BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI TEKNIK PCR OVERLAPPING 1. Sintesis dan amplifikasi fragmen ekson 1 dan 2 gen tat HIV-1 Visualisasi gel elektroforesis 1,5% (b/v) selama 45 menit dengan voltase 100 V terhadap produk PCR tahap pertama menunjukkan terbentuknya pita DNA tunggal berukuran 236 pb untuk ekson 1 dan 110 pb untuk ekson 2 (Gambar 11). Hasil visualisasi tersebut (Gambar 11) sesuai dengan analisis pendahuluan terhadap panjang fragmen gen tat HIV-1 yang akan disintesis (lihat Cara Kerja 2; Gambar 8). Berdasarkan visualisasi tersebut, maka fragmen DNA target diperkirakan telah berhasil disintesis secara spesifik. Settanni dkk. (2006: 3794) menyatakan bahwa suatu sampel DNA dikatakan spesifik dan berhasil diamplifikasi apabila hasil analisis elektroforesis menunjukkan terdapatnya pita tunggal DNA dengan ukuran sesuai berdasarkan penanda yang telah diketahui sebelumnya. Pasangan primer untuk sintesis fragmen gen tat HIV-1 dirancang dengan tambahan situs restriksi. Primer Ex1-TatpNL4 dirancang memuat situs restriksi XmaI pada ujung 5 OH, sedangkan pada ujung 5 OH primer Ex2-TatpNL4C memuat situs restriksi SalI. Penambahan situs restriksi pada fragmen gen tat HIV-1 hasil PCR bertujuan supaya fragmen dapat disisipkan 41

2 42 ke dalam multiple cloning site (MCS) plasmid pqe-80l untuk proses pengklonaan (Dieffenbach dkk. 1993: 32). Sintesis fragmen gen tat HIV-1 dalam penelitian dilakukan menggunakan cetakan DNA pnl43 [accession number M ] (koleksi Departemen Mikrobiologi FKUI). Penggunaan klona molekular pnl43 berdasarkan Pavlakis & Felber (1999: 1) bahwa bahwa klona molekular pnl43 memiliki similaritas dengan strain referensi standar HIV-1, yaitu strain HXB2 [accession number K ]. Strain HXB2 merupakan strain HIV-1 subtipe B pertama yang berhasil diidentifikasi dan dijadikan strain standar referensi (strandard reference strain) dalam penelitian terhadap HIV-1 (Korber dkk. 2001: 25). Berdasarkan hal tersebut maka diperkirakan protein Tat yang dihasilkan dapat digunakan untuk identifikasi HIV-1 di Indonesia. Produk PCR pertama yang akan digunakan sebagai cetakan untuk PCR overlapping tidak dipurifikasi terlebih dahulu. Kanoksilapatham dkk. (2007: 7) menyatakan bahwa purifikasi produk PCR pertama sebagai DNA cetakan dalam PCR overlapping diperlukan untuk menghilangkan sisa-sisa komponen reaksi pada PCR pertama yang mungkin mengganggu reaksi amplifikasi pada PCR overlapping. Hal tersebut dianggap tidak perlu untuk dilakukan pada penelitian sebab hanya diperoleh pita tunggal dengan ukuran yang sesuai pada hasil PCR masing-masing ekson (Gambar 11). Produk PCR pertama yang tidak dipurifikasi dapat memperbesar kemungkinan terbentuknya pita non-spesifik sebagai hasil PCR overlapping. Hasil tersebut dapat diperoleh karena masih adanya primer overlap yang tersisa, sehingga

3 43 pada reaksi PCR berikutnya tidak diperoleh produk full-length, melainkan produk dengan ukuran yang sama atau lebih besar dari yang diharapkan. 2. Sintesis fragmen gen tat HIV-1 full-length Visualisasi hasil optimasi produk PCR overlapping pada gel agarosa 1,5% menunjukkan bahwa suhu annealing optimum adalah 64 C (Gambar 12.a). Hal tersebut ditentukan berdasarkan perbandingan ketebalan pita DNA hasil elektroforesis. Visualisasi gel elektroforesis (Gambar 12.a) memperlihatkan bahwa di antara 4 suhu annealing yang dioptimasi, pita tunggal DNA berukuran sekitar 316 pb yang paling tebal terbentuk pada suhu 64 C. Sauer dkk. (1998: 25) menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas produk DNA dapat diketahui secara langsung dan mudah melalui elektroforesis. Ketebalan pola pita DNA yang terbentuk merupakan parameter untuk menentukan hal tersebut, pola pita DNA tebal dan spesifik menunjukkan bahwa produk PCR telah diamplifikasi dengan baik. Fragmen ekson 1 gen tat HIV-1 berukuran 236 pb dan ekson 2 berukuran 110 pb dengan masing-masing fragmen memiliki 10 basa yang overlap, sehingga saat terjadi proses PCR overlapping diharapkan terbentuk fragmen gen tat HIV-1 dengan ukuran sekitar 326 pb. Temperature of melting (Tm) dari dua primer overlap dalam sintesis fragmen gen tat HIV-1 adalah 64 C. Sambrook & Russell (2001b: 8.8) menyatakan bahwa suhu annealing PCR umumnya 3--5 C di bawah suhu Tm. Menurut Young & Dong (2004: 1) PCR overlapping dapat terjadi jika

4 44 selisih titik leleh antara dua primer overlap tidak terlalu jauh atau bahkan sama, sehingga kedua daerah overlap pada masing-masing untai DNA dapat saling melekat. Penelitian pendahuluan menggunakan suhu annealing 62 C selama 30 detik menunjukkan terbentuknya pita DNA non spesifik. Berdasarkan pernyataan tersebut maka optimasi kondisi annealing terhadap PCR overlapping fragmen gen tat HIV-1 dilakukan pada suhu di atas Tm kedua primer overlap yaitu pada 64 C, 66 C, dan 68 C. Menurut Ahmed (2006: 118) optimasi kondisi PCR perlu dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan kondisi PCR yang tepat. Optimasi kondisi annealing PCR overlapping dilakukan untuk mendapatkan produk PCR spesifik. Kondisi annealing yang tepat untuk PCR overlapping adalah pada suhu 64 C selama 45 menit. Hal tersebut dapat diketahui dari terbentuknya pita DNA paling tebal pada kondisi PCR tersebut (Gambar 12.b). Optimasi waktu annealing dilakukan pada kisaran 15 detik, 30 detik, 45 detik, dan 1 menit. Pemilihan kisaran waktu tersebut dilakukan berdasarkan pernyataan Ahmed (2006: 119) bahwa waktu annealing yang tepat untuk PCR berkisar antara detik. Gambar 12a & 12b menunjukkan perbedaan intensitas pendaran warna pita DNA dari hasil PCR. Kedua produk PCR tidak dielektroforesis pada waktu bersamaan dan gel yang digunakan pun tidak dibuat pada saat yang sama. Hal tersebut kemungkinan menjadi penyebab perbedaan intensitas pita DNA antara kedua produk PCR, walaupun DNA cetakan yang digunakan sama. Gel agarosa dari Gambar 12a mengalami proses

5 45 pewarnaan yang lebih lama dibandingkan Gambar 12b. Perbedaan lamanya waktu pewarnaan gel pada larutan etidium bromida juga menjadi sebab terjadinya perbedaan intensitas pita DNA. Konsentrasi marka DNA yang digunakan pada kedua gel agarosa (Gambar 12a & 12b) adalah sama, sehingga kemungkinan kedua produk PCR akan memperlihatkan intensitas pita DNA yang sama jika dielektroforesis secara bersamaan menggunakan satu gel saja. Visualisasi produk PCR overlapping melalui elektroforesis gel agarosa menunjukkan terbentuknya pita tunggal DNA berukuran sekitar 326 pb (Gambar 13). Hasil analisis elektroforesis tersebut menunjukkan bahwa diperkirakan fragmen gen tat HIV-1 telah berhasil disintesis dan diamplifikasi secara spesifik. Hasil PCR overlapping yang spesifik dapat dipengaruhi oleh rancangan daerah overlap pada primer. Sejumlah 20 basa pada pasangan primer Ex1-TatpNL4C dan Ex2-TatpNL4 dirancang overlap terhadap fragmen gen tat HIV-1 yang akan digabungkan (Tabel 1). Hal tersebut sesuai dengan penelitian An dkk. (2007: 3) yang melaporkan bahwa pasangan primer optimal untuk overlapping PCR memiliki panjang antara pb, dengan daerah overlap minimal 15 basa. Daerah overlap yang terlalu panjang dapat menyebabkan terbentuknya produk PCR tidak spesifik. Siklus PCR overlapping pada penelitian adalah sebanyak 37 kali. Hal tersebut tidak sesuai dengan siklus PCR overlapping umumnya. Sintesis DNA menggunakan teknik PCR overlapping umumnya dilakukan sebanyak siklus. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terbentuknya fragmen

6 46 non-spesifik pada produk PCR (Xiong dkk. 2004: 2). Jumlah siklus PCR pada penelitian diperkirakan cukup baik untuk mendapatkan banyak produk PCR dengan ukuran sesuai, hal tersebut dapat diketahui dari visualisasi gel elektroforesis yang menunjukkan terbentuknya pita tunggal DNA dengan ukuran sesuai (Gambar 13). Enzim Platinum Taq DNA polymerase yang digunakan untuk PCR overlapping bukan merupakan high-fidelity DNA polymerase. Penggunaan enzim tersebut untuk PCR overlapping berlawanan dengan sebagian besar penelitian PCR overlapping. Beberapa penelitian mengenai PCR overlapping melaporkan bahwa hasil dari PCR overlapping akan lebih baik jika reaksi PCR dikatalis oleh high-fidelity DNA polymerase, seperti Pfu DNA polymerase, karena enzim tersebut memiliki spesifisitas lebih tinggi dibandingkan Taq DNA polymerase standar (An dkk. 2007: 3; Young & Dong 2004: 2; Xiong dkk. 2004: 6). Platinum Taq DNA polymerase yang digunakan dalam penelitian memiliki aktivitas hot start, yaitu enzim akan diaktifkan setelah suhu denaturasi dari siklus PCR mencapai 94 C (Invitrogen 2002: 1). Berdasarkan hal tersebut diharapkan aktivitas hot start yang dimiliki Platinum Taq DNA polymerase dapat meningkatkan spesifitas, sensitivitas, dan jumlah produk PCR (Ausubel dkk. 2002: 15.1). Visualisasi produk PCR overlapping menunjukkan bahwa penggunaan enzim tersebut kemungkinan tidak mempengaruhi hasil PCR, sebab tidak terdapat pita DNA berukuran selain 326 pb. Visualisasi produk PCR melalui elektroforesis gel tersebut

7 47 perlu diverifikasi lebih lanjut melalui proses sequencing untuk mengetahui akurasi dari jumlah siklus PCR dan enzim polimerase DNA yang digunakan. Hasil purifikasi produk PCR menggunakan Qiagen PCR purification kit menunjukkan bahwa pita DNA produk PCR hasil purifikasi lebih bersih dan tidak smear (Gambar 13.b). Purifikasi DNA tersebut menggunakan metode membran silika yang merupakan salah satu metode untuk membersihkan DNA dari berbagai kontaminan, misalnya enzim, protein, ataupun senyawa kimia lainnya (Ausubel dkk. 2002: 2.1.1). Hasil pengukuran konsentrasi produk PCR yang telah dipurifikasi adalah sebesar 80 ng/μl (Tabel 2). Kemurnian DNA dihitung dengan membandingkan nilai absorbansi pada λ 260 nm dan 280 nm (Seidman & Mowery 2006: 5). Kemurnian DNA didapatkan sebesar 1,33, sedangkan menurut Seidman & Mowery (2006: 5), tingkat kemurnian DNA yang baik adalah 1,8. Tingkat kemurnian di bawah 1,8 menunjukkan kemungkinan adanya kontaminasi protein pada DNA hasil purifikasi. Kemurnian produk PCR yang rendah dapat disebabkan oleh proses purifikasi yang tidak baik, atau terdapat kontaminan dalam produk PCR hasil purifikasi, sehingga mempengaruhi pengukuran konsentrasi DNA pada spektrofotometer. Kontaminasi protein pada produk PCR tidak dapat diketahui melalui visualisasi gel elektroforesis, hal tersebut disebabkan protein tidak terwarnai oleh etidium bromida yang merupakan pewarna dalam visualisasi elektroforesis DNA (Raymer & Smith 2007: 746).

8 48 B. PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI pqe-80l 1. Konstruksi vektor rekombinan pqe-80l pembawa fragmen gen tat HIV-1 Visualisasi hasil isolasi plasmid pqe-80l pada gel agarosa 0,8% (b/v) menunjukkan terbentuknya dua pita DNA (Gambar 14). Dua pita DNA tersebut menunjukkan variasi bentuk dari plasmid pqe-80l. Pita DNA yang berada paling bawah menunjukkan plasmid dengan bentuk supercoiled. Pita DNA di atas bentuk supercoiled adalah bentuk nicked circle. Pita DNA supercoiled memiliki tingkat migrasi yang paling cepat dibandingkan bentuk DNA plasmid lainnya, sehingga pada hasil elektroforesis akan berada pada posisi lebih rendah dibandingkan bentuk DNA plasmid lainnya, misalnya nicked circle (Edvotek 2001b: 6). Pita DNA dengan bentuk supercoiled terlihat lebih tebal dibandingkan nicked circle. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ausubel dkk. (2002: ) bahwa bahan-bahan untuk ekstraksi DNA plasmid yang disediakan secara komersial umumnya dirancang untuk dapat menghasilkan DNA supercoiled dalam jumlah lebih banyak dibandingkan topologi plasmid lainnya. Hasil pengukuran konsentrasi DNA plasmid adalah sebesar 70 ng/μl (Tabel 2) dengan kemurnian sebesar 1,4. Seidman & Mowery (2006: 5) menyatakan bahwa kemurnian DNA dihitung melalui absorbansi larutan DNA pada dua panjang gelombang, biasanya λ 260 nm dan 280 nm. Nilai kemurnian DNA yang baik adalah 1,8. Nilai kemurnian yang kurang dari 1,8

9 49 menunjukkan bahwa DNA terkontaminasi oleh zat pengotor, misalnya protein. Hal tersebut dapat terlihat dari visualisasi hasil isolasi vektor plasmid pqe-80l pada Gambar 14 yang hanya memberikan hasil dua pita DNA, tanpa adanya smear. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan tidak terdapat kontaminan berupa RNA yang terdegradasi dalam DNA plasmid. RNA yang terdegradasi akan bergerak lebih cepat pada saat proses elektroforesis, sehingga adanya RNA sebagai kontaminan dapat diketahui dari terbentuknya pola pita yang terang pada bagian paling bawah dari gel elektroforesis (Sauer 1998: 25). Plasmid pqe-80l dan fragmen gen tat HIV-1 hasil PCR yang telah dipurifikasi kemudian didigesti dengan enzim restriksi XmaI dan SalI. Kedua enzim tersebut digunakan karena sesuai dengan fragmen gen tat HIV-1 yang dirancang membawa situs restriksi untuk enzim SalI dan XmaI,dan sesuai dengan situs restriksi yang terdapat pada Multiple Cloning Site (MCS) vektor plasmid pqe-80l (Qiagen 2003: 116). Hasil pengukuran konsentrasi DNA plasmid pqe-80l dan fragmen gen tat HIV-1 hasil PCR (Tabel 2) tidak digunakan untuk menghitung rasio DNA untuk proses digesti. Konsentrasi DNA plasmid dan produk PCR hanya digunakan untuk mengetahui bahwa terdapat cukup banyak DNA untuk didigesti dan mengetahui kemurnian dari DNA vektor dan sisipan. Visualisasi hasil digesti pada gel agarosa 1,2% (b/v) menunjukkan terbentuk satu pita DNA untuk fragmen gen tat HIV-1 dan dua pita DNA untuk vektor pqe-80l (Gambar 15). Pita DNA yang terbentuk memiliki ukuran

10 50 sekitar 316 pb untuk fragmen gen tat HIV-1 dan 4700 pb untuk DNA vektor. Hasil visualisasi proses digesti menunjukkan bahwa proses digesti untuk vektor tidak berlangsung sempurna karena terdapat dua pita DNA. Pemotongan plasmid yang tidak sempurna dapat terjadi karena proses isolasi plasmid tidak berlangsung baik, sehingga terdapat kontaminan pada hasil isolasi. Kontaminan tersebut kemungkinan ikut terbawa di dalam campuran reaksi digesti dan menghambat aktivitas enzim restriksi. Menurut Ausubel dkk. (2002: 3.1.7), pemotongan plasmid yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh adanya kontaminan berupa protein, fenol, kloroform, etanol, EDTA, SDS, atau konsentrasi garam yang tinggi, sehingga aktivitas enzim restriksi menjadi terhambat. Edvotek (2001a: 6) menyatakan bahwa plasmid akan berada dalam bentuk linear jika didigesti dengan enzim restriksi, sehingga visualisasi pada elektroforesis gel seharusnya hanya akan menghasilkan satu pola pita DNA. Nilai kemurnian DNA plasmid hasil digesti adalah 1. Kemurnian dari fragmen gen tat HIV-1 adalah 2,3. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat kontaminasi protein ataupun fenol pada DNA plasmid yang telah didigesti, dan terdapat kontaminasi RNA pada fragmen gen tat HIV-1 (Seidman & Mowery 2006: 5). Hasil spektrofotometri menunjukkan konsentrasi DNA plasmid pqe-80l yang telah didigesti adalah 180 ng/µl, sedangkan konsentrasi fragmen gen tat HIV-1 adalah 150 ng/ µl (Tabel 3). Hasil pengukuran konsentrasi DNA plasmid dan produk PCR sebelum dan sesudah didigesti menunjukkan perbedaan nilai (Tabel 2 & 3). Konsentrasi

11 51 kedua jenis DNA tersebut meningkat setelah didigesti. Hal tersebut dapat terjadi akibat masih adanya pengotor seperti enzim, protein, RNA ataupun komponen buffer pada DNA yang telah dipurifikasi, sehingga semua pengotor tersebut ikut meningkatkan konsentrasi DNA saat proses pengukuran. Fragmen gen tat HIV-1 kemudian disisipkan ke dalam vektor pqe-80l dan diligasi melalui directional cloning. Proses directional cloning dilakukan untuk membuat orientasi plasmid rekombinan hanya satu arah (spesifik) dan memperkecil kemungkinan vektor beresirkulasi (Lewin 2006: 583). Jumlah DNA sisipan dan vektor yang digunakan dalam ligasi pada penelitian adalah 150 ng/µl dan 180 ng/µl. Volume DNA sisipan dan vektor untuk reaksi ligasi dalam penelitian adalah masing-masing sebanyak 2 µl. Promega (1999: 6) menyebutkan bahwa rasio DNA vektor dan sisipan untuk ligasi umumnya adalah 1:3. Berdasarkan Lampiran 2, seharusnya volume DNA sisipan untuk reaksi ligasi adalah 0,24 µl. Volume DNA sisipan yang lebih besar daripada penghitungan diharapkan memperbesar kemungkinan ligasi DNA vektor dan sisipan, sehingga jumlah plasmid rekombinan juga semakin banyak. 2. Transformasi plasmid rekombinan Hasil ligasi vektor pqe-80l dengan fragmen gen tat HIV-1 langsung ditransformasi dan diseleksi pada medium LB padat (+ampisilin). Transformasi dan seleksi merupakan tahapan yang harus dilakukan untuk mengetahui keberadaan fragmen gen tat HIV-1 dalam plasmid pqe-80l.

12 52 Proses transformasi hasil ligasi menunjukkan terbentuknya 81 koloni E. coli TOP10 (Gambar 16). Escherichia coli TOP10 yang digunakan sebagai sel inang dalam transformasi terlebih dahulu dibuat kompeten dengan mensuspensikan bakteri tersebut ke dalam larutan CaCl 2 (Sambrook & Russell 2001a: ). Efisiensi transformasi dari sel E. coli TOP10 kompeten dihitung untuk mengetahui kemampuan sel E. coli tersebut dalam menerima plasmid sirkuler. Sambrook & Russell menyatakan (2001a: 1.24) bahwa proses pembuatan sel kompeten menggunakan induksi larutan CaCl 2 akan menghasilkan nilai efisiensi transfomasi antara cfu/µg DNA. Efisiensi transformasi sel kompeten menggunakan plasmid pqe-80l adalah 2,568 x 10 5 cfu/µg (Lampiran 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa sel kompeten cukup baik untuk digunakan dalam transformasi. Koloni E.coli yang tumbuh pada medium LB (+ampisilin) diduga membawa plasmid rekombinan. Hal tersebut dilakukan karena vektor pqe- 80L memiliki gen bla yang membuat sel inang mampu hidup di lingkungan yang mengandung ampisilin. Koloni bakteri yang mengandung DNA rekombinan diharapkan dapat tumbuh pada medium selektif (Qiagen 2003: 15). Seleksi dengan medium mengandung ampisilin belum memastikan bahwa koloni E.coli yang berhasil tumbuh pada medium membawa plasmid rekombinan. Terdapat kemungkinan bahwa beberapa koloni mengandung plasmid yang bersirkulasi. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan tumbuhnya kontrol positif self-ligation. Proses directional cloning yang

13 53 dilakukan dalam penelitian seharusnya tidak menghasilkan kontrol positif selfligation yang berhasil tumbuh, hal tersebut dikarenakan proses digesti menggunakan enzim restriksi yang berbeda seharusnya menghasilkan ujung potongan yang tidak dapat saling berpasangan (Lewin 2006: 583). C. ANALISIS DAN VERIFIKASI PLASMID REKOMBINAN 1. Isolasi plasmid rekombinan dari koloni transforman hasil ligasi Sebanyak 15 dari 81 koloni E.coli TOP10 transforman hasil ligasi diisolasi dengan metode alkali lisis. Visualisasi hasil isolasi plasmid pada gel agarosa 0,8% menunjukkan bahwa 5 dari 15 koloni E.coli TOP10 positif membawa plasmid rekombinan berisi sisipan fragmen gen tat HIV-1 (Gambar 17). Plasmid rekombinan akan berukuran 5016 pb, sedangkan plasmid pqe- 80L tanpa DNA sisipan memiliki ukuran 4700 pb. Ukuran DNA sisipan yang kecil, yaitu sekitar 316 pb menjadi satu penyebab tidak terlalu terlihatnya perbedaan pola migrasi antara plasmid rekombinan dengan plasmid kontrol (tanpa sisipan). Pola migrasi pita DNA dari plasmid rekombinan no. 10, 11, 12, 14, dan 15 terlihat sedikit lebih tinggi dibandingkan pola pita DNA plasmid tanpa sisipan. Topcu (2000: 845) menyatakan bahwa hasil visualisasi positif terhadap plasmid rekombinan adalah terdapatnya pita-pita DNA yang berada lebih tinggi dari pita plasmid tanpa DNA sisipan, hal tersebut disebabkan oleh berat molekular plasmid rekombinan yang lebih besar daripada plasmid tanpa

14 54 DNA sisipan, sehingga pergerakannya di dalam gel agarosa menjadi lebih lambat. Sebanyak 10 plasmid hasil isolasi lainnya memperlihatkan pita-pita DNA berada pada posisi yang sama dengan pita DNA plasmid pqe-80l tanpa DNA sisipan (Gambar 17). Plasmid-plasmid tersebut diduga tidak membawa fragmen gen tat HIV-1 karena posisi pita DNA yang sama dengan pita pqe-80l menunjukkan bahwa kemungkinan 10 plasmid tersebut memiliki ukuran sama besar dengan pqe-80l, sehingga kemungkinan fragmen gen tat HIV-1 tidak berhasil disisipkan ke dalam plasmid. Ketidakberhasilan fragmen gen tat HIV-1 untuk terligasi ke dalam vektor pqe- 80L dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya vektor yang beresirkulasi tanpa adanya DNA sisipan (Brown 2006: 87). Fragmen gen tat HIV-1 dan vektor pqe-80l didigesti menggunakan dua enzim restriksi yang tidak komplementer satu sama lain, sehingga seharusnya resirkulasi vektor dapat dihindari (Lewin 2006: 583). Hasil pemotongan DNA vektor yang memang tidak sempurna (Gambar 15) menunjukkan adanya kemungkinan terjadi resirkulasi vektor. Adanya vektor yang beresirkulasi dapat disebabkan oleh kurang optimalnya aktivitas salah satu enzim yang digunakan untuk proses digesti. Kurang optimalnya kerja enzim dapat disebabkan oleh tidak sesuainya buffer yang digunakan untuk kedua jenis enzim tersebut. Enzim XmaI memiliki aktivitas optimal pada buffer NE 4, sedangkan SalI memiliki aktivitas optimal pada buffer NE 3. Proses digesti pada penelitian menggunakan buffer NE 4, sehingga terdapat

15 55 kemungkinan aktivitas SalI dalam memotong DNA menjadi tidak optimal (Biolabs 1995: 16). Sebanyak 5 dari 15 koloni yang diisolasi memiliki tiga pita DNA yang terletak lebih tinggi daripada pita vektor tanpa DNA sisipan, sehingga diperkirakan 5 koloni tersebut mengandung plasmid rekombinan. Tahap lanjutan untuk memastikan kebenaran dugaan tersebut adalah melakukan digesti terhadap plasmid rekombinan hasil isolasi. 2. Analisis digesti menggunakan enzim XmaI dan SalI Analisis digesti terhadap rekombinan no. 10, 11, 12, 14, dan 15 yang diduga membawa sisipan fragmen gen tat HIV-1 dilakukan menggunakan enzim SalI dan XmaI. Multiple cloning sites (MCS) plasmid pqe-80l memiliki situs restriksi SalI dan XmaI. Kedua jenis enzim tersebut akan memotong plasmid rekombinan tepat pada titik ligasi, sehingga hasil pemotongan akan menunjukkan dua pita DNA, masing-masing berukuran sekitar 4700 pb (vektor) dan 316 pb (fragmen gen tat HIV-1) (Gambar 18). Hasil pemotongan divisualisasikan pada gel agarosa 1,5% (b/v) karena gel tersebut efektif dalam memisahkan fragmen DNA dengan ukuran 80 pb sampai 4 kb (Sambrook & Russell 2001a: 5.6). Plasmid rekombinan no. 10, 12, dan 14 menunjukkan hasil pemotongan tepat seperti yang diharapkan (Gambar 19). Keberadaan fragmen gen tat HIV-1 di dalam plasmid rekombinan dapat diketahui berdasarkan adanya satu pita DNA berukuran sekitar 316 pb yang

16 56 menunjukkan bahwa fragmen tat HIV-1 berhasil disisipkan ke dalam vektor pqe-80l. Pita DNA vektor pqe-80l akan berada pada bagian atas gel elektroforesis karena memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan fragmen gen tat HIV-1. Visualisasi hasil analisis digesti pada gel agarosa 1,5% (b/v) terlihat kurang jelas dalam menunjukkan keberadaan fragmen tat HIV-1, sehingga dilakukan elektroforesis gel poliakrilamid untuk memperjelas visualisasi hasil analisis digesti. Gel poliakrilamid yang digunakan adalah gel dengan konsentrasi 8% (b/v), berdasarkan Ausubel dkk. (2002: 2.7.2) konsentrasi gel tersebut efektif dalam memisahkan fragmen DNA berukuran pb. Melalui elektroforesis gel poliakrilamid 8% (b/v) diharapkan fragmen gen tat HIV-1 dengan ukuran 316 pb dapat tervisualisasi lebih jelas. Hasil elektroforesis gel poliakrilamid 8% (b/v) menunjukkan bahwa plasmid rekombinan no. 12, 14, dan 15 positif membawa fragmen gen tat HIV-1 (Gambar 19). Fragmen DNA plasmid pqe-80l berukuran 4700 pb, sehingga pada elektroforesis gel agarosa dan poliakrilamid akan berada pada bagian atas gel. Hal tersebut terjadi karena ukuran fragmen DNA terlalu besar untuk melewati pori-pori gel poliakrilamid 8% (b/v) yang hanya mampu memisahkan fragmen DNA berukuran pb. Visualisasi pada gel poliakrilamid memberikan hasil yang berbeda dengan gel agarosa. Plasmid rekombinan no. 10 yang terlihat memiliki pita DNA berukuran 316 pb pada visualisasi gel agarosa, ternyata tidak menunjukkan terbentuknya pita DNA berukuran sama pada gel poliakrilamid.

17 57 Hal tersebut dapat disebabkan oleh tidak homogennya sampel pada saat dimasukkan ke dalam sumur gel, ataupun karena pipetting error (Cambrex 2003 : 31). Hasil elektroforesis gel poliakrilamid menunjukkan perbedaan pola migrasi pada pita DNA yang dihasilkan oleh rekombinan no. 12, 14, dan 15. Pita DNA dari ketiga rekombinan tersebut, walaupun memiliki tingkat migrasi sedikit berbeda, tetap diidentifikasikan sebagai fragmen gen tat HIV-1 yang berukuran 316 pb. Hal tersebut dapat dilihat dari pola pita plasmid pqe-80l yang juga tidak sejajar antar sampel rekombinan. Perbedaan pola migrasi dari ketiga pita DNA dapat disebabkan oleh konsentrasi gel poliakrilamid yang tidak merata atau ada kemungkinan terdapat gelembung udara, sehingga pergerakan pita DNA menjadi terganggu. Gambar 19 memperlihatkan tidak ada pita DNA yang terpotong pada plasmid rekombinan no. 11. Hasil tersebut bertentangan dengan visualisasi hasil isolasi plasmid yang menunjukkan bahwa plasmid rekombinan no. 11 kemungkinan merupakan plasmid dengan DNA sisipan karena memiliki tingkat migrasi lebih tinggi dibandingkan pqe-80l tanpa DNA sisipan. Pola migrasi dari rekombinan no.11 juga terlihat sejajar dengan keempat rekombinan yang diduga mengandung sisipan fragmen gen tat HIV-1. Berdasarkan hal tersebut, plasmid rekombinan no.11 diduga tidak terpotong oleh enzim restriksi. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya kalium asetat, RNA, ataupun fenol sisa isolasi rekombinan pada campuran reaksi digesti. Ausubel dkk. (2002: 1.6.2) menyatakan bahwa senyawa-senyawa

18 58 tersebut dapat mengganggu aktivitas enzim restriksi. Hal tersebut dapat dihindari dengan mengulang purifikasi DNA plasmid menggunakan etanol, sehingga diharapkan plasmid telah benar-benar bersih dari kontaminan. 3. Verifikasi rekombinan dengan PCR Hasil elektroforesis pada gel agarosa 1,5% (b/v) menunjukkan terbentuknya pita DNA berukuran ± 581 pb pada rekombinan no. 10, 12, 14 dan 15 yang diverifikasi dengan PCR (Gambar 20). Hasil tersebut menunjukkan bahwa fragmen gen tat HIV-1 telah berhasil disisipkan ke dalam plasmid pqe-80l. Berdasarkan letak pelekatan primer, maka besar fragmen DNA yang seharusnya didapatkan adalah ± 581 pb, yang terdiri atas 265 pb daerah pqe-80l dan 316 pb fragmen gen tat HIV-1. Kondisi PCR disesuaikan dengan kondisi PCR saat melakukan PCR overlapping. Primer pqe-forward dan Ex2-TatpNL4C merupakan primer untuk proses verifikasi PCR karena pasangan primer tersebut akan mengamplifikasi mulai dari daerah promoter vektor hingga berakhir pada fragmen gen tat HIV-1. D. ANALISIS PREDIKSI KONSTRUKSI PLASMID REKOMBINAN Fragmen gen tat HIV-1 diklona ke dalam vektor ekspresi pqe-80l dengan tujuan menghasilkan protein rekombinan yang terfusi dengan penanda 6x Histidin yang disandikan oleh vektor tersebut. Hal tersebut mengakibatkan pengklonaan fragmen gen tat HIV-1 harus dilakukan secara

19 59 sebingkai (in frame) terhadap vektor plasmid pqe-80l. Pengklonaan sebingkai (in frame) dilakukan dengan menyisipkan DNA target ke dalam Open Reading Frame (ORF) vektor (Qiagen 2003: 23). Hal tersebut menunjukkan bahwa DNA sisipan harus disisipkan pada Multiple cloning site (MCS) plasmid yang berada downstream dari sekuen Ribosomal Binding Site (RBS), penanda 6x Histidin, dan start codon vektor, sehingga proses translasi diawali dari sekuen promoter vektor. Proses pengklonaan tersebut akan menghasilkan protein rekombinan yang terfusi dengan penanda 6x Histidin. Adanya penanda 6x Histidin tersebut akan memudahkan dalam purifikasi protein rekombinan, karena 6x Histidin akan berinteraksi dengan matriks nickel-nitrilotriacetic (Ni-NTA) (Gambar 18). Analisis prediksi konstruksi plasmid rekombinan menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan fragmen gen tat HIV-1 diklona secara out of frame (Gambar 21). Hal tersebut dapat diketahui dari perubahan kerangka baca translasi asam amino fragmen gen tat HIV-1 yang disisipkan ke dalam vektor pqe-80l. Gambar 21 menunjukkan hasil translasi fragmen gen tat HIV-1 yang seharusnya diawali oleh asam amino metionin, akan tetapi karena terjadi pergeseran kerangka baca, maka awal translasi fragmen gen tat berubah menjadi triptofan. Kesalahan translasi asam amino tersebut kemungkinan akan menghasilkan protein bukan Tat HIV-1. Gray dkk. (1982: 6599) menyatakan bahwa pengklonaan fragmen gen secara out of frame akan menghasilkan protein rekombinan yang tidak sesuai karena terjadi perubahan pola baca saat proses translasi. Perubahan

20 60 kerangka baca fragmen gen tat HIV-1 diduga karena kesalahan dalam merancang situs restriksi pada bagian upstream primer forward untuk sintesis fragmen gen. Faktor lain yang dapat menjadi penyebab pergeseran kerangka baca tersebut adalah rancangan primer tepat, tetapi vektor yang digunakan tidak sesuai dengan fragmen gen sisipan. Primer untuk sintesis gen tat HIV-1 yang dirancang oleh Kelompok Peneliti LMK-UI kemungkinan tidak disesuaikan untuk proses pengklonaan ke dalam vektor pqe-80l, melainkan ke dalam vektor ekspresi lainnya. Apabila fragmen gen tat HIV-1 benar diklona secara out of frame dan tetap diekspresikan melalui vektor pqe-80l, akan dihasilkan protein rekombinan yang tidak sesuai, yaitu bukan protein Tat HIV-1. Selain itu, jika ekspresi protein tetap dilakukan, kemungkinan protein yang dihasilkan tidak terdeteksi pada Sodium Dodecyl Sulphate-Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE) sebab ukuran protein terlalu kecil. Hal tersebut dapat diketahui dari banyaknya stop kodon pada hasil translasi rekombinan. Fragmen gen tat HIV-1 yang kemungkinan tidak diklona secara in frame dapat tetap diekspresikan melalui beberapa cara. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah melakukan subcloning fragmen gen tersebut ke dalam vektor ekspresi lain, misalnya pgex 4T-2 [Amersham]. Cara lain yang dapat dilakukan adalah merancang primer baru dengan situs restriksi sesuai terhadap vektor ekspresi pqe-80l ataupun vektor lainnya. Hasil analisis konstruksi plasmid rekombinan tersebut tetap perlu diverifikasi melalui proses sequencing, akan tetapi, berdasarkan hasil

21 61 penelitian mulai dari sintesis fragmen melalui PCR overlapping sampai verifikasi PCR, diperkirakan bahwa sintesis dan pengklonaan fragmen gen tat HIV-1 kemungkinan besar telah berhasil dilakukan. Proses PCR overlapping untuk mengamplifikasi fragmen gen tat HIV-1 didasarkan pada adanya sekuen yang sama dan saling tumpang tindih pada fragmen yang akan diamplifikasi (Vallejo dkk. 1994: 124). Berdasarkan hal tersebut, maka kecil kemungkinan untuk terjadinya kesalahan dalam amplifikasi fragmen gen yang akan menghasilkan pita DNA berukuran sama dengan fragmen gen tat HIV-1.

SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI

SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI 0304040257 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, NIPPONBARE, DAN BATUTEGI Isolasi DNA genom padi dari organ daun padi (Oryza sativa L.) kultivar Rojolele, Nipponbare,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AMPLIFIKASI DAN PURIFIKASI GEN NS1 VIRUS DENGUE. Proses amplifikasi gen NS1 virus dengue merupakan tahap awal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AMPLIFIKASI DAN PURIFIKASI GEN NS1 VIRUS DENGUE. Proses amplifikasi gen NS1 virus dengue merupakan tahap awal 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AMPLIFIKASI DAN PURIFIKASI GEN NS1 VIRUS DENGUE Proses amplifikasi gen NS1 virus dengue merupakan tahap awal dalam penelitian. Fragmen gen NS1 virus dengue diamplifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema penggolongan HIV-1 [Sumber: Korber dkk. 2001: ]

Gambar 1. Skema penggolongan HIV-1 [Sumber: Korber dkk. 2001: ] 75 Gambar 1. Skema penggolongan HIV-1 [Sumber: Korber dkk. 2001: 22--25.] Gambar 2. Struktur virus HIV-1 [Sumber: Henriksen 2003: 12.] 76 Keterangan: 5 LTR : daerah 5 Long Terminal Region gag : gen gag

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.]

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.] Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.] Gambar 2. Struktur organisasi promoter pada organisme eukariot [Sumber: Gilbert 1997: 1.] Gambar 3.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di sebagian besar negara-negara di dunia biasanya disebabkan karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di sebagian besar negara-negara di dunia biasanya disebabkan karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS Virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Virus tersebut dibagi ke dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Fragmen DNA Penyandi CcGH Mature Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna GH ikan mas telah berhasil diisolasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pita DNA pada ukuran

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid Mini kit, inkubator goyang (GSL), jarum Ose bundar, kit GFX (GE Healthcare), kompor listrik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp HASIL DAN PEBAHASAN Purifikasi dan Pengujian Produk PCR (Stilbena Sintase) Purifikasi ini menggunakan high pure plasmid isolation kit dari Invitrogen. Percobaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 sampel. Berdasarkan hasil digesti DNA dengan enzim EcoRI, diperoleh sebanyak 74 sampel tanaman dari 118

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Bahan yang digunakan memiliki kualitas pro analisis atau pro biologi molekular, yaitu : primer M. tuberculosis forward: 5 GGATCCGATGAGCAAGCTGATCGAA3 (Proligo) dan primer M. tuberculosis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Vektor Kloning Protein rgh Isolasi Plasmid cdna GH. Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna; El-mGH, Og-mGH dan Cc-mGH berhasil diisolasi dari bakteri konstruksi E. coli DH5α dengan

Lebih terperinci

BAB in. METODE PENELITIAN

BAB in. METODE PENELITIAN BAB in. METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari April sampai November 2009 di laboratorium Biologi Molekular dan Rekayasa Genetika, Balai Penelitian Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2007 hingga Juli 2009, bertempat di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Departemen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh)

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh) 11 BAHAN DAN METODE Penelitian ini terdiri atas 2 tahapan utama, yaitu produksi protein rekombinan hormon pertumbuhan (rgh) dari ikan kerapu kertang, ikan gurame, dan ikan mas, dan uji bioaktivitas protein

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri 3 selama 1 menit, dan elongasi pada suhu 72 0 C selama 1 menit. Tahap terakhir dilakukan pada suhu 72 0 C selama 10 menit. Produk PCR dielektroforesis pada gel agarosa 1 % (b/v) menggunakan tegangan 70

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Total Tumbuhan Isolasi DNA total merupakan tahap awal dari pembuatan pustaka genom. DNA dipisahkan dari bahan-bahan lain yang ada dalam sel. DNA total yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemotongan Parsial dan Penyisipan Nukleotida pada Ujung Fragmen DNA Konstruksi pustaka genom membutuhkan potongan DNA yang besar. Untuk mendapatkan fragmen-fragmen dengan ukuran relatif

Lebih terperinci

Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan. beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi

Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan. beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi isolasi DNA kromosom dan DNA vektor, pemotongan DNA menggunakan

Lebih terperinci

BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN

BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi isolasi DNA kromosom

Lebih terperinci

Gambar 2 Vektor pengklonan pgem T Easy

Gambar 2 Vektor pengklonan pgem T Easy BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2007 sampai dengan bulan April 2008. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian sebelumnya diperoleh kerangka baca terbuka gen IFNα2b yang mengandung tiga mutasi dengan lokasi mutasi yang letaknya berjauhan, sehingga mutagenesis terarah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian BAHAN DAN METODE 1. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Lebih terperinci

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan: Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 9-10 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi PCR Pada penelitian konstruksi gen harus mempertimbangkan dua hal yaitu urutan nukleotida gen yang akan dikonstruksi dan vektor ekspresi yang akan digunakan. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan rekayasa genetik tanaman keberhasilannya tergantung pada beberapa hal, diantaranya adalah gen yang akan diintroduksikan, metode transformasi, sistem regenerasi tanaman dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. protein dalam jumlah besar (Reece dkk., 2011). kompeten biasanya dibuat dari inokulum awal dengan konsentrasi 2% ( v / v )

I. PENDAHULUAN. protein dalam jumlah besar (Reece dkk., 2011). kompeten biasanya dibuat dari inokulum awal dengan konsentrasi 2% ( v / v ) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Plasmid merupakan molekul DNA berukuran relatif kecil, melingkar, dan beruntai ganda. Plasmid membawa gen-gen yang terpisah dari kromosom bakteri. Plasmid digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB XIII. SEKUENSING DNA

BAB XIII. SEKUENSING DNA BAB XIII. SEKUENSING DNA Pokok bahasan di dalam Bab XIII ini meliputi prinsip kerja sekuensing DNA, khususnya pada metode Sanger, pangkalan data sekuens DNA, dan proyek-proyek sekuensing genom yang ada

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Pengujian kualitas DNA udang jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Purifikasi DNA Total DNA total yang diperoleh dalam penelitian bersumber dari darah dan bulu. Ekstraksi DNA yang bersumber dari darah dilakukan dengan metode phenolchloroform,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999).

BAHAN DAN METODE. ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999). 4 ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999). Polymerase Chain Reaction (PCR) PCR merupakan suatu reaksi in vitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ixomerc@uny.ac.id ISOLASI DNA PLASMID Plasmid adalah DNA ekstrakromosom yang berbentuk sirkuler dan berukuran kecil (1 200 kb). Sebagian

Lebih terperinci

Kloning Gen pcbc dari Penicillium chrysogenum ke dalam Plasmid ppicza untuk Pengembangan Produksi Penisilin G

Kloning Gen pcbc dari Penicillium chrysogenum ke dalam Plasmid ppicza untuk Pengembangan Produksi Penisilin G BIOMA, Juni 2014 ISSN: 1410-8801 Vol. 16, No. 1, Hal. 33-38 Kloning Gen pcbc dari Penicillium chrysogenum ke dalam Plasmid ppicza untuk Pengembangan Produksi Penisilin G Risma Wiharyanti 1, Dudi Hardianto

Lebih terperinci

o C 1 menit, penempelan 50 o C 1 menit, polimerisasi 72 o C 1 menit (tiga tahap ini

o C 1 menit, penempelan 50 o C 1 menit, polimerisasi 72 o C 1 menit (tiga tahap ini 13 BAB IV PERCOBAAN IV.1 Bahan Air miliq, deoksinukleotida trifosfat (dntp), MgCl 2, (Promega), enzim Pfu DNA polymerase, dapar Pfu (Stratagene), oligonukleotida SR1, SR2, SR3, SR4, SR5, AR6, AR7, AR8,

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal. HASIL DAN PEMBAHASAN Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal. Dalam perkembangannya, organ reproduktif mengalami perubahan yang mengakibatkan terjadinya perbedaan fenotipe antara kelapa

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi virus Human. merupakan virus RNA untai tunggal, termasuk dalam famili Retroviridae, sub

Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi virus Human. merupakan virus RNA untai tunggal, termasuk dalam famili Retroviridae, sub BAB I PENDAHULUAN Virus Human Immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab peyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) (Mareuil dkk. 2005: 1). Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. Secara umum penyebaran bakteri ini melalui inhalasi, yaitu udara yang tercemar oleh penderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Babi Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Didalam Al-Qur an tertera dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Perhitungan Kepadatan Artemia dan Kutu Air serta Jumlah Koloni Bakteri Sebanyak 1,2 x 10 8 sel bakteri hasil kultur yang membawa konstruksi gen keratin-gfp ditambahkan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Pusat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Pusat BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI, Cibinong selama 9 bulan (Maret 2008-- November 2008).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Sumber DNA pada Aves biasanya berasal dari darah. Selain itu bulu juga dapat dijadikan sebagai alternatif sumber DNA. Hal ini karena pada sebagian jenis Aves memiliki pembuluh

Lebih terperinci

Rekombinasi Gen Penyandi -xilosidase asal Geobacillus Thermoleovorans IT-08 dalam Plasmid Phis1525

Rekombinasi Gen Penyandi -xilosidase asal Geobacillus Thermoleovorans IT-08 dalam Plasmid Phis1525 Rekombinasi Gen Penyandi -xilosidase asal Geobacillus Thermoleovorans IT-08 dalam Plasmid Phis1525 (Recombinant Gen of Encoding -Xylosidase from Geobacillus Thermoleovorans IT-08 in phis1525 Plasmid) Sri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan sekuen non kode (sekuen yang tidak mengalami sintesis

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 32 Bab IV Hasil dan Pembahasan Penggunaan α-amilase dalam beberapa sektor industri mengalami peningkatan dan sekarang ini banyak diperlukan α-amilase dengan sifat yang khas dan mempunyai kemampuan untuk

Lebih terperinci

EKSTRAKSI DNA. 13 Juni 2016

EKSTRAKSI DNA. 13 Juni 2016 EKSTRAKSI DNA 13 Juni 2016 Pendahuluan DNA: polimer untai ganda yg tersusun dari deoksiribonukleotida (dari basa purin atau pirimidin, gula pentosa,dan fosfat). Basa purin: A,G Basa pirimidin: C,T DNA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

KLONING DAN OVEREKSPRESI GEN celd DARI Clostridium thermocellum ATCC DALAM pet-blue VECTOR 1

KLONING DAN OVEREKSPRESI GEN celd DARI Clostridium thermocellum ATCC DALAM pet-blue VECTOR 1 PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN (BM-3001) KLONING DAN OVEREKSPRESI GEN celd DARI Clostridium thermocellum ATCC 27405 DALAM pet-blue VECTOR 1 Penyusun: Chandra 10406014 Dosen Narasumber: Dra. Maelita Ramdani

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi Konstruksi vektor ekspresi yang digunakan pada penelitian ini adalah p35scamv::tclfy. Promoter p35s CaMV digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN Mikroba C. violaceum, Bacillus cereus dan E. coli JM 109

BAB 3 PERCOBAAN Mikroba C. violaceum, Bacillus cereus dan E. coli JM 109 9 BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat, Bahan dan Miroba 3.1.1 Alat Bunsen, inkubator 37 o C, sentrifuga (Mikro 200R Hettich), Eppendorf 100 ul, 500 ul, 1,5 ml, tabung mikrosentrifuga (Eppendorf), neraca timbang (Mettler

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi dan Purifikasi Bakteri Isolasi merupakan proses pemindahan organisme dari habitat asli ke dalam suatu habitat baru untuk dapat dikembangbiakkan. Purifikasi merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Virus Hepatitis B Gibbon Regio Pre-S1 Amplifikasi Virus Hepatitis B Regio Pre-S1 Hasil amplifikasi dari 9 sampel DNA owa jawa yang telah berstatus serologis positif terhadap antigen

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

YOHANES NOVI KURNIAWAN KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109

YOHANES NOVI KURNIAWAN KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109 YOHANES NOVI KURNIAWAN 10702026 KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109 Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari daun pertama pada pucuk. Genom merupakan seluruh materi DNA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari daun pertama pada pucuk. Genom merupakan seluruh materi DNA BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ISOLASI GENOM JARAK PAGAR Genom jarak pagar diisolasi dari daun jarak pagar muda yang diambil dari daun pertama pada pucuk. Genom merupakan seluruh materi DNA pada suatu

Lebih terperinci

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis ABSTRAK OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis Nia Oktriviany, 2009 Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri Rachman, Ph.D Pembimbing serta I : Debbie Sofie Retnoningrum,

Lebih terperinci

Pemetaan DNA Plasmid I. Tujuan Memahami pemetaan DNA plasmid dengan pemotongan/restriksi menggunakan beberapa enzim restriksi.

Pemetaan DNA Plasmid I. Tujuan Memahami pemetaan DNA plasmid dengan pemotongan/restriksi menggunakan beberapa enzim restriksi. Pemetaan DNA Plasmid I. Tujuan Memahami pemetaan DNA plasmid dengan pemotongan/restriksi menggunakan beberapa enzim restriksi. II. Prinsip DNA yang telah dipurifikasi di inkubasi pada suhu 37 o C dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kerjasama Bioteknologi Indonesia- Belanda (BIORIN) dan Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman (BMST), Pusat

Lebih terperinci