BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Devi Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam gambaran penulis, Jepang adalah sebuah negara maju dalam berbagai hal seperti ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi dan lain-lain. Namun demikian, ada hal yang menarik dari Jepang sebagai negara maju, yaitu masih mempercayai tradisi yang dianggap sakral. Tradisi tersebut dikenal sebagai kebudayaan tradisional Jepang. Kebudayaan tradisional seperti festival tradisional dan gaya hidup sudah melekat sebagai ciri khas daerah-daerah di Jepang. Salah satu dari banyak tradisi bangsa Jepang, ada yang dianggap sakral dan dapat mengangkat pamor pariwisata negeri itu sendiri. Tradisi itu disebut matsuri. Matsuri dianggap sebagai kepercayaan bangsa Jepang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa matsuri pada dasarnya adalah upacara keagamaan untuk mengundang atau mendatangkan dewa atau peristiwa terjadinya pertemuan antara manusia dan dewa dengan tujuan untuk mendapatkan petunjuk dan berkah (Kunio Yanagita, 1980:22). Melalui matsuri ini masyarakat Jepang merasakan akan kehadiran dewa dalam kehidupan. Dapat dikatakan juga bahwa matsuri terdiri atas upacara dan perayaan yang dipraktekkan dalam agama Shinto. Matsuri menjadi wujud dari perjanjian antara manusia dengan leluhurnya dan dewa yang disembahnya sehingga masturi tersebut tidak dapat diabaikan dalam kehidupan masyarakat Jepang (Matsuri dan Kebudayaan Korporasi Jepang, 2009:5). Di dalam matsuri terkandung empat unsur dasar yaitu : harai atau penyucian, shinsen atau persembahan, norito atau doa, naorai atau pesta suci (Shinto: The Kami Way, 1962:51). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa matsuri mengandung suatu
2 2 unsur yang sakral atau suci, ditandai dengan kegiatan yang berkaitan erat dengan kami atau Dewa-dewa Shinto. Selain mengandung empat unsur, matsuri di Jepang terdiri dari tiga kategori, yaitu Nenchuugyouji, Ninigirei dan Tsukagirei. Nenchuugyouji merupakan upacara yang dilakukan secara periodik dan pada waktu yang telah ditetapkan setiap tahunnya menurut penanggalan Jepang. Contohnya seperti hina matsuri yaitu perayaan setiap tanggal 3 Maret di Jepang yang diadakan untuk mendoakan pertumbuhan anak perempuan, tanabata matsuri, yaitu festival bintang yang dirayakan berkaitan dengan musim di Jepang, Tiongkok dan Korea. dan bon matsuri, yaitu serangkaian upacara dan tradisi di Jepang untuk merayakan kedatangan arwah leluhur. Ninigirei merupakan upacara ritual yang diadakan pada saat tujuan dan kesempatan tertentu, diselenggarakan sesuai dengan keinginan atau tujuan-tujuan tertentu untuk memohon doa atau terimakasih kepada kami. Ninigirei bersifat accidental, artinya tidak berada dalam lingkaran hidup orang Jepang atau tidak semua orang melakukannya. Contohnya seperti sotsugyoiwai yaitu upacara kelulusan dan kenchiku girei, yaitu upacara yang dilakukan pada saat sebelum membangun rumah. Dan terakhir adalah tsukagirei. Tsukagirei adalah upacara yang berhubungan dengan lingkaran hidup seseorang, dimulai dari sejak si jabang bayi dalam kandungan sampai menjadi arwah atau mulai dari Obiiwai, Omiyamairi, Okuizome, Hatsu zekku, Hatsutanjou, dan Shichi Go San. Obiiwai dilakukan oleh orang Jepang ketika si jabang bayi berusia 5 bulan di dalam rahim ibunya. Ada ritual memakai obi iwada yang disebut obi iwai, yaitu menyerahkan kepada ibu yang hamil, nampan yang di atasnya diletakkan obi dan batu kecil yang dianggap sebagai dewa, kemudian memakaikan obi tersebut di perutnya. Omiyamairi merupakan upacara membawa bayi ke jinja untuk pertama kalinya ketika ia berusia 31 hari untuk anak laki-laki atau 32 hari untuk anak perempuan. Dalam ritual ini, bayi digendong oleh nenek dari pihak ayah sang bayi dengan
3 3 dipakaikan kimono sesuai dengan jenis kelamin. Untuk bayi perempuan akan dipakaikan kimono berwarna cerah, sedangkan untuk bayi laki-laki dipakaikan kimono yang terbuat dari sutera berwarna hitam. Pakaian untuk ritual ini dikirim oleh pihak keluarga ibu sang bayi. Okuizome adalah ritual pemberian makanan pertama bagi bayi setelah ia berusia 100 hari. Adapun Hatsu zekku adalah upacara selamatan bagi anak laki-laki ketika ia baru pertama kali melewati tanggal 5 Mei sejak bayi dilahirkan. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan China kuno, di mana 5 Mei dianggap sebagai tanggal datangnya penyakit dan nasib jelek, maka tanggal 5 bulan Mei dijadikan hari untuk membuang hal jelek itu di China. Jepang yang banyak meniru Cina, juga mempercayainya sehingga pada tanggal itu, orang-orang Jepang menempelkan gambar shouki di pintu masuk rumah mereka, yang dipercaya dapat menangkal penyakit atau nasib jelek yang datang ke rumah, sedangkan bagi anak perempuan tanggal datangnya penyakit dan nasib jelek itu dipercaya ketika ia baru pertama kali melewati 3 Maret. Dulu di China kuno, 3 Maret merupakan perayaan air. Orang-orang pada hari itu membersihkan badannya dengan air untuk membersihkan penyakit dan nasib jelek yang menempel di badannya. Lalu di Jepang kuno, ada suatu kebiasaan untuk memindahkan penyakit atau nasib jelek yang menempel dibadan ke hitogata atau boneka sederhana, lalu mengalirkannya ke air. Hal ini dikenal dengan hinamasturi yaitu matsuri yang berhubungan dengan boneka yang dirayakan setiap 3 Maret. Hatsutanjou merupakan ritual matsuri ketika bayi berumur 1 tahun. Pada saat perayaan ulang tahun pertama ini, ada ritual menanak nasi merah, kemudian dibuat mochi ulang tahun. Setelah itu diletakkan di punggung sang anak, lalu menyuruhnya berjalan. Hal ini dianggap sebagai roh baru yang ditempelkan dan masuk kedalam tubuh sang anak (Saleha, 2010:12). Shichi Go San adalah matsuri yang diadakan khusus untuk anak-anak yang berusia tiga, lima dan tujuh tahun yang dilakukan 15 November setiap tahunnya. Shici Go San Matsuri juga dapat dikatakan sebagai upacara perayaan pertumbuhan anak-anak berusia tiga, lima, dan tujuh tahun. Perayaan Shici Go San yang dilakukan
4 4 setiap tahun sekitar 15 November ini awalnya bukan merupakan hari libur, namun pada zaman sekarang, waktu untuk membawa anak ke kuil sebagai Shichi Go San sudah disesuaikan dengan waktu libur orang tua. Anak boleh dibawa kapan saja ke kuil disepanjang bulan November pada akhir pekan, dan tidak harus persis pada 15 November. Di Hokkaido dan daerah-daerah dengan musim dingin yang sangat dingin, udara sudah dingin di sekitar 15 November sehingga perayaan sering dilakukan sebulan lebih awal pada 15 Oktober ( Go-San). Awal adanya Shichi Go San Matsuri dipercaya sejak zaman Heian. Matsuri ini terus berkembang hingga sekarang, namun seiring dengan perkembangan zaman, perayaan Shichi Go San terjadi perubahan dalam pelaksanaannya, di mana awalnya Shichi Go San merupakan kegiatan sakral yang diselenggarakan di jinja dalam suasana tenang dan khusyuk, menjadi penuh kemeriahan dan kemewahan (Tanaka Yoshio, 1988:15). Perubahan ini dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: munculnya penonton, munculnya selera akan keindahan yang meriah dan mewah, pembangunan desa menjadi kota, dan semakin pentingnya peranan kannushi dalam penyelenggaraan matsuri (Kunio Yanagita, 1998: 543). Selanjutnya, hal ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk meraih keuntungan. Para pencari keuntungan ini berusaha menjual berbagai macam barang dan jasa dalam menyemarakkan perayaan suatu matsuri. Praktek ini dilakukan mulai dari perayaan suatu matsuri sampai dengan berakhirnya hari pelaksanaan matsuri. Dengan demikian, sedikit demi sedikit mereka mulai meninggalkan komunikasi aktif dengan dewa atau kami dan lebih mementingkan mempersiapkan barang-barang untuk menyemarakkan matsuri. Gejala pemfokusan diri kepada persiapan aneka macam barang untuk menyambut suatu matsuri kemudian menimbulkan suatu bentuk komersialisasi ( Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang perubahaan perayaan Shici Go San matsuri yang awalnya suatu kegiatan sakral yang dilaksanakan di jinja, namun berubah menjadi penuh kemeriahan dan kemewahan
5 5 kemudian menjadi ajang mencari keberuntungan dalam komersialisasi dengan tema Perubahan Perayaan Shichi Go San sebagai Kegiatan Sakral Menjadi Kegiatan Komersil. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Di Jepang banyak diselenggarakan matsuri, salah satunya adalah Shichi Go San 2. Shici Go San Matsuri terus berkembang dari zaman Heian hingga sekarang pada zaman Heisei. 3. Penyelenggaraan Shici Go San Matsuri awalnya merupakan suatu kegiatan sakral yang dilaksanakan di jinja dalam suasana yang tenang dan khusyuk kemudian berubah menjadi penuh kemeriahan dan kemewahan dan dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk meraih keuntungan atau komersil. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah perubahaan perayaan Shici Go San matsuri dari perayaan yang sakral menjadi kegiatan komersil. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan maslah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana awal penyelenggaraan Shichi Go San Matsuri di Jepang? 2. Mengapa perayaan Shichi Go San Matsuri berubah menjadi kegiatan komersil? 3. Bagaimana bentuk komersialisasi perayaan Shici Go San Matsuri?
6 6 E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Awal penyelenggaraan Shichi Go San Matsuri di Jepang. 2. Penyebab perayaan Shichi Go San Matsuri berubah menjadi kegiatan komersil 3. Bentuk komersialisasi perayaan Shichi Go San Matsuri F. Landasan Teori 1. Matsuri Istilah matsuri dalam bahasa Inggris dapat diartikan dengan festival. Namun, matsuri bukanlah festival biasa, dalam matsuri terdapat berbagai bentuk ritual untuk ucapan terima kasih penyembahan kepada dewa atau kami (Masyrakat Jepang Memaknai Matsuri dalam Kehidupannya, 2011:3). Menurut Miyake Hitoshi matsuri merupakan yang menunjukan hal-hal antara lain, menunggu kedatangan kami, menyuguhkan sesajen, memanggil kami serta memperoleh kekuataan kami (Miyake Hitoshi, 1994:50). Lalu Kunio Yanagita menjelaskan pengertian matsuri dalam bukunya Nihon no Matsuri, yaitu matsuri merupakan suatu sikap menyambut kami dengan menyajikan segala sajian yang ada dan menunjukan sikap mengabdikan diri kepada kami (Kunio Yanagita, 1980:43). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud matsuri adalah suatu kegiatan yang dilakukan masyarakat Jepang untuk menyembah dewa atau kami dengan menyediakan sesajen dan menyambut kehadiran kami.
7 7 2. Shichi Go San Shichi Go San secara harafiah dalam bahasa Jepang dapat diartikan tujuh, lima dan tiga, yaitu mengacu kepada usia anak-anak yang tiga tahun, lima tahun dan tujuh tahun. Namun demikian, Shici Go San juga mengacu pada sebuah matsuri yang ada dalam lingkaran hidup anak-anak orang Jepang, di mana pada saat anakanak memasuki usia tersebut akan dirayakan dan perayaan atau upacara itulah yang disebut Shici Go San. Shici Go San merupakan matsuri yang diadakan khusus bagi anak-anak yang berusia tiga, lima dan tujuh tahun. Terutama untuk anak-anak perempuan tiga dan tujuh tahun dan juga untuk laki-laki yang berusia tiga dan lima tahun ( Shichi Go San matsuri yang diadakan setiap tanggal 15 November ini dikenal juga sebagai hari anak-anak. Angka tiga, lima, dan tujuh tahun merupakan tahun angka ganjil. Angka ganjil bagi orang Jepang merupakan angka keberuntungan. Pandangan seperti ini bersumber dari pemikiran yin dan yan dalam kebudayaan China atau in dan yo dalam tradisi Jepang (Kato Shuichi, 1981: 8). Tanggal 15 November dipilih untuk dijadikan Shici Go San karena tanggal tersebut dianggap sebagai tanggal keberuntungan menurut kalander Jepang. Angka lima belas merupakan penjumlahan dari angka tujuh, lima dan tiga. Oleh karena itu, angka lima belas juga merupakan keberuntungan dan ditetapkan sebagai hari keberuntungan ( Walaupun Shici Go San Matsuri merupakan salah satu matsuri yang penting bagi anak-anak, tetapi tanggal 15 November tidak dijadikan sebagai hari libur nasional. Biasanya orang tua yang mempunyai anak-anak berusia tiga, lima dan tujuh tahun akan menggantinya dengan hari di akhir pekan sebelum atau sesudah tanggal 15 November (
8 8 Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud Shici Go San adalah perayaan untuk anak yang berumur tiga, lima dan tujuh tahun yang diselenggarakan pada tangal 15 November. 3. Komersialisasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Komersialisasi diartikan perbuatan yang menjadikan sesuatu sebagai barang dagangan atau menggunakan sesuatu untuk berdagang dalam mencari keuntungan. Sementara itu menurut Sokyo Ono dan William P. Woodard mengemukakan : commercial activities which are closely connected with the kami are good. Those that promote one s own happiness, should also promote the happiness of society. But this is not enough. We are happiest when we make others happy (Shinto: The Kami Way, 1962: 51) Jadi dalam prespektif agama Shinto dibenarkan mencari keuntungan asalkan demi kebahagian ataupun kesejahteraan masyarakat. sedangkan Freddy Yuliharto mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Gejolak Kapitalisme, yaitu komersialisasi digunakan suatu istilah kritis yang mengacu kepada kecenderungan di dalam kapitalisme. Kecenderungan di dalam kapitalisme yaitu mengubah segala sesuatu yang ada di dalam kehidupan menjadi barang dan jasa yang dijual untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (Freddy Yuliharto, 1993:26). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud komersialisasi adalah suatu perbuatan menjadikan barang dan jasa sebagai berdagang untuk memperoleh keuntungan. 4. Budaya Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang yang dimiliki bersama oleh sebuah kelompok dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
9 9 terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan, dan karya seni. Sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Jadi budaya dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan cara hidup yang selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu ( Menurut Koentjaraningrat (Koentjaraningrat, 1993: 9) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sansakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Menurut Budi Saranto kebudayaan adalah upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan sebagai manusia. Dan untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut perlu diciptakan sistem aturan maupun sistem nilai. Oleh karena itu, kebudayaan dapat pula sebagai acuan pedoman menyeluruh bagi manusia (Saranto Budi, 2005:53). Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya adalah cara hidup yang berkembang yang dimiliki oleh sebuah kelompok dan diwariskan dari generasi ke generasi dan dapat juga dijadikan sebagai acuan pedoman bagi manusia. 5. Perubahan Perubahan, dalam Kamus Bahasa Indonesia perubahan dapat di artikan sebagai keadaan yang berubah. Jadi bisa kita definisi kan bahwa perubahan adalah peralihan keadaan yang sebelumnya, perubahan tersebut tidak hanya berupa keadaan saja melainkan bisa berupa perubahan pola pikir, dan perilaku suatu masyarakat.
10 10 Lalu menurut Abdulsyani, yaitu perubahan dalam kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap manusia mempunyai kepentingan yang tak terbatas. Perubahan-perubahan akan nampak setelah tatanan sosial dan kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru (Abdulsyani, 2007:12). Nanang Martono menyebutkan bahwa perubahan dapat mencakup aspek yang sempit maupun yang luas. Aspek yang sempit dapat meliputi aspek perilaku dan pola pikir individu. Aspek yang luas dapat berupa perubahan dalam tingkat struktur masyarakat yang nantinya dapat memengaruhi perkembangan masyarakat dimasa yang akan datang (Nanang Martono, 2012). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud perubahan adalah merupakan satu wujud nyata dari kehidupan yang mampu mendorong atau memotivasi sesorang untuk mengubah. Sesuatu menjadi bebeda dari sebelumnya melalui sebuah proses yang dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Perubahan dapat membuat sesorang mampu menciptakan atau merubah sesuatu sesuai dengan tuntutan situasi, lingkungan dan masyarakat setempat. G. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan budaya Jepang tentang Shici Go San Matsuri, khususnya tentang perubahan matsuri yang awalnya bersifat sakral berubah menjadi ajang komerisialisasi. Bagi pembaca penelitian ini akan bermanfaat sebagai refrensi khususnya mahasiswa yang membuat penelitian tentang Shici Go San Matsuri. H. Metode Penlitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teknik pengambilan data menggunakan metode kepustakaan (library research). Data yang digunakan berupa buku, hasil penelitian (skripsi), website dan jurnal yang berasal dari situs resmi.
11 11 I. Sistematika Penulisan Bab I, bab ini merupakan pendahuluan yang berisi, latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II, bab ini merupakan pengertian dan pemaparan sejarah awal Shichi Go San. Bab III, bab ini merupakan pembahasan tentang perubahaan perayaan Shichi Go San matsuri dari perayaan yang sakral menjadi ajang mencari keberuntungan dengan komersialisasi. Bab IV, kesimpulan.
BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia dan kaya akan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan kemajuan media informasi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kodansha Encyclopedia of Japan, pengertian matsuri ( 祭り ) adalah sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara dengan perpaduan harmonis antara kebudayaan tradisional kuno dan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang mengagumkan. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang yang oleh penduduknya sendiri disebut Nippon atau Nihon merupakan negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: 649-658). Barisan pulau-pulau
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Jepang banyak terdapat perayaan, festival, maupun ritual-ritual yang dilakukan setiap tahunnya. Biasanya setiap perayaan tersebut memiliki suatu makna tertentu.
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan
Bab 5 Ringkasan Skripsi Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan sendiri memiliki arti sebagai pedoman yang menyeluruh bagi kehidupan masyarakat yang memiliki budaya
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat
Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan Jepang dikenal dengan istilah washoku atau nihon shoku.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan Jepang dikenal dengan istilah washoku atau nihon shoku. Washoku atau nihon shoku merupakan salah satu makanan tradisional Jepang yang terdiri dari nasi,
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang juga tidak luput dari kebudayaannya yang sangat kental. kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 6.852 pulau. Jepang ialah salah satu negara yang sangat maju di dunia dari segi ekonomi dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain yaitu teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat
Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.
Lebih terperinciMASYARAKAT JEPANG MEMAKNAI MATSURI DALAM KEHIDUPANNYA
MASYARAKAT JEPANG MEMAKNAI MATSURI DALAM KEHIDUPANNYA Herniwati * ABSTRAK Sebagai negara yang telah berhasil membangun di hampir semua bidang, Jepang ternyata tidak begitu saja meninggalkan budaya tradisionalnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila kita bertanya pada orang Jepang, apakah mereka memiliki agama. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika kita perhatikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belaakang Masalah Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di benua Asia di ujung barat Samudera
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Oshougatsu atau lebih dikenal dengan shougatsu adalah perayaan tahun baru masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis dekorasi-dekorasi
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri
Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Tagata Jinja Hounen matsuri merupakan sebuah festival yang diadakan di Tagata Jinja yang terletak di
Lebih terperinciBAB III 7 UPACARA KELAHIRAN DI JEPANG
BAB III 7 UPACARA KELAHIRAN DI JEPANG 3.1 Sebelum Upacara Kelahiran Di Jepang ada beberapa acara atau upacara yang dilakukan sebelum kelahiran.pada kehamilan bulan ke 5 dirayakan perayaan yang dikenal
Lebih terperinciMonoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis.
Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis unsur Shinto Oharai dalam Sanja Matsuri Saya akan membagi analisis Sanja Matsuri melalui empat unsur Shinto, yaitu Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri,
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,
Lebih terperincitidak diselenggarakan dengan baik maka akan menyebabkan ketidakberuntungan pada tahun itu
FESTIVAL DI JEPANG Di Jepang ketika musim berganti ada perayaan yang dirayakan setiap tahunnnya. Di bawah ini akan dijelaskan kebudayaan tradisional Jepang yang telah bertahun-tahun menjadi populer sejak
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaannya yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap berpegang
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak
Bab 5 Ringkasan Agama Shinto merupakan salah satu agama tertua dan dianggap sebagai kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak terputus dari zaman pra sejarah sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai adat dan kebiasaan masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan upacara tradisional suatu masyarakat umumnya sangat menarik untuk diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup
Lebih terperinciBAB 5 RINGKASAN. Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki
BAB 5 RINGKASAN Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi yang bernama Koentjaraningrat (1990:180) mengatakan bahwa, kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan
Lebih terperinciWritten by Administrator Monday, 14 September :25 - Last Updated Monday, 14 September :28
Tradisi Ultah di Beberapa Negara Tiap negara punya menu khusus untuk merayakan ulang tahun. Menu itu biasanya turun-temurun terus berjalan. Misal, di Indonesia setiap ulang tahun orang menyediakan tumpeng.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup unik. Uniknya kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang biasanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki banyak kebudayaan yang cukup unik. Uniknya kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang biasanya dipengaruhi pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar masyarakatnya tidak memeluk suatu agama atau kepercayaan tertentu. Namun, bukan berarti kehidupan
Lebih terperinciRINGKASAN SUSHI. dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah
RINGKASAN SUSHI Salah satu makanan Jepang yang sangat digemari oleh banyak orang baik dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Gambar 1. Teru teru bozu ningyou. Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Gambar 1. Teru teru bozu ningyou Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Mock Joya, Volume IV, Quaint Customs and Manners of Japan https://id.wikipedia.org/wiki/teru_teru_b%c5%8dzu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan secara berkeliling
Lebih terperinci2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Budaya lahir dan dibentuk oleh lingkungannya yang akan melahirkan berbagai bentuk pola tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. Berbicara tentang kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah negara yang dikenal sebagai negara modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuannya yang pesat. Ada satu hal yang menarik dari Jepang, yakni
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI. Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI 2.1 Sejarah Amigurumi Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-macam, terutamanya bentuk manusia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciEKSISTENSI SHINTO DALAM SHOGATSU
EKSISTENSI SHINTO DALAM SHOGATSU Ratna Handayani 1 ; Felicia 2 ; Sonya Munadir Syah 3 1,2,3 Japanese Department, Faculty of Language and Culture, Bina Nusantara University, Jln. Kemanggisan Ilir III No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain tempat tinggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain tempat tinggal dan makanan. Sejak dahulu kala, pakaian telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Pakaian
Lebih terperinci2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional
Lebih terperinciAbstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami
Abstraksi Salah satu kebudayaan yang terus dipertahankan di Jepang hingga sekarang adalah matsuri. Tagata Jinja Hounen matsuri yang menjadi topik pembahasan skripsi ini memiliki keunikan yang terletak
Lebih terperinciKEHIDUPAN ORANG JEPANG. tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari
KEHIDUPAN ORANG JEPANG 1. Pakaian Pakaian khas Jepang adalah kimono. Kimono dipakai oleh orang Jepang hanya pada waktu tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruh kuat dari Negara Cina baik dari segi pengetahuan, pemerintahan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah Negara di bagian Asia Timur yang memiliki keunikan diantara Negara-negara lainnya. Dalam perkembangan sejarahnya, Jepang mendapat pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang mengatakan bahwa pakaian yang dipakai dapat mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja namun pakaian tradisional juga dapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang
1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Adat "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang berarti "cara", "kebiasaan" dengan makna berulang kali. Merupakan nama kepada pengulangan perbuatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG 2.1 Pengertian Religi Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada yang melakukan secara sungguh-sungguh, namun tidak orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama yang tersebar dari Sabang hingga Marauke. Keanekaragaman tersebut menghasilkan berbagai macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu menciptakan pola bagi kehidupannya berupa kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG Pernikahan BAB I PENDAHULUAN merupakan hal yang dilakukan oleh setiap makhluk Tuhan khususnya dalam agama Islam yang merupakan salah satu Sunnah Rasul, seperti dalam salah satu Hadist
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya sebuah inovasi yang mendapatkan influence (pengaruh) dari budaya atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya dapat dikaitkan sebagai hasil dari perkembangan manusia yang berhubungan dengan budi dan akal manusia yang dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah
Bab 5 Ringkasan Menurut Kodansha (1993:649-658) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah 377.781km². Menurut Danandjaja (1997:1), kepulauan Jepang terbentang di sepanjang timur laut hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pandangan yang popular, masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan
Lebih terperinciDitunggu partisipasinya dan selamat ulang tahun Jakarta!
HADIAH ULANG TAHUN Selamat ulang tahun kami ucapkan Selamat panjang umur kita kan doakan Selamat sejahtera sehat sentosa Selamat panjang umur dan bahagia Bulan Juni bukanlah bulan yang asing bagi warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal kebudayaan, baik kebudayan dalam bentuk adat istiadat maupun dalam
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara yang ada di dunia ini, memiliki keunikan masing-masing dalam hal kebudayaan, baik kebudayan dalam bentuk adat istiadat maupun dalam bentuk perayaan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,
BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Barat adalah tenun ikat Dayak. Tenun ikat Dayak merupakan salah satu kerajinan tradisional yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciGEOGRAFI BUDAYA Materi : 7
GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 Agus sudarsono 1 VII. KEBUDAYAAN 2 A. BUDAYA DAN KEBUDAYAAN Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan dan masyarakat akan selalu berkembang dan akan mengalami perubahan
Lebih terperinciMAKNA TSUUKAGIREI ( 通過儀礼 ) DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG ~SEJAK KELAHIRAN HINGGA PERNIKAHAN~ Oleh : Amaliatun Saleha NIP:
MAKNA TSUUKAGIREI ( 通過儀礼 ) DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG ~SEJAK KELAHIRAN HINGGA PERNIKAHAN~ Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis negaranya serta adanya pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki
Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Menurut Kodansha (1993:649-658) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah 377.781km². Menurut Danandjaja (1997:1), kepulauan Jepang terbentang di sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa
Lebih terperinci