BAB V PENUTUP. pada bab sebelumnya, maka berbagai kesimpulan yang diberikan penulis antara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP. pada bab sebelumnya, maka berbagai kesimpulan yang diberikan penulis antara"

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka berbagai kesimpulan yang diberikan penulis antara sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini adalah sebagai berikut: - Budaya yang sangat dipercayai oleh masyarakat Desa Lencoh antara lain: pandangan bahwa jika anak tidak segera dilamar maka akan menjadi perawan tua, karena jika anak menikah di usia muda maka akan menjadi hal yang sangat membanggakan bagi orang tua, anggapan bahwa anak perempuan yang segera dinikahkan maka akan mengurangi beban keluarga karena setelah menikah maka akan ditanggung oleh suaminya, pandangan bahwa jika ada anak perempuan yang dilamar dan menolak adalah suatu hal yang tidak baik karena jika anak tersebut menolak lamaran maka kedepannya akan sulit mendapat jodoh, keinginan orang tua untuk mempererat tali persaudaraan dengan cara menjodohkan anak-anak mereka dengan saudara sendiri walaupun umur anak-anak mereka masih muda, dan anggapan bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang tidak 131

2 terlalu penting karena jika anak sudah bisa membaca dan menulis dianggap sudah cukup. - Faktor pendidikan yang sangat rendah mempengaruhi sulitnya pandangan masyarakat yang sulit diubah dan jenis pekerjaan yang ada di masyarakat Desa Lencoh. Selain itu juga mempengaruhi diberbagai aspek kehidupan, misalnya saja bersangkutan dengan pengasuhan anak yang akan dilakukan oleh pasangan pernikahan usia dini setelah mereka memiliki anak. - Faktor Ekomoni, keadaanya masyarakat yang mayoritas keadaan ekonominya menengah kebawah sehingga orang tua yang memiliki anak perempuan menganggap anak tersebut sebagai beban keluarga. Jadi untuk mengurangi beban keluarga tersebut anak akan dijodohkan atau harus menerima lamaran dari calon suaminya. - Keinginan orang tua, dimana masyarakat menganut sistem patriarki. Kekeluargaan patriarki dimana segala kekusaan dan keputusan berada di tangan kepala keluarga. Pada keluarga Patriarki perkawinan ditentukan oleh orang tua dengan didasarkan pada kebijaksanaan, ekonomi dan status sosial. Keinginan orang tua untuk mempererat tali persaudaraan dengan cara menjodohkan anak-anak mereka dengan saudara sendiri walaupun umur anak-anak mereka masih muda. 132

3 2. Pola asuh yang diterapkan oleh pasangan pernikahan usia dini adalah sebagai berikut: a. Pasangan pernikahan usia dini yang mayoritas pendidikannya rendah dan umur pasangan muda ini belum mempunyai pengetahuan tentang pengasuhan anak. Dengan demikian pengetahuan tentang pengasuhan anak didapat dari keluarga, saudara terdekat, tetangga, dukun bayi, kader Poyandu dan juga dari internet. Pengetahuan yang sering diberitahukan adalah mengenai perawatan bayi seperti memandikan, memakaikan baju, pemberian ASI dan makanan bayi, dan tentang kesehatan anak. b. Mengingat umur pasangan pernikahan usia dini tersebut masih terbilang umur anak maka saat mengasuh anak masih sangat membutuhkan bantuan dari orang tua. Bantuan yang sangat dibutuhkan misalnya saat mengasuh anak karena karena para pasangan usia dini ini mayoritas bekerja sebagai petani sehingga sangat membutuhkan bantuan tersebut terutama saat pasangan tersebut pergi ke ladang. c. Pengasuhan anak mencakup pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga hal tersebut dapat ita lihat dari pemberian ASI, pemberian makanan yang bergizi, pendidikan moral. Pendidikan moral disini adalah orang tua mengajarkan sopan santun, sikap yang baik, kedisiplinan, mematuhi aturan yang dibuat oleh orang tua. Hal tersebut yang nantinya anak mempengaruhi baik atau tidaknya sosialisasi anak dengan lingkungan sekitarnya. 133

4 d. Pola asuh yang diterapkan pada pasangan pernikahan usia dini yang telah diwawancarai adalah pola asuh permisif karena orang tua memberikan peraturan kepada anak, tetapi juga memberikan kebebasan untuk anak untuk melakukan suatu hal. Maksudnya adalah orang tua akan memberi bimbingan dan pengarahan untuk melakukan pekerjaan rumah yang nantinya adalah suatu kebiasaan yang akan dilakukan anak sehari-hari. Selain itu juga kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua menyebabkan kurang dekatnya hubungan anak dan orang tua tersebut. jadi anak terkesan pendiam, dan kurang bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. B. Implikasi 1. Implikasi Empiris Berbagai data telah didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dengan kata lain penelitian ini dapat menguak faktor-fakor pernikahan usia dini yang terjadi di tempat penelitian yang sudah ditentukan. Faktor-faktor yang ditemukan adalah sebagai berikut: a. Faktor budaya yang mencakup banyak hal yang masih dipercayai masyarakat Desa Lencoh antara lain pandangan bahwa jika anak tidak segera dilamar maka akan menjadi perawan tua, karena jika anak menikah di usia muda maka akan menjadi hal yang sangat membanggakan bagi orang tua, anggapan bahwa anak perempuan yang segera dinikahkan maka akan mengurangi beban keluarga karena setelah menikah maka akan 134

5 ditanggung oleh suaminya, pandangan bahwa jika ada anak perempuan yang dilamar dan menolak adalah suatu hal yang tidak baik karena jika anak tersebut menolak lamaran maka kedepannya akan sulit mendapat jodoh, keinginan orang tua untuk mempererat tali persaudaraan dengan cara menjodohkan anak-anak mereka dengan saudara sendiri walaupun umur anak-anak mereka masih muda,anggapan bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang tidak terlalu penting karena jika anak sudah bisa membaca dan menulis dianggap sudah cukup. b. Faktor pendidikan yang sangat rendah mempengaruhi sulitnya pandangan masyarakat yang sulit diubah dan mempengaruhi jenis pekerjaan yang ada di masyarakat Desa Lencoh. Masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani sayuran dan tembakau sehingga juga pendapatan mereka juga rendah sehingga masyarakat lencoh termasuk masyarakat menengah kebawah. Dengan pendapatan yang kecil sehingga orang tua pun tidak mampu menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi. Dan juga pandangan masyarakat yang kurang sadar akan pendidikan sehingga jika anak sudah bisa membaca dan menulis dianggap sudah cukup, dengan demikian pengetahuan masyarakat pun sulit berkembang. Selain itu juga mempengaruhi diberbagai aspek kehidupan, misalnya saja bersangkutan dengan pengasuhan anak yang akan dilakukan oleh pasangan pernikahan usia dini setelah mereka memiliki anak. mengenai hal pendidikan ini pemerintah Kabupaten Boyolali sudah berusaha mencari jalan keluar 135

6 dengan berbagai program yang berkaitan dengan pendidikan namun tidak efektif hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pendidikan masih sangat kurang. c. Faktor Ekomoni, keadaanya masyarakat yang mayoritas keadaan ekonominya menengah kebawah sehingga orang tua yang memiliki anak perempuan menganggap anak tersebut sebagai beban keluarga. Jadi untuk mengurangi beban keluarga tersebut anak akan dijodohkan atau harus menerima lamaran dari calon suaminya. Faktor ekonomi ini juga berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya juga mempengaruhi tingkat pendidikan, budaya dan juga gaya hidup masyarakat. Gaya hidup masyarakat yang bisa dibilang boros karena di Desa Lencoh memiliki 3 perayaan besar yaitu metik Desa, syawalan, dan bersih desa. Dari hasil penelitian ketiga perayaan tersebut sangat mempengaruhi pengeluaran yang dilakukan masyarakat Desa Lencoh. Karena budaya gengsi yang ada dalam masyakat membuat mereka saling berlomba-lomba menyajikan hidangan yang mewah saat ada perayaan besar. Bahkan dapat dikatakan hasil kerja yang mereka dapat akan habis saat ada perayaan tersebut. d. Keinginan orang tua, dimana masyarakat menganut sistem patriarki.. Pada keluarga Patriarki perkawinan ditentukan oleh orang tua dengan didasarkan pada kebijaksanaan, ekonomi dan status sosial. 136

7 Pernikahan usia dini yang terjadi di Desa Lencoh yang disebabkan oleh faktor-faktor diatas merupakan suatu hal yang wajar bagi masyarakat Desa lencoh. Faktor-faktor diatas selain menjadi penyebab pernikahan dini namun juga berpengaruh pada pola asuh yang dilakukan para pasangan usia dini. Karena umur mereka yang sangat muda sehingga pasangan tersebut belum siap secara psikologi dalam mengasuh anak sehingga para pasangan muda ini masih sangat tergantung dengan orang tua. Selain itu karena umur mereka yang masih sangat muda sehingga tingkat pendidikannya pun juga rendah hal ini berkaitan dengan pengetahuan tentang pengasuhan anak yang dimiliki pasangan usia dini tersebut dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan anak dan pemberian makanan bergizi untuk anak. dengan keterbatasan pengetahuan maka pasangan usia dini tersebut sangat membutuhkan bimbingan pengasuhan terutama dari orang tua atau keluarga, selanjutnya pengetahuan tambahan dari para tetangga, kader Posyandu dan dukun bayi. Pengetahuan yang sangat dibutuhkan adalah saat awal-awal setelah melahirkan yaitu berkaitan dengan perawatan bayi misalnya memandikan bayi, memakaikan pakaian, dan pemberian ASI dan makanan untuk bayi. Dari hasil penelitian yang didapat yang berkaitan dengan pengasuhan adalah para pasangan pernikahan usia dini ini sangat membutuhkan bantuan dari orang tua untuk mengasuh anak-anak mereka terutama saat para pasangan usia dini ini pergi ke ladang untuk bekerja. Untuk mengatur anak agar disiplin para pasangan pernikahan usia dini membuat 137

8 peraturan untuk anak-anak mereka baik yang masih usia balita maupun yang sudah sekolah. Untuk yang sudah sekolah antara SD, SMP, dan SMP anak akan diajari berbagai pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci piring, mencuci baju, membersihkan rumah, mengambil air, dan memasak. Menurut para pasangan pernikahan usia dini mengajarkan berbagai pekerjaan rumah tersebut agar anak bisa belajar mandiri dan disiplin, selain itu juga agar anak bisa membantu orang tua karena orang tua sudah sibuk dengan pekerjaan ladang. Dari berbagai pola asuh yang ada kebanyakan pasangan pernikahan usia dini tersebut menggunakan pola asuh permisif hal itu bisa dilihat karena orang tua memberikan peraturan kepada anak, tetapi juga memberikan kebebasan untuk anak untuk melakukan suatu hal. Orang tua hanya memberi bimbingan atau pengarahan sekali setelah itu akan dilepaskan karena hal itu sudah menjadi suatu kebiasaan yang akan dilakukan anak. Pernikahan usia dini akan selalu terjadi di Desa Lencoh akan terus terjadi jika masyarakat sulit untuk mengubah pandangan mereka tentang perjodohan dan kebuayaan lain. Dan jika masyarakat belum sadar akan pentingnya pendidikan bagi mereka maka juga akan sulit mengubah pandangan mereka. Selain itu dengan pendidihan yang baik maka akan membentuk masyarakat yang cerdas dan lebih mudah menerima perubahan yang ada. Selain itu hal tersebut juga akan mempengaruhi pola asuh yang akan diterapkan masyarakat sehingga anak-anak mereka akan menjadi penerus bangsa yang lebih membanggakan, 138

9 2. Implikasi Teoritis Implikasi teori didasarkan pada teori yang digunakan dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori tindakan sosial dari Max Weber. Dalam teori tindakannya, tujuan Weber tak lain adalah memfokuskan perhatiannya pada individu, pola, dan regularitas tindakan dan bukan pada kolektivitas. Weber menggunakan tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan dengan cara mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar, yaitu: 5. harapan terhadap perilaku obyek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain, harapanmencapai tujuan tujuan lewat upaya dan perhitungan yang rasional. 6. keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku- perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain yang terlepas dari prospek keberhasilannya. 7. Yang ketiga adalah tindaka afektual ( yang hanya sedikit diperhatikan Weber) ditentukan oleh kondisi emosi aktor, 8. Dan yang keempat adalah tindakan tradisional ( yang lebih mendapat tempat dalam karya Weber) ditentukan oleh cara bertindak aktor yang biasa dan telah lazim dilakukan. Dalam penelitian ini dapat dianalisis dengan menggunakan teori tindakan sosial yang sudah terbagi menjadi 4 jenis yang telah disebutka diatas, 139

10 keempat tindakan dasar tersebut sangat berkaitan jika menganalisis tentang fakrot pernikahan usia dini dan pola asuh yang diterapkan para pasangan pernikahan usia dini dalam mengasuh anak-anak mereka. Hal ini dapat dilihat karena adanya faktor-faktor pernikahan dini yang sudah terbentuk sejak dulu sehingga masyarakat Desa Lencoh sulit untuk mengubah hal tersebut. Dengan adanya faktor-faktor tersebut adalah suatu sarana atau syarat untuk mencapai tujuan yang diinginkan orang tua yaitu menikahkan anaknya. Pencapaian tujuan yang dilakukan atau tindakan rasional yang dilakukan para orang tua di Desa Lencoh karena adanya faktorfaktor atau sarana yang telah disebutkan tadi adalah dengan cara menikahkan anak-anak mereka meskipun usia mereka asih sangat muda. Dengan umur yang masih muda sehingga para pasangan muda tersebut masih memiliki emosi yang masih labil dan pengetahuan tentang pengasuhan anak masih sangat kurang ( tindakan afektif). Dengan demikian para pasangan pernikahan usia dini tersebut sangat membutuhkan bantuan dan pengetahuan pengasuhan anak dari orang tua, tetangga, kader Posyandu dan dukun bayi sebagai wujud tidanakan nilai. Tindakan nilai ini berkaitan dengan pengetahuan pengasuhan yang diberikan pada pasangan pernikahan usia dini saat mengasuh anak. selanjutnya dengan kebiasaan yang aada dan tindakan yang dilakukan secara berulang dalam pengasuhan anak yang biasanya dalam bentuk peraturan merupakan salah satu tindakan tradisional yang dilakukan para pasangan 140

11 pernikahan usia dini dalam mengasuh anak mereka agar menjadi anak yang sesuai keinginan mereka. Pola asuh yang diterapkan oleh pasangan pernikahan usia dini tersebut yaitu : a. Pola asuh permisif : Dikatakan permisif karena walaupun orang tua memberikan peraturan kepada anak namun tidak ada kontrol dari pasangan tersebut untuk peraturan yang telah pasangan tersebut buat. Hal ini terjadi karena pandangan masyarakat yang hanya berfikir tentang pekerjaan pertanian saja dan kurang memperhatikan kegiatan anak sehari-hari. b. Pola asuh demokratis : dapat dilihat para pasangan pernikahan usia dini selalu memberikan kebebasan pada anak untuk memilih sekolah maupun memberi kebebasan pada anak untuk melakukan suatu hal yang yang anakanak mereka sukai. Para pasangan tersebut hanya mendukung kegiatan yang anak-anak mereka lakukan asalkan kegiatan tersebut positif dan tidak aneh-aneh. c. Pola asuh otoriter : dapat dilihat dalam pola asuh yang diterapkan masyarakat Desa Lencoh dengan melihat banyaknya pernikahan usia dini disana sangat banyak. Karena pernikahan usia dini tersebut kebanyakan terjadi karena keinginan orang tua. hal ini terjadi karena budaya patriarki yang masyarakat anut sehingga kekuasaan tertinggi dipegang oleh orang tua dan anak dianggap golongan rendah yang harus mengikuti apa saja yang telah tetapkan orang tua untuk anak. Salah satunya menentukan 141

12 pasangan untuk anak-anak mereka. Dengan demikian pernikahan usia dini yang terjadi di Desa Lencoh akan sulit dihilangkan dan akan terus terjadi. Dari hasil penelitian pola asuh yang diterapkan para pasangan pernikahan usia dini ini mayoritas menggunakan pola asuh permisif dan demokratis, ada pula yang menggunakan gabungan pola asuh permisif dan demokratis. Dan juga pola asuh otoriter yang diterapkan kebanyakan masyakat Lencoh dalam hal menentukan pernikahan anak-anak mereka. Sehingga pernikahan usia dini di Desa Lencoh suli untuk dihilangkan karena pernikahan tersebut atas keinginan orang tua bukan keinginan anak. 3. Implikasi Metodologis Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan jenis fenimenologi. Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Dalam teknik pengumpulan data primer menggunakan wawancara, dan observasi. Dalam pengumpulan data primer dengan cara observasi adalah dengan mengikuti kegiatan posyandu di Dukuh Temu Sari dan ikut kumpul dengan masyarakat saat mereka ngobrol di salah satu rumah warga dan saat wawancara peneliti mewawancarai 27 informan yang terbagi menjadi 6 golongan yaitu: Pasangan pernikahan usia dini, anak pasangan pernikahan usia dini, orang tua dari pasangan pernikahan usia dini, tetangga, kader Posyandu dan Dukun bayi. Sementara itu dalam mengumpulkan data 142

13 sekunder dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi dari Kelurahan dan KAU Kecamatan Selo. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dimana sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang dianggap mengetahui permasalahan penelitian. Pedoman wawancara yang dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan penulis dalam mengorek informasi dari informan yang berkaitan dengan faktor-faktor pernikahan usia dini dan pola asuh yang diterapkan pasangan pernikahan usia dini dalam mengasuh anak mereka. Penggunaan teknik wawancara tersebut cukup membantu penulis dalam mengorek informasi selain itu juga membantu membuat suasana cukup mencair dan tidak kaku sehingga informan nyaman dalam menceritakan informasi yang dibutuhkan penulis. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Diawali dengan proses pengumpulan data primer ( Wawancara dan observasi) dan data sekunder ( dokumentasi). Kemudia direduksi data untuk memilah-milah data yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Selanjutnya dibantu dengan tabel dan matrik yang menyajikan data-data yang sesuai dan menarik kesimpulan sebagai tahap akir. Validitas data menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi dapat dilakukan atas dasar sumber data, teknik pengambilan data, waktu dan teori. 143

14 C. Saran 1. Bagi Pemerintah Daerah Mengingat faktor pernikahan usia dini yang terjadi di Desa Lencoh disebabkan oleh faktor budaya, pendidikan dan ekonomi. Dan pernikahan usia dini ini bisa berakibat ke hal yang negative misalnya pada proses pengasuhan anak yang kurang baik sehingga akan menjadi generasi muda yang kurang berkualitas. Hendaknya pemerintah daerah melakukan kerja sama dengan masayarakat sekitar untuk menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat akan pendidikan yang lebih baik. Karena faktor pendidikan ini akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial budaya masyarakat Desa Lencoh. Dengan kesadaran masyarakat tersebut sehingga mampu menekan pernikahan dini yang terjadi di Desa Lencoh. 2. Bagi Pasangan Pernikahan Usia Dini Dengan melihat faktor pernikahan usia dini dan pola asuh yang diterapkan oleh pasangan pernikahan usia dini dalam mengasuh anak mereka masih kurang efektif karena saat mengasuh anak mereka pasangan tersebut belum bisa menghendel sendiri sehingga anak kurang dekat dengan orang tua sehingga anak cenderung lebih pendiam. Selain itu kesadaran akan pendidikan para pasangan pernikahan usia dini tersebut sangat diperlukan karena jika anak dari pasangan pernikahan usia dini tersebut dapat menempuh pendidikan yang lebih baik maka akan menjadi generasi muda yang lebih bermanfaat 144

15 selain itu juga menjadi salah satu alternative untuk mengurangi terjadinya pernikahan usia dini di Desa Lencoh. 3. Bagi Orang tua Saran bagi orang tua agar pernikahan usia dini yang terjadi di Kelurahan Lencoh berkurang adalah dengan meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak. Mengingat pernikahan usia dini yang terjadi di Kelurahan Lencoh juga dipengaruhi oleh keinginan orang tua yang ingin menyambung atau lebih merekatkan tali persudaraan, selain itu juga budaya yang masih kental yang masih dianutatau dipercayai oleh para orang tua. Selain itu hendaklah orang tua ikut perperan aktif dalam program pemerintah untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak di Kelurahan Lencoh yang putus sekolah maupun anak yang ingin melanjutkan sekolah namun tidak mempunyai biaya. Karena dengan meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat maka secara otomatis juga akan mampu menekan terjadinya pernikahan usia dini. Selain itu juga peran orang tua sangatlah penting dalam pemberian pengetahuan tentang pola asuh anak pada pasangan pernikahan usia dini. Karena tanpa bantuan orang tua dalam mengasuh anak mereka dengan kondisi pasangan pernikahan usia dini yang masih labil sehingga pasangan tersebut masih sangat bergantung pada orang tua atau pun kerabat. Sehingga diharapkan orang tua dari pasangan pernikahan usia dini ini memberikan pengetahuan yang sesuai dengan anjuran kesehatan dan mampu 145

16 memberikan pembelajaran mana yang baik dan mana yang buruk kepada para pasangan pernikahan usia dini ini dalam mengasuh anak-anak mereka. 4. Bagi Posyandu Kasus pernikahan usia dini yang terjadi di Kelurahan Lencoh merupakan suatu hal yang dianggap biasa oleh masyarakat. Bahkan hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena budaya masyarakat yang sangat mendukung terjadinya pernikahan usia dini. Namun dilain pihak hal tersebut menjadi suatu masalah yang sulit untuk diselesaikan karena sudah menjadi suatu kebiasaan yang wajar dilakukan. Selain itu juga pernikahan yang dilakukan oleh anak yang usianya mereka masih terbilang muda mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang pengasuhan anak. Pengasuhan anak sangatlah penting karena kesiapan orang tua dalam mengasuh anak akan mempengaruhi kualitas anak tersebut dikehidupan sosial selanjutnya. Mengingat banyaknya pernikahan usia dini yang terjadi di Kelurahan Lencoh khususnya di Dukuh Temu Sari hendaklah Kader-kader Posyandu memberikan pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak yang mungkin belum terlalu diperhatikan oleh para pasangan pernikahan usia dini ( Misalnya Pemberian makanan yang bergizi, kebersihan makanan, dan mengenai penanganan awal saat anak sakit). Selanjutnya untuk lebih mengetahui tentang pengetahuan pengasuhan anak hendaklah Kader Posyandu lebih meningkatkan Kelas Ibu yang belum berjalan dengan baik. 146

17 5. Bagi Peneliti Penelitian ini hanya mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia dini Di Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali dan pola asuh yang seperti apa yang diterapkan para pasangan pernikahan usia dini dalam mengasuh anak-anak mereka sehingga menjadi anak yang membanggakan dan sesuai dengan keinginan para pasangan pernikahan usia dini tersebut. Oleh Karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara lebih mendalam menggunakan variabel lain yang berbeda dengan penelitian ini. 147

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia fenomena pernikahan usia dini bukanlah hal yang baru dalam masyarakat. Pernikahan usia dini merupakan suatu hal yang wajar karena dilihat dari sejarah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif jenis deskriptif dengan memberikan stimulus tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif jenis deskriptif dengan memberikan stimulus tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diajukan, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis deskriptif dengan memberikan stimulus tindakan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini yaitu 0-5 tahun, masa ini sering disebut sebagai fase Golden age. Fase golden age

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA BAB 2. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Perkawinan Dini Definisi umur anak dalam Undang-undang (UU) Pemilu No.10 tahun 2008 (pasal 19, ayat1) hingga berusia 17 tahun. Di Indonesia, menurut UU No 1/1974 tentang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle.

BAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle. BAB V PENUTUP A. Simpulan Sifat konsumtif merupakan suatu yang wajar dan pasti dimiliki oleh setiap manusia. Wedangan modern telah membuat pergeseran fungsi makan dari awalnya yang sebagai pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK 1 POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK Oleh: Santi Puspita Sari dan Poerwanti Hadi Pratiwi, M.Si Keluarga tidak akan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan 96 A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan Penyelenggaraan Makanan Anak Balita (Penelitian terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, proses pendidikan dapat terjadi dalam banyak situasi sosial yang menjadi ruang lingkup kehidupan manusia. Secara garis besar proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya.

BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya. BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis mencoba menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya. A. Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa.

BAB I PENDAHULUAN. pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah Allah SWT yang harus dijaga dan dibina, hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Keluarga sebagai sistem yang berinteraksi dan merupakan unit

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Progran Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Progran Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan LATAR BELAKANG UPAYA SERTA PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Kelurahan Purwoharjo Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Keraton Surakarta sebagai simbol obyek dan daya tarik wisata memiliki simbol fisik dan non fisik yang menarik bagi wisatawan. Simbol-simbol ini berupa arsitektur bangunan keraton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dan dibesarkan sehingga seringkali anak memiliki arti penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dan dibesarkan sehingga seringkali anak memiliki arti penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah terindah dan tak ternilai yang diberikan Tuhan kepada para orangtua. Tuhan menitipkan anak kepada orangtua untuk dijaga, dididik, dan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan menimbulkan banyak pola pikir pendidik. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada hakikatnya, tidak semua orang memilih untuk menikah di usia dini, banyak

BAB V PENUTUP. Pada hakikatnya, tidak semua orang memilih untuk menikah di usia dini, banyak BAB V PENUTUP Pada hakikatnya, tidak semua orang memilih untuk menikah di usia dini, banyak faktor yang menyebabkan orang memilih untuk menikah pada usia dini dan membentuk keluarga muda. Namun juga tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan

Lebih terperinci

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus territorial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuni Gantini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuni Gantini, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial Berbagai tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pernah dialami oleh lima orang mantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan aset dari kebudayaan nasional adalah bersumber dari puncak-puncak terindah, terhalus, terbaik

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan dan merupakan usia emas dalam proses perkembangan anak. Apabila pada masa tersebut anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka pemerintah berupaya

Lebih terperinci

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA Oleh : Andang Muryanta Sudah banyak kita ketahui pembahasan terkait Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang dilaksanakan BKKBN dalam Program

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB.

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB. BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB. PEKALONGAN A. Analisis Profil Keluarga Tidak Mampu Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB 1V ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi tentang Individu Bergelar Haji terhadap Interaksi. dikonsultasikan dengan r tabel dengan jumlah responden 96

BAB 1V ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi tentang Individu Bergelar Haji terhadap Interaksi. dikonsultasikan dengan r tabel dengan jumlah responden 96 BAB 1V ANALISIS DATA A. Pengaruh Regresi tentang Individu Bergelar Haji terhadap Interaksi Sosial Masyarakat Setelah data berhasil di uji dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dan diperoleh

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 23 BULAN DI POSYANDU DURI KEPA JAKARTA BARAT TAHUN 2016

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 23 BULAN DI POSYANDU DURI KEPA JAKARTA BARAT TAHUN 2016 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 23 BULAN DI POSYANDU DURI KEPA JAKARTA BARAT TAHUN 2016 Saya Yudan Nur Mubarok, mahasiswa Jurusan Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bantul merupakan sebuah kabupaten yang berada di bawah wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian perkawinan menurut para ahli sbb : santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tenteram dan bahagia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian perkawinan menurut para ahli sbb : santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tenteram dan bahagia. II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian perkawinan usia muda dan pengertian pola asuh serta berbagai macam bentuk pola asuhnya dari berbagai pengertian para ahli. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi, menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan yang memiliki fungsi membimbing serta

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dimulai dari kehidupan sosial, budaya hingga perekonomiannya. Kesuksesan

BAB V PENUTUP. Dimulai dari kehidupan sosial, budaya hingga perekonomiannya. Kesuksesan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Tionghoa merupakan suatu kajian yang sangat menarik untuk dibahas. Dimulai dari kehidupan sosial, budaya hingga perekonomiannya. Kesuksesan perekonomian Tionghoa dewasa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya serta menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Seorang anak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya serta menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Seorang anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian sangat penting dalam kehidupan seseorang, karena dengan kemandirian anak bisa menjadi lebih bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhannya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia merupakan dambaan setiap orang tua. Agar dapat mencapai hal tersebut terdapat berbagai kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA BAB II PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA 2.1 Keluarga Sejahtera Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswi adalah sebutan bagi wanita yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi sebagai dasar pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menopang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam setiap kehidupan manusia. Setiap manusia membutuhkan pendidikan. Dalam pendidikan diajarkan berbagai ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki banyak tujuan dalam kehidupan, salah satunya adalah untuk menciptakan manusia yang mandiri. Seperti yang tertera dalam Undang undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses ta aruf pasca

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses ta aruf pasca VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses ta aruf pasca menikah pada pasangan kader Partai Keadilan Sejahtera, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam pasal 1, butir 14 bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Agama merupakan faktor penting yang dapat membimbing manusia agar berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran agama yang dianut

Lebih terperinci

FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO

FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO ARTIKEL USWATUN KHASANAH NIM. 11070073 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Boyolali yang terletak di jantung Kota Boyolali merupakan salah satu pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Boyolali yang terletak di jantung Kota Boyolali merupakan salah satu pasar BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Boyolali khususnya di Pasar Kota Boyolali. Alasan pemilihan tempat penelitian yaitu Pasar Kota Boyolali yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam proses perkembangan peserta didik. Pendidikan juga sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan peserta didik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perlindungan anak sesuai denagan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945

I. PENDAHULUAN. perlindungan anak sesuai denagan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sudah selayaknya memberikan perhatian terhadap perlindungan anak sesuai denagan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 B (2) menyatakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN EVALUASI

BAB IV PEMBAHASAN DAN EVALUASI BAB IV PEMBAHASAN DAN EVALUASI A. Pembahasan Kuliah Kerja Nyata merupakan suatu pendidikan ilmu kemasyarakatan yang harus dipahami oleh mahasiswa. Mahasiswa akan merasa lebih terdidik untuk menghadapi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak serta kewajibannya (Abdulsyani, 2007:92) lain, hal ini sangat mempengaruhi peranannya dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak serta kewajibannya (Abdulsyani, 2007:92) lain, hal ini sangat mempengaruhi peranannya dalam masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umumnya kedudukan atau status berarti posisi atau tempat seseorang dalam sebuah kelompok sosial. Status sosial merupakan tempat seseorang secara umum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dengan cara orang tua mendidik anak dalam keluarganya. Maka

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dengan cara orang tua mendidik anak dalam keluarganya. Maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah dan harta yang paling berharga bagi setiap keluarga. Anak juga sebagai generasi penerus bangsa. Kehadiran anak akan sangat berpengaruh dengan

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui

Lebih terperinci

SUSI RACHMAWATI F

SUSI RACHMAWATI F HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Pada dasamya manusia merupakan individu yang beikembang. Dalam

BABI PENDAHULUAN. Pada dasamya manusia merupakan individu yang beikembang. Dalam . BABI PENDAHULUAN I BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasamya manusia merupakan individu yang beikembang. Dalam setiap tahap peikembangannya manusia selalu dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi yang saat ini semakin cepat dan berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam system dunia yang mengglobal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman dan tuntutan hidup, banyak masyarakat yang berbondong-bondong mencari pekerjaan, baik di dalam maupun di luar negeri. Bursa kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang terlalu muda. Usia muda artinya, usia yang belum matang secara medis dan psikologinya. Usia

Lebih terperinci

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA Listyaningsih Emai: listyaningsih@unesa.ac.id Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Dalam rangka membangun karakter setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan upaya mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat

Lebih terperinci

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Oleh: Wagiran (Anggota Pokja Gender bidang Pendidikan Provinsi DIY, Dosen FT Universitas Negeri Yogyakarta), maswa_giran@yahoo.com GENDER BERMASALAH? salah satu jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai tradisional, terutama dalam hal perkawinan. Perkawinan Jepang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian dan juga merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan pembangunan dimasa yang akan datang. Pembentukan sumber daya. yang saling berhubungan dalam pembentukan kualitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tantangan pembangunan dimasa yang akan datang. Pembentukan sumber daya. yang saling berhubungan dalam pembentukan kualitas manusia. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara yang maju, kuat dan makmur tidak hanya membutuhkan kekayaaan alam yang banyak dan pemimpin yang hebat, tetapi yang terpenting adalah sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengalaman siswa dalam mengembangkan keterampilan berpartisipasi sangat penting untuk dibangun pada jenjang persekolahan. Siswa sebagai generasi penerus yang

Lebih terperinci

2015 PERAN PKK DALAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS KEWARGANEGARAAN

2015 PERAN PKK DALAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS KEWARGANEGARAAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Indeks daya saing bangsa Indonesia terus mengalami perbaikan. Berdasarkan data yang dilansir oleh World Economis Forum (2011, hlm. 18) dalam Global Competitiviness

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teori tentang pedagogik, psikologi dan perkembangan ilmu-ilmu lain. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teori tentang pedagogik, psikologi dan perkembangan ilmu-ilmu lain. Setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah profesi strategis untuk menuju terciptanya pendidikan yang bermartabat, agar tercipta generasi yang memiliki sumber daya manusia yang handal. Keanehan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Tujuan Khusus 1 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa kepedulian ibu-ibu suku Dayak desa Tebedak Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempit, keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak dari hasil perkawinan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempit, keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak dari hasil perkawinan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terbentuk akibat adanya perkawinan berdasarkan agama dan hukum yang sah. Dalam arti yang sempit, keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan dini masih banyak terdapat di Indonesia, meskipun menurut Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan Perkawinan hanya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Partisipasi Kelompok Perempuan Joyosuran (KPJ) dalam pengelolaan lingkungan sebagai upaya mitigasi bencana banjir di Kelurahan Joyosuan. Banjir merupakan suatu yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN Syaifurrahman Hidayat, Prodi Ilmu Keperawatan FIK Universitas Wiraraja Sumenep, e-mail: dayat.fik@wiraraja.ac.id ABSTRAK Anak yang sehat

Lebih terperinci

KONSTRUKSI SOSIAL MEMBACA BUKU PERPUSTAKAAN DI KALANGAN SISWA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN 2014/2015. Bayu Aji Kurniawan

KONSTRUKSI SOSIAL MEMBACA BUKU PERPUSTAKAAN DI KALANGAN SISWA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN 2014/2015. Bayu Aji Kurniawan KONSTRUKSI SOSIAL MEMBACA BUKU PERPUSTAKAAN DI KALANGAN SISWA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN 2014/2015 Bayu Aji Kurniawan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci