VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan informasi dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki tentang perubahan iklim berbeda-beda. Hasil wawancara yang dilakukan kepada 37 responden yaitu petani Desa Purwasari menyatakan bahwa 43% responden memahami adanya perubahan iklim, 14% responden menyatakan kurang paham mengenai makna perubahan iklim, dan sisanya sebesar 43% responden tidak memahami makna perubahan iklim. Penentuan pemahaman terhadap perubahan iklim didasarkan pada kemampuan petani menjabarkan makna perubahan iklim, sehingga terlihat bahwa masih sedikit responden yang memahami makna perubahan iklim, namun pada umumnya para petani menyadari akan adanya perubahan iklim. Hal ini ditunjukkan bahwa sebesar 81% responden menyadari akan adanya perubahan iklim, sedangkan sisanya yaitu sebesar 19% responden menyatakan bahwa mereka tidak menyadari adanya perubahan iklim. Hasil wawancara terhadap responden menunjukkan bahwa perubahan iklim yang mereka sadari pada umumnya baru mereka rasakan pada waktu 1-2 tahun terakhir ini. Menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan bahwa curah hujan cenderung mengalami penurunan (El Nino) pada tahun )Hasil wawancara bersama Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Ir. Agus, pada tanggal 19 Maret, 2011.

2 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Suhu Udara Responden pada umumnya menyadari adanya perubahan suhu yang terjadi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Hal ini ditunjukkan dari 59% responden menyatakan bahwa suhu udara mengalami peningkatan, 27% responden menyatakan tidak mengetahui tentang perubahan suhu, dan sisanya sebesar 14% responden menyatakan suhu tidak mengalami perubahan (tetap). Hal ini sesuai dengan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang menunjukkan bahwa suhu udara pada lima tahun terakhir di Kabupaten Dramaga Bogor mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,218 o C. Responden pada umumnya menyatakan bahwa perubahan suhu yang terjadi tidak berpengaruh pada hasil produksi padi dan ubi jalar. Grafik temperatur tahunan Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar suhu tahunan suhu normal Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor Gambar 8. Temperatur Tahunan ( O C) Kabupaten Bogor Tahun Penilaian Responden terhadap Curah Hujan Hasil wawancara kepada responden menunjukkan bahwa dari 51% responden menyatakan terjadi peningkatan curah hujan, 12% responden menyatakan tidak mengetahui adanya perubahan curah hujan, 11% menyatakan curah hujan tidak mengalami perubahan sedangkan sisanya menyatakan curah

3 hujan mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Dramaga Bogor yang menunjukkan bahwa data curah hujan wilayah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor pada tahun 2009 cenderung mengalami penurunan, sedangkan data curah hujan pada tahun 2008 cenderung mendekati normal. Bulan Januari curah hujan mengalami penurunan, namun pada bulan Februari hingga Maret, curah hujan justru mengalami peningkatan. Curah hujan kembali menurun dengan penurunan yang cukup besar pada bulan April hingga Mei, sedangkan pada bulan Juni hingga Oktober curah hujan mengalami peningkatan, dan pada akhirnya curah hujan kembali menurun pada bulan November hingga Desember. Curah hujan tahunan di kawasan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor mengalami penurunan pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2008 curah hujan tahunan cenderung mendekati normal. Grafik curah hujan bulanan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Ags Sept Okt Nov Des Tahun 2008 Tahun 2009 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Kabupaten Bogor (2011) Gambar 9. Data Curah Hujan Bulanan (mm) Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun

4 Hasil panen padi menurun diduga karena serangan hama yang timbul akibat terjadinya penurunan curah hujan. Jenis hama yang menyerang pun tidak dapat dibasmi dengan menggunakan pestisida atau obat-obatan Penilaian Responden terhadap Jumlah Hari Hujan Persepsi responden terhadap jumlah hari hujan menunjukkan bahwa dari 54% responden menyatakan telah terjadi peningkatan jumlah hari hujan, sedangkan sebesar 46% responden menyatakan jumlah hari hujan tidak mengalami perubahan atau tetap. Perubahan jumlah hari hujan akan berpengaruh pada perubahan debit mata air, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan debit mata air tidak mengalami perubahan, sedangkan sebesar 8% responden menyatakan bahwa debit air mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan kondisi wilayah kegiatan pertanian terletak di wilayah yang memiliki cukup banyak mata air, sehingga perubahan debit mata air tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas pertanian di wilayah tersebut Penilaian Responden terhadap Produktivitas Padi dan Ubi Jalar Dampak perubahan iklim yang terjadi, mempengaruhi produktivitas usahatani petani Desa Purwasari. Mayoritas responden (81,08%) menyatakan bahwa perubahan iklim menyebabkan produktivitas padi dan ubi jalar mereka mengalami penurunan, sedangkan 18,92% responden menyatakan perubahan iklim tidak mempengaruhi produktivitas hasil tani mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 29 responden yang melakukan pola tanam padi-ubi jalar pada tahun 2008 dan 20 responden yang tidak melakukan perubahan pola tanam, telah terjadi penurunan produktivitas padi dan ubi jalar yang mereka tanam. Penurunan produktivitas yang cukup tajam terjadi pada tahun Penurunan

5 produktivitas padi di Desa Purwasari sebesar 4,22 ton/ha/tahun dan penurunan produktivitas ubi jalar sebesar 1,52 ton/ha/tahun. Responden menyatakan bahwa penurunan produktivitas padi dan ubi jalar tersebut disebabkan karena musim (kemarau dan hujan) yang sudah tidak dapat diprediksi waktunya dan serangan hama yang menyerang hasil panen padi mereka. 6.2 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 45,95% responden menyatakan, mereka telah melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim sedangkan 54,05 % responden menyatakan mereka tidak melakukan adaptasi apapun. Bentuk adaptasi yang dilakukan oleh petani Desa Purwasari pada umumnya yaitu dengan merubah pola tanam mereka. Petani yang tidak melakukan adaptasi disebabkan oleh faktor pemahaman dan informasi mengenai adanya perubahan iklim yang masih minim. Responden menyatakan bahwa mereka tidak ingin mengambil resiko apabila mereka melakukan adaptasi tertentu yang justru akan menimbulkan kerugian bagi usahatani mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 responden yang diwawancarai, terdapat dua bentuk pola tanam yang berbeda, yaitu sebanyak 29 responden melakukan kegiatan pola tanam berupa padi-ubi jalar dan delapan responden melakukan kegiatan pola tanam berupa padi-padi. Responden yang melakukan kegiatan usahatani dengan pola tanam padi-ubi jalar, sebanyak 9 responden telah melakukan adaptasi akibat perubahan iklim, yaitu merubah pola tanam mereka menjadi ubi jalar-ubi jalar, sedangkan sisanya lebih memilih untuk tidak melakukan adaptasi apapun. Seluruh responden yang melakukan kegiatan pola tanam berupa padi-padi, telah melakukan adaptasi akibat perubahan iklim,

6 yaitu dengan cara merubah pola tanam mereka menjadi padi-ubi jalar dan tiga responden lainnya mengganti pola tanam mereka menjadi ubi jalar-ubi jalar. Responden menyatakan bahwa dengan mengganti varietas tanaman padi pada pola tanam dan musim tanam tertentu menjadi tanaman ubi jalar, dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan usahatani padi. Hal ini dikarenakan ubi jalar tidak membutuhkan jumlah air yang cukup banyak dan mudah untuk tumbuh dalam keadaan tanah yang kering atau ketersediaan air yang kurang Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim melalui Pola Tanam Bentuk kegiatan pola tanam yang dilakukan oleh responden terdiri dari dua jenis bentuk pola tanam tiap tahunnya, yaitu padi-ubi jalar dan padi-padi. Responden dalam penelitian ini pada umumnya melakukan kegiatan pola tanam berupa berupa padi-ubi jalar, namun sebanyak 21,62% responden melakukan kegiatan pola tanam berupa padi-padi. Perbedaan pola tanam tersebut dikarenakan adanya budaya turun-temurun dengan latar belakang pendidikan yang rendah, sehingga petani hanya akan mencontoh pola tanam yang sudah ada. beberapa responden mempertimbangkan ketepatan tanaman terhadap kecocokan tanah, iklim dan keuntungan yang diperoleh. Kegiatan pola tanam dalam penelitian ini tidak mengikuti ketetapan dari Dinas Pertanian, karena kawasan irigasi dan luas areal tanam yang pada umumnya kurang dari 0,5 hektar, sehingga penetapan pola tanam dilakukan berdasarkan ketentuan masing-masing petani. Iklim merupakan salah satu faktor penentu penetapan pola tanam dan urutan tanam dalam satu tahun (Sukartaatmadja, 2000). Dampak dari adanya perubahan iklim yang terjadi pada tahun 2009, yang ditandai dengan adanya penurunan curah hujan menyebabkan kegiatan usahatani di beberapa wilayah di

7 Kabupaten Bogor, salah satunya yaitu wilayah Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga menjadi terganggu. Responden yang melakukan kegiatan usahatani dengan bentuk pola tanam padi-ubi jalar, sebanyak 9 responden telah melakukan perubahan pola tanam menjadi ubi jalar-ubi jalar pada tahun 2009, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 20 orang lebih memilih untuk tidak merubah pola tanam mereka. Kondisi pola tanam padi-ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kondisi Pola Tanam Padi-Ubi Jalar Tahun 2008 dan 2009 Pola Tanam Jumlah Tahun Pola Tanam Pola Tanam Keterangan Responden I II 2008 Padi Ubi Jalar 29 Pola tanam dasar Padi Ubi Jalar 20 Pola tanam tetap 2009 Ubi Jalar Ubi Jalar 9 Pola tanam berubah Sumber : Data primer (diolah), 2011 Responden yang melakukan kegiatan usahatani dengan pola tanam padipadi, sebanyak 5 responden telah melakukan perubahan pola tanam menjadi padiubi jalar dan 3 responden lainnya melakukan perubahan pola tanam menjadi ubi jalar-ubi jalar pada tahun Kondisi pola tanam padi-padi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kondisi Pola Tanam Padi-Padi Tahun 2008 dan 2009 Pola Tanam Jumlah Tahun Pola Tanam Pola Tanam Keterangan Responden I II 2008 Padi Padi 8 Pola tanam dasar Padi Ubi Jalar 5 Pola tanam tetap 2009 Ubi Jalar Ubi Jalar 3 Pola tanam berubah Sumber : Data primer (diolah), 2011

8 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim pada Pola Tanam Padi- Ubi Jalar Dampak dari adanya perubahan iklim tersebut menyebabkan sebanyak 31,03% dari 29 responden yang melakukan bentuk pola tanam yang pertama yaitu berupa padi-ubi jalar pada tahun 2008, akhirnya melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi, yaitu dengan merubah pola tanam mereka menjadi ubi jalar-ubi jalar pada tahun Responden menyatakan bahwa perubahan pola tanam tersebut dilakukan agar dapat mengurangi resiko terjadinya penurunan hasil produksi mereka. Hasil panen padi responden mengalami penurunan akibat serangan hama yang menyerang tanaman padi mereka. Hama tersebut timbul karena disebabkan oleh curah hujan yang mengalami penurunan (El Nino) pada tahun 2009 sehingga jenis hama tertentu mudah timbul dan menyerang tanaman padi mereka. Responden menyatakan bahwa dengan mengganti tanaman padi menjadi tanaman ubi jalar dianggap lebih menguntungkan karena tanaman ubi jalar membutuhkan biaya produksi yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman padi, selain itu, komoditas ubi jalar tidak memerlukan banyak air. Mayoritas responden ( 68,96%) yang tetap mempertahankan bentuk pola tanam sebelumnya yaitu padi-palawija memiliki alasan bahwa, mereka selama ini melakukan kegiatan usahatani hanya berdasarkan karena pemikiran unsur keberuntungan, sehingga perubahan iklim yang terjadi tidak mempengaruhi mereka untuk merubah pola tanam.

9 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim pada Pola Tanam Padi- Padi Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% dari 8 responden yang melakukan bentuk pola tanam berupa padi-padi pada tahun 2008 melakukan adaptasi akibat perubahan iklim. Adaptasi yang dilakukan yaitu sebanyak 62,5% responden merubah pola tanam mereka dari padi-padi menjadi padi-ubi jalar, sedangkan sisanya merubah pola tanam mereka menjadi ubi jalar-ubi jalar pada tahun Responden yang merubah pola tanamnya dari padi-padi menjadi padi-ubi jalar menyatakan bahwa perubahan pola tanam tersebut dilakukan karena hasil panen padi mereka terserang hama akibat curah hujan yang mengalami penurunan. Responden tetap mempertahankan menanam padi pada musim tanam pertama karena untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras mereka, sedangkan responden yang merubah pola tanamnya menjadi ubi-ubi, selain karena alasan hama yang menyerang hasil panen padi mereka juga dikarenakan responden tidak ingin mengambil resiko terlalu besar apabila pada tahun berikutnya (tahun 2009) tetap menanam padi baik pada musim tanam pertama maupun musim tanam kedua. 6.3 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi, Penggunaan Input dan Pendapatan Petani Perubahan iklim akan mempengaruhi hasil produksi yang diperoleh petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim menyebabkan hasil produksi padi mengalami penurunan. Perubahan iklim yang terjadi pada tahun 2009 yang ditandai dengan adanya penurunan curah hujan akan berdampak pada penurunan produksi usahatani, sehingga pendapatan petani mengalami penurunan.

10 Respon petani akibat pendapatan yang menurun yaitu melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dampak dari perubahan iklim dalam penelitian ini menyebabkan beberapa responden melakukan adaptasi dengan cara merubah pola tanam mereka, tetapi ada pula yang tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Berubah atau tidaknya pola tanam yang responden lakukan sebagai dampak dari adanya perubahan iklim akan mempengaruhi pendapatan usahatani mereka Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi dan Penggunaan Input Hasil produksi padi pada kondisi terjadinya perubahan iklim yaitu pada tahun 2009 mencapai 0,601 ton. Penurunan hasil produksi padi disebabkan karena serangan hama merah yang timbul pada hasil panen padi mereka, sedangkan pada tahun 2008 yaitu kondisi iklim mendekati normal, hasil produksi adalah sebesar 1,863 ton, sehingga produktivitas padi mengalami penurunan yaitu sebesar 67,76% pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari adanya perubahan iklim (penurunan curah hujan) yang terjadi pada tahun 2009 menyebabkan hasil produksi dan produktivitas padi mengalami penurunan karena adanya serangan hama yang menyerang hasil panen responden. Dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi dan produktivitas dalam penelitian ini merupakan hasil produksi yang dianalisis pada responden yang tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim dengan pola tanam padi-ubi jalar, sehingga luas areal pun tidak mengalami perubahan. Hasil produksi dan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 9.

11 Tabel 9. Rata-Rata Hasil Produksi dan Produktivitas Padi Tahun Tahun Hasil Produksi (Ton) Luas Areal (Ha) Produktivitas (Ton/Ha/Tahun) Perubahan Produktivitas (%) , , ,601 0,36 1,67-67,76 Sumber: Data primer (diolah), 2011 Hasil produksi ubi jalar pada tahun 2009 lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi ubi jalar pada tahun 2008 yaitu sebanyak 3,5 ton. Hal ini dikarenakan komoditas ubi jalar tidak membutuhkan banyak air, sedangkan pada tahun 2008 walaupun kondisi curah hujan mendekati normal, namun cenderung mengalami sedikit peningkatan sehingga hasil produksi ubi jalar pada tahun 2008 lebih sedikit. Hasil produksi dan produktivitas ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-Rata Hasil Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar Tahun 2008 dan 2009 Tahun Hasil Produksi (Ton) Luas Areal (Ha) Produktivitas (Ton/Ha/Tahun) Perubahan Produktivitas (%) ,92 0,36 8, ,5 0,36 9,72 19,85 Sumber: Data primer (diolah), 2011 Penggunaan input seperti obat-obatan mengalami peningkatan setelah terjadinya perubahan iklim pada responden yang melakukan kegiatan tanam berupa padi-padi dan merubah pola tanam mereka menjadi padi-ubi jalar, namun penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk tenaga pemanenan lebih sedikit setelah terjadi perubahan iklim. Hal ini disebabkan karena hasil produksi responden mengalami penurunan.

12 6.3.2 Analisis Pendapatan Usahatani Akibat Perubahan Iklim Analisis pendapatan usahatani akibat perubahan iklim dalam penelitian ini, dibedakan atas dua bentuk pola tanam yang dilakukan di Desa Purwasari, yaitu pola tanam padi-ubi jalar dan pola tanam padi-padi. Perubahan pendapatan petani dapat dihitung dari berubah atau tidaknya pola tanam yang dilakukan dan dalam hal ini akan terlihat besar atau kecilnya pendapatan petani yang melakukan perubahan pola tanam sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim dengan petani yang tidak merubah pola tanam. Biaya dalam analisis pendapatan usahatani ini terdiri atas biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya yang tergolong ke dalam biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk pupuk, benih, obat-obatan (pestisida), sewa traktor dan kerbau, pajak lahan, biaya solar, biaya konsumsi pekerja, dan untuk membayar tenaga kerja luar keluarga (TKLK), sedangkan yang termasuk biaya yang diperhitungkan adalah biaya sewa lahan, biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan biaya penyusutan alat. Penerimaan dihitung sebagai hasil perkalian antara jumlah panen (jumlah produksi) dengan harga jualnya. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ini adalah tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Biaya upah pekerja untuk wanita dan pria berbeda. Biaya upah pria adalah sebesar Rp pada tahun 2009 dan Rp , sedangkan biaya upah pekerja wanita pada tahun 2009 dan 2010 adalah sbesar Rp Petani sering tidak memasukkan tenaga kerja dalam keluarga sebagai biaya usahatani dalam perhitungan keuntungan usahatani. Hal tersebut mengakibatkan keuntungan yang diterima petani seolah-olah besar.

13 Biaya penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus, yaitu peralatan yang digunakan tidak dapat melewati masa umur teknis. Rata-rata pembayaran pajak dalam penelitian ini adalah sebesar Rp 75,- per m 2 dan ratarata biaya pajak mengalami peningkatan sebesar 50% dari tahun sebelumnya. Penggunaan pupuk yang pada umumnya digunakan oleh petani adalah pupuk urea, TSP dan pupuk poska. Rata-rata perbandingan penggunaan pupuk urea, TSP dan poska adalah 3:2:1. Petani di Desa Purwasari umumnya tidak menggunakan pupuk pada saat menanam tanaman ubi jalar, baik pupuk urea, TSP dan poska, walaupun terdapat beberapa petani yang menggunakan pupuk dengan porsi yang sedikit, karena lahan yang mereka tanami adalah lahan sawah. Bibit yang digunakan untuk tanaman ubi adalah bibit yang didapatkan dari hasil panen sebelumnya, sehingga petani pada umumnnya tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit. Peralatan yang digunakan oleh petani untuk menanam tanaman padi adalah cangkul, parang, golok, garpu dan linggis, sedangkan untuk menanam ubi jalar peralatan yang dibutuhkan yaitu cangkul dan parang. Biaya yang dikeluarkan untuk sewa traktor dan kerbau tiap tahunnya berbeda. Rata-rata peningkatan biaya sewa per tahunnya adalah sebesar Rp Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar Pendapatan usahatani dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan hasil wawancara terhadap responden. Pendapatan yang dihasilkan selama dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2009 sebagai tahun dengan kondisi terjadinya perubahan iklim dan tahun 2008 sebagai tahun dengan kondisi iklim mendekati normal, yaitu pendapatan responden yang merubah pola tanam mereka sebagai upaya adaptasi

14 terhadap perubahan iklim yang terjadi pada tahun 2009 atau responden yang tidak merubah pola tanam. a) Analisis Pendapatan Usahatani pada Responden yang Tidak Merubah Pola Tanam Responden yang tidak melakukan perubahan pola tanam menghasilkan pendapatan sebesar Rp pada tahun 2009 (kondisi terjadinya perubahan iklim), sedangkan pada tahun 2008 yaitu kondisi iklim mendekati normal pendapatan yang dihasilkan sebesar Rp Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan petani pada tahun 2009 lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan pada tahun 2008, sehingga persentase pendapatan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 31,49% dibandingkan dengan pendapatan pada tahun Penurunan pendapatan yang terjadi dikarenakan hasil produksi padi mengalami penurunan pada tahun Hasil produksi padi pada tahun 2009 sebesar 0,601 ton, sedangkan pada tahun 2008, hasil produksi padi yang dihasilkan sebesar 1,863 ton. Hal ini menunjukkan telah terjadi penurunan produksi padi pada tahun 2009 sebesar 67,74%. Penurunan produksi tersebut disebabkan karena adanya serangan hama merah yang timbul pada hasil panen padi mereka. Faktor iklim sangat mempengaruhi siklus hidup hama. Akibat perubahan iklim yang terjadi pada tahun 2009 yang ditandai dengan adanya penurunan curah hujan (El Nino), maka hama akan lebih mudah untuk melakukan reproduksi. Penurunan pendapatan yang terjadi pada tahun 2009 lebih dikarenakan hasil produksi padi mengalami penurunan. Total biaya produksi pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 10,4% yang disebabkan karena penggunaan tenaga kerja yang digunakan pada tahun 2009 lebih sedikit untuk kegiatan pemanenan, karena hasil panen padi yang responden peroleh pada tahun 2009 lebih sedikit

15 dibandingkan tahun 2008, sehingga tenaga kerja yang digunakan pun lebih sedikit. Penerimaan total mengalami penurunan sebesar 28,62%. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan penerimaan lebih besar dibandingkan dengan penurunan biaya total, sehingga pendapatan responden yang tidak melakukan prubahan pola tanam mengalami penurunan. Perubahan pendapatan responden yang tidak melakukan perubahan pola tanam dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pendapatan Responden yang Tidak Merubah Pola Tanam Tahun Pola Tanam Penerimaan (Rp) Biaya Total (Rp) Pendapatan (Rp/Ha/ Tahun) % Perubahan pendapatan 2008 Padi-Ubi Jalar Padi-Ubi Jalar ,49 Perbedaan Sumber : Data primer (diolah), 2011 b) Analisis Pendapatan Usahatani pada Responden yang Merubah Pola Tanam Responden dalam penelitian ini sebagian kecil merubah pola tanam mereka dari padi-ubi jalar menjadi ubi jalar-ubi jalar. Perubahan pola tanam yang dilakukan oleh responden berdampak positif bagi pendapatan mereka, namun jika dibandingkan dengan responden yang tidak merubah pola tanam, pendapatan yang dihasilkan oleh responden yang melakukan perubahan pola tanam lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak merubah pola tanam. Hal ini ditunjukkan dengan selisih pendapatan total yang dihasilkan pada responden yang tidak merubah pola tanam dengan responden yang merubah pola tanam adalah sebesar Rp Hal ini menunjukkan bahwa responden yang melakukan perubahan pola tanam akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi

16 dibandingkan dengan responden yang tidak merubah pola tanam pada bentuk pola tanam padi-ubi jalar. Penurunan pendapatan yang terjadi pada tahun 2009 dikarenakan hasil produksi padi mreka mengalami penurunan akibat hama. Responden yang melakukan perubahan pola tanam ini mengalami peningkatan penerimaan sebesar 44,90%, sedangkan biaya total mengalami penurunan sebesar 36,86%. Penurunan biaya produksi disebabkan karena biaya produksi pada komoditas ubi jalar lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan pada komoditas padi, karena responden pada umumnya tidak menggunakan pupuk untuk menanam ubi jalar, walaupun beberapa responden menggunakan pupuk, tetapi dalam jumlah yang sedikit. Sebagian responden tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit ubi jalar, karena mereka dapat memperoleh bibit ubi dari bibit tanaman sebelumnya atau memperoleh nya secara gratis dari petani lainnya. Hal ini membuktikan bahwa perubahan pola tanam yang dilakukan responden memberikan dampak yang lebih positif dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan perubahan pola tanam. Pendapatan responden yang melakukan perubahan pola tanam dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam Pendapatan (Rp/Ha/ % Perubahan pendapatan Tahun Pola Penerimaan Biaya Tanam (Rp) Total (Rp) Tahun) 2008 Padi-Ubi Jalar Ubi Jalar-Ubi Jalar ,56 Perbedaan Sumber : Data primer (diolah), 2011 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh petani yang melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, lebih tinggi

17 dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan adaptasi atau tidak merubah pola tanam mereka. Perbedaan pendapatan tersebut adalah sebesar Rp Perbandingan pendapatan petani yang melakukan adaptasi dengan yang tidak melakukan adaptasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Pendapatan Petani Pendapatan Perbedaan Pola Tanam Padi-Ubi (Rp/Ha/Tahun) Pendapatan Jalar Tidak MelakukanAdaptasi Melakukan Adaptasi Sumber: Data primer (diolah) Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Padi Responden yang melakukan kegiatan usahatani dengan pola tanam padipadi membutuhkan input yang lebih banyak dibandingkan petani dengan pola tanam padi-ubi jalar. Hal ini dikarenakan komoditas ubi jalar membutuhkan pupuk dan air dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman padi. Seluruh responden yang melakukan kegiatan pola tanam berupa padi-padi ini, melakukan perubahan pola tanam sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Sebagian responden merubah pola tanam mereka dari padi-padi menjadi padi ubi-jalar dan sisanya merubah pola tanam mereka menjadi ubi jalar-ubi jalar. a) Analisis Pendapatan Usahatani dengan Perubahan Pola Tanam Menjadi Padi-Ubi Jalar Pendapatan responden pada tahun 2009 yaitu kondisi terjadinya perubahan iklim dan merubah pola tanam mereka mengalami penurunan sebesar 49,42%. Penurunan pendapatan yang terjadi pada tahun 2009 disebabkan karena menurunnya hasil produksi padi yang diperoleh musim tanam pertama, yaitu sebesar 63,64%. Penurunan hasil produksi padi disebabkan karena adanya hama

18 yang menyerang pada tanaman padi mereka. Tumbuhnya hama disebabkan karena faktor penurunan curah hujan yang terjadi pada tahun Responden yang merubah pola tanam mereka dari padi menjadi ubi jalar tetap menghasilkan pendapatan yang menurun, karena hasil produksi padi pada musim tanam pertama mengalami penurunan cukup besar. Penerimaan total mengalami penurunan sebesar 42,49%, walaupun biaya produksi menurun sebesar 30,89%, namun penurunan penerimaan lebih besar dibandingkan penurunan biaya produksi. Pendapatan responden yang merubah pola tanam dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam (Padi-Ubi Jalar) Tahun Pola Tanam Penerimaan (Rp) Biaya Total (Rp) Pendapatan (Rp/Ha/ Tahun) % Perubahan pendapatan 2008 Padi-Padi Padi-Ubi Jalar , Sumber : Data primer (diolah), 2011 b) Analisis Pendapatan Usahatani dengan Perubahan Pola Tanam Menjadi Ubi Jalar-Ubi Jalar Pendapatan petani yang dihasilkan pada pola tanam padi-padi yaitu sebelum merubah pola tanam (tahun 2009) mengalami penurunan pendapatan sebesar 60,54% jika dibandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan setelah melakukan perubahan pola tanam menjadi ubi jalar-ubi jalar (tahun 2009). Penurunan pendapatan tersebut disebabkan karena hasil produksi padi mengalami penurunan akibat serangan hama merah yang menyerang hasil panen padi mereka. Biaya produksi yang lebih besar pada tahun 2009 pun menjadi faktor yang menyebabkan pendapatan yang diperoleh semakin sedikit, karena biaya total untuk komoditas ubi jalar lebih murah dibandingkan dengan komoditas padi. Tanaman ubi jalar

19 hanya membutuhkan pupuk dalam jumlah yang sedikit dan pada umumnya responden tidak perlu membeli bibit ubi jalar, karena bibit tersebut dapat diperoleh dari hasil panen sebelumnya. Jika dibandingkan dengan perubahan pola tanam padi-padi menjadi padi-ubi jalar, responden yang merubah pola tanam mereka dari padi-padi menjadi ubi jalar-ubi jalar lebih menguntungkan, karena dapat menghindari serangan hama yang menyerang hasil panen padi mereka, sehingga pada kondisi tersebut lebih menguntungka responden merubah pola tanam menjadi ubi jalar-ubi jalar dibandingkan merubah pola tanam menjadi padi-ubi jalar. Pendapatan responden yang merubah pola tanam dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam (Ubi Jalar-Ubi Jalar) Tahun Pola Tanam Penerimaan (Rp) Biaya Total (Rp) Pendapatan (Rp/Ha/ Tahun) % Perubahan pendapatan 2009 Padi-Padi Ubi Jalar- Ubi Jalar ,94 Perbedaan Sumber: Data primer (diolah), Identifikasi Faktor-faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan beberapa responden melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Adaptasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah merubah pola tanam mereka. Tujuan responden melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim adalah agar petani dapat mengatasi dan mengoptimalkan hasil usahatani mereka, sehingga dapat memperbaiki tingkat pendapatan sebelumnya akibat adanya perubahan iklim. Semakin banyak

20 responden yang melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, maka diharapkan akan memperbaiki tingkat pendapatan mereka. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam adaptasi petani dianalisis menggunakan model regresi logistik. Variabel independen yang menjadi faktorfaktor yang diduga berpengaruh adalah tingkat pendidikan (TPDK), lama bertani (LBTI), luas area (LARA), dan pemahaman petani terhadap perubahan iklim (PPTI). Variabel dependen dalam model ini adalah keputusan petani untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, yang bernilai satu dan keputusan petani untuk tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim yang bernilai nol. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi petani dalam Melakukan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Predictor Coef P Odds Ratio Constant -30,4276 0,998 Tingkat Pendidikan 22,1910 0,998 4,33941E+09 Lama Bertani 0,0143 0,856 1,01 Luas Area 5,9534 0, ,08 Pemahaman Petani 4,6070 0, ,19 Log-Likelihood = -5,238 Test that all slopes are zero : G = 40,573, DF = 4, P-Value = 0,000 Goodness-of-Fit Test Method Chi-Square DF P Pearson 20, ,932 Deviance 10, ,000 Hosmer Lemeshow 5, ,716 Measures of Association : (Between the Response Variable and Predicted Probabilities) Pairs Number Percent Summary Measures Concordant ,8 Discordant 11 3,2 Somers D 0,94 Ties 0 0,0 Goodman-Kruskal Gamma 0,94 Total Kendall s Tau-a 0,48 Sumber : Data primer (diolah), 2011 Keterangan : * Signifikan pada tingkat kepercayaan 95%

21 Model regresi logistik yang didapat dari model dapat dituliskan sebagai berikut : Z i = -30, ,1910TPDK + 0,0143LBTI + 5,9534LARA + 4,6070PPTI Pengujian keseluruhan model logit untuk menyatakan model logit dapat menjelaskan keseluruhan atau memprediksi pilihan individu pengamatan dapat menggunakan uji G, dengan membandingkan antara nilai G dan nilai Khi-kuadrat tabel pada a tertentu dengan derajat bebas k-1. Jika menggunakan program Minitab dapat dilihat dari nilai P yaitu model regresi logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan petani untuk melakukan adaptasi terhadap iklim jika P yang dihasilkan kurang dari taraf nyata yang dipilih. Hasil olahan data pada halaman sebelumnya diperoleh nilai Log-likelihood sebesar -5,238 yang menghasilkan nilai G sebesar 40,573 dengan nilai P yaitu 0,000. Nilai P yang dihasilkan berada di bawah taraf nyata lima persen (α = 5%), maka dapat dismpulkan bahwa model logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan atau memprediksi keputusan petani untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Hasil olahan data menunjukkan bahwa Goodness of-fit-test atau uji kebaikan model dapat dilihat pada metode Pearson, Deviance dan Hosmer- Lemeshow. Nilai P yang dihasilkan pada ketiga metode tersebut menunjukkan nilai P yang lebih besar dibandingkan dengan taraf nyata 5%, sehingga model layak untuk digunakan Variabel yang Signifikan Hasil olahan data menunjukkan bahwa variabel yang signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai P sebesar 0,032 adalah pemahaman petani terhadap perubahan iklim. Variabel pemahaman petani terhadap perubahan iklim bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin petani paham akan adanya

22 perubahan iklim maka semakin besar kecenderungan petani untuk melakukan adaptasi. Pemahaman petani mengenai perubahan iklim seperti kesadaran petani akan adanya perubahan iklim, informasi yang didapat oleh petani dari berbagai sumber akan membantu para petani untuk merubah pola pikir mereka. Responden akan menyadari bahwa kegiatan usahatani dengan bentuk usahatani yang sama seperti bentuk pola tanam yang sama padahal kondisi iklim telah berubah maka akan menyebabkan pendapatan mereka mengalami penurunan. Pemahaman yang kurang yang dimiliki oleh petani mengenai perubahan iklim, cenderung untuk tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Hal ini ditunjukan dari kondisi di lapangan bahwa dari 37 responden, hanya 17 responden yang melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim yaitu dengan cara merubah pola tanam mereka. Nilai odds ratio sebesar 100,19 menunjukkan bahwa tambahan satu pemahaman petani terhadap perubahan iklim maka peluang untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim 100,19 kali lebih tinggi dibandingkan peluangnya untuk tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, dengan asumsi yang lain dianggap konstan (ceteris paribus). Hal ini menunjukkan bahwa setiap pemahaman petani terhadap perubahan iklim mengalami peningkatan, maka peluang untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 43% responden memahami adanya perubahan iklim. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman petani Desa Purwasari terhadap perubahan iklim cenderung masih rendah, oleh karena itu potensi atau peluang untuk melakukan adaptasi semakin besar jika pemahaman petani terhadap perubahan iklim ditingkatkan.

23 6.4.2 Variabel yang Tidak Signifikan Hasil olahan data menunjukkan bahwa variabel yang tidak signifikan diantaranya yaitu tingkat pendidikan (TKPD), lama bertani (LBTI), dan luas area (LARA). Variabel tingkat pendidikan tidak signifikan karena memiliki nilai P sebesar 0,998 yang artinya lebih besar dari taraf nyata lima persen (α = 5%). Tingkat pendidikan yang dimiliki responden yang melakukan adaptasi maupun yang tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim pada umumnya memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), sehingga responden yang melakukan perubahan pola tanam maupun yang tidak merubah pola tanam pada umumnya memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar. Variabel lama bertani tidak signifikan karena nilai P yang dimiliki lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu sebesar 0,856. Petani baik yang sudah lama bertani maupun yang belum lama bertani tidak mempengaruhi petani untuk melakukan adaptasi atau tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Variabel luas area tidak signifikan karena memiliki nilai P sebesar 0,322 yang artinya lebih besar dari taraf nyata lima persen, sehingga dapat diabaikan secara statistik. Responden yang melakukan adaptasi atau responden yang tidak melakukan adaptasi pada umumnya hanya memiliki luas area yang sempit, sehingga luas area tidak mempengaruhi petani untuk beradaptasi.

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap Salah satu aspek yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha adalah menganalisis aspek

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teorotis 3.1.1 Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa perlu tiga dimensi dalam

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Survei Konsumen Ritel Modern. Kuisioner Survei Konsumen Ritel Modern. A. Karakteristik Konsumen. 1. Nama :...

Lampiran 1. Kuisioner Survei Konsumen Ritel Modern. Kuisioner Survei Konsumen Ritel Modern. A. Karakteristik Konsumen. 1. Nama :... LAMPIRAN 80 Lampiran 1. Kuisioner Survei Konsumen Ritel Modern Kuisioner Survei Konsumen Ritel Modern Responden Yth, Saya, Firdaus Sinulingga (A 14104671), Mahasiswa Program Sarjana Ekstensi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan pada 130 karyawan bagian produksi, di

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan pada 130 karyawan bagian produksi, di BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik Responden Pengumpulan data dilakukan pada 13 karyawan bagian produksi, di PT Indo C. Data yang diperoleh menunjukkan adanya karakteristik responden sebagai

Lebih terperinci

perembesan zat pencemar dari limbah yang berasal dari aktivitas domestik.

perembesan zat pencemar dari limbah yang berasal dari aktivitas domestik. VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENDUDUK UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN PENCEGAHAN AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH Pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi di Kota Bekasi mengakibatkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM PEMERINTAH MENGENAI ASURANSI USAHATANI PADI (AUTP) PENDAHULUAN

RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM PEMERINTAH MENGENAI ASURANSI USAHATANI PADI (AUTP) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 169 RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM PEMERINTAH MENGENAI ASURANSI USAHATANI PADI (AUTP) Bambang Siswadi dan Farida Syakir Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA 18 Hayatul Rahmi 1, Fadli 2 email: fadli@unimal.ac.id ABSTRAK Pengambilan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Pasirwangi. Namun, pengelolaan usahatani kentang di daerah ini banyak memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DI DEKAT JALUR KRL

VI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DI DEKAT JALUR KRL VI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DI DEKAT JALUR 6.1. Persepsi Rumahtangga terhadap Tata Lingkungan di Dekat Jalur Penataan lingkungan yang dimaksud

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Teknologi PTT, Tingkat penerapan PTT, Produksi.

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Teknologi PTT, Tingkat penerapan PTT, Produksi. Judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Rakitan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Usahatani Kedelai Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Irmita Rahma 2 Sumberdana

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak krisis pangan. Tanaman pangan

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015

Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015 Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015 No Kelompok Tani Luas Lahan (Ha) Umur (Tahun) Lama Bertani (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Tingkat Pendidikan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 12 III. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Lokasi Lokasi penelitian terletak di lahan sawah blok Kelompok Tani Babakti di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas, KabupatenBogor. Secara administrasi Desa Mekarjaya

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 20/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA Abiyadun dan Ni Putu Sutami Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Dalam panca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan LAMPIRAN 167 Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk mengurai perumusan masalah pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai berikut

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Yohanes Andika Tj. 2013110060 Al Faisal Mulk 2013110067 M. Ibnu Haris 2014110011 Abstrak Kebijakan asuransi

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR No. Responden : Nama Responden : Alamat : Desa/Kelurahan : Kecamatan : Kabupaten : Bogor Provinsi : Jawa Barat Tanggal Wawancara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 853.710

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil-hasil penelitian beserta pembahasan yang meliputi pandangan petani terhadap program pemupukan berimbang dan tingkat penerapan teknologi pemupukan berimbang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017 Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA Volume 7, Agustus 2017 IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN April - Juni 2017 Rendahnya kejadian kebakaran hutan Musim panen utama padi dan jagung lebih tinggi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI KEDELAI DI KECAMATAN PALIYAN GUNUNGKIDUL

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI KEDELAI DI KECAMATAN PALIYAN GUNUNGKIDUL FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI KEDELAI DI KECAMATAN PALIYAN GUNUNGKIDUL Agus Dwi Nugroho, Fatkhiyah Rohmah, Ali Hasyim Al Rosyid dan Ken Suratiyah, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY 7.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian KUR Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, dalam pembahasannya lebih ditekankan pada biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan jenis perekonomian nasional. Hal ini terjadi karena Indonesia mempunyai stuktur sistem perekonomian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci