PEMERINTAH KOTA BOGOR. Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Bogor.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMERINTAH KOTA BOGOR. Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Bogor."

Transkripsi

1 PEMERINTAH KOTA BOGOR Laporan Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Bogor Desember 2014 Oleh : 1

2 KATA PENGANTAR Sanitasi sebagai salah satu wujud pelayanan dasar bidang kesehatan seringkali terlupakan dan tidak menjadi prioritas. Terdapat 26 kab/kota di Jawa Barat diantara 330 kab/kota di Indonesia bermasalah dalam bidang sanitasi. Melalui Konferensi Sanitasi Nasional (2007), International Year of Sanitation (2008), Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan (2009), maka lahirlah Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) melalui penyusunan Strategi Sanitasi Perkotaan (SSK). Ada enam tahapan kegiatan program PPSP, yaitu : a. Tahap 1: Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan b. Tahap 2: Pengembangan kelembagaan dan peraturan c. Tahap 3: Penyusunan strategi sanitasi kab/kota d. Tahap 4: Penyiapan memorandum program e. Tahap 5: Pelaksanaan/implementasi, dan f. Tahap 6: Pemantauan, pembimbingan, evaluasi dan pembinaan Pada tahun 2010 Kota Bogor telah melaksanakan penyusunan strategi sanitasi kota (SSK). Dalam penyusunan SSK ini dilaksanakan cukup banyak studi sebagai bahan masukan dalam penyusunan Buku Putih. Salah satu studi tersebut adalah studi EHRA. Pada tahun 2014 ini dilakukan kembali studi EHRA sebagai evaluasi terhadap kondisi sanitasi setelah dilaksanakan berbagai program pembangunan sanitasi selama 4 tahun berjalan, sekaligus juga sebagai bahan penyusunan Buku Putih. Hasil studi EHRA selengkapnya dapat kita simak bersama dalam laporan ini. Laporan ini kami susun dengan menyajikan data sanitasi berupa diagram dan tabel. Dengan penyajian berupa diagram dan tabel, kami berharap dapat lebih mudah untuk dipahami. Kami sebagai penangung jawab, koordinator survei, dan tim EHRA dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kota Bogor pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam survei ini. Kami ucapkan terima kasih kepada para anggota Karang Taruna Kota Bogor dari 68 kelurahan, para sanitarian/ pelaksana sanitasi Puskesmas se-kota Bogor, teman-teman di Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan, dan seluruh anggota Pokja Sanitasi Kota Bogor. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembangunan sanitasi dan seluruh masyarakat di Kota Bogor Bogor, 12 Desember 2014 Penyusun 1

3 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar 1 Daftar Isi 2 Daftar Singkatan 3 Daftar Diagram 4 Daftar Tabel 5 1. PENDAHULUAN 6 2. CATATAN METODOLOGI 7 3. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/ RESPONDEN 9 4. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA PEMBUANGAN AIR KOTOR/LIMBAH TINJA MANUSIA, DAN LUMPUR TINJA DRAINASE LINGKUNGAN/SELOKAN SEKITAR RUMAH DAN BANJIR PENGELOLAAN AIR MINUM, MASAK, MENCUCI DAN GOSOK GIGI YANG AMAN DAN HYGIENE PRILAKU HYGIENE / SEHAT KEJADIAN PENYAKIT DIARE HASIL-HASIL PENGAMATAN ENUMERATOR 74 Lampiran-lampiran 79 2

4 DAFTAR SINGKATAN AMPL BABS BAPPEDA CF DED FS IPAL IPLT KMW KPS KSM LSM MCK MONEV MPSS Musrenbang PAMSIMAS PDAM PHBS PIU PKK PMU POKJA PPLP PPSP RT RW SPAL SPAM SPM SSK TPA TPS TPST TTPAMS : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan : Buang Air Besar Sembarangan : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah : City Fasilitator : Detailed Engineering Design : Feasibility Study : Instalasi Pengolahan Air Limbah : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja : Konsultan Managemen Wilayah : Kemitraan Pemerintah dan Swasta : Kelompok Swadaya Masyarakat : Lembaga Swadaya Masyarakat : Mandi Cuci dan Kakus : Monitoring dan Evaluasi : Memorandum Program Sektor Sanitasi : Musyawarah Perencanaan Pembangunan : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat : Perusahaan Daerah Air Minum : Prilaku Hidup Bersih dan Sehat : Project Implementing Unit : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga : Project Management Unit : Kelompok Kerja : Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman : Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman : Rukun Tetangga : Rukun Warga : Saluran Penyaluran Air Limbah : Sistem Penyediaan Air Minum : Standar Pelayanan Minimum : Strategi Sanitasi Kota : Tempat Pengolahan Akhir : Tempat Penampungan Sementara : Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu : Tim Teknis Pembangunan Air Minum dan Sanitasi (dahulu TTPS) 3

5 DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram 1: Jumlah Responden tiap kecamatan 12 Diagram 2 : Usia Responden 13 Diagram 3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden 15 Diagram 4: Status Kepemilikan Rumah yang Ditempati Responden Saat Ini 18 Diagram 5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 23 Diagram 6. Pemilahan Sampah Rumah Tangga 25 Diagram 7. Frekuensi Pengangkutan Sampah Rumah Tangga 28 Diagram 8. Biaya Layanan Pengangkutan Sampah 30 Diagram 9. Lokasi Tempat Buang Air Besar bagi Anggota Keluaga yang Sudah Dewasa 33 Diagram 10. Tempat Penyaluran Akhir Tinja 36 Diagram 11. Lama Tangki Septik Dibangun 38 Diagram 12. Waktu Terakhir Tangki Septik Dikosongkan 41 Diagram 13. Pihak Yang Mengosongkan Tangki Septik 43 Diagram 14. Kepemilikan Sarana Pembuangan Limbah Selain Tinja / IPAL 46 Diagram 15. Saluran Pembuangan Limbah Selain Tinja 48 Diagram 16. Kejadian Banjir di Rumah dan Sekitarnya 51 Diagram 17. Frekuensi Kejadian Banjir 53 Diagram 18. Air Masuk ke dalam Rumah Ketika Banjir 54 Diagram 19. Lama Air Banjir Akan Mengering 56 Diagram 20. Sumber Air Utama Untuk Minum, Masak, Cuci Piring dan Gosok Gigi 60 Diagram 21. Kondisi Kesulitan Mendapatkan Air Bersih 62 Diagram 22. Jarak Sumber Air Tanah dengan Tempat Pembuangan Tinja 65 Diagram 23. Cara Mengolah Air Untuk Diminum 67 Diagram 24. Pemakaian Sabun Hari Ini atau Kemarin 70 Diagram 25. Waktu Paling Terdekat Anggota Keluarga Terkena Diare 73 Diagram 26. Hasil Pengamatan Keberadaan Saluran Air 74 Diagram 27. Hasil Pengamatan Saluran Air 75 Diagram 28. Hasil Pengamatan Keberadaan Sabun di Dalam atau Dekat Jamban 76 Diagram 29. Hasil Pengamatan Kondisi Lantai dan Dinding Jamban/WC 76 Diagram 30. Hasil Pengamatan Kondisi Jamban Bebas dari Kecoa dan Lalat 77 Diagram 31. Hasil Pengamatan Keberadaan Gayung dan Air di Jamban 77 Diagram 32. Hasil Pengamatan Jarak Sumur Resapan atau Cubluk dengan Sumber 78 4

6 DAFTAR TABEL Tabel 1 Jumlah Responden tiap Kelurahan 10 Tabel 2. Usia Responden 12 Tabel 3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden 13 Tabel 4. Status Rumah yang Ditempati Responden Saat Ini 16 Tabel 5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 21 Tabel 6. Pemilahan Sampah Rumah Tangga 23 Tabel 7. Frekuensi Pengangkutan Sampah Rumah Tangga 26 Tabel 8. Biaya Layanan Pengangkutan Sampah 28 Tabel 9. Lokasi Tempat Buang Air Besar bagi Anggota Keluaga yang Sudah Dewasa 32 Tabel 10. Tempat Penyaluran Akhir Tinja 34 Tabel 11. Lama Tangki Septik Dibangun 36 Tabel 12. Waktu Terakhir Tangki Septik Dikosongkan 39 Tabel 13. Pihak Yang Mengosongkan Tangki Septik 41 Tabel 14. Kepemilikan Sarana Pembuangan Limbah Selain Tinja / IPAL 46 Tabel 15. Saluran Pembuangan Limbah Selain Tinja 46 Tabel 16. Kejadian Banjir di Rumah dan Sekitarnya 49 Tabel 17. Frekuensi Kejadian Banjir 51 Tabel 18. Air Masuk ke dalam Rumah Ketika Banjir 53 Tabel 19. Lama Air Banjir Akan Mengering 55 Tabel 20. Sumber Air Utama Untuk Minum, Masak, Cuci Piring dan Gosok Gigi 58 Tabel 21. Kondisi Kesulitan Mendapatkan Air Bersih 60 Tabel 22. Jarak Sumber Air Tanah dengan Tempat Pembuangan Tinja 63 Tabel 23. Cara Mengolah Air Untuk Diminum 65 Tabel 24. Pemakaian Sabun Hari Ini atau Kemarin 68 Tabel 25. Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Terkena Diare 71 Halaman 5

7 1 PENDAHULUAN Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang mendalami kondisi sanitasi dan prilaku yang berhubungan dengan sanitasi. Yang ingin diketahui mencakup akses dan kondisi sarana sanitasi yang telah ada, termasuk air bersih, jamban, air buangan dan saluran pembuangan air, dan jasa pengumpulan limbah padat. Studi EHRA juga mengamati bagaimana perilaku rumah tangga dalam menggunakan fasilitas yang ada, dan mempelajari perilaku anggota rumah tangga dalam hubungannya dengan risiko kesehatan lingkungan. Perilaku hidup sehat yang dipelajari mencakup cuci tangan dengan sabun, penanganan kotoran anak, dan pengelolaan limbah padat di rumah. Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kota Bogor yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi kota. Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai benchmark pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kota sampai di tingkat kelurahan (indikatif). Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan kelompok pemuda baik laki-laki dan perempuan. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi dengan karang taruna di tingkat kelurahan. Kolaborasi dengan karang taruna dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, yakni 1) karang taruna memiliki akses yang lebih leluasa untuk datang ke rumah-rumah dan diterima oleh RT/ RW dan warga penghuni rumah. Pertimbangan ini terkait erat dengan karakteristik responden, yakni Ibu berusia antara tahun dan juga pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner yang banyak mengandung hal-hal yang dalam norma masyarakat dinilai sangat privat dan sensitif, seperti tempat dan perilaku buang air besar (BAB), 2) karang taruna umumnya memahami wilayah kelurahan sehingga mempermudah mencari rumah yang terpilih secara acak. Perempuan atau ibu dipilih sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya. Dokumen ini adalah Laporan EHRA di Kota Bogor yang kegiatan survey pengumpulan datanya dilakukan pada tanggal 20 September 22 November tahun Penyusunan laporan didampingi oleh Fasilitator Kota Bogor (CF) yang disediakan oleh Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) dengan melibatkan berbagai pihak, khususnya Kelompok Kerja Sanitasi (Pokja Sanitasi) Kota Bogor sebagai pemilik utama kegiatan, yang menangani koordinasi dan supervisi lapangan, proses data entry dan analisis data, para enumerator yang menggunakan karang taruna tingkat kelurahan sebanyak 34 orang dari 68 kelurahan di Kota Bogor, lima orang sebagai operator dan melibatkan Sanitarian Puskesmas sebanyak 24 orang yang bertindak sebagai supervisor lapangan. 6

8 2 CATATAN METODOLOGI EHRA adalah studi yang relatif pendek (sekitar 2 bulan) yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah karang taruna yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi Kota Bogor. Sebelum turun ke lapangan, para karang taruna diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 1 (satu) hari yaitu hari Minggu tanggal 15 Juni Tempat pelatihan di Sekretarian Karang Taruna Kota Bogor. Materi pelatihan mencakup; Pengenalan EHRA, Pengorganisasian EHRA, Dasar-dasar Wawancara dan Pengamatan; Pemahaman tentang Instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; Simulasi dan Praktek; Teknik Pengumpulan dan Pelaporan Data, Penjelasan Alur EHRA dan diskusi perbaikan instrumen. Dengan ukuran populasi penduduk Kota Bogor sebesar jiwa tahun 2014 (sumber BPS Kota Bogor) jumlah kecamatan sebanyak 6 kecamatan, kelurahan 68, jumlah RW 871, jumlah RT 4.856, dan jumlah kepala keluarga KK. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin sbb.: Dimana: n adalah jumlah sampel N adalah jumlah populasi d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05) Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah P(1-P), dimana P = 0,5 Dengan menggunakan rumus Slovin dengan CL (Confidence Level) sebesar 98% CI (Confidence Interval) atau tingkat presisi sebesar 2 % didapat ukuran sampel sebesar rumah tangga. Sedangkan dalam studi EHRA Kota Bogor kali ini ditetapkan sampel sebesar rumah tangga, dengan demikian presisinya kurang dari 2 %. Sampel sebesar rumah tangga tersebut diambil secara merata di 6 kecamatan dan di 68 kelurahan. Yang menjadi primary sampling unit adalah RT. Di setiap kelurahan diambil secara 8 RT secara random. Penentuan RT sasaran disetiap kelurahan dilakuan secara acak. Setiap RT diambil 5 rumah tangga sebagai responden, jadi setiap kelurahan diambil sampel sebanyak 40 rumah tangga. Rumah tangga ditarik secara acak (random) dengan menggabungkan antara teknik random multistage (bertingkat) dan random sistematis. Untuk menentukan rumah tangga digunakan pilihan teknik random sistematis (urutan rumah) dengan menggunakan interval. Contoh; jumlah rumah tangga di RT 02 RW 12 Kelurahan Batutulis adalah 50. Jumlah sampel yang akan dijadikan sasaran survey adalah 5 rumah tangga. Maka intervalnya adalah 50:5=10, maka enumerator bersama supervisor membuat daftar rumah tangga calon sasaran dari 1 50 dan slot angka Sasaran rumah tangga pertama 7

9 yang akan dikunjungi ditentukan secara acak. Setelah itu rumah tangga kedua dan seterusnya ditentukan dengan interval 10. Yang menjadi unit analisis dalam EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga. Ibu dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta mereka relatif lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak. Ibu dalam EHRA didefinisikan sebagai perempuan berusia tahun yang telah atau pernah menikah. Untuk memilih Ibu di setiap rumah, enumerator menggunakan matriks prioritas yang mengurutkan prioritas Ibu di dalam rumah. Prioritas ditentukan oleh status Ibu yang dikaitkan dengan kepala rumah tangga. Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih Ibu, maka usia menjadi penentunya. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk diselesaikan dalam waktu sekitar menit. Panduan sudah diujicoba di sebuah lokasi riset di Jakarta Pusat tahun 2006 lalu dan diuji kembali dalam hari ke-2 pelatihan enumerator. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh kader sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim EHRA dengan mengerahkan tim koordinator entri data karang taruna yang telah terlatih. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Fasilitator Kota Bogor dan Pokja Sanitasi. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi. Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvai. Tim spot check ini dilakukan oleh supervisor yang secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di-re-check kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Untuk mengorganisir Studi EHRA, dibentuk panitia ad-hoc yang intinya terdiri dari Dinas Kesehatan sebagai Penanggungjawab Studi EHRA, Koordinator EHRA, Koordinator Entri Data, dan anggota Pokja Sanitasi yang lain. Sebagai ujung tombak, direkrut enumerator yang berasal dari karang taruna dari semua kelurahan di Kota Bogor dan supervisor berasal dari Sanitarian Puskesmas di seluruh Kota Bogor. 8

10 3 KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/ RESPONDEN Bagian ini memaparkan sejumlah variabel sosio-demografis dan hal-hal yang terkait dengan status rumah di Kota Bogor. Variabel-variabel yang dimaksud mencakup hubungan responden dengan kepala keluarga, usia responden, status rumah responden, pendidikan terakhir, kepemilikan anak, dan jumlah anak laki-laki dan perempuan dalam kelompok umur; kurang dari 2 tahun, umur 2-5 tahun, 6-12 tahun dan lebih dari 12 tahun. Variabel-variabel sosio-demografis perlu dipelajari karena keterkaitan yang cukup erat dengan masalah sanitasi. Jumlah anggota rumah tangga berhubungan dengan kebutuhan kapasitas fasilitas sanitasi. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka semakin besar pula kapasitas yang dibutuhkan. Usia anak termuda menggambarkan besaran populasi yang memiliki risiko paling tinggi atau yang kerap dikenal dengan istilah population at risk. Secara umum diketahui bahwa balita merupakan segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air (water borne diseases), kebersihan diri dan lingkungan. Dengan demikian, rumah tangga yang memiliki balita akan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah sanitasi dibandingkan rumah tangga yang tidak memiliki balita. Variabel yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi. Mereka yang menempati rumah atau lahan yang tidak dimilikinya diduga kuat memiliki rasa memiliki (sense of ownership) yang rendah. Mereka cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi ataupun kebersihan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang menempati rumah atau lahan yang dimilikinya sendiri akan cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi. Secara mendasar, perbedaan-perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang berbeda. Variabel yang terkait dengan pendidikan terakhir responden juga sangat penting. Hal ini berkaitan dengan pola pikir dan kecepatan transpormasi informasi-informasi sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung mempunyai pola pikir yang terbuka dan mudah menerima hal-hal baru serta memiliki kecepatan yang baik dalam menerima informasi-informasi terkait dengan sanitasi dan prilaku hidup bersih sehat. Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia tahun atau bapak. Batas usia, khususnya batas-atas diperlakukan secara fleksibel. Penilaian kader sebagai enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit melebihi batasatas (55 tahun), namun responden terlihat dan terdengar masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara, maka calon responden itu dipertimbangkan masuk dalam daftar prioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 55 tahun, namun bila performa komunikasinya kurang memadai, maka ibu itu dapat dikeluarkan dari daftar calon responden. 9

11 Tabel 1 Jumlah Responden tiap Kelurahan NO KELURAHAN JLH DATA RESPONDEN DITERIMA % 1 BABAKAN BABAKAN PASAR BALUMBANG JAYA 40 4 BANTAR JATI BARANANGSIANG BATU TULIS BOJONGKERTA BONDONGAN BUBULAK CIBADAK 39 97,5 11 CIBOGOR CIBULUH CIKARET CILENDEK BARAT CILENDEK TIMUR CILUAR CIMAHPAR CIPAKU CIPARIGI ,5 20 CIWARINGIN CURUG INDUK CURUG MEKAR ,5 23 EMPANG GENTENG GUDANG GUNUNG BATU HARJASARI KATULAMPA KAYU MANIS KEBON KELAPA KEBON PEDES KEDUNG BADAK KEDUNG HALANG KEDUNG JAYA KEDUNG WARINGIN KENCANA KERTAMAYA LAWANGGINTUN

12 G 39 LOJI MARGA JAYA MEKARWANGI MENTENG MUARASARI MULYAHARJA PABATON PAKUAN PALEDANG PAMOYANAN PANARAGAN PASIR JAYA PASIR KUDA PASIR MULYA RANCAMAYA RANGGA MEKAR SEMPLAK SEMPUR SINDANG BARANG SINDANGRASA SINDANGSARI SITU GEDE SUKADAMAI SUKARESMI SUKASARI TAJUR TANAH BARU TANAH SAREAL TEGAL GUNDIL TEGAL LEGA TOTAL ,74 11

13 Diagram 1: Jumlah Responden tiap kecamatan Diagram di atas menggambarkan jumlah responden yang merata di 6 kecamatan yang ada di Kota Bogor. Rentang jumlah responden terkecil 240 responden dan terbesar 639 responden. Responden sejumlah 240 terdapat di Kecamatan Bogor Timur dan jumlah responden 639 terdapat di Kecamatan Bogor Barat. Besar kecilnya jumlah responden ini terkait dengan jumlah kelurahan pada kecamatan yang bersangkutan. Tabel 2. Usia Responden NO USIA RESPONDEN JUMLAH % 1 <20 th th th th th >61 th TOTAL

14 Diagram 2 : Usia Responden Diagram 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berumur tahun sejumlah 799 responden. Dan responden terkecil berumur <20 tahun sejumlah 18 responden Tabel 3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden B. 3 Apakah pendidikan tertinggi Ibu? N O KELURAHAN Tidak sekolah formal SD SMP SMA SMK / Kejuruan Universitas/ Akademi Total 1 BABAKAN BABAKAN PASAR BALUMBANG 3 JAYA BANTAR JATI BARANANGSIANG BATU TULIS BOJONGKERTA BONDONGAN BUBULAK CIBADAK CIBOGOR CIBULUH CIKARET CILENDEK BARAT CILENDEK TIMUR CILUAR CIMAHPAR CIPAKU

15 19 CIPARIGI CIWARINGIN CURUG INDUK CURUG MEKAR EMPANG GENTENG GUDANG GUNUNG BATU HARJASARI KATULAMPA KAYU MANIS KEBON KELAPA KEBON PEDES KEDUNG BADAK KEDUNG HALANG KEDUNG JAYA KEDUNG 35 WARINGIN KENCANA KERTAMAYA LAWANGGINTUN 38 G LOJI MARGA JAYA MEKARWANGI MENTENG MUARASARI MULYAHARJA PABATON PAKUAN PALEDANG PAMOYANAN PANARAGAN PASIR JAYA PASIR KUDA PASIR MULYA RANCAMAYA RANGGA MEKAR SEMPLAK SEMPUR SINDANG BARANG SINDANGRASA SINDANGSARI SITU GEDE

16 61 SUKADAMAI SUKARESMI SUKASARI TAJUR TANAH BARU TANAH SAREAL TEGAL GUNDIL TEGAL LEGA TOTAL % Diagram 3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden Diagram 3 memperlihatkan bahwa pendidikan terakhir responden terbesar adalah SD sebesar 35,59% disusul kemudian berpendidikan SMA sebesar 25,03%, baru kemudian SMP sebesar 19,60%. Yang menarik bahwa responden yang berpendidikan universitas/akademi cukup besar yaitu 9,75%. Bila digabung, responden yang berpendidikan terakhir SMA sampai universitas / akademi sebesar 40,58% atau hampir setengahnya. Ini menunjukkan bahwa responden berpendidikan cukup tinggi. 15

17 Tabel 4. Status Kepemilikan Rumah yang Ditempati Responden Saat Ini B. 2 Apa status rumah Ibu saat ini? N O KELURAHAN Milik sendi ri Ruma h Dinas Berbag i dengan keluarg a lain Sewa Kontr ak Milik orang tua/anak /saudara Lainny a Total 1 BABAKAN BABAKAN 2 PASAR BALUMBANG JAYA BANTAR JATI BARANANGSIA 5 NG BATU TULIS BOJONGKERTA BONDONGAN BUBULAK CIBADAK CIBOGOR CIBULUH CIKARET CILENDEK 14 BARAT CILENDEK TIMUR CILUAR CIMAHPAR CIPAKU CIPARIGI CIWARINGIN CURUG INDUK CURUG MEKAR EMPANG GENTENG GUDANG GUNUNG BATU HARJASARI KATULAMPA KAYU MANIS KEBON KELAPA KEBON PEDES KEDUNG 32 BADAK KEDUNG HALANG Laporan Studi EHRA Kota Bogor Tahun

18 34 KEDUNG JAYA KEDUNG 35 WARINGIN KENCANA KERTAMAYA LAWANGGINTU 38 NG LOJI MARGA JAYA MEKARWANGI MENTENG MUARASARI MULYAHARJA PABATON PAKUAN PALEDANG PAMOYANAN PANARAGAN PASIR JAYA PASIR KUDA PASIR MULYA RANCAMAYA RANGGA MEKAR SEMPLAK SEMPUR SINDANG BARANG SINDANGRASA SINDANGSARI SITU GEDE SUKADAMAI SUKARESMI SUKASARI TAJUR TANAH BARU TANAH SAREAL TEGAL GUNDIL TEGAL LEGA TOTAL %

19 Diagram 4: Status Kepemilikan Rumah yang Ditempati Responden Saat Ini Diagram 4 memperlihatkan bahwa sebagian besar atau 77,11% responden menempati rumah dengan status kepemilikan rumah milik sendiri. Disusul kemudian 14,47% responden yang menempati rumah dengan status rumah milik orang tua. Sementara itu responden yang menempati rumah kontrakan menempati urutan ke tiga atau 3,73%. 18

20 4 PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA Perubahan paradigma pengelolaan sampah dimulai dengan diundangkannya Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pada tanggal 7 Mei Pola pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang dilakukan dengan metode kumpul, angkut dan buang tidak diperkenankan lagi untuk dilakukan dengan dikeluarkannya undang-undang ini. Mekanisme pengelolaan sampah selanjutnya harus dilakukan dalam dua kegiatan yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan penanganan sampah dilakukan dengan metode pilah, kumpul, angkut, olah dan pemrosesan akhir di TPA. Penanganan sampah mutlak dilakukan dengan ramah lingkungan sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 ini. Langkah pertama yang dilakukan dalam penanganan sampah adalah pemilahan sampah sesuai dengan kategorinyanya. Hal ini diupayakan melalui penempatan bak sampah terpilah yaitu organik, anorganik dan B-3 rumah tangga. Langkah kedua adalah pengumpulan sampah dari setiap rumah tangga yang sudah terpilah-pilah tersebut untuk selanjutnya diangkut yang merupakan langkah ketiga. Pengangkutan secara terpilah pun mutlak diperlukan berdasarkan undang-undang ini. Langkah keempat adalah pengolahan sampah baik pada sumber maupun di TPA. Pengolahan secara sederhana dapat dilakukan dengan pengkomposan sampah organik sejak dari sumber/rumah tangga. Pengkomposan secara besar dilakukan di TPA dengan penyediaan mesin-mesin pengolah yang memadai. Pengolahan sampah anorganik sampai saat ini masih dilakukan secara mandiri oleh masyarakat melalui pemulung dan pelapak. Langkah terakhir adalah pemrosesan akhir sampah di TPA, hal ini haruslah dilakukan secara ramah lingkungan. Laporan Studi EHRA Kota Bogor Tahun

21 Paradigma penanganan sampah yang baru ini mutlak memerlukan peran serta secara aktif dari masyarakat, hal ini dikarenakan adanya proses pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Tanpa didukung oleh kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk memilah sampah mustahil dapat dilakukan pengelolaan sampah yang benar. Selain masyarakat umum yang harus berperan aktif, seharusnya pihak penghasil sampah dari produsen harus ikut bertanggung jawab. Perusahaanperusahaan makanan hamper semua membungkus produksi makanannya dengan plastik. Pada akhirnya plastik akan menjadi sampah. Bila komsumen saja yang bertanggung jawab maka tidak memenuhi rasa keadilan. Karena produsen menikmati keuntungan ekonomi, tetapi masyarakat konsumen dan pemerintah selalu sibuk mengurusi sampah yang tidak pernah ada habisnya. Solusinya harus ada peraturan yang mewajibkan para produsen bertanggung jawab terhadap wadah produksinya atau mengganti wadah dengan bahan selain plastik. Aspek-aspek pengelolaan sampah yang dikaji dalam studi EHRA kali ini meliputi : 1. Kondisi sampah di lingkungan rumah 2. Pengelolaan sampah rumah tangga 3. Perlakuan barang bekas layak pakai 4. Pemilahan / pemisahan sampah di rumah sebelum dibuang 5. Jenis sampah yang dipilah sebelum dibuang 6. Daur ulang sampah 7. Frekuensi petugas mengangkut sampah dari rumah 8. Ketepatan waktu pengangkutan sampah 9. Pembiayaan layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah. 10. Pihak penerima pembayaran layanan sampah, dan 11. Jumlah biaya iuran layanan sampah per bulan Koesioner mengenai kondisi sampah di lingkungan rumah terdapat 9 opsi jawaban yaitu; 1) sampah berserakan atau bertumpukdi sekitar lingkungan, 2) lalat berkembang biak di sekitar tumpukan sampah, 3) banyak tikus 4) banyak nyamuk, 5) banykany a kucing mendatangi tumpukan sampah, 6) bau busuk yang mengganggu, 7) menyumbat saluran drainase, 8) adanya anak-anak yang bermain disekitarnya, dan 9) lainnya. Jabawan 1-8 adalah indikator sampah di lingkungan rumah yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan yang cukup besar. Koesioner mengenai pengelolaan rumah tangga terdapat 10 opsi jawaban, yaitu; 1) dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang, 2) dikumpulkan dan dibuang ke TPS, 3) dibakar, 4) dibuang ke dalam lubang dan ditutup tanah, 5) dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah, 6) dibuang ke sungai/kali/laut/danau, 7) dibiarkan saja sampai membusuk, 8) dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusk, 9) lain-lain.. Opsi jawaban berkaitan dengan aspek lainnya, yaitu; frekuensi petugas mengangkut sampah, ketepatan waktu pengangkutan sampah, pembiayaan layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah, pihak penerima pembayaran layanan sampah dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Frekuensi dan ketepatan waktu pengangkutan sampah berkaitan dengan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh sampah dan juga menyangkut ukuran kinerja lembaga pengelola layanan sampah. Pihak penerima pembayaran layanan sampah perlu dikaji untuk mengetahui pengelolaan sampah telah dikelola oleh pihak yang berwenang atau tidak. Sebab bila pihak penerima pembiayaan pengangkutan sampah ini diterima oleh perseorangan belum tentu dikelola dengan benar. Bisa jadi hanya dipindahkan ke tempat lain yang tidak mengurangi masalah sampah tetapi tetap menimbulkan masalah di tempat pembuangannya. 20

22 Perlakuan barang bekas layak pakai juga menjadi sasaran kajian dalam studi EHRA kali ini. Koesioner yang berkaitan dengan perlakuan barang bekas layak pakai memiliki 5 opsi jawaban, yaitu; 1) diberikan kepada orang lain, 2) dijual, 3) dibuang, 4) lainnya, sebutkan, 5) tidak tahu. Jawaban 1 dan 2 adalah indikator pengelolaan sampah yang baik. Tetapi pilihan jawaban 3 sampai 5 adalah indikasi potensi masalah persampahan yang memiliki risiko kesahatan yang tinggi. Kemudian yang tak kalah penting untuk dikaji adalah tentang pemilahan / pemisahan sampah di rumah sebelum dibuang. Dalam koesionernya ada 2 opsi jawaban, yaitu; 1) Ya, 2) Tidak. Jawaban 1 adalah indikasi yang baik, artinya kesadaran untuk mengelola sampah rumah tangga dengan baik sudah tumbuh. Aspek pemilihan / pemisahan sampah ini berkaitan dengan aspek lainnya yaitu; jenis sampah yang dipilah sebelum dibuang, dan daur ulang sampah. Enumerator dalam kegiatan studi EHRA diwajibkan untuk mengamati wadah penyimpanan sampah di rumah tangga secara mendetail data yang diperoleh dari cara utama membuang sampah rumah tangga. Hasil kajian EHRA mengenai pengelolaan sampah di Kota Bogor tampak dalam diagram atau tabel berikut; Tabel 5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga C 2 Bagaimana sampah rumah tangga dikelola? NO KELURAHAN Dikumpulkan oleh kolektor informal Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dibakar Dibuang ke dalam lubang dan ditutup Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup Dibuang ke sungai/ kali/laut/ danau Dibuang ke lahan kosong/ kebun/ hutan Lain-lain Total 1 BABAKAN BABAKAN PASAR BALUMBANG JAYA BANTAR JATI BARANANGSIANG BATU TULIS BOJONGKERTA BONDONGAN BUBULAK CIBADAK CIBOGOR CIBULUH CIKARET CILENDEK BARAT CILENDEK TIMUR CILUAR CIMAHPAR CIPAKU CIPARIGI

23 20 CIWARINGIN CURUG INDUK CURUG MEKAR EMPANG GENTENG GUDANG GUNUNG BATU HARJASARI KATULAMPA KAYU MANIS KEBON KELAPA KEBON PEDES KEDUNG BADAK KEDUNG HALANG KEDUNG JAYA KEDUNG WARINGIN KENCANA KERTAMAYA LAWANGGINTUNG LOJI MARGA JAYA MEKARWANGI MENTENG MUARASARI MULYAHARJA PABATON PAKUAN PALEDANG PAMOYANAN PANARAGAN PASIR JAYA PASIR KUDA PASIR MULYA RANCAMAYA RANGGA MEKAR SEMPLAK SEMPUR SINDANG BARANG SINDANGRASA SINDANGSARI SITU GEDE SUKADAMAI SUKARESMI SUKASARI TAJUR

24 65 TANAH BARU TANAH SAREAL TEGAL GUNDIL TEGAL LEGA TOTAL % Diagram 5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Diagram 5 di atas memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Bogor sudah cukup baik. Cara pengelolaan yang terbesar adalah dengan cara dikumpulkan dan di buang ke TPS yaitu 538,16%. Dan pengelolaan yang sangat buruk juga ada yaitu dengan cara dibuang ke sungai sebesar 14,34%, dibuang ke lahan kosong sebesar 4,88%. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa sampah masih merupakan potensi yang menimbulkan risiko kesehatan yang tinggi di Kota Bogor. Cara pengelolaan sampah dengan pemilahan pada setiap kelurahan diperlihatkan dalam tabel berikut. Tabel 6. Pemilahan Sampah Rumah Tangga C 3 Apakah ibu melakukan pemilahan? NO KELURAHAN YA TIDAK Total 1 BABAKAN BABAKAN PASAR BALUMBANG 3 JAYA BANTAR JATI BARANANGSIANG BATU TULIS

25 7 BOJONGKERTA BONDONGAN BUBULAK CIBADAK CIBOGOR CIBULUH CIKARET CILENDEK BARAT CILENDEK TIMUR CILUAR CIMAHPAR CIPAKU CIPARIGI CIWARINGIN CURUG INDUK CURUG MEKAR EMPANG GENTENG GUDANG GUNUNG BATU HARJASARI KATULAMPA KAYU MANIS KEBON KELAPA KEBON PEDES KEDUNG BADAK KEDUNG HALANG KEDUNG JAYA KEDUNG 35 WARINGIN KENCANA KERTAMAYA LAWANGGINTUNG LOJI MARGA JAYA MEKARWANGI MENTENG MUARASARI MULYAHARJA PABATON PAKUAN PALEDANG PAMOYANAN PANARAGAN PASIR JAYA

26 51 PASIR KUDA PASIR MULYA RANCAMAYA RANGGA MEKAR SEMPLAK SEMPUR SINDANG BARANG SINDANGRASA SINDANGSARI SITU GEDE SUKADAMAI SUKARESMI SUKASARI TAJUR TANAH BARU TANAH SAREAL TEGAL GUNDIL TEGAL LEGA TOTAL % 11,39 88, Diagram 6. Pemilahan Sampah Rumah Tangga Berdasarkan diagram 6 di atas, warga di Kota Bogor sebagian besar (88,61%) tidak melakukan pemilahan sampah, hanya sebagian kecil saja (11,39%) yang melakukan pemilahan sampah. 25

27 Tabel 7 Frekuensi Pengangkutan Sampah Rumah Tangga C 5 Seberapa sering mengangkut sampah? NO KELURAHAN Tiap hari Beberapa kali dalam seminggu Sekali dalam seminggu Beberapa kali dlm sebulan Tidak pernah Lainnya Tidak tahu Total 1 BABAKAN BABAKAN PASAR BALUMBANG JAYA 4 BANTAR JATI BARANANGSIANG BATU TULIS BOJONGKERTA BONDONGAN BUBULAK CIBADAK CIBOGOR CIBULUH CIKARET CILENDEK BARAT CILENDEK TIMUR CILUAR CIMAHPAR CIPAKU CIPARIGI CIWARINGIN CURUG INDUK CURUG MEKAR EMPANG GENTENG GUDANG GUNUNG BATU HARJASARI KATULAMPA KAYU MANIS KEBON KELAPA KEBON PEDES KEDUNG BADAK KEDUNG HALANG KEDUNG JAYA KEDUNG WARINGIN 36 KENCANA Laporan Studi EHRA Kota Bogor Tahun

28 37 KERTAMAYA LAWANGGINTUNG LOJI MARGA JAYA MEKARWANGI MENTENG MUARASARI MULYAHARJA PABATON PAKUAN PALEDANG PAMOYANAN PANARAGAN PASIR JAYA PASIR KUDA PASIR MULYA RANCAMAYA RANGGA MEKAR SEMPLAK SEMPUR SINDANG BARANG SINDANGRASA SINDANGSARI SITU GEDE SUKADAMAI SUKARESMI SUKASARI TAJUR TANAH BARU TANAH SAREAL TEGAL GUNDIL TEGAL LEGA TOTAL %

29 Diagram 7. Frekuensi Pengangkutan Sampah Rumah Tangga Terkait dengan penerima layanan pengangkutan sampah, tabel dan diagram 7 menunjukkan prosentase frekuensi pengangkutan sampah dari rumah. Yang menyatakan sampah diangkut tiap hari sebesar 41,43%, diangkut beberapa kali dalam seminggu 30,74%, sekali dalam seminggu 8,29%. Standar minimum dalam indikator global tentang layanan angkutan sampah rumah tangga adalah seminggu sekali. Rumah tangga yang telah menerima layanan pengangkutan sampah sebetulnya telah cukup mendapatkan pelayanan yang memadai, karena frekuensi pengangkutan paling besar proporsinya adalah menerima pengangkutan tiap hari. Sementara itu responden yang menyatakan tidak tahu mengindikasikan belum mendapatkan layanan pengangkutan sampah. Tabel 8. Biaya Layanan Pengangkutan Sampah C 7 Apakah layanan pengangkutan sampah dibayar? NO KELURAHAN YA TIDAK Total 1 BABAKAN BABAKAN PASAR BALUMBANG JAYA BANTAR JATI BARANANGSIANG BATU TULIS BOJONGKERTA BONDONGAN BUBULAK CIBADAK CIBOGOR CIBULUH CIKARET

30 14 CILENDEK BARAT CILENDEK TIMUR CILUAR CIMAHPAR CIPAKU CIPARIGI CIWARINGIN CURUG INDUK CURUG MEKAR EMPANG GENTENG GUDANG GUNUNG BATU HARJASARI KATULAMPA KAYU MANIS KEBON KELAPA KEBON PEDES KEDUNG BADAK KEDUNG HALANG KEDUNG JAYA KEDUNG WARINGIN KENCANA KERTAMAYA LAWANGGINTUNG LOJI MARGA JAYA MEKARWANGI MENTENG MUARASARI MULYAHARJA PABATON PAKUAN PALEDANG PAMOYANAN PANARAGAN PASIR JAYA PASIR KUDA PASIR MULYA RANCAMAYA RANGGA MEKAR SEMPLAK SEMPUR SINDANG BARANG

31 58 SINDANGRASA SINDANGSARI SITU GEDE SUKADAMAI SUKARESMI SUKASARI TAJUR TANAH BARU TANAH SAREAL TEGAL GUNDIL TEGAL LEGA TOTAL % Diagram 8. Biaya Layanan Pengangkutan Sampah Tabel dan diagram 8 di atas menyatakan bahwa 91,16% layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah dibayar. Sementara 8,84% menyatakan layanan pengangkutan sampah tidak dibayar. Data ini menunjukkan cakupan layanan pengelolaan sampah yang sudah cukup baik. 30

32 5. PEMBUANGAN AIR KOTOR/LIMBAH TINJA MANUSIA, DAN LUMPUR TINJA Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak aman adalah salah satu faktor risiko bagi turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/ kali/ got/ kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Bagian ini memaparkan fasilitas sanitasi rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup jenis jamban yang tersedia, penggunaan, pemeliharaan, dan kondisinya. Untuk tempat pembuangan air kotor/ limbah tinja manusia, EHRA menyediakan pilihan jawaban sebanyak 9, yaitu; jamban pribadi, MCK / WC umum, WC helikopter di empang / kolam, sungai/pantai/laut, kebun/pekarangan rumah, lubang galian, lainnya dan tidak tahu. Sedangkan jenis jamban, EHRA membaginya ke dalam 4 (empat) kategori besar, yakni kolset duduk leher angsa, kloset jongkok leher angsa, plensengan dan cemplung. Pilihan-pilihan pada dua kategori pertama kemudian dispesifikasikan lebih lanjut dengan melihat tempat penyaluran tinja yang mencakup tangki septik, pipa sewer, cubluk/lubang tanah, langsung ke saluran drainase, sungai/danau/pantai, kebun/sawah dan lainnya. Karena informasi jenis jamban rumah tangga didapatkan melalui wawancara, maka terbuka kemungkinan munculnya salah persepsi tentang jenis yang dimiliki, khususnya bila dikaitkan dengan sarana penyimpanan/ pengolahan. Warga seringkali mengklaim bahwa yang dimiliki adalah tangki septik. Padahal, yang dimaksud adalah tangki yang tidak kedap air atau cubluk, yang isinya dapat merembes ke tanah. Karenanya, EHRA juga mengajukan sejumlah pertanyaan konfirmasi yang dapat dapat mengindikasikan status keamanan tangki septik yang dimiliki rumah tangga. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud antara lain, Apakah tangki septik itu pernah dikosongkan?; Kapan tangki septik dikosongkan?; dan Sudah berapa lama tangki septik itu dibangun? Lebih jauh tentang kondisi jamban, Studi EHRA melakukan sejumlah pengamatan pada bangunan jamban/ WC/ latrin yang ada di rumah tangga. Ada sejumlah aspek/ fasilitas yang diamati oleh enumerator, misalnya ketersediaan air, sabun, alat pengguyur atau gayung, dan handuk. Enumerator EHRA juga mengamati aspek-aspek yang terkait dengan kebersihan jamban dengan melihat apakah ada tinja menempel atau tidak? Selain itu, enumerator juga mengamati apakah ada lalat beterbangan di jamban atau sekitarnya. Terakhir, bab ini pun memaparkan informasi tentang kebiasaan membuang tinja/pampers, air bekas cebokan, tisu bekas cebokan anak untuk anak usia 0-5 tahun. Hal ini penting karena semua hal tersebut juga menyangkut limbah. Laporan Studi EHRA Kota Bogor Tahun

33 Hasil studi EHRA tentang pembuangan air kotor / limbah tinja manusia, dan lumpur tinja adalah sebagai berikut. Tabel 9. Lokasi Tempat Buang Air Besar bagi Anggota Keluaga yang Sudah Dewasa N O KELURAHAN Jamban pribadi MCK/ WC Umum Ke WC helikopter Ke sungai/ pantai/ laut Ke kebun/ pekarangan Ke selokan/ parit/ got Total 1 BABAKAN BABAKAN PASAR BALUMBANG 3 JAYA BANTAR JATI BARANANGSIANG BATU TULIS BOJONGKERTA BONDONGAN BUBULAK CIBADAK CIBOGOR CIBULUH CIKARET CILENDEK BARAT CILENDEK TIMUR CILUAR CIMAHPAR CIPAKU CIPARIGI CIWARINGIN CURUG INDUK CURUG MEKAR EMPANG GENTENG GUDANG GUNUNG BATU HARJASARI KATULAMPA KAYU MANIS KEBON KELAPA KEBON PEDES KEDUNG BADAK KEDUNG HALANG KEDUNG JAYA KEDUNG 35 WARINGIN KENCANA KERTAMAYA LAWANGGINTUNG LOJI

34 40 MARGA JAYA MEKARWANGI MENTENG MUARASARI MULYAHARJA PABATON PAKUAN PALEDANG PAMOYANAN PANARAGAN PASIR JAYA PASIR KUDA PASIR MULYA RANCAMAYA RANGGA MEKAR SEMPLAK SEMPUR SINDANG BARANG SINDANGRASA SINDANGSARI SITU GEDE SUKADAMAI SUKARESMI SUKASARI TAJUR TANAH BARU TANAH SAREAL TEGAL GUNDIL TEGAL LEGA TOTAL % Diagram 9. Lokasi Tempat Buang Air Besar bagi Anggota Keluaga yang Sudah Dewasa 33

35 Berdasarkan tabel dan diagram 9 di atas, kita dapat mengetahui bahwa kepemilikan jamban pribadi di Kota Bogor sudah cukup baik, 94,18% telah membuang limbah tinja manusia di jamban pribadi. Namun demikian masih juga terdapat warga Kota Bogor yang membuangnya pada WC helikopter di atas empang / kolam, ke sungai, ke kebun, ke selokan/parit/got, juga ke lubang galian, meskipun prosentasenya cukup kecil. Ini artinya bahwa Kota Bogor belum terbebas dari kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS). Tabel 10. Tempat Penyaluran Akhir Tinja D 5. Kemana penyaluran buangan akhir tinja? NO KELURAHAN Tangki septik Pipa sewer (sambungan rumah air limbah) Cubluk/ lubang tanah Langsung ke saluran drainase Sungai /danau Kolam/ sawah Tidak Tahu Total 1 BABAKAN BABAKAN PASAR BALUMBANG JAYA BANTAR JATI BARANANGSIANG BATU TULIS BOJONGKERTA BONDONGAN BUBULAK CIBADAK CIBOGOR CIBULUH CIKARET CILENDEK BARAT CILENDEK TIMUR CILUAR CIMAHPAR CIPAKU CIPARIGI CIWARINGIN CURUG INDUK CURUG MEKAR EMPANG GENTENG GUDANG GUNUNG BATU HARJASARI KATULAMPA KAYU MANIS

REKAPITULASI KARTU INVENTARIS BARANG PEMERINTAH KOTA BOGOR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 AUDITED

REKAPITULASI KARTU INVENTARIS BARANG PEMERINTAH KOTA BOGOR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 AUDITED REKAPITULASI KARTU INVENTARIS BARANG PEMERINTAH KOTA BOGOR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 AUDITED GOLONGAN ASET TETAP NO NAMA OPD TANAH PERALATAN DAN MESIN GEDUNG DAN BANGUNAN JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2014 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN - 2014 D I S U S U N Kelompok Kerja

Lebih terperinci

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KOTA BONTANG BAB I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian

Lebih terperinci

Penduduk dan Ketenagakerjaan/Population and Employment Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment

Penduduk dan Ketenagakerjaan/Population and Employment Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment 3 Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 71 72 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Penduduk Kota

Lebih terperinci

LAPORAN PEMUTAKHIRAN STUDI EHRA (Environmental

LAPORAN PEMUTAKHIRAN STUDI EHRA (Environmental Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2015 LAPORAN PEMUTAKHIRAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kota Depok Provinsi Jawa Barat (bagian ini dapat diisi foto atau gambar)

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON I. PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat

Lebih terperinci

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Penduduk Kota Bogor pada tahun terdapat sebanyak 1.004.831 orang yang terdiri atas 510.884 orang laki-laki dan sebanyak 493.947 perempuan. Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DEPOK. Draft Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Depok

PEMERINTAH KOTA DEPOK. Draft Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Depok PEMERINTAH KOTA DEPOK Draft Laporan Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Depok September 2011 Oleh : Kelompok Kerja Sanitasi Sanitas Kota Depok (Pokja

Lebih terperinci

LAPORAN TAHAPAN REKAPITULASI PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

LAPORAN TAHAPAN REKAPITULASI PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 LAPORAN TAHAPAN REKAPITULASI PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR Jl. Loader No. 7 Bogor Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment) LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016 1 LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun )

ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun ) ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun 27-211) WISNU PANATA PRAJA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG KELOMPOK KERJA AIR MINUM & PENYEHATAN LINGKUNGAN (POKJA AMPL) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) Kota Bontang

Lebih terperinci

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Laporan EHRA Kabupaten Pesisir Selatan Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Kabupaten Pesisir Selatan Oktober 2011 Pokja Sanitasi Pesisir Selatan III - 21 DAFTAR ISI 1. PENGANTAR Hal 2 2. CATATAN

Lebih terperinci

PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR. Presiden Republik Indonesia,

PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR. Presiden Republik Indonesia, PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR Menimbang: Presiden Republik Indonesia, a. bahwa meningkatnya perkembangan pembangunan di Propinsi

Lebih terperinci

Sumberdaya Air dan Irigasi/Water Resources and Irrigation Sumberdaya Air dan Irigasi/ Water Resources and Irrigation

Sumberdaya Air dan Irigasi/Water Resources and Irrigation Sumberdaya Air dan Irigasi/ Water Resources and Irrigation 8 Sumberdaya Air dan Irigasi/ Water Resources and Irrigation Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 307 308 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 SUMBERDAYA AIR DAN IRIGASI PDAM

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan perkenan-nya maka penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Bontang ini dapat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah KATA PENGANTAR Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN

3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN Bagian 3 DATA DAN ANALISIS HASIL SURVEY EHRA KABUPATEN BENGKULU TENGAH 3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN Bagian ini memaparkan sejumlah variable survey yang berkaitan dengan status rumah tangga/responden

Lebih terperinci

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan faktor kunci dalam rangka mewujudkan masyarakat dan bangsa yang sejahtera. Berkaitan dengan hal tersebut, aspek kesehatan memegang salah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,

PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Informasi terkait karakteristik responden yang di survey dibagi atas dasar beberapa variabel yaitu : hubungan responden

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 4 Tahun 2014 Seri D Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT

Lebih terperinci

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato. BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 56 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 56 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 56 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI 2013 Tangga

Lebih terperinci

Z = HASIL DAN PEMBAHASAN

Z = HASIL DAN PEMBAHASAN 1 D adalah himpunan daerah Bogor yang terdiri dari 68 desa/kelurahan di Kota Bogor. 2 Mengonversi himpunan daerah tersebut ke dalam matriks di MATLAB. 3 Menentukan daerah R menggunakan MBR (Minimum Bounding

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 POKJA SANITASI KABUPATEN TANAH DATAR 2015 Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Beresiko 1.1 Struktur Organisasi Daerah dan

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1. Area beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya Area beresiko tinggi merupakan area yang harus menjadi prioritas penanganan permasalahan sanitasi.

Lebih terperinci

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN LAPORAN STUDI EHRA LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) ( ENVIRONMENTAL HEALTH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DISIAPKAN OLEH POKJA SANITASI

Lebih terperinci

Larnpiran 1 Nama kelurahanldesa di Kota Bogor pada tahun 2005 No. Nama Kecamatan Nama Kelurahan 1 Bogor Selatan 1. Mulyaharia 2. pamoya"an 3.

Larnpiran 1 Nama kelurahanldesa di Kota Bogor pada tahun 2005 No. Nama Kecamatan Nama Kelurahan 1 Bogor Selatan 1. Mulyaharia 2. pamoyaan 3. Larnpiran 1 Nama kelurahanldesa di Kota Bogor pada tahun 2005 No. Nama Kecamatan Nama Kelurahan 1 Bogor Selatan 1. Mulyaharia 2. pamoya"an 3. Ranggamekar 4. Genteng 5. Kertamaya 6. Rancamaya 7. Bojongkerta

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243 LAPORAN AKHIR (Bagian 1) STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA), KOTA SURABAYA TAHUN 2015 Dengan mengucapkan Puji

Lebih terperinci

Rencana Tahun Kebutuhan Dana/Pagu Indikatif. total 5.9 km, sisa 2.1 km x ROW 35 = m2. 55,125,000,000 APBD Kota

Rencana Tahun Kebutuhan Dana/Pagu Indikatif. total 5.9 km, sisa 2.1 km x ROW 35 = m2. 55,125,000,000 APBD Kota RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2015 KOTA BOGOR Urusan / Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan URUSAN PEKERJAAN UMUM Program Pembangunan Jalan, Jembatan dan Drainase Pembebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain: BAB I PENDAHULUAN Program dan dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, juga merupakan

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah. Lampiran 1 Lembar Observasi Penelitian Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014 Nama : Umur : Jenis

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI Improved Latrine/Jamban Layak sesuai dengan MDG termasuk WC siram/leher angsa yang tersambung ke pipa pembuangan limbah (sewer), - septic tank, atau lubang, WC cubluk dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014 KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan konsultasi ini mengkonsultasikan perumusan visi dan misi, tujuan dan sasaran, penetapan sistem dan zona sanitasi, serta penetapan layanan, termasuk rumusan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang Kabupaten Sampang 2013 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang Kota Sabang November 2012 KATA PENGANTAR Bismillahiraahmanirrahim Dengan memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014 i KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya Buku Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment

Lebih terperinci

Non e-proc 15Pemb. Saluran Pembuangan Air Hujan Permukiman Kel. Bantarjati Bantarjati Non e-proo

Non e-proc 15Pemb. Saluran Pembuangan Air Hujan Permukiman Kel. Bantarjati Bantarjati Non e-proo RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN ANGGARAN 2011 DINAS PENGAWASAN BANGUNAN DAN PERMUKIMAN No. Kecamatan Bogor Utara Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan { Kelurahan ) Prakiraan Biaya (Rp.) Keterangan 1 Perbaikan'Jalan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2012 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA SALATIGA PROPINSI JAWA TENGAH 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING LATAR BELAKANG Permasalahan sanitasi di Kabupaten Mamasa merupakan masalah yang harus segera mendapatkan perhatian serius baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh melalui

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA Hari/Tanggal : Jumat / 2 Mei2014 Tempat : Ruang Rapat Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Jl. Mayor Sugianyar No.3 Negara Pimpinan rapat : I Ketut

Lebih terperinci

Energi/Energy Energi/ Energy

Energi/Energy Energi/ Energy 7 Energi/ Energy Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 287 288 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures E N E R G I Sampai dengan tahun 2011 jumlah trafo yang terpasang di Kota Bogor ada sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG

LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG SUMATERA BARAT 2013 KATA PENGANTAR Sanitasi sebagai wujud dari pelayanan kesehatan dasar bidang kesehatan seringkali terlupakan dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Target. Real isasi. Real isasi 0% 10% 0%

Target. Real isasi. Real isasi 0% 10% 0% Strategi Sanitasi Kota Kota Subulussalam BAB V STRATEGI MONEV Tabel 5.1: Matriks Kerangka Logis Tujuan: Tersedianya layn IPLT Data Dasar Sasaran Indikator Sumber Nilai & Tahun Adanya Masyarakat 0% EHRA

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufik dan hidayah- Nya sehingga Dokumen Hasil Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Envirotment Health Risk Assessment) KABUPATENBENER MERIAH PROVINSI ACEH DISIAPKAN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN BENER MERIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT)

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2014 LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) REVISI KOTA CIREBON PROPINSI JAWA BARAT OLEH : POKJA SANITASI KOTA CIREBON KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

LAPORAN TAHAPAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DITEMPAT PEMUNGUTAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

LAPORAN TAHAPAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DITEMPAT PEMUNGUTAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 LAPORAN TAHAPAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DITEMPAT PEMUNGUTAN SUARA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR Jl. Loader No. 7 Bogor Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL PERAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL JAKARTA A PERAN PEREMPUAN Perempuan sangat berperan dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Program Percepatan Pembangungan Sanitasi Permukiman merupakan sebuah upaya pemerintah dalam mendukung upaya perbaikan sanitasi dasar permukiman bagi masyarakat. Dalam rangkaian

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 2011 Daftar Isi Bagian 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pengelolaan pembangunan air limbah domestik Kota Tangerang yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 100% terlayani (universal akses)

Lebih terperinci

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si KATA PENGANTAR Study Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) Kabupaten : Bengkayang Provinsi : Kalimantan Barat

Lebih terperinci

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA 1.1 Latar Belakang Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment / EHRA) adalah sebuah studi partisipatif di Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA Permasalahan Mendesak Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Indikator Strategi Indikasi Program Indikasi Kegiatan SISTEM PENGELOLAAN AIR A. Sistem/Teknis a.

Lebih terperinci

Geografis/ Geographical

Geografis/ Geographical 1 Geografis/ Geographical Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 1 2 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 GEOGRAFIS Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106 o 48 BT dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO I. PENDAHULUAN... 7 II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 2014... 8 2.1.

Lebih terperinci