HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Hartono Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan Menurut Moeliono (2001) tidak ada satu faktor tunggal yang menyebabkan anak berada, tinggal, hidup atau bekerja di jalanan melainkan ada banyak faktor (multifaktor) yang sangat terkait. Pada dasarnya ada tiga faktor utama sebagai penyebab yaitu: kemiskinan, faktor-faktor keluarga dan pengaruh lingkungan. Tabel 3 Sebaran anak jalanan berdasarkan alasan turun ke jalan Alasan n % Ekonomi 33 64,7 Diajak teman 10 19,6 Lainnya 8 15,7 Total Beberapa alasan anak jalanan turun ke jalan adalah faktor ekonomi (64,7%), diajak teman (19,6%) dan lainnya (15,7%). Alasan lainnya dalam hal ini adalah faktor keluarga dan untuk sekedar mengisi waktu. Tabel 3 menunjukkan bahwa alasan utama anak jalanan turun ke jalan adalah ekonomi (64,9%). Tabel 4 Sebaran ayah dan ibu anak jalanan berdasarkan jenis pekerjaan Ayah Ibu Jenis pekerjaan n % Jenis pekerjaan n % Buruh 7 34 Pembantu rumah tangga 5 17,2 Penarik becak 3 13 Pedagang 3 13 Pengelap mobil 3 13 Buruh 2 6,9 Pedagang 2 8,7 Pengemis 2 6,9 Pengamen 2 8,7 Pemulung 2 6,9 Pengangguran 3 13 Pengamen 2 6,9 Lainnya 3 12,9 Pengangguran/IRT 13 44,8 Total Total Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua anak jalanan bekerja di sektor informal bahkan ada pula orangtua anak jalanan yang menganggur. Pekerjaan ayah terbanyak adalah buruh (34%) sedangkan sebagian besar ibu bekerja sebagai pembantu rumah tangga (17,2%). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak anak jalanan berasal dari keluarga besar (5-10 jiwa) dengan orangtua yang tidak bekerja atau bekerja di sektor informal dengan penghasilan rendah (pemulung, pedagang, asongan/kaki lima, supir dan sebagainya) atau juga petani miskin di desa (Moeliono 2001). Pendapatan keluarga merupakan penjumlahan dari pendapatan seluruh anggota keluarga baik dari hasil pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan. Pada penelitian ini, rata-rata pendapatan keluarga anak jalanan adalah Rp.
2 ± Lebih dari separuh keluarga memiliki pendapatan kurang dari Rp per bulan (67%). Pendapatan per kapita per bulan diperoleh dari total seluruh pendapatan keluarga dibagi jumlah anggota keluarga tersebut. Batas garis kemiskinan di Kota Bandung adalah Rp (BPS 2009). Sebagian besar anak jalanan turun ke jalan karena alasan ekonomi tetapi berdasarkan garis kemiskinan di Kota Bandung, lebih dari separuh (64,3%) keluarga anak jalanan tergolong keluarga tidak miskin (pendapatan/kapita/bulan >Rp ). Hal ini disebabkan hampir setiap anggota keluarga bekerja mencari uang sehingga pemasukan dari anggota keluarga cukup besar. Tabel 5 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan keluarga Pendapatan n % Pendapatan keluarga <Rp Rp Rp ,3 >Rp Pendapatan per kapita per bulan Miskin (<Rp ) 10 35,7 Tidak miskin (>Rp ) 18 64,3 Karakteristik Anak Jalanan Alasan ekonomi juga menyebabkan sebagian besar orangtua mendukung anak jalanan untuk mencari uang di jalan. Orangtua berharap pendapatan yang diperoleh anak jalanan bisa menambah pendapatan keluarga. Tabel 6 menunjukkan bahwa sebesar 47,1 persen orangtua mendukung anak jalanan untuk turun ke jalan mencari uang. Menurut Moeliono (2001) faktor ekonomi menyebabkan anak-anak terpaksa dikerahkan tenaganya untuk mencari tambahan penghasilan keluarga (pekerja anak) atau justru mencari makan di luar rumah (gembel/tekyan). Keluarga merupakan tempat utama kegiatan pengasuhan dan pencurahan kasih sayang terhadap anak. Berdasarkan Tabel 6 sebesar 92 persen anak jalanan masih tinggal dengan orangtua. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan termasuk ke dalam kategori children on the street. Anak jalanan turun ke jalan hanya untuk bekerja dan masih pulang ke rumah serta tinggal dengan orang tua. Di Indonesia disebut pekerja anak di jalan yakni anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja di jalan atau tempat-
3 tempat umum untuk membantu keluarganya. Pada umumnya mereka bekerja untuk memperoleh pendapatan (Moeliono 2001). Tabel 6 Sebaran anak jalanan berdasarkan dukungan ortu,karakteristik dan pendidikan Karakteristik Anak jalanan n % Dukungan Orangtua Setuju 24 47,1 Tidak Setuju 23 45,1 Tidak Tahu 4 7,8 Tinggal dengan Orangtua Ya Tidak 5 9,8 Umur (tahun) Jenis Kelamin , , , ,6 Laki-laki 29 56,9 Perempuan 22 43,1 Status pendidikan Tidak pernah sekolah 2 3,9 Putus sekolah SD/MI 21 41,2 SMP 6 11,8 Masih sekolah : SD/MI 19 37,3 SMP 3 5,9 Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak jalanan (56,9%) adalah laki-laki. Jumlah anak jalanan yang lebih banyak laki-laki diduga karena anak laki-laki memiliki kebebasan dan mampu berdapatasi dengan lingkungan jalanan sejak dini dibandingkan perempuan (Abdelgalil et al. 2004). Umur anak jalanan berada pada kisaran umur 5-18 tahun. Umur anak jalanan dibagi ke dalam empat kelompok umur yaitu 5-8 tahun, 9-12 tahun, tahun dan tahun. Persentase umur terbesar berada pada kisaran umur 9-12 tahun (45,1%) dan tahun (27,5%). Persentase anak jalanan yang berumur tahun sebesar 17,6 persen dan persentase anak jalanan yang berumur 5-8 tahun sebesar 9,8 persen. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil survai BPS I di Jakarta bahwa persentase jumlah anak jalanan pada kelompok
4 umur tahun merupakan yang terbesar diikuti oleh kelompok umur tahun, tahun dan 5-9 tahun (BPS 2001). Status pendidikan anak jalanan dikelompokkan menjadi masih sekolah, putus sekolah dan tidak pernah sekolah. Persentase anak jalanan yang putus sekolah lebih besar (52,9%) dibandingkan anak jalanan yang masih sekolah (43,2%). Beberapa alasan anak jalanan putus sekolah di antaranya tidak memiliki biaya, malu dan malas. Di antara alasan tersebut, alasan utama yang menyebabkan anak jalanan putus sekolah adalah tidak memiliki biaya sedangkan anak jalanan yang tidak pernah sekolah mengaku malas untuk sekolah. Selain itu, diduga orang tua anak jalanan beranggapan bahwa anak jalanan lebih baik bekerja di jalanan dibandingkan sekolah sehingga bisa memperoleh uang untuk menambah pendapatan. Berdasarkan penelitian Atmajaya di beberapa kota, banyak orang tua di kota dengan kondisi sosial-ekonomi rendah beranggapan bahwa bekerja lebih penting daripada sekolah (Moeliono 2001). Baik anak jalanan yang masih sekolah maupun putus sekolah memiliki tingkat pendidikan SD/MI. Anak jalanan berhenti sekolah dan memilih untuk mencari uang di jalan disebabkan oleh ketidakmampuan ekonomi. Selain faktor ekonomi, anak jalanan mengaku tidak mau melanjutkan sekolah karena usia anak jalanan sudah tua sehingga malu untuk kembali lagi ke sekolah dan malas untuk mengingat pelajaran. Banyak anak jalanan menolak untuk kembali lagi ke sekolah. Alasan utamanya adalah malu karena sudah merasa besar, sudah tidak mampu lagi mengikuti pelajaran sekolah, lebih senang bekerja dan ingin membantu atau meringankan beban orangtua (Prasadja dan Agustian 2000). Walaupun tidak memiliki biaya, contoh memiliki keinginan untuk melanjutkan sekolah sampai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Contoh menganggap pendidikan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan sehingga contoh bisa lebih dihargai orang lain dan memperoleh pekerjaan. Selain itu, contoh juga memiliki keinginan untuk mengikuti kursus atau pelatihan. Alasannya adalah contoh ingin memiliki keterampilan dan pengalaman sehingga bisa memperoleh uang tanpa harus turun ke jalan. Pola Aktivitas Pola aktivitas anak jalanan meliputi frekuensi, lama dan jenis aktivitas yang dilakukan anak jalanan selama berada di jalan dalam waktu tertentu yang dilakukan secara terus-menerus. Anak jalanan menghabiskan waktunya di jalan
5 dengan berbagai macam aktivitas. Salah satu aktivitas yang dilakukan adalah bekerja. Pola kerja anak jalanan merupakan bagian dari strategi bertahan hidup yaitu memperoleh uang. Hal ini disebabkan alasan utama anak jalanan turun ke jalan adalah faktor ekonomi. Selain itu, pemilihan pekerjaan yang tepat juga akan menentukan penghasilan yang diperoleh anak jalanan. Pekerjaan yang dilakukan anak jalanan untuk memperoleh uang di antaranya adalah berjualan, mengamen, menyemir sepatu, mengelap mobil, menyewakan payung, meminta-minta dan sebagainya. Tabel 7 Sebaran anak jalanan berdasarkan pola aktivitas dan pendapatan Pola Aktivitas n % Jenis pekerjaan Berjualan 1 2 Mengamen 37 72,5 Lebih dari satu pekerjaan (ganda) 13 25,5 Durasi (jam/hari) , ,5 > Jumlah Hari Kerja , ,2 Pendapatan (per hari) < Rp ,3 Rp Rp ,9 >Rp ,8 Jenis pekerjaan yang banyak dilakukan anak jalanan adalah mengamen (72,5%). Mengamen banyak dilakukan diduga karena jenis pekerjaan ini lebih cepat menghasilkan uang. Selain itu, sebesar 25,5 persen anak jalanan melakukan lebih dari satu pekerjaan (ganda). Pekerjaan ganda yang banyak dilakukan adalah mengamen sambil melakukan pekerjaan yang lain diantaranya berjualan, meminta-minta dan kuli angkut. Tabel 7 menunjukkan bahwa hampir separuh anak jalanan bekerja 4-6 hari dalam seminggu (49%). Anak jalanan yang bekerja setiap hari sebesar 41,2 persen sedangkan anak jalanan yang bekerja 1-3 hari sebesar 9,8 persen. Durasi anak jalanan berada di jalan dikelompokkan menjadi 4-8 jam per hari, 9-12 jam per hari dan lebih dari 12 jam per hari. Rata-rata durasi anak jalanan turun ke jalan adalah 6 jam per hari. Sebagian besar anak jalanan turun ke jalan
6 selama 4-8 jam per hari (74,5%). Anak jalanan yang masih sekolah biasanya turun ke jalan sehabis pulang sekolah. Anak jalanan umumnya bekerja antara 4-18 jam per hari jika melakukan satu aktivitas atau sejumlah aktivitas dengan rata-rata 11 jam kerja per hari (UNICEF 2001). Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak ada anak jalanan yang turun ke jalan untuk bekerja lebih dari 12 jam/hari. Hal ini diduga karena sebagian besar contoh termasuk kategori children on the street sehingga hanya turun ke jalan untuk mencari uang (pekerja anak) dan masih memiliki keluarga sehingga masih pulang ke rumah secara rutin. Pendapatan anak jalanan merupakan pendapatan yang diperoleh selama anak jalanan turun ke jalan dalam sehari. Pendapatan per hari yang diperoleh anak jalanan beragam. Pendapatan terendah anak jalanan adalah Rp dan tertinggi adalah Rp serta rata-rata pendapatan anak jalanan adalah Rp ± Tabel 7 menunjukkan bahwa sebesar 56,9 persen pendapatan anak jalanan berkisar Rp Rp ; 35,3 persen anak jalanan berpendapatan kurang dari Rp dan hanya 7,8 persen anak jalanan berpendapatan lebih dari Rp Tabel 8 Sebaran alokasi pendapatan anak jalanan Alokasi Pendapatan n % Untuk orangtua 10 19,6 Untuk diri sendiri 6 11,8 Untuk orangtua dan diri sendiri 35 68,6 Total Pendapatan yang diperoleh anak jalanan selama turun ke jalan digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Tabel 8 menunjukkan bahwa sebesar 68,6 persen anak jalanan membagi pendapatannya untuk orangtua dan diri sendiri. Anak jalanan yang memberikan seluruh pendapatannya untuk orangtua sebesar 19,6 persen sedangkan anak jalanan yang menggunakan pendapatannya untuk diri sendiri sebesar 11,8 persen. Anak jalanan memberikan sebagian atau seluruh pendapatannya kepada orangtua karena anak jalanan ingin membantu orangtua. Hal ini sesuai dengan alasan utama anak jalanan turun ke jalan yaitu karena faktor ekonomi. Alokasi pendapatan anak jalanan untuk diri sendiri digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Kebutuhan tersebut diantaranya adalah untuk ditabung, ongkos transportasi ke jalanan, jajan atau makan dan lainnya. Kebanyakan anak jalanan menggunakan pendapatannya untuk jajan atau makan
7 daripada menabung. Alokasi pendapatan yang digunakan untuk makan atau jajan berkisar Rp.500-Rp per hari. Sebagian besar anak jalanan tidak mengalokasikan pendapatannya untuk ongkos transportasi. Hal ini diduga karena jarak rumah anak jalanan menuju jalanan cukup dekat sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Frekuensi Pangan Kebiasaan Makan Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kelebihan atau kekurangan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan (Almatsier 2006). Frekuensi makan mempengaruhi jumlah asupan makanan bagi individu dimana hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi (Sukandar 2007). Frekuesi makan diukur dalam satuan kali per hari, kali per minggu, maupun kali per bulan. Frekuensi makan pada seseorang dengan kondisi ekonomi mampu lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan kondisi ekonomi lemah. Hal ini disebabkan orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang lebih tinggi memiliki daya beli yang tinggi sehingga dapat mengonsumsi makanan dengan frekuensi yang lebih tinggi (Khomsan et al. 1998). Kebiasaan makan anak jalanan merupakan frekuensi dan jenis pangan yang dikonsumsi anak jalanan serta bagaimana cara memperolehnya. Frekuensi pangan anak jalanan dikonversi ke dalam satuan bulan. Jenis pangan dikategorikan menjadi tujuh kategori yaitu 1) seralia, umbi dan hasil olahannya 2) daging, telur, ikan dan hasil olahannya 3) kacang-kacangan dan hasil olahannya 4) sayuran 5) buah-buahan 6) jajanan dan 7) serba-serbi. Cara anak jalanan memperoleh pangan dikategorikan menjadi enam yaitu dibeli, ditanam atau dipelihara sendiri, diberi, barter, dari alam (memancing, berburu) dan memulung. Tabel 9 Statistik konsumsi serealia, umbi dan hasil olahannya (kali/bulan) Sumber pangan Rata-rata sd Beras 66,3 18,9 Jagung 5,7 5,4 Singkong 5,1 7,7 Ubi jalar 5,2 7,1 Mie 3,1 7,6 Dalam penelitian ini sumber pangan karbohidrat terdiri atas beras, jagung, singkong, ubi jalar dan mie (Tabel 9). Beras merupakan pangan sumber
8 karbohidrat yang sering dikonsumsi anak jalanan. Rata-rata konsumsi beras anak jalanan adalah 2 kali/hari. Pangan sumber karbohidrat yang dikonsumsi dengan frekuensi tidak terlalu sering adalah jagung (5,7 kali/bulan), ubi jalar (5,2 kali/bulan), singkong (5,1 kali/bulan). Mie merupakan pangan yang jarang dikonsumsi yaitu 3,1 kali/bulan. Semua pangan sumber karbohidrat diperoleh dengan cara membeli. Tabel 10 Statistik konsumsi daging, telur, ikan dan hasil olahannya (kali/bulan) Sumber pangan Rata-rata sd Daging ayam 4,8 6,6 Daging sapi 1,3 7,8 Daging kambing 3 1,2 Ikan laut 2 3,5 Ikan pindang 5,5 9,1 Ikan tawar 3,7 5,4 Ikan asin 8,9 12,9 Telur 13,4 14,5 Susu 6,3 8,9 Madu 8 3,2 Dalam penelitian ini sumber protein hewani terdiri atas daging ayam, daging sapi, daging kambing, ikan, telur, susu, dan madu (Tabel 10). Sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi anak jalanan adalah telur, ikan asin, susu, ikan pindang dan daging ayam. Pangan sumber protein hewani yang tidak terlalu sering dikonsumsi adalah ikan tawar dan ikan laut yaitu 3,7 dan 2 kali/bulan. Pangan sumber hewani hewani lain yaitu daging sapi dan kambing jarang dikonsumsi anak jalanan. Daging sapi dikonsumsi dengan frekuensi 1,3 kali/bulan sedangkan daging kambing 3 kali/bulan. Hampir semua pangan sumber protein hewani diperoleh anak jalanan dengan membeli kecuali daging sapi dan kambing. Hampir seluruh anak jalanan memperoleh daging sapi dan kambing dari pemberian pada saat Hari Raya Idul Adha. Dalam penelitian ini sumber protein nabati terdiri atas tahu, tempe, oncom, kacang tanah, buncis, kacang merah, jengkol dan petai (Tabel 11). Pangan sumber protein nabati yang paling sering dikonsumsi anak jalanan adalah tahu dan tempe. Kacang tanah, buncis dan kacang merah tidak terlalu sering dikonsumsi oleh anak jalanan. Pangan yang jarang dikonsumsi adalah oncom, jengkol dan petai. Makanan-makanan ini dikonsumsi antara 1-3 kali/bulan. Semua pangan sumber protein nabati diperoleh anak jalanan dengan membeli.
9 Tabel 11 Statistik konsumsi kacang-kacangan dan hasil olahannya (kali/bulan) Sumber pangan Rata-rata sd Tahu 15,9 14,5 Tempe 14,8 12,3 Oncom 2,2 8,3 Kacang tanah 7,2 13,9 Buncis 4,9 6,5 Kacang merah 4,4 5,7 Jengkol 3,3 9,7 Petai 1,3 4,4 Sayuran yang dikonsumsi anak jalanan cukup beragam yang terdiri atas 17 macam, antara lain bayam, kangkung, sawi, wortel kol, daun singkong dan lainlain (Tabel 12). Sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah tomat dan selada. Sayuran yang tidak terlalu sering dikonsumsi adalah bayam, wortel, kol, daun singkong, kacang panjang, mentimun dan nangka muda. Semua sayuran yang dikonsumsi anak jalanan diperoleh dengan membeli. Tabel 12 Statistik konsumsi sayuran (kali/bulan) Sumber pangan Rata-rata sd Bayam 7,6 9,1 Kangkung 8,5 12,1 Sawi 3,6 6,1 Wortel 6,8 7,0 Kol 7,5 13,1 Daun singkong 4,2 7,5 Daun papaya 9 4,1 Daun melinjo 12 3,0 Kacang panjang 6,5 14,5 Selada 13 3,6 Labu siam 3,8 5,7 Tomat 11,3 15,3 Mentimun 6,9 16,3 Nangka muda 6,4 14,2 Papaya muda 9 2,1 Terong 3,1 7,1 Melinjo 2,2 5,1 Buah yang dikonsumsi anak jalanan adalah jambu, pepaya, mangga, nanas, pisang dan lain-lain (Tabel 13). Buah yang sering dikonsumsi diantaranya jambu, pepaya, mangga, nanas, pisang, nangka tua, rambutan dan jeruk. Namun buah yang paling sering dikonsumsi adalah rambutan (16,6 kali/bulan) dan jambu (13,7 kali/ bulan. Buah lainnya (semangka dan apel) hanya dikonsumsi 1,1 kali/bulan. Semua buah yang dikonsumsi anak jalanan diperoleh dengan membeli.
10 Tabel 13 Statistik konsumsi buah-buahan (kali/bulan) Sumber pangan Rata-rata sd Jambu 13,7 23,1 Papaya 6,2 8,7 Mangga 3,9 4,5 Nanas 2,4 6,0 Pisang 8,6 9,3 Nangka tua 3,9 7,2 Rambutan 16,6 19,6 Jeruk 5,7 7,4 Salak 3,8 7,8 Durian 2 6 Lainnya 1,1 3,0 Makanan jajanan yang dikonsumsi anak jalanan cukup banyak, diantaranya bakso, siomay, pisang goreng, mi ayam, bakwan dan lain-lain (Tabel 14). Hampir semua makanan jajanan dikonsumsi dengan frekuensi sering dalam sebulan. Namun, makanan jajanan yang paling sering dikonsumsi adalah gorengan yaitu tahu goreng (21,2 kali/bulan), pisang goreng (19,9 kali/bulan) dan tempe goreng (19 kali/bulan). Makanan jajanan lainnya (batagor, minuman serbuk dan roti) dikonsumsi dengan frekuensi tidak terlalu sering (1,3 kali/bulan). Semua makanan jajanan yang dikonsumsi anak jalanan diperoleh dengan membeli. Tabel 14 Statistik konsumsi makanan jajanan (kali/bulan) Sumber pangan Rata-rata Sd Bakso 13,0 15,3 Siomay 7,8 12,3 Pisang goreng 19,9 26,6 Mi ayam 3,9 4,6 Bakwan 14,8 26,8 Tahu goreng 21,2 26,9 Tempe goreng 19,0 25,6 Lainnya 1,3 7,9 Pangan lainnya yang dikonsumsi anak jalanan adalah gula, teh, kopi, saos, kerupuk, dan kecap (Tabel 15). Semua pangan lainnya sering dikonsumsi dalam sebulan. Pangan lainnya yang paling sering dikonsumsi adalah gula (18,6 kali/bulan), teh (13,6 kali/bulan) dan kerupuk (12,8 kali/bulan) sedangkan yang tidak terlalu sering dikonsumsi adalah saos dan kecap. Kopi jarang dikonsumsi anak jalanan dengan frekuensi 7,5 kali/bulan. Semua pangan lainnya diperoleh anak jalanan dengan membeli.
11 Konsumsi Pangan Tabel 15 Statistik konsumsi serba-serbi (kali/bulan) Sumber pangan Rata-rata Sd Gula 18,6 32,1 Teh 13,6 19,0 Kopi 7,5 23,4 Saos 11,4 15,5 Kerupuk 12,8 11,6 Kecap 9,0 11,3 Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi, kedua informasi ini (jenis dan jumlah pangan) merupakan hal yang penting. Batasan ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau berdasarkan aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Kusharto & Sa adiyah 2006). Jenis pangan yang dikonsumsi anak jalanan terbilang cukup beragam walaupun ada yang dikonsumsi dalam jumlah sedikit. Selain berasal dari makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari, anak jalanan memperoleh kebutuhan gizinya dari makanan jajanan. Tabel 16 menunjukkan bahwa kontribusi energi (51%), protein (24,9%) dan Fe (31,7%) terbesar berasal dari golongan serealia, umbi, hasil olahannya yaitu beras. Selain itu rata-rata konsumsi beras paling besar dibandingkan pangan yang lain. Rata-rata konsumsi protein hewani terbesar adalah telur sedangkan rata-rata konsumsi protein nabati terbesar adalah tahu. Sayuran yang paling banyak dikonsumsi adalah bayam sedangkan buah-buahan yang banyak dikonsumsi adalah rambutan. Rata-rata konsumsi vitamin A terbesar berasal dari sayuran yaitu 42,1 persen. Sumber vitamin A terbesar berasal dari sayur sawi. Rata-rata konsumsi vitamin C terbesar adalah minuman (48,8%) yang berasal dari minuman rasa buah. Makanan jajanan yang paling banyak dikonsumsi adalah pisang goreng sedangkan serba-serbi yang paling banyak dikonsumsi adalah kopi. Rata-rata konsumsi pangan, energi dan zat gizi tiap jenis pangan dapat dilihat pada lampiran 1.
12 Tabel 16 Rata-rata konsumsi pangan, energi dan zat gizi anak jalanan Pangan Berat (g/kap/ hari) Serealia, umbi dan hasil olahannya 461,2 Daging, telur, ikan dan hasil olahannya 55,8 Kacang-kacangan dan hasil olahannya 73,8 En erg i (Ka l) % , 4 14, ,3 9, ,5 9,1 Sayuran 37, Buah 44, Jajanan 83, , 0 4,0 Serba-Serbi 16,4 44 2,6 9 Minuman 79,8 Total 851, , ,9 Prot ein (g) % 37,0 24,2 23,4 1, ,3 2, F e ( m g) % 3, 8 1, 3 3, , , 1 31,7 11,1 27,5 4, 8 1, 4 20,3 3, Vit A (m g) % Vit C (m g) % 4, 1 9 1,5 3,4 79,9 16, , 42, 12, 28, ,1 13, 8 7,9 17, 3 2, ,0 12 5, 26, , , 3 45, 7 48,
13 Tingkat Kecukupan Gizi Tingkat Kecukupan Energi (TKE) dan Tingkat Kecukupan Protein (TKP) Tingkat kecukupan energi dan protein dibedakan menjadi empat cut off points menurut Departemen Kesehatan (1996) yaitu: (1) defisit tingkat berat (<70% AKG) (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG) (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG) (4) normal (90-119% AKG) dan (5) kelebihan ( 120% AKG). Tabel 17 Statistik konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan Energi dan Protein Rata-Rata Sd Energi Konsumsi (Kal/hari) Kecukupan (Kal/hari) Tingkat Kecukupan (%) ,47 427,15 57,5 Protein Konsumsi (Kal/hari) Kecukupan (Kal/hari) Tingkat Kecukupan (%) 38,7 46, , ,1 Rata-rata konsumsi energi anak jalanan adalah 1640 Kal sedangkan ratarata kecukupan energi anak jalanan adalah 1871 Kal. Jika rata-rata konsumsi dibandingkan dengan rata-rata kecukupan maka diperoleh rata-rata Tingkat Kecukupan Gizi (TKG). Rata-rata tingkat kecukupan energi anak jalanan adalah 88 persen dan termasuk ke dalam kategori defisit tingkat ringan. Rata-rata konsumsi protein anak jalanan adalah 38,7 gram sedangkan rata-rata angka kecukupan protein anak jalanan 46,3 gram. Rata-rata tingkat kecukupan protein anak jalanan adalah 84 persen dan termasuk ke dalam kategori defisit tingkat ringan. Tabel 18 Sebaran anak jalanan berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein Kategori TKE TKP n % n % Defisit Tingkat Berat (<70% AKG) 19 37, ,1 Defisit Tingkat Sedang (70-79% AKG) 4 7,8 4 7,8 Defisit Tingkat Ringan (80-89% AKG) 6 11,8 4 7,8 Normal (90-119% AKG) 10 19,6 9 17,6 Lebih ( 120% AKG) 12 23, ,6 Total Tabel 18 menunjukkan bahwa sebesar 37,3 persen tingkat kecukupan energi anak jalanan termasuk ke dalam kategori defisit tingkat berat. Persentase anak jalanan yang termasuk ke dalam kategori normal sebesar 9,6 persen dan
14 yang termasuk ke dalam kategori lebih sebesar 23,5 persen. Anak jalanan yang mengalami tingkat kecukupan energi defisit tingkat berat diduga disebabkan frekuensi makan yang jarang. Menurut Sukandar (2007) frekuensi makan mempengaruhi jumlah asupan makanan bagi individu dimana hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi. Berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein (TKP), hampir separuh anak jalanan (45,1%) termasuk ke dalam kategori defisit tingkat berat. Persentase anak jalanan yang termasuk ke dalam kategori normal sebesar 17,6 persen dan yang termasuk ke dalam kategori lebih sebesar 21,6 persen. Sumber protein yang banyak dikonsumsi anak jalanan adalah telur dan tahu. Menurut Almatsier (2006)
15 bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah maupun mutu seperti susu, telur, daging, unggas dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya seperti tempe dan tahu serta kacang-kacangan lain. Tingkat kecukupan protein anak jalanan yang termasuk ke dalam kategori defisit tingkat berat disebabkan pangan sumber protein yang dikonsumsi anak jalanan rendah walaupun mutu proteinnya baik. Tingkat Kecukupan Vitamin dan Mineral Klasifikasi tingkat kecukupan zat besi, vitamin A dan vitamin C menurut Gibson (2005) yaitu (1) kurang (<77% AKG) dan (2) cukup ( 77% AKG). Ratarata konsumsi Fe, vitamin A dan vitamin C anak jalanan adalah 12 mg, 492,2 RE dan 45,6 mg. Angka kecukupan Fe, vitamin A dan vitamin C anak jalanan adalah 16,7 mg, 577,5 RE dan 61,3 mg. Rata-rata tingkat kecukupan Fe dan vitamin C anak jalanan termasuk ke dalam kategori kurang sedangkan rata-rata tingkat kecukupan vitamin A anak jalanan termasuk dalam kategori cukup. Tabel 19 Statistik konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan Vitamin dan Mineral Rata-Rata Sd Fe Konsumsi (Kal/hari) 12,0 8,58 Kecukupan (Kal/hari) 16,7 5,27 Tingkat Kecukupan (%) 72 79,5 Vitamin A Konsumsi (Kal/hari) 492,2 657,57 Kecukupan (Kal/hari) 577,5 43,95 Tingkat Kecukupan (%) ,4 Vitamin C Konsumsi (Kal/hari) 45,6 122,58 Kecukupan (Kal/hari) 61,3 16,12 Tingkat Kecukupan (%) Tabel 20 menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak jalanan (76%) memiliki tingkat kecukupan Fe kurang. Hal ini karena konsumsi protein hewani anak jalanan rendah dan sumber pangan Fe anak jalanan terbesar berasal dari serealia. Menurut Almatsier (2006) sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan. Sumber lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Pada umumnya besi di dalam daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan biologi tinggi, besi di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologi sedang. Tabel 20 Sebaran anak jalanan berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral
16 Kategori TK Fe TK Vit A TK Vit C n % n % n % Kurang (<77% AKG) , ,5 Cukup ( 77% AKG) 15 29, , ,5 Total Lebih dari separuh anak jalanan memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan C kurang (Tabel 20). Menurut Almatsier (2006) vitamin A terdapat di dalam pangan hewani sedangkan karoten terutama di dalam pangan nabati. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua serta sayuran dan buahbuahan yang berwarna kuning jingga seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, papaya, mangga, nangka masak dan jeruk. Vitamin C umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati yaitu sayur dan buah terutama yang asam seperti jeruk, nenas, rambutan, papaya, gandaria, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di sayuran daun-daunan dan jenis kol. Higiene Personal Higiene personal anak jalanan diukur dengan 13 pernyataan mengenai pemeliharaan kebersihan tubuh dan pakaian dalam kehidupan sehari-hari. Pemeliharaan personal tersebut meliputi kebiasaan mandi, keramas, gosok gigi, cuci tangan, menggunting kuku, menggunakan alas kaki dan mengganti baju. Menurut Widyati dan Yuliarsih (2002) usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya penyakit pada higiene personal (kesehatan peseorangan) diantaranya, mandi minimal dua kali sehari, menyikat gigi, pakaian yang bersih, olahraga, minuman yang direbus dan mencuci tangan sebelum memegang makanan. Higiene personal yang baik dapat membantu dalam pencegahan penyakit. Tabel 21 Sebaran higiene personal anak jalanan Tidak Total Sering Jarang Higiene personal pernah n % n % n % n % 1. Kebiasaan mandi 48 94,1 3 5, Kebiasaan menggunakan sabun mandi 48 94,1 3 5, Kebiasaan gosok gigi , Kebiasaan menggunakan pasta gigi 45 88,2 5 9, Kebiasaan keramas 19 37, ,
17 6. Kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih 7. Kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun 38 74, ,6 2 3, , , , Kebiasaan menggunting kuku 21 41, ,9 3 5, Kebiasaan menggunakan alas kaki 43 84,3 7 13, Kebiasaan menggunakan handuk sendiri 21 41, , Kebiasaan menjemur handuk ,7 3 5, Kebiasaan mencuci handuk ,1 2 3, Kebiasaan mengganti baju 38 74, , Tabel 21 menunjukkan bahwa sebesar 94,1 persen anak jalanan memiliki kebiasaan mandi minimal 2 kali sehari dan selalu mandi menggunakan sabun, 84 persen anak jalanan memiliki kebiasaan menggosok gigi minimal 2 kali sehari dan 88,2 persen anak jalanan selalu menggunakan pasta gigi. Menurut Rositawaty (2007), untuk memelihara gigi, gigi harus disikat minimal 2 kali sehari secara teratur sehingga kebersihan mulut akan terjaga. Hampir separuh anak jalanan (62,7%) jarang keramas sedangkan anak jalanan yang memiliki kebiasaan keramas hanya sebesar 37,3 persen. Lebih dari separuh anak jalanan (56,9%) tidak pernah menggunakan handuk milik sendiri. Anak jalanan biasanya menggunakan handuk bersamasama dengan anggota keluarga yang lain. Sebagian besar anak jalanan selalu menjemur handuknya setelah digunakan dan lebih dari separuh anak jalanan (51%) selalu mencuci handuknya. Sebagian besar anak jalanan sering mengganti baju 2 kali atau lebih dalam sehari (74,5%). Mandi dan mengganti pakaian secara teratur penting untuk kebersihan dan penampilan seseorang yang baik. Hal ini juga termasuk higiene pencegahan terhadap penyakit seperti skabies, cacing gelang, trakoma, konjungtivitis dan tifus (WHO 2008). Lebih dari separuh anak jalanan (74,5%) terbiasa mencuci tangan menggunakan air bersih tetapi hampir separuh anak jalanan (45,1%) jarang mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun. Menurut WHO (2008) mencuci tangan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penyebaran penyakit diare. Sabun dan abu gosok merupakan pembersih dan desinfektan yang menggunakan air dapat digunakan untuk membunuh bakteri patogen pada tangan dan peralatan. Waktu yang paling penting dalam mencuci tangan adalah setelah buang air besar, setelah membersihkan anak yang buang air besar dan sebelum makan atau memegang makanan.
18 Lebih dari separuh anak jalanan (52,9%) jarang menggunting kuku minimal seminggu sekali. Anak jalanan menggunting kukunya bila merasa kukunya sudah kotor. Lebih dari separuh anak jalanan (84,3%) sering menggunakan alas kaki. Anak jalanan selalu menggunakan alas kaki setiap turun ke jalan. Tabel 22 Sebaran anak jalanan berdasarkan skor penilaian higiene personal Klasifikasi n % Rendah (11-16) 4 7,8 Sedang (17-21) 20 39,2 Tinggi (22-26) 27 52,9 Total Klasifikasi skor penilaian higiene personal terdiri dari tiga kategori yaitu rendah (11-16), sedang (17-21) dan tinggi (22-26). Berdasarkan Tabel 22 sebesar 52,9 persen anak jalanan memiliki skor higiene personal tinggi dan 39,2 persen anak jalanan memiliki skor sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan sudah menjaga kebersihan tubuh dan pakaian dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan antar Variabel Hubungan Pola Aktivitas dengan Konsumsi Pangan dan Tingkat Kecukupan Gizi Anak jalanan menghabiskan waktunya di jalan dengan berbagai macam aktivitas. Salah satu aktivitas yang dilakukan adalah bekerja agar anak jalanan bisa memperoleh uang. Pekerjaan yang dilakukan anak jalanan untuk memperoleh uang diantaranya adalah berjualan, mengamen, menyemir sepatu, mengelap mobil, menyewakan payung, meminta-minta dan sebagainya. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>05) antara jenis pekerjaan yang dilakukan anak jalanan dengan tingkat kecukupan gizi. Durasi anak jalanan turun ke jalan merupakan waktu yang dihabiskan anak jalanan untuk beraktivitas di jalan dalam sehari. Sebagian besar anak jalanan menghabiskan waktunya di jalan selama 4-8 jam dalam sehari. Waktu yang dihabiskan anak jalanan untuk turun ke jalan dalam sehari diduga akan menyebabkan pola makan yang tidak teratur sehingga berpengaruh terhadap konsumsi pangan anak jalanan. Namun hasil korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>05) antara durasi anak
19 jalanan berada di jalan dengan konsumsi dan tingkat kecukupan energi, protein, zat besi dan vitamin C anak jalanan. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dan durasi dengan tingkat kecukupan gizi anak jalanan karena sebagian besar anak jalanan menghabiskan waktu di jalan selama 4-8 jam sehingga anak jalanan masih dapat membagi waktu antara bekerja dan makan. Berbeda halnya dengan konsumsi dan tingkat kecukupan vitamin A anak jalanan. Hasil korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara durasi anak jalanan berada di jalan dengan konsumsi vitamin A (p<05, r=286) dan tingkat kecukupan vitamin A anak jalanan (p<05, r=282) tetapi hubungannya sangat lemah. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan Status Gizi Pengukuran status gizi anak jalanan dilakukan dengan metode antropometri melalui perhitungan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). IMT/U digunakan untuk anak yang berumur 5-19 tahun. Berdasarkan perhitungan IMT/U sebagian besar anak jalanan memiliki status gizi normal (96,1%) dan tidak terdapat anak jalanan yang berstatus gizi lebih atau gemuk. Tabel 23 Sebaran anak jalanan berdasarkan status gizi Klasifikasi n % Kurus 2 3,9 Normal 49 96,1 Total Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi (p>05) dengan status gizi anak jalanan. Hal ini diduga karena sebagian besar status gizi anak jalanan tersebar pada status gizi normal. Konsumsi pangan yang cukup akan membuat keadaan gizi seseorang baik. Konsumsi pangan pada penelitian ini tidak mencerminkan keseluruhan gambaran status gizi saat ini secara langsung sebab status gizi merupakan akibat dari konsumsi sebelumnya. Konsumsi pangan hanya gambaran bukti sementara dari tingkat kecukupan seseorang dan merupakan konsumsi pada saat diteliti (Roedjito 1989). Pada penelitian ini recall yang dilakukan adalah 1x24 jam sehingga diduga memberikan hasil yang kurang representatif. Menurut Supariasa et al. (2001) apabila recall hanya dilakukan 1x24 jam maka data yang diperoleh kurang
20 representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Kelemahan recall 1x24 jam adalah tidak dapat menggambarkan asupan makan sehari-hari sedangkan kelebihan dari recall 1x24 jam adalah mudah, murah, cepat serta tidak membebani responden. Hubungan Higiene Personal dengan Status Kesehatan Selain menghadapi masalah gizi, anak jalanan juga beresiko mengalami gangguan kesehatan. Kelompok anak jalanan merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan. Masalah penyakit yang banyak terjadi adalah penyakit saluran pernafasan, penyakit kulit, gangguan pencernaan, gangguan kepala dan telinga (Sekartini et al. 2004). Pada penelitian ini penyakit yang diderita hanya dibatasi pada penyakit ISPA, diare dan penyakit kulit. Selain pada anak jalanan, prevalensi penyakit ISPA dan diare masih menjadi prioritas pada program pengendalian penyakit. Penyakit ISPA dan diare masih banyak diderita oleh sebagian besar masyarakat, terutama masyarakat miskin, pendidikan rendah dan banyak tinggal di pedesaan. Prevalensi penyakit ISPA dan diare di Kota Bandung adalah 11,9 persen dan 5,3 persen (Riskesdas 2007). Tabel 24 Sebaran anak jalanan berdasarkan penyakit Penyakit n % ISPA Diare Penyakit kulit Ada 19 37,3 Tidak 32 62,7 Ada 12 23,5 Tidak 39 76,5 Ada 9 17,6 Tidak 42 82,4 Penyakit ISPA yang diderita anak jalanan antara lain flu, tonsillitis dan faringitis sedangkan diare yang banyak diderita anak jalanan adalah diare akut. Jenis penyakit kulit yang diderita anak jalanan antara lain tinea dan dermatitis. Namun berdasarkan Tabel 24 sebagian besar anak jalanan memiliki status kesehatan yang baik. Lebih dari separuh anak jalanan tidak memiliki gangguan penyakit ISPA (62,7%), diare (76,5%) dan penyakit kulit (82,4%). Menurut Widyati & Yuliarsih (2002) higiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Higiene personal yang baik dapat mencegah timbulnya penyakit diantaranya penyakit infeksi. Apabila dilihat dari setiap komponen higiene personal, terdapat hubungan yang signifikan negatif (p<05, r= -294) antara kebiasaan mencuci tangan
21 menggunakan sabun dengan diare. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering mencuci tangan menggunakan sabun maka kejadian diare semakin rendah. Menurut Rositawaty (2007) hal termudah untuk menghindari penyakit diare dan muntaber adalah dengan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, setelah buang air besar dan kecil ataupun menyeka lendir ketika terserang flu. Tabel 25 Sebaran anak jalanan berdasarkan status kesehatan dan higiene personal Higiene Personal Status Kesehatan n % n % ISPA Normal Rendah (11-16) 2 3,9 2 3,9 Sedang (17-21) 9 17, ,6 Tinggi (22-26) 8 15, ,3 Total 19 37, ,7 p>05 Diare Normal Rendah (11-16) ,9 Sedang (17-21) 4 7, ,4 Tinggi (22-26) 7 13, ,2 Total 12 23, ,5 p>05 Penyakit Kulit Normal Rendah (11-16) ,8 Sedang (17-21) 4 7, ,4 Tinggi (22-26) 5 9, ,1 Total 9 17, ,4 p>05 Berdasarkan Tabel 25 anak jalanan yang menderita ISPA sebagian besar memiliki higiene personal sedang (17,6%). Anak jalanan yang menderita diare dan penyakit kulit sebagian besar memiliki higiene personal tinggi (13,7% dan 9,8%). Hal ini menunjukkan bahwa higiene personal yang baik belum tentu diikuti dengan semakin baiknya kesehatan seseorang. Selain itu, hasil korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>05) antara higiene personal anak jalanan dengan status kesehatan anak jalanan (ISPA, diare dan penyakit kulit). Keadaan demikian diduga karena lingkungan tempat tinggal anak jalanan yang kurang sehat. Kondisi lingkungan rumah berpengaruh terhadap tingkat kesehatan masyarakat. Semakin buruk kondisi lingkungan rumah maka status kesehatan penghuninya semakin menurun (Entjang 2000). Perilaku yang sehat tidak cukup
POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG
POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG (Activity Pattern, Food Consumption, Nutritional and Health Status of Street Children in Bandung) Nur aini 1 dan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi
Lebih terperinciLampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT
65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR
Lampiran 1. Kuisioner penelitian Sheet: 1. Cover K U E S I O N E R POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Program : (1=PNPM,
Lebih terperinciKuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1
Kuisioner Penelitian Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 A. Petunjuk Pengisian Kuisioner 1. Adik dimohon bantuannya untuk mengisi identitas diri pada bagian
Lebih terperinciPengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si
Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT
Lebih terperinciANGKET / KUESIONER PENELITIAN
ANGKET / KUESIONER PENELITIAN Kepada yth. Ibu-ibu Orang tua Balita Di Dusun Mandungan Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Balita
Lebih terperinciFORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN
60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,
Lebih terperinciUkuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram
Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes
Lebih terperinciProgram Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER
A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama
Lebih terperinci67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh
31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (
Lebih terperinciLampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.
L A M P I R A N 50 Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian No. Variabel Kategori Pengukuran 1. Proses Penyelenggaraan Makanan 2. Karakteristik Responden a. Umur (Depkes 2005) b. Uang saku 3. Karakteristik
Lebih terperinciNAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih
Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden
Lebih terperinciDBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya
DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA
LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian
Lebih terperinciTabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Profil Responden Tabel 1 menunjukkan profil ibu dan anak. Profil ibu meliputi pendidikan terakhir ibu, penghasilan keluarga serta pekerjaan ibu. Adapun profil anak meliputi jenis
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN. Saudara. Saya yang bernama Albert Prawira, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Kepada Yth, Saudara Saya yang bernama Albert Prawira, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, bersama dengan ini memohon kesediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada anak-anak membuat 250.000-500.000 anak buta setiap tahunnya dan separuh diantaranya
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...
KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah
Lebih terperinciDIIT SERAT TINGGI. Deskripsi
DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu
Lebih terperinciPERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS
PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS Oleh: Fitri Rahmawati, MP JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Diabetes Mellitus adalah penyakit
Lebih terperinciLampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln
Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Tidak pernah n % n % n % n % n % n % Makanan pokok Beras/nasi 88 73,9 19 16,0 6 5,0 6 5,0 0 0 0 0 Mie 3 2,5
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat
Lebih terperinciMAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I
MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang
Lebih terperinciPEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi
Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciLampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura
Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/05/3327/2014. 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan April 2014 Deflasi 0,24 persen Pada, Kabupaten Pemalang
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Tanda tangan,
LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN SERAT, ASUPAN CAIRAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA LANSIA VEGETARIAN DI PUSDIKLAT BUDDHIS MAITREYAWIRA Saya
Lebih terperinciKUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON
LAMPIRAN 65 KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON No Sampel : Enumerator : Tanggal Wawancara : Nama Responden : Alamat
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat
Lebih terperinciKUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK
LAMPIRAN 1 Kode Responden - A Sekolah Kelas No UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK Assalammualaikum
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung
Lebih terperinciGAMBARAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK JALANAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2014 ABSTRACT
GAMBARAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK JALANAN DI KOTA MEDAN TAHUN 214 Adry Ridhwanah 1, Zulhaida Lubis 2, Ernawati Nasution 3 1 Program Sarjana FKM USU Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat 2 Staf
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata pelajaran Kelas Semester Alokasi waktu : SD ALAM PACITAN : IPA : V (Lima) : 1 (Satu) : 4 JP (2 x TM) I. STANDAR KOMPETENSI 1. Mengidentifikasi fungsi
Lebih terperinciMETODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari
Lebih terperinciInformed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN
Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN Judul Penelitian : Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Hipertensi Pada Lansia di Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Lebih terperinciLampiran 1. Surat Ijin Penelitian FIK
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian FIK 31 Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian KESBANG 32 Lampiran 3 Gambaran Pendampingan Makanan pada Partisipan Kelompok Eksperimen Partisipan Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/06/3327/2014. 5 Juni 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Mei 2014 Inflasi 0,04 persen Pada, Kabupaten Pemalang
Lebih terperinciEMPAT PILAR GIZI SEIMBANG
EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi
Lebih terperinciKarakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.
22 Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga Ketersediaan Pangan Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh Kondisi Lingkungan Pola Asuh Tingkat kepatuhan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk
Lebih terperinciKUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015
Lampiran 1 KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015 Nama Mahasiswa : Umur : Tinggi Badan :
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/01/3327/2015. 5 Januari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Desember 2014 Inflasi 1,92 persen Pada, Kabupaten
Lebih terperinciLampiran 1 KUESIONER PENELITIAN. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 I. Identitas Responden Nama Ibu : Jumlah Balita : Nama
Lebih terperinciLampiran 1: Daftar Bahan Makanan Penukar RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
LAMPIRAN 74 Lampiran 1: Daftar Bahan Makanan Penukar RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Daftar bahan makanan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dinyatakan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Konsumsi Buah dan Sayuran Sikap Siswa Sekolah Dasar di SD Negri 064975 Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2010 1.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/09/3327/2014. 5 September 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Agustus 2014 Inflasi 0,43 persen Pada, Kabupaten
Lebih terperinciLampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah
LAMPIRAN 67 68 Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah 68 69 68 Lampiran 2 Sebaran rumah tangga berdasarkan keragaan akses ibu terhadap informasi dan pelayanan gizi
Lebih terperinciFORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
90 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Tingkat asupan Protein, Lemak, Natrium, Kalium, Serat, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Senam Bugar Lansia di
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/08/3327/2014. 5 Agustus 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Juli 2014 Inflasi 0,77 persen Pada, Kabupaten Pemalang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.
Lebih terperinciNama Responden : Kode Responden : Hari/Tanggal : Nama Pewawancara : Lampiran 1 Kuesioner (lanjutan)
Lampiran 1 Kuesioner (lanjutan) KUESIONER II (SEMI-QUANTITATIVE FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE) HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MIKRO, AKTIVITAS FISIK, DAN LATIHAN KECERDASAN DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA
Lebih terperinciPENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes
PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 01/01/Th. VIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2009 INFLASI SEBESAR 0,17 PERSEN Pada bulan Desember 2009 terjadi inflasi sebesar 0,17 persen. Tiga kota di sekitar
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian
Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)
Lebih terperinciJAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA
19 SERI BACAAN ORANG TUA JAGUNG Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 58
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 58 LAMPIRAN 2 59 LAMPIRAN 3 60 LAMPIRAN 4 61 62 63 64 Lampiran 5 FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN FOOD RECALL A. Identitas Responden Nama : Alamat : Tempat, Tanggal Lahir : Umur : Telepon/Hp
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku
126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,
Lebih terperinciKUESIONER Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Santri Asrama 2 Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang
Lampiran 1: Kuesioner KUESIONER Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Santri Asrama 2 Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang Nomor Responden : Tanggal Wawancara : / / A. Identitas Responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/04/3327/2014. 5 April 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Maret 2014 Inflasi 0,21 persen Pada, Kabupaten Pemalang
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN Instrument / Angket Penelitian HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI TERHADAP POLA KONSUMSI SISWA Petunjuk pengerjaan: Para siswa yang terhormat, dengan kerendahan hati dimohon keihklasan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012
Lebih terperinciNUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)
NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja) dr. Maria Ulfa, MMR Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciSUSTAINABLE DIET FOR FUTURE
BIODATA 1. Nama : Iwan Halwani, SKM, M.Si 2. Pendidikan : Akademi Gizi Jakarta, FKM-UI, Fakultas Pasca sarjana UI 3. Pekerjaan : ASN Pada Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI SUSTAINABLE
Lebih terperinciPada bulan Maret 2016 Perkembangan harga berbagai komoditas sangat bervariatif. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Magelang, pada bulan Maret
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.01/03/33.08/Th. III, 11 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN MAGELANG BULAN MARET 2016 INFLASI 0,44 PERSEN Bulan Maret 2016 di
Lebih terperinciPOLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA
Pola makan dan status (Metriyani) 1 POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA THE DIETARY HABITS AND NUTRITIONAL STATUS OF GRADE X STUDENTS OF THE CULINARY SERVICES
Lebih terperinciPengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya
Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 01/07/72/Th. XII, 01 Juli 2009 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan Juni 2009 di Kota Palu terjadi inflasi sebesar 0,15 persen, dengan indeks dari 115,86 pada Mei 2009 menjadi 116,03
Lebih terperinciPenelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.
2 DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Hartati, 2008). Menurut keterangan Supriadi (2009), terlihat
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/07/3327/2014. 5 Juli 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Juni 2014 Inflasi 0,66 persen Pada, Kabupaten Pemalang
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun
Lebih terperinciEMPAT PILAR GIZI SEIMBANG
LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA
LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN DESEMBER 2015 INFLASI 0,96 PERSEN
No.42/01/3311/Th.III, 11 Januari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN DESEMBER 2015 INFLASI 0,96 PERSEN Bulan Desember 2015, Kabupaten Sukoharjo mengalami Inflasi sebesar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
Lebih terperinciDengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.
NO. RESP A. KUESTIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Perkenalkan nama saya Intan Fermia P, mahasiswi Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,. Kakak sedang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,
Lebih terperinciLampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian
Lebih terperinciKUESIONER SISWA LAMPIRAN
LAMPIRAN 60 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KUESIONER SISWA LAMPIRAN Kuesioner terdiri atas 7 halaman. Kuesioner diberika kepada responden dan diisi sendiri oleh responden. Sebelum responden mengisi kusioner,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 01/05/72/Th. XII, 01 Mei 2009 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan 2009 di Kota Palu terjadi deflasi sebesar -0,85 persen, dengan indeks dari 116,45 pada Maret 2009 menjadi 115,46
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada
Lebih terperinciLEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN
85 LAMPIRAN 1 LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN Penelitian yang berjudul : Penilaian Asupan Kalsium Berdasarakan Jenis Kelamin, Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Olahraga, dan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Lebih terperinciStatistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi
Lebih terperinciPOLA PANGAN HARAPAN (PPH)
PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab
Lebih terperinci