FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) (Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor) Oleh : INDRIANI HARYANI I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 ABSTRACT INDRIANI HARYANI. FACTORS RELATED TO COMPETENCE IN STUDENTS CREATIVITY PROGRAM (SCP). Case: Student in Department of Food Science and Technology Entry Year 2008, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University. (Supervised by PUDJI MULJONO). The purpose of this study are to analyze the relationship of individual characteristics with the creativity of students, analyze the social influence of peer relationships with the creativity of students and analyze the relationship between student creativity with competence to participate in Student Creativity Program (SCP). This research was conducted at the Bogor Agricultural University, Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology. Data used in this study are primary and secondary data. The primary data obtained through interviews using questionnaire which is distributed and completed by the respondent In this study, the result of the individual characteristics consist of gender, academic achievement, organizational experience and achievement motivation is not all of them correlated with creativity. Only variable of organizational experience and achievement motivation are significantly associated with the creativity. In the social environment of peer group, the intensity of interaction is not correlated with the creativity. But only the support in peer group has correlated significantly with the creativity. Besides that creativity significantly correlated with competence in the student creativity program through the attitudes and skills variable. Creativity has no linkage with variable of knowledge in competence to participating in the Student Creativity Program. Keywords : competence, peer, creativity i

3 RINGKASAN INDRIANI HARYANI. FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM). Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan PUDJI MULJONO). Mahasiswa yang sebagian besar tergolong dalam masa remaja akhir memiliki tugas penting sebagai bagian dari generasi muda. Disamping itu peran mahasiswa sebagai agent of changes tidak diragukan lagi, sebab di negara mana pun di dunia ini, mahasiswa tampil sebagai pionir pembaharuan dalam suatu negara, termasuk Indonesia. Mahasiswa harus memiliki kompetensi seperti kreatif, kritis, kooperatif, dan etis yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di era globalisasi. Besarnya waktu yang dihabiskan mahasiswa terutama mahasiswa pada usia remaja akhir untuk berinteraksi dan berkumpul bersama teman sebayanya dapat dikatakan berpengaruh sangat besar dalam perkembangan kehidupannya. Interaksi tersebut kemudian dapat membentuk sebuah pengembangan kreativitas dan peningkatan kompetensi mahasiswa untuk melakukan segala sesuatu yang berguna bagi pembangunan negaranya. Hal ini menjadi sangat penting karena mahasiswa di negara manapun akan tampil sebagai pionir pembangunan yang akan dituntut untuk melanjutkan pembangunan negaranya. Sehubungan dengan hal itu, penulis tertarik untuk meneliti keterkaitan faktor-faktor, seperti karakteristik individu dan interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas dan selanjutnya pada kompetensi mahasiswa tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dengan kreativitas mahasiswa, menganalisis hubungan interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas mahasiswa dan menganalisis hubungan kreativitas mahasiswa dengan kompetensi mahasiswa dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya untuk kalangan akademisi, direktorat kemahasiswaan IPB, pemerintah dan kalangan non akademisi serta masyarakat untuk dapat memahami pengaruh karakteristik individu dan teman sebaya terhadap kreativitas dan kompetensi mahasiswa. Kompetensi mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) adalah kemampuan menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara konsisten dan sesuai dengan standar yang diterapkan dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa. Kompetensi ini kemudian diduga memiliki keterkaitan dengan faktorfaktor seperti karakteristik individu dan lingkungan sosial. Faktor-faktor tersebut kemudian diduga memiliki hubungan dengan kreativitas yang kemudian akan berhubungan dengan kompetensi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh periset untuk menjawab rumusan masalah. Pengumpulan data primer yaitu dengan teknik pengisian kuesioner. Data sekunder berupa literatur-literatur yang menjadi acuan penulisan skripsi ini. ii

4 Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai hubungan antara faktor-faktor yang berkaitan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for windows dengan model uji korelasi Spearman dan Chi Square. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa karakteristik individu yang terdiri dari jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi ternyata tidak secara keseluruhan memiliki keterkaitan dengan kreativitas. Hanya variabel pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi yang berhubungan signifikan dengan kreativitas. Intensitas interaksi pada interaksi sosial teman sebaya tidak memiliki keterkaitan dengan kreativitas. Hanya dukungan yang berhubungan signifikan dengan kreativitas. Kreativitas berhubungan signifikan dengan kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa melalui variabel sikap dan keterampilan. Kreativitas tidak memiliki keterkaitan dengan variabel pengetahuan pada kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Beberapa saran yang dapat disampaikan pada skripsi ini antara lain menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kompetensi sehingga mahasiswa dapat mengembangkan kreativitasnya untuk kemudian dapat menjadi generasi penerus pembangunan, perlu ditingkatkannya peran teman sebaya sebagai pemberi dukungan dalam memberikan informasi-informasi mengenai Program Kreativitas Mahasiswa dan perlunya memperhatikan masalah karakteristik mahasiswa seperti pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi yang harus terus dikembangkan agar kreativitas mahasiswa terus meningkat. iii

5 FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) (Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor) Oleh : Indriani Haryani I Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

6 LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa : Indriani Haryani Nomor Pokok : I Judul : Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) (Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor) dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr.Ir.Pudji Muljono, MSi NIP Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dr.Ir.Soeryo Adiwibowo, MS NIP Tanggal Pengesahan:

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) (KASUS: MAHASISWA/I DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN TAHUN MASUK 2008, FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN. Bogor, Juni 2010 Indriani Haryani I

8 RIWAYAT HIDUP Penulis memiliki nama lengkap Indriani Haryani. Penulis dilahirkan di Dumai, pada tanggal 7 Maret Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak M. Chairuddin Rambe dan Ibu Srie Kartiyah. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2000 di SD Taman Harapan Bekasi. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 19 Bekasi dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMA Negeri 4 Bekasi. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul, FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) (KASUS: MAHASISWA/I DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN TAHUN MASUK 2008, FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR) ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Besarnya waktu yang dihabiskan mahasiswa terutama mahasiswa pada usia remaja akhir untuk berinteraksi dan berkumpul bersama teman sebayanya dapat dikatakan berpengaruh sangat besar dalam perkembangan kehidupannya. Interaksi tersebut kemudian dapat membentuk sebuah pengembangan kreativitas dan peningkatan kompetensi mahasiswa untuk melakukan segala sesuatu yang berguna bagi pembangunan negaranya. Hal ini menjadi sangat penting karena mahasiswa di negara manapun akan tampil sebagai pionir pembangunan yang akan dituntut untuk melanjutkan pembangunan negaranya. Oleh karena itu menarik untuk melihat keterkaitan faktor-faktor seperti karakteristik individu dan lingkungan sosial teman sebaya dengan kreativitas dan selanjutnya pada kompetensi mahasiswa tersebut. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Bogor, Juni 2010 Penulis

10 UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1. Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi sebagai dosen pembimbing, atas bimbingan, waktu, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Ir. Said Rusli, MA sebagai dosen pembimbing akademik, atas bimbingannya selama penulis melaksanakan kuliah di IPB. 3. Ratri Virianita, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 4. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MS sebagai dosen penguji dari Departemen SKPM yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 5. Ibu Megawati yang telah membantu penulis mengumpulkan data dan bertukar pikiran mengenai hasil pengolahan data. 6. Kedua orang tua Ayah, Mama serta kakak-kakaku (Yenni Chairiah Rambe SH, Syahri Fadlillah SAg. dan Ansyari Maulana) yang mencurahkan perhatian, semangat dan motivasi yang begitu besar. 7. Tunggul Permono Wicaksono SPi, yang selalu memberikan dorongan, semangat, kasih sayang dan perhatian yang begitu besar. 8. Teman-teman KPM 43, Sita, Icha, Ega, Bambel, Vio dan teman-teman tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kerjasamanya selama ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan, do a, semangat, bantuan dan kerjasamanya selama ini. ix

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Mahasiswa dan Budaya Akademik Perguruan Tinggi Definisi Remaja Karakteristik Remaja Teman Sebaya Interaksi Sosial Teman Sebaya Kreativitas Kompetensi Program Kretivitas Mahasiswa (PKM) Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengumpulan Data Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas Instrumen... 40

12 3.4.2 Reliabilitas Instrumen Teknik Analisis Data BAB IV PROFIL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB) 4.1 Sejarah Program Kreativitas Mahasiswa dan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) Partisipasi Institut Pertanian Bogor dalam Program Kreativitas Mahasiswa Prestasi Institut Pertanian Bogor dalam Program Kreativitas Mahasiswa BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI 5.1 Karakteristik Responden Jenis Kelamin Prestasi Akademik Pengalaman Organisasi Motivasi Berprestasi Interaksi Sosial Teman Sebaya Intensitas Interaksi dengan Teman Sebaya Dukungan Teman Sebaya Kreativitas Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Pengetahuan dalam Mengikuti Program Kreativitas 58 Mahasiswa Sikap dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Keterampilan dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa BAB VI FAKTOR-FAKTORYANGBERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) 6.1 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kreativitas Hubungan antara Prestasi Akademik dengan Kreativitas Hubungan antara Pengalaman Organisasi dengan Kreativitas Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas Hubungan antara Intensitas Interaksi dengan Kreativitas Hubungan antara Dukungan dengan Kreativitas xi

13 6.3 Hubungan antara Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Hubungan antara Kreativitas dengan Pengetahuan Hubungan antara Kreativitas dengan Sikap Hubungan antara Kreativitas dengan Keterampilan BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

14 DAFTAR TABEL Nomer Halaman Tabel 1. Kriteria Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Tabel 2. Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Motivasi Tabel 3. Rancangan Kuesioner Komponen Kompetensi Tabel 4. Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Sikap Tabel 5. Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Keterampilan Tabel 6. Penyelenggara Pekan Ilmiah Nasional Tabel 7. Daftar Juara Umum PIMNAS Tabel 8. Prestasi IPB dalam PIMNAS periode Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Prestasi Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengalaman Organisasi Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Motivasi Berprestasi Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi dengan Teman Sebaya Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Dukungan Teman Sebaya Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kreativitas Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengetahuan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sikap dalam Program Kreativitas Mahasiswa Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Keterampilan dalam Program Kreativitas Mahasiswa xiii

15 Tabel 19. Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas Tabel 20. Hasil Pengujian Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas Tabel 21. Hasil Pengujian Hubungan Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa xiv

16 DAFTAR GAMBAR Nomer Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran xv

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa yang sebagian besar tergolong dalam masa remaja memiliki tugas penting sebagai bagian dari generasi muda. Santoso (2006) menyatakan bahwa peran mahasiswa sebagai agent of changes tidak diragukan lagi, sebab di negara mana pun di dunia ini, mahasiswa tampil sebagai pionir pembaharuan dalam suatu negara, termasuk Indonesia. Mahasiswa harus memiliki kompetensi, seperti kreatif, kritis, kooperatif, dan etis yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di era globalisasi. Mahasiswa diharapkan tidak hanya menekuni ilmu dalam bidangnya saja, tetapi juga beraktivitas untuk mengembangkan soft skills-nya agar menjadi lulusan yang mandiri, penuh inisiatif, bekerja secara cermat, penuh tanggung jawab dan gigih. Kompetensi pada mahasiswa dapat diperoleh dari pembekalan secara formal melalui kurikulum akademik dan ko-kurikuler, serta ekstra dan intra kurikuler. Namun, tidak semua mahasiswa mau dan mampu untuk menjadi pembelajar yang sukses. Acapkali mahasiswa dengan nilai akademik yang tinggi tidak memanfaatkan peluang untuk menggunakan waktunya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler. Sebaliknya mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan kegiatan pengembangan soft skills tidak memperoleh nilai akademik yang tinggi (Susanto, 2004). Sementara itu, dalam era persaingan bebas dibutuhkan lulusan yang memiliki hard skills dan soft skills yang seimbang. Oleh karenanya di tiap perguruan tinggi perlu diidentifikasi mahasiswa yang dapat melakukan keduanya dan yang terbaik perlu diberi penghargaan sebagai mahasiswa yang berprestasi (Santoso, 2006). Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam manusia yang sangat kritis. Hal ini dikarenakan pada masa remaja seorang individu masih berada dalam keadaan emosi yang labil dalam mencari identitas dirinya (Hurlock, 2005). Menurut Piaget (1969), secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam

18 tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Remaja yang biasa disebut generasi muda juga mempunyai peranan yang sangat berarti dalam negara yang sedang membangun seperti Indonesia. Semangat yang cukup tinggi untuk mencapai suatu ideal tertentu dengan kerja yang tanpa pamrih dapat membuat remaja menghasilkan prestasi-prestasi yang baik yang berguna untuk pembangunan negaranya (Prasetya, 2009). Setiap kali membahas mengenai manusia, maka akan timbul pertanyaan cukup mendasar yang berkaitan dengan perilakunya. Apakah tingkah laku bersumber pada manusia itu sendiri ataukah dari luar dirinya. Salah satu ranah perilaku yang dapat diamati, yaitu ranah psikomotor. Hal ini dikarenakan ranah psikomotor dapat diidentifikasikan sebagai tingkah laku nyata (overt behaviour). Harrow (1976) menyatakan bahwa istilah psychomotor terkait dengan kata motor, sensory-motor atau perceptual-motor. Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja otot yang menjadi penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang paling sederhana sampai dengan gerakan-gerakan yang kompleks. Ranah psikomotor ini kemudian dapat dijelaskan sebagai sebuah keterampilan atau kemampuan (Santoso, 2006). Interaksi sosial mempunyai peranan besar terhadap perkembangan kemampuan remaja. Pada masa remaja, lingkungan sosial yang dominan antara lain dengan teman sebaya (Mappiare, 1982). Teman sebaya menurut Kail dan Reilson (dalam Rohani, 1999) merupakan sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu permasalahan. Teman sebaya juga merupakan suatu kelompok baru yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan rumah. Bergaul dengan teman sebaya merupakan bantuan dari seseorang yang kemudian diberikan kepada orang lain yang berusia kurang lebih sama, dimana dukungan tersebut bertujuan memberikan motivasi atau menimbulkan minat dalam diri seseorang ketika melakukan kegiatan (Prayitno, 2004). Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara hubungan teman sebaya dan remaja seringkali menunjukkan hubungan yang negatif seperti kenakalan remaja, merokok, seks bebas, dan sebagainya. Hal inilah yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah 2

19 teman sebaya selalu berdampak negatif. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat sisi positif dari interaksi antara remaja dan teman sebaya. Salah satu kegiatan yang sering mengundang minat mahasiswa untuk berprestasi bersama teman sebayanya adalah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu bentuk upaya yang ditempuh oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Ditjen Dikti dalam meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian, serta memperkaya budaya nasional. Program Kreativitas Mahasiswa dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi, serta keimanan yang baik. Mahasiswa diberi peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggungjawab, membangun kerjasama tim maupun mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni dalam rangka mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang cendekiawan, wirausahawan, mandiri dan arif (Dikti, 2010). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan maka cukup penting untuk meneliti faktor-faktor yang berkaitan dengan kompetensi mahasiswa, mengingat bahwa mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki sikap dan perilaku kreatif. Oleh karena itu, perumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas mahasiswa? 2. Apakah terdapat hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas mahasiswa? 3. Apakah terdapat hubungan antara kreativitas mahasiswa dengan kompetensi mahasiswa dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)? 3

20 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Kompetensi mahasiswa tersebut tidak dapat dipisahkan dari karakteristik individu dan interaksi sosial mereka. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas mahasiswa. 2. Menganalisis hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas mahasiswa. 3. Menganalisis hubungan antara kreativitas mahasiswa dengan kompetensi mahasiswa dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). 1.4 Kegunaan Penelitian Masalah kompetensi mahasiswa merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian bagi banyak pihak baik oleh akademisi, pemerintah serta kalangan nonakademisi dan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi: 1. Akademik Penelitian berjudul Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini dapat digunakan oleh mahasiswa untuk memahami hubungan karakteristik individu, interaksi sosial teman sebaya dan kreativitas terhadap kompetensi mahasiswa. 2. Direktorat Kemahasiswaan IPB Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi Direktorat Kemahasiswaan IPB mengenai interaksi sosial untuk pengembangan dan peningkatan mutu terkait Program Kreativitas Mahasiswa di Institut Pertanian Bogor 3. Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) selaku wakil pemerintah yang menaungi bidang 4

21 pendidikan perguruan tinggi terhadap penyelenggaraan serta pengembangan Program Kreativitas Mahasiswa ke depannya. 4. Kalangan non-akademisi dan masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan tentang pengembangan kompetensi kreativitas mahasiswa. 5

22 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Mahasiswa dan Budaya Akademik Perguruan Tinggi Peguruan tinggi merupakan wahana tenaga ahli yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberi sumbangan kepada pembangunan. Perguruan tinggi sebagai wadah untuk menciptakan kader-kader pemimpin bangsa memerlukan suatu pengelolaan yang berbeda dengan pengelolaan instansi non-pendidikan. Hal ini karena dalam perguruan tinggi berkumpul orang-orang berilmu dan bernalar (Artawan, 2004). Lingkungan akademik perguruan tinggi adalah ruang lingkup tempat proses belajar dan tempat berlangsungnya visi dan misi perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi (Kurniawan 2005). Di dalam lingkungan akademik terdapat beberapa komponen, yaitu dosen, mahasiswa, manajemen peguruan tinggi dan sarana untuk mendukung kegiatan perkuliahan. Salah satu komponen dalam perguruan tinggi adalah mahasiswa. Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai peserta didik yang terdaftar secara sah dan belajar di perguruan tinggi (Kurniawan, 2005). Sejalan dengan hal tersebut, maka Takwin (2008) juga mendefinisikan mahasiswa sebagai calon pembaharu, calon cendekiawan dan calon penyangga keberlangsungan hidup masyarakat. Tiga hal itu menjadi tujuan yang akan dicapai oleh mahasiswa melalui perguruan tinggi. Hal tersebut merupakan dasar bagi penentuan kualitas-kualitas psikologis apa yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa. Tujuan-tujuan itu juga menjadi dasar pertimbangan bagi penentuan kegiatan-kegiatan apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh mahasiswa. Menurut Kurniawan (2005) budaya akademik sebagi suatu subsistem perguruan tinggi memegang peranan penting dalam upaya membangun dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Pemilikan budaya akademik seharusnya menjadi keinginan semua insan akademik, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi bagi

23 mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi akademik setinggitingginya. Bagi mahasiswa faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik adalah terprogramnya kegiatan belajar, giat untuk memburu referensi aktual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, aktif organisasi dan sebagainya (Purwanto, 2000). Melalui aktivitas seperti itu diharapkan budaya mutu dapat dikembangkan secara bertahap dan menjadi kebiasaan dalam perilaku mahasiswa dalam proses pendidikan di perguruan tinggi Definisi Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi orang dewasa (Hurlock, 2005). Remaja merupakan masa peralihan antar masa anak dan masa dewasa, yakni antara 12 sampai 21 tahun (Gunarsa dan Gunarsa, 2006). Mengingat pengertian remaja, menunjukkan ke masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahanperubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik, yakni pada umur 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada wanita dan pada laki-laki sedikit lebih tua. Saat berakhirnya masa remaja juga sulit ditentukan mengingat pengertian mandiri yang berbeda-beda. Masyarakat yang majemuk dengan kebudayaan dan peradaban yang tinggi memerlukan masa remaja yang panjang untuk menjalani semua persiapan pendewasaan agar mampu hidup mandiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja masa kini bisa mencapai masa dewasa pada umur 20 tahun atau 21 tahun. Monks dan Knoers (1998) mengemukakan suatu analisis yang cermat mengenai semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara umur 12 sampai 21 tahun dengan pembagiannya sebagai berikut: 1. Usia tahun termasuk ke dalam masa remaja awal, 2. Usia tahun termasuk ke dalam masa remaja pertengahan dan, 3. Usia tahun termasuk ke dalam masa remaja akhir. 7

24 Sarwono (2002) mengelompokkan remaja menjadi dua tahap yang didasarkan pada usia tahap perkembangan masa remaja yaitu: (1) Tahap remaja awal (14-17 tahun untuk laki-laki dan tahun untuk wanita) dengan ciri-ciri, yaitu status sosial belum jelas antara anak-anak dan dewasa, terjadi perubahan fisik dan kejiwaan yang pesat, masa peningkatan emosi, masa tidak stabil (cepat merasa bosan, sulit konsentrasi dan lain-lain), dan merasa banyak masalah; (2) Tahap remaja akhir (18-21 tahun untuk laki-laki dan wanita) dengan ciri-ciri yang lebih stabil dalam emosi, minat, konsentrasi dan cara berpikir, mengalami pertumbuhan fisik yang lamban, bertambah realistis, meningkatnya kemampuan untuk memecahkan masalah, serta tidak terganggu lagi dengan perhatian orang tua yang kurang. Mengacu kepada definisi beberapa ahli tersebut, maka mahasiswa dapat dikategorikan sebagai individu yang berada dalam fase remaja akhir dalam kategori perkembangan sosial. Hal ini karena usia mahasiswa yang pada umumnya berkisar antara tahun. Ahmadi dan Sholeh (2005) mengemukakan bahwa individu pada usia mahasiswa berada dalam vitalitas optimum. Perkembangan intelektualnya berada pada taraf operasional formal, sehingga kemampuaan nalarnya tinggi dan dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir sistematis mengenai hal yang abstrak dan hipotesis Karakteristik Remaja Kurt Lewin (dalam Azwar, 2003) merumuskan suatu model hubungan perilaku (ranah psikomotor) yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan sosial dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan kemampuan individu, bahkan kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Hal ini terlihat pada individu yang bersifat submisif (lebih mengutamakan penerimaan lingkungan daripada keinginan pribadi). 8

25 Kemampuan seseorang untuk melakukan sebuah tindakan didorong oleh motif-motif untuk memenuhi kebutuhan, minat serta potensi yang ada pada diri individu tersebut. Motivasi sendiri didefinisikan sebagai suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu (Slavin, 1991). Pengertian motivasi juga merujuk pada faktor-faktor yang terdapat dalam diri seseorang (seperti halnya kebutuhan, harapan dan minat) yang menggerakkan, memelihara, dan mengarahkan perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Huffman et.al, 1995). McClelland (1976) menyatakan bahwa dalam lingkungan akademis, tinggi rendahnya motivasi belajar seseorang cenderung dilihat dari prestasi atau nilai akademisnya. Nilai akademis inilah yang biasanya dijadikan alat untuk mengukur kemampuan peserta didik. Oleh karena itu motivasi belajar sering disamakan dengan motivasi berprestasi. Adapun karakteristik yang berkaitan dengan kreativitas dan kompetensi mahasiswa menurut beberapa penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Jenis Kelamin Tjahjoanggoro (1994) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa makin tua usia seseorang, maka makin tinggi derajat keberhasilan kegiatan yang dilakukannya karena pengalaman yang ia miliki. Selain itu disebutkan pula bahwa laki-laki cenderung memiliki kesuksesan dalam karir yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sejalan dengan ini Azzahra (2009) juga menyatakan bahwa kecenderungan laki-laki lebih besar dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan dan Program Pengembangan Kewirausahaan. Laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk berwirausaha dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menyejahterakan kehidupannya. 2. Prestasi Akademik Menurut Soekarwati et al. (1986), salah satu faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar adalah pendidikan. Pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang yang biasanya diukur melalui tes kemampuan seperti tes prestasi dan tes bakat. Tes Prestasi adalah tes yang dilakukan untuk mengukur keterampilan yang telah dicapai dan menunjukkan apa yang dapat dilakukan 9

26 saat ini. Tes bakat adalah tes yang dilakukan untuk memprediksi apa yang dapat dilakukan seseorang jika dilatih. Jahi (1988, dalam Malta, 2008) merangkum pendapat beberapa ilmuwan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Pendidikan menggambarkan tingkat kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang. Salam (1997) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Tes kemampuan yang biasanya dilakukan dalam lingkungan pendidikan biasanya berupa nilai prestasi akademik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki prestasi akademik yang baik berarti memiliki kemampuan kognitif yang baik pula. Prestasi akademik dengan demikian merupakan nilai yang dimiliki seseorang yang didapat melalui tes prestasi. Prestasi akademik dalam penelitian ini dibatasi pada jumlah indeks prestasi kumulatif remaja sampai pada saat penelitian ini dilakukan. 3. Pengalaman organisasi Pengalaman organisasi merupakan salah satu cara kepemilikan pengetahuan berorganisasi yang dialami seseorang selama terlibat dalam sebuah organisasi. Pengalaman dapat mengarahkan perhatian seseorang pada minat, kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapinya (Batoa, 2007). Manalu (2009) menyatakan bahwa pengalaman merupakan salah satu pertimbangan bagi seseorang dalam menerima ide-ide baru yang menjadi kebutuhan dan dapat membantu memecahkan masalah. Pengalaman organisasi dengan demikian dapat berupa jumlah kuantitatif, yaitu jumlah organisasi dan jumlah tahun yang dialami dan mempengaruhi tindakan seseorang dalam kehidupannya. Pengalaman organisasi dalam penelitian ini adalah jumlah organisasi dan lamanya waktu dalam tahun yang telah dialami individu dalam kegiatan berorganisasi 10

27 Selain ketiga karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya terdapat satu karakteristik lain yang berhubungan dengan kreativitas sehubungan dengan kompetensi yaitu motivasi berprestasi. Menurut McClelland (1976 dalam Hawadi, 2001), motivasi berprestasi adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang dengan titik berat pada bagaimana prestasi tersebut dicapai. Motif inilah yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu standar keunggulan tertentu. Motivasi dapat memberi arah dan tujuan pada kegiatan berprestasi serta mempertahankan kemampuan (ability) berprestasi dan mendorong mahasiswa untuk menyukai dan mengikuti program pengembangan kreativitas. Motivasi merupakan keinginan untuk mengarahkan sekuat tenaga agar tercapai tujuan yang terorganisir, dilakukan melalui kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan individu (Robbins, 1996). Menurut Mc Clelland (1976 dalam Hawadi, 2001), kebutuhan manusia terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. Kebutuhan berprestasi (need for achievement) Dorongan untuk mengungguli atau untuk mencapai sesuatu sesuai standar dan berusaha keras untuk sukses. 2. Kebutuhan berkuasa (need for power) Kebutuhan untuk membuat orang lain patuh kepadanya dan tidak untuk sebaliknya. 3. Kebutuhan berafiliasi (need for affiliation) Keinginan untuk mendapatkan persahabatan dan hubungan interpersonal yang erat. Huffman et.al (1995) menyatakan bahwa kebutuhan berprestasi merupakan kebutuhan untuk mencapai kesuksesan, untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain, dan untuk menguasai tugas-tugas yang menantang. Beberapa karakteristik yang terdapat pada individu berprestasi antara lain: 1. Cenderung untuk menyukai tugas-tugas yang tingkat kesulitannya sewajarnya saja. Mereka menghindari tugas-tugas yang terlampau mudah karena mereka hanya menghadapi tangtangan atau kepuasan yang sedikit saja. Mereka juga 11

28 2. Cenderung untuk menyukai tugas-tugas yang hasilnya cukup jelas. Mereka mencari situasi dimana mereka dapat menerima umpan balik bagi kinerjanya. Mereka lebih suka menerima kritikan yang keras tetapi berasal dari orang yang kompeten daripada seorang teman tetapi tidak berbobot kritikannya. 3. Lebih menyukai untuk menangani pekerjaan dengan tanggungjawab sendiri. Mereka dapat merasa puas manakala tugas itu dapat dikerjakan dengan baik. 4. Lebih menyukai pekerjaan atau tugas yang sulit. 5. Mampu melakukan pekerjaan lebih baik daripada orang lain. Hawadi (2001) menyatakan bahwa secara umum, motif untuk berprestasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi yang datang dari luar diri individu (ekstrinsik) dan motivasi yang datang dari dalam individu itu sendiri (intrinsik). Pada kenyataannya, ada individu yang motif berprestasinya lebih bersifat intrinsik sedangkan individu lain lebih bersifat ekstrinsik. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu: 1. Faktor individual Penelitian yang dilakukan Hawadi (2001) menunjukkan bahwa hanya individu yang mempersepsikan dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademik yang mampu mengembangkan motivasi intrinsik. Individu tipe ini dikatakan lebih menyukai tugas yang menantang dan selalu berusaha mencari kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. 2. Faktor situasional Besar kecilnya jumlah individu dalam suatu kelompok berpengaruh terhadap pembentukan ragam motivasi mahasiswa. Kelompok besar cenderung bersifat formal, penuh persaingan dan kontrol. Situasi seperti ini cenderung menekankan pentingnya kemampuan bukan penguasaan bahan. Sebaliknya pada kelompok yang lebih kecil, individu akan merasa leluasa mengatur dirinya. Harter (1981 dalam Hawadi, 2001) menyatakan tiga hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi dalam kaitannya dengan kemampuan, yaitu: 12

29 1. Kompetensi yang dirasakan oleh individu. Hal ini dipengaruhi persepsinya tentang bagaimana penilaian orang lain terhadap tingkat prestasi yang sesungguhnya. Semakin tinggi prestasi seseorang, maka semakin besar kompetensi yang dimilikinya. 2. Afek dalam kegiatan belajar di lingkungan universitas. Ada tiga afek yang berkaitan dengan mata pelajaran, pengajar dan lingkungan sosial belajar (teman sebaya). 3. Persepsi tentang kontrol. Individu dengan persepsi tentang kontrol internal mempunyai harapan tinggi untuk berhasil dan terdorong untuk bekerja keras. Individu tersebut yakin bahwa keberhasilan dan kegagalan tergantung pada usaha sendiri. Menurut beberapa definisi mengenai motivasi berprestasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari dalam diri responden untuk mencapai prestasi. Dorongan tersebut kemudian akan menyebabkan individu akan berupaya untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuannya Teman Sebaya Remaja juga merupakan golongan yang paling mudah mendapatkan pengaruh budaya karena emosi mereka yang masih labil. Menurut Hurlock (2005), dalam bersosialisasi, selain dengan keluarga, remaja juga bersosialisasi dengan kelompok teman sebaya. Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-teman dalam kelompok. Mudah dimengerti apabila teman sebaya dapat mempengaruhi sikap, penampilan, minat, pembicaraan, perilaku dan kemampuan. Remaja cenderung memilih teman bermain yang mempunyai tingkah laku sama, khususnya yang berasal dari tempat tinggal dan sekolah, serta kebiasaan remaja yang sama. Trock (2003) menyatakan bahwa teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama yang saling mengenal satu sama lain dengan baik. Mansoer (2008) juga menjelaskan bahwa teman sebaya adalah individu lain yang membantu remaja menemukan identitas dan menyelesaikan konflik. 13

30 Gunarsa dan Gunarsa (2006) menyatakan bahwa salah satu ciri khas remaja adalah kecenderungan untuk membentuk kelompok dan kecenderungan melakukan kegiatan berkelompok. Karakter tersebut menjadi dasar bahwa remaja menyukai untuk melakukan kegiatan bersama dengan teman sebayanya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung sebagai berikut: 1. Kesamaan latar belakang Mansoer (2008) menyatakan bahwa nilai yang umum dijadikan acuan atau dasar dalam memilih teman adalah nilai moral, penampilan fisik, status sosial, kepemimpinan dan kecerdasan. Monks dan Knoers (1998) juga menjelaskan bahwa, dalam perkembangan masa remaja terdapat gerakan memisahkan diri dari orang tua menuju ke arah teman-teman sebaya yang mengerti mereka dan berada dalam nasib yang sama. Kesamaan latar belakang ini menjadi penting karena remaja akan merasa nyaman berada dalam kelompok yang dirasakannya memiliki kesamaan nasib dan karakteristik sehingga mereka tidak merasa asing atau risih. 2. Kesamaan minat Pada masa kanak-kanak, individu cenderung memilih teman untuk kegiatan bermain. Seiring perkembangannya remaja akan membentuk pengelompokkan baru yang sesuai dengan minatnya karena teman masa kanak-kanak dianggap tidak lagi dapat sejalan dengan mereka. Sejalan dengan pernyataan tersebut maka Hurlock (2005) menyatakan bahwa pada masa remaja, individu menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orangtua ataupun guru. 3. Dukungan Penelitian yang dilakukan oleh Anawati (2003) menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa remaja merasa nyaman berteman dengan kelompoknya karena mereka mendapatkan dukungan yang kuat baik secara fisik dan mental. Dukungan kelompok ini kemudian akan mengarah kepada solidaritas emosional. Berbagai wacana mengenai kenakalan remaja yang sering 14

31 diungkapkan menyatakan bahwa keterkaitan emosi yang berujung pada solidaritas inilah yang membuat sering terjadinya kasus kenakalan remaja. Hal ini karena dukungan kelompok akan mengarah pada solidaritas emosional yang meliputi perasaan pengertian, saling membutuhkan, merasa percaya dan aman, kemudian merasa dicintai dan diperhatikan, dihormati dan dihargai pendapatnya serta saling membantu. Menurut penelitian yang dilakukan Pritini (2006) didapatkan hasil bahwa teman sebaya biasanya memberikan dukungan berupa dukungan semangat, dukungan fisik, dukungan ego, fungsi komparasi sosial, dan sumber kasih sayang. Bagi remaja, hubungan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupannya. 4. Sumber informasi Hubungan dengan teman sebaya akan menjadi sangat penting karena mereka mulai melakukan gerakan melepaskan diri dari keluarga. Sifat dan karakteristik remaja yang mulai menuntut kebebasan dan senang melakukan eksperimen untuk mengembangkan kretivitas mengakibatkan mereka haus akan informasi dari lingkungan luar. Pritini (2006) dalam penelitiannya menunjukkan hampir semua remaja (92%) mendapat berbagai informasi tersebut dari teman. 5. Intensitas interaksi Remaja menjalin persahabatan dengan teman sebaya dalam perkembangan sosialnya. Interaksi tersebut menjadi wadah bagi remaja untuk belajar kemampuan menerima kelebihan dan kekurangan orang lain. Interaksi sosial remaja dengan teman sebaya mengakibatkan seringkali keputusan yang mereka ambil merupakan hasil perbincangan antara mereka. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Mansoer (2008), mendapatkan hasil mengenai interaksi remaja, yakni rata-rata remaja berinteraksi dengan teman sebaya setiap hari 1 jam (5-6 jam/minggu) di luar sekolah. Trock (2003) menjelaskan bahwa interaksi yang cukup sering antara remaja dan teman sebayanya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif. Melalui interaksi teman sebayalah remaja belajar mengenai pola 15

32 hubungan timbal balik dan setara. Remaja menggali prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah individu dengan tingkat kedewasaan dan usia yang relatif sama dan saling mengenal baik Interaksi Sosial Teman Sebaya Widayanti (2005) menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk individual dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individual mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan interaksi dengan dirinya sendiri, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Dorongan atau motif sosial pada manusia menyebabkan manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Oleh karena itulah terjadi interaksi sosial antara manusia dengan manusia yang lain. Menurut Bonner (2004 dalam Nisriyana, 2007), interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Beberapa uraian di atas dapat menunjukkan bahwa interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masingmasing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi. Soekanto (2002 dalam Nisriyana, 2007) menyatakan bahwa dalam kenyataan sehari-hari terdapat tiga bentuk interaksi sosial yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kerja sama (Co-operation) Kerja sama akan timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama, mempunyai pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan- 16

33 kepentingan tersebut. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. b. Persaingan (Competition) Persaingan dapat diartikan sebagai proses dimana perorangan atau kelompok bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada menjadi pusat perhatian umum dengan cara usaha-usaha menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. c. Pertentangan/pertikaian (Conflict) Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Walaupun pertentangan merupakan proses disosiasif yang agak tajam, akan tetapi pertentangan sebagai salah satu bentuk proses sosial juga mempunyai fungsi positif bagi masyarakat. Nisriyana (2007) menyatakan bahwa interaksi sosial sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks dimana dapat dibedakan beberapa faktor yang mendasarinya, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut: a. Faktor Imitasi Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain (Rahman, 2000 dalam Nisriyana, 2007). Imitasi tidak lain adalah contoh mencontoh, tiru meniru, ikut mengikuti. Imitasi bukan menjadi dasar pokok dari semua interaksi sosial seperti yang diuraikan oleh Gabriel Tarde (dalam Gerungan, 2000), melainkan merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak (Gerungan, 2000). Individu yang hanya mengandalkan perilaku dari meniru dapat 17

34 mengakibatkan individu tersebut menjadi tidak berkembang dan menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis. Imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan kebiasaan dimana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, mereka melakukan dari apa yang mereka lihat. Adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia, yang mendangkalkan kehidupannya. b. Faktor Sugesti Sugesti dalam ilmu sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedomanpedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu (Gerungan, 2000). Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya kemudian diterima oleh pihak lain (Soekanto, 2002). Sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Secara garis besar terdapat beberapa keadaan tertentu serta syaratsyarat yang memudahkan sugesti terjadi, yaitu sugesti karena hambatan berfikir, sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah, segesti karena otoritas, sugesti karena mayoritas dan sugesti karena will to believe (Gerungan, 2000). c. Faktor Identifikasi Identifikasi adalah upaya yang dilakukan seorang individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya (Rahman, 2000 dalam Nisriyana, 2007). Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan seorang lain. (Gerungan, 2000). Sebenarnya manusia itu, ketika masih belum cukup kuat memiliki norma, sikap-sikap, cita-cita atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacam-macam situasi dalam kehidupannya, akan melakukan identifikasi kepada orang-orang yang dianggapnya tokoh pada lapangan kehidupan tempat ia berada. Oleh karena itu manusia terus menerus menguatkan norma 18

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Mahasiswa dan Budaya Akademik Perguruan Tinggi Peguruan tinggi merupakan wahana tenaga ahli yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) Faktor yang berpotensi berhubungan dengan Kompetensi remaja dalam mengikuti Program Kreativitas

Lebih terperinci

2015 STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

2015 STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kerja semakin membutuhkan sumber daya manusia yang unggul, memiliki kompetensi dan mampu bekerjasama. Untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas harus

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan kompetensi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini, akan diuraikan simpulan dan saran berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dalam penelitian yang diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan

Lebih terperinci

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RENNY YUSNIATI A 14204055

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Melalui pendidikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sumber daya manusia berhubungan dengan upaya peningkatan disemua lembaga pendidikan. Untuk itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur pada dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENGELOMPOKAN BERDASARKAN KEMAMPUAN AKADEMIK DENGAN PERILAKU BELAJAR SISWA Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar usia 18-22 tahun. Menurut Hall (dalam Sarlito, 2001) rentang usia tersebut merupakan fase

Lebih terperinci

Program Kreativitas Mahasiswa

Program Kreativitas Mahasiswa 2011 pedoman 1. PENJELASAN UMUM Program Kreativitas Mahasiswa Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta 2011 1 Lulusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS. Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS. Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS (Studi Kasus Kampanye Flu Burung oleh Badan Karantina Pertanian di Jakarta) Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I34052469

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa-masa remaja merupakan masa yang sangat riskan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul, baik permaslahan yang muncul dari dalam maupun dari luar individu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SISKA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula. Pendidikan mempunyai peranan yang amat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan ataupun kasus tawuran dan keributan antara pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada akhirnya

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual tinggi sehingga menjadi sumber daya yang berkualitas, namun pada kenyataan masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN DOSEN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN DOSEN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN DOSEN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA DISUSUN OLEH : YULIATI, S.KEP, M.KEP DWI HENDRO WIDAYATMOKO, SE, MM BARIKA, SE, MM DEPARTEMEN KEMAHASIWAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : RESTY HERMITA NIM K4308111 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan, tantangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri dalam bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) Oleh : VIORA TORIZA I34063121 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterampilan yang memadai. Mahasiswa bukan hanya mampu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterampilan yang memadai. Mahasiswa bukan hanya mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat belajar di Perguruan Tinggi adalah membangun pola pikir dalam struktur kognitif mahasiswa, bukan sekedar untuk memperoleh materi kuliah sebanyak-banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA 68 BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA A. Kualitas Soft Skill Mahasiswa Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama kalinya ke Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000) BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) interaksi sosial adalah relasi sosial yang berfungsi sebagai relasi sosial dinamis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan yang penting. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN MOTIVASI MENGAJAR PADA GURU SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN MOTIVASI MENGAJAR PADA GURU SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN MOTIVASI MENGAJAR PADA GURU SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia, sekaligus tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu dari kata adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Secara psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan individu memperoleh informasi yang berguna untuk memahami bakat dan potensi pada dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah, lebih menekankan pada aspek pengetahuan bahasa, pemahaman isi wacana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR The influence of study motivation through students study achievement in student of class XI IPS at SMA Negeri 2 Metro Academic year 2012/2013 Mar atur

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang dimiliki individu di mana perilaku itu akan muncul pada waktu individu itu berinteraksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab II Kedudukan, Fungsi dan Tujuan pasal 6 menyatakan bahwa: Pendidikan mensyaratkan adanya kompetensi pedagogik, kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Bab II Kedudukan, Fungsi dan Tujuan pasal 6 menyatakan bahwa: Pendidikan mensyaratkan adanya kompetensi pedagogik, kompetensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Institusi pendidikan mengemban tugas penting untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas di masa depan. Hal ini sejalan dengan arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, hal ini ditandai dengan individu yang menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kegiatan observasi awal pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan diskusi kepada guru mata pelajaran IPS, kelas VII A menunjukkan beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan suatu wadah untuk membangun generasi penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG. III. WAKTU/TEMPAT Hari/tanggal : Rabu/7 November 2012 Waktu : selesai Tempat : Ruang Rapat Pimpinan FKp Unair

I. LATAR BELAKANG. III. WAKTU/TEMPAT Hari/tanggal : Rabu/7 November 2012 Waktu : selesai Tempat : Ruang Rapat Pimpinan FKp Unair PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI (MAWAPRES) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ========================================================== I. LATAR BELAKANG Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kesiapan Kerja 2.1.1 Pengertian kesiapan kerja Menurut Anoraga (2009) kerja merupakan bagian yang paling mendasar atau esensial dari kehidupan manusia. Sebagai bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali

Lebih terperinci

Oleh : DWI ERNAWATI A

Oleh : DWI ERNAWATI A ANALISIS SISTEM PELAKSANAAN PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN POTENSI MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Oleh : DWI ERNAWATI A 14102523 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci