ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun )"

Transkripsi

1 ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun ) WISNU PANATA PRAJA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 213

2 RINGKASAN WISNU PANATA PRAJA. Analisis Pola Penyebaran Spasial Penyakit Demam Berdarah Dengue(Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun ). Dibimbing oleh MOHAMMAD MASJKUR dan AJI HAMIM WIGENA. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini baik masyarakat maupun pemerintah, namun angka terjangkitnya penyakit ini masih belum dapat ditekan secara efektif. Hal ini dimungkinkan terjadi karena kurangnya informasi mengenai lokasi dan waktu persebaran kejadian penyakit DBD di Kota Bogor. Penelitian ini melakukan pengujian otokorelasi spasial dan membuat peta penyebaran kejadian penyakit DBD dari tahun Peubah pada penelitian ini menggunakan jumlah penderita penyakit DBD tahunan per kelurahan di Kota Bogor dari tahun Hasil pengujian Indeks Moran di Kota Bogor selama lima tahun terdapat hubungan spasial. Hasil pengujian Indeks LISAmenunjukkan bahwadaerahhotspot dikota Bogor adalah Baranangsiang, Tegal Gundil, Kedung Halang, Tegal Lega, dan Babakan, yang berpotensi memberikan dampak buruk (rawanpenyakit DBD) terhadap kelurahan tetangganya,sedangkan daerahcoldspot di Kota Bogor adalah Rangga Mekar, Kertamaya, Muarasari, Cipaku, Paledang, Cibogor, dan Mekarwangi, yang berpotensi dipengaruhipenyebaran penyakit DBD oleh kelurahan tetangganya. Kata kunci : DBD, Otokorelasi Spasial, Indeks Moran, Indeks LISA

3 Hak Cipta milik IPB, tahun 213 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

4 ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Denguedi Kota Bogor tahun ) WISNU PANATA PRAJA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 213

5 Judul Skripsi : Analisis Pola Penyebaran Spasial Penyakit Demam Berdarah Dengue (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun ) Nama : Wisnu Panata Praja NRP : G14831 Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Ir. Mohammad Masjkur, MS NIP Dr.Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si NIP Tanggal Lulus:

6 PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-nya kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul Analisis Pola Penyebaran Spasial Penyakit Demam Berdarah Dengue(Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun ) dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika, selaku mahasiswa Departemen Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Ir M. Masjkur, MSsebagai ketua komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan saran yang bermanfaat bagi penulis. 2. Bapak Dr.Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing atas masukan, saran, dan kesempatan yang diberikan kepada penulis. 3. Mamah, Bapak, A Bayu, Neng Dewi, Dede Shintadan keluarga tercinta atas doa, cinta dan dukungannya selama ini. 4. Seluruh dosen statistika atas ilmu yang telah diberikan, serta pengurus TU khususnya Ibu Markonah dan Ibu Tri yang telah dengan sabar memberikan pelayanan terbaik. 5. Teman-teman Apollo Gendut, Ferdian, Kiwil, Mehi, Ijal, Ibay, Odom, Fey, Andra, Uwir, Buluk, Yogi dan Budi. serta seluruh keluarga Statistika 45 dan semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materiil pada penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan saran dan kritik untuk menyempurnakan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat kepada pembaca. Amin. Bogor, Januari 213 Wisnu Panata Praja

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 1Februari199 dari pasangan Bapak Robandi dan Ibu Aat Atmanah. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN SoklatSubang pada tahun 22. Kemudian menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada tahun 25 di SMPN 3Subang. Tahun 28 penulis lulus dari SMA Negeri 1Subang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB pada program studi mayor Statistika melalui jalur USMI. Penulis memilih minor Kewirausahaan Agribisnis sebagai ilmu penunjang. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Metode Statistika pada semester ganjil tahun ajaran 211/212. Penulis mengikuti praktek lapang di Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada periode bulan Februari-April 212. Selain itu, penulis aktif berorganisasi di Koperasi Mahasiswa 28/29, Organisasi Mahasiswa Daerah Subang 21/211, dan Gamma Sigma Beta (GSB) 21/211. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan Nasional seperti Statistika Ria 21 dan 211 serta Pesta Sains 211.

8 vii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 TINJAUAN PUSTAKA Otokorelasi Spasial... 1 Matriks Contiguity... 1 Matriks Pembobot Spasial... 2 Indeks Moran... 2 Indeks LISA... 3 Plot Pencaran Moran... 3 METODOLOGI Bahan... 3 Metode... 3 HASIL DAN PEMBAHASAN... 4 Otokorelasi Spasial... 4 Indeks LISA dan Plot Pencaran Moran... 4 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 9 Saran... 9 DAFTAR PUSTAKA... 9 LAMPIRAN... 1

9 viii DAFTAR TABEL Halaman 1. Tabel 1 Jumlah penderita penyakit DBD di Kota Bogor dalam kurun waktu lima tahun Tabel 2Nilai Indeks Moran, nilai Ekspektasi Indeks Moran, nilai Ragam Indeks Moran, Z-hitung, dan p-value tahun DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar 1Ilustrasi perhitungan matriks pembobot spasial dengan langkah ratu Gambar 2Ilustrasi Plot Pencaran Moran Gambar 3Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun Gambar 4Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun Gambar 5Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun Gambar 6Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun Gambar 7Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun Gambar 8Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun Gambar 9Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun Gambar 1Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun Gambar 11 Plot PencaranMoran penderita penyakit DBD tahun Gambar 12Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun Gambar 13Peta kerawanan penyakit DBD di Kota Bogor tahun

10 ix DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Lampiran 1 Jumlah penderita penyakit DBD di setiap kelurahan di Kota Bogor Tahun Lampiran 2 Hasil perhitungan nilai I i dan p-value IndeksLISA tahun Lampiran 3 Hasil perhitungan nilai I i dan p-value IndeksLISA tahun Lampiran 4 Hasil perhitungan nilai I i dan p-value IndeksLISA tahun Lampiran 5 Hasil perhitungan nilai I i dan p-value IndeksLISA tahun Lampiran 6 Hasil perhitungan nilai I i dan p-value IndeksLISA tahun Lampiran 7 Posisi kelurahan pada Plot Pencaran Moranselama lima tahun... 18

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dengan luas wilayah 118,5 km 2 dan jumlah penduduk jiwa serta curah hujan yang tinggi, yaitu 5958,5 mm setiap tahun (BPS 21). Kondisi ini menjadikan Kota Bogor rawan penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 27 cukup tinggi, tercatat sebanyak kasus diantaranya 1 orang meninggal dunia, dan kebanyakan anak-anak di bawah umur menjadi penderitanya (Dinkes 21). Penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Penularan penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aides aegeptybetina (Judarwanto 26). Penyebaran nyamuk Aedes aegepty betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi tempatnya terbatas sampai jarak 1 meter dari lokasi kemunculan. Pemerintah melalui dinas kesehatan sudah berupaya menanggulangi penyakit DBD di Kota Bogor tetapi masih belum efektif. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian spasial agar menjadi solusi masalah kesehatan di Kota Bogor. Pengetahuan mengenai penyebaran spasial penyakit DBD merupakan peranan penting dalam upaya penanggulangan penyakit DBD sehingga perlu dilakukan analisis data spasial. Manfaat dari analisis tersebut untuk mendeteksi kelurahan yang berpotensi menularkan dan kelurahan yang berpotensi ditularkan sehingga menjadi pusat perhatian dalam penanggulangan penyakit DBD. Penelitian ini menggunakan otokorelasi spasial, besaran otokorelasi spasial dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan spasial antar daerah. Otokorelasi spasial bisa diukur menggunakan 2 metode yaitu Indeks Moran dan Indeks Local Indicator of Spatial Association (LISA). Indeks Moran untuk menghitung otokorelasi spasial secara global sedangkan Indeks LISA untuk menghitung otokorelasi spasial secara lokal. Pola penyebaran spasial demam berdarah dengue di Kota Bogor tahun 25 dengan mengidentifikasi pengaruh spasial secara global menggunakan Indeks Moran telah dilakukan Kartika (28) tanpa mengidentifikasi secara lokal menggunakan Indeks LISA. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan penyusunan peta rawan persebaran kejadian penyakit DBD di Kota Bogor dengan mempertimbangkan lokasi (kelurahan), dan waktu (tahun) dengan analisis pola spasial baik secara global maupun secara lokal. Tujuan Penelitian ini bertujuan mengetahui lokasi pusat penularan dan lokasi rawan tertular penyakit DBD di Kota Bogor berdasarkan otokorelasi spasial. TINJAUAN PUSTAKA Otokorelasi Spasial Otokorelasi spasial merupakan ukurankemiripan objek di dalam suatu ruang yang saling berhubungan. Pada kasus spasial, penggunaan istilah asosiasi mengacu pada data berbasis area dan memiliki hubungan yang bersifat kedekatan daerah. Otokorelasi berbasis pada data area ada yang bersifat positif dan negatif. Otokorelasi spasial bersifat positif jika dalam suatu daerah yang saling berdekatan mempunyai nilai yang mirip dan bersifat menggerombol. Sebaliknya, otokorelasi spasial bersifat negatif jika dalam suatu daerah yang berdekatan nilainya berbeda dan tidak mirip (Silk 1979). Otokorelasi spasial merupakan suatu ukuran untuk mengetahui pola-pola spasial dengan mempertimbangkan nilai dari lokasilokasi dengan atribut-atributnya. Ukuran ini digunakan untuk mendapatkan koefisien otokorelasi spasial yang bertujuan untuk mengukur dan menguji nilai-nilai yang menggerombol atau menyebar dalam ruang dengan menggunakan atribut-atributnya. Dengan kata lain, koefisien otokorelasi spasial bertujuan untuk mengukur kedekatan dan kemiripan karakteristik antar lokasi (Lee dan Wong 21). Matriks Contiguity Matriks contiguity adalah matriks yang menggambarkan hubungan antar lokasi. Unsur-unsur matriks contiguity bernilai 1 jika lokasi pengamatan berbatasan langsung dengan lokasi tetangganya dan bernilai jika lokasi pengamatan tidak berbatasan langsung dengan lokasi tetangganya. Untuk menentukan hubungan spasial (kedekatan) antara daerah pengamatan dapat menggunakan berbagai cara yaitu :

12 2 1. Queen contiguity Kedekatan didasarkan pada langkah ratu pada permainan catur. Daerah yang berbatasan langsung kearah kanan, kiri, atas, bawah dan diagonal didefinisikan sebagai daerah yang saling berdekatan. Ilustrasi matriks contiguity dengan menggunakan langkah ratu bisa dilihat pada Gambar 1.a dan 1.b. 2. Rook contiguity Hubungan spasial antar daerah pengamatan dapat ditentukan kearah kanan, kiri, atas, dan bawah. Sedangkan arah diagonal tidak dapat ditentukan. 3. Bishop contiguity Hubungan spasial antar daerah pengamatan hanya dapat ditentukan dalam arah diagonal saja (Silk 1979). Matriks Pembobot Spasial Jika ada unit daerah dalam pengamatan, maka matriks pembobot spasial yang dihasilkan berukuran, untuk menentukan hubungan kedekatan antar unit daerah. Setiap unit daerah digambarkan sebagai baris dan kolom. Setiap nilai dalam matriks menjelaskan hubungan spasial antara daerah pengamatan dengan daerah tetangganya (Lee dan Wong 21). Matriks pembobot spasial dinotasikan dengan W dan merupakan nilai dalam matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j serta menggambarkan pengaruh alami yang diberikan daerah ke-j untuk daerah ke-i sehingga matriks pembobot spasial dapat dikatakan sebagai matriks yang menggambarkan kekuatan interaksi antar lokasi. Penghitungan nilai W pada penelitian ini menggunakan queen contiguity. Ilustrasi matriks pembobot spasial dapat dilihat pada Gambar 1.c (Silk 1979).Selanjutnya, isi dari matriks pembobot spasial pada baris ke-i kolom ke-j yakni, sebagai berikut: dengan : : Nilai matriks pembobot spasial pada baris ke-i kolom ke-j : Total nilai matriks contiguity baris ke-i : Nilai matriks contiguity pada baris ke-i kolom ke-j a. Langkah ratu (Queen contiguity) Tetangga j D a e r a h i D a e r a h i b. Matriks Contiguity Tetangga j /3 1/3 1/ /5 1/5 1/5 1/5 1/ /3 1/3 1/ /5 1/5 1/5 1/5 1/ /8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/ /5 1/5 1/5 1/5 1/ /3 1/3 1/ /5 1/5 1/5 1/5 1/ /3 1/3 1/3 1 c. Matriks pembobot spasial Gambar 1 Ilustrasipenghitungan matriks pembobot spasial dengan langkah ratu Indeks Moran Statistik Indeks Moran adalah ukuran korelasi antara pengamatan pada suatu daerah dengan daerah lain yang berdekatan. Indeks Moran dapat diperoleh melalui persamaan berikut: ( )( ) [ ] [ ] ( ) dengan n adalah banyaknya pengamatan, adalah nilai rata-rata dari dari lokasi, adalah nilai pada lokasi ke-i, adalahnilai pada

13 3 lokasi ke-j, dan adalah nilai matriks pembobot spasial pada baris ke-i kolom ke-j. Nilai statistik I merupakan koefisien korelasi yang berada pada batas antara -1 dan 1. Pengujian hipotesis Indeks Moran Global sebagai berikut: H : I = (Tidak ada otokorelasi spasial) H 1 : I (Terdapat otokorelasi spasial) Statistik uji diturunkan dari sebaran normal baku, yaitu ( ) ( ) ( ) ( ) Iadalah Indeks Moran, dengan ( ) adalah nilai statistik uji dari Indeks Moran. ( ) adalah nilai harapan Indeks Moran, ( )adalah simpangan baku dari Indeks Moran dan nadalah banyaknya area (Ward dan Gleditsch 28). Indeks LISA Statistik Indeks LISA berguna untuk pendeteksian hotspotataucoldspot pada data area. Indeks LISA dengan matriks pembobot spasial didefinisikan sebagai berikut ( ) ( ) dengan merupakan nilai pengamatan pada lokasi ke-i, adalah nilai pengamatan pada lokasi ke-j, adalah nilai rataan dari peubah pengamatan, dan adalahpembobot antara daerah ke-i dan ke-j (Anselin 1995). Plot Pencaran Moran Plot Pencaran Moran menggambarkan hubungan linier antara nilai pengamatan yang dibakukan dan nilai rata-rata tetangga yang dibakukan. Plot Pencaran Morandisajikan dalamnilaiz-score lokasi pada sumbu (x), dan nilai z-score rata-rata tetangganya pada sumbu y. Pembakuan ini mengacu pada simpangan baku z-score berdistribusi normal dan memiliki persamaan sebagai berikut: dengan adalah nilai yang diamati di lokasi i, adalah nilai rataan peubah pada semua lokasi dan adalah simpangan baku peubah. Secara visual Plot Pencaran Moranterbagi atas empat kuadran seperti pada Gambar 2 (Anselin 1995). Rata-rata tetangga yang dibakukan RT RR Nilai pengamatan yang dibakukan Gambar 2 Ilustrasi Plot Pencaran Moran Kuadran I (terletak di kanan atas) disebut Tinggi-Tinggi(TT), menunjukkan daerah yang mempunyai nilai pengamatan tinggi dikelilingi oleh daerah yang mempunyai nilai pengamatan tinggi. Kuadran II (terletak di kiri atas) disebut Rendah-Tinggi (RT) atau coldspot, menunjukkan daerah dengan pengamatan rendah tapi dikelilingi daerah dengan nilai pengamatan tinggi. Kuadran III (terletak di kiri bawah) disebut Rendah- Rendah (RR), menunjukkan daerah dengan nilai pengamatan rendah dan dikelilingi daerah yang juga mempunyai nilai pengamatan rendah. Kuadran IV (terletak di kanan bawah) disebut Tinggi-Rendah(TR) atauhotspot, menunjukkan daerah dengan nilai pengamatan tinggi yang dikelilingi oleh daerah dengan nilai pengamatan rendah. METODOLOGI TT TR Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Bogor tahun Data tersebut adalah jumlah penderita demam berdarah dengue per tahun dari 68 kelurahan. Selain itu peta digital tahun 211 yang diperoleh dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) Cibinong Kabupaten Bogor. Metode Metode yang dilakukan untuk penelitian iniadalah melakukan uji otokorelasi spasial dan membuat peta tematik. 1. Membuat matriks contiguity daerah Kota Bogor untuk menentukan kedekatan antar kelurahan 2. Membuat matriks pembobot spasial yang diperoleh dari matriks contiguity 3. Menghitung nilai statistikindeks Moran

14 4 4. Melakukan pengujian hipotesis Indeks Moran untuk melihat otokorelasi spasial secara global di daerah Kota Bogor 5. Menghitung nilai statistik Indeks LISA 6. Melakukan pengujian hipotesis Indeks LISA untuk melihat otokorelasi spasial secara lokal di daerah Kota Bogor 7. Membuat Pencaran Moran 8. Membuat peta tematik. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah penderita penyakit DBD di Kota Bogor beragam dalam kurun waktu lima tahun. Tabel 1 menyatakan bahwa angka DBD tertinggi selama kurun waktu lima tahun terakhir terjadi pada tahun 27. Pada tahun 211 jumlah penderita DBD di Kota Bogor mengalami penurunan yang drastis terlihat dari jumlah penderitanya yang hanya 631 jiwa atau hanya sekitar 34.86% jumlah penderita DBD tahun 27 (Dinkes 21). Penurunan tersebut bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti curah hujan, perubahan kepadatan penduduk, peningkatan penanggulangan oleh pemerintah Kota Bogor dan lain sebagainya. Pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa keragaman penderita penyakit DBD di Kota Bogor sangat tinggi, artinya jumlah penderita penyakit DBD di suatu kelurahan sangat tinggi namun, ada juga kelurahan yang tidak terjangkit penyakit DBD. Tabel 1 Jumlah penderita penyakit DBD Kota Bogor dalam kurun waktu limatahun Jumlah Penderita Rata-rata Simpangan Baku Ragam Otokorelasi Spasial Matriks contiguity Kota Bogor berukuran Matriks contiguity tersebut menggambarkan jumlah tetangga setiap kelurahan di Kota Bogor. Paledang memiliki tetangga paling banyak yaitu 12 sedangkan Kencana memiliki tetangga paling sedikit yaitu satu. Hasil perhitungan Indeks Morandan perbandingan antara nilai Indeks Moran serta nilai harapannya ( ) di Kota Bogor selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 27, 28, 29, 21, dan 211 p-value lebih kecil dari α (.5). Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat otokorelasi spasial pada taraf 5% dan terbentuk pola yang mengelompok karena nilai Indeks Moran lebih besar dari nilai ekspektasinya ( ). Kota Bogor secara keseluruhan mengindikasikan bahwa antar lokasi pengamatan adanya keeratan hubungan dalam hal wabah penyakit DBD. Tabel 2 Nilai Indeks Moran, nilai Harapan Indeks Moran dan nilai Ragam Indeks Moran tahun Tahun I E(I) Var(I) Z-hit p-value E E E E E-8 Indeks LISA dan Plot Pencaran Moran Pengujian Indeks LISA pada tahun 27 ada 14 kelurahan yang nyata pada α=5% yaitu Genteng, Kertamaya, Rancamaya, Bojongkerta, Harjasari, Muarasari, Cipaku, Baranangsiang, Bantarjati, Tegalgundil, Tegallega, Babakan, Tanah Sareal dan Kedung Badak. Hal ini mengindikasikan bahwa kelurahan-kelurahan tersebut terdapat hubungan spasial dengan kelurahan tetangganya yang berbatasan langsung. Hasil pengujian Indeks LISA tahun 27 bisa dilihat pada Lampiran 2. Pada tahun 28 ada 17 kelurahan yang nyata pada α=5%. Ada tambahan tiga kelurahan dari tahun 27 yaitu Sindangsari, Tanah Baru, dan Kebon Pedes. Selengkapnya hasil pengujian Indeks LISA tahun 28 bisa dilihat pada Lampiran 3. Pada tahun 29 terdapat 19 kelurahan yang nyata pada α=5%. Ada perubahan dua kelurahan yang nyata pada tahun 28 menjadi tidak nyata pada tahun 29 yaitu Sindangsari dan Baranangsiang, serta ada empat kelurahan baru yang nyata pada tahun 29 yaitu Gunung Batu, Menteng, Kedung Waringin, dan Pamoyanan. Selengkapnya hasil pengujian Indeks LISA tahun 29 bisa dilihat pada Lampiran 4. Pada tahun 21 ada 2 kelurahan yang nyata pada α=5%. Ada perubahan enam kelurahan yang nyata pada tahun 29 menjadi tidak nyata pada tahun 21 yaitu Gunung Batu, Tegallega, Tanah Sareal, Balumbangjaya, Pamoyanan, dan Sindangsari. Kemudian ada enam kelurahan baru yang nyata pada tahun 21 yaitu Cibuluh, Kedung

15 Rata-rata tetangga yang dibakukan 5 Halang, Cilendek Timur, Sindangsari, Sindangrasa, dan Pakuan. Selengkapnya hasil pengujian Indeks LISA tahun 21 ada pada Lampiran 5. Pada tahun 211 terjadi perubahan dari tahun 21 untuk kelurahan yang nyata pada α=5%. tersebut yaitu Sempur, Cilendek Barat dan Sindang Barang, sedangkan Pakuan, Sindangsari, Sindangrasa, Tanah Baru, Cibuluh, Kedung Halang, Menteng, Cilendek Timur, Kedung Waringin, Kebon Pedes, dan Kedung Badak berubah menjadi kelurahan yang tidak nyata. Selengkapnya hasil pengujian LISA tahun 211 ada pada Lampiran 6. Berdasarkan Gambar 3, pada tahun 27 ada dua kelurahan yang menyebar di kuadran TT yaitu Bantarjati dan Kedung Badak. Hal ini mengindikasikan bahwa kelurahan tersebut terdapat jumlah penderita DBD tinggi dan kelurahan sekitarnya tinggi. yang termasuk kuadran TR adalah Baranangsiang, Tegalgundil, Tegallega, Babakan, dan Tanah Sareal. kelurahan tersebut mengindikasikan terdapat jumlah penderita DBD tinggi dan kelurahan sekitarnya rendah. yang termasuk kuadran RR adalah Genteng, Rancamaya, Bojongkerta, dan Harjasari. kelurahan tersebut menggambarkan jumlah penderita DBD rendah dan kelurahan sekitarnya rendah. Kuadran RR mengindikasikan daerah yang aman dari penyakit DBD. yang termasuk kuadran RT adalah Kertamaya, Muarasari dan Cipaku artinya terdapat jumlah penderita DBD rendah dan kelurahan sekitarnya tinggi. -kelurahan tersebut berpotensi menjadi kelurahan yang rawan karena bisa dipengaruhi dari tetangganya. Peta tematik pada Gambar 4 menggambarkan hasil Plot Pencaran Moran pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 4 kuadran TT disajikan dengan warna merah, kuadran TR disajikan dengan warna hijau, kuadran RT disajikan dengan warna biru, dan kuadran RR disajikan dengan warna jingga Nilai pengamatan yang dibakukan Gambar 3Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun 27 Gambar 4 Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun 27 Berdasarkan Gambar 5 tahun 28 terjadi perubahan, kuadran TT bertambah dua kelurahan yaitu Tanah Baru dan Kebon Pedes, kuadran RR bertambah satu kelurahan yaitu Sindangsari. Kuadran TR dan RT tidak terjadi perubahan. Tanah Baru dan Kebon Pedes memiliki jumlah penderita penyakit DBD yang tinggi dan tetangga-tetangganya yang berbatasan langsung dengan kedua kelurahan tersebut memiliki jumlah penyakit DBD yang tinggi juga. Jika dua kelurahan tersebut tidak ditangani maka wabah penyakit DBD di Kota Bogor pada tahun 28 semakin tinggi dan bisa menyebarkan. Peta tematik pada Gambar 6 menggambarkan hasil Plot Pencaran Moran pada Gambar

16 Rata-rata tetangga yang dibakukan Rata-rata tetangga yang dibakukan Nilai pengamatan yang dibakukan Gambar 5Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun Nilai pengamatan yang dibakukan Gambar 7Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun Gambar 6 Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun 28 Berdasarkan Gambar 7 tahun 29 untuk kuadran TT hanya ada tambahan satu kelurahan yaitu Gunung Batu. Kuadran TR terjadi perubahan, pertama bertambah satu kelurahan yaitu Kedung Waringin, kedua ada satu kelurahan yang keluar dari kuadran TR yaitu Baranangsiang. Kuadran RR terjadi perubahan ada dua kelurahan yang masuk kuadran ini yaitu Pamoyanan dan Balumbangjaya, tetapi ada kelurahan yang keluar dari kuadran ini yaitu Sindangsari. Kuadran RT berkurang satu kelurahan yaitu Cipaku sementara yang lainnya tetap sama seperti tahun 27 dan 28. Peta tematik pada Gambar 8 menggambarkan hasil Plot Pencaran Moran pada Gambar 7. Gambar 8 Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun 29 Berdasarkan Gambar 9 tahun 21 terjadi perubahan di setiap kuadran. Kuadran TT ada satu kelurahan masuk pada kuadran ini yaitu Cibuluh tetapi Gunung Batu keluar dari kuadran ini. Kuadran TR ada dua kelurahan yang masuk pada kuadran ini yaitu Kedung Halang dan Cilendek Timur, tetapi ada dua kelurahan yang keluar dari kuadran ini yaitu Tegallega dan Tanah Sareal. Kuadran RR ada dua kelurahan yang masuk kuadran ini yaitu Pakuan, Sindangsari, dan Sindangrasa, tetapi ada dua kelurahan yang keluar dari kuadran ini yaitu Pamoyanan dan Balumbang Jaya, sementara untuk kuadran RT tidak ada yang berubah dari tahun 29. Peta tematik pada Gambar 1 menggambarkan hasil Plot Pencaran Moran pada Gambar 9.

17 Rata-rata tetangga yang dibakukan Rata-rata tetangga yang dibakukan Nilai pengamatan yang dibakukan Gambar 9 Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun Nilai pengamatan yang dibakukan Gambar 11 Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun Gambar 1 Peta Tematik dari plot Pencaran Moran tahun 21 Pada tahun 211 untuk kuadran TT terjadi perubahan, ada tiga kelurahan yang masuk pada kuadran ini yaitu Sempur, Cilendek Barat, dan Sindang Barang tetapi sebanyak empat kelurahan keluar dari kuadran ini yaitu Tanah Baru, Cibuluh, Kebon Pedes dan Kedung Badak. Pada kuadran TR ada satu kelurahan yang masuk pada kuadran ini yaitu Tegallega, sedangkan kelurahan yang keluar dari kuadran ini ada tiga kelurahan yaitu Kedung Halang, Cilendek Timur dan Kedung Waringin. Kuadran RR tidak ada tambahan kelurahan tetapi ada sebanyak empat kelurahan yang keluar dari kuadran ini yaitu Rancamaya, Pakuan, Sindangsari dan Sindangrasa, sementara untuk kuadran RT tidak terjadi perubahan dari tahun 29, selengkapnya bisa dilihat pada Gambar 11. Peta tematik pada Gambar 12 menggambarkan hasil Plot Pencaran Moran pada Gambar 11. Gambar 12 Peta Tematik dari plot Pencaran Moran tahun 211 Berdasarkan Gambar 13 Bantarjati dan Kedungbadak cenderung selalu berada pada kuadran TT. Hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian jumlah penderita DBD perlu dilakukan pada kelurahan-kelurahan tersebut. Tegalgundil, Tegallega, dan Babakan cenderung selalu berada pada kuadran TR. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga kelurahan tersebut berpotensi besar menyebarkan penyakit DBD sehingga pengendalian penyebaran perlu dilakukan. Genteng, Bojong Kerta, dan Harjasari cenderung selalu berada pada kuadran RR selama lima tahun. Muarasari dan Kertamaya cenderung selalu berada pada Kuadran RT. yang masuk dalam kategori hotspot selama lima tahun pengamatan berubah-ubah. yang konsisten berada pada kategori hotspot adalah Baranangsiang, Tegal Gundil, Kedung Halang, Tegal Lega, dan Babakan. Kelima

18 8 kelurahanhotspot ini memiliki otokorelasi negatif atau berpola pencilan,dengan nilai banyaknya penderita penyakit DBD pada kelurahan tersebut tinggi namun dikelilingi oleh kelurahan yang memiliki banyaknya penderita penyakit DBD yang rendah. -kelurahan tersebut berpotensi menjadikan kelurahantetangganya menjadi kelurahan yang rawan akan wabah penyakit DBDjuga. yang dikelilingi oleh kelurahanhotspot ini terancam bahaya wabah penyakit DBD. yang masuk dalam kategori coldspot selama lima tahun pengamatan berubah-ubah. yang konsisten berada pada kategori coldspot adalah Rangga Mekar, Kertamaya, Muarasari, Cipaku, Paledang, Cibogor, dan Mekarwangi. Daerah ini memiliki otokorelasi negatif atau berpola pencilan dengan nilai banyaknya penderita penyakit DBD pada daerah tersebut rendah sedangkan daerah sekitarnya tinggi. Daerahcoldspot ini berpotensi menjadi rawan akan penyebaran penyakit DBD yang ditularkan oleh daerah di sekitarnya yang tinggi. Tahun 27 Tahun 28 Tahun 29 Keterangan Merah : TT Hijau : TR (Hotspot) Biru : RT (Coldspot) Jingga : RR Abu-abu : Tidak signifikan Tahun 21 Tahun 211 Gambar 13 Peta kerawanan penyakit DBD di Kota Bogor tahun

19 9 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan Indeks Moran terdapat pola penyebaran spasial pada penyakit DBD di Kota Bogor. yang diprioritaskan untuk menurunkan jumlah penderita DBD adalah Bantarjati dan Kedung Badak. yang diprioritaskan untuk pengendalian penyebaran penyakit DBD adalah Baranangsiang, Tegal Gundil, Kedung Halang, Tegal Lega, dan Babakan karena kelurahan-kelurahan tersebut masuk pada lokasi pusat penularan atau daerah hotspot. yang berpotensi rawan akan penyebaran penyakit DBD yang ditularkan oleh kelurahan yang disekitarnya tinggi adalah Rangga Mekar, Kertamaya, Muarasari, Cipaku, Paledang, Cibogor, dan Mekarwangi, karena kelurahan-kelurahan tersebut masuk pada daerah coldspot. Saran Penelitian selanjutnya dapat dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kejadian penyakit DBD di Kota Bogor dengan pendekatan analisis regresi klasik dan spasial. DAFTAR PUSTAKA Anselin L Spatial Econometrics: Method and Models. London:Kluwer Academic Publisher. [BPS] Badan Pusat Statistik. 21. Kota Bogor dalam angka. Bogor: Badan Pusat Statistik. [Dinkes] Dinas Kesehatan Kota Bogor. 21. Kasus Demam Berdarah. Bogor: Dinas Kesehatan Kota Bogor. Judarwanto W. 26. Deteksi Dini Diagnosis DBD. /news_read.htm?id= [18 Juni 26]. Kartika Y. 27. Pola Penyebaran Spasial Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun 25. [Skripsi] Institut Pertanian Bogor. Lee J, Wong SWD. 21. Statistical Analysis with Arcview GIS. John Willey & Sons, INC: United Stated of America. Silk J Statistical Concept in Geography. London : George Allen & Unwin. Ward MD, Gleditsch KS. 28. Spatial Regrression Models. United States: Sage Publications, Inc.

20 LAMPIRAN 1

21 11 Lampiran 1 Jumlah penderita penyakit DBD di setiap kelurahan di Kota Bogor tahun Kode Mulyaharja Pamoyanan Ranggamekar Genteng Kertamaya 1 6 Rancamaya 2 7 Bojongkerta Harjasari Muarasari Pakuan Cipaku Lawanggintung Batu Tulis Bondongan Empang Cikaret Sindangsari Sindangrasa Tajur Katulampa Baranangsiang Sukasari Bantarjati Tegalgundil Tanah Baru Cimahpar Ciluar Cibuluh Kedunghalang Ciparigi Paledang Gudang Babakan Pasar TegaRRega

22 12 Lampiran 1 (lanjutan) Kode Babakan Sempur Pabaton Cibogor Panaragan Kebon Kelapa Ciwaringin Pasir Mulya Pasir Kuda Pasir Jaya Gunung Batu Loji Menteng Cilendek Timur Cilendek Barat Sindang Barang Margajaya Balumbang Jaya Situgede Bubulak Semplak Curug Mekar Curug Kedungwaringin Kedungjaya Kebon Pedes Tanah Sareal Kedungbadak Sukaresmi Sukadamai Cibadak Kayumanis Mekarwangi Kencana

23 13 Lampiran 2 Hasil perhitungan nilai I i dan p-value LISA tahun 27 Kode Ii p- value Kode Ii p- value 1 Mulya Harja Babakan Pamoyanan Sempur Rangga Mekar Pabaten Genteng Cibogor Kertamaya Panaragan Rancamaya Kebon Kelapa Bojongkerta Ciwaringin Harjasari Pasir Mulya Muarasari Pasir Kuda Pakuan Pasir Jaya Cipaku Gunungbatu.9.39 Lawang 12 Gintung Loji Batu Tulis Menteng Bondongan Cilendek Timur Empang Cilendek Barat Cikaret Sindangbarang Sindangsari Margajaya Sindangrasa Balumbangjaya Tajur Situgede Katulampa Bubulak Baranangsiang Semplak Sukasari curugmekar Bantarjati Curug Tegal Gundil Kedungwaringin Tanahbaru Kedungjaya Cimahpar Kebon Pedes Ciluar Tanah Sareal Cibuluh Kedung Badak Kedunghalang Sukaresmi Ciparigi Sukadamai Paledang Cibadak Gudang Kayumanis Babakan Pasar Mekarwangi Tegal Lega Kencana.28.38

24 14 Lampiran 3 Hasil perhitungan nilai I i dan p-value LISA tahun 28 Kode Ii p- value Kode Ii p- value 1 Mulya Harja Babakan Pamoyanan Sempur Rangga Mekar Pabaten Genteng Cibogor Kertamaya Panaragan Rancamaya Kebon Kelapa Bojongkerta Ciwaringin Harjasari Pasir Mulya Muarasari Pasir Kuda Pakuan Pasir Jaya Cipaku Gunungbatu.1.48 Lawang 12 Gintung Loji Batu Tulis Menteng Bondongan Cilendek Timur Empang Cilendek Barat Cikaret Sindangbarang Sindangsari Margajaya Sindangrasa Balumbangjaya Tajur Situgede Katulampa Bubulak Baranangsiang Semplak Sukasari curugmekar Bantarjati Curug Tegal Gundil Kedungwaringin Tanahbaru Kedungjaya Cimahpar Kebon Pedes Ciluar Tanah Sareal Cibuluh Kedung Badak Kedunghalang Sukaresmi Ciparigi Sukadamai Paledang Cibadak Gudang Kayumanis Babakan Pasar Mekarwangi Tegal Lega Kencana.36.35

25 15 Lampiran 4 Hasil perhitungan nilai I i dan p-value LISA tahun 29 Kode Ii p- value Kode Ii p- value 1 Mulya Harja Babakan Pamoyanan Sempur Rangga Mekar Pabaten Genteng Cibogor Kertamaya Panaragan Rancamaya Kebon Kelapa Bojongkerta Ciwaringin Harjasari Pasir Mulya Muarasari Pasir Kuda Pakuan Pasir Jaya Cipaku Gunungbatu Lawang 12 Gintung Loji Batu Tulis Menteng Bondongan Cilendek Timur Empang Cilendek Barat Cikaret Sindangbarang Sindangsari Margajaya Sindangrasa Balumbangjaya Tajur Situgede Katulampa Bubulak Baranangsiang Semplak Sukasari curugmekar Bantarjati Curug Tegal Gundil Kedungwaringin Tanahbaru Kedungjaya Cimahpar Kebon Pedes Ciluar Tanah Sareal Cibuluh Kedung Badak Kedunghalang Sukaresmi Ciparigi Sukadamai Paledang Cibadak Gudang Kayumanis Babakan Pasar Mekarwangi Tegal Lega Kencana.41.43

26 16 Lampiran 5 Hasil perhitungan nilai I i dan p-value LISA tahun 21 Kode Ii p- value Kode Ii p- value 1 Mulya Harja Babakan Pamoyanan Sempur Rangga Mekar Pabaten Genteng Cibogor Kertamaya Panaragan Rancamaya Kebon Kelapa Bojongkerta Ciwaringin Harjasari Pasir Mulya Muarasari Pasir Kuda Pakuan Pasir Jaya Cipaku Gunungbatu.1.47 Lawang 12 Gintung Loji Batu Tulis Menteng Bondongan Cilendek Timur Empang Cilendek Barat Cikaret Sindangbarang Sindangsari Margajaya Sindangrasa Balumbangjaya Tajur Situgede Katulampa Bubulak Baranangsiang Semplak Sukasari curugmekar Bantarjati Curug Tegal Gundil Kedungwaringin Tanahbaru Kedungjaya Cimahpar Kebon Pedes Ciluar Tanah Sareal Cibuluh Kedung Badak Kedunghalang Sukaresmi Ciparigi Sukadamai Paledang Cibadak Gudang Kayumanis Babakan Pasar Mekarwangi Tegal Lega Kencana.14.44

27 17 Lampiran 6 Hasil perhitungan nilai I i dan p-value LISA tahun 211 Kode Ii p- value Kode Ii p- value 1 Mulya Harja Babakan Pamoyanan Sempur Rangga Mekar Pabaten Genteng Cibogor Kertamaya Panaragan Rancamaya Kebon Kelapa Bojongkerta Ciwaringin Harjasari Pasir Mulya Muarasari Pasir Kuda Pakuan Pasir Jaya Cipaku Gunungbatu Lawang 12 Gintung Loji Batu Tulis Menteng Bondongan Cilendek Timur Empang Cilendek Barat Cikaret Sindangbarang Sindangsari Margajaya Sindangrasa Balumbangjaya Tajur Situgede Katulampa Bubulak Baranangsiang Semplak Sukasari curugmekar Bantarjati Curug Tegal Gundil Kedungwaringin Tanahbaru Kedungjaya Cimahpar Kebon Pedes Ciluar Tanah Sareal Cibuluh Kedung Badak Kedunghalang Sukaresmi Ciparigi Sukadamai Paledang Cibadak Gudang Kayumanis Babakan Pasar Mekarwangi Tegal Lega Kencana.8.46

28 18 Lampiran 7 Posisi kelurahan pada Moran Scatterplot selama lima tahun Kode Kuadran Mulya Harja RR RR RR RR RR 2 Pamoyanan RR RR RR RR RR 3 Rangga Mekar RT RT RT RT RT 4 Genteng RR RR RR RR RR 5 Kertamaya RT RT RT RT RT 6 Rancamaya RR RR RR RR RR 7 Bojongkerta RR RR RR RR RR 8 Harjasari RR RT RT RR RR 9 Muarasari RT RT RT RT RT 1 Pakuan RR RR RR RR RR 11 Cipaku RT RT RT RT RT 12 Lawang Gintung TT TT TT RT RT 13 Batu Tulis TR TR RR RR RR 14 Bondongan RR RR RR TR TR 15 Empang TR TR TR RR RR 16 Cikaret TR RR RR RR RR 17 Sindangsari RR RR RR RR RR 18 Sindangrasa RR RT RT RT RR 19 Tajur RR RR RR RR RR 2 Katulampa TT RT RT TT TT 21 Baranangsiang TR TR TR TR TR 22 Sukasari TT TT RT RT RT 23 Bantarjati TT TT TT TT TT 24 Tegal Gundil TR TR TR TR TR 25 Tanahbaru TT TT TT TT TT 26 Cimahpar TR RR RR TR RR 27 Ciluar RR RR RR RR RR 28 Cibuluh RT RT TT TT RT 29 Kedunghalang TR TR TR TR TR 3 Ciparigi RR TR TR TR RR 31 Paledang RT RT RT RT RT 32 Gudang RR RR RR RR RR 33 Babakan Pasar RR RR RR RR RR 34 Tegal Lega TR TR TR TR TR

29 19 Lampiran 7 (lanjutan) Kode Kuadran Babakan TR TR TR TR TR 36 Sempur TT TT TT RT TT 37 Pabaten RR RR RR RR RR 38 Cibogor RT RT RT RT RT 39 Panaragan RR TR RR TR RR 4 Kebon Kelapa TR TR RR RR TR 41 Ciwaringin RR RR RR TR RR 42 Pasir Mulya RR RR RR RR TR 43 Pasir Kuda TR RR RR TR TR 44 Pasir Jaya TT RT RT RT RT 45 Gunungbatu TT TT TT TT TT 46 Loji RR RR TR RR TR 47 Menteng TT TT TT TT TT 48 Cilendek Timur RR TR TR TR RR 49 Cilendek Barat TT TT TT TT TT 5 Sindangbarang TT TT TT TT TT 51 Margajaya RR RR RR RR RR 52 Balumbangjaya RR RR RR RR RR 53 Situgede RR RR RR RR RR 54 Bubulak RT RT RT RT TT 55 Semplak TT TT RT TT RT 56 curugmekar RT RT RT TT RT 57 Curug RR TR RR RR RR 58 Kedungwaringin RR TR TR TR TR 59 Kedungjaya RR TR RR RR RR 6 Kebon Pedes TT TT TT TT TT 61 Tanah Sareal TR TR TR TR RR 62 Kedung Badak TT TT TT TT TT 63 Sukaresmi RR RR RR RR RR 64 Sukadamai TT RT TT RT RT 65 Cibadak RT RT TT TT TT 66 Kayumanis RR RR RR RR RR 67 Mekarwangi RT RT RT RT RT 68 Kencana RR RR RR RR RR Keterangan : TT adalah Tinggi-Tinggi TR adalah Tinggi-Rendah RT adalah Rendah-Tinggi RR adalah Rendah-Rendah

30 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Penduduk dan Ketenagakerjaan/Population and Employment Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment

Penduduk dan Ketenagakerjaan/Population and Employment Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment 3 Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 71 72 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Penduduk Kota

Lebih terperinci

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Penduduk Kota Bogor pada tahun terdapat sebanyak 1.004.831 orang yang terdiri atas 510.884 orang laki-laki dan sebanyak 493.947 perempuan. Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah

Lebih terperinci

REKAPITULASI KARTU INVENTARIS BARANG PEMERINTAH KOTA BOGOR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 AUDITED

REKAPITULASI KARTU INVENTARIS BARANG PEMERINTAH KOTA BOGOR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 AUDITED REKAPITULASI KARTU INVENTARIS BARANG PEMERINTAH KOTA BOGOR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 AUDITED GOLONGAN ASET TETAP NO NAMA OPD TANAH PERALATAN DAN MESIN GEDUNG DAN BANGUNAN JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN

Lebih terperinci

PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR. Presiden Republik Indonesia,

PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR. Presiden Republik Indonesia, PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR Menimbang: Presiden Republik Indonesia, a. bahwa meningkatnya perkembangan pembangunan di Propinsi

Lebih terperinci

POLA PENYEBARAN SPASIAL DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BOGOR TAHUN 2005 YOLI KARTIKA

POLA PENYEBARAN SPASIAL DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BOGOR TAHUN 2005 YOLI KARTIKA POLA PENYEBARAN SPASIAL DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BOGOR TAHUN 5 YOLI KARTIKA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 7 SESUATU YANG TERJADI

Lebih terperinci

LAPORAN TAHAPAN REKAPITULASI PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

LAPORAN TAHAPAN REKAPITULASI PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 LAPORAN TAHAPAN REKAPITULASI PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR Jl. Loader No. 7 Bogor Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Sumberdaya Air dan Irigasi/Water Resources and Irrigation Sumberdaya Air dan Irigasi/ Water Resources and Irrigation

Sumberdaya Air dan Irigasi/Water Resources and Irrigation Sumberdaya Air dan Irigasi/ Water Resources and Irrigation 8 Sumberdaya Air dan Irigasi/ Water Resources and Irrigation Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 307 308 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 SUMBERDAYA AIR DAN IRIGASI PDAM

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL REGRESI LOGISTIK SPASIAL (Studi Kasus: Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor Tahun 2008) UMI MAHTUMAH

PENERAPAN MODEL REGRESI LOGISTIK SPASIAL (Studi Kasus: Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor Tahun 2008) UMI MAHTUMAH 1 PENERAPAN MODEL REGRESI LOGISTIK SPASIAL (Studi Kasus: Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Tahun 2008) UMI MAHTUMAH DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Energi/Energy Energi/ Energy

Energi/Energy Energi/ Energy 7 Energi/ Energy Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 287 288 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures E N E R G I Sampai dengan tahun 2011 jumlah trafo yang terpasang di Kota Bogor ada sebanyak

Lebih terperinci

Geografis/ Geographical

Geografis/ Geographical 1 Geografis/ Geographical Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 1 2 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 GEOGRAFIS Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106 o 48 BT dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Larnpiran 1 Nama kelurahanldesa di Kota Bogor pada tahun 2005 No. Nama Kecamatan Nama Kelurahan 1 Bogor Selatan 1. Mulyaharia 2. pamoya"an 3.

Larnpiran 1 Nama kelurahanldesa di Kota Bogor pada tahun 2005 No. Nama Kecamatan Nama Kelurahan 1 Bogor Selatan 1. Mulyaharia 2. pamoyaan 3. Larnpiran 1 Nama kelurahanldesa di Kota Bogor pada tahun 2005 No. Nama Kecamatan Nama Kelurahan 1 Bogor Selatan 1. Mulyaharia 2. pamoya"an 3. Ranggamekar 4. Genteng 5. Kertamaya 6. Rancamaya 7. Bojongkerta

Lebih terperinci

Z = HASIL DAN PEMBAHASAN

Z = HASIL DAN PEMBAHASAN 1 D adalah himpunan daerah Bogor yang terdiri dari 68 desa/kelurahan di Kota Bogor. 2 Mengonversi himpunan daerah tersebut ke dalam matriks di MATLAB. 3 Menentukan daerah R menggunakan MBR (Minimum Bounding

Lebih terperinci

PENENTUAN PEUBAH-PEUBAH YANG MEMPENGARUHI PERSENTASE PENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL

PENENTUAN PEUBAH-PEUBAH YANG MEMPENGARUHI PERSENTASE PENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 PENENTUAN PEUBAH-PEUBAH YANG MEMPENGARUHI PERSENTASE PENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL SEKARSARI UTAMI WIJAYA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

Pemerintahan/Government Pemerintahan/ Government

Pemerintahan/Government Pemerintahan/ Government 2 Pemerintahan/ Government Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 37 38 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 PEMERINTAHAN Dalam menjalankan pemerintahannya, Kota Bogor terbagi menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,

PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMEKARAN KOTA BOGOR DAN EVALUASINYA TERHADAP POLA RUANG PUBLIKASI ILMIAH

KARAKTERISTIK PEMEKARAN KOTA BOGOR DAN EVALUASINYA TERHADAP POLA RUANG PUBLIKASI ILMIAH KARAKTERISTIK PEMEKARAN KOTA BOGOR DAN EVALUASINYA TERHADAP POLA RUANG PUBLIKASI ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: Muhammad Azzam NIM : E

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 4 Tahun 2014 Seri D Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT

Lebih terperinci

SPATIAL OUTLIER DETECTION BERDASARKAN POLIGON DESA PADA DATA PEMILIHAN WALIKOTA BOGOR HUDANUL HAFIIZH

SPATIAL OUTLIER DETECTION BERDASARKAN POLIGON DESA PADA DATA PEMILIHAN WALIKOTA BOGOR HUDANUL HAFIIZH SPATIAL OUTLIER DETECTION BERDASARKAN POLIGON DESA PADA DATA PEMILIHAN WALIKOTA BOGOR HUDANUL HAFIIZH DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 56 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 56 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 56 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

(M.4) KLUSTERING DATA SPASIAL MULTIVARIAT DENGAN MODEL BASED CLUSTERING

(M.4) KLUSTERING DATA SPASIAL MULTIVARIAT DENGAN MODEL BASED CLUSTERING (M.4) KLUSTERING DATA SPASIAL MULTIVARIAT DENGAN MODEL BASED CLUSTERING I GedeNyomanMindra Jaya 1) Bertho Tantular 1) SiskaAriani Efendi 2) 1)Dosen Program Studi StatistikaFMIPA UNPAD 2)Alumnus Program

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 BATASAN ADMINISTRASI WILAYAH Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106º 43 30-106º 51.00 Bujur Timur dan 6º 30 30-6º 41 00 Lintang Selatan. Kota ini berjarak lebih

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BOGOR. Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Bogor.

PEMERINTAH KOTA BOGOR. Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Bogor. PEMERINTAH KOTA BOGOR Laporan Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Bogor Desember 2014 Oleh : 1 KATA PENGANTAR Sanitasi sebagai salah satu wujud

Lebih terperinci

Non e-proc 15Pemb. Saluran Pembuangan Air Hujan Permukiman Kel. Bantarjati Bantarjati Non e-proo

Non e-proc 15Pemb. Saluran Pembuangan Air Hujan Permukiman Kel. Bantarjati Bantarjati Non e-proo RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN ANGGARAN 2011 DINAS PENGAWASAN BANGUNAN DAN PERMUKIMAN No. Kecamatan Bogor Utara Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan { Kelurahan ) Prakiraan Biaya (Rp.) Keterangan 1 Perbaikan'Jalan

Lebih terperinci

LAPORAN TAHAPAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DITEMPAT PEMUNGUTAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

LAPORAN TAHAPAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DITEMPAT PEMUNGUTAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 LAPORAN TAHAPAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DITEMPAT PEMUNGUTAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR Jl. Loader No. 7 Bogor Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Penentuan Pusat-pusat Kegiatan Baru sebagai Alternatif untuk Mengurangi Kemacetan Kota Bogor

Penentuan Pusat-pusat Kegiatan Baru sebagai Alternatif untuk Mengurangi Kemacetan Kota Bogor ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930 Journal of Regional and Rural Development Planning Oktober 2017, 1 (3): 287-297 DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2017.1.3.287-297 Penentuan Pusat-pusat Kegiatan Baru

Lebih terperinci

Rencana Tahun Kebutuhan Dana/Pagu Indikatif. total 5.9 km, sisa 2.1 km x ROW 35 = m2. 55,125,000,000 APBD Kota

Rencana Tahun Kebutuhan Dana/Pagu Indikatif. total 5.9 km, sisa 2.1 km x ROW 35 = m2. 55,125,000,000 APBD Kota RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2015 KOTA BOGOR Urusan / Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan URUSAN PEKERJAAN UMUM Program Pembangunan Jalan, Jembatan dan Drainase Pembebasan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDUGAAN RAGAM PENARIKAN CONTOH PADA SMALL AREA ESTIMATION

PENGARUH PENDUGAAN RAGAM PENARIKAN CONTOH PADA SMALL AREA ESTIMATION PENGARUH PENDUGAAN RAGAM PENARIKAN CONTOH PADA SMALL AREA ESTIMATION Anang Kurnia Khairil A. Notodiputro Departemen Statistika - IPB Center for Statistics and Public Opinions 1. Pendahuluan Otonomi daerah

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA PENERIMA, ALAMAT DAN BESARAN ALOKASI HIBAH YANG DITERIMA Rp NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA JUMLAH (Rp.

DAFTAR NAMA PENERIMA, ALAMAT DAN BESARAN ALOKASI HIBAH YANG DITERIMA Rp NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA JUMLAH (Rp. LAMPIRAN III PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 5 Tahun 2016 TANGGAL : 08 Januari 2016 TENTANG : PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DAFTAR NAMA PENERIMA, ALAMAT DAN BESARAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kecamatan Bogor Barat Wilayah administrasi Kecamatan Bogor Barat hingga akhir Desember 2008 yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00

Lebih terperinci

PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN DAN KAITANNYA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH (STUDI KASUS KOTA BOGOR) ADITYO HADISUSILO A

PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN DAN KAITANNYA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH (STUDI KASUS KOTA BOGOR) ADITYO HADISUSILO A PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN DAN KAITANNYA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH (STUDI KASUS KOTA BOGOR) ADITYO HADISUSILO A14053882 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH KOTA BOGOR RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2016 Urusan Pemerintahan : 1. 20 Urusan Wajib Otonomi Daerah,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Pola Spasial Menurut Lee dan Wong (2001), pola spasial atau spatial pattern adalah sesuatu yang menunjukkan penempatan atau susunan benda-benda di permukaan bumi. Setiap

Lebih terperinci

LINGKUNGAN HIDUP. Lingkungan Hidup/ Environmental. Lingkungan Hidup/ Environmental

LINGKUNGAN HIDUP. Lingkungan Hidup/ Environmental. Lingkungan Hidup/ Environmental Lingkungan Hidup/ Environmental Lingkungan Hidup/ Environmental LINGKUNGAN HIDUP Sumber air minum masyarakat Kota Bogor selain di supply PDAM melalui pipa ledeng, juga berasal dari air minum non perpipaan

Lebih terperinci

: 68/Kpts/KPU-Kota /X/2013

: 68/Kpts/KPU-Kota /X/2013 LAMPIRAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR NOMOR : 68/Kpts/KPU-Kota-01132941/X/2013 TANGGAL TENTANG : 08-Oktober-2013 : PENETAPAN ZONA ATAU WILAYAH PEMASANGAN ALAT PERAGA KAMPANYE DI TEMPAT UMUM

Lebih terperinci

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324 Arrowiyah 1307 100 070 Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si Seminar Tugas Akhir SS091324 1 Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka Seminar

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PENGGUNAAN SUMBER AIR BAWAH TANAH TERHADAP PENGGUNAAN AIR PDAM MENGGUNAKAN SPATIAL ASSOCIATION RULE MINING SUCI SRI UTAMI SUTJIPTO

ANALISIS POTENSI PENGGUNAAN SUMBER AIR BAWAH TANAH TERHADAP PENGGUNAAN AIR PDAM MENGGUNAKAN SPATIAL ASSOCIATION RULE MINING SUCI SRI UTAMI SUTJIPTO ANALISIS POTENSI PENGGUNAAN SUMBER AIR BAWAH TANAH TERHADAP PENGGUNAAN AIR PDAM MENGGUNAKAN SPATIAL ASSOCIATION RULE MINING SUCI SRI UTAMI SUTJIPTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci

Implementasi Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN Data Penelitian

Implementasi Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN Data Penelitian Implementasi Sistem Clustering FCM diimplementasikan pada program yang dikembangkan dengan perangkat lunak Matlab v.7.7. Tahap implementasi sistem mengikuti langkahlangkah melakukan clustering dengan FCM,

Lebih terperinci

E N E R G I. Energi/ Energy. Energi/ Energy

E N E R G I. Energi/ Energy. Energi/ Energy E N E R G I Energi/ Energy Sampai dengan tahun 2011 jumlah trafo yang terpasang di Kota Bogor ada sebanyak 400 yang berkisar antara 25 kilo volt amphere (KVA) sampai dengan 1000 KVA. Trafo yang paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan menimbulkan peningkatan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan menimbulkan peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan menimbulkan peningkatan kebutuhan perumahan, yang berakibat juga pada harga tanah di perkotaan yang semakin tinggi. Selama ini

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI STUDI

IV. KEADAAN UMUM LOKASI STUDI IV. KEADAAN UMUM LOKASI STUDI 4.1. Batas Administrasi Kota Bogor terletak pada 106º43 30-106º51 00 Bujur Timur dan 6º30 30-6º41 00 Lintang Selatan. Kota Bogor berjarak sekitar 60 km dari Ibu Kota Negara

Lebih terperinci

retak, Laporan Kinerja KPU Kota Bogor Tahun 2016 yang telah disusun ini tentu Bogor, 20 Januari 2017 Sekretaris, AEP SYAEFFUDIN

retak, Laporan Kinerja KPU Kota Bogor Tahun 2016 yang telah disusun ini tentu Bogor, 20 Januari 2017 Sekretaris, AEP SYAEFFUDIN KATA PENGANTAR P uji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya Laporan Kinerja (LK) Komisi Pemilihan Umum Kota Bogor Tahun 2016 dapat disusun dan diselesaikan tepat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas tentang deskripsi karakteristik penyebaran kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sleman. Gambaran tentang persebaran penyakit

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BOGOR REKAPITULASI RANCANGAN PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2016

PEMERINTAH KOTA BOGOR REKAPITULASI RANCANGAN PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KOTA BOGOR REKAPITULASI RANCANGAN PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH ORGANISASI, TAHUN ANGGARAN 2016 Lampiran IV Peraturan Daerah Nomor : Tanggal : KODE 1 Urusan Wajib 169.525.878.46

Lebih terperinci

Batutulis Bojong-kerta Bondongan Cikaret Cipaku Empang Genteng Harjasari A. Data Pemilih

Batutulis Bojong-kerta Bondongan Cikaret Cipaku Empang Genteng Harjasari A. Data Pemilih Rekapitulasi Catatan Hasil Penghitungan Suara untuk Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Bogor di TPS dalam Wilayah Kecamatan Diisi berdasarkan formulir D1KWK KPU Model DA1KWK.KPU PEMILUKADA : Walikota

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BELANJA Switch Pengadaan Inventaris Kantor Barang 600,000 unit APBD 0/03/03 30/04/03 0/04/03 30/06/03 Wireless LAN Pengadaan Inventaris Kantor Barang 800,000 unit APBD 0/03/03 30/04/03 0/04/03 30/06/03

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Preferensi Mahasiswa Statistika IPB Angkatan 44, 45, dan 46 terhadap Minat Bidang Kerja) DONNY ARIEF SETIAWAN SITEPU

Lebih terperinci

S o s i a l/s o c i a l Sosial/ Social

S o s i a l/s o c i a l Sosial/ Social 4 Sosial/ Social Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 145 146 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures S O S I A L Perkembangan pendidikan di Kota Bogor ditunjukkan dengan adanya sedikit penurunan

Lebih terperinci

REKAPITULASI RANCANGAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2016

REKAPITULASI RANCANGAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KOTA BOGOR Lampiran IV REKAPITULASI RANCANGAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH ORGANISASI, TAHUN ANGGARAN 2016 Peraturan Daerah Nomor : Tanggal : KODE 1 1.01 1.01. 1.01.01 1.01. 1.01.01.

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU Oleh : Heru Novriyadi G4004 PROGRAM STUDI STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi Kota Bogor dengan luas 11.850 ha,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA. KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR Jl. Loader No.7, Telp/Fax. (0251) Laporan Kinerja KPU Kota Bogor

LAPORAN KINERJA. KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR Jl. Loader No.7, Telp/Fax. (0251) Laporan Kinerja KPU Kota Bogor LAPORAN KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR Jl. Loader No.7, Telp/Fax. (0251) 8362669 1 Kata Pengantar Puji dan syukur dipanjatkan ke khadirat Alloh SWT, karena berkat Rakhmat dan Karunia-Nya (LK)

Lebih terperinci

Dinas Kesehatan Kota Bogor Jl. Kesehatan No.3, Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor, Jawa Barat Telp/Fax : (0251)

Dinas Kesehatan Kota Bogor Jl. Kesehatan No.3, Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor, Jawa Barat Telp/Fax : (0251) Dinas Kesehatan Kota Bogor Jl. Kesehatan No.3, Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor, Jawa Barat Telp/Fax : (0251) 8331753 Email : dinkes@kotabogor.go.id Website : dinkes.kotabogor.go.id Menjadikan Bogor,

Lebih terperinci

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan. Tabel Hasil pendugaan model pengaruh tetap dengan Y sebagai peubah respon dan X, X dan X sebagai C -. 00 X -5 0.50 X.05 00 X 00 R 0.6 Adjusted R 0.6 Hasil pendugaan model data panel dengan Y sebagai peubah

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN SURVEI KEPUASAN MAHASISWA DAN EPBM AHMAD CHAERUS SUHADA

ANALISIS KINERJA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN SURVEI KEPUASAN MAHASISWA DAN EPBM AHMAD CHAERUS SUHADA ANALISIS KINERJA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN SURVEI KEPUASAN MAHASISWA DAN EPBM AHMAD CHAERUS SUHADA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

S O S I A L. Sosial / Social. Sosial / Social

S O S I A L. Sosial / Social. Sosial / Social Sosial / Social Sosial / Social S O S I A L Perkembangan pendidikan di Kota Bogor ditunjukkan dengan adanya beberapa peningkatan baik yang dikelola oleh Dinas Pendidikan maupun oleh Kementerian Agama Kota

Lebih terperinci

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH KOTA BOGOR RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2016 Urusan Pemerintahan : 1. 20 Urusan Wajib Otonomi Daerah,

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA

PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 RINGKASAN TENDI

Lebih terperinci

S 8 Analisis Spasial Kasus Demam Berdarah di Sukoharjo Jawa Tengah dengan Menggunakan Indeks Moran

S 8 Analisis Spasial Kasus Demam Berdarah di Sukoharjo Jawa Tengah dengan Menggunakan Indeks Moran S 8 Analisis Spasial Kasus Demam Berdarah di Sukoharjo Jawa Tengah dengan Menggunakan Indeks Moran Rheni Puspitasari, Irwan Susanto Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Kebutuhan. Perancangan Konseptual. Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Kebutuhan. Perancangan Konseptual. Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data 5 Akuisisi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Analisis Kebutuhan Perancangan Konseptual Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data Perancangan Antarmuka Sistem Pengembangan Aplikasi Pengujian Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA JUMLAH (Rp.)

NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA JUMLAH (Rp.) LAMPIRAN III PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 8 Tahun 2017 TANGGAL : 18 Januari 2017 TENTANG : PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 Kode Rekening Anggaran Nama Rekening

Lebih terperinci

Bab IV : Visi Misi dan Tahapan Pengembangan Sanitasi Kota Bogor

Bab IV : Visi Misi dan Tahapan Pengembangan Sanitasi Kota Bogor Bab IV : Visi Misi dan Tahapan Pengembangan Sanitasi 4.1. Visi Misi Sanitasi Berdasarkan kesepakatan POKJA Sanitasi dan kajian kondisi eksisting visi dan misi sanitasi sebagai konsep awal dapat dijabarkan

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI. Oleh : SITI NURBAITI G

KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI. Oleh : SITI NURBAITI G KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI Oleh : SITI NURBAITI G14102022 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK SITI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BOGOR RINGKASAN PENJABARAN APBD BERDASARKAN RINCIAN OBYEK PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH KOTA BOGOR RINGKASAN PENJABARAN APBD BERDASARKAN RINCIAN OBYEK PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN I.A : PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 1 Tahun 2018 TANGGAL : 04 JANUARI 2018 PEMERINTAH KOTA BOGOR RINGKASAN PENJABARAN APBD BERDASARKAN RINCIAN OBYEK PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN TAHUN

Lebih terperinci

JUMLAH (Rp) Belanja Pegawai ( Bel. Tidak Langsung ) , ,00 ( ,00) (9,30) 1212

JUMLAH (Rp) Belanja Pegawai ( Bel. Tidak Langsung ) , ,00 ( ,00) (9,30) 1212 PEMERINTAH KOTA BOGOR RINCIAN RANCANGAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN Urusan Pemerintahan : 1. 20 Urusan Wajib Otonomi

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL UNTUK SEBARAN SUARA DAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF 2009 DI WILAYAH DKI JAKARTA DAN JAWA BARAT

ANALISIS SPASIAL UNTUK SEBARAN SUARA DAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF 2009 DI WILAYAH DKI JAKARTA DAN JAWA BARAT ANALISIS SPASIAL UNTUK SEBARAN SUARA DAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF 2009 DI WILAYAH DKI JAKARTA DAN JAWA BARAT DIRGA ARDIANSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang sempadan Sungai Ciliwung, Kota Bogor (Gambar 7). Panjang Sungai Ciliwung yang melewati Kota Bogor sekitar 14,5 km dengan garis

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE KOTA BOGOR ALBERT YOSUA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE KOTA BOGOR ALBERT YOSUA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE KOTA BOGOR ALBERT YOSUA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

PENGGEROMBOLAN DUA TAHAP DESA-DESA DI JAWA TENGAH ALIFTA DIAH AYU RETNANI

PENGGEROMBOLAN DUA TAHAP DESA-DESA DI JAWA TENGAH ALIFTA DIAH AYU RETNANI PENGGEROMBOLAN DUA TAHAP DESA-DESA DI JAWA TENGAH ALIFTA DIAH AYU RETNANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN ALIFTA DIAH AYU RETNANI.

Lebih terperinci

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN A. REHABILITAS LINGKUNGAN 1. Lahan dan Tata Ruang Berkurangnya lahan bervegetasi mayoritas disebabkan oleh alih fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan pemukiman, perkantoran,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP BANYAKNYA KEJAHATAN DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SPASIAL

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP BANYAKNYA KEJAHATAN DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SPASIAL IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP BANYAKNYA KEJAHATAN DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SPASIAL (Studi Kasus: 4 Kecamatan di DKI Jakarta Tahun ) DE BUDI SUDARSONO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH KOTA BOGOR RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2016 Urusan Pemerintahan : 1. 20 Urusan Wajib Otonomi Daerah,

Lebih terperinci

LAPORAN TAHAPAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR. Jl. Loader No. 7 Baranangsiang, Bogor

LAPORAN TAHAPAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR. Jl. Loader No. 7 Baranangsiang, Bogor LAPORAN TAHAPAN PEMUNGUTAN, PENGHITUNGAN SUARA, DAN REKAPITULASI PEROLEHAN SUARA PEMILU ANGGOTA DPR, DPRD, DPRD PROVINSI DAN DPRD KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR Jl. Loader No.

Lebih terperinci

PENGUMUMAN HASIL SELEKSI ADMINISTRASI NOMOR : 03/ PO.lalin/TIMSEL/DISHUB/II/2017

PENGUMUMAN HASIL SELEKSI ADMINISTRASI NOMOR : 03/ PO.lalin/TIMSEL/DISHUB/II/2017 PENGUMUMAN HASIL SELEKSI ADMINISTRASI NOMOR : 03/ PO.lalin/TIMSEL/DISHUB/II/2017 Berdasarkan Hasil Seleksi Administrasi yang dilaksanakan pada Tanggal 13 16 Februari 2017 maka Panitia Seleksi Menetapkan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1. Area beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya Area beresiko tinggi merupakan area yang harus menjadi prioritas penanganan permasalahan sanitasi.

Lebih terperinci

Dispenda Kota Bogor Jl.Pemuda No.31 Tanah Sareal Bogor **) Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan Jl. Pakuan PO Box 452 Bogor ABSTRACT

Dispenda Kota Bogor Jl.Pemuda No.31 Tanah Sareal Bogor **) Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan Jl. Pakuan PO Box 452 Bogor ABSTRACT Persepsi Lurah Mengenai Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Kelurahan dalam Pemungutan PBB P2 Jaka Wiramanggala *)1, M Firdaus **), dan Hendro Sasongko ***) *) Dispenda Kota Bogor Jl.Pemuda No.31 Tanah

Lebih terperinci

PENDUGAAN TOTAL POPULASI PADA PEUBAH DENGAN SEBARAN LOGNORMAL (Studi Kasus: Data Susenas 2007 Pengeluaran Rumah Tangga Kota Bogor) ANITA PRATIWI

PENDUGAAN TOTAL POPULASI PADA PEUBAH DENGAN SEBARAN LOGNORMAL (Studi Kasus: Data Susenas 2007 Pengeluaran Rumah Tangga Kota Bogor) ANITA PRATIWI PENDUGAAN TOTAL POPULASI PADA PEUBAH DENGAN SEBARAN LOGNORMAL (Studi Kasus: Data Susenas 7 Pengeluaran Rumah Tangga Kota Bogor) ANITA PRATIWI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA KANTOR PUSAT PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK.

ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA KANTOR PUSAT PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK. ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA KANTOR PUSAT PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK. Oleh: Gusri Ayu Farsa PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

Kata kunci : LISA, Moran I, Spatial Autocorrelation. Abstract

Kata kunci : LISA, Moran I, Spatial Autocorrelation. Abstract Jurnal Edukasi, Volume 1 No.2, Oktober 2015 ISSN. 2443-0455 ANALISIS SPASIAL AUTOKORELASI PADA DATA PERSENTASE WANITA PERNAH KAWIN DAN TIDAK PERNAH MENGGUNAKAN ALAT / CARA KB DI PROVINSI LAMPUNG Risdiana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Tahapan penelitian. Praproses Data

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Tahapan penelitian. Praproses Data daerah dalam lingkup R dan f(r) adalah fungsi yang dijalankan pada lingkup R. Mekanisme algoritme Naive adalah sebagai berikut : 1 Menentukan dataset D yang merupakan himpunan seluruh poligon / daerah

Lebih terperinci

MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE

MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE (SAR) UNTUK MENGIDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PEKANBARU TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

POLA SPASIAL TEMPORAL DAERAH BERESIKO DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SEMARANG DENGAN LOCAL INDICATOR OF SPATIAL ASSOCIATON (LISA)

POLA SPASIAL TEMPORAL DAERAH BERESIKO DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SEMARANG DENGAN LOCAL INDICATOR OF SPATIAL ASSOCIATON (LISA) POLA SPASIAL TEMPORAL DAERAH BERESIKO DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SEMARANG DENGAN LOCAL INDICATOR OF SPATIAL ASSOCIATON (LISA) Oleh NINING DWI LESTARI M0108099 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk

Lebih terperinci

Spatial Pattern Analysis Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue untuk Informasi Early Warning Bencana di Kota Surabaya

Spatial Pattern Analysis Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue untuk Informasi Early Warning Bencana di Kota Surabaya Spatial Pattern Analysis Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue untuk Informasi Early Warning Bencana di Kota Surabaya Arrowiyah 1, Sutikno 2 Mahasiswa S1 Jurusan Statistika FMIPA ITS, Surabaya 1 Dosen

Lebih terperinci

A. Indikasi Program Perwujudan Rencana Struktur Ruang

A. Indikasi Program Perwujudan Rencana Struktur Ruang LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR : 8A TAHUN 2011 TANGGAL : 28 JUNI 2011 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BOGOR A. Perwujudan Rencana Struktur Ruang No. A. Pusat pelayanan I. WP A

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Pembahasan mengenai Aspek Geografi dan Demografi berisikan tentang kondisi umum geografi daerah, potensi pengembangan wilayah, dan wilayah rawan bencana. Dalam bagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: M-23 POLA KETERKAITAN SPASIAL BERDASARKAN PRODUKSI PAJALE (PADI JAGUNG KEDELAI) DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROSIDING ISSN: M-23 POLA KETERKAITAN SPASIAL BERDASARKAN PRODUKSI PAJALE (PADI JAGUNG KEDELAI) DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 M-23 POLA KETERKAITAN SPASIAL BERDASARKAN PRODUKSI PAJALE (PADI JAGUNG KEDELAI) DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 Rukini Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan email:rukini@bps.go.id Abstrak Seiring dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh : DEVIANI PERTIWI H

PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh : DEVIANI PERTIWI H PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus PD Pasar Jaya Unit Area 03 Pramuka, Jakarta Timur) Oleh : DEVIANI PERTIWI H24051693 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA (Kasus: Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) Taman Topi dan Rahat Cafe di Bogor) SKRIPSI BESTARI DEWI NOVIATNI

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH, KESESUAIAN PENGALOKASIAN RUANG, DAN NILAI LAND RENT DI KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR

ANALISIS PERUBAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH, KESESUAIAN PENGALOKASIAN RUANG, DAN NILAI LAND RENT DI KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR ANALISIS PERUBAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH, KESESUAIAN PENGALOKASIAN RUANG, DAN NILAI LAND RENT DI KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR ROBI NOVRIZANJAYA DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

ENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGU~E BERDASARKAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA PADANG DAN JAKARTA BISMI RAHMA PUTRI

ENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGU~E BERDASARKAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA PADANG DAN JAKARTA BISMI RAHMA PUTRI ENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGU~E BERDASARKAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA PADANG DAN JAKARTA BISMI RAHMA PUTRI DEPARTEMEN GEOPISIKA DAN METEOROLOGX FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

ENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGU~E BERDASARKAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA PADANG DAN JAKARTA BISMI RAHMA PUTRI

ENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGU~E BERDASARKAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA PADANG DAN JAKARTA BISMI RAHMA PUTRI ENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGU~E BERDASARKAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA PADANG DAN JAKARTA BISMI RAHMA PUTRI DEPARTEMEN GEOPISIKA DAN METEOROLOGX FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci