ANALISIS SISTEM KANBAN DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENGHILANGKAN MUDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SISTEM KANBAN DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENGHILANGKAN MUDA"

Transkripsi

1 ANALISIS SISTEM KANBAN DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENGHILANGKAN MUDA Ida Merlina Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III no. 45, (62-21) , Elisa Carolina Marion, S.S ABSTRAK In this day of age, the development of the Japanese industry has grown rapidly in Asia, including Indonesia. Toyota is an industry which specializes in automotive which holds a big part in the changing Japanese industry after the second World War. With the creation of the Toyota Production System or more known as the Just-In-Time Production System which is a system designed to get quality, cost and time management in the best possible way by eliminating any sort of waste. One of the most important roles to achieve just-in-time is kanban. The goal of the research is to analize how the kanban system could eliminate waste because in the lini production there are seven types of waste. The research method used is the study case of PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia which is the writer going to the field to understand the case and with descriptive analyitical which is finding facts with the right interpretation so it will go smoothly. The result found was the kanban system could eliminate muda wait, muda over-production and muda inventory. So, the conclusion is the kanban system could eliminate three types of waste. Dewasa ini perkembangan industri Jepang telah bertumbuh pesat di negara Asia, salah satunya ialah Indonesia. Toyota merupakan perusahaan yang bergerak di bidang automotive yang memegang peranan besar bagi perubahan industri Jepang setelah berakhirnya Perang Dunia II. Dengan dibentuknya Sistem Produksi Toyota atau lebih dikenal dengan sebutan Sistem Produksi Just-In-Time adalah sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, biaya, dan waktu penyerahan yang sebaik mungkin dengan menghilangkan semua jenis pemborosan. Salah satu peranan terpenting dalam mencapai just-in-time yaitu kanban. Tujuan dari penelitian ialah untuk menganalisis bagaimana sistem kanban dapat menghilangkan jenis pemborosan (muda), karena pada lini produksi terdapat tujuh jenis pemborosan (muda). Metode penelitian dilakukan dengan cara melakukan studi kasus di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia yaitu penulis terjun langsung ke lapangan untuk memahami kasus tersebut dan dengan deskriptif analitis yaitu menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat sehingga analisis dapat berjalan dengan lancar. Hasil yang didapat adalah penerapan sistem kanban dapat menghilangkan muda wait, muda over-production, dan muda inventory. Maka, simpulannya adalah sistem kanban dapat menghilangkan tiga jenis pemborosan (muda). Kata Kunci: analisis, sistem, kanban, muda, toyota. Pendahuluan Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan meningkatkan mutu produksi. Terbukti dengan pembentukan-pembentukan sistem kerja yang diterapkan dan dipakai oleh perusahaan

2 Jepang. Salah satunya dalam bidang industri. Ternyata perubahaan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota Motor Corporation (TMC). Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem Produksi Just-In-Time yang dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation, lahir dalam upaya mengejar ketinggalan dalam industri otomotif dari negara-negara barat yang sudah maju. Apa yang dimaksud dengan sistem produksi just-intime adalah sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, biaya, dan waktu penyerahan yang sebaik mungkin, dengan menghapuskan semua jenis pemborosan yang terdapat di dalam proses internal sehingga mampu menyerahkan produk sesuai dengan kehendak konsumen secara tepat waktu (Imai, 1997). Dengan meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya berlebih tersebut dan untuk mencapai tujuan ini maka perusahaan mengurangi berbagai fungsi yang tidak perlu di pabrik dengan pendekatan dan menyelidiki dalam setiap operasional dan merancang metode-metode untuk terciptanya solusi dari semua kendala tersebut. Salah satu solusinya adalah kanban. Kanban menjadi bagian terpenting dalam bidang perdagangan Jepang pada abad ke-17. Di mana kanban menggambarkan kayu atau logam yang mewakili sebuah merek dagang. Kanban ( 看板 ) jika dilihat dalam bentuk baku atau dalam kamus bahasa Jepangnya yaitu 看 (kan) berasal dari kanji 看る (miru) yang berarti melihat dan 板 (ban) berasal dari kanji 板 (ita) yang berarti papan. Namun, jika kedua kanji tersebut digabungkan, dalam bahasa Jepang, kanban berarti papan isyarat, yang dicantumkan pada produk atau komponen dalam jumlah tertentu di jalur produksi, juga merupakan instruksi untuk penyerahan barang tertentu dalam jumlah tertentu. Bila komponen sudah digunakan semua di jalur produksi, kanban dikembalikan ke tempat asalnya semula, di mana di sini diperlukan sebagai perintah untuk produksi barang tersebut (Imai, 1997). Saat ini Toyota berhasil memperluas produksinya di luar Jepang. Toyota melakukan bisnis di seluruh dunia dengan 50 perusahaan manufaktur di luar negeri di 27 negara dan wilayah. Kendaraan Toyota yang dijual di lebih dari 160 negara dan wilayah. Dengan membangun pabrik-pabrik di beberapa negara, salah satunya yaitu Indonesia. Alasan inilah membuat penulis tertarik untuk menganalisis penerapan sistem kanban pada salah satu pabrik Toyota di Indonesia yaitu PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia yang telah menerapkan sistem kanban pada pabrik tersebut. Sehingga, rumusan masalahnya adalah penulis ingin membahas penerapan sistem kanban guna menghilangkan muda di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Dengan tujuan menganalisis bagaimana penerapan sistem kanban pada perusahaan atau pabrik Jepang yang berada di Indonesia dapat menghilangkan jenis-jenis pemborosan (muda). Metode Penelitian Penulis akan melakukan pendekatan dengan kualitatif, yaitu penelitian yang tidak berdasarkan pengukuran tetapi berdasarkan tingkat pemahaman terhadap masalah. Menurut Semiawan (2010) mengemukakan bahwa metode kualitatif adalah mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita. Metode penelitian yang dipakai yaitu metode studi kasus dan deskriptif analitis. Menurut Semiawan (2010, hal.49) studi kasus atau case-study, adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi. Sehingga, penulis akan terjun langsung ke PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia guna mengumpulkan informasi dengan melihat langsung serta diberikan informasi dari pekerja yang bekerja di tempat tersebut. Bahkan definisi metode studi kasus menurut Patton dalam Semiawan (2010, hal.49) menambahkan bahwa studi kasus adalah studi tentang kekhususan dan komplektsitas suatu kasus tunggal dan berusaha untuk mengerti kasus tersebut dalam konteks, situasi dan waktu tertentu. Sedangkan penelitian deskriptif analitis menurut Nazir (2005, hal.89) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Studi analitis, analisis ditujukan untuk menguji hipotesis-hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubungan-hubungan. Analisis dikerjakan berdasarkan data ex post facto. Hasil dan Bahasan Terdapat dua lini produksi di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, yaitu machining line dan assembly line. Dan terdapat empat jenis kanban yang digunakan di PT. Toyota Motor Manufacturing

3 Indonesia. Diantaranya adalah intra process kanban, inter process kanban, supplier kanban dan signal kanban. Intra process kanban dan inter process kanban digunakan pada machining line, sedangkan supplier kanban dan signal kanban digunakan pada assembly line. Seperti yang dikemukakan oleh nara sumber di Toyota tersebut, mengatakan bahwa kanban-kanban tersebut adalah sebuah alat yang berguna sebagai pengendali suatu produksi dan sebagai informasi yang memudahkan pekerja menjalankan pekerjaannya dari proses ke proses dengan tujuannya yaitu Just-In-Time (JIT). (Usman Setyawan Section Head PPC Engine PT.TMMIN, 2013). Machining Line Pada proses di machining line, kanban yang digunakan adalah intra process kanban dan inter process kanban. Pada proses ini, pekerja memproses part-part yang akan dikirimkan kepada konsumen dan partpart yang menjadi stok part yang akan digunakan pada proses selanjutnya yaitu assembly line. Intra Process Kanban Intra process kanban atau lebih dikenal di sini dengan sebutan internal part kanban adalah kanban yang berisikan tentang informasi part yang akan dirakit. Memiliki fungsi sebagai informasi part pada machining line. Di mana dijelaskan pada kanban, siapa pemasoknya (supplier) yang telah mengirimkan part tersebut, jenis, dan jumlah part yang terdapat pada box. Dan sebagai visualisasi karena Setelah menggunakan part yang terdapat pada box tersebut maka intra process kanban harus diletakkan pada central kanban part, yang berguna untuk memvisualisasikan kepada pekerja logistik bahwa part tersebut telah digunakan dan siap untuk diorder kembali. Gambar 1 Intra Process Kanban (Sumber: PT.TMMIN, 2013) Intra process kanban digunakan sebagai informasi siapa pemasoknya (supplier) yang telah mengirimkan part tersebut, jenis, dan jumlah part yang terdapat pada box, maka dari itu kanban ini memerankan sebagai tampilan informasi. Dengan fungsi ini, sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Matsui dan Ishikawa (2010, hal.142) bahwa kanban adalah tampilan informasi. Dengan adanya peranan kanban ini maka pekerja dapat mengetahui secara praktis dengan cara hanya membaca informasi pada kanban. Jika tidak terdapat intra process kanban pada tiap-tiap box, pekerja akan mengalami kebingungan dalam mencari part yang ingin digunakannya. Sehingga memungkinkan munculnya pemborosan pada waktu karena pekerja di proses selanjutnya harus menunggu part tersebut. Hal ini juga dijelaskan oleh Tera Prudent (2012, hal.2) yang mengemukakan bahwa muda wait (menunggu) adalah pemborosan waktu, biasanya menunggu mesin selesai bekerja, bahan-bahan tidak terkirim tepat waktu, dan lain-lain. Kemudian dengan menaruh intra process kanban pada central kanban part maka adanya visualisasikan kepada para pekerja logistik bahwa part tersebut telah digunakan dan siap untuk diorder kembali. Hal ini sesuai dengan hal yang telah dikemukakan oleh Matsui dan Ishikawa (2010, hal.142), bahwa peran kanban adalah pengelolaan secara visual. Karena adanya tampilan visualisasi ini lah memungkinkan tidak

4 terciptanya muda over-production di mana telah dijelaskan oleh Tera Prudent (2012, hal.2) bahwa muda over-production adalah pemborosan karena produksi yang berlebihan, jika stok berlebihan, maka dibutuhkan tempat ekstra untuk menyimpannya, dan hal itu membuat pengecekan stok dan kualitasnya menjadi lebih sulit. Dengan menghilangkan muda over-production tidak dibutuhkannya tempat penyimpanan untuk meletakkan produksi-produksi yang berlebih dari kegiatan proses produksi yang berlebih tersebut. Hal ini juga sesuai dengan Tera Prudent (2012, hal.2) yang telah mengemukakan bahwa muda inventory adalah pemborosan dari sisa stok barang yang dikarenakan oleh pengiriman yang tidak tepat waktu, lelet, waktu proses yang lama dan produksi yang berlebihan. Maka dari analisis di atas dapat disimpulkan intra process kanban berguna untuk menghapuskan muda wait, muda over-production dan muda inventory. Inter Process Kanban Inter process kanban atau lebih dikenal dengan stock machining kanban adalah kanban yang digunakan untuk mengontrol part yang akan digunakan dalam assembly line (assyline). Apabila part machining dipakai atau digunakan, maka kanban akan diindikasikan untuk produksi agar stoknya terpenuhi kembali. Memiliki fungsi sebagai informasi jenis part dan jumlah part yang tersedia pada box. Di mana part-part tersebut akan diproduksi pada saat perakitan mesin (assembly line). Satu kanban memiliki kuota 12 part dan kuota part pada tiap-tiap kanban berbeda-beda tergantung jenis part-nya. Dan sebagai visualisasi Jika part pada box tersebut dipakai atau digunakan, maka kanban tetap harus diambil untuk diindikasikan sebagai perintah kerja. Walaupun part yang diambil tidaklah semua kanban tetap harus dibawa pada proses sebelumnya (machining line), agar stock tersebut dapat terpenuhi kembali. Sehingga inter process kanban menvisualisasikan kepada pekerja di machining line, bahwa stock telah di ambil. Gambar 2 Inter Process Kanban (Sumber: PT.TMMIN, 2013) Jika di lihat dari fungsi pada inter process kanban (stock machining kanban), maka para pekerja dapat mengetahui informasi jenis part dan jumlah part yang yang terdapat pada box tersebut dengan hanya melihat kanban. Sehingga kanban diperankan sebagai tampilan informasi produksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Matsui dan Ishikawa (2010, hal.142) bahwa peran kanban adalah tampilan informasi produksi. Jika tidak terdapat inter process kanban pada tiap-tiap box, pekerja akan mengalami kebingungan dalam mencari part yang ingin digunakannya. Sehingga memungkinkan munculnya pemborosan pada waktu karena pekerja di proses selanjutnya harus menunggu part tersebut. Hal ini juga dijelaskan oleh Tera Prudent (2012, hal.2) yang mengemukakan bahwa muda wait (menunggu) adalah pemborosan waktu, biasanya menunggu mesin selesai bekerja, bahan-bahan tidak terkirim tepat waktu, dan lain-lain. Kemudian, kanban ini juga memerankan peran sebagai visualisasi. Jika part telah digunakan, maka kanban tersebut diambil kemudian dibawa kepada proses sebelumnya untuk digunakan sebagai perintah kerja agar memproses part itu kembali. Peran ini cocok seperti yang telah dikemukakan oleh Matsui dan Ishikawa (2010, hal.142), bahwa peran kanban adalah pengelolaan secara visual. Dengan peran-peran dari inter process kanban tersebut, dapat dianalisis bahwa kanban dapat menghilangkan muda (pemborosan). Yaitu, pekerja hanya bekerja atau memproduksi part melalui

5 kanban. Jika tidak ada kanban maka pekerja tidak akan memproduksi. Jika pekerja hanya memproduksi part sesuai kanban maka tidak adanya kelebihan produk yang diproduksi. Maka muda (pemborosan) yang dapat dihilangkan dari analisis ini yaitu menghilangkan muda over-production. Di mana dijelaskan oleh Tera Prudent (2012, hal.2) bahwa muda over-production adalah pemborosan karena produksi yang berlebihan, jika stok berlebihan, maka dibutuhkan tempat ekstra untuk menyimpannya, dan hal itu membuat pengecekan stok dan kualitasnya menjadi lebih sulit. Jika pekerja memproduksi tidak sesuai intruksi yang diberikan melalui kanban, maka selain menimbulkan muda over-produksi juga menimbulkan muda inventory. Hal ini dikarenakan dibutuhkannya tempat penyimpanan untuk meletakkan produksi-produksi yang berlebih dari kegiatan proses produksi yang berlebih tersebut. Hal ini juga dikemukakan oleh Tera Prudent (2012, hal.2) yang menjelaskan bahwa muda inventory adalah pemborosan dari sisa stok barang yang dikarenakan oleh pengiriman yang tidak tepat waktu, lelet, waktu proses yang lama dan produksi yang berlebihan. Maka dari analisis di atas dapat disimpulkan inter process kanban berguna untuk menghapuskan muda wait, muda over-production dan muda inventory. Assembly Line Pada proses di assembly line, kanban yang digunakan adalah supplier kanban dan signal kanban. Pada proses ini, pekerja memproses mesin yang akan dibuat sesuai dengan permintaan konsumen saja dengan menggunakan part yang telah di stok terlebih dahulu yaitu part yang dibuat pada proses sebelumnya yaitu machining line. Supplier Kanban Supplier kanban atau dikenal dengan sebutan electronic kanban (e-kanban). Electronic kanban (e-kanban) adalah kanban yang dikirim oleh costumer melalui suatu format file yang dapat di-download pada suatu sistem, kemudian di print. Penggunaan e-kanban ini sangat efisien jika dibandingkan dengan costumer harus mengirimkan melalui orang. Jika menggunakan orang sebagai pengantar kanban maka kemungkinan human error dapat terjadi, misalnya lupa atau ada kanban yang tercecer atau terjatuh, sehingga tidak sampai di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Begitu pun juga cara e-kanban dipakai PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia pada saat mengorder barang ke supplier. Fungsi Supplier Kanban yaitu sebagai informasi pemesanan. Memiliki fungsi sebagai orderan baik dari customer ke Toyota maupun Toyota ke supplier. Di mana pada kanban berisi informasi pemesanan yang berisikan jenis barang, jumlah barang, dan jam yang harus sampai pada customer atau sebaliknya. Gambar 3 Supplier Kanban (Sumber: PT.TMMIN, 2013) Supplier kanban (e-kanban) pada gambar di atas, kanban menjelaskan jenis barang yaitu pada unique number tertulis code jenis barangnya, kemudian jumlah barang yaitu satu kanban mewakili jumlah barang sebanyak tiga, dan informasi kapan penerimaan barang tersebut pada sisi kiri kanban yaitu tanggal 27 Mei 2013 pk Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Matsui dan Ishikawa (2010, hal.142) bahwa kanban sebagai tampilan informasi. Bahkan dengan pemesanan ini maka pekerja dapat

6 mematokkan atau menyesuaikan produksi sesuai dengan pemesanan yang berisikan jenis barang, jumlah barang, dan jam yang harus sampai pada customer atau sebaliknya. Hal ini sesuai dengan peranan yang dikemukakan oleh Matsui dan Ishikawa (2010, hal.142) bahwa kanban adalah alat penyesuaian. Di mana dengan kanban ini, pekerja dapat mengetahui seberapa banyak signal kanban atau produksi yang dikeluarkan untuk memenuhi pemesanan tersebut. Dengan penyesuaian seperti ini, maka produksi dapat memproduksi sesuai dengan jenis yang diinginkan, dengan jumlah yang diinginkan, pada waktu yang diinginkan juga. Sehingga tidak menimbulkan muda over-production. Di mana muda over-production menurut Tera Prudent (2012, hal.2) adalah pemborosan karena produksi yang berlebihan, jika stok berlebihan, maka dibutuhkan tempat ekstra untuk menyimpannya, dan hal itu membuat pengecekan stok dan kualitasnya menjadi lebih sulit. Dengan menghilangkan muda over-production maka tidak menimbulkan muda inventory, yaitu Tera Prudent (2012, hal.2) mengemukakan muda inventory adalah Pemborosan dari sisa stok barang yang dikarenakan oleh pengiriman yang tidak tepat waktu, lelet, waktu proses yang lama dan produksi yang berlebihan. Maka dari analisis di atas dapat disimpulkan supplier kanban berguna untuk menghapuskan muda over-production dan muda inventory. Signal Kanban Signal kanban adalah sebuah kanban yang digunakan di proses yang memproduksi jenis produk yang banyak di dalam satu line. Signal kanban lebih dikenal dengan sebutan kanban produksi. Signal kanban yang digunakan memiliki tempat berwujud bungkusan berupa plastik dan memiliki ring besi sehingga dapat memudahkan penaruhan kanban pada barang-barang produksi. Signal kanban memiliki dua tipe warna, yaitu warna biru dan merah. Memiliki fungsi sebagai informasi, di mana pada kanban memberikan informasi mesin yang akan dirakit pada assembly line. Informasi mesin tersebut berupa jenis dimensi ruang bakar mesin, kode mesin,ditujukan kepada siapa mesin itu dibuat, dan informasi pengangkutan. Dan sebagai visualisasi karena signal kanban diberikan warna yang berbeda, agar memudahkan pekerja dalam melihat pesanan. Dengan melihat warna saja para pekerja dapat langsung mengetahui maksud pesanan itu ditujukan. A. Signal Kanban Warna Biru (Signal Kanban Domestik) Signal kanban atau kanban produksi yang memiliki bungkusan berwarna biru adalah kanban produksi yang digunakan untuk memproduksikan pesanan dari dalam negeri. Gambar 4 Signal Kanban Domestik (Sumber: PT.TMMIN, 2013) Keterangan gambar : a. Dimensi Ruang Bakar Mesin 1TR diartikan sebagai mesin yang memiliki dimensi ruang bakar 2000cc. Sedangkan, 2TR diartikan sebagai mesin yang memiliki dimensi ruang bakar 2700cc.

7 b. Kode Mesin Pada dimensi ruang bakar mesin 2000cc ditulis pada kanban dengan awalan 2. Sedangkan, pada dimensi ruang bakar mesin 2700cc ditulis pada kanban dengan kode awalan 3. c. Barcode Barcode ini akan di scan setelah produksi telah selesai diproduksi. Berguna sebagai informasi kepada bagian administrasi bahwa produksi sudah selesai dan siap untuk dikirim. d. RIT Di PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Sunter plant 1, memiliki 12 kali pengangkutan untuk produk domestik. RIT tidak memiliki kata kepanjangan namun mengartikan proses pengiriman menggunakan truk (pengangkutan). 1 RIT diartikan sebagai 1 truk (pengangkutan). B. Signal Kanban Warna Merah (Signal Kanban Ekspor) Signal kanban atau kanban produksi yang memiliki bungkusan berwarna merah adalah kanban produksi yang digunakan untuk memproduksikan pesanan dari luar negeri. Gambar 5 Signal Kanban Ekspor (Sumber: PT. TMMIN, 2013) Keterangan gambar : a. Dimensi Ruang Bakar Mesin 1TR diartikan sebagai mesin yang memiliki dimensi ruang bakar 2000cc. Sedangkan, 2TR diartikan sebagai mesin yang memiliki dimensi ruang bakar 2700cc. b. Kode Mesin Pada dimensi ruang bakar mesin 2000cc ditulis pada kanban dengan awalan 2. Sedangkan, pada dimensi ruang bakar mesin 2700cc ditulis pada kanban dengan kode awalan 3. c. Barcode Barcode ini akan di scan setelah produksi telah selesai diproduksi. Berguna sebagai informasi kepada bagian administrasi bahwa produksi sudah selesai dan siap untuk dikirim. Pada signal kanban ekspor tidak memiliki RIT karena untuk pengiriman ekspor dilakukan sehari saja. Signal kanban memiliki informasi jenis dimensi ruang bakar mesin, kode mesin,ditujukan kepada siapa mesin itu dibuat, dan informasi pengangkutan produk yang akan diproses. Dengan adanya informasi ini berguna untuk memudahkan pekerja dalam memproduksi produk tersebut. Hal ini sesuai dengan hal yang dikemukakan oleh Matsui dan Ishikawa (2010, hal.142), bahwa peran kanban adalah tampilan informasi produksi. Jika tidak ada kanban maka perakitan tidak akan berjalan karena pekerja sesuai dengan kanban yang diterima. Signal kanban dengan warna yang berbeda pun mempraktiskan para pekerja dalam mengerjakan produksi, yaitu menvisualisasikan pesanan dari konsumen dengan hanya melihat warna kanban saja kanban berwarna biru digunakan untuk domestik dan kanban berwarna merah digunakan untuk ekspor. Peranan ini juga sesuai dengan hal yang dikemukakan oleh Matsui dan Ishikawa (2010,

8 hal.142), bahwa peran kanban adalah pengelolaan secara visual. Dengan adanya kedua peranan signal kanban tersebut, maka signal kanban dapat berguna untuk menghilangkan muda over-production karena pekerja tidak mengandalkan prediksi dalam membuat produk tetapi menggunakan signal kanban sebagai acuan para pekerja. Hal ini sesuai dengan hal yang telah dikemukakan oleh Tera Prudent (2012, hal.2) bahwa muda over-production adalah pemborosan karena produksi yang berlebihan, jika stok berlebihan, maka dibutuhkan tempat ekstra untuk menyimpannya, dan hal itu membuat pengecekan stok dan kualitasnya menjadi lebih sulit. Dengan menghilangkan muda over-production maka tidak menimbulkan muda inventory, yaitu Tera Prudent (2012, hal.2) mengemukakan muda inventory adalah pemborosan dari sisa stok barang yang dikarenakan oleh pengiriman yang tidak tepat waktu, lelet, waktu proses yang lama dan produksi yang berlebihan. Maka dari analisis di atas dapat disimpulkan signal kanban berguna untuk menghapuskan muda over-production dan muda inventory. Simpulan dan Saran Terdapat tujuh jenis muda (pemborosan) yang dapat terjadi pada lini produksi. Tetapi dalam penelitian ini, penulis menemukan kanban dapat menghilangkan tiga jenis muda (pemborosan) yaitu muda wait, muda over-production, dan muda inventory. Muda wait dapat dihilangkan pada penggunaan intra process kanban dan inter process kanban pada Machining Line. Karena intra process kanban dan inter process kanban berguna sebagai informasi yang diletakkan pada box yang bertujuan untuk memudahkan pekerja dalam mengetahui informasi box tanpa perlu mengecek satu persatu karena dapat memakan waktu dan membuat pekerja di proses selanjutnya harus menunggu. Muda over-production dapat dihilangkan pada penggunaan intra process kanban dan inter process kanban pada Machining Line. Karena keempat kanban tersebut berguna sebagai visualisasi kepada pekerja untuk membuat produksi. Sehingga memungkinkan para pekerja agar tidak memproduksi produk secara berlebihan. Serta penggunaan supplier kanban dan signal kanban pada Assembly Line. Karena supplier kanban (e-kanban) berguna sebagai informasi pesanan sehingga pekerja dapat menyesuaikan jumlah produk yang akan diproduksi. Kemudian dari penyesuaian tersebut pekerja memberikan signal kanban yang berisikan informasi produk yang ingin diproduksi kepada pekerja di Assembly Line, maka signal kanban juga berguna sebagai visualisasi karena jika tidak terdapat signal kanban maka pekerja di Assembly Line tidak akan memproduksi. Peranan ini lah memungkinkan tidak adanya produksi berlebih. Muda inventory dapat dihilangkan pada penggunaan intra process kanban, inter process kanban, supplier (e-kanban), dan signal kanban. Karena keempat jenis kanban ini berguna sebagai visualisasi pekerja dalam memproduksi, jika tidak terdapat indikasi untuk memulai dibuatnya produksi tersebut maka dapat menimbulkan muda over-production sehingga dibutuhkan tempat berlebih untuk meletakkan produk yang berlebihan ini. Saran penulis yaitu dalam memperlancar terciptanya produk just-in-time, Toyota tidak hanya menggunakan sistem kanban. Namun, terdapat sistem-sistem lain yang dengan harmonis digabungkan dapat bersama-sama terciptanya produk just-in-time tersebut. Maka penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat dengan kreatif dan lebih spesifik lagi membahas sistem-sistem lainnya, misalnya heijunka. Referensi Matsui, J & Ishikawa, H. (2010). Zukainyuumon Bijinesu Koujoukanri No Kaizenshuhou Ga Yoku Wakaru Hon. Japan: Shuuwa Shisutemu. Tera Prudent. (2012). Waste Reduction by Muda, Mura and Muri. Diunduh dari diakses tanggal 08 Mei 2013 Riwayat Hidup Ida Merlina lahir di kota Singkawang pada 19 Desember Penulis menamatkan pendidikan S1 di Bina Nusantara University dalam bidang sastra jepang pada 2013.

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan meningkatkan mutu produksi. Terbukti dengan pembentukan-pembentukan sistem kerja yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT ADM (Astra Daihatsu Motor) sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terus berupaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan TAKARIR Junbiki Kanaban Just In Time Inventori Sub Kontrak Supplier Tack time Cycle Time Man Power Cost Reduction Delivery Order Heijunka Pattern Lead Time One-Piece-Flow Muda Mura Muri Work In Process

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium Prismatic Machines Di PT. Dirgantara Indonesia 1 Wita Anggraita P, 2 Widia

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia perindustrian, kata kelebihan pada proses produksi atau over stock pada warehouse adalah suatu yang merugikan bagi perusahaan. Over stock karena

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur mobil. Perusahaan ini memproduksi beberapa tipe

Lebih terperinci

PERANCANGAN BASIS DATA PEMBELIAN, PRODUKSI, DAN PENJUALAN PADA PT MAHA JAYA PLASTINDO INDONESIA Hariyanto Susilo; Steven Pratama; Gian Triangga; Hendro Nindito School of Information System, Binus University

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Farahdhina Leoni 1, Oktri Mohammad Firdaus 2,

Lebih terperinci

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI Nama : Ridwanullah NPM : 36411161 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT. IRC INOAC INDONESIA adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufactur komponen karet untuk otomotif dan juga industrial parts. Untuk tahun 2009

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA

PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA THE EFFECT OF LINE STOP ON THE LINE PRODUCTION USING KANBAN METHOD IN PT

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Luqman Hakim Fakultas Teknik Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo E-mail: hqm_az@yahoo.com Abstrak Tujuan Just

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Toyota Way dan Toyota Production System (TPS) merupakan satu kesatuan pendekatan yang membuat Toyota berhasil menjadi perusahaan manufaktur terhebat di dunia. Dengan

Lebih terperinci

Strategi Peningkatan Produktivita s

Strategi Peningkatan Produktivita s MODUL PERKULIAHAN Strategi Peningkatan Produktivita s Sejarah Toyota Production System (TPS) Fakultas Program Pascasarjana Program Studi Magister Teknik Industri Tatap Kode MK Muka 01 B11536CA (M-203)

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PERSEDIAAN BAHAN BAKU ALUMUNIUM INGOT AC4B DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PABRIK CAKUNG

MEMPELAJARI PERSEDIAAN BAHAN BAKU ALUMUNIUM INGOT AC4B DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PABRIK CAKUNG MEMPELAJARI PERSEDIAAN BAHAN BAKU ALUMUNIUM INGOT AC4B DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PABRIK CAKUNG Disusun Oleh: Nama : Anda Daniel Siallagan NPM : 30412733 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir.

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Traditional Methods, Cost Centre, Just In Time methods, Inventory. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Traditional Methods, Cost Centre, Just In Time methods, Inventory. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The production process is a very important activity in the manufacturing company. production function is a cost center that will determine the amount or size of production costs and affect the

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia semakin hari semakin meningkat, terutama di segmen kendaraan ringan roda empat atau mobil. Pertumbuhan tersebut akan didukung

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo)

TUGAS AKHIR. ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo) TUGAS AKHIR ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo) Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing Sebagai yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa konsentrasi perhatian konsep JIT adalah pada aspek manusia, kualitas,

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM KANBAN SEBAGAI PENDUKUNG SISTEM JUST IN TIME DI PT WONOJATI WIJOYO KEDIRI

PENERAPAN SISTEM KANBAN SEBAGAI PENDUKUNG SISTEM JUST IN TIME DI PT WONOJATI WIJOYO KEDIRI PENERAPAN SISTEM KANBAN SEBAGAI PENDUKUNG SISTEM JUST IN TIME DI PT WONOJATI WIJOYO KEDIRI Nurfa Anisa Abstract : Nowdays, the increase of furniture industry caused competition between furniture company.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia) diresmikan pada tanggal 12 April 1971. Pada saat itu PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA 1. Sudah berapa lama APP berdiri? APP sudah berdiri selama 16 tahun, didirikan pada tanggal 25 April 1997 yang dibuat di hadapan notaris Rachmat Santoso, S.H agar dapat memproduksi

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen Akuntansi Biaya Modul ke: Just In Time And Backflushing Fakultas 07FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen Content Just in time, Backflushing Competence Mahasiswa mampu mendeskripsikan system

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role)

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) VII. PEMBAHASAN A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) Visi PT. TMMIN adalah untuk mencapai Jiritsuka 2012, yaitu kemandirian dalam produksinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB XII JUST IN TIME

BAB XII JUST IN TIME Just In Time 167 BAB XII JUST IN TIME 12.1. Defenisi dan Konsep Dasar Just In Time. Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION, SUNTER I, PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Disusun oleh: Fathimah Baya Nabilah 32411726

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time Just in time adalah memproduksi dan mengirim barang yang diperlukan, pada saat diperlukan dan sejumlah

Lebih terperinci

Kanban. Sistem Produksi Lanjut TI UG. Secara istilah sistem produksi:

Kanban. Sistem Produksi Lanjut TI UG. Secara istilah sistem produksi: Kanban 看板 Sistem Produksi Lanjut TI UG 1 Definisi Kanban Secara bahasa: Jepang: kartu penanda Secara istilah sistem produksi: Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1 - Semester Ganjil tahun 2005 / 2006 USULAN PENERAPAN SISTEM KANBAN PADA LINI PONS DAN LINI PERAKITAN PADA PT. ES HUPINDO

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: inventory control, probabilistic method, backorder, lostsales

ABSTRACT. Keywords: inventory control, probabilistic method, backorder, lostsales ABSTRACT Basically, the goal of any company is to benefit as much as possible and to minimize the cost. Inventory control have an important roles because often manufacturing companies have a lot of inventory

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa dekade akhir ini banyak organisasi perusahaan telah melakukan investasi pada teknologi-teknologi baru untuk tetap bersaing. Teknologi merupakan sumber

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut)

ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut) Dosen: Christian Ramos K INVENTORY MANAGEMENT (Manajemen Persediaan) ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut) REFERENSI: HANSEN & MOWEN, Managerial Acconting (BOOK) 1 Biaya Persediaan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PD MASA BARU BAN PONTIANAK

PENERAPAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PD MASA BARU BAN PONTIANAK PENERAPAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PD MASA BARU BAN PONTIANAK Thommy Willay 1, Sandi Tendean 2 1,2 Sistem Informasi, STMIK Widya Dharma, Pontianak e-mail: 1 twillay@yahoo.com, 2 sanditendean@gmail.com

Lebih terperinci

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Istilah sistem produksi Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan apa yang dibutuhkan, ditempatyang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN (INDONESIAN EDITION) BY HERY HERY

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN (INDONESIAN EDITION) BY HERY HERY ANALISIS KINERJA MANAJEMEN (INDONESIAN EDITION) BY HERY HERY READ ONLINE AND DOWNLOAD EBOOK : ANALISIS KINERJA MANAJEMEN (INDONESIAN EDITION) Click button to download this ebook READ ONLINE AND DOWNLOAD

Lebih terperinci

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Nama mahasiswa : Henny Wunas NRP : 9106 201 408 Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Pujawan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini dapat dilihat dari mulai banyaknya merek dunia yang masuk ke pasar Indonesia.

Lebih terperinci

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Claudio Giano Tombeg 1 Abstract: PT. X is a circuit breaker manufacturing company. The main problem at segment XYZ is production delayed, that is caused by less

Lebih terperinci

ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA Hendry Arestyanata; Bambang Sugiharto hendry.arestyanata@live.com ABSTRACT Shortage

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 59 BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Jenis Produk yang diproses Jenis produk yang dihasilkan pada line I-beam ada 2 macam produk yaitu I- beam BY 366L owo 10 dan I-beam BY 366L owo

Lebih terperinci

I.3 Tujuan Penulisan. I.1 Latar Blkg Masalah. I.2 Pembatasan Masalah. I.4 Sistematika Penulisan

I.3 Tujuan Penulisan. I.1 Latar Blkg Masalah. I.2 Pembatasan Masalah. I.4 Sistematika Penulisan I.1 Latar Blkg Masalah a. Sistem JIT dan Kanban b. Identifikasi Masalah I.2 Pembatasan Masalah a. Lokasi Kegiatan : PT. DENSO Indonesia b. Objek Penelitian : Komponen Neck Filler c. Cakupan Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME A. Pendahuluan Dalam Laboratorium Sistem Produksi, dipelajari beberapa modul praktikum antara lain : Fisika Dasar, Elektronika Industri, serta Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X Amri Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Abstrak: Perkembangan ilmu pengetahuan pada era globalisasi

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key word : Prevention Cost, Appraisal Cost, Internal Failure Cost, External Failure Cost, and Cost Control Product. viii

ABSTRACT. Key word : Prevention Cost, Appraisal Cost, Internal Failure Cost, External Failure Cost, and Cost Control Product. viii ABSTRACT Quality cost is a part of production cost, that has big influence in the production cost. Quality cost is important in industries to determine production cost. The purposes of this research are

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DEFINISI SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku menjadi produk. Proses ini meliputi:perancangan produk, pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Inkoasku adalah anak perusahaan dari PT. Pakoakuina, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. PT. Inkoasku adalah anak perusahaan dari PT. Pakoakuina, salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Inkoasku adalah anak perusahaan dari PT. Pakoakuina, salah satu perusahaan manufaktur komponen otomotif di Indonesia. Perusahaan yang berlokasi di Sunter, Jakarta

Lebih terperinci

DEVIS ZENDY NPM :

DEVIS ZENDY NPM : PENERAPAN LEAN MANUFACTURING GUNA MEMINIMASI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. KHARISMA ESA ARDI SURABAYA SKRIPSI Oleh : DEVIS ZENDY NPM : 0732010126 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

14 PRINSIP TOYOTA WAY

14 PRINSIP TOYOTA WAY 14 PRINSIP TOYOTA WAY Bagian 1: Filosofi Jangka Panjang Prinsip 1. Ambil keputusan manajerial Anda berdasarkan filosofi jangka panjang, meskipun mengorbankan sasaran keuangan jangka pendek. - Miliki misi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan evaluasi proses pengelolaan obat dengan prioritas analisis pada pemborosan (waste) pada proses pengadaan obat, maka

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Berbagai Bagian dalam Organisasi Perusahaan Elektronik Jakarta Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan elektronik membagi tugas dan tanggung jawab

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat PT. Astra Daihatsu Motor meningkatkan kapasitas produksi di beberapa jalur produksinya, diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia perkembangan industri manufaktur di Indonesia berkembang pesat dari tahun ke tahun. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

The use of Statitical Quality Control to reduce a defective product at shoes company CV. Fortuna shoes. Abstract

The use of Statitical Quality Control to reduce a defective product at shoes company CV. Fortuna shoes. Abstract The use of Statitical Quality Control to reduce a defective product at shoes company CV. Fortuna shoes Abstract Quality is the most important element in today's business world competition. A company that

Lebih terperinci

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT ACTIVITY-BASED MANAGEMENT Activity-based management (ABM) dimulai dari pemahaman yang mendalam personel tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Proses analisis nilai merupakan pendekatan

Lebih terperinci

Introduction to. Chapter 9. Production Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

Introduction to. Chapter 9. Production Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing Introduction to Chapter 9 Production Management Sasaran Pembelajaran Identifikasi sumber daya kunci yang digunakan untuk produksi. Identifikasi faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi pabrik. Uraikan

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA AKTIVITAS PENGIRIMAN BARANG PT.TRIMEGA BATERINDO DI TROSOBO SIDOARJO

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA AKTIVITAS PENGIRIMAN BARANG PT.TRIMEGA BATERINDO DI TROSOBO SIDOARJO ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA AKTIVITAS PENGIRIMAN BARANG PT.TRIMEGA BATERINDO DI TROSOBO SIDOARJO Dwi Ayu Astarinda, Ali Rasyidi, Widya Susanti Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toyota merupakan perusahaan manufaktur kendaran niaga dan penumpang yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa periode atau beberapa tahun di masa yang akan datang. Karena itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif berada pada tingkat persaingan yang sangat tinggi. Beberapa bukti yang dapat diambil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan manusia, terutama dalam perusahaan dan industri. Dengan berbasiskan teknologi informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Maria Natalia 1, Nyoman Sutapa 2 Abstract: The thesis discusses the value added and non-value added of the

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini banyak industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan dari sistem tersebut dalam menciptakan sistem

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI 5 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Produktivitas Menurut Sinungan (2003, P.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia terus tumbuh sejalan dengan berkembangnya teknologi dan sistem produksi yang mendukung industri ini. Meningkatnya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Just In Time Dalam situasi persaingan pasar global yang sangat kompetitif sekarang ini, dimana pasar menetapkan harga (produsen harus mengikuti harga pasar yang berlaku)

Lebih terperinci

TECHNICAL MEETING PRACTICAL GAME MANAJEMEN LOGISTIK LOGO

TECHNICAL MEETING PRACTICAL GAME MANAJEMEN LOGISTIK LOGO TECHNICAL MEETING PRACTICAL GAME MANAJEMEN LOGISTIK LOGO www.themegallery.com Apa itu Practical Game? LOGO www.themegallery.com Practical Game adalah permainan ditujukan pada pemahaman konsep pengelolaan

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI MOLDING ROOF D22D DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PT. TOYOTA AUTO BODY TOKAI EXTRUSION

MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI MOLDING ROOF D22D DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PT. TOYOTA AUTO BODY TOKAI EXTRUSION MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI MOLDING ROOF D22D DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PT. TOYOTA AUTO BODY TOKAI EXTRUSION Nama : Fajar Octoriyan NPM : 33413157 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Just In Time Pada tahun 1970 konsep Just In Time mulai dipopulerkan oleh Mr. Taiichi Ohno dan rekannya di Toyota Motor Company, Jepang. Akar dari konsep Just In Time dapat ditelusuri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan Laporan Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang

Lebih terperinci