II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Rumahtangga Petani Rumahtangga dapat dilihat sebagai kesatuan dari kumpulan orang-orang yang mana aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi dilakukan. Rumahtangga juga sebagai kelembagaan sosial yang terkecil yang mana terdapat hubungan manusia satu dengan yang lain, pada satu rumah atau satu dapur yang tinggal dalam hubungan ekonomi, sosial dan budaya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan. Selanjutnya Dharmawan (2002) menjelaskan terdapat enam fungsi utama dari rumahtangga yaitu (1) mengalokasikan sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan, (2) mencapai bermacam-macam tujuan, (3) memproduksi barang dan jasa, (4) mengambil keputusan mengenai penggunaan pendapatan dan konsumsi, (5) melakukan hubungan sosial, dan (6) reproduksi dan menjaga keamanan anggota rumahtangga. Dari keenam fungsi tersebut menunjukkan bahwa rumahtangga mempunyai dua fungsi pokok yang dikelompokkan sebagai fungsi sosial dan ekonomi. Sesuai dengan teori ekonomi, rumahtangga diasumsikan selalu bertindak rasional dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkonsumsi barang dan jasa. Perilaku ekonomi rumahtangga tersebut menunjukkan respon rumahtangga sebagai produsen dan konsumen terhadap perubahan kekuatan pasar yang terjadi, yang dilandasi dengan tujuan maksimisasi kepuasan atau utilitas. Terdapat bermacam-macam rumahtangga sesuai dengan aktivitas yang dilakukan seperti rumahtangga pertanian, rumahtangga pengrajin, rumahtangga industri, dan rumahtangga lainnya. Khusus mengenai rumahtangga pertanian, terdapat dua istilah yang sering digunakan dalam literatur yaitu rumahtangga

2 14 pertanian (agricultural household) dan rumahtangga petani (farm household) (Singh et al., 1986; Nakajima, 1986; Ellis, 1988). Menurut Nakajima (1986), jika pertanian dipandang sebagai suatu industri, maka terdapat beberapa karakteristik yang dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori sebagai berikut yaitu : 1. Karakteristik teknologi produksi pertanian 2. Karakteristik rumahtangga petani sebagai kesatuan ekonomi 3. Karakteristik produk pertanian Dari ketiga karakteristik tersebut di atas, rumahtangga petani sebagai karakteristik kedua merupakan satu unit atau kesatuan ekonomi yang relevan untuk analisis pengambilan keputusan baik keputusan produksi, konsumsi maupun tenaga kerja. Selain itu dalam rumahtangga terdapat kekhasan mengintegrasikan keputusan produksi, konsumsi dan alokasi tenaga kerja (Nakajima, 1986; Sadoulet dan de Janvry, 1995). Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa rumahtangga petani dapat dipandang sekaligus sebagai perusahaan pertanian (produsen), tenaga kerja dan konsumen. Dengan dihadapkan pada proses pengambilan keputusan baik keputusan produksi, konsumsi maupun tenaga kerja maka tujuan yang ingin dicapai rumahtangga dari pengambilan keputusan tersebut masing-masing adalah untuk memaksimumkan profit dan memaksimumkan utilitas. Berdasarkan uraian tersebut di atas, konsep rumahtangga petani yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumahtangga sebagai kesatuan ekonomi dari sekumpulan individu yang hidup dalam satu atap rumah untuk mengatur sumberdaya dan menyatukan pendapatan dari anggota keluarga, yang digunakan untuk kegiatan produksi dan konsumsi. Dengan demikian rumahtangga petani

3 15 sebagai organisasi terdiri dari rumahtangga itu sendiri, anggota keluarga dan usahatani. Penelitian mengenai rumahtangga pada umumnya memberikan pengertian yang sama mengenai konsep rumahtangga Model Ekonomi Rumahtangga Perilaku ekonomi rumahtangga petani dapat dilihat dari segi pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan pada rumahtangga petani dapat didasarkan pada peran rumahtangga dalam mengambil keputusan ekonomi. Terdapat dua peran rumahtangga dalam pengambilan keputusan ekonomi yaitu peran tunggal dan ganda. Pada model rumahtangga berperan tunggal, rumahtangga hanya sebagai produsen atau konsumen saja. Dalam teori ekonomi, terdapat dua permasalahan yang menjadi perhatian yaitu masalah produsen dalam mengambil keputusan produksi dan masalah konsumen dalam mengambil keputusan konsumsi (Henderson dan Quandt, 1980; Beattie dan Taylor, 1985; Debertin, 1986; Chambers, 1988). Pada umumnya kedua permasalahan tersebut dianalisis secara terpisah melalui perilaku produsen saja atau konsumen saja. Analisis tersebut dilakukan untuk menyederhanakan fenomena yang terdapat di lapangan. Sedangkan pada model rumahtangga berperan ganda, pengambilan keputusan produksi dan konsumsi dilakukan sebagai satu kesatuan oleh rumahtangga dan dianalisis secara terintegrasi. Dalam model rumahtangga berperan ganda ini, rumahtangga petani bertindak baik sebagai produsen dan konsumen. Model rumahtangga berperan ganda lebih realistis karena realitanya rumahtangga petani di negara-negara berkembang pada umumnya merupakan produsen sekaligus konsumen (Nakajima, 1986; Sawit, 1993; Singh et al., 1986).

4 16 Model ekonomi pengambilan keputusan rumahtangga pertama kali dikemukakan oleh Chayanov (Ellis, 1988) dengan teori maksimisasi utilitas rumahtangga. Teori tersebut memfokuskan pada pengambilan keputusan rumahtangga yang berkenaan dengan jumlah tenaga kerja keluarga yang menjalankan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dengan menggunakan asumsi waktu kerja dan santai (leisure). Dari model rumahtangga tersebut, kemudian Becker (1976) mengembangkan dengan menggunakan asumsi bahwa alokasi waktu rumahtangga terdiri dari waktu kerja di rumah, kerja upahan dan santai. Dengan perkembangan waktu, model ekonomi rumahtangga dikembangkan oleh Barnum dan Squire (Ellis, 1988) yang mana rumahtangga mempunyai kebebasan untuk menyewa tenaga kerja dari luar keluarga sedangkan tenaga kerja dalam keluarga juga dapat bekerja di luar dengan memperoleh tingkat upah tertentu. Selanjutnya model rumahtangga petani Low (Ellis, 1988) mengkombinasikan beberapa model tersebut di atas dengan memberikan penekanan diantaranya pada pasar tenaga kerja, yang mana tingkat upah bervariasi berdasarkan kategori jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini mengimplikasikan perbedaan anggota rumahtangga mempunyai perbedaan potensial untuk penerimaan upah. Selain hal tersebut juga ada penekanan pada perbedaan harga pangan di tingkat rumahtangga petani dengan tingkat pengecer. Sedangkan Nakajima (1986) mengembangkan teori rumahtangga petani dengan berbagai perilaku rumahtangga yang mengkombinasikan curahan tenaga kerja keluarga dengan konsumsi produk yang dihasilkan. Adapun alternatif curahan tenaga kerja yaitu a) tidak semua tenaga kerja keluarga tercurah untuk

5 17 usahatani, b) semua tenaga kerja keluarga tercurah pada usahatani tanpa menyewa tenaga kerja, dan c) semua tenaga kerja keluarga tercurah dan menyewa tenaga kerja. Sedangkan alternatif konsumsi produk mencakup usahatani komersial murni, usahatani komersial dengan sebagian produk dikonsumsi, usahatani subsisten dan usahatani dengan pembelian sebagian untuk konsumsi rumahtangga. Selanjutnya Singh et al. (1986) mengembangkan model rumahtangga pertanian (agricultural household model) khususnya dalam perilaku rumahtangga pertanian. Rumahtangga diasumsikan memaksimumkan utilitas dengan kendala pendapatan tunai, waktu dan teknologi produksi. Dengan menurunkan keseimbangan pada rumahtangga dapat diperoleh fungsi penawaran output, permintaan input dan permintaan komoditas, termasuk leisure. Penawaran output dan permintaan input merupakan fungsi dari harga input, harga output dan karakterisitik usahatani termasuk input tetap. Sedangkan permintaan komoditas merupakan fungsi dari harga komoditas, full income dan karakterisitk rumahtangga. Keputusan produksi sangat mempengaruhi keputusan konsumsi. Model rumahtangga pertanian tersebut selanjutnya dikembangkan secara empiris dengan menganalisis keterkaitan antara keputusan produksi dan konsumsi dengan mengestimasi penawaran dan permintaan komoditas serta permintaan input (Singh et al., 1986). Leisure merupakan salah satu produk yang dikonsumsi selain komoditas pertanian dan non pertanian. Dari hasil kajian tersebut terdapat perbedaan bahwa elastisitas harga sendiri terhadap konsumsi barang pertanian bernilai positif di Malaysia dan bernilai negatif di Jepang dan Thailand. Pada umumnya model rumahtangga petani yang sudah dilakukan tersebut masih berfokus pada satu komoditas yang dihasilkan. Oleh karena itu Singh dan

6 18 Subramanian (1986) dalam Singh et al.(1986) dan Sawit (1993) mengembangkan model rumahtangga dengan mengkaji multicrop pada rumahtangga petani. Selain multicrop, Sawit (1993), Leones dan Feldman (1998) juga mengembangkan model dengan mempertimbangkan multiemployment yang diukur dari pendapatan yang berasal dari pertanian, non pertanian maupun non aktivitas seperti kiriman uang dan penyewaan aset. Dalam analisis kebijakan pada model ekonomi rumahtangga, Taylor dan Adelman (2003) mengkaji pengaruh kebijakan penurunan harga dasar barang pokok dan transfer pendapatan terhadap produksi dan pendapatan rumahtangga. Penurunan harga dasar barang pokok menyebabkan penurunan output barang pokok, permintaan tenaga kerja, pendapatan rumahtangga, permintaan konsumsi (cash crop, market good dan leisure) dan market surplus barang pokok. Sedangkan adanya transfer pendapatan menyebabkan adanya peningkatan pada indikator tersebut di atas kecuali market surplus dan cash crop. Dari segi metoda, model ekonomi rumahtangga selanjutnya telah dikembangkan dengan menggunakan persamaan simultan seperti yang dilakukan oleh Pradhan dan Quilkey (1985), dengan mengkaitkan adopsi teknologi dengan keputusan produksi, konsumsi dan penggunaan input serta dilakukan simulasi terhadap skenario kebijakan. Metoda tersebut selanjutnya digunakan oleh Basit (1996), Hardono (2002), Kusnadi (2005), Asmarantaka (2007) dan Bakir (2007). Sedangkan Hendratno (2006) dan Sawit (1993) menganalisis rumahtangga petani tetapi tidak menggunakan persamaan simultan. Selanjutnya Fabella (1986) menyatakan terdapat ketergantungan antara keputusan produksi dan konsumsi. Menurut Sadoulet et al. (1996) kedua

7 19 keputusan terkait melalui tingkat pendapatan yang dicapai dalam produksi. Apabila solusi blok produksi dapat ditentukan sebelum solusi blok konsumsi maka dinamakan blok recursive system. Dalam recursive system, keputusan konsumsi tidak memberikan pengaruh balik (feed back) terhadap keputusan produksi, atau keputusan produksi terpisah (independent) dari keputusan konsumsi. Konsep recursive identik dengan konsep model separable seperti yang dikemukakan oleh Wik et al. (1998) bahwa pada model separable semua harga adalah exogenous dan keputusan produksi bebas dari keputusan konsumsi. Sementara itu Lofgren dan Robinson (1999) mengembangkan model rumahtangga non separable dengan biaya transaksi sebagai endogenous dan menggunakan Computable General Equilibrium (CGE). Keputusan produksi dan konsumsi pada rumahtangga petani bersifat non separable mengindikasikan ketidaksempurnaan pasar, sedangkan harga ditentukan secara endogenous oleh interaksi permintaan dan penawaran. Sementara itu perilaku dari rumahtangga antar waktu (intertemporal) telah dikaji oleh Mazzocco (2001) Konsep Risiko Produksi dan Harga Produk Risiko dan ketidakpastian sering digunakan secara bersama-sama baik dalam jurnal maupun beberapa tulisan lainnya. Silberberg (1990), Henderson dan Quandt (1980) dan Varian (1992) menggunakan istilah ketidakpastian (uncertainty) terkait dengan peluang (probability). Sedangkan Robison dan Barry (1987) menjelaskan terdapat perbedaan antara konsep risiko dan ketidakpastian. Jika peluang suatu kejadian dapat diketahui oleh pembuat keputusan, yang didasarkan pada pengalaman, maka hal tersebut menunjukkan konsep risiko.

8 20 Sedangkan jika peluang suatu kejadian tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan maka hal tersebut menunjukkan konsep ketidakpastian. Beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani diantaranya adalah risiko produksi, risiko pasar atau risiko harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan dan risiko finansial (Ellis, 1988; Harwood et al., 1999; Moschini dan Hennessy, 1999). Dari beberapa sumber risiko tersebut, ternyata risiko yang paling utama dihadapi rumahtangga petani diantaranya adalah risiko produksi dan harga produk (Patrick et al., 1985; Wik et al., 1998). Selanjutnya Ellis (1988) menjelaskan terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam melihat mengenai peluang dengan risiko. Pada kegiatan produksi usahatani, risiko merupakan peluang terjadinya suatu peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau di bawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan dalam serangkaian musim panen. Sedangkan pada perspektif asuransi terhadap kerugian atau kerusakan, risiko sebagai peluang adanya bencana yang menimbulkan kerugian. Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan bertindak rasional dalam pengambilan keputusan. Alat analisis yang umum digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model (Anderson et al., 1977; Henderson dan Quandt, 1980; Robison dan Barry, 1987; Moschini dan Hennessy, 1999; Ellis, 1988). Lebih lanjut dijelaskan lima komponen yang digunakan dalam pengambilan keputusan diantaranya adalah the states of nature, the possible outcomes, the probabilities of outcomes, the choices dan the decision rule for ordering choices. Dalam menganalisis mengenai

9 21 pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) tetapi kesejahteraan (utility). Variance merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan dalam menganalisis mengenai risiko. Selanjutnya bila dilihat dari sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robison dan Barry, 1987): 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan. 2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan. 3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan jika terjadi kenaikan ragam keuntungan maka pembuat keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan keuntungan yang diharapkan. Selanjutnya dinyatakan bahwa perilaku pembuat keputusan risk aversion menjadi subyek ketertarikan ahli ekonomi, dan perilakunya pada usahatani didasarkan tidak pada maksimisasi utilitas tetapi ekspektasi maksimisasi profit dengan asumsi harga dan produksi bersifat stochastic (Just, 1975).

10 22 Memperhatikan hal tersebut diatas, penelitian mengenai risiko sangat penting dilakukan terkait dengan pengambilan keputusan pada petani, khususnya pada kegiatan produksi (Just, 1974). Indikasi adanya risiko mencakup adanya perubahan atau variasi seperti dalam produksi, harga maupun pendapatan. Beberapa model yang menyangkut risiko diantaranya penentuan input yang optimal pada kondisi risiko harga produk, risiko harga input, risiko kualitas input, dan risiko fungsi produksi. Khususnya pada model dengan risiko harga produk, keputusan menanam sangat tergantung pada harga barang, sehingga bila harga rendah tidak akan menarik petani untuk menanam. Dalam analisis risiko, fungsi produksi merupakan fungsi produksi rata-rata (mean production function) dan produksi variance (variance production function), yang masing-masing dipengaruhi oleh penggunaan input dalam kegiatan produksi (Just dan Pope, 1979). Model Just dan Pope tersebut telah digunakan oleh Walter et al. (2004), Hutabarat (1985), Antle (1987), Buccola dan McCarl (1986) dalam menganalisis mengenai risiko produksi. Pendugaan terhadap fungsi produksi dapat dilakukan terpisah antara fungsi produksi rata-rata (mean production function) dan fungsi produksi variance (variance production function). Baik fungsi produksi rata-rata maupun produksi variance dipengaruhi oleh variabel input faktor seperti lahan, benih, pupuk, tenaga kerja dan pestisida (Walter et al., 2004; Hutabarat, 1985; Anderson et al., 1977). Sedangkan Antle (1987) dan Beach et al. (2005) mengakomodasi parameter risiko sebagai faktor yang mempengaruhi penggunaan input. Penggunaan setiap input mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap produksi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hubungannya

11 23 antara pengambilan keputusan input dan risiko produksi ternyata penggunaan pestisida dalam produksi sebagai pengurang risiko (risk reducing effect) sedangkan input yang lain sebagai faktor yang menyebabkan risiko (risk inducing effect) dalam produksi (Just dan Pope, 1979). Hasil penelitian penelitian Hutabarat (1985) berbeda dengan Just dan Pope (1979) yang menunjukkan bahwa pada musim hujan ternyata input benih, pupuk nitrogen, pupuk phospor, kepemilikan lahan dan insektisida merupakan faktor yang menyebabkan risiko produksi (risk inducing factors). Sedangkan input tenaga kerja manusia dan ternak merupakan faktor pengurang risiko produksi (risk-reducing factors). Sedangkan pada musim kemarau semua faktor produksi merupakan faktor yang menyebabkan risiko (risk-inducing factors). Selanjutnya dari segi metodologi, Antle (1987) menggunakan ekonometrika untuk mengestimasi distribusi risiko pada produsen. Prosedur ekonometrika berguna pada data produksi cross section dengan time series atau pooled data. Pendekatan estimasi dengan Generalize Method of Moments digunakan untuk mengestimasi parameter. Wincoop (1992) mempelajari respon tabungan dan struktur produksi terhadap peningkatan ketidakpastian perdagangan. Peningkatan ketidakpastian perdagangan menyebabkan kekuatan tenaga kerja terpecah semakin besar pada sektor yang tidak diperdagangkan (non tradeable). Sementara itu Kingwell (1994) menggunakan stochastic programming model dari sistem usahatani untuk menguji pengaruh perilaku risk aversion terhadap penawaran gandum. Hartoyo et al. (2004) menggunakan quadratic utility function dalam menganalisis perilaku petani padi dalam menghadapi risiko. Petani padi di Desa

12 24 Kemang, Kabupaten Cianjur mempunyai karakter sebagai pengambil keputusan yang berperilaku risk neutral. Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi padi dipengaruhi oleh variasi harga padi, karena sekitar 63.5 persen dari total produksi dikonsumsi sendiri oleh rumahtangga petani. Beberapa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi padi yaitu ekspektasi produksi padi, ekspektasi harga padi, kuadrat dari ekspektasi harga padi dan ekspektasi harga pupuk TSP. Namun demikian kajian Purwoto (1990) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu sikap petani dan khususnya hasil pengukuran dari sisi alokasi jumlah pupuk buatan, menunjukkan secara umum petani takut menghadapi risiko (risk aversion) yang ditunjukkan nilai koefisien keengganan petani dalam menghadapi risiko lebih besar dari nol. Sementara itu Ellis (1988) menunjukkan bahwa perilaku rumahtangga petani kecil pada umumnya adalah risk averse. Adanya ketidakpastian dalam produksi akan menghasilkan keputusan ekonomi yang sub optimal pada tingkat produksi. Produsen yang berperilaku risk averse dalam menghadapi risiko produksi akan memproduksi lebih rendah dibandingkan produsen yang berperilaku risk neutral dan jika terjadi peningkatan risiko maka produsen risk averse akan mengurangi output (Wik et al. 1998). Salah satu strategi produksi risk averse adalah tumpangsari (mixed cropping) yang memberikan banyak keuntungan. Kebijakan yang dapat merespon ketidakpastian alami diantaranya irigasi, asuransi tanaman dan varietas benih yang tahan terhadap hama dan penyakit tanaman, musim kemarau, dan stabilitas hasil. Sementara itu kebijakan

13 25 mengatasi ketidakpastian harga meliputi stabilitas harga, informasi pasar dan kredit. Kajian Fukui et al. (2004) menganalisis ekonomi rumahtangga petani dengan memasukkan beberapa variabel ke dalam model seperti variabel bahaya hama dan penyakit tanaman, sistem bagi hasil dan rasio pendapatan yang berisiko (risky income ratio), yang diukur dari rasio pendapatan padi terhadap pendapatan rumahtangga. Ketiga variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan input selain kiriman uang, harga produk, harga pupuk dan modal tetap. Namun demikian rasio pendapatan yang berisiko tidak signifikan terhadap permintaan tenaga kerja dan kredit, sebaliknya sistem bagi hasil dan bahaya pestisida mempunyai pengaruh yang signifikan. Beberapa mekanisme yang digunakan untuk mengatasi risiko yaitu kredit, kepemilikan aset dan diversifikasi sumber pendapatan. Sedangkan mekanisme mengurangi risiko yaitu dengan teknologi pengurang risiko seperti penerapan pestisida, penggunaan varietas, sistem kerjasama seperti bawon untuk kontrak tenaga kerja dan bagi hasil. Sharing risiko juga dikaji oleh Cox dan Jimenez (1998) sedangkan Guiso et al. (1996) dan Ameriks (2001) menekankan pada keputusan portofolio. Selanjutnya Saha dan Stroud (1994) menggunakan model rumahtangga pertanian untuk menganalisis keputusan konsumsi, penyimpanan, menabung dan tenaga kerja dibawah risiko harga pada rumahtangga petani. Kajian tersebut menggunakan panel data dan model dinamik (dynamic model). Penyimpanan dipengaruhi secara nyata oleh musim tanam, lag harga kali harga saat ini yang

14 26 mempunyai pengaruh negatif dan secara positif oleh musim panen, full income, upah tenaga kerja keluarga, kuadrat current price dan kuadrat lag harga. Masih dalam hubungannya dengan risiko dengan model ekonomi rumahtangga, Beach et al. (2005) melakukan pendugaan terhadap beberapa persamaan penggunaan input yang terdiri dari persamaan luas lahan, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga dan penggunaan input lain. Penggunaan input dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti ekspektasi harga, variance harga, ekspektasi produksi, variance produksi, upah, harga input, harga output dan karakteristik rumahtangga. Ekspektasi dan variance sebagai pendekatan yang digunakan untuk menganalisis mengenai risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspektasi penerimaan tembakau dan variance produksi mempunyai tanda yang berlawanan dengan yang diharapkan dan tidak signifikan terhadap luas areal penanaman tembakau. Sementara itu Wik et al. (1998) mengestimasi variabel endogen koefisien risk aversion, penggunaan pupuk dan proporsi lahan tanaman gandum terhadap total lahan yang ditanamani. Variabel tersebut dipengaruhi oleh luas lahan, pendapatan off farm, karakteristik rumahtangga (seperti umur, pendidikan, jenis kelamin), tenaga kerja rumahtangga (pria dan wanita), ukuran rumahtangga, kekayaan (jumlah sepeda, rumah dan binatang), jarak dengan kota dan rasio penggilingan penggunaan pupuk. Pada penggunaan pupuk, beberapa variabel yang mempunyai pengaruh nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen diantaranya total pendapatan, jumlah sepeda, total lahan usahatani. Pengaruh risiko terhadap keputusan yang dibuat oleh petani risk neutral telah dikaji Pannell (1999). Sumber risiko yang mempengaruhi keuntungan yang

15 27 diharapkan dianalisis dengan menggunakan response model dalam kaitannya dengan aplikasi herbisida. Pengaruh risiko bagi pengambil keputusan risk neutral yaitu dengan mengurangi penggunaan herbisida, karena pengurangan tingkat optimal herbisida atau peningkatan ambang batas rumput liar. Alasan penurunan penggunaan herbisida adalah bahwa risiko mengurangi produk marginal herbisida. Ketidakpastian akan berhubungan dengan daya saing rumput liar sehingga dapat mengurangi kehilangan produksi rata-rata. Moller et al. (2000) menggunakan teknik dynamic programming dengan data rumahtangga petani. Peningkatan ketidakpastian tidak secara umum mengurangi penambahan konsumsi atau meningkatkan penambahan saving. Petani yang menghadapi kendala kredit, investasi dan konsumsi sangat penting menentukan perilaku saving karena saving digunakan untuk membiayai investasi dan kelancaran konsumsi. Metoda lain dapat digunakan dalam menganalisis risiko khususnya dengan ekonometrika modern. Verbeek (2000) menjelaskan bahwa adanya fluktuasi (volatility) dari observasi dapat dianalisis dengan model variance error seperti model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH). Model tersebut telah mengakomodasi variance error dan error kuadrat periode sebelumnya dalam menganalisis mengenai risiko. Model standar GARCH (1,1) sering digunakan dalam beberapa penelitian seperti oleh Huang et al. (2004) yang menganalisis mengenai penawaran produk cabe. Dalam model tersebut, persamaan penawaran dipengaruhi oleh beberapa variabel eksogenous sedangkan persamaan variance dipengaruhi oleh variance periode sebelumnya dan error kuadrat periode sebelumnya.

16 28 Sementara itu Moschini dan Hennessy (1999) menyatakan bahwa dalam model ekspektasi untuk persamaan variance, beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan penawaran pada periode tertentu yaitu ekspektasi harga, variance harga dan variabel lainnya. Selanjutnya De Wet (2005) menggunakan model GARCH untuk menganalisis mengenai risiko karena adanya fluktuasi pada tiga variabel finansial. Analisis dilakukan secara simultan dengan menggunakan data mingguan. Berdasarkan pada uraian tersebut, bagian terakhir bab ini akan menyimpulkan mengenai model ekonomi rumahtangga petani. Model ekonomi rumahtangga petani digunakan karena adanya keterkaitan antara keputusan produksi dan konsumsi yang terdapat pada rumahtangga petani yang berperan ganda sebagai produsen dan konsumen. Model ekonomi rumahtangga petani dapat dibangun secara separable atau recursive maupun non separable atau non recursive. Model separable atau recursive digunakan karena keputusan produksi mempengaruhi keputusan konsumsi tetapi keputusan produksi tidak dipengaruhi oleh keputusan konsumsi. Sedangkan dalam model non separable, keputusan produksi mempengaruhi dan dipengaruhi keputusan konsumsi. Dalam model separable atau recursive, variabel harga sebagai variabel eksogen sebaliknya dalam model non separable, variabel harga merupakan variabel endogen. Adapun pendekatan yang digunakan dalam menganalisis model ekonomi rumahtangga petani dapat dilakukan dengan persamaan simultan. Persamaan dalam model pada intinya mencakup kegiatan produksi, seperti penawaran output atau produksi, kegiatan konsumsi seperti permintaan barang konsumsi atau pengeluaran, dan alokasi tenaga kerja seperti permintaan dan penawaran tenaga

17 29 kerja. Persamaan-persamaan yang dibangun tersebut dikembangkan sesuai dengan fenomena yang terjadi di lapangan. Penelitian-penelitian mengenai ekonomi rumahtangga petani sudah banyak yang melakukan baik di Indonesia maupun di negara lain. Di Indonesia penelitian risiko masih sedikit yang melakukan dan hanya difokuskan pada kegiatan produksi, sementara itu penelitian model ekonomi rumahtangga petani pada umumnya jarang yang mengakomodasi unsur risiko produksi maupun risiko harga produk. Dengan memperhatikan hal tersebut maka penelitian ini akan mengakomodasi unsur risiko produksi dan risiko harga produk dalam model ekonomi rumahtangga petani sayuran. Selain hal tersebut diatas, dapat dilihat dari segi metodologi, yang mana dalam kaitannya dengan pengukuran risiko khususnya risiko produksi, yang diukur dari nilai variance, telah menggunakan model GARCH (1,1) yang sudah mengakomodasi pendugaan secara sekaligus untuk fungsi produksi rata-rata (mean production function) dan variance (variance production function). Dari hasil estimasi, nilai variance dari setiap responden selanjutnya akan dimasukkan dalam model ekonomi rumahtangga petani. Selain nilai variance produksi, beberapa variabel seperti variance harga, ekspektasi produksi dan ekspektasi harga juga diakomodasi ke dalam model ekonomi rumahtangga petani sayuran.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Memahami konsep risiko secara luas merupakan dasar yang sangat penting untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian 3.1.1 Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Pada umumnya rumahtangga pertanian di pedesaan mempunyai ciri semi komersial karena penguasaan skala

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN 7.1. Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai faktor ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Ekonomi Rumahtangga Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu konsep yang fleksibel. Konsep rumahtangga ini menyangkut bagian keluarga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Untuk menjawab tujuan penelitian ini telah dilakukan analisis perilaku rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA PRODUK DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG DISERTASI

PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA PRODUK DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG DISERTASI PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA PRODUK DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG DISERTASI ANNA FARIYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN 312 VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Berdasarkan teori, keputusan rumahtangga berkaitan dengan keputusan curahan kerja, produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 24 III. KERANGKA TEORITIS Bab ini menjelaskan beberapa teori yang terkait dengan penelitian, yaitu teori produksi, risiko produksi dan preferensi risiko petani. Kerangka pemikiran disajikan dalam Sub Bab

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Model Peluang Kerja Suami dan Istri di luar Sektor Perikanan Secara teoritis, setiap anggota rumahtangga akan mencurahkan waktunya pada pekerjaan tertentu. Hal tersebut dilakukan

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang 302 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang dikuasai rumahtangga petani, harga bayangan pupuk, tenaga kerja dalam keluarga dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Organik Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hayati dapat terjadi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) Volume 3, Nomor 1, Juli 2012 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KARET DI KABUPATEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Konseptual Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan kesuburan lahan melalui siklus

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal 18 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal dikarenakan sebagian besar pola usaha nelayan masih berskala kecil, bersifat tradisional

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 7.1. Karakteristik Umum Responden Responden penelitian ini adalah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang sedang memperoleh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi 153 V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi rumahtangga pertanian yang menjadi objek penelitian ini. Variabel-variabel yang

Lebih terperinci

VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi

VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi 243 VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi rumahtangga petani tanaman pangan menggunakan model

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM BESARAN KARAKTERISTIK MARKETABLE SURPLUS BERAS Oleh : Nunung Kusnadi Rita Nurmalina

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga

Lebih terperinci

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI 69 VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI 6.1. Kinerja Umum Model Hal yang perlu diperhatikan di dalam model adalah terpenuhinya kriteria ekonomi, kriteria statistik dan kriteria

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana halnya di negara-negara Asia Tenggara, konsep pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana halnya di negara-negara Asia Tenggara, konsep pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengalaman Empiris Sebagaimana halnya di negara-negara Asia Tenggara, konsep pertanian terpadu yang melibatkan pola sistem integrasi tanaman-ternak, sebenarnya sudah diterapkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Ketahanan pangan rumahtangga pada hakekatnya merupakan kondisi terpenuhinya pangan yang tercennin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA 233 IX. DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA Secara teoritis kinerja ekonomi rumahtangga petani dipengaruhi oleh perilaku rumahtangga dalam kegiatan produksi,

Lebih terperinci

VI. PENGARUH PERILAKU PETANI DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU

VI. PENGARUH PERILAKU PETANI DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU VI. PENGARUH PERILAKU PETANI DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU Penelitian ini membagi responden berdasarkan agroekosistem (pegunungan, sawah dan tegalan) dan sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TALAS (Colocasia giganteum (L.) Schott) DI KELURAHAN SITU GEDE KOTA BOGOR M RANDI JUNAID ASSAFA

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TALAS (Colocasia giganteum (L.) Schott) DI KELURAHAN SITU GEDE KOTA BOGOR M RANDI JUNAID ASSAFA ANALISIS RISIKO PRODUKSI TALAS (Colocasia giganteum (L.) Schott) DI KELURAHAN SITU GEDE KOTA BOGOR M RANDI JUNAID ASSAFA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu output yang diharapkan dalam pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut Menteri Kesehatan (2000), SDM

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dilandasi oleh teori-teori mengenai konsep marketable dan marketed surplus, serta faktor-faktor yang memepengaruhinya.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA EMIKIRAN 3.1. Kerangka emikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Risiko memiliki beberapa pengertian, menurut Harwood (1999) risiko merupakan kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada peternak plasma ayam broiler di Dramaga Unggas Farm, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan Kota Bogor khususnya

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT Oleh: Memed Gunawan dan Ikin Sadikin Abstrak Belakangan ini struktur perekonomian masyarakat pedesaan Jawa Barat telah

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

IV. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 59 IV. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Dalam bab ini akan diuraikan beberapa teori, konsep atau pendekatan yang akan digunakan dalam analisis kinerja pola PIR kelapa sawit di Sumatera Selatan, terutama yang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar Ubi jalar telah banyak diteliti dari berbagai bidang disiplin ilmu, akan tetapi penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani belum pernah dilakukan.

Lebih terperinci

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN

X. KESIMPULAN DAN SARAN 254 X. KESIMPULAN DAN SARAN 10. 1. Kesimpulan 1. Struktur kemitraan dalam pola perusahaan inti rakyat (pola PIR) dan perilaku peserta PIR kelapa sawit di Sumatera Selatan (inti, petani plasma dan koperasi)

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan

Lebih terperinci

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: USAHATANI GUREM DAN KEPUTUSAN ALOKASI TENAGA KERJA KELUARGA

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: USAHATANI GUREM DAN KEPUTUSAN ALOKASI TENAGA KERJA KELUARGA SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: USAHATANI GUREM DAN KEPUTUSAN ALOKASI TENAGA KERJA KELUARGA Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam pembangunan pertanian ke

KERANGKA PEMIKIRAN. Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam pembangunan pertanian ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Analisis Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam pembangunan pertanian ke depan utamanya dalam hal penyediaan bahan pangan terutama beras, semakin berat mengingat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik Produksi pangan dunia meningkat secara drastis karena ditunjang dengan adanya revolusi hijau, sehingga mampu mengatasi masalah rawan pangan di negaranegara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERILAKU PETANI TERHADAP RISIKO USAHATANI KEDELAI DI KECAMATAN JAWAI SELATAN KABUPATEN SAMBAS DEWI KURNIATI

PERILAKU PETANI TERHADAP RISIKO USAHATANI KEDELAI DI KECAMATAN JAWAI SELATAN KABUPATEN SAMBAS DEWI KURNIATI PERILAKU PETANI TERHADAP RISIKO USAHATANI KEDELAI DI KECAMATAN JAWAI SELATAN KABUPATEN SAMBAS DEWI KURNIATI Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian UNTAN ABSTRACT This research aimed determine the

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO). 29 KERANGKA PEMIKIRAN Lahan dan air adalah sumberdaya alam yang merupakan faktor produksi utama selain input lainnya yang sangat mempengaruhi produktivitas usahatani padi sawah. Namun, seiring dengan semakin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Pertanian 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan rumahtangga pertanian sebagai rumah tangga yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Studi-studi ekonomi rumahtangga yang dilakukan secara simultan pada umumnya menggunakan kerangka pemikiran model ekonomi rumahtangga yang dirumuskan oleh Becker (1965) yang selanjutnya

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas Abstract This research aimed to determine the risk of production and income in a group of farmers who use local seeds and farmers

Lebih terperinci