HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 31 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Luas wilayahnya adalah 157,9 Ha. Batas wilayah Kelurahan Bubulak adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Semplak, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Margajaya, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Situ Gede, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sindang Barang. Kelurahan Bubulak berada pada ketinggian 160 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2500 mm per tahun. Jarak Kelurahan Bubulak ke pusat pemerintahan (orbitas) tidak begitu jauh, yaitu 6 km ke pusat pemerintahan kecamatan, 9 km ke pemerintahan kota, 129 km ke ibukota provinsi, dan 70 km ke ibukota negara. Pertanahan di Kelurahan Bubulak sebagian besar diperuntukan sebagai ladang yaitu sebanyak 68,3 Ha, pemukiman 47,2 Ha, jalan 16,1 Ha, sawah 8 Ha, dan sisanya diperuntukan sebagai perkuburan, bangunan umum, empang, dan lain-lain. Kelurahan Bubulak memiliki 13 RW dan 49 RT yang dihuni oleh kepala keluarga. Jumlah penduduknya adalah sebanyak jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. 2 Besar keluarga Karakteristik Contoh Besar keluarga menunjukkan jumlah individu atau anggota keluarga yang terikat melalui perkawinan, ada hubungan darah, serta tinggal di bawah satu atap. Besar keluarga contoh dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan kategori besar keluarga menurut Hurlock (1980), yaitu keluarga kecil ( 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar ( 8 orang). Hampir seluruh (98,9%) keluarga contoh berada pada ketegori keluarga kecil dan hanya ada satu keluarga yang termasuk ke dalam kategori keluarga sedang (Tabel 2). Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga Jumlah (n=90) Persentase Keluarga kecil ( 4 orang) 89 98,9 Keluarga sedang (5-7 orang) 1 1,1 Rata-rata ± std 3,21 ± 0,44 Min - Max Data Kependudukan Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor Tahun 2010

2 32 Usia Usia adalah lamanya waktu hidup yang dijalani oleh seseorang yang dinyatakan dalam tahun. Pada penelitian ini, pembagian rentang usia menggunakan pendapat Hurlock (1980), yaitu dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir ( 60 tahun). Hasil uji deskriptif menunjukkan bahwa usia suami dan istri berkisar antara 22 sampai 47 tahun. Pada Tabel 3 disajikan sebaran contoh berdasarkan usia. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan usia Usia Suami (n=90) Istri (n=90) Total (n=180) n % n % n % Dewasa muda (18-40 tahun) 85 94, , ,7 Dewasa madya (41-60 tahun) 5 5,6 1 1,1 6 3,3 Rata-rata ± std 32,94 ± 4,40 28,08 ± 3,91 30,51 ± 4,82 Min - Max P-value 0,000*** Ket: *** nyata pada p<0,01 Sebagian besar usia suami (94,4%) dan usia istri (98,9%) berada pada kategori usia dewasa muda. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara usia suami dengan usia istri. Rataan usia suami lebih tinggi daripada rataan usia istri. Rataan usia pada suami sebesar 32,93 tahun, sedangkan rataan usia pada istri sebesar 28,08 tahun. Usia Menikah Usia menikah merupakan usia seseorang ketika menikah dimana batas usia yang diperbolehkan untuk menikah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku disuatu negara. Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 Pasal 6 dan 7, batas usia seseorang yang diperbolehkan untuk menikah adalah untuk laki-laki 19 tahun dan perempuan 16 tahun, namun jika usia keduanya masih dibawah 21 tahun, maka disyaratkan harus mendapatkan izin dari kedua orangtua. Pada Tabel 4 disajikan sebaran contoh berdasarkan usia menikah. Usia Menikah (tahun) Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan usia menikah Suami (n=90) Istri (n=90) Total (n=180) n % n % n % < 21 tahun 2 2, , ,8 21 tahun 88 97, , ,2 Rata-rata ± std 27,81 ± 4,20 22,94 ± 3,70 25,38 ± 4,64 Min - Max P-value 0,000*** Ket: *** nyata pada p<0,01

3 33 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rataan usia menikah suami sebesar 27,81 tahun, sedangkan rataan usia menikah istri sebesar 22,96 tahun. Terdapat perbedaan yang nyata dimana usia menikah suami lebih tinggi daripada istri. Hampir seluruh (97,8%) suami dan dua pertiga (76,7%) istri usia menikahnya diatas 21 tahun. Hal tersebut menjelaskan bahwa usia menikah suami dan istri telah sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan. Tingkat Pendidikan Memperoleh ilmu pengetahuan dapat melalui jalur pendidikan, baik secara formal maupun informal. Tingkat pendidikan yang ditamatkan contoh beragam yaitu mulai dari tamat SD hingga lulus Sarjana. Menurut Sumarwan (2002), pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang dan akan mempengaruhi besar pendapatan yang akan diterimanya. Pada Tabel 5 disajikan sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan. Tingkat Pendidikan Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan Suami (n=90) Istri (n=90) Total (n=180) n % n % n % Tidak sekolah 0 0,0 2 2,2 2 1,1 Tamat SD 27 30, , ,9 Tidak tamat SMP 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Tamat SMP 21 23, , ,4 Tidak tamat SMA 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Tamat SMA 36 40, , ,4 Diploma (D1/D3) 2 2,2 3 3,3 5 2,8 Sarjana (S1) 4 4,4 2 2,2 6 3,3 Berdasarkan Tabel 5, persentase terbesar suami menamatkan pendidikannya hingga tingkat SMA yaitu sebesar 40 persen, sedangkan persentase terbesar istri tingkat pendidikan yang ditamatkan hanya sampai tingkat SD, yaitu sebesar 37,8 persen. Namun masih terdapat istri yang tidak tamat SD (2,2%). Kesulitan dalam hal biaya sekolah merupakan salah satu penyebab putus sekolah sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan ketingkat berikutnya. Lama pendidikan yang dianjurkan oleh pemerintah adalah kewajiban belajar 9 tahun. Berdasarkan peraturan tersebut pembagian lama pendidikan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kurang dari dan sama dengan 9 tahun dan lebih dari 9 tahun. Pada Tabel 6 disajikan sebaran contoh berdasarkan kategori lama pendidikan.

4 34 Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kategori lama pendidikan Lama Pendidikan Suami (n=90) Istri (n=90) Total (n=180) (tahun) n % n % n % 9 tahun 48 53, , ,4 > 9 tahun 42 46, , ,6 Rata-rata ± std 9,74 ± 2,97 8,84 ± 3,12 9,29 ± 3,07 Min - Max P-value 0,049** Ket: ** nyata pada p<0,05 Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa lebih dari setengah (53,3%) suami dan istri (65,6%) menempuh pendidikan selama kurang dari dan sama dengan 9 tahun. Berdasarkan hasil uji beda rataan t-test, terdapat perbedaan dimana pendidikan suami lebih tinggi dibandingkan istri. Menurut Rachmawati (2009), semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik keadaan sosial ekonomi dan kemandirian keluarga. Semakin tinggi pendidikan, maka semakin besar peluang kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dengan pendapatan yang lebih tinggi. Pekerjaan Pekerjaan pada suami dan istri sangat beragam. Pada dasarnya pekerjaan merupakan kegiatan yang bernilai ekonomi sehingga dapat menghasilkan uang sebagai upah dari pekerjaan tersebut. Jenis pekerjaan dapat menentukan besarnya pendapatan yang diterima. Secara umum pekerjaan contoh meliputi PNS, karyawan, wiraswasta, buruh, pembantu rumah tangga (PRT), serta guru ngaji (ustad). Pada Tabel 7 disajikan sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan Jenis Pekerjaan Suami (n=90) Istri (n=90) Total (n=180) n % n % n % PNS 1 1,1 2 2,2 3 1,7 Karyawan 28 31,1 3 3, ,2 Wiraswasta 23 25,6 3 3, ,4 Buruh 37 41,1 0 0, ,6 Pembantu rumah tangga 0 0,0 2 2,2 2 1,1 Kyai/ustad/guru ngaji 1 1,1 1 1,1 2 1,1 Tidak bekerja (IRT) 0 0, , Jenis pekerjaan suami yang memiliki persentase terbesar adalah bekerja sebagai buruh, yaitu sebesar 41,1 persen, diikuti dengan karyawan (31,1%), dan wiraswasta (25,6%). Umumnya suami bekerja sebagai buruh bangunan yang mendapatkan upah harian atau upah bulanan. Kemudian untuk istri, sebagian besar (87,8%) istri adalah ibu rumah tangga (IRT) yang lebih memilih

5 35 mengalokasikan waktunya untuk keluarga dan berada di rumah. Namun ada sebagian kecil istri yang bekerja sebagai PNS (2,2%), karyawan (3,3%), dan wiraswasta (3,3%), tetapi istri yang bekerja tersebut tetap dapat menjalankan tugasnya sebagai ibu di dalam keluarganya. Pendapatan Keluarga Pendapatan adalah imbalan yang diterima oleh seseorang sebagai upah dari pekerjaan yang telah dilakukannya. Pendapatan keluarga merupakan penjumlahan dari pendapatan setiap anggota keluarga yang bekerja, kemudian dikelompokan berdasarkan interval kelas dari sebaran data. Tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari setengah (52,2%) keluarga contoh memiliki pendapatan Rp Rataan pendapatan yang dimiliki oleh keluarga contoh adalah sebesar Rp Menurut Nurulfirdausi (2010), pendapatan keluarga bergantung pada kualitas dan kuantitas sumberdaya yang dimiliki. Hal tersebut berarti semakin tinggi kualitas dan semakin banyak anggota keluarga yang bekerja maka semakin besar pendapatan yang diperoleh. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga Pendapatan Keluarga (rupiah) Jumlah (n=90) Persentase Rp ,2 Rp Rp ,0 Rp Rp ,7 Rp Rp ,3 Rp ,8 Rata-rata ± std ± Min - Max Pendapatan Per kapita Pendapatan per kapita keluarga dihitung dengan cara membagi total pendapatan keluarga dengan jumlah anggota keluarga. Garis Kemiskinan Jawa Barat tahun 2010 (BPS 2010) berada pada angka Rp Dengan mengacu pada Garis Kemiskinan Jawa Barat 2010, keluarga contoh dibagi ke dalam dua kategori, yaitu keluarga dengan pendapatan per kapita kurang dari dan sama dengan Rp digolongkan ke dalam keluarga miskin, sedangkan untuk keluarga dengan pendapatan per kapita lebih besar dari Rp digolongkan ke dalam kategori keluarga tidak miskin. Pada Tabel 9 disajikan sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita keluarga.

6 36 Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita keluarga Pendapatan (Rp/kpt/bln) Jumlah (n=90) Persentase Miskin ( ) 12 13,3 Tidak miskin (> ) 78 86,7 Rata-rata ± std ± Min - Max Ket: GK Jawa Barat (2010) Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa sebesar 86,7 persen keluarga contoh tergolong ke dalam kategori tidak miskin dengan pendapatan per kapita lebih dari Rp Sedangkan sebesar 13,3 persen keluarga contoh tergolong kategori miskin. Besarnya pendapatan per kapita keluarga tergantung pada besarnya pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga, semakin besar pendapatan keluarga namun jumlah anggota keluarga sedikit maka pendapatan per kapita keluarga akan tinggi. Karakteristik Anak Menurut Duvall (1971) tahapan keluarga dengan anak usia anak prasekolah adalah ketika di dalam sebuah keluarga terdapat anak pertama yang berusia antara 2,5 tahun sampai dengan 5 tahun. Adapun kisaran usia anak contoh dalam penelitian ini adalah antara 36 sampai 60 bulan atau usia 3 sampai 5 tahun. Lebih dari setengah (56,7%) anak contoh berusia antara 49 sampai 60 bulan dan sisanya sebesar 43,3 persen anak contoh berusia antara 36 sampai 48 bulan. Anak contoh yang diikutsertakan dalam penelitian ini lebih dari setengahnya berjenis kelamin perempuan (55,6%) dan sisanya sebesar 44,4 persen anak contoh berjenis kelamin laki-laki (Tabel 10). Semua anak contoh merupakan urutan anak pertama di dalam keluarga, karena contoh dalam penelitian ini adalah keluarga dengan anak pertama usia prasekolah. Tabel 10 Sebaran usia dan jenis kelamin anak contoh Kategori Jumlah (n=90) Persentase Usia (bulan) , ,7 Rata-rata ± std 48,24 ± 7,70 Min Max Jenis Kelamin Jumlah (n=90) Persentase Laki-laki 40 44,4 Perempuan 50 55,6

7 37 Kesiapan Menikah Pernikahan atau perkawinan dapat dikatakan sebagai jalan untuk menyatukan dua individu yang berbeda. Aspek kesiapan menikah dilihat berdasarkan dimensi perkembangan manusia. Dalam penelitian ini, kesiapan menikah dari setiap pasangan suami dan istri diukur dari ketujuh aspek kesiapan, yaitu kesiapan intelektual, emosi, sosial, moral, individu, finansial, dan mental. Kesiapan Intelektual Intelektual lazim disebut dengan inteligensi. Menurut Wechsler (1958) dalam Trihandini (2005), inteligensi adalah keseluruhan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk dapat bertindak secara terarah dan berfikir secara bermakna. Terdapat enam item pernyataan untuk mengukur kesiapan intelektual suami dan istri. Hampir setengah dari suami (44,4%) dan istri (32,2%) sebelum menikah mereka kurang tertarik mengikuti perkumpulan budaya sebagai upaya untuk melestarikan budaya. Selain itu, hanya sebesar 54,4 persen suami dan 41,1 persen istri menyukai perkembangan dunia politik dan sisanya menyatakan tidak memiliki ketertarikan mengenai dunia politik (Tabel 11). Alasan yang paling banyak diungkapkan oleh contoh mengenai hal tersebut adalah baik sebelum atau sesudah menikah mereka tidak begitu paham akan dunia politik. Namun untuk hal yang lainnya, lebih dari tiga perempat baik suami maupun istri memiliki rasa keingintahuan yang tinggi akan sesuatu hal baru, suka mencari berita melalui media, membaca buku, dan mengikuti kejadian suatu peristiwa hingga selesai, sehingga hanya sebagian kecil contoh saja yang tidak memiliki ketertarikan tentang hal-hal tersebut. No Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan kesiapan intelektual Item Pernyataan Suami (n=90) Istri (n=90) 1 Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi untuk mendalami hal yang baru 91,1 81,1 2 Mengikuti perkumpulan budaya sebagai upaya untuk melestarikan budaya 44,4 32,2 3 Mencari berita untuk mendapatkan berita terbaru 94,4 85,6 4 Suka membaca buku mengenai ilmu pengetahuan 80,0 71,1 5 Akan mengikuti peristiwa yang menggemparkan dunia hingga selesai 84,4 94,4 6 Menyukai perkembangan dunia politik 54,4 41,1 Lebih dari setengah (55,6%) suami kesiapan intelektualnya tergolong ke dalam kategori tinggi, sedangkan untuk istri lebih dari setengahnya (52,2%) termasuk kategori sedang (Tabel 12). Berdasarkan rataan pencapaian, secara

8 38 umum suami dan istri telah memenuhi lebih dari 65 persen item kesiapan intelektual. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara kesiapan intelektual suami dan istri (p=0,020), dimana kesiapan intelektual suami lebih tinggi dibandingkan dengan istri. Hal ini juga didukung dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan suami dengan persentase terbanyak adalah tamatan SMA, sedangkan tingkat pendidikan yang ditamatkan istri persentase terbanyak hanya sampai tamat SD. Memiliki kesiapan intelektual yang baik dapat membantu seseorang dalam mendapatkan pekerjaan. Menurut Papalia, Old, dan Fieldman (2008), bersamaan dengan meningkatnya pertumbuhan kognitif, pendidikan mengembangkan peluang pekerjaan dan kemungkinan mendapatkan uang. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kesiapan intelektual Kategori Tingkat Suami (n=90) Istri (n=90) Kesiapan Intelektual n % n % Rendah (0-33,3%) 6 6,7 8 8,9 Sedang (33,4-66,7%) 34 37, ,2 Tinggi (66,8-100%) 50 55, ,9 Rata-rata ± std 74,82 ± 21,09 67,59 ± 20,20 Min - Max 16, P-Value 0,020** Ket: ** nyata pada p<0,05 Kesiapan Emosi Kematangan emosi merupakan aspek yang penting dalam kesiapan menikah (Blood 1978). Terdapat sepuluh item pernyataan untuk mengukur kesiapan emosi suami dan istri. Sebagian besar (81,1%) suami dan lebih dari separuh (57,8%) istri akan merasa kecewa jika dikhianati oleh pasangannya, kemudian lebih dari dua pertiga (75,6%) istri akan menggerutu ketika marah dan hanya 66,7 persen suami yang melakukan hal tersebut. Dalam keadaan stres, sebesar 71,1 persen suami akan merokok, sedangkan hanya 1,1 persen istri akan merokok jika dalam keadaan stres. Kurang dari 60 persen suami dan istri akan menghampiri orang yang telah mengganggu pasangannya, menyuruh pergi seseorang yang mengganggu pekerjaannya, melempar barang dan berteriak jika mereka merasa kesal dengan beban pekerjaan, dan akan segera menyamakan persepsi jika terdapat perbedaan persepsi dengan temannya dengan alasan untuk menghindari perselisihan. Selain itu, hampir seluruh suami dan istri selalu mendapatkan dukungan dari keluarga disegala aktivitasnya dan juga mampu untuk menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu (Tabel 13).

9 39 Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan kesiapan emosi No Item Pernyataan Suami Istri (n=90) (n=90) 1 Merasa kecewa saat dikhianati oleh pasangan 81,1 57,8 2 Akan menggerutu ketika marah 66,7 75,6 3 Jika pasangan diganggu oleh orang lain, maka akan langsung menghampiri orang yang mengganggu tersebut 55,6 10,0 4 Akan merokok jika stres 71,1 1,1 5 Mendapat dukungan dari keluarga disegala aktivitas 93,3 93,3 6 Dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu 98,9 95,6 7 Jika ada teman yang mengganggu pekerjaan, maka akan langsung menyuruhnya pergi 42,2 47,8 8 Akan melempar barang dan berteriak jika merasa kesal dengan beban pekerjaan 31,1 23,3 9 Ketika berbeda persepsi dengan teman, maka akan segera menyamakan persepsi tersebut 58,9 42,2 10 Ikut sedih ketika mendengarkan cerita sedih teman 73,3 81,1 Tabel 14 menunjukkan bahwa lebih dari separuh (54,4%) suami memiliki tingkat kesiapan emosi yang tergolong sedang, sedangkan tiga perempat (75,6%) istri memiliki tingkat kesiapan emosi yang tinggi. Berdasarkan rataan pencapaian, secara umum suami dan istri telah memenuhi lebih dari 60 persen item kesiapan emosi. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kesiapan emosi antara suami dan istri, dimana kesiapan emosi istri lebih tinggi dibandingkan suami. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Katyal dan Awasthi (2005) dimana kecerdasan emosi perempuan lebih baik daripada laki-laki. Perempuan lebih menjaga emosi dan hubungan personalnya daripada laki-laki. Pada umumnya perempuan jauh lebih ekspresif secara emosi, namun dalam sejumlah situasi, perempuan dapat menyeimbangkan ekspresivitas dengan pembatasan dalam mempresentasikan diri (Goleman 2007). Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kesiapan emosi Kategori Tingkat Suami (n=90) Istri (n=90) Kesiapan Emosi n % n % Rendah (0-33,3%) 0 0,0 1 1,1 Sedang (33,4-66,7%) 49 54, ,3 Tinggi (66,8-100%) 41 45, ,6 Rata-rata ± std 63,89 ± 12,87 71,22 ± 11,30 Min - Max P-Value 0,000*** Ket: *** nyata pada p<0,01 Kesiapan Sosial Psikolog Edward Thorndike (1920) dalam Goleman (2007) merumuskan kecerdasan sosial sebagai kemampuan memahami dan mengelola orang lain. Terdapat tujuh item pernyataan untuk mengukur kesiapan sosial suami dan istri.

10 40 Berdasarkan Tabel 15, lebih dari 60 persen suami dan istri ketika memutuskan untuk menikah mereka sudah merasa cukup umur, lebih suka menarik diri dari lingkungan baru, akan menyapa duluan saat ada tetangga baru, akan mengenyampingkan kepentingan pribadi untuk kepentingan bersama. Selain itu, kurang dari 61 persen suami dan istri kurang cepat dalam menyelesaikan masalah dengan pasangannya dan dapat menilai seseorang dari kesan pertama yang tercermin dari penampilannya. Kesan tersebut terlihat seperti tidak menghormati terhadap orang baru, dimana penilaian hanya dilihat dari penampilan saja. Hanya sebagian kecil suami (11,1%) dan istri (20%) yang melarang temannya untuk bergaul atau berteman dengan orang lain, sehingga sebagian besar suami dan istri membebaskan temannya untuk menjalin hubungan pertemanan dengan yang lain. Tabel 15 Sebaran contoh berdasakan item pernyataan kesiapan sosial No Item Pernyataan Suami Istri (n=90) (n=90) 1 Sudah cukup umur untuk menikah 90,0 85,6 2 Kurang cepat dalam menyelesaikan masalah dengan pasangannya 60,0 52,2 3 Lebih suka menarik diri dari lingkungan baru 60,0 78,9 4 Akan menyapa duluan saat ada tetangga baru 86,7 88,9 5 Akan mengenyampingkan kepentingan pribadi untuk kepentingan bersama 84,4 67,8 6 Melarang teman dekat untuk bergaul dengan orang lain 11,1 20,0 7 Melihat kesan pertama terhadap orang lain tercermin dari penampilan 61,1 58,9 Lebih dari separuh (60%) suami memiliki kesiapan sosial yang tinggi, sedangkan 54,4 persen istri memiliki kesiapan sosial yang sedang (Tabel 16). Berdasarkan rataan pencapaian, secara umum suami dan istri telah memenuhi lebih dari 60 persen item kesiapan sosial, dengan rataan kesiapan sosial suami sebesar 66,98 persen, sedangkan rataan kesiapan istri sebesar 61,75 persen. Hasil uji beda rataan t-test, terdapat perbedaan tingkat kesiapan sosial antara suami dan istri, dimana kesiapan sosial pada suami lebih tinggi dibandingkan istri. Ketepatan empati merupakan kecakapan paling esensial dari kecerdasan sosial. Perempuan cenderung lebih baik dalam dimensi empati daripada laki-laki (Goleman 2007). Namun hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian ini dimana kesiapan sosial suami lebih tinggi daripada istri. Usia dan tipe pertanyaan merupakan faktor yang lebih signifikan dibandingkan perbedaan jenis kelamin (Jaffee & Hyde 2000 dalam Papalia, Olds, & Fieldman 2008).

11 41 Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kesiapan sosial Kategori Tingkat Suami (n=90) Istri (n=90) Kesiapan Sosial n % n % Rendah (0-33,3%) 1 1,1 4 4,4 Sedang (33,4-66,7%) 35 38, ,4 Tinggi (66,8-100%) 54 60, ,1 Rata-rata ± std 66,98 ± 16,68 61,75 ± 14,96 Min - Max 28, ,6 100 P-Value 0,038** Ket: ** nyata pada p<0,05 Kesiapan Moral Nilai moral adalah standar moral, sebuah konsep individu tentang relasi ideal yang digunakan untuk menilai benar atau salah dari sebuah relasi aktual yang dialami atau dihayati (Scott 1965). Terdapat 11 item pernyataan untuk mengukur kesiapan moral suami dan istri. Berdasarkan Tabel 17, hampir seluruh suami dan istri akan selalu menolong orang lain meskipun orang tersebut tidak disukainya dan selalu berkata jujur kepada semua orang. Kemudian lebih dari setengah suami (58,9%) dan istri (62,2%) tergolong egois, karena tidak pernah memikirkan perasaan orang lain. Kurang dari 55 persen suami istri pernah mengambil barang orang lain, menggunakan barang orang lain tanpa izin, pernah melakukan bullying terhadap junior, pernah tidak sengaja membeberkan rahasia teman, dan menceritakan kembali masalah temannya pada orang lain. Selain itu lebih dari 60 persen suami dan istri ketika ada seseorang yang dicela maka mereka akan ikut mencelanya, pernah nyontek saat ujian, dan tidak dapat menyembunyikan perasaannya ketika senang maupun sedih. No Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan kesiapan moral Item Pernyataan Suami (n=90) Istri (n=90) 1 Selalu menolong orang lain meskipun orang tersebut tidak disukainya 96,7 94,4 2 Saat ada orang yang dicela, maka akan ikut mencelanya walaupun hanya bercanda 62,2 94,4 3 Tidak pernah memikirkan perasaan orang lain 58,9 62,2 4 Pernah menyontek saat ujian 65,6 60,0 5 Selalu berkata jujur kepada semua orang 93,3 93,3 6 Tidak dapat menyembunyikan perasaan ketika senang maupun sedih 67,8 63,3 7 Saat teman terlibat dalam suatu masalah, dimana masalah tersebut diketahuinya dan jika ada seseorang yang bertanya maka akan menceritakan masalah tersebut 53,3 46,7 sejauh pengetahuannya 8 Pernah mengambil barang orang 34,4 31,1 9 Suka menggunakan barang orang tanpa izin 37,8 34,4 10 Pernah melakukan bullying terhadap junior 44,4 24,4 11 Tidak sengaja membeberkan rahasia teman 43,3 54,4

12 42 Lebih dari setengah (64,4%) suami tingkat kesiapan moralnya tergolong sedang. Begitu pula dengan istri, dua pertiganya (76,7%) memiliki kesiapan moral yang sedang (Tabel 18). Berdasarkan rataan pencapaian, secara umum suami dan istri telah memenuhi lebih dari 55 persen item kesiapan moral. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat kesiapan moral antara suami dan istri. Hal tersebut sejalan dengan hasil riset yang dilakukan oleh Carl Gilligan bahwa hasil risetnya tidak mendukung pembedaan pandangan moral antara perempuan dan laki-laki (Papalia, Olds, & Feldman 2008). Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kesiapan moral Kategori Tingkat Suami (n=90) Istri (n=90) Kesiapan Moral n % n % Rendah (0-33,3%) 4 4,4 1 1,1 Sedang (33,4-66,7%) 58 64, ,7 Tinggi (66,8-100%) 28 31, ,2 Rata-rata ± std 59,39 ± 15,25 57,88 ± 12,30 Min - Max 18, ,3 81,8 P-Value 0,464 Kesiapan Individu Kesiapan individu merupakan hal-hal yang dipersiapkan oleh individu secara pribadi sebelum menikah. Terdapat 12 item pernyataan untuk mengukur kesiapan individu suami dan istri. Berdasarkan Tabel 19, sepertiga (33,3%) suami sebelum menikah merupakan satu-satunya pencari nafkah di dalam keluarga besarnya dan hanya sebagian kecil (5,6%) istri yang kondisinya sama seperti itu. Lebih dari 60 persen suami istri mengungkapkan bahwa pasangan yang dipilihnya telah sesuai dengan yang diharapkan, sudah merasa cukup mengenal pasangannya selama masa pacaran, telah memiliki pengetahuan tentang berkeluarga, memiliki pengetahuan mengenai cara menstimulasi anak yang benar, memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak, akan mengurangi kesenangan pribadi setelah menikah, dan telah membiasakan diri melakukan pekerjaan rumah tangga. Selain itu, kurang dari 55 persen suami istri sebelum menikah telah membicarakan jumlah anak yang diinginkan, telah hidup mandiri terpisah dari orangtua, dan memeriksakan kesehatan reproduksi ke bidan atau rumah sakit serta memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kehamilan, dan kelahiran. Memiliki keyakinan untuk mendapatkan pekerjaan dengan keterampilan yang dimiliki hanya diyakini oleh lebih dari

13 43 separuh (63,3%) suami, sedangkan hanya 30 persen istri memiliki keyakinan mengenai hal tersebut. Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan kesiapan individu No Item Pernyataan Suami Istri (n=90) (n=90) 1 Sebagai satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga besar 33,3 5,6 2 Pasangan yang sudah dipilih merupakan pasangan yang seperti diharapkan 72,2 61,1 3 Sudah memiliki waktu yang cukup untuk mengenal pasangan 83,3 63,3 4 Memiliki pengetahuan tentang berkeluarga (peran, fungsi, dan tugas setiap anggota keluarga dalam keluarga) 87,8 85,6 5 Memiliki pengetahuan mengenai cara menstimulasi anak dengan benar 64,4 67,8 6 Memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak 68,9 61,1 7 Akan mengurangi kesenangan pribadi setelah menikah 78,9 71,1 8 Membiasakan diri untuk melakukan pekerjaan rumah tangga 75,6 95,6 9 Memeriksakan kesehatan reproduksi sebelum menikah dan memiliki pengetahuan tentang kesehatan kehamilan, dan 38,9 17,8 kelahiran 10 Sebelum menikah, pasangan telah membicarakan mengenai jumlah anak yang diinginkan 52,2 52,2 11 Sebelum menikah telah hidup mandiri (terpisah dari orangtua) 54,4 23,3 12 Memiliki keyakinan akan mendapatkan pekerjaan yang layak dengan keterampilan yang dimiliki 63,3 30,0 Sebanyak 44,4 persen suami termasuk pada tingkat kesiapan individu yang tergolong sedang dan tinggi karena pada tingkat tersebut memiliki persentase yang sama. Sedangkan dua pertiga (72,2%) istri memiliki kesiapan individu yang tergolong sedang (Tabel 20). Berdasarkan rataan pencapaian, secara umum suami dan istri telah memenuhi lebih dari 50 persen item kesiapan individu dengan rataan kesiapan individu suami sebesar 64,44 persen dan rataan kesiapan individu istri sebesar 52,87 persen. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kesiapan individu antara suami dan istri, dimana kesiapan individu suami lebih tinggi dibandingkan istri. Salah satu syarat bagi calon pasangan yang akan menikah menurut Burgess dan Locke (1960) adalah memiliki kematangan kepribadian untuk menjalankan fungsi, peran, dan tugas keluarga. Menurut Blood (1978), seseorang belajar menjadi suami atau istri yang baik dengan melihat dari figur ayah dan ibu mereka. Suami yang belajar dari figur ayah yang baik akan mempengaruhi kesiapan menikahnya.

14 44 Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kesiapan individu Kategori Tingkat Suami (n=90) Istri (n=90) Kesiapan Individu n % n % Rendah (0-33,3%) 10 11, ,0 Sedang (33,4-66,7%) 40 44, ,2 Tinggi (66,8-100%) 40 44,4 7 7,8 Rata-rata ± std 64,44 ± 19,18 52,87 ± 15,41 Min - Max ,7 83,3 P-Value 0,000*** Ket: *** nyata pada p<0,01 Kesiapan Finansial Kesiapan finansial merupakan kesiapan individu dari segi materi untuk dapat membiayai kehidupan keluarganya nanti. Terdapat delapan item pernyataan untuk mengukur kesiapan finansial suami dan istri. Berdasarkan Tabel 21, lebih dari 50 persen suami dan istri telah memiliki pekerjaan sebelum menikah, memiliki pengetahuan cara mengelola keuangan, dan memiliki jejaring yang banyak. Hanya sebagian kecil suami (7,8%) dan istri (1,1%) sebelum menikah telah memiliki rumah sendiri. Kepemilikan tabungan sebelum menikah hanya dimiliki oleh 72,2 persen suami dan 42,2 persen istri. Lebih dari separuh (64,4%) istri dan hanya 20 persen suami ketika sebelum menikah memiliki investasi dalam bentuk emas atau perhiasan. Memiliki kendaran sebelum menikah hanya dimiliki oleh sebagian kecil istri (8,9%), namun sepertiga (35,6%) suami sudah memiliki kendaraan sendiri ketika sebelum menikah. Separuh suami (50%) dan sebagian kecil istri (16,7%) sebelum menikah memiliki pendapatan sampingan sehingga mendapatkan uang tambahan selain dari upah pokok yang didapatnya. Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan kesiapan finansial No Item Pernyataan Suami Istri (n=90) (n=90) 1 Sebelum menikah sudah memiliki pekerjaan 84,4 76,7 2 Sebelum menikah sudah memiliki rumah sendiri 7,8 1,1 3 Sebelum menikah memiliki tabungan 72,2 42,2 4 Sebelum menikah memiliki investasi emas atau perhiasan 20,0 64,4 5 Sebelum menikah sudah memiliki kendaraan sendiri 35,6 8,9 6 Memiliki pengetahuan cara mengelola keuangan (dari buku, internet, televisi) 55,6 70,0 7 Memiliki jejaring yang banyak 52,2 74,4 8 Memiliki pendapatan sampingan 50,0 16,7 Tingkat kesiapan finansial suami, lebih dari separuhnya (57,8%) berada pada kategori sedang begitu pula dengan istri. Sebesar 60 persen istri tingkat kesiapan finansial tergolong sedang (Tabel 22). Berdasarkan rataan pencapaian,

15 45 secara umum suami istri telah memenuhi lebih dari 40 persen item kesiapan finansial, dengan rataan kesiapan finansial suami sebesar 47,22 persen dan istri sebesar 44,31 persen. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat kesiapan finansial antara suami dan istri. Menurut Blood (1978), seseorang menunjukkan kesiapan untuk menikah yang cenderung mengukur sumberdaya mereka dari potensi penghasilannya. Seseorang yang siap secara finansial kemungkinan akan semakin siap juga untuk menikah. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kesiapan finansial Kategori Tingkat Suami (n=90) Istri (n=90) Kesiapan Finansial n % n % Rendah (0-33,3%) 24 26, ,1 Sedang (33,4-66,7%) 52 57, ,0 Tinggi (66,8-100%) 14 15,6 8 8,9 Rata-rata ± std 47,22 ± 22,78 44,31 ± 22,03 Min - Max P-Value 0,384 Kesiapan Mental Terdapat lima item pernyataan untuk mengukur kesiapan mental suami dan istri. Sebagian besar suami dan istri sebelum menikah telah memikirkan bagaimana cara membagi penghasilan yang didapat untuk dirinya, keluarganya, juga untuk keluarga besarnya. Selain itu, lebih dari 50 persen suami dan istri telah menyiapkan diri untuk tinggal bersama mertua, telah menyiapkan diri jika pasangan berprilaku yang diluar dugaan, dan telah menyiapkan diri jika anak yang diasuh berprilaku yang tidak diharapkan. Sebesar 82,2 persen suami dan 67,8 persen istri telah menyiapkan diri untuk kemungkinan hidup dalam keterbatasan setelah menikah (Tabel 23). No Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan kesiapan mental Item Pernyataan 1 Sebelum menikah, telah menyiapkan diri untuk hidup dalam keterbatasan setelah menikah 2 Sebelum menikah, telah memikirkan bagaimana cara membagi penghasilan yang didapatkannya untuk dirinya, keluarganya, juga untuk keluarga besar 3 Sebelum menikah, telah menyiapkan diri untuk tinggal bersama mertua dan kemungkinan memiliki hubungan yang kurang nyaman saat tinggal bersama mertua 4 Sebelum menikah, telah menyiapkan diri jika pasangan berperilaku diluar dugaan yang bersifat negatif atau yang tidak diharapkan 5 Sebelum menikah, telah menyiapkan diri jika anak yang diasuh berprilaku yang tidak diharapkan Suami (n=90) Istri (n=90) 82,2 67,8 94,4 90,0 61,1 60,0 67,8 53,3 62,2 67,8

16 46 Menikah bukan saja harus siap secara fisik, namun juga harus siap secara mental. Banyak harapan-harapan yang ingin dicapai oleh setiap pasangan suami istri ketika berkeluarga, namun tidak semua harapan itu terwujudkan sesuai dengan keinginan. Lebih dari separuh suami (58,9%) dan istri (51,1%) tingkat kesiapan mentalnya berada pada kategori tinggi (Tabel 24). Berdasarkan rataan pencapaian, secara umum suami dan istri telah memenuhi lebih dari 65 persen item kesiapan mental. Kedewasaan merupakan ciri dari kesiapan menikah. Menurut Blood (1978) kedewasaan yang ideal adalah mereka yang memiliki fisik dan mental yang kuat lebih diutamakan dibandingkan dengan kedewasaan sosial. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat kesiapan mental antara suami dan istri. Tebel 24 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kesiapan mental Kategori Tingkat Suami (n=90) Istri (n=90) Kesiapan Mental n % n % Rendah (0-33,3%) 3 3,3 9 10,0 Sedang (33,4-66,7%) 34 37, ,9 Tinggi (66,8-100%) 53 58, ,1 Rata-rata ± std 73,56 ± 24,87 67,78 ± 28,55 Min Max P-Value 0,150 Secara keseluruhan, kesiapan menikah yang diukur dari ketujuh aspek kesiapan diketahui bahwa lebih dari separuh (67,8%) suami dan dua pertiga (87,8%) istri tingkat kesiapan menikahnya tergolong sedang (Tabel 25). Berdasarkan rataan pencapaian kesiapan dari ketujuh aspek tersebut, secara umum suami dan istri telah memenuhi lebih dari 55 persen item kesiapan menikah dengan rataan pencapaian kesiapan menikah suami adalah sebesar 62,15 persen dan istri sebesar 58,54 persen. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kesiapan menikah antara suami dan istri, dimana kesiapan menikah suami lebih tinggi dibandingkan istri. Ross (1995) dalam Papalia, Olds, dan Feldman (2008), berpendapat bahwa manfaat yang didapatkan dari keterikatan perkawinan adalah wanita mendapat dukungan dari segi ekonomi sedangkan pria mendapat dukungan dari segi emosional. Berdasarkan pernyataan tersebut, tersirat bahwa laki-laki harus lebih mempersiapkan diri baik dari segi umur maupun pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik karena laki-laki merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga, sehingga manfaat yang didapat oleh wanita dari seorang laki-laki adalah dukungan dari segi ekonomi.

17 47 Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan komposit kesiapan menikah Kesiapan Menikah Suami (n=90) Istri (n=90) n % n % Rendah (0-33,3%) 0 0,0 0 0,0 Sedang (33,4-66,7%) 53 58, ,9 Tinggi (66,8-100%) 37 41, ,1 Rata-rata ± std 63,20 ± 9,96 59,58 ± 8,12 Min - Max 37,3 83, ,6 P-Value 0,008*** Ket: *** nyata pada p<0,01 Tugas Perkembangan Keluarga Tugas perkembangan merupakan tugas-tugas yang akan selalu muncul pada setiap tahapan perkembangan seorang individu (Duvall 1971). Keluarga memiliki siklus perkembangan sebagaimana layaknya individu. Siklus kehidupan keluarga mempunyai tahapan-tahapan yang berurutan. Setiap tahapan keluarga memiliki tugas perkembangan keluarga yang akan selalu muncul selama rentang kehidupan keluarga, termasuk pada tahapan keluarga dengan anak usia prasekolah. Dalam penelitian ini tugas perkembangan keluarga terdiri dari dua dimensi, yaitu tugas perkembangan keluarga dimensi anak dan tugas perkembangan keluarga dimensi orangtua. Tugas Perkembangan Keluarga Dimensi Anak Terdapat 13 item pernyataan mengenai tugas perkembangan keluarga dimensi anak. Lebih dari 75 persen contoh membiasakan anaknya untuk tidur siang setiap hari, makan secara mandiri tanpa dibantu, berinteraksi dengan anak dengan cara memancing anak untuk menceritakan kegiatan yang telah dilakukannya, mengajarkan tata cara buang air yang benar, mengajarkan anak untuk berbagi dan bergantian mainan dengan temannya, mengajarkan bagaimana mengekspresikan emosi yang baik, mengenalkan kepada anak berbagai benda atau situasi yang berbahaya, mengajak anak secara rutin ke taman bermain, dan selalu mendampingi ketika anak sedang mewarnai. Namun, kurang dari 75 persen contoh memberikan tanggung jawab kepada anak untuk membereskan mainannya sendiri, membiasakan anak untuk dapat menutup resleting dan mengancingkan baju, membiasakan anak untuk memakai bajunya sendiri, dan mengajarkan anak mengenai ciri-ciri perbedaan laki-laki dan perempuan secara sederhana (Tabel 26).

18 48 Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan item tugas perkembangan keluarga dimensi anak No Item Pernyataan Jumlah (n=90) Persentase 1 Menyuruh anak untuk tidur siang setiap hari 88 97,8 2 Membiasakan anak untuk makan sendiri tanpa dibantu (disuapin) 80 88,9 3 Memberikan tanggungjawab kepada anak untuk membereskan mainannya sendiri 61 67,8 4 Memancing anak untuk menceritakan kegiatan seharihari yang telah dilakukannya 84 93,3 5 Mengajarkan pada anak tata cara buang air yang benar 83 92,2 6 Membiasakan anak untuk dapat menutup resleting dan mengancingkan bajunya sendiri 66 73,3 7 Mengajarkan pada anak untuk belajar berbagi dan bergantian mainan dengan temannya 80 88,9 8 Mengajarkan kepada anak bagaimana cara mengekspresikan emosi yang baik, misal; jika sedang marah tidak boleh merusak mainan 75 83,3 9 Mengenalkan kepada anak berbagai benda/situasi yang membahayakan (api, tempat yang tinggi, binatang, dll) dan menjelaskan bagaimana cara menghindari situasi 87 96,7 tersebut 10 Membiasakan anak untuk memakai bajunya sendiri tanpa harus dibantu 59 65,6 11 Mengajarkan kepada anak mengenai ciri-ciri perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sederhana 56 62,2 12 Mengajak anak ke taman bermain (lapangan) secara rutin untuk sekedar bermain-main disana misal setiap 78 86,7 seminggu sekali 13 Selalu mendampingi anak ketika anak sedang mewarnai buku bergambarnya 69 76,7 Sebagian besar (85,6%) contoh tingkat pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dimensi anak tergolong ke dalam kategori tinggi, namun masih terdapat 1,1 persen contoh yang masih tergolong rendah (Tabel 27). Berdasarkan rataan pencapaian, secara umum pelaksanaan tugas perkembangan keluarga contoh telah memenuhi lebih dari 80 persen item tugas perkembangan keluarga dimensi anak. Rataan pencapaian tugas perkembangan keluarga dimensi anak contoh adalah sebesar 82,56 persen. Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dimensi anak Kategori Tugas Perkembangan Keluarga Dimensi Anak Jumlah (n=90) Persentase Rendah (0-33,3%) 1 1,1 Sedang (33,4-66,7%) 12 13,3 Tinggi (66,8-100%) 77 85,6 Rata-rata ± std 82,56 ± 15,63 Min - Max 30,8 100

19 49 Tugas Perkembangan Keluarga Dimensi Orangtua Terdapat 15 item pernyataan mengenai tugas perkembangan keluarga dimensi orangtua. Berdasarkan Tabel 28, lebih dari 75 persen contoh telah melaksanakan tugas perkembangan keluarga dimensi orangtua seperti menyediakan APE untuk anak, dengan sengaja menyisihkan uang untuk biaya anak masuk sekolah, berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengasuh anak, menciptakan komunikasi yang lancar, jelas, dan mudah dipahami oleh anggota keluarga lain, mengajak anak berkunjung ke rumah nenek kakek atau saudara lain secara rutin, memanggil anggota keluarga dengan sapaan sayang, menciptakan suasana penuh maaf, menjalin komunikasi baik dengan tetangga, dan membaca seluruh isi buku panduan stimulasi anak seperti buku posyandu. Namun, kurang dari 25 persen contoh, memiliki waktu khusus untuk pergi berdua saja tanpa anak, mendekatkan diri kepada Tuhan ketika menghadapi masalah, dan memiliki buku panduan stimulasi untuk anak. Lebih dari separuh contoh membacakan buku cerita atau dongeng yang edukatif kepada anak dan memiliki waktu khusus untuk menyalurkan hobi disela-sela pengasuhan. Hanya sepertiga contoh yang memiliki chart atau daftar stimulasi untuk anak. Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan item tugas perkembangan keluarga dimensi orangtua No Item Pernyataan Jumlah (n=90) Persentase 1 Menyediakan Alat Permainan Edukatif (APE) untuk anak 74 82,2 2 Dengan sengaja menyisihkan uang dari total pendapatan untuk biaya anak masuk sekolah 69 76,7 3 Membacakan buku cerita/dongeng yang edukatif untuk anak 50 55,6 4 Berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengasuh anak 81 90,0 5 Bapak dan Ibu meluangkan waktu khusus untuk pergi berdua saja tanpa anak 22 24,4 6 Bapak dan Ibu menciptakan komunikasi yang lancar, jelas, dan mudah dipahami oleh anggota keluarga 89 98,9 7 Bapak dan Ibu mengajak anak berkunjung ke rumah orangtua/saudara lain setiap seminggu sekali 89 98,9 8 Memanggil anggota keluarga dengan sapaan sayang atau dengan kata-kata manis lainnya 69 76,7 9 Menciptakan suasana penuh maaf dengan membiasakan mengucapkan maaf kepada anggota 77 85,6 keluarga lain ketika melakukan kesalahan 10 Memiliki waktu khusus untuk menyalurkan hobi diselasela waktu pengasuhan 45 50,0 11 Menjalin komunikasi yang baik dengan tetangga Ketika menghadapi masalah berat salah satu jalan yang dilakukan untuk menenangkan diri adalah dengan 20 22,2 mendekatkan diri (beribadah) kepada Tuhan YME 13 Memiliki buku panduan stimulasi untuk anak 21 23,3

20 50 Lanjutan Tabel 28 Jumlah No Item Pernyataan Persentase (n=90) 14 Memiliki chart/daftar stimulasi yang harus distimulan 33 36,7 kepada anak 15 Membaca seluruh isi buku panduan Posyandu 74 82,2 Tingkat pencapaian tugas perkembangan keluarga dimensi orangtua lebih dari separuh (56,7%) contoh termasuk ke dalam kategori sedang, namun masih terdapat satu keluarga contoh yang tingkat pencapaiannya masih tergolong rendah (Tabel 29). Berdasarkan rataan pencapaian, secara umum contoh telah memenuhi lebih dari 60 persen item tugas perkembangan keluarga dimensi orangtua, dengan rataan pencapaian sebesar 66,89 persen. Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dimensi orangtua Kategori Tugas Perkembangan Keluarga Dimensi Orangtua Jumlah (n=90) Persentase Rendah (0-33,3%) 1 1,1 Sedang (33,4-66,7%) 51 56,7 Tinggi (66,8-100%) 38 42,2 Rata-rata ± std 66,89 ± 13,90 Min - Max 33,3 93,3 Secara keseluruhan, dengan menggabungkan dari ke dua bagian tugas perkembangan yang telah dibahas sebelumnya, maka diketahui tingkat pencapaian tugas perkembangan keluarga contoh. Sebagian besar (82,2%) keluarga contoh pencapaian tugas perkembangan keluarganya tergolong tinggi (Tabel 30). Berdasarkan rataan pencapaian, secara umum contoh telah memenuhi lebih dari 70 persen item tugas perkembangan keluarga dengan rataan pencapaian sebesar 74,17 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga contoh telah berhasil memenuhi segala tugas perkembangan keluarga dengan baik yang sesuai dengan tahap perkembangan keluarganya. Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat pelaksanaan tugas perkembangan keluarga Tugas Perkembangan Jumlah (n=90) Persentase Rendah (0-33,3%) 0 0,0 Sedang (33,4-66,7%) 16 17,8 Tinggi (66,8-100%) 74 82,2 Rata-rata ± std 74,17 ± 12,99 Min - Max 35,7 96,4

21 51 Perkembangan Anak Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat multidimensi, integral, berkelanjutan, interaksi, dan terpola (Sunarti 2004). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah dengan menggunakan instrumen Bina Keluarga Balita (BKB). Dimensi perkembangan yang diukur dalam instrumen tersebut adalah perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa pasif, bahasa aktif, kognitif, kemandirian, dan kemampuan sosial. Dimensi perkembangan ini menunjukkan kompetensi khusus yang menekankan pada fungsi tertentu (Sunarti 2004). Pada Tabel 31 disajikan sebaran rataan skor pencapaian perkembangan anak contoh berdasarkan dimensi perkembangan untuk anak usia bulan. Tabel 31 Sebaran rataan skor pencapaian perkembangan anak contoh berdasarkan dimensi perkembangan untuk anak usia bulan (n=39) Dimensi Perkembangan (jumlah pernyataan) Rataan Skor Persentase Skor Motorik kasar (9) 6,03 67,0 Motorik halus (7) 3,64 52,0 Bahasa pasif (5) 3,97 79,4 Bahasa aktif (5) 3,62 72,4 Kognitif (11) 7,72 70,2 Kemandirian (4) 2,51 62,8 Kemampuan bergaul (3) 2,74 91,3 Perkembangan anak total (44) 30,23 68,7 Berdasarkan Tabel 31 terlihat bahwa anak contoh usia bulan telah memenuhi lebih dari 50 persen item perkembangan dari seluruh dimensi. Berdasarkan rataan pencapaian perkembangan anak usia bulan, secara umum rataan perkembangannya sebesar 68,7 persen. Hal ini berarti anak contoh telah memenuhi 68,7 persen item perkembangan anak atau sama halnya dengan telah memenuhi rata-rata 30 item pernyataan perkembangan dari 44 total pernyataan yang ada. Jumlah item pernyataan perkembangan anak dalam instrumen BKB untuk setiap rentang usia berbeda, namun dimensi perkembangan yang diukur tetap sama yaitu terdiri dari tujuh dimensi perkembangan. Anak keluarga contoh selain yang berusia bulan, terdapat juga anak keluarga contoh yang berusia bulan. Pada Tabel 32 disajikan sebaran rataan skor pencapaian perkembangan anak contoh berdasarkan dimensi perkembangan untuk anak usia bulan.

22 52 Tabel 32 Sebaran rataan skor pencapaian perkembangan anak contoh berdasarkan dimensi perkembangan untuk anak usia bulan (n=51) Dimensi Perkembangan (jumlah pernyataan) Rataan Skor Persentase Skor Motorik kasar (3) 2,82 94,0 Motorik halus (3) 2,12 70,7 Bahasa pasif (5) 4,31 86,2 Bahasa aktif (5) 4,02 80,4 Kognitif (7) 5,71 81,6 Kemandirian (2) 1,00 50,0 Kemampuan bergaul (3) 2,82 94,0 Perkembangan anak total (28) 22,57 80,6 Pencapaian perkembangan anak contoh usia bulan telah memenuhi lebih dari 50 persen item perkembangan dari seluruh dimensi. Berdasarkan rataan pencapaian perkembangan anak usia bulan, secara umum rataan perkembangannya sebesar 80,6 persen. Hal ini berarti anak contoh telah memenuhi 80,6 persen item perkembangan anak atau sama halnya dengan telah memenuhi rata-rata 23 item pernyataan perkembangan dari 28 total pernyataan yang ada (Tabel 32). Tingkat perkembangan anak dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (>80%). Secara umum, persentase terbesar tingkat perkembangan anak contoh usia bulan berada pada kategori sedang, sedangkan untuk anak usia bulan berada pada kategori tinggi. Namun secara keseluruhan rataan pencapaian perkembangan anak contoh adalah sebesar 75,45 persen, yang artinya bahwa anak contoh telah memenuhi 75,45 persen item perkembangan anak. Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan anak contoh sudah cukup baik meskipun masih terdapat 15,6 persen anak contoh yang perkembangannya masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil uji beda rataan t-test, terdapat perbedaan yang nyata dimana perkembangan anak usia bulan lebih tinggi dibandingkan anak usia bulan dengan nilai p-value 0,000 (Tabel 33). Tabel 33 Sebaran anak contoh berdasarkan kategori tingkat perkembangan anak Kategori Tingkat Perkembangan Anak Usia bulan (n=39) Usia bulan (n=51) Total (n=90) n % n % n % Rendah (<60%) 8 20,5 6 11, ,6 Sedang (60-80%) 25 64, , ,2 Tinggi (>80%) 6 15, , ,2 Rata-rata ± std 68,71 ± 12,49 80,61 ± 13,28 75,45 ± 14,17 Min - Max 40,9 90,9 42,9 96,4 40,9 96,4 P-Value 0,000*** Ket: *** nyata pada p<0,01

23 53 Hubungan antara Usia Menikah dan Lama Pendidikan dengan Kesiapan Menikah Karakteristik pasangan yang dianalisis hubungan dengan tingkat kesiapan menikah adalah usia menikah dan lama pendidikan. Berdasarkan hasil uji korelasi ditemukan bahwa variabel usia menikah suami dan lama pendidikian suami berhubungan nyata dan positif dengan kesiapan menikah suami. Hal ini berarti, semakin tinggi usia menikah dan pendidikan suami, maka kesiapan menikah suami akan tinggi pula. Sedangkan untuk kesiapan menikah istri, variabel lama pendidikan istri memiliki hubungan yang nyata dan positif dengan kesiapan menikah istri. Semakin tinggi pendidikan istri maka kesiapan menikah istri akan semakin baik. (Tabel 34). Tabel 34 Sebaran koefisien korelasi antara usia menikah dan lama pendidikan dengan kesiapan menikah Variabel Kesiapan Menikah Suami Usia menikah suami (tahun) 0,286 *** Lama pendidikan suami (tahun) 0,295 *** Variabel Kesiapan Menikah Istri Usia menikah istri (tahun) 0,094 Lama pendidikan istri (tahun) 0,266 ** Ket: ** nyata pada p<0,05, *** nyata pada p<0,01 Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Tugas Perkembangan Keluarga Karakteristik keluarga seperti besar keluarga, lama nikah, usia ketika menikah, usia responden, lama pendidikan, serta besar pendapatan keluarga dilakukan uji hubungan dengan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga. Berdasarkan hasil uji korelasi diketahui bahwa lama pendidikan suami dan istri memiliki hubungan yang nyata dan positif dengan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga (Tabel 35). Hal tersebut berarti semakin tinggi pendidikan suami dan istri, maka tingkat pelaksanaan tugas perkembangan keluarga akan semakin baik. Tabel 35 Sebaran koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dengan tugas perkembangan keluarga Karakteristik Keluarga Tugas Perkembangan Keluarga Besar keluarga 0,067 Lama nikah 0,188 Usia menikah ayah 0,074 Usia ayah 0,119 Usia menikah ibu 0,027 Usia ibu 0,081 Pendidikan ayah 0,420*** Pendidikan ibu 0,443*** Pendapatan 0,033 Ket: *** nyata pada p<0,01

24 54 Hubungan antara Kesiapan Menikah dengan Tugas Perkembangan Keluarga Seluruh aspek kesiapan menikah dilakukan uji hubungan dengan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga. Berdasarkan Tabel 36 diketahui bahwa terdapat hubungan yang nyata dan positif antara kesiapan menikah suami dari aspek kesiapan intelektual, emosi, individu, finansial, dan mental suami dengan pencapaian tugas perkembangan keluarga. Hal tersebut bararti, semakin tinggi kesiapan intelektual, emosi, individu, finansial dan mental suami, maka pelaksanaan tugas perkembangan keluarga akan semakin baik. Selain itu, variabel kesiapan menikah istri yang memiliki hubungan nyata dan positif dengan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga adalah variabel kesiapan intelektual, emosi, dan finansial istri. Hal tersebut berarti semakin tinggi kesiapan intelektual, emosi, dan finansial istri maka semakin baik pula pelaksanaan tugas perkembangan keluarganya. Selain itu, hasil uji korelasi juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan nyata antara kesiapan menikah suami istri dengan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga. Hal tersebut berarti semakin tinggi kesiapan menikah suami istri maka pelaksanaan tugas perkembangan keluarga akan semakin baik (Tabel 36). Tabel 36 Sebaran koefisien korelasi antara variabel kesiapan menikah dengan tugas perkembangan keluarga Variabel Kesiapan Menikah Tugas Perkembangan Keluarga Suami/Ayah: Kesiapan Intelektual 0,294*** Kesiapan Emosi 0,221** Kesiapan Sosial 0,163 Kesiapan Moral 0,046 Kesiapan Individu 0,258** Kesiapan Finansial 0,211** Kesiapan Mental 0,239** Istri/Ibu: Kesiapan Intelektual 0,378*** Kesiapan Emosi 0,220** Kesiapan Sosial 0,005 Kesiapan Moral -0,060 Kesiapan Individu 0,077 Kesiapan Finansial 0,314*** Kesiapan Mental 0,199 Kesiapan menikah suami 0,374*** Kesiapan menikah istri 0,336*** Ket: ** nyata pada p<0,05, *** nyata pada p<0,01

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia 57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi 43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. 1 Data monografi Desa Bubulak per tahun 2010

HASIL PENELITIAN. 1 Data monografi Desa Bubulak per tahun 2010 25 HASIL PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian Desa Bubulak, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat menjadi pilihan sebagai lokasi penelitian karena diantara seluruh Kecamatan Bogor Barat, Keluarhan

Lebih terperinci

KESIAPAN MENIKAH ISTRI DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA DENGAN ISTRI YANG MENIKAH MUDA DAN DEWASA

KESIAPAN MENIKAH ISTRI DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA DENGAN ISTRI YANG MENIKAH MUDA DAN DEWASA 23 KESIAPAN MENIKAH ISTRI DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA DENGAN ISTRI YANG MENIKAH MUDA DAN DEWASA Marital Readiness Of Wife And Child Development Aged 3-5 Years Within Family Whose Wife Married At

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik Remaja

HASIL. Karakteristik Remaja HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, artinya data penelitian dikumpulkan pada satu periode waktu tertentu. Penelitian

Lebih terperinci

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kecamatan Bogor Barat Wilayah administrasi Kecamatan Bogor Barat hingga akhir Desember 2008 yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang dimaksud Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi, 61 PEMBAHASAN Hampir seluruh dewasa muda dalam penelitian ini belum siap untuk menikah, alasannya adalah karena usia yang dirasa masih terlalu muda. Padahal ketentuan dalam UU No.1 tahun 1974, seharusnya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan. Salah satu hal yang harus diperhatikan secara khusus adalah

Lebih terperinci

HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 30 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara umum Desa ini berupa dataran dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif Kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan (Fatimah 2006). Apabila diperlukan, pengetahuan yang dimiliki dapat dipergunakan. Banyak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMK Negeri contoh terletak di Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor. Sekolah ini berdiri dan diresmikan pada tanggal 12 Juni 1980 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keharmonisan hubungan suami istri dalam kehidupan perkawinan salah satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui komunikasi interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan pembangunan dimasa yang akan datang. Pembentukan sumber daya. yang saling berhubungan dalam pembentukan kualitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tantangan pembangunan dimasa yang akan datang. Pembentukan sumber daya. yang saling berhubungan dalam pembentukan kualitas manusia. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara yang maju, kuat dan makmur tidak hanya membutuhkan kekayaaan alam yang banyak dan pemimpin yang hebat, tetapi yang terpenting adalah sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan subsampling dari penelitian utama Hibah Kompetensi DIKTI Sunarti (2012) dengan tema Keragaan Ketahanan Keluarga Indonesia. Disain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Propinsi Banten terdiri dari tujuh Kabupaten/Kota yang diantaranya Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Cilegon, dan Kota Serang.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP POLIGAMI A-2 DATA KASAR KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Data Kasar SIKAP TERHADAP POLIGAMI LAMPIRAN A-2 Data Kasar KESADARAN KESETARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum responden beras organik SAE diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga

Lebih terperinci

BABI. Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua. sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi

BABI. Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua. sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi memaksa orangtua lebih

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data Umum Hasil Penelitian a. Profil Desa 1) Demografi Desa Caruban mempunyai jumlah penduduk 4.927 Jiwa. Tabel 4.1 Statistik penduduk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Cara Pemilihan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dan restrospective. Cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu tertentu, desain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Pengertian keluarga menurut BKKBN adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada masa itu anak sedang mengalami masa keemasan atau disebut dengan golden age. Seyogyanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dewasa Muda. Tabel 1 Pendapat ahli mengenai tahapan masa dewasa dan usianya

TINJAUAN PUSTAKA. Dewasa Muda. Tabel 1 Pendapat ahli mengenai tahapan masa dewasa dan usianya 7 Tahap perkembangan dewasa muda TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Muda Penentuan usia dewasa muda menurut pendapat beberapa ahli disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai usia dewasa muda,

Lebih terperinci

POLA HUBUNGAN DALAM KELUARGA (Suatu Kajian Manajemen Keluarga) Oleh : Dr. Ravik Karsidi, M.S.

POLA HUBUNGAN DALAM KELUARGA (Suatu Kajian Manajemen Keluarga) Oleh : Dr. Ravik Karsidi, M.S. POLA HUBUNGAN DALAM KELUARGA (Suatu Kajian Manajemen Keluarga) Oleh : Dr. Ravik Karsidi, M.S. Hubungan Suami Istri Dalam perkembangan sejarah, hubungan antar suami-istri pada kelas menengah berubah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat manusia. Setiap anak dilahirkan dengan berbagai kemampuan, bahkan ketika ia dilahirkan. Orang

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis moneter yang melanda Indonesia pada Tahun 1997 meningkatkan angka kemiskinan dan angka pengangguran. Jumlah penduduk miskin selama periode 1996-2006 berfluktuasi dari

Lebih terperinci

MANAJEMEN SUMBER DAYA KELUARGADALAM LINGKARAN HIDUP KELUARGA. Oleh: As-as Setiawati

MANAJEMEN SUMBER DAYA KELUARGADALAM LINGKARAN HIDUP KELUARGA. Oleh: As-as Setiawati MANAJEMEN SUMBER DAYA KELUARGADALAM LINGKARAN HIDUP KELUARGA Oleh: As-as Setiawati Lingkaran hidup keluarga adalah proses perkembangan hidup keluarga sejak perkawinan sampai masa pasangan itu mencapai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 37 Umur Contoh HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Suami Isteri Pada Tabel 2 dapat dilihat sebaran contoh menurut umur, dengan rentang berada antara 18 sampai 69 tahun. Teori Papalia dan Olds (1981) membagi

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. Tabel 2 Jumlah penduduk Kelurahan Panaragan berdasarkan jenis kelamin

HASIL PENELITIAN. Tabel 2 Jumlah penduduk Kelurahan Panaragan berdasarkan jenis kelamin HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Secara administratif, Kelurahan Panaragan terletak di tengah Kota Bogor, tepatnya berada di Kecamatan Bogor Tengah, memiliki luas 27 hektar dengan 34 RT yang tersebar

Lebih terperinci

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga KERANGKA PEMIKIRAN Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuni Gantini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuni Gantini, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada bab sebelumnya, maka berbagai kesimpulan yang diberikan penulis antara

BAB V PENUTUP. pada bab sebelumnya, maka berbagai kesimpulan yang diberikan penulis antara BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka berbagai kesimpulan yang diberikan penulis antara sebagai berikut: 1. Faktor-faktor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh suatu negara. Berdasarkan data BPS tahun 2010, persentase kemiskinan saat ini mencapai 13,3 persen. Kemiskinan tersebut

Lebih terperinci

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?... Identitas diri: 1. Jenis kelamin : Pria / Perempuan 2. Status pernikahan : Menikah / Tidak Menikah 3. Apakah saat ini Anda bercerai? : Ya / Tidak 4. Apakah Anda sudah menjalani pernikahan 1-5 tahun? :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap pasangan menikah pasti menginginkan agar perkawinannya langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan akan kelanggengan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh rakyat.

Lebih terperinci