HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Kebutuhan. Perancangan Konseptual. Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Kebutuhan. Perancangan Konseptual. Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data"

Transkripsi

1 5 Akuisisi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Analisis Kebutuhan Perancangan Konseptual Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data Perancangan Antarmuka Sistem Pengembangan Aplikasi Pengujian Sistem Perencanaan dan Perancangan Basisdata Gambar 5 Tahapan penelitian. Akuisisi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Tahapan ini dilakukan untuk merancang perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam pengembangan sistem, berdasarkan fungsionalitas sistem. Perangkat keras yang dibutuhkan harus mampu menjalankan perangkat lunak yang dipilih. Perangkat lunak yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem ini adalah perangkat lunak: pembuatan data spasial, sistem manajemen basisdata, dan pengembangan sistem pemetaan berbasis web. Perencanaan dan Perancangan Basisdata Tahapan ini dilakukan dengan melakukan perancangan lojik dan fisik basisdata. Perancangan lojik merupakan perancangan basisdata dengan membuat diagram keterhubungan antartabel. Perancangan fisik dilakukan dengan memilih atribut yang akan terdapat dalam masing-masing tabel. Setelah dilakukan perencanaan basisdata maka akan dilakukan pembangunan basisdata. Pembangunan basisdata ini melakukan masukan tipe data spasial dan atribut ke dalam basisdata. Perancangan Antarmuka Data yang telah ada diintegrasikan sehingga dapat ditampilkan melalui sistem. Perancangan antarmuka dilakukan pada isi, arsitektur aplikasi dan informasi, desain antarmuka, dan struktur navigasi. Pengembangan Aplikasi Perangkat dan teknologi diaplikasikan untuk membangun aplikasi web yang telah dirancang. Pengembagan aplikasi dilakukan dengan melakukan konfigurasi layer pada mapfile. Mapfile akan berfungsi untuk mengatur layer yang akan ditampilkan, sumber data yang diperoleh, dan cara ditampilkan. Pengujian Pengujian terhadap sistem dilakukan dengan menggunakan metode black-box. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan masukan tertentu untuk memeriksa apakah luaran yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Pengujian juga dilakukan dengan menganalisis ukuran file gambar yang dihasilkan dan waktu akses. Analisis dilakukan dengan melakukan perbandingan data dari setiap percobaan dan dibuat grafik percobaan tersebut. Pengujian juga dilakukan terhadap jarak objek pada peta luaran aplikasi MapServer dengan jarak objek di tempat yang sebenarnya di muka bumi. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan Sistem dikembangkan untuk memberikan informasi penyebaran penderita DBD perkelurahan di Kota Bogor dan hubungannya dengan curah hujan secara spasial. Untuk mewujudkan hal tersebut dilakukan analisis agar sistem sesuai dengan tujuan yang diharapkan.. Spesifikasi Pengguna Pengguna dari sistem ini adalah Dinas Kesehatan yang menggunakan sistem sebagai salah satu tindakan antisipatif dalam penanggulangan penyebaran penderita DBD. Kewenangan dari pengguna adalah melihat dan melakukan edit data spasial pada sistem.. Kebutuhan Pengguna Sistem akan memungkinkan pengguna melihat penyebaran penderita DBD secara spasial dan melihat penyebaran penderita DBD dalam bentuk poligon hingga titik lokasi

2 6 kejadian. Sistem akan berisi peta dan data geografi Kota Bogor, penyebaran penderita DBD, penyebaran curah hujan (CH), relasi antara CH dengan jumlah penderita DBD, serta status stratifikasi DBD kelurahan dalam kurun waktu tahun Data tersebut dapat dilihat dengan memilih layer yang akan diaktifkan. Pengguna juga dapat memperbesar, memperkecil, maupun mencetak peta sesuai kebutuhan. Sistem juga akan menyediakan fungsi untuk melakukan edit pada data spasial penderita DBD..3 Kebutuhan Data Sistem menampilkan data spasial yang membutuhkan data spasial administratif Kota Bogor (kecamatan dan kelurahan), jalan, sungai, tataguna lahan, dan bangunan. Sistem juga membutuhkan data CH perkelurahan, jumlah penderita DBD perkelurahan untuk tahun , dan penderita DBD pertitik lokasi kejadian yang ada di Kota Bogor..4 Kebutuhan Fungsional Fungsi dari sistem diidentifikasi setelah dilakukan analisis kebutuhan pengguna. Fungsi dari sistem dapat dilihat pada Tabel. Tabel Fungsi SIG DBD No. Fungsi Sistem Melihat informasi DBD Memilih tema aktif peta 3 Menambah data penderita DBD 4 Mengubah data penderita DBD 5 Menghapus data penderita DBD 6 Mencetak tampilan peta 7 Melakukan perubahan ukuran peta 8 Melakukan perubahan skala peta 9 Menggeser posisi peta 0 Melakukan kueri titik penderita DBD Melakukan kueri poligon kelurahan Menghitung jarak antartitik 3 Menghitung luas poligon 4 Melakukan full-extent peta Perancangan Konseptual Hasil dari perancangan akan menjadi acuan untuk melakukan pengembangan sistem. Perancangan terdiri atas pemodelan kebutuhan fungsional, perancangan isi, dan perancangan antarmuka.. Pemodelan Kebutuhan Fungsional Kebutuhan fungsional dimodelkan dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD). DFD menggambarkan proses yang ada serta aliran keluar dan masuknya data dalam aplikasi. Diagram konteks merupakan level yang paling tinggi. Perincian dari proses diagram konteks digambarkan melalui diagram yang lebih rendah. Terdapat satu entitas yang berinteraksi pada sistem yaitu pengguna. Pengguna memberikan masukan tertentu kepada aplikasi kemudian hasil eksekusi dengan fungsi tertentu diberikan ke pengguna. Gambaran aplikasi terlihat dalam diagram konteks pada Gambar 6. Pengguna Permintaan informasi DBD Permintaan tema peta Permintaan edit peta Permintaan cetak peta Data skala peta Data ukuran peta Permintaan manipulasi peta Kueri poligon Kueri titik Data poligon 0 SIG DBD Kota Data titik Bogor Informasi DBD Tampilan peta Hasil cetak peta Hasil kueri poligon Hasil kueri titik Luas poligon Jarak antartitik Gambar 6 Diagram konteks sistem. Diagram konteks dikembangkan lagi menjadi DFD level (Lampiran ). DFD level informasi proses yang terjadi dalam aplikasi serta aliran data dari entitas ke aplikasi atau aplikasi ke entitas dengan lebih detail. Aplikasi SIG DBD DFD level (Lampiran -4) dan level 3 (Lampiran 5). Kamus data dapat dilihat pada Lampiran 6. Dekomposisi fungsional modul disertakan pada Lampiran 7.. Isi Isi yang disajikan dalam aplikasi dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu: a Peta spasial penyebaran DBD Kota Bogor Pada bagian peta, informasi yang disajikan adalah: Layer spasial, meliputi: a Layer kelas penyebaran DBD bulanan

3 7 b Layer penyebaran DBD tahun 006 c Layer peta dasar d Layer administratif e Layer sungai f Layer jalan g Layer tataguna lahan h Layer bangunan i Layer stratifikasi penyebaran DBD pertahun Komponen peta, meliputi: a Legenda b Navigasi peta c Arah mata angin d Skala 3 Kueri, berisi informasi dari penderita DBD perkelurahan, meliputi: a Nama kelurahan b Jumlah penderita DBD tahun 00 sampai dengan 006 c Untuk kueri titik, berisi data atribut penderita DBD, yaitu alamat dan jenis kelamin b Informasi DBD Informasi DBD akan berisi artikel mengenai penyebaran DBD. Artikel tersebut menginformasikan kegiatan pencegahan penyebaran, program pencegahan dari Dinas Kesehatan, maupun penjelasan mengenai DBD..3 Antarmuka Perancangan antarmuka terdiri atas perancangan antarmuka perangkat keras, perangkat lunak, dan aplikasi. Perancangan perangkat keras memberikan informasi mengenai spesifikasi perangkat keras yang sesuai dengan sistem. Perancangan perangkat lunak memberikan informasi mengenai perangkat lunak yang akan digunakan oleh aplikasi. a Antarmuka perangkat keras Spesifikasi perangkat keras yang dirancang untuk menjalankan aplikasi web sistem adalah: Server a Prosesor clock speed.8 GHz b Memori RAM 04 MB c Kapasitas harddisk 80 GB d VGA Card 8 MB e Monitor resolusi 04x768 piksel Client a Prosesor clock speed GHz b Memori RAM 56 MB c d e Kapasitas harddisk 0 GB VGA Card 3 MB Monitor resolusi 04x768 piksel b Antarmuka perangkat lunak Spesifikasi perangkat lunak yang dirancang untuk menjalankan aplikasi web sistem adalah: Server a Windows XP Professional b PostgreSQL 8..3 c PostGIS.. d MapServer 4.8. e CartoWeb Client a Windows XP Professional b Mozilla Firefox.0 c Antarmuka aplikasi Antarmuka aplikasi terdiri dari empat bagian utama, yaitu header, navigasi, isi, dan footer. Header terletak di bagian atas, navigasi di bagian kiri, isi di bagian tengah dan kanan, dan footer di bagian bawah. Rancangan antarmuka aplikasi dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Rancangan antarmuka..4 Batasan Sistem Batasan yang digunakan dalam pengembangan aplikasi web ini adalah shapefile yang akan di-upload format yang baku dan tidak boleh diubah. Hal ini dilakukan agar proses konversi data dapat dibaca oleh sistem manajemen basisdata. Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data Tahapan ini merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya yaitu mengumpulkan data sesuai dengan kebutuhan data yang telah didefinisikan. Data spasial administratif Kota Bogor (kecamatan dan kelurahan), jalan, sungai, tataguna lahan, dan bangunan

4 8 diperoleh melalui Balai Geomatika Bakosurtanal, sedangkan data CH perkelurahan diperoleh melalui stasiun klimatologi di sekitar Kota Bogor. Data jumlah penderita DBD perkelurahan untuk tahun diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, dan data penderita DBD pertitik lokasi kejadian diperoleh melalui rumah sakit yang ada di Kota Bogor. Data CH yang diperoleh belum mewakili semua kelurahan yang ada di Kota Bogor. Stasiun klimatologi yang ada hanya berjumlah tiga buah. Stasiun klimatologi tersebut adalah stasiun klimatologi Baranang Siang, Cimanggu, dan Dramaga. Karena pemetaan yang akan ditampilkan kepada pengguna adalah CH perkelurahan maka dilakukan interpolasi spasial untuk mengetahui nilai CH setiap kelurahan yang ada. Sistem juga akan menampilkan kelas dan stratifikasi DBD. Kelas overlay DBD merupakan overlay antara layer CH dengan jumlah penderita DBD perkelurahan. Tujuan dari kelas overlay ini adalah untuk melihat persebaran curah hujan dan penderita DBD. Di lain pihak, stratifikasi adalah status suatu kelurahan untuk identifikasi penyebaran DBD oleh Dinas Kesehatan. Status tersebut adalah endemis, sporadis, dan potensial. 3. Interpolasi Spasial Gambar 8 merupakan sebuah peta dari 3 stasiun klimatologi yang ada di sekitar Kota Bogor dan nilai CH pada bulan Januari 006. Peta tersebut menunjukkan bahwa terdapat area yang cukup luas yang tidak diketahui nilai CH-nya. Tabel Jarak antara titik perkiraan dengan titik kontrol (meter) Jarak antara titik Jarak 0, , , Sebagai contoh penerapan interpolasi dapat dilihat pada kasus berikut. Terdapat sekumpulan data CH yang telah diketahui pada tiga stasiun untuk bulan Januari 006. Akan dihitung interpolasi untuk nilai yang tidak diketahui pada titik 0 dengan menggunakan metode IDW. Gambar 9 memperlihatkan lokasi titik 0 yang akan dicari nilainya. Tabel menunjukkan jarak dalam meter antara titik 0 dan tiga titik yang diketahui nilainya. Gambar 8 Peta Kota Bogor dengan tiga stasiun klimatologi dan nilai CH pada bulan Januari 006. Gambar 9 Nilai titik 0 diinterpolasi oleh tiga stasiun yang diketahui nilainya. Dengan melakukan substitusi pada nilai yang diketahui dan jaraknya pada persamaan, dapat diketahui nilai z 0. Perhitungannya sebagai berikut:

5 9 zi di = (93) (57) + (84) = = d i z = = = Dari hasil persamaan diketahui untuk titik 0 curah hujan bernilai 406 mm. Gambar 0 memperlihatkan sebuah surface CH yang dihasilkan oleh metode IDW (dengan pangkat ) dari nilai tiga stasiun klimatologi. Gambar memperlihatkan peta surface isohyet (isoline dari CH). Bulatan dari isoline merupakan ciri dari hasil metode IDW. Gambar Peta isohyet yang dibuat dari metode IDW. Setelah diperoleh hasil interpolasi CH maka akan dihitung CH untuk masing-masing kelurahan. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar. Gambar tabel bagian atas adalah titik kontrol untuk interpolasi beserta nilainya. Gambar tabel bagian bawah adalah nilai CH setiap kelurahn yang diperoleh dari hasil interpolasi. ID merupakan identifikasi kelurahan. Hasil interpolasi setiap bulan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil peta dari interpolasi CH pada bulan Januari 006 dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar CH hasil interpolasi. Gambar 0 Peta surface CH hasil dari metode IDW. Gambar 3 Peta hasil interpolasi CH bulan Januari 006.

6 0 3. Curah Hujan Analisis data CH untuk wilayah Kota Bogor menggunakan data CH yang diperoleh dari hasil interpolasi. Grafik CH rata-rata bulanan dari tahun dapat dilihat pada Gambar 4. CH (mm) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Bulan Gambar 4 CH rata-rata bulanan Berdasarkan rata-rata bulanan selama kurun waktu tersebut untuk masing-masing bulan tampak bahwa CH maksimum terjadi pada bulan Januari yaitu 3-58 mm. CH minimum terjadi pada bulan Agustus dengan kisaran antara 4-68 mm. Akan tetapi jika ditinjau dari distribusi spasialnya tampak bahwa CH yang diterima di wilayah Kota Bogor bagian tengah ke selatan lebih banyak bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Hasil analisis CH dapat diuraikan sebagai berikut: Januari. Jumlah CH rata-rata berkisar antara 3-58 mm. Secara spasial distribusi CH hampir merata kecuali di bagian barat daya Bogor. Februari. CH mulai tampak turun, tetapi masih berkisar antara mm. Penurunan CH terlihat jelas pada wilayah utara dan barat Bogor. Maret. CH pada bulan Maret juga mengalami penurunan. Konsentrasi CH berada di bagian tengah ke selatan Bogor. CH berkisar antara mm. April. CH pada bulan April mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Distribusi CH berada di bagian tengah ke timur dan barat Bogor. CH berkisar antara mm. Mei. CH pada bulan Mei menunjukkan penurunan dibandingkan bulan April. CH berkisar antara mm. Bagian utara Bogor terlihat penurunan CH dan tersebar merata. Juni. CH pada bulan Juni menunjukkan kondisi semakin menurun dibandingkan dengan bulan Mei. CH berada pada kisaran mm. Mulai terlihat penurunan CH pada wilayah Bogor bagian timur. Juli. Dibandingkan bulan Juni CH ratarata pada bulan Juli menunjukkan penurunan di sebagian besar wilayah Bogor. CH berkisar antara mm. Agustus. CH pada bulan Agustus merupakan CH terendah dibandingkan bulan lainnya. CH berkisar antara 4-68 mm. CH rendah terlihat menyebar merata di wilayah tengah dan selatan Bogor. September. CH pada bulan September menunjukkan peningkatan sedikit dibandingkan bulan Agustus. Secara umum CH berada pada rentang 9-68 mm. Secara spasial CH tersebar merata di seluruh wilayah Bogor. Oktober. CH pada bulan Oktober menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan September. CH berkisar antara mm. CH yang rendah masih terlihat di bagian barat dan utara Bogor. November. CH pada bulan November menunjukkan sedikit penurunan. CH turun pada bagian tengah ke selatan Bogor. CH berkisar antara mm. Desember. CH pada bulan Desember menunjukkan pola yang hampir mirip dengan pola CH November. CH berkisar antara mm. CH tersebar merata pada wilayah timur Bogor. 3.3 Sebaran Penderita DBD Analisis data DBD yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bogor. Berdasarkan data DBD tahun diperoleh informasi bahwa pada umumnya kasus DBD dalam setahun jumlahnya berkisar antara 300~300 kasus. Pada tahun 00 jumlahnya mencapai 337 kasus, sedangkan pada tahun 003, 004, 005, dan 006 jumlahnya berturut-turut mencapai 599, 868, 857, dan 0. Dari data DBD tersebut dilakukan perhitungan nilai rata-rata bulanan jumlah penderita yang terserang DBD tahun dan ditampilkan ke dalam grafik. Dari grafik diketahui rata-rata puncak serangan DBD pada bulan Maret, disajikan pada Gambar 5. Data rata-rata bulanan sebaran penderita DBD secara rinci perkelurahan dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari data rata-

7 rata bulanan juga tampak bahwa pada saat musim hujan pada awal tahun hingga menjelang musim kemarau terjadi lonjakan jumlah penderita yaitu sekitar 00 penderita dalam sebulan. 3 Jumlah penderita. 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Bulan Gambar 5 Grafik rata-rata bulanan penderita DBD tahun Untuk melakukan pemetaan dari hasil rata-rata bulanan, jumlah serangan DBD dikelompokkan menjadi beberapa kelas yaitu 0 -, - 3, dan > 3 (Tabel 3). Pembagian kelas ini ditujukan untuk mempermudah identifikasi daerah dalam analisis. Tabel 3 Kategori kasus DBD No Kasus DBD Kategori 0 - Rendah - 3 Sedang 3 > 3 Tinggi Setelah diberi kelas maka dibuat sebaran tersebut ke dalam peta. Gambar 6 merupakan peta kelas persebaran DBD tahun Gambar 6 menunjukkan bahwa daerah yang intensitas serangan tertinggi (> 3 penderita) adalah kelurahan Tegal Gundil dan Bantar Jati. Kelurahan yang intensitas sedang ( - 3 penderita) adalah Tanah Sareal, Kebon Pedes, Sukaresmi, Kedung Badak, Tanah Baru, Tegal Lega, Babakan, Baranang Siang, dan Gunung Batu, sedangkan yang intensitas rendah (0 - penderita) adalah kelurahan selainnya. Berdasarkan kriteria hasil analisis ratarata bulanan kasus DBD di setiap kelurahan di wilayah Kota Bogor (peta persebaran bulanan disertakan pada Lampiran 0) dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut: Januari. Pada bulan Januari terjadi kasus DBD di wilayah Kota Bogor berkisar antara rendah sampai tinggi. Terdapat 3 kelurahan atau sekitar 4.4% masuk dalam kategori tinggi, 6 kelurahan atau sekitar 3.5% masuk dalam kategori sedang, dan 49 kelurahan atau sekitar 7.% masuk dalam kategori rendah. Gambar 6 Peta kelas persebaran DBD tahun Februari. Pada bulan Februari terjadi adanya lonjakan kasus DBD dibandingkan dengan bulan Januari. Terdapat 7 kelurahan atau sekitar 0.3% masuk dalam kategori tinggi, 3 kelurahan atau sekitar 33.8% masuk dalam kategori sedang, dan 38 kelurahan atau sekitar 55.9% masuk dalam kategori rendah. Maret. Pada bulan Maret kasus DBD terjadi peningkatan lagi dibandingkan dengan bulan Februari. Terdapat kelurahan atau sekitar 7.6% masuk dalam kategori tinggi, kelurahan atau sekitar 3.4% masuk dalam kategori sedang, dan 34 kelurahan atau sekitar 50.0% masuk dalam kategori rendah. April. Pada bulan April terjadi penurunan kasus DBD dibandingkan dengan bulan Maret. Terdapat kelurahan atau sekitar.5% masuk dalam kategori tinggi, kelurahan atau sekitar 6.% masuk dalam kategori sedang, dan 56 kelurahan atau sekitar 8.4% masuk dalam kategori rendah. Mei. Pada bulan Mei terjadi sedikit peningkatan kasus DBD dibandingkan dengan bulan April. Terdapat kelurahan atau sekitar.9% masuk dalam kategori tinggi, kelurahan atau sekitar 6.% masuk dalam kategori sedang, dan 55 kelurahan atau sekitar 80.9% masuk dalam kategori rendah. Juni. Pada bulan Juni terjadi sedikit penurunan kasus DBD dibandingkan dengan bulan Mei. Terdapat kelurahan atau sekitar.9% masuk dalam kategori tinggi, kelurahan atau sekitar 7.6% masuk dalam kategori sedang, dan 54 kelurahan atau sekitar 79.4% masuk dalam kategori rendah. Juli. Pada bulan Juli terjadi penurunan kasus DBD yang cukup signifikan dibandingkan dengan bulan Juni. Terdapat kelurahan atau sekitar.9% masuk dalam kategori tinggi, 4 kelurahan atau sekitar 5.9% masuk dalam kategori sedang, dan 6

8 kelurahan atau sekitar 9.% masuk dalam kategori rendah. Agustus. Pada bulan Agustus terjadi penurunan kasus DBD dibandinkan dengan bulan Juli dimana tidak terdapat kelurahan dalam kategori tinggi. Terdapat 5 kelurahan atau sekitar 7.4% masuk dalam kategori sedang dan 63 kelurahan atau sekitar 9.6% masuk dalam kategori rendah. September. Bulan September merupakan bulan dengan angka kasus paling rendah dalam setahun, dimana tidak terdapat kelurahan dalam kategori tinggi. Terdapat 3 kelurahan atau sekitar 4.4% masuk dalam kategori sedang dan 65 kelurahan atau sekitar 95.6% masuk dalam kategori rendah. Oktober. Pada bulan Okober terjadi adanya peningkatan kasus DBD dibandingkan dengan bulan September. Terdapat kelurahan atau sekitar.5% masuk dalam kategori tinggi, kelurahan atau sekitar.9% masuk dalam kategori sedang, dan 65 kelurahan atau sekitar 95.6% masuk dalam kategori rendah. November. Pada bulan November terjadi peningkatan kasus DBD, walaupun tidak terdapat kelurahan yang masuk dalam kategori tinggi. Terdapat 6 kelurahan atau sekitar 8.8% masuk dalam kategori sedang dan 6 kelurahan atau sekitar 9.% masuk dalam kategori rendah. Desember. Pada bulan Desember terjadi peningkatan kasus DBD yang cukup signifikan dibandingkan dengan bulan November. Terdapat 3 kelurahan atau sekitar 4.4% masuk dalam kategori tinggi, kelurahan atau sekitar 6.% masuk dalam kategori sedang, dan 54 kelurahan atau sekitar 79.4% masuk dalam kategori rendah. Hubungan antara unsur iklim dengan serangan DBD dilakukan dengan cara memetakan salah satu unsur iklim, curah hujan (CH) dan jumlah intensitas serangan DBD. Pemetaan serangan DBD dan unsur iklim CH menghasilkan kelas overlay serangan DBD dan CH. Serangan DBD tertinggi terdapat pada kelurahan Bantar Jati dan Tegal Gundil yang termasuk kelas G (curah hujan mm) dengan intensitas serangan 3-5 penderita. Tabel 4 menunjukkan kelas overlay serangan DBD bulan Januari. Untuk kelas overlay serangan DBD bulan lainnya dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 4 Kelas overlay serangan DBD bulan Januari ID Kelurahan/desa Kesakitan CH (mm) Kelas 56 Sindang Barang D 57 Bubulak D 59 Margajaya D 60 Balumbang Jaya D 55 Cilendek Barat E 58 Situgede E 6 Semplak E 65 Loji E 4 Kedung Badak F 5 Kedung Jaya F 7 Kedung Waringin F 0 Cibadak F 5 Ciwaringin F 7 Kebon Kelapa F 53 Menteng F 54 Cilendek Timur F 6 Curug F 63 Curug Mekar F 64 Pasir Mulya F 66 Gunung Batu F Tanah Sareal G Kebon Pedes G 3 Sukaresmi G 6 Sukadamai G 8 Kayu Manis G 9 Mekar Wangi G Kencana G Cibuluh G 6 Bantar Jati G 7 Kedung Halang G 8 Ciparigi G Sempur G 6 Panaragan G 37 Cikaret G 67 Pasir Jaya G 68 Pasir Kuda G 3 Cimahpar H 4 Tanah Baru H 5 Tegal Gundil H 9 Ciluar H Cibogor H 3 Tegal Lega H 4 Babakan H 8 Gudang H 9 Paledang H 30 Babakan Pasar H 3 Batu Tulis H 3 Rangga Mekar H 33 Pamoyanan H 34 Mulya Harja H 35 Bondongan H 36 Empang H 38 Cipaku H 39 Genteng H 40 Rancamaya H 4 Kertamaya H 4 Bojongkerta H 43 Pakuan H 44 Lawang Gintung H 45 Harjasari H 46 Muarasari H 48 Katu Lampa H 49 Tajur H 50 Sindang Sari H 5 Sindang Rasa H 47 Baranang Siang I 5 Sukasari I

9 3 Gambar 7 Peta kelas overlay sebaran DBD bulan Januari. Dengan melakukan pemetaan kelas overlay serangan DBD (Lampiran ) diketahui beberapa informasi. DBD banyak terjadi di antara bulan Desember sampai bulan Juli dan penyebaran tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu 8 kasus pada daerah Kebon Pedes dan Sukaresmi. Pada bulan tersebut CH berada pada tingkat mm. Fakta lain menunjukkan bahwa pada tahun kasus DBD tidak mengalami peningkatan pada bulan Juli sampai September. Pada bulan tersebut CH berkisar antara 0-70 mm. Peta kelas overlay sebaran DBD untuk bulan Januari dapat dilihat pada Gambar 7. Peta juga menunjukkan hubungan antara penyakit DBD yang ditemukan dengan bulan yang sebelumnya mengalami hujan. Kejadian DBD menurun untuk bulan dengan bulan sebelumnya kelas A, B, dan C, yaitu ketika CH berada dalam rentang 0-70 mm (bulan Agustus, September, dan Oktober). Ketika bulan sebelumnya kelas D dan seterusnya akan ditemukan peningkatan kejadian DBD. Kejadian DBD mencapai puncaknya pada bulan Februari dan Maret. CH bulan ini lebih rendah daripada bulan sebelumnya, akan tetapi masih CH dengan kelas D, E, dan seterusnya. 3.4 Stratifikasi Kelurahan Status stratifikasi terdiri atas endemis, sporadis, dan potensial. Endemis berarti dalam tiga tahun terakhir kelurahan tersebut ditemukan penderita DBD secara berturutturut, sporadis berarti minimal sekali dalam tiga tahun terakhir kelurahan tersebut ditemukan penderita DBD, dan potensial berarti tidak ditemukan penderita DBD dalam tiga tahun terakhir pada kelurahan tersebut. Status stratifikasi kelurahan dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis stratifikasi dapat diuraikan sebagai berikut: 00. Pada tahun 00, distribusi spasial kelurahan status endemis banyak di bagian tengah wilayah Bogor. Di sisi lain, kelurahan status sporadis di bagian pinggir wilayah Bogor. Kelurahan status potensial terletak di bagian barat laut dan selatan wilayah Bogor. Terdapat 6 kelurahan atau sekitar 38.% termasuk status endemis, 38 kelurahan atau sekitar 55.9% termasuk status sporadis, dan 4 kelurahan atau sekitar 5.9% termasuk potensial Pada tahun 003, distribusi spasial kelurahan status endemis banyak di bagian tengah wilayah Bogor dan mulai bergerak menyebar. Di sisi lain, kelurahan status sporadis terletak di bagian pinggir utara dan selatan wilayah Bogor. Kelurahan status potensial terletak di bagian barat laut dan selatan wilayah Bogor, berkurang satu kelurahan di bagian selatan dibandingakan dengan tahun 00. Terdapat 44 kelurahan atau sekitar 64.7% termasuk status endemis, kelurahan atau sekitar 30.9% termasuk status sporadis, dan 3 kelurahan atau sekitar 4.4% termasuk potensial Pada tahun 004, distribusi spasial kelurahan status endemis banyak di bagian tengah wilayah Bogor dan mulai bertambah satu kelurahan di bagian utara. Di sisi lain, kelurahan status sporadis bagian selatan wilayah Bogor tidak berubah. Kelurahan status potensial yang terletak di bagian barat laut berkurang dan tinggal di bagian selatan wilayah Bogor. Terdapat 46 kelurahan atau sekitar 67.6% termasuk status endemis, 0 kelurahan atau sekitar 9.4% termasuk status sporadis, dan kelurahan atau sekitar.9% termasuk potensial Pada tahun 005, distribusi spasial kelurahan status endemis banyak di bagian tengah wilayah Bogor dan bertambah satu kelurahan di bagian utara. Di sisi lain, kelurahan status sporadis berada di bagian utara dan selatan wilayah Bogor. Kelurahan status potensial terletak di bagian selatan wilayah Bogor, berkurang satu kelurahan dibandingkan dengan tahun 004. Terdapat 47 kelurahan atau sekitar 69.% termasuk status endemis, 0 kelurahan atau sekitar 9.4% termasuk status sporadis, dan kelurahan atau sekitar.5% termasuk potensial Pada tahun 006, distribusi spasial kelurahan status endemis hampir menutupi wilayah Bogor. Di sisi lain, kelurahan status sporadis ada di bagian pinggir utara dan selatan wilayah Bogor. Kelurahan status

10 4 potensial satu-satunya terletak di bagian selatan wilayah Bogor. Terdapat 59 kelurahan atau sekitar 86.8% termasuk status endemis, 8 kelurahan atau sekitar.8% termasuk status sporadis, dan kelurahan atau sekitar.5% termasuk potensial. Gambar 8 Status stratifikasi kelurahan tahun 006. Dari pemetaan yang dilakukan terlihat daerah yang berstatus endemis cenderung meningkat (Lampiran 4). Hasil pemetaan juga menunujukkan terdapat satu kelurahan yang selama lima tahun berada dalam status potensial, yaitu kelurahan Kertamaya, yang artinya kelurahan tersebut tidak ditemukan penderita DBD dalam tujuh tahun terakhir. Tahun 006 status endemis hampir meliputi semua kelurahan, yang artinya penderita DBD setidaknya sudah ditemui dalam tiga tahun terakhir dari tahun 006 pada kelurahan tersebut. Gambar 8 memperlihatkan status stratifikasi kelurahan tahun 006. Akuisisi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Tahapan ini mendefinisikan fungsi dari perangkat yang digunakan. Perangkat lunak yang digunakan adalah ArcView, MapServer, CartoWeb, dan PostgreSQL. PostgreSQL 8..3 digunakan sebagai sistem manajemen basisdata untuk penyimpanan dan pengolahan data. PostGIS.. digunakan sebagai ekstensi PostgreSQL untuk menyimpan dan mengolah data spasial jun agt jul sep okt nov feb_ch mei_ch jan_ch apr_ch jun_ch mar_ch jul_ch des agt_ch mei sep_ch apr mar okt_ch nov_ch feb jan id_kel kelas_dbd des_ch landuse05 z00 id_kel z003 z004 nama_kec landuse strata_dbd z005 z006 length kode_unsur admin_kecamatan admin_kelurahan nama_kel nama_unsur jan feb id_kel mar apr bangunan mei ch_006 jun jul agt sep nov okt type des srid geometry_columns srid f_geometry_columns N mereferensi spatial_ref_sys auth_srid coord_dimension f_table_catalog auth_name f_table_name f_table_schema srtext f_table_catalog proj4text id umur kelamin sungai temp_006 jalan edit_titik_dbd alamat nama_unsur bulan Gambar 9 Diagram keterhubungan antartabel. kode_unsur toponimi keterangan des length kode_unsur nov id_kel okt jan feb mar apr mei jul agt sep jun

11 5 di dalam sistem manajemen basisdata PostgreSQL. MapServer 4.8. digunakan sebagai web server untuk aplikasi pemetaan berbasis web. CartoWeb digunakan sebagai framework pengembangan aplikasi pemetaan berbasis web. Perencanaan dan Perancangan Basisdata Perancangan lojik basisdata ditampilkan dalam diagram keterhubungan antartabel, dapat dilihat pada Gambar 9. Perancangan fisik dilakukan dengan memilih atribut yang akan dimasukkan dalam masing-masing tabel. Tabel basisdata dirancang sesuai dengan kebutuhan fungsional aplikasi. Daftar tabel basisdata dapat dilihat pada Tabel 5. Perancangan Antarmuka Tahapan ini merupakan perancangan antarmuka pengguna. Pembuatan halaman akan menggabung hasil secara keseluruhan dari proses yang ada pada tahap perancangan. Tampilan halaman mempunyai bentuk yang terdiri dari bagian atas, kiri, tengah, dan bawah. Tampilan utama aplikasi dapat dilihat pada Gambar 0. Gambar menampilkan icon fungsi yang bisa dilakukan pada peta. Sedangkan Gambar menunjukkan icon navigasi sekaligus menjadi arah mata angin pada peta. Gambar 0 Tampilan utama. Gambar Icon untuk melakukan fungsi pada peta. Gambar Icon untuk melakukan pergeseran peta. Tabel 5 Tabel basisdata Nama Fungsi admin_kecamatan Menampilkan peta administratif kecamatan admin_kelurahan Menampilkan peta administratif kelurahan bangunan Menampilkan profil jenis bangunan ch_006 Menampilkan persebaran CH pada tahun 006 edit_titik_dbd Menampilkan persebaran titik penderita DBD yang bisa di-edit jalan Menampilkan peta jalan kelas_dbd Menampilkan peta kelas persebaran rataan CH dan persebaran penderita DBD (00-006) landuse Menampilkan peta tataguna lahan strata_dbd Menampilkan stratifikasi persebaran penderita DBD sungai Menampilkan peta sungai geometry_columns Identifikasi spasial spatial_ref_sys Referensi spasial Pengembangan Aplikasi Tahapan ini terdiri dari empat langkah. Langkah tersebut adalah implementasi basisdata, masukan, proses, dan luaran MapServer. 5. Implementasi Basisdata Implementasi basisdata dilakukan sesuai dengan diagram keterhubungan antartabel dan mengacu pada tabel yang telah dirancang pada tahap perancangan. Atribut dan tipe data untuk setiap tabel dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran Masukan MapServer Sistem berbasis web yang dikembangkan dengan aplikasi MapServer memerlukan beberapa file digital data vektor atau data raster. Pada penelitian ini digunakan data vektor dalam format shapefile ArcView (ESRI). Format vektor ciri kompak, struktur data jelas, resolusi spasial

12 6 yang relatif tinggi, dan dapat dihubungkan dengan tabel atribut. Data spasial (layer default) yang digunakan oleh MapServer adalah data spasial dalam format shapefile ArcView (ESRI). Penelitian ini menggunakan PostGIS dalam format data, agar data spasial dapat disimpan dalam sistem basisdata PostgreSQL. MapServer dapat menampilkan beberapa data spasial vektor dengan format selain shapefile menggunakan tool atau pustaka OGR. OGR merupakan pustaka open-source. Pustaka ini menyediakan fungsi untuk membaca dan menulis data spasial dalam format shapefile ArcView, PostGIS, Oracle Spatial, dan Tab/Mif MapInfo. Pembuatan tabel pada PostGIS dengan melakukan import data shapefile ArcView, dapat digunakan program shppgsql: shppgsql -D [shapefile] [tablename] [dbname] psql [dbname] Penggunaan sistem manajemen basisdata PostgreSQL dengan ekstensi PostGIS adalah karena sistem basisdata tersebut kemampuan untuk melakukan kueri secara spasial. MapServer, CartoWeb, dan PostgreSQL dengan ekstensi PostGIS juga merupakan aplikasi yang open-source sehingga akan memudahkan pengembangan aplikasi. Hal ini dimungkinkan karena tersedianya dokumentasi dan source code untuk dipelajari dan dikembangkan melalui lisensi GPL. 5.3 Proses MapServer MapServer adalah aplikasi yang dijalankan pada web server. Instalasi MapServer membutuhkan beberapa komponen seperti server HTTP Apache, PHP, MapServer CGI, PHP/MapScript, program utiliti (pustaka) GDAL & OGR, dan program utiliti MapServer yaitu shpimg, legend, dan scalebar. Peta tematik merupakan peta yang memperlihatkan distribusi spasial untuk satu atau lebih tematik (kelas informasi berdasarkan tema) dalam suatu area geografis. Untuk menghasilkan peta tematik pada MapServer dilakukan definisi layer yang menjadi basis tematiknya. Setiap layer pada mapfile beberapa CLASS. CLASS akan mendefinisikan cara tampilan objek unsur spasial. Untuk memisahkan unsur spasial menjadi beberapa kelas digunakan CLASSITEM dengan EXPRESSION sebagai definisi batas kelas tersebut. Salah satu dari definisi layer dapat dilihat pada halaman sebelah. LAYER NAME "admin_kecamatan" STATUS ON DATA " FROM admin_kecamatan" TYPE LINE CLASSITEM "nama_kec" CONNECTIONTYPE POSTGIS CONNECTION "user=postgres password=postgres dbname=dbd host=localhost" UNITS METERS SIZEUNITS PIXELS LABELITEM "nama_kec" TOLERANCE 0 TOLERANCEUNITS PIXELS TEMPLATE "ttt" METADATA END CLASS NAME "warna" LABEL TYPE BITMAP SIZE MEDIUM POSITION LC OFFSET 0 0 COLOR END STYLE SYMBOL "rechteck-quer-st" COLOR SIZE END END CLASS NAME "label" END END 5.4 Luaran MapServer Hasil permintaan sebuah layer peta pada umumnya diimplementasikan dalam format raster atau file gambar yang dianggap standar yaitu GIF, PNG, JPG, dan lainnya. Dalam penelitian ini digunakan format file PNG. Proses kompresi pada PNG tidak menyebabkan adanya data yang hilang dan dapat ditampilkan secara transparency. Format JPG, proses kompresinya menyebabkan ada beberapa data yang hilang dan tidak dapat ditampilkan secara transparency. Pada format file GIF, walaupun dapat ditampilkan dengan transparency, dukungan tampilannya hanya 8-bit color, berbeda dengan PNG yang mendukung 6-bit grayscale dan 48-bit true color. Data geografi yang diproses oleh MapServer akan menghasilkan file gambar dengan format tertentu. Format tersebut berupa PNG. Sistem juga akan memberikan tool untuk melakukan perbesaran peta,

13 7 perkecilan peta, pergeseran peta, kueri peta, perhitungan jarak dan luas peta, skala peta, dan ukuran peta. Pengujian Setelah aplikasi dikonstruksi, dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah aplikasi telah memenuhi kebutuhan yang telah didefinisikan. Tahap pengujian untuk aplikasi ini lebih terfokus pada proses, fungsi, dan luaran dari aplikasi. Berikut ini adalah hasil analisis dari beberapa pengujian, yaitu ukuran file gambar, waktu akses, dan jarak. Hasil dari pengujian black-box selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Ukuran File Gambar Luaran dari proses MapServer adalah suatu file gambar. Ukuran file gambar akan berbeda untuk setiap ukuran peta dan setiap hasil fungsi yang dilakukan pada peta. Untuk mengetahui ukuran file gambar yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 6. Dari Tabel 6, urutan proses menunjukkan proses penambahan layer. Urutan paling awal adalah ketika peta dengan tampilan layer default yaitu layer peta dasar. Urutan paling terakhir adalah ketika peta dengan tampilan semua layer diaktifkan. Terlihat bahwa ukuran file gambar yang dihasilkan akan semakin besar untuk setiap penambahan layer. Begitupun sebaliknya, semakin sedikit layer yang diaktifkan maka semakin kecil ukuran file gambar. Selanjutnya, semakin besar ukuran peta maka akan semakin besar pula file gambar yang dihasilkan dan sebaliknya, semakin kecil ukuran peta semakin kecil ukuran file gambarnya. Tabel 6 Ukuran file gambar peta Urutan Ukuran peta (piksel) proses 430x x40 800x600 File gambar (KB) Pengujian lainnya dilakukan pada ukuran file gambar hasil dari proses perbesaran dan perkecilan skala peta. Pengujian juga dilakukan pada tiga jenis ukuran peta, yaitu 430x400, 600x40, dan 800x600 piksel (Gambar 3 dan 4). Ukuran file gambar (KB) Ulangan 430x x40 800x600 Gambar 3 Grafik ukuran file gambar proses pembesaran skala. Hasil dari pengujian proses pembesaran skala peta menghasilkan ukuran file gambar yang semakin kecil, dari peta awal yang belum diperbesar hingga peta yang telah dilakukan perbesaran 0x. Hal ini terjadi karena semakin besar skala peta maka semakin sedikit objek spasial yang akan ditampilkan, sehingga berpengaruh terhadap ukuran file gambar yang dihasilkan. Sebaliknya, proses perkecilan skala peta menghasilkan ukuran file gambar yang semakin besar, karena semakin banyak objek spasial yang akan ditampilkan dalam peta. Dari Gambar 3 terlihat pada proses ulangan ke- ukuran file gambar yang meningkat lalu kemudian menurun. Ini terjadi karena pada gambar peta ulangan ke- objek spasial yang lebih banyak daripada objek spasial pada peta ulangan ke-. Akan tetapi, pada ulangan ke-3 dan seterusnya objek spasial yang ditampilkan semakin berkurang, berakibat pada semakin kecilnya ukuran file gambar. Ukuran file gambar (KB) Ulangan 430x x40 800x600 Gambar 4 Grafik ukuran file gambar proses perkecilan skala. Begitu juga halnya pada Gambar 4. Dari ulangan ke- hingga ulangan ke-9, perkecilan skala peta menambah objek spasial yang

14 8 ditampilkan. Namun, pada ulangan ke-0 ukuran file gambar menurun karena objek spasial yang ditampilkan lebih sedikit daripada ulangan ke-9. Walaupun demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin besar skala peta maka semakin kecil ukuran file gambar. Sebaliknya, semakin kecil skala peta maka semakin besar ukuran file gambar. 6. Waktu Akses Sistem informasi geografis yang dihasilkan oleh MapServer akan memerlukan waktu akses melalui browser web. Pengujian waktu akses dilakukan dengan menggunakan web server Lab. SEINS Dept. Ilkom IPB Dramaga. Perangkat lunak dan keras sesuai dengan spesifikasi pada tahapan perancangan. Akses diperoleh melalui komputer client yang terhubung jaringan LAN dengan web server. Waktu akses adalah waktu antara permintaan oleh pengguna hingga hasilnya ditampilkan pada browser. Pengukuran waktu akses dihitung pada setiap proses, yaitu proses loading awal peta, perbesaran skala, perkecilan skala, kueri, dan pergeseran. Ukuran peta untuk pengujian ini sama dengan ketika uji ukuran file gambar, yaitu 430x400, 600x40, dan 800x600 piksel. Ulangan untuk masing-masing ukuran peta dilakukan sebanyak sepuluh kali (Gambar 5, 6, 7, 8, dan 9). Waktu akses (detik) Ulangan 430x x40 860x600 Gambar 5 Grafik waktu akses proses loading awal peta. Waktu proses loading awal peta adalah waktu untuk menampilkan peta untuk perrtama kali di browser web. Waktu proses perbesaran skala merupakan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan peta dengan skala yang lebih besar dari sebelumnya. Waktu proses perkecilan peta didapat dari waktu untuk mendapatkan peta dengan skala yang lebih kecil dari sebelumnya. Waktu akses (detik) Ulangan 430x x40 860x600 Gambar 6 Grafik waktu proses perbesaran skala. Gambar 8 menunjukkan waktu proses yang dilakukan untuk menampilkan hasil kueri. Kueri dilakukan dengan memilih objek spasial tertentu, kemudian MapServer akan menandai objek yang dikueri serta menampilkan tabel hasil kueri pada browser web. Untuk pengukuran waktu proses pergeseran diperoleh dengan menggeser peta ke berbagai arah penjuru mata angin. Arah penjuru mata angin tersebut adalah arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat, dan barat laut. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 9. Waktu akses (detik) Ulangan 430x x40 860x600 Gambar 7 Grafik waktu proses perkecilan skala. Waktu akses (detik) Ulangan 430x x40 860x600 Gambar 8 Grafik waktu proses kueri.

15 9 Waktu akses (detik) Ulangan 430x x40 860x600 Gambar 9 Grafik waktu proses pergeseran. Secara keseluruhan, nilai waktu akses untuk setiap proses tidak berbeda jauh. Dari Gambar 5-9 terlihat tidak terdapatnya perbedaan waktu yang cukup signifikan antar ulangan. Perbedaan ukuran peta juga tidak terlihat mempengaruhi ukuran waktu akses. Dapat disimpulkan bahwa untuk proses fungsi yang berbeda tidak mempengaruhi waktu akses, kecuali untuk proses loading awal peta. Nilai rata-rata waktu akses yang diperoleh dari semua ukuran peta adalah detik. Waktu akses 6-0 detik cukup baik untuk waktu respon web (Galitz 00). Hasil perolehan dari ukuran waktu akses secara keseluruhan dapat dilihat melalui Tabel 7. Tabel 7 Waktu akses sistem Proses Ukuran peta (piksel) 430x x40 860x600 Waktu akses (detik) A * B C D E Rata-rata Rata-rata keseluruhan * A: loading awal peta; B: perbesaran skala; C: perkecilan skala; D: kueri; E: pergeseran. 6.3 Jarak Salah satu fungsi yang disediakan oleh MapServer adalah penghitungan jarak antara dua objek spasial. Pengujian dilakukan untuk melihat perbandingan ukuran jarak yang dihasilkan MapServer dengan jarak yang sebenarnya di lapangan. Sebagai acuan akan digunakan peta yang diperoleh dari Balai Geomatika Bakosurtanal. Objek spasial yang ada di peta tersebut akan diukur melalui perangkat lunak ArcView. Pengukuran jarak objek spasial di muka bumi diperoleh melalui GPS, sedangkan untuk pengukuran objek spasial dari luaran sistem aplikasi web digunakan fungsi yang telah disediakan oleh MapServer. Terdapat tiga objek spasial yang akan diukur jaraknya. Objek spasial tersebut adalah kantor walikota bogor, air mancur, dan tugu kujang (Tabel 8). Tabel 8 Ukuran jarak Perangkat Jarak (meter) A * B C ArcView GPS MapServer Rata-rata * A: kantor walikota air mancur; B: air mancur tugu kujang; C: tugu kujang kantor walikota. Dari Tabel 8 didapat perbandingan ukuran jarak yang didapat antara MapServer, ArcView, dan GPS. Hasil jarak yang didapat berbeda untuk setiap perangkat. Dalam menggunakan MapServer, jarak dihitung dengan menarik garis lurus antara dua objek, yaitu objek yang satu dengan objek yang lainnya. Ketepatan untuk meletakkan kursor di browser web sangat mempengaruhi hasil jarak yang didapat. Dalam hal yang sama, pengukuran jarak dengan menggunakan ArcView juga dengan menarik garis lurus antara dua objek. Ketepatan pointer yang diletakkan pada objek sangat mempengaruhi hasil dari kalkulasi jarak. Disimpulkan dari hasil perhitungan jarak bahwa jarak yang diperoleh dari MapServer tidak berbeda jauh dengan jarak yang diperoleh dari ArcView maupun GPS. Penentuan posisi objek dengan GPS dilakukan dengan satu pesawat penerima (receiver). Akurasi untuk ukuran jarak yang diperoleh melalui GPS ini adalah sekitar 5-50 meter (Gopi 005). Artinya posisi sebenarnya berada dalam radius 5-50 meter dari posisi yang didapat melalui GPS. Hal ini terkait dengan GPS yang digunakan, yaitu tipe navigasi. Pengujian menentukan jarak antara posisi untuk penelitian ini dengan menggunakan GPS tipe navigasi sudah mencukupi. Faktor lain yang mempengaruhi keakuratan hasil dari GPS adalah kondisi di lapangan dengan pohon yang lebat dan tinggi dan kondisi cuaca yang berawan. Keadaan tersebut mempengaruhi sinyal satelit yang diperoleh sehingga mempengaruhi posisi yang didapat.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE KOTA BOGOR ALBERT YOSUA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE KOTA BOGOR ALBERT YOSUA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE KOTA BOGOR ALBERT YOSUA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan Agustus 2010 hingga bulan Maret 2011 di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

REKAPITULASI KARTU INVENTARIS BARANG PEMERINTAH KOTA BOGOR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 AUDITED

REKAPITULASI KARTU INVENTARIS BARANG PEMERINTAH KOTA BOGOR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 AUDITED REKAPITULASI KARTU INVENTARIS BARANG PEMERINTAH KOTA BOGOR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 AUDITED GOLONGAN ASET TETAP NO NAMA OPD TANAH PERALATAN DAN MESIN GEDUNG DAN BANGUNAN JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun )

ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun ) ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun 27-211) WISNU PANATA PRAJA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ditampilkan dalam sebuah layer yang akan muncul dalam aplikasi SIG. Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN. ditampilkan dalam sebuah layer yang akan muncul dalam aplikasi SIG. Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem ditampilkan dalam sebuah layer yang akan muncul dalam aplikasi SIG. Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem Aplikasi SIG bukanlah sistem yang plug and play sehingga ada kemungkinan beberapa komponen

Lebih terperinci

Lampiran 1 DFD Level 1 GIS Kampus IPB Darmaga. Lampiran 2 DFD Level 2 proses 3 GIS Kampus IPB Darmaga

Lampiran 1 DFD Level 1 GIS Kampus IPB Darmaga. Lampiran 2 DFD Level 2 proses 3 GIS Kampus IPB Darmaga LAMPIRAN Lampiran 1 DFD Level 1 GIS Kampus IPB Darmaga Lampiran 2 DFD Level 2 proses 3 GIS Kampus IPB Darmaga 20 Lampiran 3 Input Proses Output Id Nama Proses Data Input Data Output Deskripsi Proses Proses

Lebih terperinci

Z = HASIL DAN PEMBAHASAN

Z = HASIL DAN PEMBAHASAN 1 D adalah himpunan daerah Bogor yang terdiri dari 68 desa/kelurahan di Kota Bogor. 2 Mengonversi himpunan daerah tersebut ke dalam matriks di MATLAB. 3 Menentukan daerah R menggunakan MBR (Minimum Bounding

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Integrasi dan Perancangan Antarmuka B. Kebutuhan Fungsional Perangkat Sistem Lunak Pengembangan Aplikasi Pengujian Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN

Integrasi dan Perancangan Antarmuka B. Kebutuhan Fungsional Perangkat Sistem Lunak Pengembangan Aplikasi Pengujian Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem Data yang telah ada diintegrasikan sehingga dapat ditampilkan melalui sistem. Integrasi tersebut dilakukan dengan membuat suatu mapfile yang berfungsi menyimpan

Lebih terperinci

LAPORAN TAHAPAN REKAPITULASI PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

LAPORAN TAHAPAN REKAPITULASI PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 LAPORAN TAHAPAN REKAPITULASI PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR Jl. Loader No. 7 Bogor Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Sumberdaya Air dan Irigasi/Water Resources and Irrigation Sumberdaya Air dan Irigasi/ Water Resources and Irrigation

Sumberdaya Air dan Irigasi/Water Resources and Irrigation Sumberdaya Air dan Irigasi/ Water Resources and Irrigation 8 Sumberdaya Air dan Irigasi/ Water Resources and Irrigation Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 307 308 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 SUMBERDAYA AIR DAN IRIGASI PDAM

Lebih terperinci

PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR. Presiden Republik Indonesia,

PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR. Presiden Republik Indonesia, PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR Menimbang: Presiden Republik Indonesia, a. bahwa meningkatnya perkembangan pembangunan di Propinsi

Lebih terperinci

Larnpiran 1 Nama kelurahanldesa di Kota Bogor pada tahun 2005 No. Nama Kecamatan Nama Kelurahan 1 Bogor Selatan 1. Mulyaharia 2. pamoya"an 3.

Larnpiran 1 Nama kelurahanldesa di Kota Bogor pada tahun 2005 No. Nama Kecamatan Nama Kelurahan 1 Bogor Selatan 1. Mulyaharia 2. pamoyaan 3. Larnpiran 1 Nama kelurahanldesa di Kota Bogor pada tahun 2005 No. Nama Kecamatan Nama Kelurahan 1 Bogor Selatan 1. Mulyaharia 2. pamoya"an 3. Ranggamekar 4. Genteng 5. Kertamaya 6. Rancamaya 7. Bojongkerta

Lebih terperinci

Penduduk dan Ketenagakerjaan/Population and Employment Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment

Penduduk dan Ketenagakerjaan/Population and Employment Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment 3 Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 71 72 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Penduduk Kota

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN c. Karakteristik Pengguna Analisis Kebutuhan a. Deskripsi Sistem b. Kebutuhan Fungsional Sistem Perancangan Konseptual

HASIL DAN PEMBAHASAN c. Karakteristik Pengguna Analisis Kebutuhan a. Deskripsi Sistem b. Kebutuhan Fungsional Sistem Perancangan Konseptual HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan a. Deskripsi Sistem Sistem Informasi Geografi Denah Asrama TPB IPB adalah suatu sistem informasi geografi berbasis web yang digunakan untuk memetakan posisi denah,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan a. Deskripsi Umum Sistem b. Kebutuhan Fungsional Sistem c. Karakteristik Pengguna

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan a. Deskripsi Umum Sistem b. Kebutuhan Fungsional Sistem c. Karakteristik Pengguna sistem. Perangkat keras yang digunakan harus mampu menjalankan perangkat lunak yang dibutuhkan dengan baik. 5 Pengujian Kesesuaian Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Tahapan ini menguji beberapa perangkat

Lebih terperinci

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Penduduk Kota Bogor pada tahun terdapat sebanyak 1.004.831 orang yang terdiri atas 510.884 orang laki-laki dan sebanyak 493.947 perempuan. Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Perancangan

Bab 3. Metode Perancangan Bab 3 Metode Perancangan 3.1 Metode Perancangan Sistem Pada bab ini akan memuat langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk perancangan sistem sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Perancangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI

BAB V PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI 81 BAB V PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI 5.1. Implementasi Sistem Implementasi adalah tahap penerapan dan sekaligus pengujian bagi sistem baru serta merupakan tahap dimana aplikasi siap dioperasikan pada keadaan

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN PRE-DISASTER MAP BERBASIS WEB

BAB III PEMBANGUNAN PRE-DISASTER MAP BERBASIS WEB BAB III PEMBANGUNAN PRE-DISASTER MAP BERBASIS WEB 3.1 Data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari : No. Data Asal Data 1 Peta Batas Administrasi Propinsi Jawa BAPEDA Jawa Barat Barat skala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI ABSTRAK Pembuatan Aplikasi denah kampus Maranatha ini dibangun dengan menggunakan teknologi Web Mapping, yang artinya hasil implementasi peta mulai dari tahap pengumpulan data, pemrosesan data, dan penyimpanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 4 Tahun 2014 Seri D Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Perancangan Antarmuka meliputi perancangan struktur menu dan perancangan tampilan pada tampilan user.

BAB III PEMBAHASAN. Perancangan Antarmuka meliputi perancangan struktur menu dan perancangan tampilan pada tampilan user. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Perancangan Antarmuka Perancangan Antarmuka meliputi perancangan struktur menu dan perancangan tampilan pada tampilan user. 3.1.1 Perancangan Struktur Menu User Pembuatan Aplikasi

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu teknologi informasi berbasis komputer yang digunakan untuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi dan menyajikan

Lebih terperinci

APLIKASI WEB DATA SPASIAL KEPENDUDUKAN INDONESIA DENGAN SCALABLE VECTOR GRAPHICS (SVG)

APLIKASI WEB DATA SPASIAL KEPENDUDUKAN INDONESIA DENGAN SCALABLE VECTOR GRAPHICS (SVG) Media Informatika, Vol. 4, No. 1, Juni 2006, 27-37 ISSN: 0854-4743 APLIKASI WEB DATA SPASIAL KEPENDUDUKAN INDONESIA DENGAN SCALABLE VECTOR GRAPHICS (SVG) Yudha Widiatmoko, Fathul Wahid Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Spesifikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk aplikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 4.1.1

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Tahapan penelitian. Praproses Data

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Tahapan penelitian. Praproses Data daerah dalam lingkup R dan f(r) adalah fungsi yang dijalankan pada lingkup R. Mekanisme algoritme Naive adalah sebagai berikut : 1 Menentukan dataset D yang merupakan himpunan seluruh poligon / daerah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Lingkup Sistem Sistem Informasi Prediksi Laju Erosi disusun dengan kombinasi bahasa pemrograman yaitu PHP, HTML, JavaScript. Sistem ini juga disusun dengan bantuan framework

Lebih terperinci

SPATIAL OUTLIER DETECTION BERDASARKAN POLIGON DESA PADA DATA PEMILIHAN WALIKOTA BOGOR HUDANUL HAFIIZH

SPATIAL OUTLIER DETECTION BERDASARKAN POLIGON DESA PADA DATA PEMILIHAN WALIKOTA BOGOR HUDANUL HAFIIZH SPATIAL OUTLIER DETECTION BERDASARKAN POLIGON DESA PADA DATA PEMILIHAN WALIKOTA BOGOR HUDANUL HAFIIZH DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN Proses Dasar Sistem Proses dasar pengembangan sistem secara umum terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1 Praproses. Pada tahap ini dilakukan persiapan yang meliputi seleksi data, transformasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,

PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini. KATA PENGANTAR Penyajian Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 di Provinsi Sumatera Selatan ditujukan untuk memberi informasi kepada masyarakat, disamping publikasi buletin agrometeorologi, analisis dan prakiraan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 94 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Hardware Spesifikasi hardware minimum yang diperlukan untuk menjalankan sistem informasi ini adalah sebagai berikut : a. Processor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan Algoritma A* dan Dijkstra ini menggunakan model waterfall. Model waterfall penelitian untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BOGOR. Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Bogor.

PEMERINTAH KOTA BOGOR. Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Bogor. PEMERINTAH KOTA BOGOR Laporan Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Bogor Desember 2014 Oleh : 1 KATA PENGANTAR Sanitasi sebagai salah satu wujud

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tracking kendaraan bermotor adalah sebagai berikut: menggunakan Bluetooth. sebagai berikut : 2. Memori sebesar 512 Mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tracking kendaraan bermotor adalah sebagai berikut: menggunakan Bluetooth. sebagai berikut : 2. Memori sebesar 512 Mb 60 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras yang digunakan untuk menjalankan sistem tracking kendaraan bermotor adalah sebagai

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GIS

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GIS APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GIS Novianti (11105172) Jurusan Sistem Informasi, Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data historis hampir semua jenis bencana pernah berulangkali terjadi di Indonesia, seperti: gempa bumi, letusan gunung api, tsunami, longsor, banjir, kekeringan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN LAYANAN LOCATION BASED SERVICE PADA PETA INTERAKTIF KOTA BANDUNG UNTUK HANDPHONE CLDC/1.1 dan MIDP/2.0

PENERAPAN LAYANAN LOCATION BASED SERVICE PADA PETA INTERAKTIF KOTA BANDUNG UNTUK HANDPHONE CLDC/1.1 dan MIDP/2.0 PENERAPAN LAYANAN LOCATION BASED SERVICE PADA PETA INTERAKTIF KOTA BANDUNG UNTUK HANDPHONE CLDC/1.1 dan MIDP/2.0 Riyan Nusyirwan [1.01.03.019] fastrow88@gmail.com Pembimbing I : Nana Juhana, M.T Pembimbing

Lebih terperinci

Lampiran 1 Contoh peta statis yang tersedia.

Lampiran 1 Contoh peta statis yang tersedia. LAMPIRAN Lampiran Contoh peta statis yang tersedia www.kotabogor.go.id www.asiamaya.com www.indotravelers.com www.bogorcyberpark.com www.pu.go.id 22 Lampiran 2 Input Proses Output Level Id Proses Nama

Lebih terperinci

Rencana Tahun Kebutuhan Dana/Pagu Indikatif. total 5.9 km, sisa 2.1 km x ROW 35 = m2. 55,125,000,000 APBD Kota

Rencana Tahun Kebutuhan Dana/Pagu Indikatif. total 5.9 km, sisa 2.1 km x ROW 35 = m2. 55,125,000,000 APBD Kota RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2015 KOTA BOGOR Urusan / Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan URUSAN PEKERJAAN UMUM Program Pembangunan Jalan, Jembatan dan Drainase Pembebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem Informasi yang menunjukkan letak atau pemetaan pada suatu tempat. Dimana yang dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK I.1 Pendahuluan Sesuai dengan perkembangan teknologi yang sudah dapat dicapai hingga pada saat ini, khususnya di bidang komputer grafik, web application, dan teknologi informasi,

Lebih terperinci

database server. PHP bersifat terbuka dalam pengembangan, dan gratis. Meskipun demikian PHP memiliki dukungan fungsi yang variatif (Achour, 2000).

database server. PHP bersifat terbuka dalam pengembangan, dan gratis. Meskipun demikian PHP memiliki dukungan fungsi yang variatif (Achour, 2000). 3 database server. PHP bersifat terbuka dalam pengembangan, dan gratis. Meskipun demikian PHP memiliki dukungan fungsi yang variatif (Achour, 2000). METODOLOGI Langkah kerja dalam mengembangkan aplikasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi SIG ini dengan baik adalah sebagai berikut :

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi SIG ini dengan baik adalah sebagai berikut : BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Perangkat Keras (Hardware) Spesifikasi minimum perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi SIG ini dengan baik adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 5.1. Implementasi Kegiatan implementasi atau penerapan dilakukan dengan dasar yang telah direncanakan dalam rencana implementasi. Pada penerapan sistem yang diusulkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN APLIKASI. Sistem pengolahan data merupakan satu kesatuan kegiatan pengolahan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN APLIKASI. Sistem pengolahan data merupakan satu kesatuan kegiatan pengolahan 126 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN APLIKASI 4.1. Kebutuhan Sistem Sistem pengolahan data merupakan satu kesatuan kegiatan pengolahan data atau informasi yang terdiri dari prosedur dan pelaksana data.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Aplikasi ini berbasiskan arsitektur client dan server. Kebutuhan perangkat keras untuk server lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdarah tercatat dari Januari September 2011 sebanyak 813 orang menderita

BAB I PENDAHULUAN. berdarah tercatat dari Januari September 2011 sebanyak 813 orang menderita 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Demam berdarah merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina, nyamuk ini merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan Perancangan SIG harus berorientasi kepada proses sehingga fokusnya adalah menata bagaimana proses dalam SIG berjalan dengan baik; bagaimana pemasukan data dilakukan, analisis

Lebih terperinci

Energi/Energy Energi/ Energy

Energi/Energy Energi/ Energy 7 Energi/ Energy Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 287 288 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures E N E R G I Sampai dengan tahun 2011 jumlah trafo yang terpasang di Kota Bogor ada sebanyak

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang

BAB III PEMBAHASAN. Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisis Masalah Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 1.1. Analisis Sistem Analisis sistem adalah uraian keseluruhan bagaimana sistem yang berjalan saat ini baik dilihat dari analisis fungsional dan analisis nonfungsional

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS HUTAN KOTA PROPINSI DKI JAKARTA

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS HUTAN KOTA PROPINSI DKI JAKARTA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS HUTAN KOTA PROPINSI DKI JAKARTA Oleh : Faris Sofi G64101032 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Formulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Formulasi 6 a Perancangan Isi Pada tahapan ini dilakukan perancangan isi dan informasi yang akan disajikan. Penyajian peta dilakukan melalui tema-tema yang berbeda. Di lain pihak, halaman tekstual menyajikan informasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... Halaman i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan

Lebih terperinci

menginformasikan gedung, jalan utama, lapangan, taman, tempat parkir dan lain

menginformasikan gedung, jalan utama, lapangan, taman, tempat parkir dan lain BAB III METODOLOGI 3.1 Gambaran Umum Sistem Sistem Informasi Geografis ini nantinya diharapkan dapat memberikan informasi mengenai denah Universitas Islam Indonesia. Sistem nantinya mampu menginformasikan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEKOLAH DI DKI JAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEKOLAH DI DKI JAKARTA Seminar Nasional Teknologi Komunikasi 2012 (SENTIKA 2012) ISSN: 2089-9815 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEKOLAH DI DKI JAKARTA Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Mampu menggunakan komputer Familier dengan aplikasi internet. Mampu menggunakan ArcView Mampu menggunakan Map Server.

Mampu menggunakan komputer Familier dengan aplikasi internet. Mampu menggunakan ArcView Mampu menggunakan Map Server. LAMPIRAN Lampiran Karakteristik Pengguna SIRIPB Pengguna Hak Akses Tingkat Keterampilan Pengguna Umum Melihat Tampilan utama SIRIPB. Melihat menumenu yang disediakan SIRIPB kecuali menu Administrator.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 1. Processor Pentium III 1 Ghz

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 1. Processor Pentium III 1 Ghz BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Spesifikasi sistem Informasi Geografis (SIG) untuk aplikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 4.1.1

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Praproses Data Clustering

HASIL DAN PEMBAHASAN Praproses Data Clustering Perangkat lunak: Sistem operasi: Windows XP Home Edition, WEKA versi 3.5.7, ArcView GIS 3.3, Map Server For Windows (ms4w) 2.3.1 Chameleon 2.4.1 Perangkat keras: Prosessor intel Pentium 4 ~2GHz Memory

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. lunak, dan prosedur instalasi aplikasi. PT. SMART DATA GLOBAL adalah sebagai berikut :

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. lunak, dan prosedur instalasi aplikasi. PT. SMART DATA GLOBAL adalah sebagai berikut : BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Pada bab ini penulis akan membahas mengenai spesifikasi aplikasi SIG yang telah dibuat, yaitu berupa spesifikasi perangkat keras, spesifikasi perangkat

Lebih terperinci

KAJIAN APLIKASI DAN TEKNOLOGI PADA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL

KAJIAN APLIKASI DAN TEKNOLOGI PADA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL KAJIAN APLIKASI DAN TEKNOLOGI PADA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL Nama : DODY ARFIANSYAH 3506 100 046 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo S., DEA. DESS. Pendahuluan Latar Belakang GIS & WEBSIG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan

Lebih terperinci

(M.4) KLUSTERING DATA SPASIAL MULTIVARIAT DENGAN MODEL BASED CLUSTERING

(M.4) KLUSTERING DATA SPASIAL MULTIVARIAT DENGAN MODEL BASED CLUSTERING (M.4) KLUSTERING DATA SPASIAL MULTIVARIAT DENGAN MODEL BASED CLUSTERING I GedeNyomanMindra Jaya 1) Bertho Tantular 1) SiskaAriani Efendi 2) 1)Dosen Program Studi StatistikaFMIPA UNPAD 2)Alumnus Program

Lebih terperinci

PERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE QUANTUM GIS UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL

PERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE QUANTUM GIS UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL PERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE QUANTUM GIS 2.14.5 UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL Jeri Kurniawan 1, Bebas Purnawan 2, Dessy Apriyanti 3 ABSTRAK Ketersediaan berbagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 56 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 56 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 56 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem Metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan suatu masalah penelitian. Sedangkan penelitian adalah suatu proses dalam menemukan sesuatu, baik

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak. program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak. program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut: BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum hardware yang digunakan untuk menjalankan program aplikasi dengan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Implementasi Sistem Tahap Implementasi dan Pengujian Sistem, Dilakukan setelah tahap analisis dan Perancangan Selesai dilakukan. Pada bab ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

Perangkat Lunak Pengolahan Data Survey Geografis Berbasis Smartphone Android

Perangkat Lunak Pengolahan Data Survey Geografis Berbasis Smartphone Android Perangkat Lunak Pengolahan Data Survey Geografis Berbasis Smartphone Richi Dwi Agustia Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer : Teknik Informatika UNIKOM Bandung, Indonesia Richi@email.unikom.ac.id Rian Hidayat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Area Kampus IPB yang luas, serta bentuk bangunan yang identik menjadi suatu masalah bagi masyarakat untuk melakukan pencarian ruangan di Kampus IPB Darmaga. Untuk memudahkan

Lebih terperinci

Pencarian Lokasi Fasilitas Umum Terdekat Berdasarkan Jarak dan Rute Jalan Berbasis SIG

Pencarian Lokasi Fasilitas Umum Terdekat Berdasarkan Jarak dan Rute Jalan Berbasis SIG Pencarian Lokasi Fasilitas Umum Terdekat Berdasarkan Jarak dan Rute Jalan Berbasis SIG Pembimbing : Arif Basofi, S. Kom Arna Fariza, S.Kom, M. Kom Oleh : Yulius Hadi Nugraha 7406.030.060 Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tampilan hasil dari aplikasi Sistem Informasi Geografis Lokasi Loket Pemesanan Tiket Antar Provinsi di Kota Medan berbasis web ini akan dijelaskan pada sub

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini 2, Dian Safitri 3 1,2,3 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma Jl.

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN JALUR KERETA API DAN ANALISA TRAFFIC

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN JALUR KERETA API DAN ANALISA TRAFFIC SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN JALUR KERETA API DAN ANALISA TRAFFIC Andri Permana Wicaksono 1, Arna Fariza 2, Arif Basofi 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi 1, Dosen Pembimbing 2 Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemetaan lokasi cabang cabang toko baju Mode Fashion berbasis web

BAB I PENDAHULUAN. Pemetaan lokasi cabang cabang toko baju Mode Fashion berbasis web BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan lokasi cabang Mode Fashion di Kota Medan yang begitu cepat harus diimbangi dengan penyampaian informasi dengan cepat dan tepat. Pemetaan lokasi cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengintegrasikan data spasial (peta vektor dan citra digital), atribut (tabel sistem

BAB I PENDAHULUAN. mengintegrasikan data spasial (peta vektor dan citra digital), atribut (tabel sistem BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem informasi geografis, hingga saat ini merupakan suatu sistem yang sangat menarik. Sistem yang selalu dibuat untuk interaktif ini dapat mengintegrasikan data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data spasial berikut atribut-atributnya, seperti memodifikasi bentuk, warna,

BAB I PENDAHULUAN. data spasial berikut atribut-atributnya, seperti memodifikasi bentuk, warna, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan suatu teknologi mengenai geografis yang memiliki kemampuan dalam memvisualisasikan peta, data spasial berikut

Lebih terperinci

2.1 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

2.1 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BAB II TEORI DASAR 2.1 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Curah Hujan DAS Brantas Data curah hujan di DAS Brantas merupakan data curah hujan harian, dimana curah hujan harian berasal dari stasiun-stasiun curah hujan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dua, yaitu perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software).

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dua, yaitu perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software). BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 IMPLEMENTASI 4.1.1 SPESIFIKASI SISTEM Spesifikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk aplikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu perangkat keras (Hardware) dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. pada website masih bersimafat statis dan proses update data belum secara online

BAB III PEMBAHASAN. pada website masih bersimafat statis dan proses update data belum secara online BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisis Masalah Analisis permasalahan sistem yang ada adalah dimana proses dalam perorganisasian data pada website masih bersimafat statis dan proses update data belum secara online

Lebih terperinci

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop Bab ini akan membahas tentang: - Pengenalan ArcGIS Desktop - Pembuatan project pada ArcMap - Penambahan layer pada ArcMap 1.1 Sekilas tentang ArcGIS Desktop ArcGIS Desktop

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO Sugianto 1, Arna Fariza 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi 1, Dosen Pembimbing 2 Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI. Fie Jannatin Aliyah

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI. Fie Jannatin Aliyah SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI Fie Jannatin Aliyah Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO Sugianto 1, Arif Basofi 2, Nana Ramadijanti 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi 1, Dosen Pembimbing 2 Politeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang sama pernah dilakukan sebelumnya oleh Bambang Pramono (2016) di STMIK AKAKOM dalam skripsinya yang berjudul Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 68 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem informasi geografi untuk aplikasi ini terbagi menjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 4.1.1

Lebih terperinci

Geografis/ Geographical

Geografis/ Geographical 1 Geografis/ Geographical Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 1 2 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 GEOGRAFIS Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106 o 48 BT dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan menimbulkan peningkatan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan menimbulkan peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan menimbulkan peningkatan kebutuhan perumahan, yang berakibat juga pada harga tanah di perkotaan yang semakin tinggi. Selama ini

Lebih terperinci