan berumur tahun, sedangkan pada kelas ungggulan dan reguler sebagian besar contoh laki-laki dan perempuan berumur tahun. Selanjutnya sebaran umur dan jenis kelamin contoh ditampilkan pada Tabel.

6 Tabel Sebaran contoh berdasarkan umur dan jenis kelamin Umur Akselerasi Unggulan Regular Total LK (%) PR (%) LK (%) PR (%) LK (%) PR (%) LK (%) PR (%),,,,,,,,,,,,,,,,,,, Total,,,,,, ± SD Min Max, ±,,,, ±,,,, ±,,,, ±,,, Helms dan Turner () mengelompokkan usia remaja antara tahun. Monks () melakukan pembagian perkembangan remaja adalah pra remaja (- tahun), remaja awal atau pubertas (- tahun) dan remaja pertengahan usia (- tahun) serta remaja akhir usia (- tahun). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa contoh dalam penelitian ini termasuk dalam masa remaja awal atau pubertas., Uang saku Uang saku contoh per hari berkisar antara Rp..,- sampai Rp..,- dengan rata-rata Rp.. ±.. Uang saku contoh dikategorikan menjadi rendah (< Rp.), sedang ( Rp..) dan tinggi (> Rp.). Dari Tabel dapat diketahui bahwa sebagian besar uang saku contoh ketiga kelas masuk dalam kategori sedang dengan kisaran Rp. sampai Rp.. Hasil uji anova menunjukkan uang saku pada ketiga kelas tidak berbeda nyata. Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori uang saku Uang Saku Rendah Sedang Tinggi Akselerasi Unggulan Reguler Total,,,,,,,,,, Total ± SD Min Max.±.. ±.. ±..±.. ±..±.,. ±..±.

7 Napitu () menyatakan bahwa uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu. Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan, anak diharapkan untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimiliki. Pengetahuan Gizi Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan gizi contoh, dilakukan analisis kuantitatif yaitu dengan memberi skor atas semua jawaban yang diberikan contoh. Pengetahuan tentang gizi ini terdiri dari item pertanyaan, dengan skor total jika jawaban benar atas semua pertanyaan. Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi disajikan pada Tabel. Tabel Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar dari pertanyaan pengetahuan gizi Pertanyaan Pengertian makanan sehat Zat gizi yang diperlukan tubuh Zat gizi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan Konsumsi energi berlebih disimpan dalam bentuk Fungsi protein Pangan sumber karbohidrat Vitamin larut lemak Buah yang mengandung vitamin C Pangan sumber protein nabati Makanan hewani sumber vitamin A Makanan sumber kalsium Makanan sumber serat Tahu, tempe, ikan, daging dan telur sumber Makanan sumber zat besi Buah dan sayur sumber Pangan sumber protein Akibat kekurangan zat besi Sayuran sumber vitamin A Akibat kekurangan vitamin C Ciri-ciri orang yang anemia adalah, kecuali Akselerasi Unggulan Reguler Total,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Dari Tabel diketahui proporsi terkecil contoh memberikan jawaban benar terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan buah-buahan yang mengandung vitamin C, makanan hewani sumber vitamin A, makanan sumber zat

8 besi, penyakit yang diakibatkan kekurangan zat besi, serta yang bukan merupakan ciri-ciri orang yang anemia. Ketidaktahuan contoh terhadap buah-buahan yang mengandung vitamin C ini sejalan dengan fakta rendahnya tingkat konsumsi vitamin C pada contoh ketiga kelas. Masih besarnya proporsi contoh yang tidak tahu makanan sumber zat besi juga berpengaruh terhadap rendahnya tingkat konsumsi zat besi (Fe). Dan banyaknya contoh yang menjawab salah pada pertanyaan tentang ciri-ciri orang yang anemia kemungkinan karena kurang teliti dalam membaca soal, karena dibagian akhir soal ada kata kecuali yang menunjukkan untuk mencari jawaban yang sebaliknya. Ketelitian dalam menjawab soal-soal dalam tes atau ulangan perlu ditekankan pada contoh, karena apabila tidak teliti pertanyaan yang harusnya bisa dijawab dengan benar menjadi salah. Penilaian terhadap ketepatan jawaban pengetahuan gizi dibuat dalam bentuk persentase, yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu rendah (< %); sedang ( % - %); dan baik (> %). Secara umum, berdasarkan skor total diketahui bahwa sebagian besar contoh,% memiliki pengetahuan gizi baik. Dari Tabel dapat diketahui bahwa pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler sebagian besar contoh memiliki pengetahuan gizi baik, khusus untuk kelas reguler contoh yang memiliki pengetahuan gizi baik dan sedang mencapai persentase yang sama yaitu,%. Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi Pengetahuan Gizi Rendah Sedang Baik Akselerasi Unggulan Reguler Total,,,,,,,,,,, Total ± SD Min Max, ±, ±, ±, ±, ±, ±,, ± ± Pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat menunjang di dalam pemilihan atau penyusunan menu yang akan dikonsumsi guna mencapai status gizi baik. Hasil uji anova menunjukkan bahwa pengetahuan gizi berbeda sangat

9 nyata pada ketiga kelompok kelas. Hasil analisa statistik diketahui bahwa pengetahuan gizi berhubungan nyata dengan status kesehatan dan prestasi belajar. Perilaku Konsumsi Pangan Kebiasaan Makan Hal yang diteliti mengenai kebiasaan makan contoh adalah frekuensi makan, kebiasaan sarapan pagi, jenis bahan makanan yang dikonsumsi, frekuensi konsumsi makanan jajanan, kebiasaan minum susu dan frekuensi minum susu, konsumsi sayur dan buah serta konsumsi food suplement. Secara umum, berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar contoh,% memiliki kebiasaan makan dalam sehari kali. Sebanyak,% contoh memiliki kebiasaan sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Sebanyak,% contoh memiliki kebiasaan makan makanan jajanan lebih dari tiga kali sehari. Sebanyak % contoh mengkonsumsi makanan jajanan sebagai makanan selingan/tambahan, dan sebanyak,% contoh mengkonsumsi makanan jajanan karena rasa lapar. Dari Tabel dapat diketahui bahwa pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler memiliki kebiasaan makan dalam sehari kali dengan persentase masingmasing,%;,% dan,%. Sebagian besar contoh baik pada kelas akselerasi, unggulan maupun reguler memiliki kebiasaan sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah dengan kisaran persentase antara,% sampai %. Frekuensi konsumsi makanan jajanan contoh antara kelas akselerasi dengan dua kelas lainnya berbeda, dimana pada kelas akselerasi proporsi terbesar contoh yang mengkonsumsi makanan jajanan adalah kali (%). Sedangkan pada kelas unggulan dan reguler,% contoh mengkonsumsi makanan jajanan lebih dari kali dalam sehari. Sebanyak % contoh pada ketiga kelas mengkonsumsi makanan jajanan sebagai makanan selingan/tambahan dan sebagian besar alasan contoh mengkonsumsi makanan jajanan pada ketiga kelas karena rasa lapar (,%).

10 Tabel Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan Kebiasaan Makan Frekuensi makan dalam sehari Sarapan pagi Frekuensi konsumsi makanan jajanan Minum susu Frekuensi dalam seminggu Konsumsi sayur Konsumsi buah Konsumsi suplemen Kriteria kali kali > kali Tidak tentu Ya Kadang-kadang kali kali kali > kali Ya Kadang-kadang Tidak > gelas - gelas - gelas gelas Ya Kadang-kadang Ya Kadang-kadang Ya Tidak Akselerasi Unggulan Regular Total,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Secara umum, berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa,% contoh memiliki kebiasaan makan dalam sehari kali. Persentase tersebut sama dengan hasil penelitian Astuti () yang menunjukkan bahwa,% murid SMU di Trenggalek memiliki frekuensi makan tiga kali sehari. Kebiasaan makan tiga kali sehari atau lebih merupakan kebiasaan makan yang baik, karena dengan frekuensi konsumsi yang makin sering diharapkan akan semakin besar kemungkinan untuk dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasoetion dan Khomsan () bahwa peluang untuk mencukupi kebutuhan gizi akan lebih besar jika frekuensi makan tiga kali sehari. Sebanyak,% contoh memiliki kebiasaan sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Persentase ini lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian Astuti () yang menunjukkan,% murid SMU di Trenggalek terbiasa sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Namun, hasil penelitian ini sedikit lebih rendah dibandingkan penelitian Kustiyah () yang melaporkan sebanyak,% murid SD di Bogor terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi contoh untuk beraktifitas dan

11 belajar. Apabila anak tidak sarapan maka kemampuan berpikir dan konsentrasi akan sangat berkurang, sehingga kegiatan belajar anak akan terganggu. Cukup tingginya contoh yang sarapan pagi akan berdampak terhadap performans contoh di sekolah. Disamping itu, menurut hasil penelitian di AS dan Indonesia, ternyata dampak sarapan pagi sebelum berangkat sekolah adalah amat besar. Rata-rata anak yang sempat sarapan pagi mempunyai prestasi yang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak sarapan. Selain itu, sarapan dapat merangsang gerakan belahan otak kanan si anak untuk menciptakan kegiatan kreatif dan mengurangi keinginan untuk jajan. Hal ini terjadi karena anak sudah puas dan kenyang, sehingga keinginan untuk jajan pun berkurang atau bahkan hilang (Kustiyah ). Selanjutnya dalam Food Facts Asia () juga disebutkan bahwa sarapan pagi berhubungan dengan peningkatan performans mental, khususnya berdampak positif terhadap kewaspadaan, konsentrasi dan membantu menjaga sikap positif terhadap proses belajar di sekolah, tugas-tugas dan aktifitas lainnya. Selain itu, terdapat bukti yang kuat bahwa anak-anak dan remaja yang sarapan dan sarapannya banyak mengandung karbohidrat kompleks, maka secara nyata lebih mampu berkonsentrasi dan memecahkan permasalahan daripada yang tidak sarapan. Hasil penelitian yang menunjukkan masih terdapatnya sekitar,% contoh yang kadang-kadang sarapan perlu mendapat perhatian dari orang tua dan guru, karena berbagai penelitian membuktikan bahwa sarapan berpengaruh pada prestasi belajar anak. Riyadi () mengemukakan bahwa pada anak-anak sekolah yang tidak sarapan, ternyata daya tangkap terhadap pelajarannya tidak sebaik mereka yang melakukan sarapan. Selain itu, anak yang tidak sarapan umumnya kurang kreatif dan agak lamban dalam berpikir. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh rendahnya kadar glukosa darah. Apabila kadar glukosa darah berada di bawah normal, maka akan timbul gejala hipoglikemia. Berat ringannya hipoglikemia tergantung pada tingkat seberapa rendah kadar glukosa darahnya. Sebanyak,% contoh memiliki frekuensi makan makanan jajanan lebih dari kali dalam sehari. Persentase tersebut lebih rendah dibandingkan penelitian Astuti () yang menunjukkan sebanyak,% siswa SMA mengkonsumsi

12 makanan jajanan dengan frekuensi satu sampai tiga kali dalam seminggu. Martoatmodjo et al. () menyatakan bahwa kebiasaan jajan pada anak-anak sekolah memiliki kebaikan dan keburukannya. Kebaikannya diantaranya, jika makanan yang dibeli tersebut sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan, maka bisa melengkapi atau menambah kebutuhan gizi anak, serta untuk mengisi kekosongan lambung karena setiap tiga sampai empat jam sesudah makan maka lambung mulai kosong. Sedangkan kerugiannya antara lain dapat memboroskan keuangan rumah tangga, dapat mengurangi nafsu makan di rumah serta adanya kekhawatiran berpengaruh negatif terhadap kesehatan anak. Sebagaimana dinyatakan oleh Villavieja et al. () bahwa kebiasaan jajan dapat berpengaruh negatif terhadap berkurangnya selera makan dan kesehatan gigi. Dari Tabel dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh,% memiliki kebiasaan minum susu, dengan frekuensi minum susu lebih dari gelas seminggu sebanyak,%. Sebagian besar contoh pada ketiga kelas memiliki kebiasaan mengkonsumsi sayur dan buah (,%). Sedangkan sebagian besar contoh pada ketiga kelas,% tidak mengkonsumsi suplemen selama seminggu terakhir pada saat pengambilan data. Besarnya persentase contoh yang tidak mengkonsumsi suplemen pada penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Astuti () yang melaporkan sebanyak % murid SMU di Trenggalek tidak mengkonsumsi suplemen. Jadi persentase contoh yang mengkonsumsi suplemen dalam penelitian ini lebih besar dibandingkan contoh pada penelitian Astuti (). Hal ini dikarenakan orangtua contoh sudah menyediakan suplemen yang dikonsumsi contoh dan menyuruh contoh untuk mengkonsumsinya. Dari contoh yang mengkonsumsi suplemen (Tabel ), sebagian besar contoh,% mengkonsumsi multivitamin untuk pertumbuhan dan perkembangan (curcuma plus, minyak ikan, HD pollenergy, marine organic calcium, nutrilite daily supplement, scott emulsion, biolysin, stimuno dan zevith grow). Alasan mengkonsumsi suplemen adalah untuk meningkatkan/menjaga daya tahan tubuh, meningkatkan daya ingat, memacu pertumbuhan, dan untuk memenuhi kebutuhan vitamin C serta zat besi. Sebaran contoh berdasarkan konsumsi suplemen dalam seminggu terakhir disajikan pada Tabel.

13 Tabel Sebaran Contoh Berdasarkan Jenis Suplemen yang Dikonsumsi Seminggu Terakhir Suplemen yang Dikonsumsi Jumlah (n) Persentase (%) Tablet vitamin C effervescent, Tablet hisap vitamin C Multivitamin pertumbuhan Multivitamin untuk otak Herba Tablet tambah darah,,,,, Untuk menyimpulkan bagaimana perilaku konsumsi pangan contoh, pertanyaan-pertanyaan tentang kebiasaan makan diskor. Skor yang diperoleh kemudian dikategorikan menjadi kurang (<,); sedang (,,); dan baik (>,). Dari hasil pengkategorian tersebut ternyata sebagian besar contoh % mempunyai perilaku konsumsi pangan tergolong sedang (Tabel ). Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori perilaku konsumsi pangan Perilaku Konsumsi pangan Sedang Baik Akselerasi Unggulan Reguler Total,,,,,, Total ± SD Min Max, ±,,,, ±,,,, ±,,,, ±,,, Dari Tabel dapat diketahui bahwa perilaku konsumsi pangan contoh pada kelas akselerasi sebagian besar tergolong baik (%), sedangkan pada kelas unggulan dan reguler sebagian besar contoh memiliki perilaku konsumsi pangan tergolong sedang dengan persentase,% dan,%. Hasil uji anova menunjukkan bahwa perilaku konsumsi pangan tidak berbeda nyata pada ketiga kelas. Hasil uji statistik menunjukkan perilaku konsumsi pangan berhubungan dengan prestasi belajar, hal ini senada dengan penelitian Thoha () yang melaporkan bahwa pola konsumsi pangan berhubungan dengan prestasi belajar (IPK).

14 Analisis Konsumsi Konsumsi Energi dan Zat Gizi Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Konsumsi pangan yang cukup dapat membuat keadaan kesehatan seseorang menjadi lebih baik. Remaja dalam kehidupannya sangat aktif dan sedang dalam masa pertumbuhan yang cepat sehingga harus mendapatkan makanan yang bergizi. Konsumsi energi dan zat gizi dipengaruhi oleh umur, berat badan, tinggi badan, pola dan kebiasaan makan, serta pendapatan (Kartasapoetra & Marsetyo ). Data konsumsi energi dan zat gizi contoh disajikan pada Tabel. Secara umum, dari hasil penelitian diketahui bahwa ada kecenderungan rata-rata konsumsi energi, protein dan zat besi (Fe) contoh laki-laki kelas akselerasi lebih tinggi daripada kelas unggulan dan reguler. Sedangkan rata-rata konsumsi vitamin C contoh laki-laki kelas reguler lebih tinggi daripada akselerasi dan unggulan. Dan rata-rata konsumsi vitamin B contoh laki-laki pada kelas unggulan lebih tinggi daripada dua kelas lainnya. Secara keseluruhan, rata-rata konsumsi energi, protein, zat besi (Fe), vitamin C dan vitamin B contoh perempuan pada kelas reguler lebih tinggi daripada kelas akselerasi dan unggulan. Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik (Almatsier ). Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan. Dari Tabel dapat diketahui bahwa rata-rata konsumsi energi contoh laki-laki pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler masing-masing mencapai kkal; kkal; dan kkal. Sedangkan contoh perempuan pada ketiga kelas rata-rata konsumsi energi masing-masing adalah kkal; kkal dan kkal. Rata-rata konsumsi energi contoh laki-laki pada kelas akselerasi lebih tinggi dibandingkan dengan kelas unggulan dan reguler. Sebaliknya, rata-rata konsumsi energi contoh perempuan dari kelas reguler lebih tinggi daripada kelas akselerasi dan unggulan. Rata-rata konsumsi protein contoh laki-laki pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler masing-masing adalah, g;, g; dan, g. Sedangkan pada contoh perempuan pada ketiga kelas masing-masing, g;, g; dan, g. Rata-rata konsumsi protein contoh laki-laki pada kelas akselerasi lebih tinggi daripada kelas unggulan dan reguler, sedangkan rata-rata konsumsi

15 protein contoh perempuan kelas reguler lebih tinggi daripada dua kelas lainnya. Hasil uji statistik menunjukkan konsumsi protein berhubungan dengan konsumsi zat besi dan vitamin B. Protein bagi tubuh berfungsi untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein dapat digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Winarno ). protein merupakan pembentuk hemoglobin. Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi dan mempunyai afinitas (daya gabung) terhadap oksigen. Hemoglobin dengan oksigen membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah untuk selanjutnya dibawa dari paru-paru ke jaringan (Ramakhrisnan ). Selain itu, sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dan zat-zat makanan ke seluruh tubuh serta membantu proses metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi (Almatsier ). Salah satu zat gizi mikro yang diperlukan tubuh yaitu besi. Sunarti () menyatakan zat besi sangat diperlukan bagi pembentukan hemoglobin yaitu zat warna yang terdapat di dalam sel-sel darah merah yang memungkinkan sel-sel darah merah tersebut mengangkut oksigen (O ) ke jaringan dan karbondioksida (CO ) dari jaringan. Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai proteinpengangkut-elektron berperan dalam metabolisme energi. Protein pengangkut memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi penghasil energi ke oksigen, sehingga membentuk air. Dalam proses tersebut dihasilkan ATP. Rata-rata konsumsi zat besi (Fe) contoh laki-laki pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler masing-masing adalah, mg;, mg; dan, mg. Sedangkan pada contoh perempuan pada ketiga kelas masing-masing adalah, mg;, mg; dan, mg. Rata-rata konsumsi zat besi (Fe) contoh laki-laki kelas akselerasi lebih tinggi daripada kedua kelas lainnya, sedangkan pada contoh perempuan rata-rata konsumsi zat besi (Fe) kelas reguler lebih tinggi daripada akselerasi dan unggulan. Rata-rata konsumsi vitamin C contoh laki-laki pada ketiga kelas aadalah, mg;, mg; dan, mg. Sedangkan rata-rata konsumsi vitamin C contoh perempuan pada ketiga kelas masing-masing, mg;, mg; dan, mg. Rata-rata konsumsi vitamin C contoh laki-laki kelas reguler lebih tinggi daripada kelas akselerasi dan unggulan. Sama halnya dengan rata-rata konsumsi vitamin C

16 contoh perempuan pada kelas reguler lebih tinggi daripada kelas akselerasi dan unggulan. Rata-rata konsumsi Vitamin B contoh laki-laki kelas akselerasi, unggulan dan reguler masing-masing, mg;, mg; dan, mg. Rata-rata konsumsi vitamin B contoh perempuan pada ketiga kelas masing-masing adalah, mg;, mg; dan, mg. Rata-rata konsumsi vitamin B contoh laki-laki kelas unggulan lebih tinggi daripada kelas akselerasi dan reguler. Sedangkan rata-rata konsumsi vitamin B contoh perempuan kelas reguler lebih tinggi daripada dua kelas lainnya. Tabel Rata-rata konsumsi, kecukupan gizi yang dianjurkan dan tingkat konsumsi energi dan zat gizi contoh Variabel Energi Konsumsi (kkal) Kecukupan (kkal) Tk konsumsi (%) Protein Konsumsi (g) Kecukupan (g) Tk konsumsi (%) Zat Besi (Fe) Konsumsi (mg) Kecukupan (mg) Tk konsumsi (%) Vitamin C Konsumsi (mg) Kecukupan (mg) Tk konsumsi (%) Vitamin B Konsumsi (mg) Kecukupan (mg) Tk konsumsi (%) Akselerasi Unggulan Reguler Total LK PR LK PR LK PR LK PR,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi Tingkat konsumsi energi dan zat gizi dihitung dengan cara membandingkan rata-rata konsumsi energi dan zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yang hasilnya disajikan pada Tabel. Dari Tabel diketahui bahwa tingkat konsumsi energi contoh laki-laki pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler masing-masing,%;,%; dan,%. Tingkat konsumsi energi contoh perempuan pada ketiga kelas adalah,%;,%; dan,%. Tingkat konsumsi energi contoh laki-laki pada kelas

17 akselerasi lebih tinggi daripada unggulan dan reguler. Tingkat konsumsi energi contoh laki-laki kelas akselerasi dan unggulan sudah melebihi dari angka kecukupan yang dianjurkan, sedangkan pada kelas reguler tingkat konsumsi energinya perlu ditingkatkan lagi agar mencapai angka kecukupan yang dianjurkan. Tingkat konsumsi energi contoh perempuan pada kelas reguler lebih tinggi daripada akselerasi dan unggulan. Secara umum, tingkat konsumsi energi contoh laki-laki dan perempuan pada ketiga kelas masih di bawah angka kecukupan yang dianjurkan yaitu,% dan,% sehingga konsumsinya perlu ditingkatkan lagi. Apabila konsumsi pangan tidak segera ditingkatkan dikhawatirkan contoh akan rentan terserang penyakit infeksi dan kemampuan kognitifnya juga akan ikut terpengaruh. Dari hasil uji anova menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata konsumsi energi pada ketiga kelompok kelas. Tingkat konsumsi protein contoh laki-laki pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler adalah,%;,%; dan,%. Sedangkan tingkat konsumsi protein contoh perempuan pada ketiga kelas berturut-turut adalah,%;,%; dan,%. Tingkat konsumsi protein contoh laki-laki kelas akselerasi sudah melebihi angka kecukupan yang dianjurkan sedangkan pada dua kelas yang lain masih belum memenuhi angka kecukupan yang diajurkan. Tingkat konsumsi contoh perempuan pada kelas reguler lebih tinggi daripada kelas akselerasi dan unggulan. Secara keseluruhan, tingkat konsumsi protein contoh laki-laki dan perempuan pada ketiga kelas sudah melebihi dari angka kecukupan yang dianjurkan yaitu,% dan,%. Hal ini dikarenakan konsumsi pangan sumber protein hewani cukup tinggi misalnya ayam, telor dan daging, ditambah dengan sumber protein nabati yaitu tahu dan tempe yang juga dikonsumsi oleh contoh. Hasil uji anova diketahui bahwa tingkat konsumsi protein tidak berbeda nyata pada ketiga kelompok kelas. Tingkat konsumsi zat besi (Fe) contoh laki-laki pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler masing-masing,%;,%; dan,%. Sedangkan tingkat konsumsi zat besi (Fe) contoh perempuan pada ketiga kelas adalah,%;,%; dan,%. Tingkat konsumsi zat besi contoh laki-laki kelas akselerasi lebih tinggi dari dua kelas lainnya dan sudah melebihi angka kecukupan yang dianjurkan. Tingkat konsumsi contoh perempuan kelas reguler lebih tinggi dari

18 dua kelas lainnya serta sudah melebihi dari angka kecukupan yang dianjurkan. Secara keseluruhan, tingkat konsumsi zat besi contoh laki-laki maupun perempuan tergolong cukup yaitu,% dan,% dari angka kecukupan. Namun, untuk mengantisipasi defisit besi dalam jangka waktu yang lama konsumsinya perlu ditingkatkan. Hasil uji anova diketahui bahwa tingkat konsumsi zat besi pada ketiga kelas tidak berbeda nyata. Intake zat besi akan mempengaruhi keseimbangan zat besi di dalam tubuh. Intake zat besi yang kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan akan meningkatkan risiko terjadinya defisiensi besi (Suhardjo ). Komposisi makanan merupakan salah satu faktor dari luar tubuh atau lingkungan yang dapat mempengaruhi persediaan besi di dalam makanan itu. Ketersediaan biologis dari besi pada beragam makanan berbeda satu dengan lainnya. Jika dibandingkan dengan protein hewani, besi yang terdapat di dalam biji-bijian sedikit yang dapat diserap oleh usus (Piliang & Djojosoewondo ). Tingkat konsumsi Vitamin C contoh laki-laki pada ketiga kelas berturutturut adalah,%;,%; dan,%. Sedangkan tingkat konsumsi vitamin C contoh perempuan masing-masing adalah,%;,% dan,%. Secara umum, Tingkat konsumsi vitamin C pada ketiga kelas baik pada contoh laki-laki maupun perempuan tergolong kurang yaitu,% dan,% dari angka kecukupan sehingga konsumsi perlu ditingkatkan lagi. Rendahnya tingkat kecukupan vitamin C ini diakibatkan oleh sedikitnya konsumsi buah dan sayuran. Hasil uji anova menunjukkan tingkat konsumsi vitamin C pada ketiga kelas tidak berbeda nyata. Konsumsi Vitamin C dapat membantu penyerapan besi. Besi dalam makanan berada dalam ikatan ferri maupun ferro. Ikatan ferro yang umumnya terdapat dalam pangan hewani lebih mudah diserap oleh sel mukosa usus (Suhardjo & Kusharrto ). Dan dinyatakan oleh Winarno () penyerapan besi di dalam saluran pencernaan yang direduksi dari bentuk ferri (Fe + ) menjadi ferro (Fe + ) akan lebih mudah dengan kehadiran Vitamin C dan asam amino. Almatsier () menyatakan kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan tubuh mudah lelah, lemah dan perdarahan gusi. Selain itu kekurangan vitamin C juga dapat menyebabkan anemia.

19 Tingkat konsumsi vitamin B contoh laki-laki kelas akselerasi, unggulan dan reguler masing-masing,%;,%; dan,%. Sedangkan pada contoh perempuan pada ketiga kelas masing-masing adalah,%;,%; dan,%. Secara keseluruhan tingkat konsumsi vitamin B contoh laki-laki dan perempuan pada ketiga kelas tergolong kurang yaitu,% dan,% dari angka kecukupan yang dianjurkan, sehingga konsumsinya masih perlu ditambah. Hasil uji anova diketahui tingkat konsumsi vitamin B contoh pada ketiga kelas tidak berbeda nyata. Vitamin B (tiamin) berperan sebagai koenzim dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi membentuk senyawa kaya energi yang disebut ATP (Winarno ). Lebih lanjut, Winarno () menjelaskan tiamin tidak dapat disimpan banyak oleh tubuh, tetapi dalam jumlah terbatas dapat disimpan dalam hati, ginjal, jantung, otak dan otot. Bila tiamin terlalu banyak dikonsumsi, kelebihannya akan dibuang melalui air kemih. Pola Aktivitas Pola aktivitas contoh diperoleh dari recall x jam yaitu pada hari sekolah dan hari libur. Pada Tabel dapat diketahui bahwa alokasi waktu terbesar contoh pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler adalah untuk tidur, dengan rata-rata, jam dari seluruh waktu contoh. Selanjutnya aktivitas contoh yang juga memakan waktu yang cukup banyak pada ketiga kelas adalah untuk kegiatan sekolah yaitu, jam dari keseluruhan aktivitas. Sedangkan aktivitas contoh yang paling kecil alokasi waktunya adalah untuk kegiatan olah raga, jam. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Thoha () yang menunjukkan bahwa alokasi waktu terbesar mahasiswa D Kebidanan digunakan untuk tidur dan aktivitas yang paling kecil alokasi waktunya adalah untuk kegiatan olahraga. Pada hari sekolah rata-rata waktu tidur contoh kelas akselerasi enam sampai tujuh jam, tetapi pada hari libur rata-rata waktu tidur mereka meningkat yaitu sembilan sampai sepuluh jam sehari. Selanjutnya, rata-rata penggunaan waktu contoh untuk berbagai aktivitas disajikan pada Tabel.

20 Tabel Rata-rata penggunaan waktu contoh untuk berbagai aktivitas Akselerasi Unggulan Reguler Total Aktivitas % % % (Jam) (Jam) (Jam) (Jam) % Belajar Bermain Nonton tv Tidur Olah raga Pribadi Sekolah,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Total,,,, Hasil uji anova menunjukkan bahwa aktivitas belajar, aktivitas bermain, dan aktivitas tidur berbeda nyata diantara ketiga kelas. Hasil analisa statistik menunjukkan aktivitas belajar berhubungan negatif dengan aktivitas nonton tv dan tidur dan berhubungan positif dengan prestasi belajar. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak alokasi waktu yang digunakan contoh untuk belajar, akan semakin sedikit alokasi waktu yang digunakan untuk nonton tv dan tidur, dan semakin banyak alokasi waktu yang digunakan untuk belajar secara signifikan akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Hasil uji statistik juga menunjukkan aktivitas bermain berhubungan negatif dengan aktivitas nonton tv, aktivitas tidur, aktivitas pribadi dan sekolah serta tingkat stres, hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang digunakan untuk bermain semakin rendah tingkat stres yang dialami contoh. Aktivitas nonton tv berhubungan negatif dengan motivasi, hal ini mengindikasikan bahwa contoh yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar menggunakan sedikit waktunya untuk nonton tv sehingga dia bisa memanfaatkan lebih banyak waktunya untuk belajar. Status Gizi Gambaran tentang status gizi contoh diketahui berdasarkan pengukuran secara antropometri yang dinilai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) serta diukur secara biokimia (kadar hemoglobin darah) yang disajikan pada Tabel, dan.

21 Status Gizi Antropometri Indikator IMT menurut umur merupakan indikator terbaik untuk remaja. Indikator ini sudah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil atas dan juga sejalan dengan indikator yang sudah direkomendasikan untuk orang dewasa serta data referensi yang bermutu tinggi tentang indikator ini sudah tersedia (Riyadi ). Status gizi remaja diukur dengan menilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan mengukur bobot tubuh (berat badan) dalam satuan kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badannya dalam satuan meter. Kemudian status gizi remaja dikelompokkan menjadi lima, yaitu kurus sekali (IMT <,); kurus (IMT,,); normal (IMT,,); gemuk (IMT,,) dan obesitas (IMT >,) (Depkes ). Secara umum, rata-rata umur contoh adalah ±, tahun dengan kisaran hingga tahun. Sementara, rata-rata berat badan contoh secara keseluruhan adalah, ±, kg dan tinggi badan rata-rata adalah, ±, cm. Rata-rata nilai IMT contoh adalah, ±, dan tergolong dalam status gizi normal. Tabel Berat badan dan IMT contoh Akselerasi Unggulan Regular Total Antropometri ± SD ± SD ± SD ± SD Berat Badan (BB), ±,, ±,, ±,, ±, Indeks Massa Tubuh, ±,, ±,, ±,, ±, (IMT) Min Max BB,-,,-,-,- Min Max IMT,-,,-,,-,,-, Hasil uji anova menunjukkan IMT pada ketiga kelompok kelas tidak berbeda nyata. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa IMT berhubungan positif dengan kadar hemoglobin (Hb). Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan (Riyadi ). Pencapaian status gizi baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, aktivitas fisik, berat dan tinggi badan,

22 keadaan fisiologis dan keadaan kesehatan (Hermina ). Sebaran contoh berdasarkan status gizi antropometri disajikan pada Tabel. Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori status gizi antropometri Akselerasi Unggulan Reguler Total Status Gizi Kurus sekali,,,, Kurus,,, Normal,,,, Obess,,, Total Dari Tabel dapat diketahui bahwa status gizi contoh pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler sebagian besar berstatus gizi normal. Hasil uji anova menunjukkan status gizi tidak berbeda nyata pada ketiga kelas. Hasil analisa statistik menunjukkan status gizi berhubungan sangat nyata dengan prestasi belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian Kusumaningrum () yang menunjukkan hubungan yang nyata antara status gizi dengan prestasi belajar, dan penelitian Hanum () menunjukkan status gizi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Prestasi yang semakin meningkat dapat terjadi karena dengan status gizi yang baik maka anak dapat berkonsentrasi dengan baik dalam mengikuti pelajaran sehingga semua yang dipelajari dapat diterima dengan baik. Siswa yang kurang sehat atau kurang gizi daya tangkapnya terhadap pelajaran dan kemampuan belajarnya akan lebih rendah (Grossman dalam Kusumaningrum ). Masalah gizi yang dialami contoh dapat berdampak negatif terhadap penurunan konsentrasi belajar dan penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kelompok remaja mengalami banyak masalah gizi. Bahkan menurut Obaid () dalam Thoha () saat ini terdapat sekitar, juta remaja di dunia atau dari orang menghadapi masalah gizi yang serius yang tidak hanya akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka, namun juga setelah mereka dewasa. Menurut Suhardjo () status gizi yang baik dapat dicapai dengan cara mengkonsumsi pangan yang mengandung cukup zat gizi dan aman serta memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor antara

23 lain umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kegiatan fisik, keadaan fisiologi dan kesehatan. Status Anemia Status anemia contoh dinilai dari hasil pengukuran hemoglobin (Hb) dalam darah. Kadar Hb contoh berkisar antara, sampai, g/dl, dengan ratarata kadar Hb adalah, ±, g/dl. Penilaian status anemia contoh dibedakan menjadi anemia jika kadar Hb < g/dl pada contoh perempuan dan Hb <, g/dl pada contoh laki-laki, serta tidak anemia jika kadar Hb g/dl (perempuan) dan Hb, (laki-laki). Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori status anemia Status Anemia Anemia Tidak anemia Akselerasi Unggulan Reguler Total,,,, Total ± SD Min Max, ±,, -,, ±,,,, ±,,,, ±,,, Dari Tabel dapat diketahui secara umum, sebagian besar contoh,% tidak anemia dan proporsi contoh yang anemia,% yaitu contoh pada kelas unggulan. Hasil uji anova menunjukkan status anemia tidak berbeda nyata pada ketiga kelas. Hasil analisa statistik menunjukkan status anemia tidak berhubungan dengan prestasi belajar. Hal ini senada dengan penelitian Thoha () yang menunjukkan status anemia tidak berhubungan dengan nilai IPK, dan penelitian Astuti () menunjukkan tidak ada hubungan antara status anemia dengan prestasi belajar siswa, serta penelitian Atasasih () yang menunjukkan status anemia tidak berhubungan nyata dengan prestasi belajar. Dari hasil penelitian ini menunjukkan proporsi anemia sebesar,% disebabkan contoh menderita penyakit maag kronis dan saat pengambilan darah berlangsung kondisi kesehatan contoh masih dalam tahap recovery dan contoh belum bisa mengkonsumsi makanan secara maksimal, karena masih terbatas pada jenis makanan tertentu saja selain itu juga karena padatnya aktivitas contoh karena

24 contoh sebagai da i cilik yang sering diundang untuk mengisi acara-acara baik di dalam maupun di luar kota. Rendahnya prevalensi anemia contoh pada penelitian ini diduga karena tingkat konsumsi zat besi (Fe) yang tergolong cukup dari angka kecukupan yang dianjurkan (Tabel ), selain itu tingginya rata-rata kadar Hb contoh yaitu, ±, g/dl. Rendahnya prevalensi anemia pada penelitian ini berbeda dengan penelitian Suharto () yang menunjukkan prevalensi anemia pada siswa SMP sebanyak %, serta penelitian Thoha () menunjukkan prevalensi anemia pada mahasiswa D kebidanan sebesar %. Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Bila belum juga dipenuhi dengan masukan zat besi, lama-kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan Hb. Sebenarnya tubuh mempunyai mekanisme menjaga keseimbangan zat besi dan mencegah berkembangnya kekurangan zat besi. Tubuh mampu mengatur penyerapan zat besi sesuai kebutuhan tubuh dengan meningkatkan penyerapan pada kondisi kekurangan dan menurunkan penyerapan saat kelebihan zat besi (Anonim ). Menurut Dillon () jika kadar hemoglobin dalam darah pada anak berada di kisaran sampai g/dl, bisa dipastikan penyebabnya adalah asupan gizi. Tetapi jika kadar hemoglobinnya dibawah g/dl, bisa dipastikan ada penyakit penyertanya. Salah satu kemungkinannya adalah cacingan. Sehingga penggunaan tablet besi harus dipadukan dengan obat cacing. Status Kesehatan Keadaan fisik yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara efektif. Seorang siswa yang sering sakit biasanya mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajar, misalnya cepat lelah, tidak bisa berkonsentrasi karena penglihatan dan pendengaran terganggu (Kalpen ). Untuk mengetahui status kesehatan contoh dilakukan analisis kuantitatif yaitu dengan memberi skor atas faktor jenis penyakit, frekuensi sakit, lama hari sakit dan cara pengobatan ketika sakit. Skoring atas jenis penyakit lebih lengkapnya disajikan pada Lampiran. Penilaian terhadap status kesehatan

25 dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu kurang (>); sedang ( ); dan baik (< ) (Slamet ). Dari Tabel diketahui bahwa secara umum status kesehatan contoh pada ketiga kelas dalam satu bulan terakhir tergolong baik dengan persentase,%. Hasil uji anova menunjukkan bahwa status kesehatan berbeda nyata pada ketiga kelas. Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori status kesehatan Status Kesehatan Kurang Sedang Baik Akselerasi Unggulan Reguler Total,,,,,,,,,, Total ± SD Min Max, ±,,,, ±,,,, ±,,,, ±,,, Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa status kesehatan berhubungan nyata dengan konsumsi zat besi dan prestasi belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian Kusumaningrum () yang menunjukkan terdapatnya hubungan antara status kesehatan dengan prestasi belajar. Juga penelitian Maryam () yang menunjukkan status kesehatan mempengaruhi prestasi belajar. Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang sakit akibat penyakit atau akibat kelelahan tidak dapat belajar dengan efektif dan hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar (Soemanto ). Suryabrata () mengemukakan bahwa kesehatan jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya kesehatan jasmani yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Sedangkan beberapa penyakit yang kronis juga sangat mengganggu aktivitas belajar seperti pilek, influenza, sakit gigi, dan lain-lain.

26 Tingkat Kelelahan Secara umum, dari Tabel diketahui bahwa sebagian besar contoh kelas akselerasi, unggulan dan reguler merasa lelah dengan persentase,%. Keluhan lemah, letih, lesu karena kurang darah menjadi keluhan fisik yang nyata dan dirasakan oleh penderita anemia gizi besi (Soekirman ). Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kelelahan Tingkat Kelelahan Tidak lelah Lelah Sangat lelah Akselerasi Unggulan Regular Total,,,,,,,,,, Total ± SD Min Max, ±,,,, ±,,,, ±,,, ±,, Hasil uji anova menunjukkan bahwa tingkat kelelahan pada ketiga kelas tidak berbeda nyata. Hasil analisa statistik menunjukkan tingkat kelelahan berhubungan sangat nyata (negatif) dengan perilaku konsumsi pangan. Hal ini berarti tingginya tingkat kelelahan contoh karena perilaku konsumsi pangan contoh yang rendah, sehingga perilaku konsumsi pangan contoh perlu ditingkatkan/diperbaiki agar tingkat kelelahan contoh rendah. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh, sedangkan kelelahan rohani (psikis) ditandai dengan adanya kelesuan, kebosanan dan sulit berkonsentrasi. Kelelahan jasmani dan rohani (psikis) di atas, salah satunya dapat disebabkan oleh banyaknya kegiatan yang dialami anak sekolah. Hasil penelitian Mardapi () mengenai pelaksanaan UAN yang dilakukan di enam propinsi pada siswa SMP/MTS dan SMA/MA/SMK mengungkapkan terdapat % guru menyatakan bahwa UAN dapat menimbulkan kelelahan fisik bagi siswa. Secara umum, dari Tabel dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh pada ketiga kelas,% merasa lelah pada seminggu terakhir waktu pengambilan data dan tingkat kelelahan ini cukup berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari (,%), mood (,%), pekerjaan biasa (,%) dan kenikmatan hidup (%), tetapi tingkat kelelahan tersebut tidak berpengaruh terhadap kemampuan berjalan (,%) dan hubungan dengan orang lain (,%).

27 Tabel Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan tingkat kelelahan Pertanyaan Perasaan lelah pada seminggu terakhir Ya Tidak Tingkat kelelahan hari ini Tidak lelah Cukup lelah Lelah Sangat lelah Akselerasi Unggulan Regular Total,,,, Rata-rata tingkat kelelahan seminggu yang lalu Tidak lelah Cukup lelah Lelah, Sangat lelah, Tingkat kelelahan terburuk seminggu yang lalu Tidak lelah Cukup lelah Lelah Sangat lelah,, Pengaruh tingkat kelelahan terhadap aktivitas sehari-hari Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Sangat berpengaruh,, Pengaruh tingkat kelelahan terhadap mood Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Sangat berpengaruh,, Pengaruh tingkat kelelahan terhadap kemampuan berjalan Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Sangat berpengaruh,, Pengaruh tingkat kelelahan terhadap pekerjaan biasa Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Sangat berpengaruh,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Pengaruh tingkat kelelahan terhadap hubungan dengan orang lain Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Sangat berpengaruh,,,,, Pengaruh tingkat kelelahan terhadap kenikmatan hidup Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Sangat berpengaruh,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

28 Tingkat Stres Dari hasil penelitian diketahui secara umum tingkat stres contoh kelas akselerasi, unggulan dan reguler sebagian besar masuk dalam kategori sedang dengan persentase,%. Hasil uji anova menunjukkan tingkat stres tidak berbeda nyata pada ketiga kelas. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat stres berhubungan dengan tingkat kelelahan dan aktivitas nonton tv, serta berhubungan negatif dengan aktivitas bermain. Tabel Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat stres Tingkat Stres Rendah Sedang Tinggi Akselerasi Unggulan Regular Total,,,,,,,,, Total ± SD Min Max, ±,,,, ±,,,, ±,,,, ±,,, Besarnya persentase tingkat stres dengan kategori sedang pada contoh mengindikasikan bahwa contoh dituntut melakukan berbagai kegiatan, berbagai aktivitas ekstrakurikuler yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan akademik, sehingga contoh mendapat tekanan untuk berkembang lebih cepat dan tertekan karena diharapkan memperoleh ketrampilan sempurna, akibatnya contoh merasa stres karena ketakutan menemui kegagalan yaitu kurang cepat atau kurang tingginya kemampuan yang dicapai. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Asshat () yang menunjukkan tingkat stres siswa akselerasi di bidang akademis tergolong sedang. Salah satu temuan yang menarik adalah bahwa hanya persentase sebesar,% dari contoh penelitian yang memiliki stres yang tinggi berasal dari kelas akselerasi dan reguler. Sebagian besar contoh,% memiliki tingkat stres yang sedang. Hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program akselerasi dan unggulan bisa menyebabkan stres, kenyataannya persentase contoh kelas akselerasi yang mengalami stres tinggi hanya satu orang sedangkan pada kelas unggulan didapat tidak ada satupun contoh yang mengalami stres tinggi.,

29 Menurut Matlin () dalam Asshat () individu menggunakan proses kognitif yang dimilikinya untuk menilai apakah suatu situasi dapat menyebabkan stres. Jadi, situasi yang sama dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada individu yang berbeda. Pada kelas akselerasi, mungkin sebagian siswa tidak merasa pelaksanaan program akselerasi menimbulkan stres, sementara bagi sebagian lainnya pelaksanaan program akselerasi yang dialaminya membuatnya stres. Demikian juga pada kelas unggulan maupun pada siswa di kelas reguler. Dari Tabel dapat diketahui bahwa contoh jarang merasa letih dan lesu yang luar biasa, merasa sedih sekali dan ingin menangis, merasa tegang, tidak tenang, cemas dan terancam, merasa kurang bersemangat pergi ke sekolah, merasa kurang berkonsentrasi dalam belajar dan beraktivitas, merasa tertekan dengan tugas / PR di sekolah, mengalami perubahan nafsu makan, mengalami kehilangan minat melakukan aktivitas, merasa pegal pada punggung, leher dan bahu, merasa tertekan dengan jadwal sekolah yang padat, dan merasa bosan karena tidak punya waktu bermain. Sebagian besar contoh pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler tidak pernah mengalami tidur tidak nyenyak atau sukar tidur, merasa pusing atau sakit kepala tanpa alasan yang jelas, lepas kontrol / temperamen dan merasa dingin dan berkeringat lebih banyak dari biasanya. Sedangkan sebanyak,% contoh tidak pernah dan jarang mengalami perut terasa kembung, mulas, mual dan diare saat akan melakukan sesuatu.

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama bagi remaja putri usia sekolah. Hal ini dilakukan karena pada remaja putri usia sekolah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang berhubungan dengan kemampuan atau kesanggupan tubuh yang berfungsi dalam menjalankan pekerjaan secara optimal dan efisien.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014 No. Responden : A. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI KARTASURA 1 KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Status Anemia Kadar hemoglobin contoh yang terendah 9.20 g/dl dan yang tertinggi 14.0 g/dl dengan rata-rata kadar Hb 11.56 g/dl. Pada Tabel 6 berikut dapat diketahui sebaran contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pesantren merupakan salah satu tempat potensial untuk mengembangkan strategi sadar pangan dan gizi. Santri sebagai generasi muda sangat berpotensi untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja.

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat Pembangunan Kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik dan mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci