TINJAUAN PUSTAKA Keluarga
|
|
- Ade Benny Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Pengertian keluarga menurut BKKBN adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya. Menurut Duvall (1971), keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari masing-masing anggota keluarganya. Selain itu pengertian keluarga menurut Puspitawati (2006) adalah unit sosial ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi; merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan, dan adopsi. Pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga adalah pendekatan struktural-fungsional. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Keluarga sebagai sebuah sistem akan mempunyai tugas seperti umumnya dihadapi oleh setiap sistem sosial, seperti menjalankan tugas-tugas, pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga. Keluarga sama seperti sistem sosial lainnya, mempunyai karakteristik yang berupa diferensiasi peran dan struktur organisasi yang jelas. Struktur dalam keluarga dianggap dapat menjadikan keluarga sebagai sistem kesatuan (Megawangi 1999). Penerapan teori struktural-fungsional dalam konteks keluarga dapat terlihat dari aspek struktural dan aspek fungsional yang diterapkan. Dilihat dari aspek struktural terdapat tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga, yaitu yang mengacu pada: (1) Status sosial, (2) Fungsi sosial, dan (3) Norma sosial. Sedangkan dari aspek fungsional sulit dipisahkan dengan aspek struktural karena keduanya saling berkaitan. Seseorang dalam sebuah sistem dengan status sosial tertentu, akan tidak lepas dari peranannya yang diharapkan karena status sosialnya, yang semuanya ini berfungsi untuk kelangsungan hidup atau pencapaian keseimbangan pada sistem tersebut (Megawangi 1999). Keluarga sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi agar sistem tersebut berjalan (Sunarti 2001). Rice dan Tucker (1986) diacu
2 8 dalam Puspitawati (2006) menyatakan bahwa fungsi keluarga meliputi dua fungsi yaitu: (1) Fungsi ekspresif, yaitu memenuhi kebutuhan emosi dan perkembangan anak termasuk moral, loyalitas dan sosialisasi anak, dan (2) Fungsi instrumental, yaitu manajemen sumberdaya keluarga untuk mencapai berbagai tujuan keluarga melalui prokreasi dan sosialisasi anak dan dukungan serta pengambangan anggota keluarga. Selain itu, fungsi keluarga menurut BKKBN terdiri dari delapan fungsi yaitu; fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. Menurut Friedman (1998) fungsi keluarga meliputi fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, perawatan atau fisik, dan ekonomi. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, sehingga keluarga memiliki kewajiban untuk dapat memenuhi segala kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi pemenuhan kebutuhan agama, psikologi, makan dan minum, dan lain sebagainya. Adapun tujuan membentuk keluarga yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya (Puspitawati 2006). Fungsi keluarga McMaster (MMFF = McMaster Family Functioning) yang diacu dalam Sunarti (2001) membagi tiga area fungsi keluarga. Ketiga area tersebut adalah: (1) Area tugas dasar (penyediaan pangan, uang, transportasi, dan perlindungan); (2) Area tugas perkembangan (berkaitan dengan urutan tahapan perkembangan keluarga); dan (3) Area tugas penuh resiko (berkaitan dengan cara keluarga menangani krisis seperti kecelakaan, sakit dan kehilangan). Namun demikian fungsi utama keluarga adalah menyediakan lingkungan bagi pemeliharaan dan perkembangan dari aspek biologis, sosial dan psikologis anggota keluarganya (Sunarti 2001). Tugas Perkembangan Keluarga Tugas perkembangan merupakan tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan setiap individu, apabila individu berhasil dalam tugas tersebut maka akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa keberhasilan untuk menyelesaikan tugas berikutnya, tetapi apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas berikutnya. Beberapa tugas perkembangan muncul sebagai akibat dari kematangan fisik, tekanantekanan budaya dari masyarakat, serta nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi individual (Havighurst dalam Hurlock 1980).
3 9 Keluarga memiliki siklus perkembangan sebagaimana layaknya individu. Perkembangan itu terutama dalam hal besarnya keluarga dan kemampuannya (Ali 2010). Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan yang berturut-turut, karena siklus keluarga merupakan cara untuk melihat bagaimana potret kehidupan sebuah keluarga tersebut. Tahapan perkembangan keluarga menurut Duvall (1971) dibagi menjadi delapan tahapan yaitu: Tahap 1 Keluarga baru menikah, Tahap 2 Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama), Tahap 3 Keluarga dengan anak prasekolah, Tahap 4 Keluarga dengan anak sekolah, Tahap 5 Keluarga dengan anak remaja, Tahap 6 Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa, Tahap 7 Keluarga usia pertengahan, dan Tahap 8 Keluarga usia lanjut. Masing-masing tahapan perkembangan keluarga memiliki tugas-tugas yang harus terpenuhi agar menimbulkan kebahagian dan membawa keberhasilan untuk tugas perkembangan selanjutnya. Setiap tahapan mempunyai tantangan tersendiri dalam pencapaiannya, termasuk pada tahapan keluarga dengan anak prasekolah. Tahapan Keluarga dengan Anak Prasekolah Keluarga dengan anak prasekolah adalah ketika di dalam sebuah keluarga terdapat anak pertama yang berusia antara 2,5 tahun sampai dengan 5 tahun (Duvall 1971). Sedangkan menurut Hurlock (1980) usia anak prasekolah berkisar antara 2 sampai 6 tahun yang disebut sebagai awal masa kanak-kanak. Sebagian besar orangtua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit. Datangnya masa kanak-kanak atau usia prasekolah, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik pada masa bayi. Masalah perilaku lebih sering terjadi pada usia prasekolah karena anak-anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil (Hurlock 1980). Berdasarkan teori Erikson anak usia prasekolah termasuk kedalam tahap inisiatif lawan rasa bersalah (initiative vs guilt). Erikson diacu dalam Hurlock (1980) berpendapat bahwa setiap tahap mempunyai dua kemungkinan pemecahan, yaitu positif dan negatif. Kegagalan pada tahap tertentu akan
4 10 mempengaruhi tahap-tahap berikutnya. Keluarga sebagai anggota dan lingkungan yang terdekat dengan anak hendaknya dapat menciptakan lingkungan yang mendukung untuk pencapaian perkembangan anak secara optimal. Menurut Abernethy et al dalam Duvall (1971) indikasi seorang anak telah mencapai seluruh tugas perkembangannya adalah bahwa anak secara mental dan emosional telah sehat dan perkembangan fisiknya cenderung baik. Tugas perkembangan yang harus dicapai oleh anak usia prasekolah menurut Duvall yaitu: (1) Terbentuknya rutinitas harian yang sehat dan seimbang antara aktivitas dan istrahat; (2) Terbentuknya pola makan yang baik dan sehat; (3) Menguasai dasar-dasar toilet training; (4) Mengembangkan keterampilan fisik yang sesuai untuk tahap perkembangan motoriknya; (5) Anak dapat berpartisipasi sebagai anggota keluarga; (6) Anak dapat menguasai dirinya yang sesuai dengan harapan orang lain; (7) Mengembangkan keterampilan mengekspresikan emosi secara sehat melalui berbagai pengalaman; (8) Belajar untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain; (9) Memiliki kemampuan untuk menghindari situasi yang membahayakan; (10) Belajar menjadi anak yang mandiri; dan (11) Memiliki kemampuan untuk memahami situasi disekitarnya. Duvall berpendapat bahwa keluarga terutama orangtua membantu anak untuk mencapai tugas perkembangannya melalui penerimaan berbagai peningkatkan keterampilan dan aktifitas fisik anak. Tugas perkembangan orangtua dalam membantu anak untuk mencapai tugas perkembangannya menurut Duvall yaitu: (1) Orangtua senantiasa menciptakan suasana rumah yang mendukung keingintahuan anak; (2) Orangtua senantiasa menciptakan suasana rumah yang penuh kasih sayang; (3) Menciptakan suasana rumah yang penuh maaf; dan (4) Orangtua mengembangkan diri sebagai individu dan pasangan menikah. Selain anak prasekolah yang harus mencapai tugas perkembangannya, orangtua juga harus melaksanakan tugas perkembangannya sebagai pasangan suami-isteri di dalam keluarga. Tugas perkembangan yang harus dicapai orangtua sebagai pasangan suami-isteri menurut Duvall yaitu: (1) Pasangan suami-isteri menyediakan tempat, fasilitas, dan peralatan yang memadai; (2) Pasangan suami-isteri merencanakan anggaran dan biaya tidak terduga untuk anak; (3) Berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengasuh anak; (4) Mempertahankan keharmonisan hubungan suami-isteri dan merencanakan masa
5 11 depan anak; (5) Pasangan suami-isteri mengembangkan komunikasi efektif; (6) Mempererat hubungan dengan keluarga besar; (7) Pasangan suami-isteri dapat menggali sumberdaya di luar rumah untuk membantu dalam pengasuhan anak; dan (8) Dapat menghadapi masalah yang berpegang pada agama. Pencapaian tugas perkembangan pada tahap keluarga dengan anak prasekolah ini sangatlah penting. Jika tugas perkembangan tercapai dengan sukses, maka akan menimbulkan kebahagiaan dan membawa keberhasilan dalam menghadapi tugas perkembangan selanjutnya. Namun sebaliknya, apabila gagal maka akan mempengaruhi pada pencapaian tugas perkembangan pada tahap berikutnya. Kesiapan Menikah Pengertian Kata dasar pernikahan adalah nikah. Nikah menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi), perkawinan, membentuk keluarga dengan lawan jenis, bersuami atau beristri. Kata nikah memiliki persamaan makna dengan kata kawin. Pengertian pernikahan atau perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu perkawinan dapat dirumuskan sebagai satu aqad pertalian antara dua manusia (laki-laki dan perempuan) yang berisi persetujuan hubungan dengan maksud bersama-sama menyelenggarakan satu penghidupan yang lebih akrab, menurut syarat dan hukum susila yang dibenarkan Tuhan (Latief 1968). Perkawinan bertujuan untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia, baik lahir maupun batin (Wiyata 1986). Menurut Duvall dan Miller (1985) perkawinan adalah suatu hubungan antara dua orang, laki-laki dan perempuan, yang diketahui oleh umum dan diatur melalui suatu aturan tertentu, serta perkawinan membolehkan terjadinya hubungan seksual, adanya anak yang diasuh oleh orangtua, serta adanya pembagian tugas antara suami dan istri. Pernikahan merupakan tahapan untuk membangun sebuah rumah tangga dan keluarga yang bahagia. Pernikahan diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan cinta dan afeksi, dukungan emosi serta kesetiaan, rasa aman, sebagaimana dalam persahabatan (Cox 1978 diacu dalam Putrini
6 ). Pernikahan merupakan awal dari terbentuknya keluarga dengan penyatuan dua individu yang berlainan jenis serta lahirnya anak-anak (Papalia, Old, & Feldman 1998). Pernikahan juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan jangka panjang dengan orang lain yang dianggap sesuai dengan diri individu itu sendiri untuk mencapai keluarga yang bahagia dan kekal (Putri 2010). Puspitasari (1997) menyebutkan bahwa menikah sama artinya dengan memasuki kehidupan yang sarat dengan tanggung jawab. Individu dituntut untuk dapat mempertahankan sekaligus membangun hubungan interpersonal seumur hidupnya, serta dapat berempati dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Membentuk keluarga yang bahagia tidaklah mudah. Terkadang timbul perselisihan atau kesalahpahaman yang terjadi antara pasangan suami-istri di dalam keluarga, karena hakekatnya pernikahan merupakan penyatuan dua orang manusia yang berlainan jenis, kepribadian, sifat, karakter, maupun latar belakangnya. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa masing-masing partner (suami-istri) adalah manusia biasa yang memiliki perbedaan dan kelemahan (Turner dan Helms 1995 diacu dalam Oktaviani 2010). Maka dari itu untuk dapat membangun sebuah keluarga bahagia diperlukan kesiapan untuk menikah. Kesiapan menurut Corsini (2002) diacu dalam Dewi (2006) adalah berkembang atau mempersiapkan diri dalam belajar dan memperoleh beberapa tugas perkembangan atau keahlian khusus berdasarkan perkembangan fisik, sosial dan intelektual. Menurut Rapaport dalam Duvall dan Miller (1985) kesiapan menikah adalah kemampuan individu untuk menyandang peran barunya, yaitu sebagai suami atau istri, dan berusaha untuk terlibat dalam pernikahannya serta mampu memasukkan pola-pola kepuasan yang diperolehnya sebelum menikah ke dalam kehidupan pernikahan. Kesiapan menikah merupakan keadaan siap atau bersedia dalam berhubungan dengan seorang pria atau wanita, siap menerima tanggung jawab sebagai seorang suami atau seorang istri, siap terlibat dalam hubungan seksual, siap mengatur keluarga, dan siap mengasuh anak (Duvall & Miller 1985). Kesiapan menikah adalah ketika laki-laki dan perempuan telah menyelesaikan tugas perkembangan remajanya, dan secara fisik, emosi, tujuan, finansial, dan pribadinya telah siap untuk menanggung tanggung jawab setelah menikah (Duvall 1971). Kesiapan menikah juga dapat diartikan sebagai kesediaan individu untuk mempersiapkan diri membentuk suatu ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan
7 13 membentuk keluarga dan rumah tangga yang kekal yang diakui secara agama, hukum, dan masyarakat (Dewi 2006). Jika seseorang telah memiliki kesiapan sebelum pernikahan, maka pernikahan yang bahagia dan kekal akan dapat dicapai oleh pasangan suami istri. Kriteria Kesiapan Menikah Kesiapan menikah merupakan hal yang sangat penting, agar tugas-tugas perkembangan dalam pernikahan dapat terpenuhi (Dewi 2006). Menurut Rapaport (1963) diacu dalam Duvall dan Miller (1985), seseorang dinyatakan siap untuk menikah apabila memenuhi kriteria: (1) Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri; (2) Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak; (3) Bersedia dan mampu menjadi pasangan istimewa dalam hubungan seksual; (4) Bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim; (5) Memiliki kelambutan dan kasih sayang kepada orang lain; (6) Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain; (7) Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan; (8) Bersedia berbagi rencana dengan orang lain; (9) Bersedia menerima keterbatasan orang lain; (10) Realistik terhadap karakteristik orang lain; (11) Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi; dan (12) Bersedia menjadi suami atau istri yang bertanggung jawab. Menurut Sunarti (2001) terdapat tiga prasyarat minimal bagi calon pasangan yang akan berkomitmen membangun sebuah keluarga, dimana ketiga prasyarat tersebut merupakan pengembangan dari model hubungan antar konsep-konsep keluarga. Prasyarat minimal tersebut dapat dikatakan sebagai aspek kesiapan menikah yang harus dipersiapkan oleh individu sebelum memasuki gerbang pernikahan. Ketiga prasyarat tersebut yaitu; (1) Mampu memperoleh sumberdaya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun kebutuhan perkembangan anggota keluarga; (2) Memiliki kualitas SDM yang memadai untuk mengelola keluarga sebagai ekosistem; dan (3) Memiliki kematang kepribadian untuk menjalankan fungsi, peran dan tugas keluarga 1. Kesipan menikah menurut Blood (1978) dibagi menjadi dua bagian, yaitu kesiapan menikah pribadi (personal) dan kesiapan menikah situasional (circumstantial). 1 Sunarti s Model
8 14 1. Kesiapan Pribadi (Personal) a) Kematangan Emosi Konsep penting dalam kesiapan pribadi adalah kematangan emosi. Konsep kematangan emosi adalah konsep normatif dalam psikologi perkembangan yang berarti bahwa seorang individu telah menjadi seorang yang dewasa. Individu yang telah matang secara emosi maka sudah dapat dikatakan dewasa. Orang dewasa adalah orang yang telah mengembangkan kemampuannya untuk membangun dan memelihara hubungan pribadi. Kematangan melibatkan dua kemampuan yaitu kemampuan untuk memberi dan menerima. Kematangan orang dewasa dapat dilihat dalam hal empati (kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain), tanggung jawab, dan stabilitas. Orang dewasa yang memutuskan untuk menikah berarti telah sanggup untuk membangun suatu tanggung jawab dan memasuki suatu komitmen. Komitmen jangka panjang merupakan salah satu bentuk tanggun jawab dalam suatu pernikahan, yang dikaitkan dengan stabilitas kematangan. b) Kesiapan Usia Kesiapan usia sama halnya melihat berapakah usia yang cukup untuk menikah. Pada dasarnya usia dikaitkan dengan kedewasaan atau kematangan, karena proses untuk menjadi individu yang matang atau dewasa membutuhkan waktu sampai individu tersebut menjadi dewasa secara emosi atau pribadi. Individu yang telah dewasa dari segi usia tentunya akan memutuskan untuk menikah. Kematangan individu merupakan faktor keberhasilan dalam perkawinan. Usia bukan satu-satunya penentu untuk keberhasilan atau kegagalan dalam suatu pernikahan (Duvall 1971). c) Kematangan Sosial Kematangan sosial dapat dilihat dari: 1) Pengalaman berkencan (enough dating), merupakan salah satu sumber kematangan sosial. Pengalaman berkencan yang dilihat dengan adanya keinginan untuk mengabaikan lawan jenis yang tidak dikenal secara dekat, namun membuat komitmen dalam membangun hubungan hanya dengan seseorang yang khusus yang telah dikenal. Saat seseorang merasakan ketidakamanan selama berkencan, maka seseorang tersebut telah siap untuk menikah, sehingga dalam proses berkencannya akan merasa lebih aman.
9 15 2) Pengalaman hidup sendiri (enough single life), selain seseorang telah cukup melakukan kencan, seseorang juga memerlukan waktu untuk hidup mandiri sementara waktu tanpa harus bergantung kepada orangtua. Seorang individu, khususnya wanita merasa perlu untuk membuktikan pada diri mereka sendiri, orangtua, dan pasangan bahwa mereka mampu untuk mengambil keputusan dan mengatur takdirnya sendiri. d) Kesehatan Emosional Kepribadian manusia begitu kompleks sehingga permasalahan emosional yang dirasakannya juga dapat dalam berbagai bentuk. Permasalahan yang biasanya dimiliki manusia dalam ketidakmampuannya menyesuaikan diri dengan emosional diantaranya adalah kemurungan, kecemasan, merasa tidak aman, curiga, dan lain-lain. Jika hal tersebut berada tetap pada diri seseorang, maka ia akan sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain. e) Kesiapan Model Peran Banyak orang belajar bagaimana menjadi suami dan istri yang baik. Dalam prosesnya seseorang belajar menjadi suami atau istri yang baik dengan melihat dari figur ayah dan ibu mereka. Orangtua yang memiliki figur suami dan istri yang baik dapat mempengaruhi kesiapan menikah anak-anak mereka. Setiap pasangan perlu mengetahui apa saja peran mereka setelah menikah. Peran yang ditampilkan harus sesuai dengan tugas-tugas mereka sebagai suami ataupun istri. 2. Kesiapan Situasional (Circumstantial) a) Kesiapan Finansial (Sumberdaya Keuangan) Penghasilan minimum yang harus dimiliki pasangan bervariasi tergantung kepada standar hidup yang diinginkan. Seseorang menunjukkan kesiapan untuk menikah yang cenderung mengukur sumberdaya mereka dari potensi penghasilannya. Seseorang yang siap secara finansial kemungkinan akan semakin siap juga untuk menikah. b) Kesiapan Waktu Kesiapan waktu dalam kesiapan menikah yaitu proses perencanaan yang diperlukan dalam mempersiapkan proses pernikahan, bulan madu, dan tahun pertama pernikahan. Persiapan rencana pernikahan perlu dipersiapkan dengan matang agar berdampak baik pada awal-awal kehidupan pernikahan.
10 16 Anak Usia Prasekolah Rentang usia anak prasekolah menurut para ahli berbeda-beda. Menurut Duvall anak prasekolah adalah anak yang berusia pada rentang antara 2,5-5 tahun. Menurut Hurlock usia anak prasekolah berada diantara usia 2-6 tahun, sedangkan menurut Erikson anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-5 tahun yang masuk kedalam tahap initiative vs guilt (inisiatif lawan rasa bersalah). Anak usia prasekolah secara umum lebih independen dan berinisiatif untuk mencoba hal baru, mulai menelusuri penggunakan kata dan kalimat, pertumbuhan fisik lebih lamban dari tahun pertama, mulai belajar melompat, menendang, melempar, memegang pensil, menulis, memasang kancing baju, menggunakan resleting, dan menggosok gigi (Maila 2002). Pengertian perkembangan menurut Hurlock adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Kematangan adalah terbukanya sifat-sifat bawaan individu, sedangkan pengalaman dapat diartikan sebagai proses belajar dimana belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha dari pihak individu. Dua faktor tersebut merupakan faktor penting dari perkembangan (Hurlock 1980). Perkembangan anak sangat bervariasi tergantung individu dan tergantung pada kesempatan untuk belajar dan tumbuh (Duvall 1971). Menurut Evans, Myers, dan Ilfeld (2000) dalam Lestari (2010), perkembangan memiliki beberapa prinsip, salah satunya adalah bahwa perkembangan itu bersifat holistik yang terdiri dari beberapa dimensi yang saling berkaitan. Dimensi perkembangan tersebut yaitu dimensi psikomotorik, kognitif, bahasa, sosial, emosi, dan moral. Terdapat berbagai macam cara untuk mengukur perkembangan anak, salah satunya adalah dengan menggunakan instrumen Bina Keluarga Balita (BKB). Aspek-aspek perkembangan yang diukur dalam instrumen BKB diantaranya yaitu; 1. Perkembangan motorik kasar, yaitu keterampilan bergerak yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar otot-otot tubuh. Dalam keterampilan ini, anak laki-laki biasanya mengungguli anak perempuan, karena anak laki-laki sedikit lebih kuat dan memiliki lebih banyak otot dibandingkan anak perempuan (Papalia & Olds 2008). 2. Perkembangan motorik halus, yaitu keterempilan bergerak yang dilakukan dengan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Dalam keterampilan ini kemampuan anak perempuan selangkah lebih maju dibandingkan anak laki-
11 17 laki. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kerangka tulang ataupun karena perbedaan perilaku sosial yang diharapkan lingkungan dari anak laki-laki maupun anak perempuan (Papalia & Olds 2008). 3. Perkembangan bahasa. Bahasa merupakan salah satu bentuk komunikasi baik secara lisan tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada simbol-simbol. Komunikasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu; komunikasi aktif dan pasif. Komunikasi aktif adalah kemampuan untuk mengungkapan perasaan, keinginan, dan pikiran melalui kata-kata, sedangkan komunikasi pasif adalah kemampuan untuk mengerti bahasa isyarat dan pembicaraan orang lain. Papalia dan Olds (2008) menyebutkan bahwa perbendaharaan kata anak usia tiga hingga empat tahun adalah sekitar kata dan meningkat menjadi sebanyak kata ketika berusia empat hingga lima tahun. Saat berusia lima hingga enam tahun, perbendaharaan kata anak menjadi hingga kata. 4. Perkembangan kognitif, yaitu kemampuan anak dalam hal daya tangkap, daya pikir, daya ingat, dan memecahkan masalah. Kemampuan kognitif anak mulai berkembang pada tahun kedua, terutama kemampuan untuk mengenal dan menggunakan simbol-simbol. Pada akhir tahun keempat, perkembangan fungsi kemampuan melihat, mengendalikan emosi, kebiasaan dalam merespon dan pemahaman simbol sudah berakhir. Namun kemampuan untuk memahami konsep kuantitas seperti membandingkan besaran atau volume mulai berkembang (Papalia & Olds 2008). 5. Perkembangan kemandirian, yaitu kemampuan anak untuk dapat melakukan sendiri hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau dapat diartikan sebagai keterampilan untuk membantu diri sendiri. Orangtua yang memberikan kepercayaan dan kebebasan bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungan, akan membentuk kepribadian anak menjadi lebih mandiri (Papalia & Olds 2008). 6. Kemampuan bergaul (sosial), yaitu kemampuan anak untuk dapat bergaul atau berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga, orang lain, maupun teman seusianya. Anak usia prasekolah sering disebut sebagai masa prakelompok. Dasar untuk sosialisasi diletakkan dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada dengan benda akan lebih
12 18 mengembangakan kecakapan sosialnya sehingga mereka lebih populer daripada anak yang berinteraksi sosialnya terbatas (Hurlock 1980). Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan Carroll, Badger, Willoughby, Nelson, Madsen, dan Barry (2009) menunjukkan bahwa kesiapan pernikahan dipandang oleh orang dewasa muncul sebagai proses pengembangan kompetensi interpersonal, membuat komitmen seumur hidup, dan memperoleh kapasitas untuk merawat orang lain. Temuan ini juga menunjukkan bahwa orang dewasa muncul banyak hal menuju kedewasaan dan menjadi siap untuk menikah sebagai dua transisi yang berbeda dalam kehidupan, pertama melibatkan pergeseran dari yang awalnya dirawat oleh orang lain (orangtua) menjadi merawat diri sendiri dan kedua transisi dari perawatan diri sendiri menjadi merawat orang lain (suami atau isteri dan anak). Kematangan emosi merupakan aspek yang penting dalam kesiapan menikah (Blood 1978). Hasil penelitian yang dilakukan Katyal dan Awasthi (2005) menunjukkan bahwa kecerdasan emosi perempuan lebih baik dibandingkan lakilaki. Kecerdasan emosi berhubungan dengan menjaga dan mengekspresikan emosi yang terlihat dari kemampuan empati, tanggung jawab sosial, dan hubungan interpersonal. Perempuan lebih sensitif dalam mengekspresikan emosinya, sehingga perempuan lebih mampu menjaga emosi dan hubungan personalnya daripada laki-laki. Stabilitas perkawinan dan kepuasan dapat diprediksi berdasarkan kualitas hubungan pranikah (Fowers, Montel, & Olson 1996). Penelitian yang dilakukan oleh Fowers, Montel, dan Olson (1996) adalah mengenai empat tipe hubungan pranikah, yaitu tipe penuh vitalitas, harmonis, tradisional, dan berkonflik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe hubungan berkonfilk yang paling mungkin untuk bercerai. Tipe penuh vitalitas memiliki tingkat kepuasan tertinggi diikuti oleh tipe harmonis, tradisional, dan berkonflik. Pasangan tradisional lebih kecil kemungkinan untuk bercerai dibandingkan pasangan harmonis, meskipun pasangan harmonis memiliki skor kepuasan yang lebih tinggi sebelum menikah. Gottman dan Levenson (1992) melakukan penelitian terhadap dua kelompok yang berbeda, yaitu pasangan regulasi dan nonregulasi, untuk mengidentifikasi proses perkawinan terkait dengan teori keseimbangan pernikahan. Diketahui bahwa dibandingkan dengan pasangan regulasi,
13 19 pasangan nonregulasi memiliki; (1) masalah pernikahan, (2) kepuasan penikahan lebih rendah, (3) kesehatan yang lebih buruk, (4) amplitudo denyut nadi lebih kecil, (5) penilaian negatif untuk interaksi, (6) ekspresi emosi yang lebih negatif, (7) ekspresi emosional yang kurang positif, (8) lebih keras kepala dan menarik diri dari interaksi, dan (9) resiko yang lebih besar untuk perceraian perkawinan. Larsen dan Olson (1989) menunjukkan pentingnya masa pranikah sebagai dasar untuk pernikahan dan kemampuan mempersiapkan diri untuk mengenali pasangan yang beresiko tinggi sebelum menikah melalui konseling pranikah. Konseling pranikah berpotensi membantu pasangan beresiko tinggi untuk membangun sebuah pernikahan yang lebih memuaskan. Perkembangan anak tidak terlepas dari keberadaan keluarga terutama orangtua. Stimulasi yang diberikan oleh orangtua diyakini memiliki efek sebagai penguat yang berguna untuk perkembangan anak. Hal tersebut merupakan salah satu tugas perkembangan keluarga yang harus dijalankan agar anak dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Hasil penelitian Sartono (1996) menyebutkan bahwa pendidikan agama, kasih sayang, perkembangan anak, situasi kondusif, pembentukan kebiasaan, keteladanan, motivasi, bimbingan serta komunikasi merupakan faktor-faktor penting untuk keberhasilan pendidikan anak dalam keluarga. Faktor-faktor tersebut dapat dikatakan merupakan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh keluarga. Pemberian stimulasi yang dilakukan oleh orangtua dan pengasuh dapat mendukung perkembangan anak secara optimal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Briawan (2008) menunjukkan bahwa ibu pada keluarga miskin umumnya kurang perhatian terhadap perkembangan anak, sehingga pemberian stimulasi pada anak masih kurang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kasuma (2001) dalam Briawan (2008) bahwa keadaan ekonomi dapat mempengaruhi pengasuhan orangtua terhadap anaknya. Faktor genetis dan lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Di dalam penelitian yang dilakukan Latifah, Alfiasari, dan Hernawati (2009) faktor-faktor yang dilihat dalam perkembangan anak adalah faktor lingkungan psikososial dan faktor keluarga. Uji regresi yang dilakukan terhadap variabel-variabel tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu atau pengasuh memberikan pengaruh signifikan positif terhadap total skor perkembangan anak.
14
KESIAPAN MENIKAH DAN PELAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH INE RAHMATIN
1 KESIAPAN MENIKAH DAN PELAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH INE RAHMATIN DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah
7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciMenurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia
57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sosial yang semakin kompleks menuntut keluarga untuk dapat beradaptasi secara cepat (Sunarti 2007). Duvall (1971) menjelaskan bahwa perubahan ini berdampak pada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Dewasa Muda. Tabel 1 Pendapat ahli mengenai tahapan masa dewasa dan usianya
7 Tahap perkembangan dewasa muda TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Muda Penentuan usia dewasa muda menurut pendapat beberapa ahli disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai usia dewasa muda,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak
25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu
Lebih terperinciHASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi
43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Remaja
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Namun saat ini adolescence memiliki arti yang lebih luas mencakup kematangan mental,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan
1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan setiap individu. Hal tersebut menjadi suatu kabar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya
Lebih terperincigolongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai
PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciKonsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan
Konsep Keluarga Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan Definisi Klg merupakan kumpulan individu didasarkan hubungan tali perkawinan, hub darah dan tempat tinggal dalam satu rumah ( Friedman, 1998)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa strata satu adalah individu yang memasuki masa dewasa awal. Santrock (2002) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Resolusi Konflik Setiap orang memiliki pemikiran atau pengertian serta tujuan yang berbeda-beda dan itu salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu hubungan kedekatan
Lebih terperinciMei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns.
Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns. Definisi keluarga Family (yunani) kumpulan individu yang hidup di bawah seorang KK dan di dalam rumah terdiri dari org tua, org dewasa, anak-anak, saudara & pembantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai konteks komunikasi yang berbeda-beda. Salah satu konteks komunikasi yang paling sering dihadapi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mencari pasangan hidupnya dan menjalin suatu hubungan serta melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan yang sah dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciPENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar
TUGAS TUGAS PERKEMBANGAN (Developmental Task) PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemburuan merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan antarindividu. Afeksi yang terlibat dalam hubungan tersebut membuat individu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada BAB ini akan dibahas secara teoritis tentang komitmen pernikahan. Untuk menjelaskan permasalahan diperlukan landasan dalam penyusunan kerangka berpikir. Adapun teori-teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati tahap demi tahap perkembangan dalam kehidupannya. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang menurut Havighurst
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA
PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh : FAJAR TRI UTAMI F 100 040 114 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciGAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI
GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI SKRIPSI Oleh : Christine Artha Rajagukguk 1100015445 JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS HUMANIORA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA 2012 GAMBARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang dalam menjalankan kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk
Lebih terperinciPELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS
Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS 1 Dyah Astorini Wulandari, 2 Suwarti 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan keluarga. Setiap pasangan yang mengikrarkan diri dalam sebuah ikatan pernikahan tentu memiliki harapan agar pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, pada masa dewasa merupakan masa yang paling lama dialami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pernikahan merupakan komitmen yang disetujui oleh dua pihak secara resmi yang dimana kedua pihak tersebut bersedia untuk berbagi keitiman emosional & fisik, bersedia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik sendiri dalam pelaksanaan pembangunan yang menuntut semua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua pembangunan yang menyangkut masyarakat mempunyai karakteristik sendiri dalam pelaksanaan pembangunan yang menuntut semua pihak untuk senantiasa menggerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu
Lebih terperinciSecara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling
A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk
Lebih terperinciHASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
31 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Luas wilayahnya adalah 157,9 Ha. Batas wilayah Kelurahan Bubulak adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd Pertumbuhan : Perubahan fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berjalan normal pada anak yang sehat dalam perjalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalani suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Locus Of Control. (Cvetanovsky et al, 1984; Ghufron et al, 2011). Rotter (dalam Ghufron et al 2011)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Locus Of Control 1. Pengertian Locus of Control Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang menjelaskan bahwa individu berperilaku dipengaruhi ekspektasi mengenai dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan untuk berpasangan yang lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan bahwa pernikahan adalah salah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pernikahan 2.1.1 Pengertian Pernikahan Secara umum, pernikahan merupakan upacara pengikatan janji nikah yang dilaksanakan dengan menggunakan adat atau aturan tertentu. Sedangkan
Lebih terperinci