III. KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 III. KERANGKA EMIKIRAN 3.1. Kerangka emikiran Teoritis Konsep Risiko Risiko memiliki beberapa pengertian, menurut Harwood (1999) risiko merupakan kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Menurut Kountur (2004), risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ketidakpastian ini akibat dari kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut dengan apa yang akan terjadi. Sedangkan Robison dan Barry (1987) menyatakan bahwa risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman. Risiko juga menunjukkan peluang terjadinya peristiwa-peristiwa yang menghasilkan pendapatan diatas atau dibawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan. Secara umum, risiko dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Risiko Spekulatif (speculative risk) Risiko spekulatif adalah risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan. Risiko ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau bisnis. Beberapa jenis risiko yang tergolong dalam risiko spekulatif adalah risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko operasional. 2. Risiko Murni (pure risk) Risiko murni adalah risiko yang hanya mengandung satu kemungkinan, yaitu kemungkinan rugi saja. Beberapa jenis risiko dari risiko murni yaitu risiko aset fisik, risiko karyawan, dan risiko legal. Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory) berdasarkan konsep expected utility model (Robison dan Barry 1987). Dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) tetapi kepuasan (utility). Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan adalah berhubungan positif, 16

2 dimana jika tingkat kepuasan meningkat maka pendapatan yang akan diperoleh juga meningkat. Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besarnya return yang akan diterima oleh pengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan bahwa return yang diterima juga akan lebih besar. ola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko. erilaku pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Robison dan Barry 1987), yaitu : 1. embuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan. 2. embuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan. 3. embuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan Risiko ertanian Risiko pertanian merupakan beragam risiko yang dihadapi dibidang pertanian yang muncul dari berbagai sumber-sumber penyebab munculnya risiko. Harwood (1986) menjelaskan bahwa terdapat lima sumber utama yang menyebabkan munculnya risiko pada pertanian, yaitu : 17

3 1. Risiko roduksi atau Hasil anen Risiko produksi dapat terjadi karena disebabkan oleh kejadian-kejadian yang tidak terduga. Kejadian tersebut seperti cuaca yang sering berubah-ubah tidak menentu, suhu yang ekstrim, hama, dan penyakit. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan mempengaruhi masa panen dan dapat menyebabkan hasil produksi yang tidak menentu. Sehingga, hal tersebut secara langsung akan mempengaruhi pendapatan petani. 2. Risiko Harga atau asar Harga atau risiko pasar mencerminkan risiko yang terkait dengan perubahan dalam harga output atau input yang mungkin terjadi setelah komitmen untuk produksi telah dimulai. Risiko pasar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Kondisi permintaan atau penawaran yang tersebut akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan diperoleh petani dan pedagang. Oleh karena itu, secara tidak langsung risiko pasar sangat mempengaruhi pendapatan yang akan diterima petani dan pedagang. 3. Risiko Kelembagaan Risiko karena kelembagaan terjadi karena adanya hasil dari perubahan dalam kebijakan dan peraturan, sehingga berpengaruh pada pertanian. Contohnya adalah perubahan peraturan pemerintah tentang penggunaan pestisida pada tanaman atau obat-obatan pada ternak. Dengan adanya kebijakan tersebut dapat mengubah biaya produksi seperti meningkatkan harga komoditas, sehingga membuat permintaan menurun dan pendapatan berkurag. Risiko akibat kelembagaan lainnya yang mungkin timbul dari adanya perubahan kebijakan adalah pembatasan dalam praktek konservasi atau penggunaan lahan, perubahan pajak penghasilan kebijakan, kebijakan kredit, dan lain-lain. 4. Risiko ersonal etani juga merupakan salah satu penyebab terjadinya risiko atau dapat disebut juga risiko yang diakibatkan oleh manusia. Kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti kematian, kecelakaan, kesehatan dapat mempengaruhi perusahaan. Kejadian tersebut dapat berpengaruh pada sistem kinerja pada perusahaan, seperti menurunnya produktivitas. Selain itu, adanya kelalaian manusia seperti 18

4 kebakaran, kehilangan atau kerusakan, pencurian juga merupakan penyebab risiko yang dapat merugikan perusahaan. 5. Risiko Finansial Risiko ini dapat terjadi karena adanya peminjaman yang dilakukan oleh petani. Adanya pinjaman tersebut, membuat petani harus menyisihkan pendapatannya untuk membayar hutang. Risiko ini terjadi ketika petani tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana perubahan suku bunga dimasa yang akan datang, atau ketidaktahuan tentang sistem peminjaman yang ditawarkan. Sehingga, dengan ketidaktahuan tersebut, petani tidak dapat melunasi hutanghutangnya Konsep ermintaan dan enawaran Firdaus (2008) menyatakan bahwa permintaan merupakan keinginan konsumen untuk membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Ahli ekonomi mengatakan bahwa permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait, tingkat pendapatan per kapita, selera atau kebiasaan, jumlah penduduk, perkiraan harga di masa mendatang, distribusi pendapatan, dan usahausaha produsen meningkatkan pendapatan. ermintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktorfaktor yang mempengaruhinya disebut sebagai fungsi permintaan. Dengan fungsi permintaan, dapat diketahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. ersamaan fungsi permintaan dapat disusun sebagai berikut : D x = f ( x, y, Y, T, N) dimana : D x = permintaan akan barang x x = harga x y = harga y Y = pendapatan per kapita 19

5 T = selera N = jumlah penduduk D x merupakan variabel tidak bebas, karena besar nilainya ditentukan oleh variabel lain. x, y, Y, T, N adalah variabel bebas karena besar nilainya tidak tergantung besarnya variabel lain. Tanda positif dan negatif menunjukkan pengaruh masing-masing variabel babas terhadap permintaan akan barang x. ada hakikatnya, hukum permintaan menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang, maka semakin banyak permintaan atas barang tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan atas barang tersebut (Firdaus 2008). Untuk menciptakan terjadinya suatu transaksi dalam sebuah pasar tidak hanya permintaan yang diperlukan, namun juga diperlukan penawaran. Menurut McConnel dan Brue (1990), penawaran adalah sebuah daftar yang menunjukkan jumlah suatu produk yang ingin dan dapat diproduksi oleh produsen dan tersedia di pasar pada harga dan waktu tertentu. Dalam analisis ekonomi, jumlah barang yang ditawarkan berarti jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu. Sedangkan penawaran berarti keseluruhan dari kurva penawaran. Faktorfaktor yang menentukan tingkat penawaran adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait, harga faktor produksi, biaya produksi, teknologi produksi, jumlah pedagang atau penjual, tujuan perusahaan, dan kebijakan pemerintah. enawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktorfaktor yang mempengaruhinya disebut sebagai fungsi penawaran. enawaran secara matematis yang menjelaskan hubungan antara tingkat penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah sebagai berikut : S x = f( x, y, i, C, tek, ped, tuj, kebij) dimana : S x = penawaran atas barang x x = harga x y = harga y i = harga input/ faktor produksi C = biaya produksi 20

6 tek = teknologi produksi ped = jumlah pedagang/ penjual tuj = tujuan perusahaan kebij = kebijakan pemerintah ada dasarnya, hukum penawaran manyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para penjual. Dan sebaliknya, jika senakin rendah harga suatu barang maka semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh penjual (Firdaus 2008) Ketidakstabilan Harga Barang ertanian Dalam jangka pendek harga hasil pertanian cenderung mangalami fluktuasi yang sangat besar. Harga mencapai tingkat yang tinggi sekali pada suatu saat dan mengalami kemerosotan yang tajam pada saat berikutnya. Ketidakstabilan harga tersebut dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran barang pertanian yang sifatnya tidak elastis. Sifat ini menyebabkan perubahan yang sangat besar atas tingkat harga apabila permintaan atau penawaran mengalami perubahan. Faktor yang menyebabkan ketidakstabilan harga pertanian dalam jangka pendek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) fluktuasi permintaan, dan (2) fluktuasi penawaran. (1) Fluktuasi ermintaan Dalam jangka panjang maupun jangka pendek, permintaan akan barang pertanian bersifakt tidak elastis. Dalam jangka panjang disebabkan elastisitas pendapatan dari permintaan barang-barang pertanian rendah, yaitu kenaikan pendapatan hanya menimbulkan kenaikan yang kecil atas permintaan. Dalam jangka pendek tidak elastis karena sebagian besar barang-barang hasil pertanian merupakan barang kebutuhan pokok yang harus digunakan setiap hari. Setiap perekonomian tidak selalu mencapai tingkat kegiatan yang tinggi, adakalanya mengalami resesi dan kemunduran, atau mencapai tingkat ekonomi yang tinggi. erubahan tersebut akan mempengaruhi permintaan barang atau jasa, termasuk hasil pertanian. erubahan permintaan yang disebabkan oleh naik turunnya kegiatan ekonomi ini akan menimbulkan perubahan harga. Akan tetapi, 21

7 sifat perubahan harga ini berbeda untuk berbagai jenis barang. Barang-barang pertanian cenderung mengalami perubahan harga yang lebih besar daripada harga barang-barang industri. Sifat perubahan seperti itu disebabkan penawaran harga barang-barang pertanian, seperti juga dengan sifat permintaannya adalah tidak elastis. Ketidakstabilan penawaran barang pertanian yang diikuti dengan ketidakelastisan permintaannya menyebabkan perubahan harga yang sangat besar apabila terjadi perubahan permintaan. p D p1 D p E p S D i1 D S E i p 1 E p1 E i1 O q q 1 a. Barang ertanian b. Barang Industri Gambar 3. Akibat erubahan Harga Terhadap Harga Sumber : Firdaus (2008) Q O Q Q Q Dari Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa pada tingkat perubahan permintaan yang sama (kurva D menjadi D 1 ), tetapi perubahan tingkat penawaran yang berbada -dimana elastisitas barang industri lebih elastis daripada barang pertanian- menyebabkan harga barang di sektor pertanian mengalami penurunan yang jauh lebih basar daripada harga barang di sektor industri (Firdaus 2008). (2) Fluktuasi enawaran enawaran dan permintaan barang-barang pertanian barsifat tidak elastis. Ada beberapa faktor yang menyebabkan penawaran barang-barang pertanian bersifat tidak elastis, yaitu sebagai berikut : a. Barang pertanian sangat tergantung oleh faktor alam dan dihasilkan secara musiman. b. Kapasitas memproduksi sektor pertanian cenderung untuk mencapai tingkat yang tinggi dan tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan 22

8 Tingkat produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh faktot-faktor yang berada di luar kemampuan para petani untuk mengendalikannya. ada umumnya produksi hasil pertanian selalu berubah-ubah dari satu musim ke musim lainnya. erubahan musim dipengaruhi oleh cuaca, iklim, dan faktor alamiah lainnya. Selain itu, serangan hama dan penyakit dapat mempengaruhi produksi hasil pertanian. Faktor-faktor tersebut menyebabkan perubahan yang relatif besar jika dibandingkan dengan perubahan produksi kegiatan industri. ermintaan akan barang-barang pertanian yang tidak elastis menyebabkan harga mengalami perubahan yang sangat besar jika penawaran hasil pertanian mengalami perubahan. S S 1 S S p D p E p D i E i E i1 p 1 E p1 O q q 1 a. Barang ertanian b. Barang Industri Gambar 4. Akibat erubahan enawaran Terhadap Harga Sumber : Firdaus (2008) Q O q q Q Dari Gambar 4, terlihat bahwa pada tingkat perubahan penawaran yang sama (kurva S menjadi S 1 ), tetapi perubahan tingkat permintaan yang berbeda - dimana elastisitas barang industri lebih elastis daripada barang hasil pertanian - menyebabkan harga barang di sektor pertanian mengalami penurunan yang jauh lebih basar daripada harga barang di sektor industri (Firdaus 2008) Strategi Mengatasi Risiko Risiko atau ketidakpastian dalam agribisnis dapat terjadi kapanpun. Risiko tersebut diantaranya adalah bencana alam, gagal panen, kecelakaan, perubahan harga, perubahan selera konsumen, dan lain-lain. Adanya risiko-risiko tersebut memberikan ancaman bagi para pelaku agribisnis yang mengakibatkan pada 23

9 menurunnya pendapatan petani atau pedagang. Oleh karena itu, diperlukan sebuah upaya atau strategi untuk mengatasi risiko yang mungkin terjadi itu. Harwood (1999) mangatakan bahwa pertanian memiliki empat risiko yang biasanya dihadapi yaitu risiko produksi, risiko pasar, risiko hukum, dan risiko personal. Menurut Gumbira el al. (2004), terdapat upaya yang dapat dilakukan oleh pelaku agribisnis untuk mentrasfer risiko dan mengurangi dampak suatu risiko terhadap kelangsungan usahanya. Gumbira et al. (2004) juga mengatakan bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi risiko pasar atau risiko harga terdapat beberapa cara, yaitu : 1. Diversifikasi Diversifikasi merupakan salah satu cara untuk mengeliminasi dampak negatif atau risiko yang dihadapi oleh seorang pengusaha agribisnis. Bergerak pada lini usaha yang memiliki risiko yang berbeda memungkinkan kerugian yang diderita oleh pengusaha pada suatu lini produk tertentu dapat ditutupi dengan keuntungan pada lini produk lainnya. 2. Integrasi Vertikal Integrasi vertikal dapat berarti mikro dan makro. Dalam arti mikro, integrasi vertikal berarti suatu perusahaan yang bergerak pada dua atau lebih level dalam suatu sistem komoditas. Sedangkan, dalam arti makro berarti dua atau lebih perusahaan memiliki keterkaitan bisnis yang kuat dalam suatu sistem komoditas tertentu. Integrasi vertikal tersebut dapat berupa diversifikasi usaha dalam suatu sistem komoditas atau melakukan kerjasama yang kuat dengan pelaku bisnis lainnya dalam komoditas tersebut. Dengan adanya integrasi vertikal tersebut dapat menjamin risiko kekurangan bahan baku, menjamin pemasaran produk, melindungi diri dari perilaku pesaing yang dapat membahayakan kelanjutan usaha, melindungi diri dari permainan yang tidak adil oleh pelaku bisnis dari level yang lain dalam suatu sistem komoditas, dan lain-lain. 3. enerapan Teknologi erkembangan teknologi yang semakin canggih, dapat dimanfaatkan para petani atau pengusaha agrinisnis sebagai suatu alat meminimalisir risiko dengan menerapkan sistem teknologi yang tepat. Hal tersebut dapat menyebabkan 24

10 produktivitas sumberdaya meningkat sehingga dapat meningkatkan efisiensi usaha yang dapat menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasaran. 4. Kontrak di Muka (forward contracting) Kontrak dimuka adalah suatu proses persetujuan pengiriman produk pada masa mendatang dengan harga yang telah ditetapkan sekarang. Dengan sistem ini, produsen mempunyai kewajiban untuk mengirimkan produk pada waktu yang telah disepakati bersama dan pembeli harus menerima produk tersebut sesuai perjanjian. Dengan adanya sistem ini, maka kepastian harga akan lebih terjamin bagi produsen. Fluktuasi harga yang akan terjadi tidak akan mempengaruhi tingkat harga yang telah disepakati pada saat persetujuan kontrak dibuat. Sehingga, produsen bisa meminimalisir risiko harga yang akan mereka hadapi seperti fluktuasi harga di masa yang akan datang. 5. asar Masa Depan (future market) Future Market adalah suatu sistem pasar yang menyediakan fasilitas untuk menanggapi perdagangan secara cepat dalam unit produk terstandarisasi dalam mutu dan jumlah yang akan dikirim pada masa yang akan datang. ada pasar masa depan ini, para pedagang menjual barangnya namun melalui sistem perjanjian atau kontrak, dimana barang atau komoditas akan dikirim pada masa yang telah ditentukan. Future market ini memiliki manfaat dalam mengurangi risiko dimana para pedagang sudah memiliki kepastian tentang siapa, berapa, dan kapan komoditasnya akan terjual. 6. Usaha erlindungan (Hedging) Hedging adalah suatu upaya perlindungan risiko transaksi dalam cash market dengan forward contracting yang menggunakan future market dan mengambil posisi yang sama besar, tetapi berlawanan pada cash market dan future market secara simultan. Hedging adalah sarana untuk mentransfer risiko dan memupuk keuntungan. Dengan adanya hedging, risiko dapat diminimalisir dengan cara mentransfer risiko. Selain itu, hedging juga membantu dalam hal memperoleh keuntungan yang lebih. 25

11 7. asar Opsi (option market) asar opsi merupakan tempat dimana terjadinya transaksi jual-beli yang memberikan hak kepada pembeli opsi untuk memilih posisi sebagai pembeli, penjual future contract, atau tidak memilih sama sekali. ada pasar opsi, para pembeli opsi dapat membeli atau menjual future contract pada waktu tertentu, pada masa yang akan datang untuk suatu tingkat harga yang telah disepakati pada saat opsi dibeli. asar opsi ini bertujuan untuk menghindari risiko dan biaya yang besar karena kemungkinan terjadinya kesalahan proyeksi mengenaik arah pergerakan harga Analisis Risiko Metode ARCH-GARCH Vose (2008) menyatakan bahwa model ARCH dikembangkan untuk menghitung dengan memungkinkan pengelompokan periode volatilitas (heteroskedastisitas, atau data yang memiliki varians yang berbeda). Salah satu asumsi dalam model regresi yang sebelumnya digunakan untuk analisis frekuensi tinggi data keuangan adalah bahwa istilah kesalahan memiliki varians konstan. Engle seseorang yang memenangkan Nobel Memorial rize for Economics ditahun 1982, memperkenalkan model ARCH dan menerapkan model ARCH kedalam data inflasi kuartalan Inggris. ARCH kemudian digeneralisasi ke GARCH oleh Bollerslev, yang telah terbukti lebih berhasil dalam menyesuaikan terhadap data keuangan. Bollerslev membiarkan residuals kembali, dan membuktikan bahwa r t = μ + σ t z t, dimana z t adalah variabel independen, terdistribusi normal (0,1). Dimana ω > 0, a i > 0, i = 1,, q dan yang terakhir a i > 0. Kemudian, r t dikatakan mengikuti autoregressive conditional hateriskedastic, ARCH (q), yang di proses oleh μ. Model ini adalah ragam dari error yang memiliki fungsi varian dari error sebelumnya (r t-1 - μ). Nilai a i > 0, ini mempunyai efek dalam menentukan pengelompakan volatilitas yang rendah atau tinggi. 26

12 Jika ARMA (autoregressive moving average) diasumsikan untuk varian, maka r t dikategorikan dalam generalised autoregressive conditional heteroskedastic atau GARCH (p,q) dengan model : dimana p menggambarkan nilai GARCH, dan q menggambarkan nilai dari ARCH, ω > 0, a i > 0, i = 1,, q; b j > 0, j = 1,, p dan nilai a i atau b i > 0. Dalam penerapannya, model yang sering digunakan adalah GARCH (1,1): erhitungan VaR Value At Risk adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu/periode tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep VAR berdiri di atas dasar observasi statistik atas data-data historis dan relatif dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang bersifat obyektif. VaR dapat dikatakan merangkum seluruh substansi yang ingin ditangkap dari alatalat atau metode-metode tersebut. VaR juga mengakomodasi kebutuhan untuk mengetahui potensi kerugian atas nilai tertentu. erhitungan VaR dengan periode waktu yang berbeda-beda yaitu satu hari, tujuh hari dan 30 hari. Secara matematis VaR dapat didefinisikan sebagai berikut (Jorion 2002) : dimana : VaR = besarnya risiko B = eriode investasi Z α W = Titik kritik dalam tabel Z dengan selang kepercayaan 95 persen = Besarnya investasi σ t+1 = Volatilitas yang akan datang dimana σ t = h t 27

13 3.2. Kerangka emikiran Operasional usat romosi dan emasaran Bunga/ Tanaman Hias Rawabelong merupakan instlasi usat romosi dan emasaran Holtikultura yang merupakan salah satu Unit elaksana Teknis (UT) Dinas Kelautan dan ertanian rovinsi DKI Jakarta. Di instalasi ini merupakan pusat transaksi bunga potong baik bunga gunung, anggrek, bunga tabur, daun pelengkap rangkaian maupun aksessorisnya. Transaksi perdagangan bunga beserta aksessorisnya yang terjadi di asar Bunga Rawabelong mulai dari eceran sampai dengan jumlah besar. Bunga krisan merupakan komoditas florikultura unggulan yang banyak ditanam dan dikembangkan oleh petani di Indonesia. Bunga krisan merupakan salah satu bunga yang ditawarkan di asar Bunga Rawabelong. Secara umum, harga bunga krisan cenderung berfluktuasi. Hal tersebut dikarenakan penawaran dan permintaan untuk bunga krisan sering berubah-ubah. Selain dipengaruhi oleh jumlah penawaran dan permintaannya, harga bunga krisan juga dipengaruhi oeh beberapa faktor yang lainnya. Kondisi-kondisi tersebut mengakibatkan ketidakpastian pada petani dan pedagang, terutama ketidakpastian pendapatan. Berdasarkan data harga bunga krisan rata-rata yang terdapat di asar Bunga Rawabelong, harga bunga krisan cenderung mengalami fluktuasi yang cukup tinggi, kondisi tersebut dapat terlihat dari harga bunga krisan yang berubahubah setiap minggunya. Selain itu, terlihat bahwa terdapat selisih harga yang besar antara harga bunga krisan yang tertinggi dan harga bunga krisan yang terendah. Adanya kondisi yang tidak menentu tersebut, menunjukkan bahwa terdapat risiko yang harus ditanggung oleh pihak-pihak terkait yang mengusahakan komoditas tersebut seperti para pedagang bunga krisan, yang berarti bahwa adanya kemungkinan kerugian yang harus ditanggung para pedagang dalam mengusahakan bisnisnya. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran risiko untuk mengukur tingkat risiko yang dihadapi para pedagang bunga krisan. Dengan pengukuran risiko, diharapkan dapat membantu para pedagang bunga krisan untuk mengetahui besarnya risiko yang akan dihadapi serta mengetahui bagaimana cara meminimalisir risiko tersebut. 28

14 engukuran tingkat risiko yang dihadapi para pedagang bunga krisan di asar Bunga Rawabelong dapat dilakukan dengan metode peramalan time series ARCH-GARCH. Dengan metode peramalan time series ARCH-GARCH akan terbentuk sebuah model yang dapat meramalkan kondisi harga pada bunga krisan. Metode ARCH-GARCH tersebut juga berhubungan dengan pengukuran tingkat risiko yang disebut Value at Risk (VaR). Dengan mengetahui tingkat risiko yang akan dihadapi tersebut, maka dapat diketahui besarnya kemungkinan kerugian yang dihadapi pedagang. Selain itu juga dapat diketahui bagaimana strategi yang dilakukan pedagang dalam menghadapi atau meminimalisir risiko yang akan dihadapi oleh para pedagang bunga krisan. Sehingga, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para pedagang bunga krisan serta UT asar Bunga Rawabelong selaku pengelola. Secara sistematik kerangka pemikiran operasional penelitian risiko harga pada bunga krisan dapat dilihat pada Gambar 5. Fluktuasi Harga, asokan, dan ermintaan Bunga Krisan Cipanas dan Krisan t Risiko Harga Bunga Krisan Cipanas dan Krisan t Kerugian yang Dihadapi edagang Bunga Krisan Cipanas dan Krisan t Unit elayanan Terpadu (UT) asar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat Strategi edagang Bunga Krisan dalam Menghadapi atau Meminimalisir Risiko Gambar 5. Kerangka emikiran Operasional 29

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Memahami konsep risiko secara luas merupakan dasar yang sangat penting untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Holtikultura

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses pengambilan keputusan di suatu instansi. Untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses pengambilan keputusan di suatu instansi. Untuk melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan di suatu instansi. Untuk melakukan peramalan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian tentang risiko harga sayuran di Indonesia mencakup komoditas kentang, kubis, dan tomat dilakukan di Pasar Induk Kramat Jati, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar uang tersebut dinamakan kurs atau exchange rate. uang tersebut merupakan salah satu aset finansial yang dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. tukar uang tersebut dinamakan kurs atau exchange rate. uang tersebut merupakan salah satu aset finansial yang dapat mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang memegang peranan penting dalam perekonomian setiap negara. Aktifitas ekonomi yang dapat dilakukan suatu negara dengan menggunakan uang adalah perdagangan, baik

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esti Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esti Pertiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama sebagai salah satu faktor dalam pengambilan keputusan. Peramalan biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat. Hal ini mendorong manusia untuk terus berupaya memanfaatkan kemajuan teknologi di antaranya diwujudkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan utama, yaitu investasi dalam bentuk real assets dan investasi dalam bentuk financial assets (Bodie, 2005).

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian mengenai risiko harga dan perilaku penawaran apel dilakukan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang beralamat di Jalan Abdul Gani Atas, Kelurahan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang berguna untuk membantu menjelaskan secara deskriptif

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG 5.1. Pasar Bunga Rawabelong 5.1.1. Sejarah Pasar Bunga Rawabelong Pasar Bunga Rawabelong merupakan salah satu pasar yang dijadikan Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saham adalah surat berharga yang menjadi bukti seseorang berinvestasi pada suatu perusahaan. Harga saham selalu mengalami perubahan harga atau biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjual, menahan, atau membeli saham dengan menggunakan indeks

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjual, menahan, atau membeli saham dengan menggunakan indeks BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pasar modal merupakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO

PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO Risiko merupakan kata yang sudah kita dengar hampir setiap hari. Biasanya kata tersebut mempunyai konotasi yang negatif, sesuatu yang tidak kita sukai, sesuatu yang ingin kita

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku dari harga suatu aset finansial dapat dilihat dari dua parameter,

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku dari harga suatu aset finansial dapat dilihat dari dua parameter, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perilaku dari harga suatu aset finansial dapat dilihat dari dua parameter, yaitu mean dan standar deviasi harga aset tersebut. Dalam bahasa keuangan, standar deviasi

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Organik Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hayati dapat terjadi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi berkaitan dengan penempatan dana ke dalam bentuk aset yang lain selama periode tertentu dengan harapan tertentu. Aset yang menjadi objek investasi seseorang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas ekonomi sebagai bagian dari stabilitas nasional merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas ekonomi sebagai bagian dari stabilitas nasional merupakan salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stabilitas ekonomi sebagai bagian dari stabilitas nasional merupakan salah satu syarat penting bagi keberhasilan pembangunan nasional. Stabilitas tersebut sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara tentang kegiatan pasar modal saat ini tidak terlepas dari apa yang disebut sebagai indeks harga saham. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Kerugian yang tidak diharapkan Risiko Penyimpangan dari yang diharapkan Kejadian yang tidak menguntungkan Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam

Lebih terperinci

VOLATILITAS HARGA JAGUNG DALAM ERA PEMBANGUNAN EKONOMI PERTANIAN BERKELANJUTAN

VOLATILITAS HARGA JAGUNG DALAM ERA PEMBANGUNAN EKONOMI PERTANIAN BERKELANJUTAN P r o s i d i n g 9 VOLATILITAS HARGA JAGUNG DALAM ERA PEMBANGUNAN EKONOMI PERTANIAN BERKELANJUTAN Vi in Ayu Pertiwi, Nur Baladina, Fitrotul Laili Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Email : viinayu@ub.ac.id

Lebih terperinci

PENGAMBILAN RESIKO. Kode Mata Kuliah : OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng.

PENGAMBILAN RESIKO. Kode Mata Kuliah : OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng. PENGAMBILAN RESIKO Kode Mata Kuliah : 0040520 Bobot : 2 SKS OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng. PENDAHULUAN Konsep resiko selalu dikaitkan dengan adanya ketidakpastian pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu. Namun, secara sederhana artinya senantiasa mengena dengan kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor

I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang atau membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Risiko, Manajemen Risiko, dan Manajemen Risiko Finansial

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Risiko, Manajemen Risiko, dan Manajemen Risiko Finansial BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Risiko, Manajemen Risiko, dan Manajemen Risiko Finansial Risiko adalah kerugian akibat kejadian yang tidak dikehendaki muncul. Risiko diidentifikasikan berdasarkan faktor penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sumber tetap yang terjadi berdasarkan waktu t secara berurutan dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu sumber tetap yang terjadi berdasarkan waktu t secara berurutan dan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Data time series merupakan serangkaian data pengamatan yang berasal dari satu sumber tetap yang terjadi berdasarkan waktu t secara berurutan dan dengan interval

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern ini sudah tidak asing lagi didengar kata investasi, investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan

Lebih terperinci

2016 PENGUKURAN RISIKO KREDIT OBLIGASI PENDEKATAN FIRST PASSAGE TIME DAN OPTIMISASI PORTOFOLIO DENGAN MEAN VARIANCE EFFICIENT PORTFOLIO

2016 PENGUKURAN RISIKO KREDIT OBLIGASI PENDEKATAN FIRST PASSAGE TIME DAN OPTIMISASI PORTOFOLIO DENGAN MEAN VARIANCE EFFICIENT PORTFOLIO 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara karena memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam menjalankan fungsi

Lebih terperinci

PENGERTIAN INVESTASI

PENGERTIAN INVESTASI MATERI 1 1 PENGERTIAN INVESTASI Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. DEFINISI INVESTASI Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instrumen keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar modal diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen lainnya. Saham merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Risiko adalah besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani

Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani LAMPIRAN 69 69 Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani Dengan hormat, Perkenalkan saya Andiyono, Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Perusahaan merupakan salah satu bagian penting dari sektor perekonomian suatu negara Apabila kondisi perekonomian suatu negara sedang membaik dan diikuti dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pengambilan keputusan, karena terkadang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan tidak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Abdul Halim, 2005 : 4). Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. (Abdul Halim, 2005 : 4). Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Investasi pada hakikatnya merupakan komitmen terhadap sejumlah sumber daya pada saat ini dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan (Abdul

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Secara umum risiko merupakan ketidakpastian tentang peristiwa masa depan atas

BAB V PENUTUP. Secara umum risiko merupakan ketidakpastian tentang peristiwa masa depan atas BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Secara umum risiko merupakan ketidakpastian tentang peristiwa masa depan atas hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan (Griffin, 2002: 715). Dalam konteks keuangan, risiko

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian khususnya tanaman hortikultura selama ini mempunyai peluang yang besar, tidak hanya sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indeks harga saham merupakan suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham dalam suatu periode, dengan adanya indeks maka dapat diketahui tren yang

Lebih terperinci

Seminar Hasil. Disusun oleh: Inayatus Sholichah. Dosen Pembimbing: Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Dr. Suhartono, M.Sc

Seminar Hasil. Disusun oleh: Inayatus Sholichah. Dosen Pembimbing: Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Dr. Suhartono, M.Sc Seminar Hasil Analisis Volatilitas dan Value at Risk pada Saham Blue Chip dengan Metode ARCH- GARCH. Disusun oleh: Inayatus Sholichah Dosen Pembimbing: Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Dr. Suhartono, M.Sc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat pasca pemulihan krisis ekonomi global pada Tahun 2008, mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada peternak plasma ayam broiler di Dramaga Unggas Farm, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan Kota Bogor khususnya

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENAWARAN APEL

VII ANALISIS PENAWARAN APEL VII ANALISIS PENAWARAN APEL 7.1 Analisis Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Pada penelitian ini penawaran apel di Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dijelaskan dengan

Lebih terperinci

Bab 10 Pasar Keuangan

Bab 10 Pasar Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 133 Bab 10 Pasar Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai pasar keuangan, tujuan pasar keuangan, lembaga keuangan. D alam dunia bisnis terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI INFLASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. A. INFLASI

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Identifikasi sumber risiko yang dilakukan pada usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana ditemukan beberapa risiko yang krusial diantaranya

Lebih terperinci

TEORI EKONOMI MIKRO PENDAHULUAN

TEORI EKONOMI MIKRO PENDAHULUAN TEORI EKONOMI MIKRO ENDAHULUAN Faktor enggerak Kegiatan Ekonomi Kebutuhan Ekonomi, sifatnya tidak terbatas Kelangkaan (Scarcity), ketersediaannya terbatas ilihan (Alternatif)/ Opportunity cost, penggunaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 1 8 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

2016 VOLATILITAS HARGA SAHAM EMERGING MARKET PADA

2016 VOLATILITAS HARGA SAHAM EMERGING MARKET PADA 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Investasi merupakan penanaman dana pada salah stau atau lebih obyek investasi yang dimiliki untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang (Reilly

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal. 80 88 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM)

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM) KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM) Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan Di susun oleh : RATNA INTANNINGRUM 3215076839 Pendidikan Fisika NR 2007 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instrumen derivatif di Indonesia saat ini sudah semakin banyak diminati serta dimanfaatkan penggunaannya oleh banyak perusahaan dan investor. Namun, krisis keuangan

Lebih terperinci