KESIAPAN MENIKAH ISTRI DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA DENGAN ISTRI YANG MENIKAH MUDA DAN DEWASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESIAPAN MENIKAH ISTRI DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA DENGAN ISTRI YANG MENIKAH MUDA DAN DEWASA"

Transkripsi

1 23 KESIAPAN MENIKAH ISTRI DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA DENGAN ISTRI YANG MENIKAH MUDA DAN DEWASA Marital Readiness Of Wife And Child Development Aged 3-5 Years Within Family Whose Wife Married At Young And Adult Nurlita Tsania, Euis Sunarti, Diah Krisnatuti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan karakteristik keluarga, kesiapan menikah istri dan perkembangan anak usia 3-5 tahun pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. Desain penelitian yang digunakan adalah retrospective study dan cross sectional pada 120 contoh dari keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa yang baru memiliki anak pertama berusia 3-5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nyata pada beberapa karakteristik keluarga seperti jarak usia antara suami dan istri dan kejadian kehamilan yang tidak diinginkan. Satu dari empat wanita yang menikah muda memiliki riwayat kehamilan di luar nikah. Tingkat kesiapan menikah pada istri yang menikah muda lebih rendah dibandingkan dengan kesiapan menikah istri yang menikah di usia dewasa. Perbedaan nyata tersebut terdapat pada dimensi kesiapan sosial, emosi dan moral. Perkembangan anak tidak berbeda nyata antara kedua kelompok, namun secara keseluruhan perkembangan anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda terkategori sedang dan pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa terkategori baik. Berdasarkan penelitian ini diharapkan institusi pemberdayaan keluarga lebih gencar dalam mensosialisasikan aspek kesiapan menikah, usia ideal menikah, kesehatan reproduksi remaja, dan perkembangan anak kepada para remaja ditingkat sekolah menengah atas maupun perguruan tinggi. Kata kunci: kesiapan menikah, perkembangan anak, menikah muda ABSTRACT This study aimed to analyze the differences family characteristics, marital readiness of wife and development of children aged 3-5 years in a family with a wife who married young and adult. The design of study was retrospective and cross-sectional on a sample of 120 families with a wife who married young and adult who recently had her first child aged 3-5 years. The results showed there were significant differences in some family characteristics such as age gap between husband and wife and the incidence of unwanted pregnancies. 1 in 4 women who married young had a history of pregnancy out of wedlock. Marital readiness of wife who married young is lower than wife who married in adulthood.. There is a noticeable difference in the dimension of social, emotional and moral readiness of wife. Child development was not significantly different between two groups, but overall child development in family with mom married at young was in middle categorized and the other group (married at adult) was in

2 24 high categorized. According to this study is expected to family empowerment institution to be more frequent in socialization ascpect of marital readiness, ideal age of marriage, reproduction health, and child development for adolcesent in senior high school and university. Keywords: marital readiness, child development, early marriage PENDAHULUAN Sebesar 1,62 persen anak perempuan berusia tahun di Indonesia berstatus kawin dan pernah kawin. Sebagian kecil dari jumlah tersebut, 1,54 persen diantaranya berstatus kawin dan 0,08 persen berstatus cerai (cerai hidup dan cerai mati) (BPS 2011). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, karena dalam usia yang sangat muda anak-anak tersebut sudah mengalami perceraian baik cerai hidup maupun cerai mati (KPP dan PA 2012). Selain itu, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyebutkan angka fertilitas remaja pada kelompok usia tahun mencapai 48 dari kehamilan. Angka rata-rata itu jauh lebih tinggi dibandingkan temuan SDKI 2007 yaitu 35 dari kehamilan. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang masih berusia muda justru meningkat. Keutuhan perkawinan harus selalu dijaga, pasangan calon suami istri harus mempunyai bekal yang cukup agar siap dan mampu menghadapi segala kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga (Arjoso 1996), salah satunya adalah faktor usia. Keadaan perkawinan antara seseorang yang menikah pada usia yang belum matang dengan seseorang yang usia sudah matang, akan menghasilkan kondisi rumah tangga yang berbeda. Emosi, pikiran dan perasaan seseorang di bawah usia masih labil, sehingga tidak bisa mensikapi permasalahanpermasalahan yang muncul dalam rumah tangga dengan dewasa, melainkan dengan sikap yang lebih menonjolkan arogansi yaitu sifat yang mementingkan egonya masing-masing. Dampak dari menikah dini lainnya adalah akan sulit memperoleh keturunan yang berkualitas, abortus, perceraian, tidak ada kesiapan untuk berkeluarga, tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan (Maryanti dan Septikasari 2009; Munir 2003; KPP dan PA 2012). Memasuki jenjang pernikahan berarti calon pasangan harus siap dengan tugas dan peran baru yang tidak mudah utamanya dalam mengasuh anak. Kehadiran buah hati seringkali menimbulkan masalah tersendiri dalam sebuah keluarga baru apabila tidak ada penyesuaian yang baik antara suami dan istri, terlebih ketika pasangan tersebut belum memiliki kesiapan menikah yang baik. Pasangan harus memiliki cara yang disepakati bersama mengenai segala hal yang berhubungan dengan perencanaan yang berkaitan dengan anak dan cara pengasuhan (Fowers dan Olson 1989). Salah satu faktor penting dalam membuat keputusan untuk menikah dan penentu dalam kepuasan pernikahan adalah kesiapan menikah (Holman et al. 1997). Kesiapan menikah sangat penting untuk dipelajari karena hal ini merupakan dasar dalam membuat keputusan dengan siapa akan menikah, kapan harus menikah, kenapa harus menikah dan perilaku penundaan pernikahan (Larson dan Lamont 2005).

3 25 Penelitian yang mengkaji dampak pernikahan dini terhadap perkembangan anak sudah cukup banyak dilakukan di Negara-negara berkembang. Sekalipun demikian, penelitian ini mencoba untuk mengkaji perbedaan tingkat kesiapan menikah istri dan perkembangan anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa di wilayah perkotaan yang masih cukup jarang dikaji. Wilayah perkotaan yang identik dengan kemajuan di bidang pendidikan, ekonomi dan sosial nyatanya berdasarkan SDKI (2012) menunjukkan peningkatan jumlah wanita menikah berusia tahun menjadi 32 persen dari 26 persen pada tahun Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di pedesaan, dimana pada tahun 2012 angka pernikahan dini menurun menjadi 58 persen dibandingkan lima tahun sebelumnya yang mencapai angka 61 persen. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan di Kota Depok, Jawa Barat yang menunjukkan tingginya angka perceraian pada kelompok wanita usia umur tahun yaitu sebesar 3,30. Diperkirakan, tingginya angka perceraian perempuan berumur muda tersebut karena ketidaksiapan mereka dalam menjalani perkawinan (BPS 2010). TUJUAN PENELITIAN Menganalisis perbedaan karakteristik keluarga, kesiapan menikah istri dan perkembangan anak usia 3-5 tahun pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran akan tingkat kesiapan menikah istri yang menikah muda dan dewasa di wilayah perkotaan. Penelitian ini dapat dijadikan landasan agar program sosialisasi pendewasaan usia perkawinan lebih detail meningkatkan aspek kesiapan menikah yang relatif masih rendah di beberapa wilayah. Selain itu, remaja juga bisa belajar untuk semakin mantap mempersiapkan diri sebelum memutuskan untuk menikah karena konsekuensi menikah tanpa persiapan akan berdampak juga pada perkembangan anak. Sebagai orang tua juga diharapkan semakin peka akan aspek-aspek yang perlu diajarkan kepada buah hati agar semakin siap ketika berencana akan menikah. METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu dan retrospective study, yaitu penggalian informasi di masa lalu. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu di Kelurahan Ratu Jaya dan Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni Teknik Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dengan anak pertama usia 3-5 tahun yang dikelompokkan menjadi dua yaitu:

4 26 (1) keluarga dengan istri yang menikah usia muda (2) keluarga dengan istri yang menikah usia dewasa Responden Penelitian ini adalah ibu. Responden tinggal di kawasan kelurahan Bojong Pondok Terong dan Ratu Jaya, Kecamatan Cipayung. Pada kelurahan Bojong Pondok Terong dipilih 9 RW, sedangkan kelurahan Ratu Jaya di pilih 7 RW secara purposive. Pemilihan RW tersebut didasarkan atas data jumlah keluarga muda terbanyak yang diperoleh berdasarkan Data Kependudukan Kelurahan. Jumlah contoh dalam penelitian ini sebanyak 120 keluarga. Pengambilan contoh dilakukan secara stratified nonproportional random sampling dengan membedakan dua strata contoh yang menikah muda dan dewasa dengan masing-masing kelompok berjumlah 60 orang. Pembedaan ini didasarkan usia ideal bagi wanita menikah program Pendewasaan Usia Perkawinan BKKBN. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data kependudukan dan data monografi lokasi penelitian yang diperoleh dari Kantor Kelurahan dan Kecamatan setempat. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang meliputi karakteristik sosial-demografi keluarga (usia menikah, usia dan tingkat pendidikan, lama menikah, lama pacaran dan kehamilan di luar nikah) dan karakteristik ekonomi keluarga (pekerjaan dan pendapatan); kesiapan menikah istri; dan perkembangan anak (motorik kasar, motorik halus, bahasa pasif, bahasa aktif, kognitif, kemandirian dan kemampuan sosial). Kesiapan menikah terdiri dari tujuh aspek yaitu kesiapan intelektual, moral, emosi, sosial, individu, finansial, dan mental. Instrumen ini merupakan hasil modifikasi Sunarti et al. (2012) yang dikembangkan dari indikator Personal Value Scale (Scott 1965) untuk kesiapan intelektual; Goleman (2007) untuk kesiapan emosi dan sosial; dan Rapaport dalam Duvall (1971) untuk indikator kesiapan individu, finansial dan mental. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kesiapan menikah telah reliable dengan nilai Cronbach s Alpha sebesar 0,671. Perkembangan anak diukur dengan menggunakan instrumen Bina Keluarga Balita (BKB) dari BKKBN dengan nilai Cronbach s Alpha sebesar 0,813. Pengolahan dan Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik keluarga (usia suami istri, usia menikah suami dan istri, jarak usia antara suami dan istri, lama menikah, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan perkapita), karakteristik anak (jenis kelamin dan usia anak), kesiapan menikah istri dan perkembangan anak. 2. Uji beda digunakan untuk melihat perbedaan karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesiapan menikah istri dan perkembangan anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. Uji beda dilakukan menggunakan Independent Sample T-test.

5 27 HASIL PENELITIAN Karakteristik Keluarga Di tinjau dari segi pendidikan, hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara lama pendidikan suami dan istri pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. Rata-rata lama pendidikan suami pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa mencapai 11 tahun sedangkan lama pendidikan suami pada keluarga dengan istri yang menikah muda berada dibawahnya. Lama pendidikan istri pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa lebih lama dibandingkan yang menikah muda. Tabel 5 Sebaran rata-rata dan uji beda berdasarkan karakteristik keluarga KARAKTERISTIK USIA MENIKAH P-VALUE KELUARGA Muda Dewasa Rata-rata Rata-rata Pendapatan Perkapita (Rp/bln) Rp Rp ,879 Jarak Usia Suami Dan Istri (tahun) 5,6 3,8 0,020* Lama pendidikan suami (tahun) 10,6 10,9 0,375 Lama pendidikan istri (tahun) 9,8 10,5 0,153 Usia suami (tahun) 30,1 33,6 0,001** Usia istri (tahun) 24,5 29,9 0,000** Usia suami dan usia istri berbeda secara nyata pada kedua kelompok penelitian. Rata-rata usia suami pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa lebih tua (34 tahun) dibandingkan rata-rata usia suami pada keluarga dengan istri yang menikah muda (30 tahun). Hal yang sama juga terlihat pada karakteristik istri yang menunjukkan rata-rata usia istri lebih tua pada keluarga dengan istri yang menikah di usia dewasa. Selain itu, jarak usia suami istri antara kedua kelompok penelitian ini pun berbeda secara nyata (p=0,020). Rata-rata jarak usia antara suami dan istri pada keluarga dengan istri yang menikah muda ternyata jauh lebih besar hampir mencapai enam tahun dibandingkan pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa yaitu hanya sekitar empat tahun. Rata-rata pendapatan perkapita antara keluarga dengan istri yang menikah muda lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pendapatan perkapita keluarga dengan istri yang menikah dewasa yaitu masih dibawah Rp , sekalipun tidak berbeda nyata (Tabel 5). Pekerjaan Suami dan istri Pekerjaan suami pada kedua kelompok penelitian cukup variatif. Pada keluarga dengan istri yang menikah muda, jenis pekerjaan suami terbanyak berprofesi sebagai wiraswasta, buruh, dan karyawan. Sedangkan pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa, jenis pekerjaan suami terbanyak berprofesi sebagai karyawan, wiraswasta, dan buruh. Sebagian besar istri baik pada keluarga dengan istri yang menikah muda ataupun dewasa berprofesi sebagai ibu rumah

6 28 tangga. Sisanya ada yang berprofesi sebagai guru, wiraswasta, karyawan dan pembantu rumah tangga. Kehamilan di Luar Nikah Tabel 6 menunjukkan perbedaan nyata (p=0,007) terhadap jumlah kejadian kehamilan di luar nikah pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa alasan istri menikah muda dapat disebabkan karena sudah terjadi kehamilan sebelum menikah. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kehamilan di luar nikah Kehamilan di Usia Menikah Istri Total luar nikah Muda (%) Dewasa (%) % Tidak 78,3 95,0 86,7 Iya 21,7 5,0 13,3 Median ± std 0,22 ± 0,41 0,05 ± 0,22 0,13 ± 0,34 P-value 0,007** Median kejadian kehamilan di luar nikah pada keluarga dengan istri yang menikah muda sebesar 0,22. Hal ini berarti ada satu dari empat istri yang menikah muda telah hamil terlebih dahulu sebelum menikah. Pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa, kejadian kehamilan di luar nikah lebih rendah (0,05) dibandingkan pada keluarga dengan istri yang menikah muda. Hal ini berarti ada satu dari dua puluh istri yang menikah di usia dewasa memiliki riwayat kehamilan di luar nikah. Karakteristik Anak Usia Anak Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara usia anak pada kedua kelompok penelitian. Rata-rata usia anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda hampir berusia dua tahun sedangkan pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa adalah lebih dari dua tahun. Secara keseluruhan, rata-rata usia anak adalah 47,88 bulan. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan usia anak (bulan) Usia Anak Usia menikah istri Total Muda (%) Dewasa (%) % Usia 3-4 tahun 56,7 50,0 53,3 Usia 4-5 tahun 43,3 50,0 46,7 Rata-rata ± std 47,28 ± 8,42 48,48 ± 8,18 47,88 ± 8,29 Min - maks bulan P-value 0,430

7 29 Jenis Kelamin Anak Secara keseluruhan, jumlah anak yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan yang berjenis kelamin laki-laki. Pada keluarga dengan istri yang menikah muda muda jumlah anak yang berjenis kelamin perempuan juga lebih banyak dibandingkan yang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa, jumlah anak sama untuk jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin anak Jenis Kelamin Usia Menikah Istri Total Anak Muda (%) Dewasa (%) % Laki-laki 48,3 50,0 49,2 Perempuan 51,7 50,0 50,8 Kesiapan Menikah Kesiapan menikah terdiri dari tujuh aspek kesiapan yang terdiri dari kesiapan intelektual, sosial, emosi, moral, individu, finansial dan mental. Kesiapan menikah menjadi indikator kesuksesan sebuah keluarga. Tabel 9 menunjukkan rata-rata pencapaian kesiapan menikah antara keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (p=0,010) rata-rata pencapaian kesiapan menikah antara kedua kelompok penelitian. Rata-rata pencapaian kesiapan menikah pada keluarga dengan istri yang menikah muda lebih rendah (63 persen) dibandingkan dengan pencapaian kesiapan menikah pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa (67 persen). Selain itu, hal ini sekaligus memperlihatkan bahwa tingkat kesiapan menikah istri di kedua kelompok masih relatif rendah karena pencapaiannya masih dibawah 70 persen. Tabel 9 Sebaran rata-rata pencapaian kesiapan menikah istri Kesiapan menikah Usia menikah istri P-value Muda Dewasa Kesiapan intelektual 48,6 49,9 0,742 Kesiapan sosial 73,3 82,6 0,002** Kesiapan emosi 62,8 68,3 0,032* Kesiapan moral 71,5 78,8 0,008** Kesiapan individu 65,8 68,3 0,393 Kesiapan finansial 45,6 52,9 0,061 Kesiapan mental 71,1 68,9 0,691 Kesiapan menikah istri 62,7 67,1 0,010* Aspek kesiapan menikah yang memperlihatkan perbedaan nyata antara kedua kelompok penelitian diantaranya aspek kesiapan sosial, emosi dan moral. Hal ini menunjukkan bahwa kesiapan sosial, emosi dan moral istri yang menikah pada usia dewasa lebih baik dibandingkan dengan istri yang menikah muda

8 30 sedangkan untuk aspek kesiapan intelektual, individu, finansial dan mental tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara kedua kelompok penelitian. Kesiapan Intelektual Terdapat enam item pernyataan untuk mengukur kesiapan intelektual. Secara umum, istri yang menikah muda dan dewasa pada penelitian ini memiliki kesiapan intelektual yang tergolong rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa memiliki nilai pencapaian yang rendah untuk mengikuti perkumpulan budaya, membaca buku ilmu pengetahuan, mengikuti peristiwa yang menggemparkan dunia dan perkembangan dunia politik. Keseluruhan pencapaian untuk item pernyataan tersebut masih dibawah 50 persen. Kesiapan intelektual seperti memiliki rasa ingin tahu dan mencari berita terbaru pada kedua kelompok penelitian ini, nilai pencapaiannya sudah lebih dari 50 persen. Rasa ingin tahu justru lebih tinggi pada contoh yang menikah muda yaitu sebesar 73 persen sedangkan pada contoh yang menikah dewasa sebesar 70 persen (Tabel 10) walaupun tidak berbeda secara nyata. Kesiapan Sosial Tabel 10 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan intelektual istri Kesiapan Intelektual Muda Dewasa P-value 48,6 50 0,742 Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi untuk 73,3 70,0 0,688 mendalami suatu hal Mengikuti perkumpulan budaya sebagai upaya 20,0 11,7 0,215 untuk melestarikan budaya Mencari berita untuk mendapatkan berita terbaru 86,7 88,3 0,785 Membaca buku mengenai ilmu pengetahuan 40,0 50,0 0,275 Akan mengikuti peristiwa yang menggemparkan 45,0 45,0 1,000 dunia, saya akan mengikuti kejadian tersebut hingga selesai Menyukai perkembangan dunia politik 26,7 35,0 0,327 Kesiapan sosial diukur dengan tujuh item pernyataan. Dari ketujuh item pernyataan kesiapan sosial, keseluruhan responden dari kedua kelompok memiliki pencapaian yang lebih dari 50 persen. Hanya satu item dimana terdapat perbedaan yang cukup nyata diantara kedua kelompok penelitian ini yaitu item sudah cukup umur untuk menikah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menikah muda menyatakan mereka sudah cukup umur ketika menikah sebesar 50 persen dan sisanya sebesar 50 persen lagi menyatakan bahwa sesungguhnya ketika menikah mereka belum cukup umur. Hal ini berarti setengah dari keseluruhan responden yang menikah muda menyadari bahwa sesungguhnya mereka belum cukup siap dalam hal usia ketika menikah.

9 31 Tabel 11 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan sosial istri Kesiapan sosial Muda Dewasa P-value 73,3 82,6 0,002** Sudah cukup umur untuk menikah 50,0 95,0 0,000** Kurang cepat dalam menyelesaikan masalah-masalah 35,0 26,7 0,327 tersebut Lebih suka menarik diri dari lingkungan baru 6,7 20,0 0,032* Menyapa duluan saat ada tetangga baru 86,7 86,7 1,000 Mengesampingkan kepentingan untuk mencapai 61,7 71,7 0,249 kepentingan bersama Melarang teman untuk bergaul dengan orang lain 10,0 6,7 0,513 Kesan pertama terhadap orang lain tercermin dari penampilan 33,3 21,7 0,155 Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa istri yang menikah dewasa lebih suka menarik diri dari lingkungan baru dibandingkan istri yang menikah muda. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan perbedaan yang nyata (p=0,002) terhadap kesiapan sosial antara istri yang menikah muda dan dewasa. Hal ini menyatakan bahwa kesiapan sosial pada istri yang menikah dewasa memiliki kesiapan sosial yang lebih baik dibandingkan dengan istri yang menikah di usia muda (Tabel 11). Kesiapan Emosi Terdapat sepuluh item pernyataan yang digunakan untuk mengukur kesiapan emosi. Dari sepuluh item pernyataan tersebut, delapan item pernyataan memiliki pencapaian yang lebih dari 60 persen pada kedua kelompok penelitian. Tabel 12 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan emosi istri Kesiapan emosi Muda Dewasa P-value 62,8 68,3 0,032* Dikhianati oleh pasangan, tidak merasa kecewa 3,3 3,3 1,000 Tidak menggerutu saat marah 20,0 21,7 0,824 Jika pasangan diganggu oleh orang lain, maka tidak 60,0 83,3 0,004** langsung menghampiri orang yang menganggu pasangan Tidak merokok jika stress 95,0 95,0 1,000 Mendapat dukungan dari keluarga disegala aktivitas 86,7 90,0 0,573 Dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu 68,3 75,0 0,422 Jika ada teman yang mengganggu pekerjaan, maka 83,3 90,0 0,287 tidak akan menyuruhnya pergi Tidak melempar barang dan berteriak jika merasa 75,0 83,3 0,265 kesal dengan beban pekerjaan Saat berbeda persepsi dengan teman, maka segera 56,7 56,7 1,000 menyamakan persepsi kami Ikut sedih ketika mendengarkan cerita sedih teman 80,0 85,0 0,475

10 32 Dari sepuluh item pernyataan tersebut, delapan item pernyataan memiliki pencapaian yang lebih dari 60 persen pada kedua kelompok penelitian. Item lainnya yaitu ketika dikhianati pasangan tidak akan merasa kecewa dan tidak menggerutu ketika marah memiliki pencapaian yang tidak lebih dari 30 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden akan kecewa ketika dikhianati dan menggeruru ketika marah. Hal lainnya yang berbeda nyata antara kedua kelompok penelitian adalah pada istri yang menikah muda ketika menghadapi kasus dimana pasangan diganggu oleh orang lain, mereka lebih banyak yang akan langsung menghampiri orang yang telah mengganggu pasangan (40 persen) dibandingkan pada istri yang menikah dewasa (hanya sebesar 16,7 persen). Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan perbedaan yang nyata (p=0,032) terhadap kesiapan emosi antara istri yang menikah muda dan dewasa. Hal ini menyatakan bahwa kesiapan emosi pada istri yang menikah dewasa memiliki kesiapan emosi yang lebih baik dibandingkan dengan istri yang menikah di usia muda (Tabel 12). Kesiapan Moral Tabel 13 menunjukkan secara umum kesiapan moral istri yang menikah muda lebih rendah dibandingkan istri yang menikah dewasa (p=0,008). Lebih dari 50 persen responden yang menikah muda maupun yang menikah dewasa selalu menolong orang lain meskipun orang tersebut tidak menyukai mereka, tidak akan mencela orang lain, selalu memikirkan perasaaan orang lain, selalu berkata jujur kepada semua orang, dapat mengontrol perasaannya, tidak pernah mengambil barang orang lain, tidak pernah melakukan bullying kepada junior dan tidak pula suka membeberkan rahasia orang lain. Selain itu, terdapat lebih dari 50 persen contoh dikedua kelompok penelitian yang pernah menyontek. Tabel 13 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan moral istri Kesiapan moral Muda Dewasa P-value 71,5 78,8 0,008** Selalu menolong orang lain meskipun orang tersebut 76,7 88,3 0,094 tidak menyukai Saat ada orang yang dicela, tidak akan ikut mencelanya 70,0 83,3 0,086 Memikirkan perasaan orang lain 90,00 90,0 1,000 Tidak pernah menyontek saat ujian 63,3 60,0 0,710 Selalu berkata jujur kepada semua orang 56,7 71,7 0,088 Dapat menyembunyikan perasaan saat senang maupun 46,7 65,0 0,044* sedih Saat teman terlibat dalam suatu masalah yang di 65,0 68,3 0,701 ketahui tidak akan menceritakan masalah tersebut sejauh pengetahuan akan masalah tersebut dan tetap akan menceritakan apa yang di ketahui Tidak pernah mengambil barang orang 98,3 95,0 0,314 Tidak suka menggunakan barang orang tanpa izin 91,7 93,3 0,732 Tidak pernah melakukan bulliying terhadap junior 86,7 93,3 0,227 Tidakpernah membeberkan rahasia teman 68,3 78,3 0,219

11 33 Kesiapan Individu Kesiapan individu diantaranya dilihat dari aspek telah mengenal pasangan dengan baik sebelum menikah hingga telah memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 14 menunjukkan bahwa tak lebih dari 27 persen pada istri yang menikah muda dan 35 persen pada istri yang menikah dewasa yang telah hidup mandiri sebelum menikah. Sebagian besar dari mereka masih hidup bersama-sama dengan orang tua sebelum menikah. Selain itu, tak lebih dari 40 persen dari istri yang menikah muda dan dewasa yang menyatakan bahwa mereka telah memeriksakan kesehatan reproduksinya sebelum menikah. Hal ini menunjukkan jumlah yang cukup rendah, mengingat pemeriksaan kesehatan pranikah adalah penting untuk dilakukan. Kesiapan Mental Tabel 14 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan individu istri Kesiapan individu Muda Dewasa P-value 66,8 70,3 0,393 Sebagai satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga 15,0 15,0 1,000 besar Pasangan yang sudah dipilih merupakan pasangan 86,7 86,7 1,000 yang seperti diharapkan Sudah memiliki waktu yang cukup untuk mengenal 91,7 93,3 0,732 pasangan Sudah merasa mengenal pasangan dengan baik 83,3 88,3 0,436 sebelum menikah Memiliki pengetahuan tentang berkeluarga 70,0 76,7 0,413 Memiliki pengetahuan mengenai cara menstimulasi 61,7 70,0 0,340 anak dengan benar Memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak 66,7 70,0 0,698 Anda akan mengurangi kesenangan pribadi setelah 78,3 86,7 0,233 menikah Membiasakan diri untuk melakukan pekerjaan rumah 93,3 98,3 0,253 tangga Memeriksakan kesehatan reproduksi sebelum 36,7 38,3 0,852 menikah Sebelum menikah, pasangan telah membicarakan 61,7 51,67 0,273 mengenai jumlah anak yang diinginkan Sebelum menikah telah hidup mandiri 26,7 35,0 0,327 Memiliki keyakinan akan mendapatkan pekerjaan yang layak karena keterampilan yang dimiliki 83,3 78,3 0,491 Tabel 15 menunjukkan bahwa kesiapan mental pada istri yang menikah muda mencapai 71 persen sedangkan pada istri yang menikah dewasa sekitar 69 persen. Lebih dari 50 persen istri yang menikah muda maupun yang menikah di usia dewasa telah menyiapkan diri untuk hidup dalam keterbatasan setelah menikah, telah memikirkan bagaimana cara membagi penghasilan yang didapatkannya, telah memikirkan jika kehidupan keluarganya tidak seperti yang

12 34 diharapkan, juga telah menyiapkan diri untuk kemungkinan hubungan yang kurang baik dengan mertua maupun ketika pasangan melakukan perilaku yang kurang sesuai selama pernikahan dan memiliki anak yang tidak sesuai harapan. Hasil uji beda menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara kedua kelompok penelitian pada aspek kesiapan mental. Kesiapan Finansial Tabel 15 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan mental istri Muda Dewasa P-value Kesiapan Mental 71,1 68,9 0,691 Telah menyiapkan diri untuk hidup dalam keterbatasan setelah menikah Telah memikirkan bagaimana cara membagi penghasilan yang didapatkannya untuk dirinya, keluarganya, juga untuk keluarga besar Telah memikirkan jika kehidupan keluarganya tidak seperti yang diharapkan Telah menyiapkan diri untuk kemungkinan hubungan yang kurang baik dengan mertua (misalnya mendapatkan sindiran) Telah menyiapkan diri jika pasangan melakukan perilaku yang tidak sesuai selama pernikahan Telah menyiapkan diri jika memiliki anak tidak seperti yang diharapkan 76,7 68,3 0,311 80,0 83,3 0,640 81,7 70,0 0,138 65,0 61,7 0,708 71,7 68,3 0,693 51,7 61,7 0,273 Kesiapan finansial diukur dengan delapan item pernyataan. Lebih dari 50 persen contoh pada kedua kelompok penelitian telah memiliki pekerjaan tetap, memiliki investasi emas, memiliki pengetahuan cara mengelola uang dan memiliki jejaring yang banyak sebelum menikah. Tabel 16 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan finansial istri Muda Dewasa P-value Kesiapan finansial 45,2 52,9 0,061 Sebelum menikah memiliki pekerjaan tetap 58,3 75,0 0,053 Sebelum menikah sudah memiliki rumah sendiri 10,0 5,0 0,302 Sebelum menikah memiliki tabungan 38,3 48,3 0,273 Sebelum menikah memiliki investasi emas atau 56,7 65,0 0,370 perhiasan Sebelum menikah sudah memiliki kendaraan sendiri 21,7 26,7 0,526 Memiliki pengetahuan cara mengelola keuangan 55,0 68,3 0,135 Memiliki jejaring yang banyak 85,0 90,0 0,412 Memiliki pendapatan sampingan 40,0 45,0 0,583 Namun, pada aspek memiliki tabungan, rumah sendiri, memiliki kendaraan sendiri dan memiliki pendapatan sampingan pada kedua kelompok penelitian menunjukkan jumlah pencapaian yang masih dibawah 50 persen.

13 35 Artinya masih sangat terbatas, istri yang telah memiliki rumah, kendaraan dan pendapatan sampingan sebelum menikah (Tabel 16). Tabel 16 menunjukkan bahwa secara umum kesiapan finansial masih relatif rendah pada kedua kelompok penelitian yaitu masih kurang dari 60 persen. Hal ini menunjukkan kesiapan finansial masih menjadi masalah baik pada istri yang menikah muda maupun dewasa. Kesiapan Menikah Secara keseluruhan, pada kedua kelompok penelitian, kesiapan menikah istri mayoritas terkategori sedang (di atas 60 persen). Tak sedikit juga dari contoh yang kesiapan menikah mereka terkategori rendah. Hanya sebagian kecil saja yang sudah terkategori baik atau tinggi. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesiapan menikah Kesiapan Menikah Usia Menikah Istri Total Muda (%) Dewasa (%) % Rendah (0-60%) 38,3 21,7 30,0 Sedang (60-80%) 60,0 71,7 65,8 Tinggi (80-100%) 1,7 6,7 4,2 Rata-rata ± std 62,68 ± 9,46 67,12 ± 9,18 64,90 ± 9,55 Min - maks 39,98-84,75 P-value 0,010** Perkembangan Anak Perkembangan anak dalam penelitian ini dilihat dalam beberapa dimensi perkembangan yaitu motorik (kasar dan halus), bahasa (aktif dan pasif), kecerdasan, kemandirian dan sosial. Tabel 18 menunjukkan bahwa anak dari kedua kelompok penelitian telah mencapai lebih dari 50 persen tugas perkembangan anak. Pencapaian tertinggi terdapat pada perkembangan kemampuan sosial anak. Rata-rata pencapaian kemampuan sosial anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan keluarga dengan istri yang menikah di usia dewasa sudah lebih dari 90 persen. Tabel 18 Sebaran rata-rata perkembangan anak menurut dimensi perkembangan Perkembangan Usia Menikah Istri Anak Muda Dewasa Rata-rata ± SD P-value Rata-rata ± SD Motorik 73,5 ± 21,0 76,9 ± 19,2 0,350 Komunikasi 82,3 ± 19,3 86,5 ± 14,7 0,187 Kecerdasan 75,1 ± 24,6 81,8 ± 16,9 0,082 Kemandirian 57,1 ± 34,2 59,6 ± 33,5 0,687 Sosial 91,1 ± 20,2 94,4 ± 13,9 0,296 Total 76,3 ± 14,3 80,8 ± 12,03 0,071 Selain itu, rata-rata pencapaian terendah ada pada dimensi kemandirian, tak lebih dari 60 persen anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan

14 36 dewasa yang mampu memenuhi dimensi kemandirian. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda lebih banyak yang memiliki perkembangan dengan kategori sedang (sekitar 52 persen). Anak pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa sebagian besar (55 persen) memiliki perkembangan dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang menikah pada usia dewasa mayoritas memiliki anak dengan perkembangan baik (Tabel 19). Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan perkembangan anak Perkembangan Usia Menikah Istri Total Anak Muda (%) Dewasa (%) % Rendah (0-60%) 10,0 8,3 9,2 Sedang (60-80%) 51,7 36,7 44,2 Tinggi (80-100%) 38,3 55,0 46,7 Min - maks 28, PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan menikah istri yang menikah muda lebih rendah dibandingkan istri yang menikah pada usia dewasa. Istri yang menikah muda adalah istri yang menikah dibawah usia 21 tahun. Batasan usia ini didasarkan atas rekomendasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang menetapkan batas ideal menikah bagi perempuan adalah diatas 20 tahun (BKKBN 2008). Hasil penelitian ini semakin menguatkan bahwa wanita berusia dibawah 21 tahun hendaknya menunda pernikahan hingga usia yang lebih dewasa dikarenakan kesiapan menikah yang relatif masih rendah. Seorang individu yang masih muda pada umumnya masih belum memiliki kriteria kesiapan untuk menikah. Beberapa penelitian menunjukkan pernikahan pada saat remaja diketahui lebih rentan terhadap perpisahan dan perceraian dibandingkan mereka yang lebih dewasa karena ketidaksiapan mereka untuk menikah. Selain itu, pernikahan dini juga akan membatasi otonomi seseorang, seringkali menghambat pencapaian pendidikan, membatasi kesempatan pekerjaan maupun keamanan secara finansial, seringkali belum memiliki kedewasaan yang dibutuhkan untuk membesarkan anak, mengurangi kemampuan ibu dalam mengasuh anak dengan baik, kemungkinan untuk mengulangi kehamilan, jarang melakukan konsultasi kesehatan selama hamil, tidak memiliki rumah sendiri (Duvall 1971; National Human Services Assembly 2013; Guilbert 2013; Fears 2014; Isaranurug et al. 2006; Mulyana dan Ridwan 2009; Fadlyana dan Larasaty 2009). Perbedaan nyata antara kesiapan menikah istri yang menikah muda dengan dewasa ternyata tidak konsisten dengan hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata atas perkembangan anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. Perkembangan anak pada kedua kelompok penelitian relatif sama dan tergolong baik. Hal ini bertentangan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa perkembangan anak dari ibu yang menikah muda akan lebih rendah dibandingkan ibu yang menikah pada usia yang lebih dewasa. Anakanak yang terlahir dari ibu yang masih remaja cenderung untuk memiliki berat badan lahir rendah, prematur, mengalami kematian di usia balita, memiliki

15 indikator kesehatan dan sosial yang rendah, skor kemampuan bahasa yang lebih rendah dan masalah dalam perilaku (Fears 2014; Isaranurug et al. 2006; Dilworth 2006; Logsdon and Koniak-Griffin 2004; Spencer 2001). Rendahnya kemampuan dan perkembangan anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda dapat disebabkan karena remaja yang sudah menjadi ibu belum siap dan merasa tertekan dengan banyaknya tanggungjawab yang harus mereka jalankan sehingga mengabaikan fungsi pengasuhan. Beberapa penelitian menunjukkan banyaknya tanggung jawab dan kehamilan pada usia muda menjadi faktor risiko terjadinya depresi pada remaja yang menikah muda (Ahmed et al. 2013). Remaja yang sudah mengalami kehamilan atau bersiap menjadi ibu muda diketahui tiga kali lebih berisiko memiliki gaya insecure attachment seperti kemarahan dan ketakutan dibandingkan mereka yang lebih dewasa ketika hamil. Insecure attachment adalah faktor risiko terhadap depresi baik ketika hamil maupun sesudah anak lahir (Fugueiredo et al. 2006). Pernikahan di usia muda akan mengurangi kemampuan ibu dalam mengasuh anak dengan baik (National Human Services Assembly 2013; Guilbert 2013). Tidak adanya perbedaan tingkat perkembangan anak pada keluarga dengan ibu yang menikah muda dan dewasa dapat disebabkan karena variabel usia anak, tingkat pendidikan ibu dan pendapatan perkapita pada kedua kelompok penelitian sama-sama baik (tidak berbeda nyata). Perkembangan anak disebabkan oleh banyak faktor, tidak semata dipengaruhi oleh usia ibu saat menikah namun dipengaruhi oleh kondisi sosiodemografi, pengasuhan, stimulasi kedua orang tua, pendidikan ibu, dukungan keluarga besar dsb (Dewanggi et al. 2012; Hastuti et al. 2011; Hastuti 2009; Hastuti et al. 2010; Latifah et al. 2009). Dalam penelitian ini, sekalipun usia menikah ibu muda namun karena pendidikan ibu relatif baik, usia anak juga terus bertambah, suami dan keluarga besar memberikan dukungan kepada ibu dalam pengasuhan maka perkembangan anak dapat menjadi baik pula. Gueorgueiva et al menunjukkan hal yang sejalan bahwa masalah yang timbul pada anak-anak dari ibu yang remaja bukan hanya disebabkan oleh usia ibu yang masih muda namun dipengaruhi oleh beberapa faktor sosiodemografi lainnya. Tidak adanya perbedaan yang cukup signifikan pada perkembangan anak diketahui karena ibu (baik yang menikah muda maupun dewasa) sama-sama memiliki pengetahuan dan pengalaman membesarkan dan mengasuh anak yang relatif sama, perbedaan yang terjadi lebih karena dukungan dari lingkungan sekitar anak yang berbeda-beda (Lemonda et al.; Sanders dan Morawska 2008; Dilworth 2006). Dukungan dari keluarga memiliki pengaruh positif yang kuat pada ibu yang menikah pada usia muda. Nenek bisa menjadi pengganti peran ibu ketika ibu masih berusia muda dan belum berpengalaman dalam mengasuh anak (Keys 2008). Penelitian ini menunjukkan terdapat satu dari empat istri yang menikah di usia muda memiliki riwayat kehamilan di luar nikah. Penelitian ini semakin menguatkan bahwa salah satu penyebab tingginya pernikahan dini di perkotaan diakibatkan kehamilan diluar nikah. Kehamilan di luar nikah merupakan akibat dari perilaku seksual berisiko pranikah. Dorongan seksual yang tidak terkontrol dengan baik, khususnya pada masa remaja, dapat mendorong terjadinya perilaku seks bebas yang dapat menyebabkan kehamilan (Fatimah dan Cahyono 2013). Remaja hamil yang menikah dalam kondisi sudah hamil terlebih dahulu belum memiliki persiapan yang baik untuk menjalani perkawinan (Ngantung et al. 2012). 37

16 38 Pada remaja yang hamil di luar nikah mengalami sebuah kecemasan terhadap nasib masa depan janin yang ada di dalam kandungannya (Uyun dan Saputra 2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah diantaranya gaya hidup, tempat tinggal dan ketidakharmonisan keluarga (Sarwono 2003; Banun dan Setyorogo 2013). Hasil penelitian menunjukkan jarak usia antara suami dan istri pada keluarga dengan istri yang menikah muda lebih besar dibandingkan pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh UNICEF pada beberapa Negara di dunia yaitu perbedaan jarak usia antara suami dan istri memberikan implikasi kepada dinamika kekuatan dalam rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan pola umum pada wanita usia yang memiliki suami lebih tua 5 tahun darinya akan cenderung untuk menikah sebelum usia 18 tahun (UNICEF 2005). Kesiapan menikah yang relatif masih rendah pada kedua kelompok penelitian, terlebih pada istri yang menikah muda menunjukkan semakin diperlukannya peningkatan upaya pendewasaan usia perkawinan oleh berbagai institusi yang bergerak di bidang keluarga. Upaya pendewasaan usia perkawinan salah satunya bisa dilakukan dengan memberikan kemudahan akses pendidikan kepada remaja putra dan putri baik di pedesaan dan perkotaan. Pernikahan muda berhubungan dengan rendahnya pencapaian pendidikan. (Ahmed et al. 2013; Fears 2014; Isaranurug et al. 2006). Pendidikan lebih tinggi yang diterima perempuan akan menurunkan kecenderungan keinginan menikah pada usia muda. Meningkatkan akses terhadap pendidikan baik laki-laki dan juga perempuan akan mengurangi gender gaps pada pendidikan dan hal ini merupakan strategi penting untuk mengakhiri praktek pernikahan dini (UNICEF 2005). Selain itu, upaya sosialisasi berupa seminar, konseling maupun diskusi teman sebaya terkait kesiapan menikah sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja akan pentingnya kesiapan menikah terhadap stabilitas perkawinan dan juga tumbuh kembang anak. SIMPULAN Secara umum, terdapat perbedaan nyata antara karakteristik keluarga dan tingkat kesiapan menikah istri pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. Karakteristik keluarga yang berbeda nyata diantaranya jarak usia suami dan istri, usia suami, usia istri dan riwayat kehamilan di luar nikah. Jarak usia suami istri lebih besar pada keluarga dengan istri yang menikah muda dimana suami memiliki usia 5,6 tahun lebih tua dibandingkan istri sedangkan pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa hanya 3,8 tahun. Disamping itu, istri yang menikah muda memiliki riwayat kehamilan diluar nikah yang lebih besar dibandingkan istri yang menikah dewasa. Istri yang menikah pada usia dewasa memiliki kesiapan menikah yang lebih baik dibandingkan istri yang menikah muda. Kesiapan sosial, emosi dan moral istri yang menikah muda lebih rendah dibandingkan istri yang menikah dewasa. Perbedaan nyata terhadap kesiapan menikah istri pada kedua kelompok penelitian, ternyata tidak sama halnya dengan perkembangan anak. Perkembangan anak tidak berbeda nyata diantara kedua kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan anak tidak semata dipengaruhi oleh usia menikah ibu tapi juga oleh faktor sosiodemografi lainnya.

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi 43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 31 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Luas wilayahnya adalah 157,9 Ha. Batas wilayah Kelurahan Bubulak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kependudukan pada dasarnya terkait dengan kualitas, kuantitas dan mobilitas penduduk (BKKBN, 2011). Dilihat dari sisi kuantitas penduduk Indonesia berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KELUARGA, KESIAPAN MENIKAH ISTRI DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN NURLITA TSANIA

KARAKTERISTIK KELUARGA, KESIAPAN MENIKAH ISTRI DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN NURLITA TSANIA KARAKTERISTIK KELUARGA, KESIAPAN MENIKAH ISTRI DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN NURLITA TSANIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN 1. Pendahuluan Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh fertilitas. Perkawinan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Batasan usia remaja menurut BKKBN adalah usia 10 sampai 24 tahun dan belum menikah.

Lebih terperinci

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang diseluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kehamilan pada remaja disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kualitas SDM sangat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hidup perempuan karena perempuanlah yang hamil, melahirkan dan menyusui anak sejak bayi sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting karena dengan pernikahan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefenisikan remaja sebagai masa dimana individu berkembang pada saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sampai mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Arum Yuliasari 201310104148

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Remaja adalah sekelompok dewasa muda yang berusia antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia

Lebih terperinci

Faktor Penyebab Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe

Faktor Penyebab Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe Faktor Penyebab di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe Causes of Early Marriage in Sampara Village Konawe Wa Ana Sari, Yanti Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avicenna. Abstrak

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN PANGLI KECAMATAN SESEAN KABUPATEN TORAJA UTARA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN PANGLI KECAMATAN SESEAN KABUPATEN TORAJA UTARA Jurnal MKMI, Vol 7 No.1, April 20, hal 105-0 Artikel IV FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN PANGLI KECAMATAN SESEAN KABUPATEN TORAJA UTARA Stang, Etha Mambaya Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun. Remaja juga identik dengan dimulainya

Lebih terperinci

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia 57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan penerus generasi bangsa di masa mendatang. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) remaja adalah suatu fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami masa-masa remaja. Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja adalah periode perkembangan seorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya dasar kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir, ketrampilan berbahasa dan berbicara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja merupakan fenomena internasional yang belum terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization (WHO) menetapkan tema untuk Hari

Lebih terperinci

Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini

Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini Andrian dan Kuntoro Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Alamat korespondensi: Andrian E-mail:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keharmonisan hubungan suami istri dalam kehidupan perkawinan salah satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui komunikasi interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 Irma Fitria 1*) Herrywati Tambunan (2) 1,2 Dosen Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran.

Lebih terperinci

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, yaitu usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan dini merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, 2008:56). Pola pikir zaman primitif dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sosial yang semakin kompleks menuntut keluarga untuk dapat beradaptasi secara cepat (Sunarti 2007). Duvall (1971) menjelaskan bahwa perubahan ini berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan. Dengan pernikahan, seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanakkanaknya menuju dunia orang dewasa. Literatur mengenai remaja biasanya merujuk pada kurun usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi.menjalin hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun dengan lawan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup tanpa adanya manusia lainnya. Sejak lahir manusia telah dilengkapi dengan naluri untuk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Responden dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program dan mengerjakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental dimana terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu secara seksual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang ditandai dengan pendapatan yang rendah, kurangnya pendidikan, kurangnya kesehatan, dan kurangnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan subsampling dari penelitian utama Hibah Kompetensi DIKTI Sunarti (2012) dengan tema Keragaan Ketahanan Keluarga Indonesia. Disain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan

Lebih terperinci

PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TERJADINYA PARTUS LAMA EFFECT OF EARLY MARRIAGE OF OCCURRENCE PARTUS

PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TERJADINYA PARTUS LAMA EFFECT OF EARLY MARRIAGE OF OCCURRENCE PARTUS PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TERJADINYA PARTUS LAMA EFFECT OF EARLY MARRIAGE OF OCCURRENCE PARTUS Nur Hidayati, Juni Setiawan Akademi Kebidanan Ibrahimy Sukorejo Situbondo Email : nurhidayati@akbidibrahimy.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP USIA MENIKAH

KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP USIA MENIKAH Jur. Ilm. Kel. & Kons., September 2013, p : 143-153 Vol. 6, No. 3 ISSN : 1907-6037 KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP USIA MENIKAH Fitri Sari 1, Euis Sunarti 1*) 1 Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494) 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena pengumpulan data hanya dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan, serta retrospektif karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolescence) di mulai sejak usia 10 tahun sampai 19 tahun. Salah

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Anak merupakan investasi suatu bangsa dan negara yang sangat penting. Menjamin tumbuh kembang anak secara optimal menjadi tugas utama orang tua dan harus dipersiapkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja (adolescence)

Lebih terperinci

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi, 61 PEMBAHASAN Hampir seluruh dewasa muda dalam penelitian ini belum siap untuk menikah, alasannya adalah karena usia yang dirasa masih terlalu muda. Padahal ketentuan dalam UU No.1 tahun 1974, seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju masa dewasa, atau dianggap tumbuh mengarah pada arah kematangan (Sarwono, 2011: 11 & 48). Masa remaja

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KELUARGA, KESIAPAN MENIKAH ISTRI, DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN

KARAKTERISTIK KELUARGA, KESIAPAN MENIKAH ISTRI, DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2015, p : 28-37 Vol. 8, No. 1 ISSN : 1907-6037 KARAKTERISTIK KELUARGA, KESIAPAN MENIKAH ISTRI, DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN Nurlita Tsania 1,2*), Euis Sunarti 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, terutama dalam gaya hidup masyarakat. Indonesia pun tidak luput dari perubahanperubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK 1 ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK Nanik Oktavia ¹, Trisnaningsih ², Zulkarnain ³ This study aimed to determine the effect of education

Lebih terperinci

PERBEDAAN KESIAPAN MERAWAT BAYI PADA IBU YANG HAMIL SETELAH MENIKAH DENGAN YANG HAMIL SEBELUM MENIKAH DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KESIAPAN MERAWAT BAYI PADA IBU YANG HAMIL SETELAH MENIKAH DENGAN YANG HAMIL SEBELUM MENIKAH DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KESIAPAN MERAWAT BAYI PADA IBU YANG HAMIL SETELAH MENIKAH DENGAN YANG HAMIL SEBELUM MENIKAH DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NADZIROTUN ARIF FATHONAH NIM 201310104253

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isu terpenting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan sedunia Internasional Conference Population and Development (ICPD)

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Cara Pemilihan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dan restrospective. Cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu tertentu, desain

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menikah di dalam masyarakat kadang masih menjadi tolak ukur kedewasaan. Setelah memiliki pekerjaan mapan dan penghasilan sendiri, orang umumnya mulai berpikir

Lebih terperinci

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, tetapi meliputi aspek mental

Lebih terperinci