BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan
|
|
- Yanti Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecurangan (cheating) merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering muncul menyertai aktivitas proses pembelajaran dan dalam proses penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Perilaku curang pada dasarnya akan mengaburkan hasil kemampuan peserta didik. Perilaku curang dibagi dalam tiga kategori yaitu (1) memberi, mengambil, atau menerima informasi tertentu, (2) menggunakan suatu alat yang dilarang, (3) memanfaatkan kelemahan orang, prosedur, proses untuk mendapatkan keuntungan (Cizek, 2003). Berdasarkan hal tersebut berarti bahwa kecurangan merupakan perbuatan yang dilakukan dengan cara yang tidak baik untuk memperoleh keuntungan. Peserta didik yang biasa berbuat curang akan menjadi sebuah perilaku yang akan terus berulang karena nantinya peserta didik tersebut akan tumbuh menjadi orang-orang dewasa yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Hal itu akan memberikan efek yang buruk jika nantinya mereka menjadi orang-orang penting di dalam sebuah pemerintahan. Kecurangan akademik bukanlah masalah baru dalam dunia pendidikan. Teixeira dan Rocha (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik adalah fenomena global yang secara frekuensi semakin meningkat. Banyaknya tindakan 1
2 2 kecurangan akademik yang dilakukan di berbagai ranah akademik yang ada di Indonesia menunjukkan sedikit atau bahkan belum adanya pendidikan di Indonesia yang mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya dari sisi pembentukan karakter individu mahasiswa. Pendidikan tinggi juga tidak terhindar dari adanya tindakan kecurangan akademik. Tindakan kecurangan akademik juga terjadi pada mahasiswa. Berbagai tindakan kecurangan akademik dilakukan mahasiswa yang merupakan calon lulusan dari perguruan tinggi, dengan berbagai alasan dan tujuan. Beberapa bentuk kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa antara lain adalah mencontek saat ujian, menyalin jawaban teman, copy paste dari internet tanpa menyebutkan sumbernya, tidak hadir kuliah tetapi titip tanda tangan, membuat contekan saat ujian, meminta bantuan teman saat ujian, bekerjasama dengan teman saat ujian. Kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa sebenarnya ada yang disadari namun ada pula yang tidak disadari bahwa yang mereka lakukan sebenarnya merupakan sebuah tindakan kecurangan yang dapat dikenai sanksi. Adanya keinginan untuk memperoleh IPK tinggi, kebanggaan, atau hanya sebatas karena harga diri terkadang membuat mahasiswa melakukan tindakan kecurangan akademik. Berbagai bentuk kecurangan inilah yang akan mengikis karakter mahasiswa sebagai individu yang akan mengemban amanah bangsa untuk menjadi generasi pengubah bangsa menuju ke arah yang lebih baik (Sagoro, 2013). Perilaku cheating terjadi hampir di semua tingkat satuan pendidikan mulai dari sekolah dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT). Berdasarkan survei yang telah dilakukan Survei Litbang Media Group pada 19 April 2007 terhadap 480
3 3 responden dewasa di enam kota besar di Indonesia, yaitu Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan menunjukkan mayoritas anak didik, baik di bangku sekolah dan perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk menyontek. Hampir 70 persen responden yang ditanya apakah pernah menyontek ketika masih sekolah atau kuliah, menjawab pernah. Bahkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh peneliti ditemukan adanya tugas akhir (skripsi) mahasiswa yang mengindikasikan adanya praktik copy paste atau plagiarism dari satu skripsi dengan skripsi yang lainnya (Nursalam, Bani, & Munirah, 2013). Akibat sering terjadinya kasus-kasus kecurangan akademik, maka tindakan tersebut semakin ditoleransi dan dianggap hal biasa yang tidak perlu dihindari. Kecurangan akademik biasanya dilakukan karena kurangnya percaya diri atas jawaban yang dimiliki, akhirnya lebih percaya jawaban orang lain. Alasan lain karena mahasiswa malas belajar dan lebih senang mencari jawaban di buku atau alat lain selama ujian berlangsung. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai yang baik. Bagi akademisi, kecurangan akademik dilakukan dengan tujuan mendapatkan gelar lebih atau kredit lebih dari hasil penelitian atau tulias yang diperoleh dengan plagiarisme (Muslimah, 2013). Kecurangan akademik muncul sebagai interaksi berbagai faktor, baik yang bersifat internal (ada di dalam diri pelaku) maupun yang bersifat eksternal (berasal dari lingkungan). Faktor internal mencakup kemalasan, kurangnya kesadaran pekerjaan sesama siswa, kualitas rendah, pengalaman kegagalan sebelumnya dan harapan sukses yang pasti. Faktor eksternal meliputi urutan tempat duduk, ujian
4 4 yang penting, tingkat kesulitan tes, tes yang tidak adil, penjadwalan dan pengawasan (Purnamasari, 2013). Roig (2006) percaya bahwa alasan utama tindak curang dilakukan karena adanya intervensi terutama dari variabel situasional. Agar dapat mengatasi masalah kecurangan akademik ini, hal yang sebenarnya harus dilakukan adalah mengubah perilaku dan persepsi mahasiswa karena kecurangan akademik yang terbiasa melakukan tindak curang dapat membentuk kepribadian negatif. Kepribadian negatif tersebut antara lain kebergantungan terhadap orang lain, ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri, dan juga ketidakjujuran. Disisi lain akibat dari perilaku kecurangan akademik akan mengakibatkan terbentuknya perilaku atau watak yang tidak percaya diri, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, tidak kreatif, dan tidak berprestasi. Hasil penelitian yang ditemukan oleh Kurniawan (2011) menyatakan bahwa seluruh responden yakni mahasiswa psikologi Unnes angkatan 2007 hingga 2010 pernah melakukan setidaknya satu macam perilaku kecurangan akademik yang berupa menggunakan materi yang dilarang digunakan saat proses assessment (43%), tindak plagiasi atau pemalsuan (22%), melakukan misrepresentation (13%) dan kolaborasi dengan teman lain saat ujian (10%), sedangkan perilaku absen berkontribusi dalam tugas kelompok dan sabotase dilaporkan sangat jarang terjadi, berdasarkan data penelitian bahwa seluruh responden berada pada kriteria rendah. Buruknya dampak yang ditimbulkan dari tindakan kecurangan akademik memicu berbagai pihak untuk segera mengatasinya, harapan untuk menjadi
5 5 bangsa yang lebih baik akan terwujud jika sejak dini berbagai tindakan kecurangan yang ada, khususnya di dunia pendidikan harus segera dicegah. Mahasiswa sebagai kunci utama pencegahan kecurangan akademik memegang peranan penting agar kecurangan akademik tindak muncul dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Banyaknya faktor yang berasal dari mahasiswa yang mempengaruhi munculnya tindakan kecurangan akademik harus mampu diatasi oleh mahasiswa baik secara individu maupun secara berkelompok. Beberapa penelitian terdahulu mengenai kecurangan akademik dilakukan oleh Rizki (2009) mengenai hubungan prokrastinasi akademik dan kecurangan akademik pada mahasiswa dengan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan prokrastinasi akademik dengan kecurangan akademik serta ada perbedaan kecurangan akademik ditinjau dari jenis kelamin dan tidak ada perbedaan kecurangan akademik ditinjau dari usia dan IPK. Ungusari (2015) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa bentuk ketidakjujuran akademik yang muncul pada situasi mengerjakan tugas, ulangan, serta ujian yaitu berperilaku curang, mengcopy dari internet, mengcopy pekerjaan teman, meminjam tugas teman, bertanya pada teman, memberi jawaban teman, berbohong, membuat contekan serta memanfaatkan kesempatan. Wibowo, Herlina dan Kristyassari (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perilaku kecurangan akademik berbeda antara pria dan wanita, sedangkan tidak ada perbedaan prokrastinasi akademik ditinjau dari jenis kelamin. Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa mahasiswa memiliki kecurangan akademis yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswi. Hal ini
6 6 sejalan dengan pernyataan Hendricks (2004) bahwa mahasiswa lebih banyak melakukan kecurangan akademis daripada mahasiswi, hal ini karena wanita dalam bersosialisasi lebih mematuhi peraturan daripada pria. Wibowo, Herlina, dan Kristyassari (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pria memiliki pengendalian diri (self control) yang rendah sehingga mendorongnya memiliki kecenderungan untuk melakukan kecurangan akademik, sedangkan wanita memiliki rasa malu yang lebih tinggi sehingga mencegahnya untuk melakukan kecurangan akademik. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaan kecurangan akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta berdasarkan gender dan bidang ilmu, hal ini karena kecurangan akademik sudah menjadi cara bertindak umum di kalangan mahasiswa. Ada beberapa perbedaan individual dalam kecurangan akademik. Woolfolk (2009) dalam studinya terhadap remaja dan mahasiswa menemukan bahwa laki-laki lebih banyak yang menyontek daripada perempuan dan siswa-siswa yang berprestasi rendah lebih banyak yang menyontek dari pada mereka yang berprestasi tinggi. Karakteristik individu merupakan variabel yang mempengaruhi kecurangan akademik (Fiqueroa, 2010). Gerdeman (2000) mengemukakan bahwa faktor karakteristik individu yang berpengaruh terhadap kecurangan akademik salah satunya adalah program studi. Wibowo, Herlina dan Kristyassari (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa asal program studi tidak memiliki perbedaan dalam persepsi sikap dan perilaku kecurangan akademik. Hal ini bisa
7 7 terjadi karena tingkat kecurangan yang dilakukan kedua kelompok tersebut relatif sama. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Perbedaan Kecurangan Akademik ditinjau dari Jenis Kelamin Dan Bidang Ilmu Pada Mahasiswa B. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecurangan akademik berdasarkan jenis kelamin dan bidang ilmu pada mahasiswa. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi gender terhadap perilaku kecurangan akademik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Perguruan Tinggi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang kecurangan akademik sehingga perguruan tinggi dapat mengambil tindakan untuk meminimalisir perilaku kecurangan akademik tersebut, misalnya adalah dengan penggunaan aplikasi bagi mahasiswa yang copy paste dari internet, ataupun dengan tidak memberikan nilai bagi mahasiswa yang hasil tugasnya sama persis dengan mahasiswa lain.
8 8 b. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar ataupun referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian di bidang yang sama di masa datang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecurangan akademik bukanlah masalah yang baru dalam pendidikan di Indonesia, sehingga fenomena kecurangan akademik dapat dikatakan telah menjadi kebiasaan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang benar, tetapi juga disertai dengan tanggung jawab atas apa yang dikerjakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna kejujuran tidak hanya terbatas pada teorinya saja seperti mengatakan yang benar, tetapi juga disertai dengan tanggung jawab atas apa yang dikerjakan sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam menghadapi tantangan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari hari tetapi jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menyontek adalah salah satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari hari tetapi jarang mendapat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : Willis Jati Nirmala Putri F 100 030 114
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan. Keberhasilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini, diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan ini terlebih dahulu dapat dilakukan dengan peningkatan
Lebih terperinciPERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA
PERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.
HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, karakter, serta tingkah laku moral para peserta didik. Di bangku sekolah, para peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi persaingan dalam hal kualitas maupun kuantitas. Dari segi mahasiswapun terjadi persaingan baik antar maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini perilaku plagiat sering kita jumpain pada setiap aktivitas belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group pada tahun 2012 mayoritas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah:
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 1. Endra Murti Sagoro (2013) Penelitian Endra Murti Sagoro menguji tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan jujur. Namun hingga saat ini, masih ada masalah ketidakjujuran mahasiswa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pengembangan potensi diri dalam hal intelektual, spiritual dan emosional. Pendidikan juga berperan membentuk mahasiswa yang berkarakter dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam kesuksesan mahasiswa di masa depannya. Prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional, pemerintah Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang berkualitas, agar sumberdaya manusia
Lebih terperinciPenelitian tentang kejujuran pada calon guru pernah dilakukan oleh Arianto (2013) dengan judul Tingkat Kejujuran Sosial dan Akademik Mahasiswa
PENGANTAR Di Indonesia standar kompetensi lulusan pada jenjang perguruan tinggi telah diatur dalam PP pasal 26 nomor 19 tahun 2005. Didalamnya menjelaskan bahwa standar kompetensi lulusan pada jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses belajar. Penelusuran referensi, materi kuliah, dan update informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang pengetahuan dan teknologi ini membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tugas merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan perkuliahan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan perkuliahan dan merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dalam proses pembelajaran di dunia perkuliahan, tugas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang tangguh baik secara fisik, mental maupun intelektual dan kepribadian. pendidikan di indonesia yaitu Madrasah Aliyah (MA).
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dengan interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kultur akademik sendiri menghendaki mahasiswa itu untuk melakukan proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan tokoh utama dalam pembentukan kultur akedemik. Kultur akademik sendiri menghendaki mahasiswa itu untuk melakukan proses kreatif, tidak hanya
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XI, No.2, Tahun 2013 Endra Murti Sagoro 54-67
PENSINERGIAN MAHASISWA, DOSEN, DAN LEMBAGA DALAM PENCEGAHAN KECURANGAN AKADEMIK MAHASISWA AKUNTANSI Oleh : Staf Pengajar Jurusan P. Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Mahasiswa merupakan generasi
Lebih terperinci2016 KECENDERUNGAN INTEGRITAS AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Integritas akademik (academic integrity) saat ini merupakan isu pendidikan yang krusial dan menjadi perhatian utama dalam pengembangan pendidikan secara internasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan globalisasi, bangsa Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak remaja yang sudah duduk di bangku SMP dan SMA umumnya menghabiskan waktu sekitar 7 jam sehari di sekolahnya. Ini berarti bahwa hampir sepertiga dari waktunya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. September Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program
55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciKEJUJURAN DAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK PADA SISWA SMA YANG BERBASIS AGAMA NASKAH PUBLIKASI
KEJUJURAN DAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK PADA SISWA SMA YANG BERBASIS AGAMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan. Pendidikan juga berfungsi untuk membentuk karakter manusia yang lebih baik. Menurut UU No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap individu, baik berupa pendidikan formal ataupun nonformal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan satu modal penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia di segala bidang. Dimana pada era modern ini, banyak terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (homo sosius), yang dibekali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial (homo sosius), yang dibekali Tuhan dengan akal, dimana akal akan menjadikan manusia mengetahui segala sesuatu (Qadir, 2006). Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, dan pergaulan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap ujian yang mereka lakukan, ataupun dalam tugas tugas yang mereka kerjakan, dan kadang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Data tentang kecurangan akademik di Amerika menunjukkan bahwa satu dari tiga orang siswa dalam rentang usia 12-17 tahun mengaku pernah berbuat curang (Sussman, 2004).
Lebih terperinciJUDUL PENELITIAN ILMIAH Disusun oleh : Siti Shara Npm : Pembimbing : Faisal Rachmat S.psi, M.A.
JUDUL PENELITIAN ILMIAH Disusun oleh : Siti Shara Npm : 19511056 Pembimbing : Faisal Rachmat S.psi, M.A. HUBUNGAN SELF-EFFICACY DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MENYONTEK MAHASISWA UNIVERSITAS X Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah. Dikenal karena ada yang melakukan atau hanya sebatas mengetahui perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menyontek merupakan kata yang telah dikenal oleh sebagian besar siswa di sekolah. Dikenal karena ada yang melakukan atau hanya sebatas mengetahui perilaku itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siapa pun itu, pasti pernah berbohong ataupun berlaku tidak jujur tanpa pandang usia. Bahkan, anak-anak sekolah dasar pun pun bisa melakukannya. Ada yang kedapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Masalah menyontek selalu terjadi dalam dunia pendidikan dan selalu terkait dengan tes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bersikap (Ihsan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahkluk yang memiliki akal dan pikiran, manusia diberi kebebasan dalam mencari ilmu pengetahuan. Salah satu kebebasan mencari ilmu ialah dengan proses
Lebih terperinciKETIDAKJUJURAN AKADEMIK MAHASISWA PERGURUAN TINGGI X DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
KETIDAKJUJURAN AKADEMIK MAHASISWA PERGURUAN TINGGI X DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam. Semua usaha bisnis tersebut berusaha untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk tindakan negatif yang dilakukan oleh pelajar dalam proses pembelajaran adalah menyontek. Menyontek merupakan salah satu perbuatan curang dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Perilaku menyontek merupakan fenomena yang sudah lama ada dalam dunia pendidikan. Masalah menyontek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa menerima pendidikan di sekolah formal untuk mendapatkan bekal yang akan berguna dalam kehidupannya kelak. Sudah menjadi tugas siswa untuk belajar dan menimba
Lebih terperinciDisusun Oleh : Handris Krisnayana ( )
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Dosen PJMK : Drs. H. Moh. Adib, MA. Tugas Essay Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai Pahlawan dalam Pemberantasan Plagiarisme Disusun Oleh : Handris
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK 1. Pengertian Perilaku Kecurangan Akademik Menurut Oxford Dictionaries (1992) kecurangan merupakan tindakan tidak jujur, tidak adil untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk generasi
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk generasi muda yang bertakwa dan berilmu pengetahuan,, sesuai dengan tujuan UUD No 20 tahun 2003 yaitu tentang
Lebih terperinciPengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja
Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja OLEH: Nama : Rurialita NPM : 18513134 Kelas : 3PA12 Dosen Pembimbing : Mimi Wahyuni BAB I. PENDAHULUAN Mahasiswa Yang Bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia dan bertujuan untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap ( attitudes), perilaku (behaviours), motivasi (motivations) dan keterampilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar salah, baik buruk, baik secara eksplisit maupun emplisit. Menurut Tadkiroatum Musfiroh
Lebih terperinciPendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Peran Pendidikan Pancasila Sebagai Cara Untuk Meminimalisasikan Tindakan Plagiarisme Yang Merupakan Salah Satu Bentuk Tindakan Korupsi di Kalangan Akademis Drs.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan tinggi (Cizek, 1999; Evans & Craig, 1990a, 1990b; Leveque & Walker, 1970; Schab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prilaku menyontek atau cheating adalah salah satu fenomena pendidikan
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Prilaku menyontek atau cheating adalah salah satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena dalam dunia pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar-mengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman biasanya selalu diiringi dengan perubahan perilaku manusia, dimana seringkali perilaku manusia dikaitkan dengan isu etis, yang mana seorang profesional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. moyang, teman teman, milik, uang dan lain lain. Kalau semuanya bagus, ia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab tidak satupun dari keberhasilan manusia di dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntan profesional di masa depan yang memiliki kompetensi, integritas, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa akuntansi merupakan populasi yang diharapkan menjadi akuntan profesional di masa depan yang memiliki kompetensi, integritas, dan kredibilitas tinggi. Ikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu dihadapkan pada pemikiran-pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang akan diraih selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. menyontek tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek dapat
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kencenderungan Menyontek 1. Pengertian Menyontek Dalam kamus bahasa indonesia (Suharto & Iryanto, 1995), kata menyontek tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek dapat
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI
BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Praktik-praktik kecurangan (fraud) sudah semakin meluas di kalangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik-praktik kecurangan (fraud) sudah semakin meluas di kalangan masyarakat, termasuk di kalangan mahasiswa. Praktik-praktik kecurangan (fraud) ini terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan yang dilalui.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang terjadi di negara indonesia cenderung dituduhkan pada dunia pendidikan yang disorot sebagai sektor yang belum berhasil mengemban misi mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia ( pendidik ) untuk bertanggung jawab membimbing anak didik menuju ke kedewasaan. Sebagai usaha yang mempunyai tujuan atau cita-cita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakter agar terwujud mahasiswa yang berkarakter, berbudaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu perguruan tinggi dituntut mampu mengembangkan pendidikan karakter agar terwujud mahasiswa yang berkarakter, berbudaya dan bermoral. Tuntutan tersebut sulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarah pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu hal yang menjadi tonggak ukur kesuksesan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu hal yang menjadi tonggak ukur kesuksesan seseorang. Bahkan pendidikan menawarkan sejuta harapan bagi yang menginginkan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga formal yang berperan dalam membantu siswa untuk mencapai tugas-tugas perkembangan
Lebih terperinciPERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI
1 PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ANUGRAHENING KUSHARTANTI F 100050256 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciPrilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Aat Agustini, MKM
ب س م االله الر ح م ن اار ح ي Prilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari Aat Agustini, MKM Jujur adalah suatu kebenaran yang sesuai antara perkataan dan kenyataan I tikad yang ada di dalam hati. Jujur termasuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015
HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh: Deis Isyana Nur Putri ABSTRAK Motivasi dapat membuat seseorang berbuat demi mencapai tujuan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 8 Tabel Subjek penelitian berdasarkan kelas
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTS Sullamul Hidayah Probolinggo. Jumlah dalam penelitian ini sebanyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemalsuan data laboratorium dan tindak kecurangan. Menurut Mujahidah (2012 :4)
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menyontek 1. Pengertian perilaku menyontek McCabe dan Trevino (dalam Carpenter, 2006:181) mendefinisikan perilaku menyontek sebagai tindakan termasuk menyalin pada
Lebih terperinciLAMPIRAN I KATA PENGANTAR
LAMPIRAN I KATA PENGANTAR Dengan hormat, Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai hubungan antara kemandirian dan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk melakukan tindakan persaingan yang cukup tajam dalam dunia bisnis. Semua perusahaan memiliki
Lebih terperinciKEJUJURAN AKADEMIK PADA MAHASISWA SAAT MENGHADAPI UJIAN. Naskah Publikasi
KEJUJURAN AKADEMIK PADA MAHASISWA SAAT MENGHADAPI UJIAN Naskah Publikasi Diajukan oleh: DIMAS SATRIO NUGROHO F 100 100 190 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 KEJUJURAN AKADEMIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman, siswa selaku peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman, siswa selaku peserta didik dituntut untuk memiliki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
33 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yang bermaksud untuk mengeksplorasi dan klarifikasi suatu fenomena atau fakta sosial, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku terhadap pelanggaran, ketidakjujuran, dan penyimpangan akademik atau biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Unand ini merupakan satu dari dua universitas negeri yang berada diluar pulau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Andalas adalah salah satu universitas yang mendapat akreditasi A. Akreditasi A yang diperoleh Universitas Andalas adalah sebuah pencapaian dan prestasi
Lebih terperinciPERILAKU MENYONTEK SISWA SMA NEGERI DI KOTA PADANG SERTA UPAYA PENCEGAHAN OLEH GURU BK
Volume 2 Nomor 1 Februari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 71-75 Info Artikel: Diterima15/02/2013 Direvisi 21/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tinggi. Selain itu, pada tanggal 4 Mei 2011 juga ada penanda-tanganan Deklarasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, khususnya pada tingkat perguruan tinggi, perilaku menyontek mulai mendapat perhatian sejak dikeluarkannya Permendiknas Nomor 17 tahun 2010 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dipandang sebagai cara yang tepat untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Melalui
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS
LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA No. Pernyataan SS S N TS STS 1 2 Saya tidak mendaftar sidang skripsi pada periode ini karena merasa belum siap. Saya tersinggung
Lebih terperinciKEJUJURAN AKADEMIK PADA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
KEJUJURAN AKADEMIK PADA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : Tyas Ayu Astrini F 100100185 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan perkembangan suatu bangsa, selain itu pendidikan juga memegang peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki budi pekerti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional pendidikan Indonesia adalah mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Perilaku Menyontek. Dalam institusi pendidikan atau sekolah terdapat perilaku yang dengan
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Perilaku Menyontek Dalam institusi pendidikan atau sekolah terdapat perilaku yang dengan mudah ditemukan yaitu perilaku menyontek. Perilaku menyontek terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dituntut untuk menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Baik itu tuntutan
Lebih terperinci