REDUKSI WASTE PADA PRODUKSI KACANG GARING DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (STUDI KASUS: PT. DUA KELINCI PATI JAWA TENGAH)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REDUKSI WASTE PADA PRODUKSI KACANG GARING DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (STUDI KASUS: PT. DUA KELINCI PATI JAWA TENGAH)"

Transkripsi

1 REDUKSI WASTE PADA PRODUKSI KACANG GARING DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (STUDI KASUS: PT. DUA KELINCI PATI JAWA TENGAH) Aqil Azizi, Hari Supriyanto. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya ABSTRAK Produk kacang garing merupakan salah satu produk dari PT. Dua Kelinci selain kacang atom. Produk kacang garing sendiri memiliki tiga jenis produk diantaranya produk eksport dks, produk dkk dan medium dky. Produk eksport dks adalah produk yang mempunyai kualitas lebih bagus dibanding jenis produk yang lainnya tetapi dari data didapatkan produk tersebut memiliki jumlah defect yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah produksi dan jenis kualitas produk yang lainnya, sehingga perusahaan harus dapat meningkatkan atau mempertahankan kualitas dari produknya agar dapat tetap bersaing di pasar, karena saat ini banyak bermunculan perusahaan yang bergerak dibidang yang sama. Sehingga dalam persaingan perusahaan harus memiliki harga yang murah dengan kualitas yang baik. Namun pada kenyataannya kacang garing kualitas eksport dks yang dihasilkan ini masih banyak mengalami defect, dimana defect yang sering terjadi adalah pada proses produksinya ditemukan adanya ketidakstabilan proses mengakibatkan terjadinya cacat pada produk kacang garing tersebut dengan CTQ (critical to quality) cacat diantaranya pecah, biji 2 kecil, muda/cenos, biji 1, afal film, burik. Berdasarkan fakta tersebut, maka perlu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk menganalisa dan melakukan peningkatan kualitas produksi kacang garing khususnya produk eksport dks tesebut dengan pendekatan Lean Six Sigma dengan metode FMEA. Sehingga diperoleh beberapa alternatif terbaik yang dapat menurunkan waste diantaranya kebijakan membuat SOP baru dibagian gravity dan sortir untuk standar refraksi dan melakukan pengecekan set up mesin gravity secara berkala juga yang menjadi fokus utama adalah diberikan pelatihan kepada operator inspeksi di bagian packing dan sortir kacang sehingga operator lebih teliti ketika melakukan inspeksi. Dengan alternatif tersebut disinyalir dapat meningkatkan performansi, sehingga value dapat meningkat dibandingkan dengan value kondisi perusahaan saat ini sehingga dapat menghemat biaya kegagalan yang terjadi. Kata Kunci: Kualitas Produk, Waste, Defect, Lean Six Sigma. ABSTRACK Crunchy peanut is one of PT Dua kelinci s products beside coated peanut. Crunchy peanut has three kinds of products such as dks export product, dkk product and dky medium. Dks export product is product have better quality than kind of other but from the data of the product has more defect than total production and the other kinds of quality product, that the company must increase or maintain quality from the product to can compete the market, because present have appear company that activation in the same area. So that, in this competence company must have low price and good quality. Both in fact crunchy peanut especially dks export product that produce still there are many defect, where the defect which often happen is in production process is found there is instability process that make the defect in crunchy peanut especially dks export with CTQ (critical to quality) defect such as broken beans, two small seed beans, young/cenos bean, one seed bean, afal film, motled beans. Based on the factual condition, some research should be done in order to analyze and improve the 1

2 product s quality by mean of Lean Six Sigma approach and FMEA method to find out the failure that might be happened during the process. Finally we could obtain some of the best alternatives in reducing waste such as create new policies (SOP) section for standard gravity and sorting checks refraction and gravity of the machine set up at regular intervals is also the main focus is given to the operator training inspection at the packing and sorting nuts so that the operator more carefully when conducting inspection. Through implementing those alternatives, the business value of PT.Dua Kelinci will be better than present condition. So the company will be able to reduce their failure cost. Keyword : Product Quality, Waste, Defect, Lean six sigma. 1. Pendahuluan Persaingan global saat ini membuat setiap pelaku industri untuk berlomba-lomba menyediakan produk yang berkulitas. Untuk bisa bertahan industri dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen, dapat dilihat para pelaku industri yang sukses dapat menjamin produk produknya dalam keadaan prima.pt.dua Kelinci sebagai pelaku food industry tidak ketinggalan untuk melakukan penjagaan terhadap mutu produknya.quality control telah menjadi perhatian khusus seiring kemajuan perusahaan yang sangat pesat, terutama permintaan ekspor yang semakin meningkat.dengan dimilikinya standar ISO 9002 dan melakukan standar HACCP sehingga PT Dua Kelinci harus menjaga produknya dari segala macam kelalaian dan kerusakan. Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik dan keistimewaan dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan dari kemampuan produk atau jasa untuk memuaskan sebagian atau secara keseluruhan bebutuhan dari konsumen.konsumen sebagai pemakai produk semakin kritis dalam memilih atau memakai produk,keadaan ini mengakibatkan peranan kualitas semakin penting.bebagai macam metode dikembangkan untuk mewujudkan suatu kondisi yang ideal dalam sebuah proses produksi,yaitu zero defect atau tanpa cacat. Salah satu studi yang cukup revolusioner adalah mengenai six sigma,yang dilakukan dan dikembangkan oleh Motorola.Studi ini dapat dikatakan cukup berhasil,meskipun belum mampu mewujudkan kondisi zero defect,tetapi diharapkan mampu menekan defect yang terjadi sampai 3,4 per satu juta kesempatan.dengan terciptanya kondisi ideal tersebut dalam sebuah proses produksi,maka defect yang terdapat pada proses tersebut dapat ditekan,yang berarti keuntungan bagi pihak perusahaan. Produk Kacang garing merupakan salah satu produk dari PT.Dua kelinci selain Kacang atom tentunya.produk kacang garing di PT Dua kelinci memiliki 3 jenis produk diantaranya produk eksport dks,produk eksport dkk dan medium.produk eksport dks adalah produk yang mempunyai kualitas tinggi dibanding jenis produk yang lainnya tetapi dari data didapatkan produk tersebut memiliki jumlah defect yang cukup banyak dibandingkan dengan jumlah produksi dibandingkan dengan jenis kualitas produk yang lainnya.produk yang diamati untuk produk kacang garing dks (luar negeri) pada proses sortor baik sortir awal maupun final masih banyak ditemukan cacat produk kacang garing sehingga terdapat sejumlah produk yang tidak bisa dikemas sesuai kualitas yang diharapkan.berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bagian quality control (QC),maka penelitian ini difokuskan pada produk kacang garing DKS pada proses sortir baik awal maupun final serta ditambahkan pada proses pengemasannya.hal ini dilakukan karena berdasarkan informasi yang didapat di bagian quality control bahwa pada waktu memproduksi produk tersebut banyak mengalami cacat.disamping itu,produk kacang garing luar negeri merupakan produk unggulan yang pesanannnya cukup besar,yang apabila dibandingkan dengan produk produk lainnya termasuk kategori critical. Salah satu produk unggulan PT Dua kelinci yaitu kacang garing khususnya kualitas dks eksport. Produk ini juga diproduksi dengan berbagai macam pengendalian kualitasnya ditiap proses produksi,dimulai dengan pembelian kacang hingga proses pengemasan dengan standar quality control yang ketat sehingga memberikan jaminan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti dijelaskan diatas masalah yang diangkat dalam proses sortir final ini adalah proses sortir yang dilakukan manual dilakukan pengendalian 2

3 kualitas dengan mengukur refraksi maksimal 8 Tujuan yang ingin dicapai dalam % untuk sortir awal dan 3 % untuk sortir final, penelitian tugas akhir ini adalah : sehingga jika melebihi maka akan dilakukan 1. 1.Mengidentifikasi waste yang terjadi pada sortir ulang.namun tentunya konsep ini masih proses produksi kacang garing PT.Dua meninggalkan berbagai permasalahan Kelinci; diantaranya standar refraksi yang sering 2.Mengidentifikasi waste yang paling sering melebihi batas hingga ketidakefisienan sistem terjadi dan berpengaruh terhadap kualitas kerja pengendalian kualitas.hal ini produk; menyebabkan terjadinya ketidaksesuian mutu kacang seperti bugel,kulit kotor,biji 3, pecah, burik, bolong, biji 1 & biji 2 kecil yang tidak seharusnya ada dalam produk kacang garing 3.Mengidentifikasi penyebab terjadinya waste dan memberikan solusi terhadap waste yang paling berpengaruh terhadap kualitas produk; 4.Memberikan rekomendasi perbaikan yang kualitas luar negeri masih masuk.sehingga bertujuan untuk mengurangi waste pada terdapat keluhan dari konsumen untuk produk produksi kacang garing di PT.Dua Kelinci ekspor atau luar negeri juga dalam proses Batasan yang digunakan dalam packing atau pengemasan masih didapati penelitian ini adalah: masalah berupa terjadinya afal film (kerusakan pada kemasan) dan afal dos,terjadinya afal film ini seharusnya bisa diminimalisir karena akan 1.Objek penelitian dilakukan pada produk kacang garing dks (luar negeri). 2.Data yang digunakan adalah data sekunder memperlambat proses produksi dan akan bulan Februari Juli 2011 menimbulkan biaya atas afal film tersebut,jenis cacat pada proses pengemasan diantaranya pada penampilan kemasan, massa, kecembungan, kebocoran yang ada pada kemasan. 3.Penelitian ini dimulai dari define, measure, analyze, improve tanpa melakukan control. 4.Waste yang diteliti adalah 8 waste antara lain defect, waiting, over inventory, over process, Disinyalir penyebab terjadinya waste over production, transportation, underutilized ini adalah inefisiensi dan inefektif pada proses people and unnecessary motion. produksi. Akibatnya dapat terjadi kekurangan Asumsi yang digunakan dalam atau kelebihan pada prosesnya produksinya serta sering terjadi kegagalan dalam proses packaging serta waktu produksi menjadi lebih lama.waste yang terjadi menyebabkan menurunnya kualitas produk yang dihasilkan. Akibat banyaknya biaya yang muncul diakibatkan defect yang terjadi. penelitian ini adalah Proses produksi berjalan dalam kondisi standar dan tidak mengalami perubahan selama dilakukan penelitian serta kebijakan perusahaan selama dilakukannya penelitian ini tidak mengalami perubahan secara signifikan. Sistem pengendalian kualitas perlu dilakukan oleh PT. Dua kelinci pada proses produksinya mulai dari bahan baku diterima sampai produk jadi ke tangan user, hal ini merupakan faktor kunci kesuksesan atau keberhasilan dalam 2. Metodologi Penelitian Secara umum terdapat empat tahapan dalam penelitian ini yaitu tahap identifikasi berbisnis.sehingga dengan pendekatan Lean, permasalahan, tahap pengumpulan dan ditujukan agar dapat mengetahui waste yang disinyalir dapat meningkatkan biaya produksi. pengolahan data, tahap analisa data dan tahap kesimpulan. Sedangkan pendekatan six sigma dengan Tahap Identifikasi Permasalahan menggunakan metode FMEA dapat melakukan menjelaskan tentang tahapan dalam improve atau perbaikan untuk mengurangi defect yang terjadi pada produk. Maka penelitian kali ini mencoba melakukan pengurangan waste pada mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam perusahaan dan kerangka umum penyelesaian masalahnya. proses sortir produk kacang garing dks luar Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data negeri dengan pendekatan lean six sigma menjelaskan tahapan pengumpulan dan menggunakan metode FMEA. Permasalahan yang akan dibahas pada pengolahan data dari permasalahan yang ada dalam perusahaan. Untuk pengumpulan dan tugas akhir ini adalah Bagaimana Melakukan pengolahan data menggunakan pendekatan pengurangan waste pada produksi kacang garing dks dengan pendekatan Lean six Sigma? metodologi Six Sigma yaitu fase pertama Define dan fase Measure. Dimana pada fase Define dilakukan pendefinisian dan pendeskripsian 3

4 waste pada kacang kualitas dks, serta mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dan melakukan identifikasi permasalahan mengenai waste pada kacang kualitas dks. Sedangkan fase measure dilakukan pengukuran Identifikasi waste yang paling berpengaruh terhadap kualitas produk, berdasarkan eksplorasi 8 waste yang terjadi pada proses produksi dari hasil kuisioner dan juga pengamatan di lapangan. Mengukur kapabilitas proses produksi kacang garing di PT.Dua Kelinci saat ini yang nantinya akan dijadikan acuan perbaikan. Pada Tahap Analisa dan Peningkatan menjelaskan tentang tahapan analisa dan peningkatan dari pendefinisian dan pengukuran permasalahan yang ada di dalam perusahaan menyangkut penyebab dari waste tersebut dan Analisa pengukuran kapabilitas proses saat ini, dilakukan sabagai acuan/dasar untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja/performansi. Dalam tahap ini digunakan pendekatan metodologi Six Sigma yaitu fase ketiga Analyze dan fase Improve sedangkan fase kelima tidak digunakan karena keterbatasan waktu. Dimana pada fase Analyze dilakukan pendefinisian sumber-sumber dan akar penyebab masalah dari setiap waste dan sub waste yang kritis dalam keseluruhan item dalam kategori Hasil-hasil Bisnis. Sedangkan pada tahap Improve dilakukan untuk mengenerate, menyeleksi dan mengimplementasikan solusi. Selain itu juga bertujuan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan perbaikan untuk meningkatkan performansi, dengan melakukan alternatif perbaikan yang berupa suatu eksperimen. Pada tahap kesimpulan dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini akan dijelaskan tentang tahapan pengumpulan dan pengolahan data dari permasalahan yang ada pada proses produksi kacang dks PT. Dua Kelinci. 3.1 Define Pada unit produksi kacang terdapat beberapa tahapan pemrosesan kacang garing diantaranya adalah proses-proses sebagai berikut: 1. Aliran fisik dimulai dengan adanya forecaste demand perhari, maka permintaan bahan baku kepada supplier dilakukan. Lama kira-kira penerimaan bahan baku dari supplier 1 minggu. 2. Setelah 1 minggu bahan baku telah dikirim kepada perusahaan. Dan perusahaanpun melakukan proses produksi. Bahan baku yang telah diterima dilakukan inspeksi terlebih dahulu, setelah itu bahan baku dibongkar dari kendaraan,setelah itu dilakukan penimbangan kacang dan kendaraan,setelah itu kendaraan ditimbang kembali sehingga diketahui berat kacang tanah dari margin pengurangan tersebut. 3. Bahan baku yang telah dimasukkan kemudian akan dilakukan proses cleaning baik cleaning kering maupun cleaning basah yaitu dengan pemisahan dan penyemprotan kacang dari tanah dan kotoran yang selanjutnya dilakukan proses pembersihan (washing) kacang itu sendiri. 4. Selanjutnya dilakukan proses pemasakan (cooking) dengan mengambil sampel dari kacang untuk diukur kadar garam dengan alat refractometer maupun diukur PH nya untuk mengetahui keasinan dan keasaman dari kacang.setelah dilakukan pemasakan maka dilakukan pengeringan(drying),drying menggunakan indikator utama kadar air Pengecekan kadar air dengan alat moisture analyzer dilakukan tiap proses sirkulasi. Proses sirkulasi sendiri dilakukan agar kekeringan kacang merata. 5. Proses selanjutnya dilakukan proses pengayakan,dari proses Drying kemudian dialirkan lagi ke mesin ayak yang berfungsi untuk memisahkan Material kacang tanah dengan jembros ( kacang muda kecil, serabut, dan akar).waste dari proses ini digunakan untuk pakan ternak. Setelah melewati proses ini akan masuk ke dalam mesin gravity dengan belt conveyor. 6. Proses selanjutnya adalah proses Gravity yang bertujuan untuk mengklasifikasikan kacang tanah menjadi kualitas tertentu,kacang akan melalui tiga tahap ayak dan diklasifikasikan menjadi tiga corong. Corong pertama akan mengalirkan / memisahkan kacang kualitas terbaik (dks),corong kedua untuk kualitas dky (middle), dan corong ketiga untuk kacang kualitas medium. 7. selanjutnya dilakukan sortir awal yaitu dilakukan proses penyortiran dari kacang dengan dilakukan proses pemilahan sampel kacang yang dinilai buruk dan dilakukan 4

5 pengukuran nilai refraksi dengan standar yang ditetapkan sebesar 8% dan pengecekan nilai refraksi berdasarkan hasil sampel pilahan. 8. Setelah dari proses sortir awal maka selanjutnya akan dilakukan proses pengovenan,dilakukan proses pengukuran kadar air diproses pengovenan.hal yang di cek dalam proses ini meliputi diantaranya kadar air, kematangan,rasa,aroma dan kadar minyak. 9. selanjutnya dilakukan sortir final yaitu dilakukan proses penyortiran final (terakhir) sebelum masuk packing.proses penyortiran dari kacang dengan dilakukan dengan proses pemilahan sampel kacang yang dinilai buruk dan dilakukan pengukuran nilai refraksi dengan standar 3% dan pengecekan nilai refraksi berdasarkan hasil sampel pilahan. 10. Selanjutnya proses terakhir adalah Proses packing meliputi proses penimbangan, pengemasan dalam Ball dan Kardus.Sebelum kacang masuk dalam proses packing, kacang sortir final ditampung terlebih dahulu dalam sekbin dan dialirkan ke dalam mesin packing otomatis.perusahaan memiliki 62 mesin packing untuk produk lokal dan 8 buah untuk produk ekspor. Setelah kacang dikemas kemudian kemasan tersebut dibungkus ke dalam Ball atau kardus.pengendalian kualitas pada proses packing meliputi pengendalian massa produk setelah dipacking, tampilan kemasan, kebocoran dan kecembungan kemasan. Berdasarkan hasil brainstrorming dan pengamatan terhadap proses pada proses produksi kacang garing, maka dapat diidentifikasi waste (pemborosan) yang terjadi pada unit kacang garing yang terbagi ke dalam 8 jenis waste yaitu: 1. Overproduction Proses produksi yang berlebihan dapat menyebabkan produk yang dihasilkan melebihi permintaan, meskipun tidak terlalu besar. 2. Defects Cacat yang terjadi pada proses produksi kacang garing dks di PT.Dua Kelinci, meliputi masalah kualitas produk sebagai berikut : Pada produk kacang 1. Pecah 2. Bolong 3. Burik 4. Bujel 5. Muda/cenos 6. Biji 1 7. Biji 2 kecil 8. Biji 3 panjang 9. Kulit kotor/busam 10. Kulit Pada pembungkus kacang 1. Afal film 2. Afal Dos 3. Unnecessary inventory Terjadi inventory yang berlebih, hal ini biasa diakibatkan karena : 1. Produksi yang terlalu banyak 2. Berkurangnya permintaan yang mendadak 4. Inappropriate processing Sering kali terjadi kesalahan dalam penggunaan peralatan, adanya proses yang berlebihan padahal tidak dibutuhkan. 5. Excessive transportation Biasa terjadi kesalahan dalam pergerakan beberapa orang saat proses produksi sehingga dapat menyebabkan pemborosan 6. Waiting Sering terjadi rework karena sering terjadi pembungkus bocor. Keterlambatan pada proses pengemasan 7. Unnecessary motion Dapat diartikan sebagai pergerakan staf atau pegawai proses produksi unit 2 yang tidak produktif (berpindah, mencari dan berjalan). Aktivitas yang tergolong unnecessary motion antara lain : Pegawai melakukan aktivitas yang tidak produktif pada waktu jam kerja seperti bersenda gurau, mondar-mandir, berjalan-jalan di area kerja tanpa tujuan. Pegawai meninggalkan pekerjaannya pada saat jam kerja. 8. Underutilized People Beberapa pegawai yang telah jenuh dan tenaga yang mereka miliki telah habis dapat mengurangi tingkat produktifitas mereka, maka utilitas pegawai tidak memenuhi target. 3.2 Measure Pada tahap ini dilakukan pengukuran waste yang paling sering terjadi dan berpengaruh terhadap kualitas proses produksi garam berdasarkan hasil penyebaran kuisoner. 5

6 Setelah itu dilakukan pengukuran kapabilitas proses produksi untuk objek amatan produk kacang garing berdasarkan waste yang paling sering terjadi. Identifikasi waste yang paling berpengaruh pada proses produksi kacang garing menurut konsep lean dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Kuisioner dilakukan untuk mengetahui tingkat keseringan waste terjadi pada proses produksi kacang garing. Dengan menggunakan metode BORDA yaitu dengan memberikan peringkat untuk masing-masing jenis waste serta mengalikkannya dengan bobot yang telah sesuai yaitu peringkat 1 mempunyai bobot tertinggi yaitu ( n 1 ) demikian seterusnya. Dimana waste yang mempunyai nilai tertinggi adalah waste yang sering terjadi pada proses produksi kacang garing. Berikut ini merupakan rekap hasil kuisioner untuk mengetahui waste yang paling sering terjadi pada proses produksi kacang garing. Berdasarkan hasil kuisioner di atas maka dapat diketahui urutan keseringan waste yang terjadi pada proses produksi kacang garing pada tabel 1 seperti berikut : Tabel 1 Urutan Waste Proses produksi kacang garing Setelah dilakukan pengolahan untuk mengetahui tingkat keseringan jenis waste yang terjadi pada proses produksi kacang garing. Langkah selanjutnya adalah menentukan bobot tiap waste yang terjadi untuk mengetahui waste yang dianggap berpengaruh terhadap penyebab kegagalan yang terjadi. Hal ini dilakukan dengan menanyakan kepada pemilik perusahaan. Berdasarkan hasil di atas maka defect,unnecesarry inventory dan over production merupakan jenis waste yang paling sering terjadi dan berpengaruh pada proses produksi Kacang garing di PT.Dua Kelinci. Oleh karena itu, peningkatan kualitas proses produksi kacang garing dilakukan dengan mereduksi waste tersebut. Selanjutnya identifikasi CTQ proses produksi kacang garing dari bulan februari sampai dengan juli untuk menentukan CTQ potensial yang terjadi berikut contoh identifikasi CTQ proses produksi kacang garing di bulan Februari Gambar 1 Diagram Pareto jenis defect Bulan Februari 2011 Sehingga CTQ (critical to quality) produksi kacang garing dks pada bulan Februari 2011 terdiri dari 6 yaitu: Afal film Pecah Biji 2 kecil Biji1 Burik Muda/cenos Berdasarkan CTQ (critical to quality) yang telah diidentifikasi sebelumnya,maka langkah selanjutnya adalah pengukuran kapabilitas proses berdasarkan CTQ pada ke tiga waste yang terjadi per bulan dari bulan Februari-Juli Berikut adalah contoh pengukuran kapabilitas proses produksi berdasarkan CTQ (critical to quality) untuk setiap waste : Tabel 2 Perhitungan kapabilitas proses bulan Februari berdasarkan CTQ Defect 6

7 Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Produksi kacang garing yang di inspeksi? Berapa jumlah produk kacang garing yang defect? Tingkat kegagalan berdasar langkah 3 5 Banyaknya CTQ potensial 6 Peluang tingkat kegagalan per karakteristik CTQ 7 Kemungkinan gagal per sejuta kemungkinan Langkah 3/langkah 2 Langkah 4/langkah 5 Langkah 6 * Konversi DPMO ke nilai sigma 2.78 Jadi, kapabilitas proses produksi kacang garing dks bulan Februari 2011 adalah 2.78 sigma Terlihat pada perhitungan kapabilitas proses untuk proses produksi kacang garing berdasarkan CTQ defect,over inventory & over production mengalami penurunan untuk 3 bulan. 4. Analisa dan Peningkatan Pada bab ini dilakukan analisa terhadap waste dan penyebabnya. Selanjutnya dilakukan penentuan prioritas perbaikan berdasarkan RCA dan FMEA kemudian dilakukan improve untuk meminimasi waste. 4.1 Analyze Setelah kita mengetahui waste-waste kritis yang akan menjadi obyek penelitian maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab waste kritis tersebut dimana untuk mengidentifikasinya dilakukan dengan menggunakan RCA dan FMEA. RCA atau dapat dikatakan 5 Why ini digunakan untuk mengidentifikasi akar-akar penyebab permasalahan dari setiap sub waste baik subwaste dari waste defect maupun waste over inventory & over production. Sedangkan FMEA digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab yang kritis atau memiliki nilai RPN tertinggi. Pembuatan RCA maupun FMEA a. Root Cause Analyze (RCA) RCA adalah suatu metode untuk mencari akar penyebab dari permasalahan yang terjadi. Untuk mencari akar permaslahan ini digunakan metode 5 Why. Secara umum, RCA terbagi menjadi dua jenis yaitu RCA pada waste defect dan RCA pada waste over inventory & over production. Dimana pada waste defect terbagi kedalam subwaste defect yang terdiri dari afal film, pecah, burik, biji 1, biji 2 kecil, muda/cenos. a.1. RCA waste defect Untuk mencari akar penyebab masalah pada waste defect, maka pencarian akar penyebab dibagi menjadi dua sesuai dengan banyaknya subwaste defect yang ada. Dimana Rekap akhir RCA untuk subwaste Defect adalah seperti terlihat pada tabel 3. Gambar 2 kapabilitas proses berdasarkan CTQ defect,over production dan over inventory 7

8 Tabel 3. Rekap Akhir RCA Sub Waste Defect Waste sub waste Why 4 Defect Afal film pecah Burik Biji 1 biji 2 kecil Muda/cenos operator tidak hati-hati permintaan yang kurang dan jumlah permintaan yang tidak stabil tidak adanya belt conveyor dari proses gravity ke proses penyortiran Operator kurang hati - hati dalam penyortiran kurangnya operator melakukan set up mesin gravity Operator kurang teliti dalam pengecekan sampel bahan baku kacang Operator kurang hati - hati dalam penyortiran kurang operator melakukan set up mesin gravity Operator kurang hati - hati dalam penyortiran kurangnya operator melakukan set up mesin gravity Operator kurang hati - hati dalam penyortiran kurangnya operator melakukan set up mesin gravity Operator kurang hati - hati dalam penyortiran production. Dimana pada waste defect terbagi kedalam subwaste defect yang terdiri dari afal film, pecah, burik, biji 1, biji 2 kecil, muda/cenos. b.1. FMEA waste Defect Setelah memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk membentuk FMEA dari RCA yaitu Potential Failure Mode, Potential Cause dan Current Process Control. Sementara itu nilai severity, occurrence dan detection diperoleh dengan cara brainstorming dengan pihak manajemen perusahaan, dengan begitu nilai RPN (Risk Priority Number) dapat diketahui. Besarnya nilai RPN mengindikasikan permasalahan pada potential failure mode tersebut, semakin besar nilai RPN maka menunjukkan semakin bermasalah dan memerlukan perhatian yang lebih. Pada tabel 5 merupakan potential failure mode dari waste defect yang memiliki nilai RPN tertinggi, yang dianggap sebagai permasalahan utama dari tiap waste. Tabel 5. FMEA dengan RPN tertinggi pada waste defect a.2. RCA waste over inventory & over roduction Untuk mencari akar penyebab masalah pada waste over inventory & over production, maka pencarian akar penyebab dibagi menjadi tiga sesuai dengan banyaknya subwaste over inventory & over production yang kritis. Dimana Rekap akhir RCA untuk subwaste waiting adalah seperti terlihat pada tabel 4. Tabel 4. Rekap Akhir RCA Sub Waste over inventory & over production Waste sub waste why 4 over inventory Waste sub waste why 4 over production Terlalu produk lama disimpan jumlah produksi kacang yang berlebih kurangnya pemasaran kurangnya pemasaran b. Failure Mode Effect Analyze (FMEA) Secara umum, FMEA terbagi menjadi dua jenis yaitu FMEA pada waste defect dan FMEA pada waste over inventory & over Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa penyebab kritis atau yang memiliki nilai RPN tertinggi pada sub waste afal film, pecah dan muda/cenos adalah disebabkan karena ke kurang hati-hatian operator dalam pengoperasian mesin,set up mesin gravity yang kurang dan dan operator kurang hatihati dalam penyortiran kacang. Sehingga nantinya untuk melakukan improve 8

9 diutamakan menyelesaikan permasalahan yang disebabkan oleh ketiga penyebab tersebut. b.2. FMEA waste over inventory & over production Setelah memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk membentuk FMEA dari RCA yaitu Potential Failure Mode, Potential Cause dan Current Process Control. Sementara itu nilai severity, occurrence dan detection diperoleh dengan cara brainstorming dengan pihak manajemen perusahaan, dengan begitu nilai RPN (Risk Priority Number) dapat diketahui. Besarnya nilai RPN mengindikasikan permasalahan pada potential failure mode tersebut, semakin besar nilai RPN maka menunjukkan semakin bermasalah dan memerlukan perhatian yang lebih. Pada tabel 7 merupakan potential failure mode dari waste over inventory & over production yang memiliki nilai RPN tertinggi, yang dianggap sebagai permasalahan utama dari tiap waste. Tabel 6. FMEA dengan RPN tertinggi pada waste over inventory & over production Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa penyebab kritis atau yang memiliki nilai RPN tertinggi pada sub waste over invetory & over production adalah permintaan yang kurang dan tidak stabil. Hal ini sama dengan prioritas perbaikan pada subwaste over invetory & over production efect MC dan temp. Untuk memperbaiki sub waste ini maka prioritas perbaikan tertuju pada peningkatan pemasaran. Pada FMEA dapat diketahui efek yang kritis dengan melihat nilai RPN yang tertinggi sehingga dapat diambil beberapa alternatif solusi dari setiap efek tersebut seperti terlihat pada tabel 7 Tabel 7. Daftar Usulan Alternatif Improvement 4.2 Improve Tahap ini merupakan sekumpulan aktivitas untuk mengenerate, menyeleksi dan mengimplementasikan solusi. Selain itu juga bertujuan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan perbaikan untuk meningkatkan performansi, dengan melakukan alternatif perbaikan yang berupa suatu eksperimen. Untuk mengetahui tingkat performansi yang dihasilkan oleh setiap alternatif maka dilakukan pengukuran performansi dengan brainstorming dengan pihak manajemen PT. Dua Kelinci untuk mengukur perbandingan antara performansi sekarang dan performansi hasil improvement. Penentuan kriteria di tujukan untuk mengetahui keinginan internal pihak perusahaan. Kriteria tersebut untuk membedakan performansi tiap alternatif usulan perbaikan, dimana kriteria tersebut menyakup semua jenis perbaikan yang diusulkan. Maka ditetapkan kriteria yang tepat dalam membantu melakukan pemilihan usulan perbaikan yang terbaik sebagai berikut : Pengurangan Defect Peningkatan kapasitas produksi Setelah memperoleh kombinasi perbaikan yang mungkin dilakukan, maka dalam menentukan kombinasi perbaikan yang terbaik dapat dilakukan dengan menentukan nilai performansi dan biaya untuk memperoleh value serta membandingkan dengan value kondisi perusahaan saat ini. Sehingga usulan perbaikan akan diterima jika value yang dihasilkan 9

10 melebihi value kondisi perusahaan saat ini. Performansi dan biaya didapatkan melalui brainstorming dengan para ahli di perusahaan.dimana pengolahan performansi serta biaya yang dikeluarkan dapat Diuraikan di lampiran III, dimana untuk alternatif 0 dengan total biaya Rp dengan rincian jumlah rata-rata defect kacang dks/bulan yaitu kg x harga 1 kg kacang basah dengan harga 1 kg kacang basah Rp.3400 sedangkan alternatif 1 dengan total biaya Rp dengan rincian terdapat 6 mesin packing eksport dengan terdapat jumlah shift ada 3 shift dengan 6 orang operator/shift sehingga berjumlah 108 orang peserta dengan asumsi biaya konsumsi peserta Rp per peserta sedangkan untuk biaya trainer ada 2 trainer untuk masing-masing shift dengan jumlah shift ada 3 dengan biaya Rp untuk 1 trainer/shift. Sedangkan untuk alternatif 2 dengan asumsi total biaya Rp untuk biaya penerapan kebijakan SOP baru,sedangkan alternatif 3 dengan biaya Rp didapat dengan perincian terdapat 10 orang pekerja sortir dalam satu bed conveyor dan didalam proses penyortiran terdapat 30 bed sehingga 1 shift terdapat 300 orang untuk 3 shift maka berjumlah 900 orang dengan asumsi biaya konsumsi peserta Rp per peserta sedangkan untuk biaya trainer ada 4 trainer untuk masing-masing shift dengan jumlah shift ada 3 dengan biaya Rp untuk 1 trainer/shift. Setelah dilakukan pengolahan data kuisioner,maka value yang diperoleh untuk masing-masing kombinasi usulan perbaikan sebagai berikut: Tabel 8 perhitungan value Setelah diperoleh hasil diatas maka terdapat 3 kombinasi perbaikan yang terbaik.dimana kombinasi usulan terbaik pertama adalah alternatif 1,3 yaitu dengan pelatihan operator di bagian packing dan Pelatihan kepekaan quality management (quality control) kepada pekerja sortir.usulan terbaik kedua adalah alternatif 1 saja yaitu pelatihan operator di bagian packing saja.usulan terbaik ketiga adalah pemilihan kombinasi alternatif 2,3 yaitu arah kebijakan perusahaan untuk membuat SOP baru di bagian gravity dan sortir dan pelatihan quality control kepada pekerja sortir di bagian sortir dan 3 yaitu Pelatihan kepekaan quality management (quality control) kepada pekerja sortir saja. Pada alternatif yang lain tidak diterima bisa jadi dikarenakan performa yang tidak meningkat dalam artian terjadi trade off pada beberapa kriteria sebagai contoh alternatif 1,2,3 yaitu penerapan semua alternatif dimana value yang ada tidak mengalami perubahan yg signifikan dengan cost yang cenderung besar,berdasarkan olah hasil kuisoner terjadi pengurangan defect namun kecepatan produksi tidak terlalu meningkat secara signifikan, karena pada alternatif yang lain yang menggunakan kombinasi alternatif 2 perusahaan belum ada arah kebijakan untuk membangun atau menerapkan SOP atau standar yang baru karena mungkin banyak pertimbangan dan sosialisasi yang perlu dilakukan lagi. 5. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.Berdasarkan identifikasi waste yang terjadi pada proses produksi kacang garing dks.terdapat 8 waste yang terjadi di PT.Dua kelinci yaitu defect, waiting, over production unnecessary inventory, unnecesarry motion,excessive transportation,inappropriate processing & under utilized people. 2. Berdasarkan hasil kuisoner identifikasi waste yang paling sering terjadi pada proses produksi kacang garing dks PT.Dua kelinci adalah defect. 3.Defect yang terjadi antara lain afal film,bugel,kulit kotor,biji3,pecah,burik,bolong,biji1,biji2 kecil,afal dos 4. Berdasarkan RCA (root cause analyze) penyebab terjadinya masing-masing waste adalah : Defect : A.Afal film penyebab utama adalah ketidak hati-hatian operator dalam pemasangan dan pengoperasian film seperti pemasangan ball film,kesalahan mensetting suhu suhu cleam,long dan end seam,kesalahan mensetting letak sensor dan kesalahan mensetting volume gas nitrogen selain dari 10

11 kerusakan yang ada pada supplier waktu pemesanan. B.Cacat pecah disebabkan antara lain adanya jumlah permintaan yang kurang dan tidak stabil yang menyebabkan kacang banyak dipenampung selo/sekbin yang menyebabkan kacang mudah rapuh dan tipis yang menyebabkan kacang akan mudah pecah jika terkena material handling yang ada selain menurut kami tidak adanya belt conveyor dari proses gravity menuju proses sortir juga menjadi penyebab dari banyaknya kacang pecah saat material handling selain ketidak telitian dan kehati-hatian operator saat proses penyortiran. C.Cacat burik disebabkan antara lain kurangnya set up dari mesin gravity didalam proses pengelompokan kacang berdasarkan kualitasnya sehingga kacang dengan kualitas jelek ikut masuk dalam corong dengan kualitas yang baik(ke-3 dari mesin gravity),selain itu kurang telitian dari pengecekan sampel bahan baku kacang saat penerimaan bahan baku kacang juga mempengaruhinya selain dari kurang teliti dan kehati-hatian operator saat proses penyortiran. D. Cacat biji1,biji2 kecil, dan muda/cenos disebabkan proses gravity yang kurang bagus didalam pengelompokan jenis kacang selain dari kekurangtelitian dan ke hati-hatian operator didalam proses penyortiran. 3. Nilai sigma untuk kondisi perusahaan saat ini untuk tiap waste bulan februari 2011 yaitu defect dengan nilai sigma 2,78,unnecesarry inventory dengan nilai sigma 2 dan over production dengan nilai sigma 1,88. dri hasil tersebut maka ketiga waste perlu dilakukan improvement. 4. Berdasarkan hasil perhitungan baik pada pengukuran performansi alternatif dan pengukuran biaya dan value didapatkan bahwa kombinasi dari ketiga alternatif perbaikan merupakan rekomendasi yang terbaik. Berdasarkan perhitungan didapatkan usulan perbaikan untuk mereduksi waste yang menjadi fokus utama adalah: Kebijakan membuat SOP baru dibagain gravity dan sortir untuk standar refraksi dan set up mesin gravity secara berkala. Pelatihan pada operator inspeksi akan membawa efek yang baik untuk meningkatkan skill dan kepekaan terhadap sortir kualitas kacang maupun packaging di pembungkus kacang yang dihasilkan sehingga operator lebih teliti ketika melakukan inspeksi. 6. Daftar Pustaka Bagus Satrio, Bintang (2006), Pengurangan waste pada Produksi Garam dengan Pendekatan Lean Six Sigma Menggunakan Metode FMEA PT. Susanti Megah Surabaya. Surabaya : Tugas Akhir JurusanTeknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh November Gaspersz, Vincent. (2007), Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Gaspersz, Vincent. (2002), Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi Dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Hines, Peter, and Taylor, David. (2000), Going Lean. Proceeding of Lean Enterprise Research Centre Cardiff Business School, UK Hines, Peter and Rich, Nick (1997), The Seven Value Stream Mapping Tools. Lean Enterprises Research Center, Cardiff Business School, Cardiff, UK. International Journal Of Operation And Production Management. Vol. 1, No. 1, pp Pande, Peter S, Neuman Robert P, and Roland R.Cavanagh (2002), The Six Sigma Way : TeamFieldbook, an Implementation Guide for Process Improvement. McGraw-Hill Pujawan, I Nyoman, (2005), Supply Chain Management. Surabaya : Penerbit Guna Widya Rizal Basuki, Muhammad. (2007), Evaluasi dan perbaikan proses produksi genteng beton dengan pendekatan Lean Six sigma di plat beton ringan (Studi Kasus : PT Varia Usaha Beton). Waru-Surabaya : Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Taylor, D. and Brunt, D. (2001).Manufacturing Operations and Supply Chain Management : The Lean Approach. High Holborn, London : Thomson Learning. 11

12 12

Alternatif kebijakan membuat SOP baru di bagian gravity dan sortir untuk standar refraksi serta set up mesin gravity secara berkala.

Alternatif kebijakan membuat SOP baru di bagian gravity dan sortir untuk standar refraksi serta set up mesin gravity secara berkala. Alternatif kebijakan membuat SOP baru di bagian gravity dan sortir untuk standar refraksi serta set up mesin gravity secara berkala. Adapun alternatif tersebut memiliki kelebihan antara lain : Mempercepat

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI H HARISUPRIYANTO Industrial Engineering Department Faculty of Industrial Technology Sepuluh Nopember Institute of Technology Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil Azizi Start

Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil Azizi Start Reduksi waste Pada Produksi kacang garing Dengan pendekatan lean six sigma Menggunakan Metode FMEA (study kasus pada PT.Dua Kelinci) Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

DEVIS ZENDY NPM :

DEVIS ZENDY NPM : PENERAPAN LEAN MANUFACTURING GUNA MEMINIMASI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. KHARISMA ESA ARDI SURABAYA SKRIPSI Oleh : DEVIS ZENDY NPM : 0732010126 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

(Studi Kasus : UNIT PELAYANAN TRANSMISI PT.PLN SEGOROMADU GRESIK)

(Studi Kasus : UNIT PELAYANAN TRANSMISI PT.PLN SEGOROMADU GRESIK) PENGURANGAN WASTE UNTUK MELAKUKAN PERBAIKAN STANDAR DISTRIBUSI LISTRIK GOLONGAN RUMAH TANGGA R1/TR 450 VA MELALUI PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DENGAN METODE DMAIC & FMEA (Studi Kasus : UNIT PELAYANAN TRANSMISI

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFAKTUR DALAM PENINGKATAN EFISIENSI PADA SISTEM PRODUKSI KACA DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, Tbk

PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFAKTUR DALAM PENINGKATAN EFISIENSI PADA SISTEM PRODUKSI KACA DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, Tbk PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFAKTUR DALAM PENINGKATAN EFISIENSI PADA SISTEM PRODUKSI KACA DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, Tbk P r o p o s a l P e n e l i t i a n T u g a s A k h i r DOSEN PEMBIMBING : YUDHA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma F295 Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma Ikha Sriutami dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Pendekatan Lean Sigma Pada Divisi Produksi Di Hollywood Plastik, Sidoarjo. Michael Hartanto.

Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Pendekatan Lean Sigma Pada Divisi Produksi Di Hollywood Plastik, Sidoarjo. Michael Hartanto. Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Pendekatan Lean Sigma Pada Divisi Produksi Di Hollywood Plastik, Sidoarjo Michael Hartanto Teknik Industri, Universitas Surabaya Raya Kalirungkut, Surabaya 60293

Lebih terperinci

Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service

Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service Petunjuk Sitasi: Sugiono, S., Himawan, R., & Fadla, A. (2017). Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F178-183).

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum

Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum Sulung Rahmawan Wira Ghani 1, Sudjito Soeparman 2, Rudy Soenoko 3 Program Magister Teknik Dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PRODUK PUPUK ORGANIK DENGAN METODE SIX SIGMA DAN KAIZEN DI CV. FERTILINDO AGROLESTARI MOJOSARI SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS PRODUK PUPUK ORGANIK DENGAN METODE SIX SIGMA DAN KAIZEN DI CV. FERTILINDO AGROLESTARI MOJOSARI SKRIPSI ANALISIS KUALITAS PRODUK PUPUK ORGANIK DENGAN METODE SIX SIGMA DAN KAIZEN DI CV. FERTILINDO AGROLESTARI MOJOSARI SKRIPSI Oleh: FAJAR NUARI NPM:1032010032 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

UPAYA PENGURANGAN PEMBOROSAN DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

UPAYA PENGURANGAN PEMBOROSAN DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UPAYA PENGURANGAN PEMBOROSAN DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING Arik Hariyanto 1) dan Dwi Iryaning Handayani 2 Jurusan Teknik Industri Universitas Panca Marga Probolinggo

Lebih terperinci

ISKANDAR ZULKARNAIN Dosen Pembimbing: H. Hari Supriyanto

ISKANDAR ZULKARNAIN Dosen Pembimbing: H. Hari Supriyanto ISKANDAR ZULKARNAIN 2510.100.086 Dosen Pembimbing: H. Hari Supriyanto LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI TANGKI UNTUK MEREDUKSI WASTE DENGAN PENDEKATAN PENGUKURAN PERFORMANSI PODUKSI (STUDI KASUS: CV.

Lebih terperinci

EVALUASI PROSES PRODUKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (Studi Kasus: PT Temprina Media Grafika Malang)

EVALUASI PROSES PRODUKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (Studi Kasus: PT Temprina Media Grafika Malang) EVALUASI PROSES PRODUKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (Studi Kasus: PT Temprina Media Grafika Malang) PRODUCTION PROCESS EVALUATION TO MINIMIZE WASTE USING LEAN

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI SIKAT GIGI (STUDI KASUS : PT X)

APLIKASI KONSEP LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI SIKAT GIGI (STUDI KASUS : PT X) APLIKASI KONSEP LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI SIKAT GIGI (STUDI KASUS : PT X) Siti Halimah dan Hari Supriyanto Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan beberapa kesimpulan yang bisa ditarik berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran bagi pihak PT. Otsuka Indonesia dan penelitian

Lebih terperinci

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA Tuti Sarma Sinaga 1 1 Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara Medan Masuk: 6 Juni 2015, revisi masuk: 4 Juli 2015, diterima:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK ANALISIS KAPABILITAS PROSES PRODUK KAWAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE, CONTROL DENGAN METODE TAGUCHI DI PT. UNIVERSAL METAL WORK SIDOARJO Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri

Lebih terperinci

ANALISIS KECACATAN PRODUK KEMASAN DENGAN METODE DMAIC DI PT.SURABAYA PERDANA ROTOPACK SKRIPSI

ANALISIS KECACATAN PRODUK KEMASAN DENGAN METODE DMAIC DI PT.SURABAYA PERDANA ROTOPACK SKRIPSI ANALISIS KECACATAN PRODUK KEMASAN DENGAN METODE DMAIC DI PT.SURABAYA PERDANA ROTOPACK SKRIPSI Oleh : RIDO HAKIKY 0832010048 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI

PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI Arif Rahman, Nasir Widha Setyanto, Putri Kartika Riesky Syahindri Program Studi Teknik Industri, Jurusan

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI

PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI (Studi Kasus: KSU Brosem) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Akademik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE Shanty Kusuma Dewi 1*,Tatok Dwi Sartono 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland)

PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland) PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland) Rahmi Maulidya, Andri Bagio Satrio dan Rico Susanto Jurusan Teknik Industri, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN DMAI UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA PROSES PEMBUATAN CONVEYOR (STUDI KASUS: PT

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN DMAI UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA PROSES PEMBUATAN CONVEYOR (STUDI KASUS: PT IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN DMAI UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA PROSES PEMBUATAN CONVEYOR (STUDI KASUS: PT. NUSA CIPTA SARANA, SIDOARJO) Muhammad Iqbal, Hari Supriyanto Jurusan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK Krisna Ardi Wibawa, I Nyoman Pujawan Program Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto 12 A Surabaya E-mail: WibawaCTI@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

Analisis Six Sigma untuk Mengurangi Jumlah Cacat di Stasiun Kerja Sablon (Studi Kasus: CV. Miracle)

Analisis Six Sigma untuk Mengurangi Jumlah Cacat di Stasiun Kerja Sablon (Studi Kasus: CV. Miracle) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.1 Vol. 1 Jurnal Online Institut teknologi Nasional Juni 2013 Analisis Six Sigma untuk Mengurangi Jumlah Cacat di Stasiun Kerja Sablon (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Segmen yang menjanjikan yaitu pasar minuman ringan. Pasar minuman ringan di Indonesia

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan ditarik mengenai kesimpulan dan saran dari hasil pengolahan data yang terdapat pada bab sebelumnya. Kesimpulan akan menjawab tentang tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT.

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT. Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN 2337-4349 PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT. SUPRALITA MANDIRI Annisa Kesy Garside 1*, Faraningrum Restiana 2 1,2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI BENANG KARET DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA.

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA. ABSTRACT PT. X is an automotive indutsry produces front and back lamps for motorcycles and cars. Production processes are divided into injection, aluminizing, and assembling. In the production process,

Lebih terperinci

PENERAPAN LEAN SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI DENGAN MEMPERHATIKAN FAKTOR LINGKUNGAN STUDI KASUS : PT LOKA REFRACTORIES WIRA JATIM

PENERAPAN LEAN SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI DENGAN MEMPERHATIKAN FAKTOR LINGKUNGAN STUDI KASUS : PT LOKA REFRACTORIES WIRA JATIM 1 PENERAPAN LEAN SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI DENGAN MEMPERHATIKAN FAKTOR LINGKUNGAN STUDI KASUS : PT LOKA REFRACTORIES WIRA JATIM Aditya Yanuar Dwi Pradita, Hari Supriyanto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 MENGURANGI AKTIVITAS-AKTIVITAS YANG TIDAK BERNILAI TAMBAH UNTUK MEMPERBAIKI ALIRAN PROSES PENERAPAN COMPUTERIZED MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM (CMMS) DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING Chauliah Fatma Putri,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

ANALISA KUALITAS PRODUK SEPEDA PHOENIX DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KECACATAN PRODUK DI PT RODA LANCAR ABADI - SIDOARJO SKRIPSI.

ANALISA KUALITAS PRODUK SEPEDA PHOENIX DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KECACATAN PRODUK DI PT RODA LANCAR ABADI - SIDOARJO SKRIPSI. ANALISA KUALITAS PRODUK SEPEDA PHOENIX DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KECACATAN PRODUK DI PT RODA LANCAR ABADI - SIDOARJO SKRIPSI Oleh : EVI MARINA P 0832010023 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL Handoyo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

DESAIN PERBAIKAN KINERJA LAYANAN PUBLIK BERBASIS KONSEP LEAN SERVICE (STUDI KASUS : PERPANJANGAN IMTA DISNAKER JATIM)

DESAIN PERBAIKAN KINERJA LAYANAN PUBLIK BERBASIS KONSEP LEAN SERVICE (STUDI KASUS : PERPANJANGAN IMTA DISNAKER JATIM) DESAIN PERBAIKAN KINERJA LAYANAN PUBLIK BERBASIS KONSEP LEAN SERVICE (STUDI KASUS : PERPANJANGAN IMTA DISNAKER JATIM) Lusi Zafriana, Hari Supriyanto dan Indung Sudarso Jurusan Teknik Industri Institut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Metode Penelitian merupakan deskripsi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan yakni

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA Julianus Hutabarat 1, Ellysa Nursanti 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang Kampus

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEnurunkan KECACATAN PRODUK FRYPAN DI CV. CORNING SIDOARJO

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEnurunkan KECACATAN PRODUK FRYPAN DI CV. CORNING SIDOARJO PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEnurunkan KECACATAN PRODUK FRYPAN DI CV. CORNING SIDOARJO Boy Isma Putra Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo E-mail: boyismaputra@yahoo.com) ABSTRAK

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V Prita Lukitasari 1) dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1) Program

Lebih terperinci

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V)

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V) SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V) Rika Ajeng Priskandana, I Nyoman Pujawan Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aprili 2016 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan Pendekatan DMAIC (Studi Kasus PT. Lautan Bening)

Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan Pendekatan DMAIC (Studi Kasus PT. Lautan Bening) PROFISIENSI, Vol.4 No.2 : 68-78 Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan Pendekatan DMAIC (Studi Kasus PT. Lautan Bening) The Improvement of AMDK Bottle Packaging Production Process with DMAIC

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI DISUSUN OLEH : WAHYU EKO NURCAHYO 0632010198 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES

PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES Bonifasius Yorie Margo Putro Program Studi Teknik Indusri,

Lebih terperinci

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA Minto waluyo Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero)

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero) IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero) Ratnaningtyas, Moses Laksono Singgih Magister Managemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURE DENGAN METODE VSM UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KAPAL (Studi Kasus PT. PAL Divisi Kaprang)

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURE DENGAN METODE VSM UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KAPAL (Studi Kasus PT. PAL Divisi Kaprang) IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURE DENGAN METODE VSM UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KAPAL (Studi Kasus PT. PAL Divisi Kaprang) Nur Muflihah (Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI BOTOL X MENGGUNAKAN METODE LEAN SIGMA

PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI BOTOL X MENGGUNAKAN METODE LEAN SIGMA PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI BOTOL X MENGGUNAKAN METODE LEAN SIGMA MINIMIZE WASTE IN THE PRODUCTION PROCESS OF BOTTLE X USING LEAN SIGMA METHOD Elok Rizqi Cahyanti, Mochamad Choiri, Rahmi Yuniarti

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Industri ISSN:

Prosiding Teknik Industri ISSN: Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-7859 Pengendalian Kualitas Menggunakan Metode Six Sigma untuk Meningkatkan Kualitas Produk X (Studi Kasus PT. DAHANA (Persero)) Quality Control Using Six Sigma Method

Lebih terperinci

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma F289 Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma Milatul Afiah dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMASI WASTE PADA PT. PRIME LINE INTERNATIONAL

IMPLEMENTASI METODE LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMASI WASTE PADA PT. PRIME LINE INTERNATIONAL IMPLEMENTASI METODE LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMASI WASTE PADA PT. PRIME LINE INTERNATIONAL IMPLEMENTATION OF LEAN SIX SIGMA METHOD TO MINIMIZE WASTE IN PRIME LINE INTERNATIONAL LTD Wieke Rossaria

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA Decky Antony Kifta Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam Email:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma merupakan suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BANK DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN VALUE (STUDI KASUS : BNI CABANG KOTA MALANG)

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BANK DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN VALUE (STUDI KASUS : BNI CABANG KOTA MALANG) 1 MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BANK DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN VALUE (STUDI KASUS : BNI CABANG KOTA MALANG) Yanuar Tri Nanda Perkasa dan Hari Supriyanto Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X )

PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X ) PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X ) Oleh : CHANDRA SARIPUTTRA 0732015003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri mikro, kecil, dan menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi. Perkembangan industri mikro,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY

IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY DAN DEFECT PADA PRODUK SEPATU DENGAN METODE LEAN SIX SIGMA DI PT.CITRA HARAPAN SEMESTA KRIAN SKRIPSI Oleh : RAKHMAT WIRA YUDHA NPM.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMASI WASTE PADA PRODUKSI LINK BELT DI PT PINDAD PERSERO

IMPLEMENTASI METODE LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMASI WASTE PADA PRODUKSI LINK BELT DI PT PINDAD PERSERO IMPLEMENTASI METODE LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMASI WASTE PADA PRODUKSI LINK BELT DI PT PINDAD PERSERO IMPLEMENTATION OF LEAN SIX SIGMA METHOD TO MINIMIZE WASTE ON LINK BELT PRODUCTION PROCESS

Lebih terperinci

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC Edy Susanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat yaitu berupa perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, dan sistematika

Lebih terperinci

Rancangan Perbaikan Proses Produksi dengan Pendekatan Lean Six Sigma di CV. Guntur Malang

Rancangan Perbaikan Proses Produksi dengan Pendekatan Lean Six Sigma di CV. Guntur Malang Performa (2008) Vol. 7, No.: 66-74 Rancangan Perbaikan Proses Produksi dengan Pendekatan Lean Six Sigma di CV. Guntur Malang Annisa Kesy Garside * Dosen Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality Petunjuk Sitasi: Mudiastuti, R. D., & Hermawan, A. (2017). Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci