BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian sebelumnya diperoleh kerangka baca terbuka gen IFNα2b yang mengandung tiga mutasi dengan lokasi mutasi yang letaknya berjauhan, sehingga mutagenesis terarah untuk memperbaiki mutasi sulit dilakukan. Oleh karena itu, konstruksi gen sintetik dilakukan kembali pada penelitian ini. Proses sintesis kerangka baca terbuka gen IFNα2b dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap I dilakukan secara TBIO dan tahap II dilakukan secara PCR. Tahap I menghasilkan produk yang terdiri atas variasi berbagai macam ukuran antara pb, yang dapat dilihat pada Gambar V.1 (A). Kerangka baca terbuka IFNα2b berukuran 522 pb, sehingga dapat disimpulkan bahwa kerangka baca terbuka IFNα2b terdapat dalam campuran produk tersebut. Variasi ukuran produk dikarenakan perbandingan konsentrasi oligonukleotida atau konsentrasi total oligonukleotida dalam reaksi belum optimal (Gao et al., 2003). Produk berukuran lebih panjang disebabkan terjadi penempelan pasangan oligonukleotida tambahan, sedangkan produk lebih pendek terjadi karena pasangan oligonukleotida yang letaknya lebih luar tidak menempel. Produk TBIO selanjutnya dijadikan cetakan untuk PCR tahap II. Produk PCR tahap II adalah 3 pita tebal pada daerah sekitar 200 pb, 500 pb dan 600pb. (Gambar V.1 B). Pita tebal berukuran sekitar 500 pb merupakan kerangka baca terbuka IFNα2b yang berukuran 522 pb. Kedua pita lain merupakan produk PCR yang tidak diinginkan. Munculnya kedua pita tersebut diduga karena produk TBIO memiliki ukuran bervariasi yang juga dapat dikenali oleh primer pada PCR tahap II. Untuk mendapatkan hasil lebih baik, yaitu satu pita tunggal berukuran ~522 pb dilakukan optimasi, baik peningkatan suhu penempelan maupun komposisi reaksi, tetapi hasil yang diperoleh sama. Kondisi PCR terbaik yang diperoleh adalah kondisi yang menghasilkan produk 3 pita. Hasil ini sudah cukup untuk mendapatkan pita target, karena ketiga pita terpisah dengan baik. Kerangka baca terbuka gen IFNα2b diperoleh dengan memotong pita berukuran 522 pb dan memurnikannya

2 22 dengan kolom GFX. Hasil pemurnian dapat dilihat pada Gambar V.1 (C). Gambar V.1 Produk TBIO (A), produk PCR (B) dan hasil pemurnian kerangka baca terbuka gen IFNα2b (C). (A) 1 = marker DNA 100 pb; 2 dan 3 = produk TBIO. (B) 1 = marker DNA 100 pb; 2 = kontrol positif ; 3 = kontrol negatif; 4, 5, dan 6 = produk PCR. (C) 1 = marker DNA 100 pb; 2 = hasil pemurnian kerangka baca terbuka gen IFNα2b Reaksi ligasi dilakukan pada variasi perbandingan vektor dan sisipan, yaitu vektor : sisipan 1:3 (50ng : 25ng), 1:6 (50ng : 50ng), dan 1:8 (50ng : 70ng). Sebagai sisipan, tidak hanya digunakan kerangka baca terbuka gen IFNα2b hasil purifikasi, juga digunakan hasil PCR tahap II langsung untuk mendapatkan koloni transforman berjumlah banyak. Sebagai enzim digunakan enzim ligase T4 dan reaksi ligasi dilakukan selama 18 jam pada suhu 4 o C. Hasil ligasi kemudian ditransformasikan ke dalam E. coli JM109 sebagai inang dengan metode heat shock. Hasil transformasi selanjutnya diinokulasi dengan metode sebar pada media LB padat yang mengandung ampisillin, IPTG, dan X Gal. Kontrol negatif (sel E. coli tanpa penambahan hasil reaksi ligasi) dan kontrol positif (sel E. coli dengan penambahan plasmid rekombinan pgem-t IFNα2b 3 mut) memberikan hasil yang diharapkan, yaitu tanpa koloni untuk kontrol negatif dan sejumlah besar tranforman untuk kontrol positif. Hasil transformasi produk ligasi memberikan transforman berwarna putih dan biru.

3 23 Hasil transformasi produk ligasi memberikan transforman sebanyak 60. Selanjutnya transforman tersebut kemudian disubkultur pada media LB padat. Analisis lisis cepat dilakukan untuk mengetahui apakah transforman membawa plasmid rekombinan yang diharapkan. Sebagai kontrol digunakan plasmid rekombinan pgem-t IFNα2b 3 mut (Yohanes, 2007). Hasil elektroforesis menunjukkan bahwa diperoleh 28 transforman yang mengandung plasmid dengan ukuran sama dengan pita plasmid kontrol, yaitu yang berasal dari hasil ligasi dengan sisipan kerangka baca terbuka IFNα2b yang dimurnikan sebanyak 15 transforman (transforman G4, G5, G6, G7, G8, G15, G16, G17,G18, G19, G20, G21, G22, dan G36) dan produk PCR 13 transforman (transforman L2, L3, L4, L5, L6, L7, L8, L9, L11, L12, L13, L14, L19, dan L24). Isolasi plasmid dilakukan terhadap 28 transforman. Laju migrasi plasmid dari transforman tersebut dibandingkan dengan laju migrasi plasmid kontrol menggunakan metode elektroforesis agarosa. Plasmid yang memiliki kecepatan migrasi sama dengan kontrol berasal dari 15 transforman yaitu transforman G4, G5, G6, G7, G8, G15, G16, G17, G18, G19, G20, G21, G22, G36, dan L6 (Gambar V.2 A dan B). Gambar V.2 Hasil analisis laju migrasi plasmid rekombinan pgem-t IFNα2b (A) 1 = kontrol ; 2-7 = plasmid dari berturut-turut transforman G4, G5, G6, G7, G8 dan G15. (B) 1= kontrol ; 2-10 = plasmid dari berturutturut transforman G16, G17, G18, G19, G20, G21, G22, G36 dan L6 Plasmid yang memiliki migrasi sama dengan migrasi pita kontrol pada analisis kecepatan migrasi, selanjutnya dipotong baik menggunakan satu enzim restriksi HindIII atau EcoRI maupun dua enzim HindIII dan EcoRI. Pemotongan menggunakan satu enzim

4 24 menghasilkan pita berukuran ~3,5 kpb, sedangkan pemotongan dengan dua enzim menghasilkan dua buah pita yang berukuran 3 kpb dan 0,52 kpb. Plasmid dari transforman G4, G5, G6, G7, G8, dan G15 dipotong menggunakan EcoRI dan HindIII secara terpisah, ternyata semua plasmid memberikan pita yang ukurannya sesuai dengan yang diharapkan, yaitu ~3,5 kpb Gambar V.3 (A). Sebagai kontrol digunakan plasmid rekombinan pgem-t IFNα2b 3 mut (Yohanes, 2007) yang dipotong dengan HindIII. Plasmid yang berasal dari transforman G16, G17, G18, G19, G20, G21, G22, G36, dan L6 dipotong dengan enzim HindIII terlebih dahulu, selanjutnya dipotong dengan EcoRI. Semua plasmid menghasilkan dua pita DNA berukuran 3 kpb dan 0,52 kpb seperti pada Gambar V.3 (B) dan (C) kecuali plasmid G19. Kemungkinan plasmid yang berasal dari transforman tersebut terkontaminasi enzim DNAse sehingga terdegradasi. Gambar V.3 Hasil pemotongan plasmid rekombinan pgem-t IFNα2b. (A) 1 = DNA marker 1kpb; 2 =) plasmid kontrol tidak dipotong; 3 = plasmid kontrol dipotong dengan HindIII; 4-9 = plasmid G4, G5, G6, G7, G8, G15 dipotong HindIII ; = plasmid G4, G5, G6, G7, G8, G15 dipotong EcoRI; 2 (B) kontrol dipotong HindIII, (A) 1 = marker 1kpb; 2 = kontrol tidak dipotong ; 3-11 = plasmid G16, G17, G18, G19, G20, G21, G22, G36, L6 dipotong HindIII, (C) 1 = DNA marker 1kpb ; 2 = kontrol dipotong EcoRI; 3-11 = plasmid G16, G17, G18, G19, G20, G21, G22, G36, L6 dipotong EcoRI DNA sisipan plasmid rekombinan selanjutnya ditentukan urutan nukleotidanya. Analisis urutan nukleotida dilakukan di perusahaan Macrogen Korea. Urutan nukleotida 14 transforman (G4, G5, G6, G7, G8, G15, G16, G17, G18, G20, G21, G22, G36, dan L6)

5 25 selanjutnya di sejajarkan dengan urutan nukleotida kerangka baca terbuka IFNα2b sintetis yang terdapat pada Genbank (hasil pensejajaran dapat dilihat pada Gambar 5.4 di bagian lampiran). Berdasarkan analisis urutan nukleotida menggunakan primer promotor T7 ternyata semua plasmid rekombinan memiliki mutasi pada daerah berbeda, seperti disarikan pada Tabel V.1. Plasmid rekombinan yang mempunyai urutan nukleotida DNA sisipan terbaik dari 14 plasmid adalah plasmid G20 dan G22. Kedua plasmid rekombinan tersebut memiliki satu mutasi, yaitu mutasi insersi pada plasmid G20 (Gambar V.4 bagian lampiran) dan mutasi delesi pada plasmid G22. Hasil ini sudah lebih baik dari urutan basa plasmid rekombinan pgem-t IFNα2b 3 mut (Yohanes, 2007) dan memungkinkan untuk dilakukan mutagenesis terarah. Plasmid rekombinan dari transforman G22 dipilih untuk penyiapan sisipan kerangka baca terbuka IFNα2b karena mutasi delesi lebih mudah diperbaiki dengan teknik mutagenesis terarah Hasil pensejajaran urutan nukleotida kerangka baca terbuka IFNα2b pada plasmid rekombinan G22 dengan kerangka baca terbuka IFNα2b sintetik pada Genbank dapat dilihat pada Gambar V.5. Delesi terjadi pada kodon kedua, yaitu TGT berubah menjadi TT. Mutagenesis terarah ditujukan untuk menyisipkan deoksi guanosin monofosfat, sehingga diperoleh kerangka baca yang benar. Sebelum dilakukan mutagenesis terarah, kerangka baca terbuka IFNα2b pada plasmid rekombinan G22 harus dipindahkan ke dalam vektor ekspresi pet32b

6 26 No Transforman Jumlah Mutasi Jenis Mutasi pada DNA sisipan 1 Plasmid G4 3 Delesi: kodon 93 CTG CT, kodon 94 AAC AC Insersi: kodon 109 ACG ACCG 2 Plasmid G5 5 Delesi: kodon 133 GAG AG Insersi: kodon 111 CTG CCTG, kodon 115 GAC GACC, kodon 129 TTA TTAA, kodon 131 CTG CCTG 3 Plasmid G6 5 Delesi: kodon 82 TTA TT Insersi: kodon 81 TTA CTAC Titik: kodon 78 GAC GCC, kodon 83 GAC GCC, kodon 84 AAG AAT 4 Plasmid G7 10 Delesi: kodon 13 CGC CG, kodon 22 ATG AT, kodon 23 CGC G, kodon 103 GGT GT, kodon 104 GTT T, kodon 133 GAG A, kodon 135 AAG G Insersi: kodon 73 AGC AGGC, kodon 131 CTG CCTG Titik : kodon 137 AGC AGT 5 Plasmid G8 3 Delesi : kodon 93 CTG C, kodon 94 AAC AC Titik: kodon 9 AGC ATC 6 Plasmid G15 6 Delesi: kodon 15 ACC A, kodon 16 CTG TG, kodon 17 ATG T, kodon 18 TTA TA Insersi: kodon 67 CTG CTGG, kodon 106 GAC GACC 7 Plasmid G16 3 Delesi: kodon 49 CAA CA Insersi: kodon 17 ATG ATGT kodon 19 CTG CTGG 8 Plasmid G17 7 Delesi: kodon 15 CAT CT, kodon 70 ACG AG, kodon 125 CAG AG Insersi: kodon 68 TTC TTTC, kodon 99 TGC TGCC, kodon 118 CTG CTTG, kodon 131 CTG CTTG 9 Plasmid G18 7 Delesi: kodon 26 AGC GC, kodon 133 GAG AG Insersi: kodon 51 GCC GCCC, kodon 111 CTG CCTG, kodon 115 GAC GACC, kodon 129 TTA TTAA, kodon 131 CTG CCTG 10 Plasmid G20 1 Insersi: kodon 69 AGC AGGC 11 Plasmid G21 3 Insersi: kodon 135 AAG AAAG Titik: kodon 120 GTT GTA, kodon 27 CTG TTG 12 Plasmid G22 1 Delesi : Kodon 2 TGT TT 13 Plasmid G36 3 Insersi: kodon 67 CTG CTGG, kodon 95 GAC GGAC, kodon 149 ATT ATTT 14 Plasmid L6 5 Delesi: kodon 57 TTA TA Insersi: kodon 75 GCC GGCC, kodon 130 TAC TTAC, kodon 131 CTG CCTG Titik: kodon 105 GGC GAC Tabel V.1 Hasil analisis penentuan urutan nukleotida menggunakan primer T7 promotor terhadap kerangka baca terbuka IFNα2b pada plasmid G4, G5, G6, G7, G8, G15, G16, G17, G18, G20, G21, G22, G36, dan L6

7 27 Gambar V.5 Hasil pensejajaran urutan nukleotida kerangka baca terbuka IFNα2b pada plasmid rekombinan G22 dengan kerangka baca terbuka IFNα2b sintetik pada Genbank Selanjutnya plasmid rekombinan G22 dinamakan pgem-t IFNα2b G del. Kloning kerangka baca terbuka IFNα2b dengan vektor ekspresi, dimulai dengan melakukan isolasi plasmid rekombinan pgem-t IFNα2b G del dan plasmid pet32b. Hasil isolasi kedua plasmid tersebut kemudian dianalisis laju migrasinya dengan metode elektroforesis agarose dan dibandingkan dengan laju migrasi kontrol. Sebagai kontrol laju migrasi pgem-t IFNα2b G del digunakan plasmid pgem-t IFNα2b 3 mut dan sebagai kontrol laju migrasi plasmid pet32b digunakan plasmid pet32b yang telah dikarakterisasi

8 28 sebelumnya. Baik plasmid rekombinan pgem-t IFNα2b G del maupun pet32b memiliki ukuran yang sejajar dengan kontrol, seperti terlihat pada Gambar V.6. Gambar V.6 Hasil isolasi plasmid rekombinan pgem-t IFNα2b G del dan pet32b. 1 = kontrol pet32b, 2 = plasmid pet32b; 3= kontrol pgem-t IFNα2b 3 mut ; 4 = plasmid rekombinan pgem-t IFNα2b G del Plasmid hasil isolasi dipotong dengan HindIII dan produk pemotongan selanjutnya dianalisis dengan metode elektroforesis agarosa. Hasil pemotongan plasmid rekombinan pgem-t IFNα2b G del memiliki ukuran ~3,5 kpb sementara plasmid pet32b memiliki ukuran 5,9 kpb (Gambar V.7). Kedua plasmid hasil pemotongan selanjutnya dimurnikan menggunakan kolom GFX. Gambar V.7 Hasil pemotongan pgem-t IFNα2b G del dan pet32b dengan HindIII. (A) 1= DNA marker 1 kpb; 2 = pgem-t IFNα2b G del tidak dipotong; 3 = pgem-t IFNα2b G del dipotong HindIII; 4= pet32b tidak dipotong; 5 = pet32b dipotong HindIII

9 29 Hasil pemurnian selanjutnya dipotong dengan EcoRI sehingga diperoleh kerangka baca terbuka IFNα2b dan plasmid pet32b yang memiliki ujung 5 dan 3 kohesif. Kerangka baca terbuka IFNα2b yang berukuran 522 pb diperoleh dari pgem-t IFNα2b G del, karena pemotongan menghasilkan dua pita pada analisis elektroforesis, yaitu pgem-t berukuran 3 kpb dan KBT IFNα2b berukuran 0,5 kpb (Gambar V.8 A). Sedangkan pemotongan pet32b dengan EcoR1 tetap menghasilkan satu pita berukuran ~5,9 kpb (Gambar V.8 B), karena situs pemotongan HindIII dan EcoR1 letaknya berdekatan, yaitu sekitar 13 pb. Selanjutnya Pita Kerangka baca terbuka IFNα2b dipotong dari gel dan dimurnikan dengan kolom GFX. Gambar V.8 Hasil pemotongan plasmid pgem-t IFNα2b G del dan pet32b dengan EcoRI. (A) 1= DNA marker 1 kpb; 2, 3, 4 = pgem-t IFNα2b G del dipotong HindIII dan EcoRI, (B) 1= marka DNA 1 kpb 2,3,4 (B) = pet32b dipotong HindIII dan EcoRI Reaksi ligasi dilakukan pada variasi perbandingan vektor dan sisipan, yaitu vektor : sisipan 1:3 (50 ng : 12,71 ng), 1:6 (50 ng : 25,41 ng), dan 1:8 (50 ng : 67,8 ng) menggunakan enzim ligase T4. Reaksi ligasi dilakukan duplo yaitu selama 18 jam pada suhu 4 o C dan pada suhu kamar. Hasil ligasi kemudian ditransformasikan ke dalam E. coli DH5α. Hasil transformasi diinokulasi dengan metode sebar pada media LB padat yang mengandung ampisillin.

10 30 Hasil ligasi pada suhu 4 o C menghasilkan 3 transforman, yaitu PI 1, PI 2, dan PI 3.,sedangkan hasil ligasi pada suhu kamar menghasilkan 14 transforman yaitu PEI 1 sampai PEI 14. Dari 14 transforman tersebut, setelah di subkultur hanya 6 transforman yang tumbuh yaitu PEI 2, PEI 5, PEI 6, PEI 11, PEI 12, dan PEI 14. Analisis menggunakan lisis cepat dilakukan untuk mengetahui apakah transforman membawa plasmid rekombinan yang diharapkan dengan pet32b sebagai kontrol. Plasmid dari transforman yang memiliki kecepatan migrasi lebih lambat menunjukkan plasmid rekombinan dengan sisipan kerangka baca terbuka IFNα2b. Hasil lisis cepat menunjukkan bahwa plasmid yang diperkirakan memiliki laju migrasi lebih lambat dibandingkan laju migrasi kontrol adalah koloni PI 2 dan PI 3. Terhadap transforman tersebut dilakukan isolasi plasmid. Hasil elektroforesis menunjukkan bahwa plasmid PI 2 dan PI 3 memiliki laju migrasi yang berbeda jika dibandingkan dengan laju migrasi kontrol pet32b, dimana PI 2 bermigrasi lebih lambat dan PI 3 bermigrasi lebih cepat. Hasil analisis migrasi dapat dilihat pada Gambar V.9. Gambar V.9 Hasil isolasi pet32b IFNα2b G del. 1 = kontrol pet32b; 2,= PI 2; 3 = PI 3 Plasmid PI 2 diperkirakan membawa plasmid rekombinan pet32b IFNα2b, sehingga dilakukan analisis pemotongan dengan HindIII dan EcoRI. Pemotongan menggunakan HindIII dan EcoRI menghasilkan pita DNA berukuran ~6,4 kpb (Gambar V.10 A), sedangkan pemotongan menggunakan kedua enzim tersebut menghasilkan dua pita berukuran masing-masing ~5,9 kpb dan ~0,52 kpb Gambar V.10 B). Berdasarkan data di

11 31 atas, dapat disimpulkan bahwa transforman PI 2 membawa plasmid rekombinan yang diinginkan. Gambar V.10 Hasil pemotongan pet32b IFNα2b G del PI 2. (A) 1 = DNA Marker 1 kpb; 2 = plasmid PI 2 yang tidak dipotong; 3 (A) plasmid PI 2 dipotong HindIII; 4 = plasmid PI 2 dipotong EcoRI, (B) 1 = Marker DNA 1 kpb ; 2 = plasmid PI 2 dipotong HindIII dan EcoRI Terhadap kerangka baca terbuka IFNα2b pada plasmid rekombinan PI 2 dilakukan analisis urutan nukleotida. Hasil analisis urutan nukleotida menggunakan primer promotor T7 untuk pembacaan arah 5-3 dan terminator T7 untuk pembacaan arah 3-5 memberikan hasil yang benar dimana setelah situs restriksi HindIII maupun EcoRI pada plasmid pet 32b terdapat kerangka baca terbuka IFNα2b G del. Seluruh urutan nukleotida pada kerangka baca terbuka IFNα2b memiliki urutan yang sama dengan kerangka baca terbuka IFNα2b G del yang berasal dari koloni G22, artinya tidak terdapat mutasi tambahan selain delesi nukleotida deoksiguanosin monofosfat pada kodon kedua setelah kodon start. Situs tambahan berupa 4 buah basa yaitu CCAT yang sengaja ditambahkan pada perancangan KBT IFNα2b sintetik untuk mencegah mutasi kerangka baca karena plasmid 32b memiliki karakteristik delesi satu basa (Gambar V.11 A dan B).

12 A 32

13 33 Gambar V.11 Hasil penentuan urutan nukleotida DNA sisipan pet32b IFNα2b G del (PI2).(A) Hasil penentuan urutan nukleotida dengan primer promotor T7 (B) Hasil penentuan urutan nukleotida dengan primer terminator T7 B Mutagenesis terarah untuk menyisipkan satu nukleotida deoksiguanosin monofosfat pada kodon kedua setelah kodon start untuk memperbaiki urutan kerangka baca terbuka IFNα2b pada pet32b IFNα2b G del. Primer dirancang menggunakan program DNA Star dan memiliki panjang 32 nukleotida yang saling berkomplementasi. Urutan primer tersebut adalah, CGAATTCCCATATGTGTGACCTGCCGCAAACC (primer forward,

14 34 FWDIFNA2B) dan GGTTTGCGGCAGGTCACACATATGGGAATTCG (primer reverse, REV REVIFNA2B dengan masing-masing primer memiliki titik leleh 65,2 o C. Mutagenesis terarah dilakukan dengan metode PCR dengan konsentrasi primer adalah 150 ng menggunakan Pfu DNA polymerase. Variasi konsentrasi plasmid rekombinan yang digunakan sebagai cetakan adalah 25 ng dan 50 ng. Analisis elektroforesis terhadap produk mutagenesis terarah tidak memberikan hasil yang jelas atau sangat tipis ketika divisualisasi karena siklus yang digunakan hanya 12. Produk PCR adalah plasmid rekombinan yang telah disisipi satu nukleotida deoksiguanosin monofosfat dan berupa plasmid yang memiliki celah. Enzim DpnI yang memiliki aktivitas endonuklease dengan target 5 -G m6 ATC-3, guanin yang termetilasi, ditambahkan sebanyak 10 unit selama 16 jam untuk menghilangkan cetakan. Basa guanin tersebut berasal dari plasmid yang diisolasi dari hampir semua galur E. coli karena adanya aktivitas dam methylated. Selanjutnya plasmid tersebut ditransformasikan ke dalam E. coli TOP10. Hasil transformasi diinokulasi pada media LB yang mengandung ampisillin dengan metode sebar. Hasil transformasi menghasilkan 32 transforman dan analisis menggunakan lisis cepat dilakukan terhadap transforman dengan menggunakan pet32b IFNα2b G del sebagai kontrol. Hasil lisis cepat dari 28 transforman memberikan pita yang sejajar dengan pita kontrol. Isolasi plasmid dilakukan terhadap 12 transforman, yaitu Spi 1, Spi 3, Spi 5, Spi 9, Spi 11, Spi 13, Spi 17, Spi 19, Spi 22, Spi 25, Spi 28, dan Spi 32. Semua plasmid memiliki laju migrasi yang sama dengan laju migrasi kontrol (Gambar V.12).

15 Gambar V.12 Hasil isolasi pet32b IFN α2b dari transforman. 1= kontrol; 2 = Spi 1; 3 = Spi 3; 4 = Spi 5; 5 = Spi 9; 6 = Spi 11; 7 = Spi 13; 8 = Spi 17; 9 = Spi 19; 10 = Spi 22; 11 = Spi 25,;2= Spi 28; 13 = Spi 32 Analisis pemotongan dengan HindIII dan EcoRI terhadap 12 transforman menghasilkan pita DNA berukuran ~6,4 kpb yang sejajar dengan pita DNA kontrol. Hasil pemotongan dapat dilihat pada Gambar V.13 (A) dan (B). Gambar V.13 Hasil pemotongan pet32b IFNα2b. (A) 1 = DNA marker kpb; 2-14 = plasmid kontrol, Spi 1, Spi 3, Spi 5, Spi 9, Spi 11, Spi 13, Spi 17, Spi 19, Spi 22, Spi 2, Spi 28, dan Spi 32 dipotong HindIII, (B) 1 = DNA marker 1 kpb; 2-14 = plasmid kontrol, Spi 1, Spi 3, Spi 5, Spi 9, Spi11, Spi 13, Spi 17, Spi19, Spi 22, Spi 25, Spi 28, dan Spi 32 dipotong EcoRI

16 36 Analisis penentuan urutan nukleotida dilakukan pada DNA sisipan enam plasmid rekombinan pet32b IFNα2b yang berasal dari transforman Spi 1, 3, 9, 13, 17 dan 28. Hasil penentuan urutan nukleotida DNA sisipan plasmid berasal dari transforman Spi 1, 3, 9, 13, dan 28 menunjukkan bahwa penyisipan satu nukleotida deoksiguanosin monofosfat pada posisi yang diinginkan telah berhasil Dengan demikian, kerangka baca terbuka IFNα2b yang benar telah diperoleh. Penyisipan guanin pada kerangka baca terbuka IFNα2b dapat dilihat pada Gambar V.14. Situs Mutasi Penyisipan Kodon Start Kodon Start Gambar V.14 Hasil penyisipan deoksiguanosin monofosfat hasil mutagenesis terarah pada pet32b IFNα2b G del menghasilkan pet32b IFNα2b Plasmid pet32b IFNα2b kemudian ditransformasikan ke dalam E. coli BL21. Hasil transformasi ditanam pada media LB padat yang mengandung ampisillin dengan metode sebar dan transforman yang tumbuh disubkultur. Masing-masing transforman ditumbuhkan dalam 5 ml media cair LB selama 18 jam pada suhu 37 o C dan kecepatan pengocokan 200 rpm. Kemudian kultur dipindah ke dalam media baru dengan perbandingan 2:100 diinkubasi selama 3 jam dan diinduksi dengan IPTG dengan konsentrasi 0,3 mm. Setelah 3 jam kultur dipanen dan dilakukan isolasi protein total. Hasil analisis protein dengan metode SDS PAGE menunjukkan bahwa protein rekombinan IFNα2b dapat diekspresikan dalam E. coli BL21. Protein rekombinan IFNα2b diperoleh sebagai protein fusi, sehingga mengalami penambahan ukuran. Protein IFNα2b berukuran ~18 kda dan situs penambahannya yang mengandung poli histidin

17 37 untuk purifikasi berukuran 18 kda, sehingga protein fusi berukuran sekitar 37 kda. Pita tebal protein hanya terdapat pada E. coli yang mengalami induksi dengan IPTG dan hal ini menunjukkan bahwa overproduksi IFNα2b rekombinan berjalan dengan baik. Pada hasil isolasi protein bakteri E. coli BL 21 tanpa plasmid pet32b IFNα2b tidak terdapat pita protein IFNα2b, dapat dilihat pada Gambar V.15. Gambar V.15 Hasil analisis SDS PAGE protein intrasel total transforman E. coli pet32b IFNα2b 1 = protein transforman Spi 28 diinduksi ; 2 = ekstrak protein transforman Spi 28 tidak induksi ; 3 = protein transforman Spi 9 diinduksi ; 4 = protein transforman Spi 9 tidak induksi ; 5 = protein transforman Spi 1 diinduksi ; 6 = protein transforman Spi 1 tidak diinduksi ; 7 = protein marker; 8 = protein E. coli BL21 yang tidak mengandung pet32b IFNα2b diinduksi ; 9 = protein E. coli BL21 yang tidak mengandung pet32b IFNα2b tidak induksi Protein IFNα2b rekombinan dimurnikan dari ekstrak protein total transforman Spi 1 menggunakan kolom nikel. Kolom nikel dapat mengikat protein rekombinan IFNα2b sebagai protein fusi poli his. Fraksi hasil pencucian kolom ditampung sebagai pembanding dan hasil pemurnian dibagi menjadi tiga fraksi. Hanya fraksi pertama yang memberikan pita tebal protein rekombinan IFNα2b (Gambar V.16). Hal ini diduga karena protein IFNα2b sebagai protein terlarut hanya terdapat dalam jumlah yang sedikit dalam ekstrak protein, sehingga telah terelusi pada fraksi pertama. Akibatnya fraksi kedua dan ketiga hanya mengandung sedikit protein yang terelusi. Diduga protein terlarut hanya

18 38 terdapat dalam jumlah yang sedikit dalam ekstrak karena protein dapat membentuk badan inklusi sehingga ikut terendapkan bersama debris sel pada proses isolasi protein. Gambar V.16 Analisis SDS PAGE hasil pemurnian IFNα2b rekombinan. 1 = fraksi 3 ; 2 = fraksi ; 3 = fraksi 1; 4 = marka ; 5,6 = ekstrak protein yang tidak dimurnikan ; 7 = hasil pencucian; 8 = fraksi 1 ; 9 = fraksi 2 ; 10 = fraksi 3 Pita protein murni dipotong dari gel dan dikarakterisasi dengan metode spektrofotometri massa MALDI TOF. Protein diekstraksi dari gel dan dipotong dengan tripsin. Masingmasing fragmen peptida dianalisis dan ditentukan urutan asam aminonya berdasarkan data spektra rasio massa dan muatan menggunakan mascot sequence matching software. Berdasarkan urutan asam amino tersebut dicari secara otomatis kemiripan dengan asam amino fragmen peptida yang terkandung dalam protein data base. Empat fragmen peptida memiliki kemiripan sangat tinggi dengan protein IFNα2 dan IFNα2b (Gambar V.17). Hal ini terjadi karena hanya sebagian asam amino dari total 165 asam amino yang diidentifikasi urutannya. Perbedaan urutan asam amino IFNα2b dengan IFNα2 hanya pada asam amino kedua (sistein) dan 163 asam amino berikutnya memiliki urutan yang sama dengan IFNα2. Urutan asam amino IFNα2 dan IFNα2b hanya berbeda satu maka asam amino yang menjadi ciri khas IFNα2b tidak teridentifikasi. Hasil analisis homologi

19 39 menunjukkan bahwa protein rekombinan murni memberikan homologi yang tinggi dengan IFNα2b (kode akses Q86UP4) dan IFNα2 (kode akses Q6DJX8) (Gambar V.17). IFNα2b terdiri atas 165 asam amino dengan massa Da dan IFNα2 terdiri atas 188 asam amino dengan massa Da. Berdasarkan hasil peptide sequencing dengan spektrometri massa MALDI-TOF yang menyatakan bahwa protein yang dioverproduksi dan dimurnikan mempunyai kemiripan yang tinggi dengan IFNα2b dan adanya data pendukung berupa hasil SDS PAGE, dapat disimpulkan bahwa protein tersebut adalah IFNα2b. Gambar V.17 Hasil analisis protein rekombinan IFNα2b dengan metode Spektrometri massa MALDI TOF

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

o C 1 menit, penempelan 50 o C 1 menit, polimerisasi 72 o C 1 menit (tiga tahap ini

o C 1 menit, penempelan 50 o C 1 menit, polimerisasi 72 o C 1 menit (tiga tahap ini 13 BAB IV PERCOBAAN IV.1 Bahan Air miliq, deoksinukleotida trifosfat (dntp), MgCl 2, (Promega), enzim Pfu DNA polymerase, dapar Pfu (Stratagene), oligonukleotida SR1, SR2, SR3, SR4, SR5, AR6, AR7, AR8,

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid Mini kit, inkubator goyang (GSL), jarum Ose bundar, kit GFX (GE Healthcare), kompor listrik

Lebih terperinci

YOHANES NOVI KURNIAWAN KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109

YOHANES NOVI KURNIAWAN KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109 YOHANES NOVI KURNIAWAN 10702026 KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109 Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Fragmen DNA Penyandi CcGH Mature Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna GH ikan mas telah berhasil diisolasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pita DNA pada ukuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Vektor Kloning Protein rgh Isolasi Plasmid cdna GH. Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna; El-mGH, Og-mGH dan Cc-mGH berhasil diisolasi dari bakteri konstruksi E. coli DH5α dengan

Lebih terperinci

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung RATIH ASMANA NINGRUM

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung RATIH ASMANA NINGRUM KLONING DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2b) SINTETIK PADA Escherichia coli, OVERPRODUKSI, PURIFIKASI, DAN KARAKTERISASI PROTEIN REKOMBINAN IFNα2b TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh)

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh) 11 BAHAN DAN METODE Penelitian ini terdiri atas 2 tahapan utama, yaitu produksi protein rekombinan hormon pertumbuhan (rgh) dari ikan kerapu kertang, ikan gurame, dan ikan mas, dan uji bioaktivitas protein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, NIPPONBARE, DAN BATUTEGI Isolasi DNA genom padi dari organ daun padi (Oryza sativa L.) kultivar Rojolele, Nipponbare,

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

BAB IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini akan membahas hasil PCR, hasil penentuan urutan nukleotida, analisa in silico dan posisi residu yang mengalami mutasi dengan menggunakan program Pymol. IV.1 PCR Multiplek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI TEKNIK PCR OVERLAPPING 1. Sintesis dan amplifikasi fragmen ekson 1 dan 2 gen tat HIV-1 Visualisasi gel elektroforesis

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema penggolongan HIV-1 [Sumber: Korber dkk. 2001: ]

Gambar 1. Skema penggolongan HIV-1 [Sumber: Korber dkk. 2001: ] 75 Gambar 1. Skema penggolongan HIV-1 [Sumber: Korber dkk. 2001: 22--25.] Gambar 2. Struktur virus HIV-1 [Sumber: Henriksen 2003: 12.] 76 Keterangan: 5 LTR : daerah 5 Long Terminal Region gag : gen gag

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp HASIL DAN PEBAHASAN Purifikasi dan Pengujian Produk PCR (Stilbena Sintase) Purifikasi ini menggunakan high pure plasmid isolation kit dari Invitrogen. Percobaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang terdapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Total Tumbuhan Isolasi DNA total merupakan tahap awal dari pembuatan pustaka genom. DNA dipisahkan dari bahan-bahan lain yang ada dalam sel. DNA total yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi RNA total RNA total dari ujung akar G. max kultivar Slamet telah berhasil diisolasi. Kuantifikasi RNA total dengan spektrofotometer menunjukkan bahwa rendemen isolasi RNA total

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi RNA Total RNA total sengon diisolasi dengan reagen Trizol dari jaringan xylem batang sengon yang tua (berumur 5-10 tahun) dan bibit sengon yang berumur 3-4 bulan.

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 sampel. Berdasarkan hasil digesti DNA dengan enzim EcoRI, diperoleh sebanyak 74 sampel tanaman dari 118

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan rekayasa genetik tanaman keberhasilannya tergantung pada beberapa hal, diantaranya adalah gen yang akan diintroduksikan, metode transformasi, sistem regenerasi tanaman dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemotongan Parsial dan Penyisipan Nukleotida pada Ujung Fragmen DNA Konstruksi pustaka genom membutuhkan potongan DNA yang besar. Untuk mendapatkan fragmen-fragmen dengan ukuran relatif

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase merupakan enzim yang mempunyai peranan penting dalam bioteknologi saat ini. Aplikasi teknis enzim ini sangat luas, seperti pada proses likuifaksi pati pada proses produksi

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri 3 selama 1 menit, dan elongasi pada suhu 72 0 C selama 1 menit. Tahap terakhir dilakukan pada suhu 72 0 C selama 10 menit. Produk PCR dielektroforesis pada gel agarosa 1 % (b/v) menggunakan tegangan 70

Lebih terperinci

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.]

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.] Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.] Gambar 2. Struktur organisasi promoter pada organisme eukariot [Sumber: Gilbert 1997: 1.] Gambar 3.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Bahan yang digunakan memiliki kualitas pro analisis atau pro biologi molekular, yaitu : primer M. tuberculosis forward: 5 GGATCCGATGAGCAAGCTGATCGAA3 (Proligo) dan primer M. tuberculosis

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 32 Bab IV Hasil dan Pembahasan Penggunaan α-amilase dalam beberapa sektor industri mengalami peningkatan dan sekarang ini banyak diperlukan α-amilase dengan sifat yang khas dan mempunyai kemampuan untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Perhitungan Kepadatan Artemia dan Kutu Air serta Jumlah Koloni Bakteri Sebanyak 1,2 x 10 8 sel bakteri hasil kultur yang membawa konstruksi gen keratin-gfp ditambahkan

Lebih terperinci

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan: Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 9-10 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

PERAN ISOFORM TAp73 DAN STATUS GEN p53 TERHADAP AKTIFITAS htert PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RISBIN IPTEKDOK 2007

PERAN ISOFORM TAp73 DAN STATUS GEN p53 TERHADAP AKTIFITAS htert PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RISBIN IPTEKDOK 2007 PERAN ISOFORM TAp73 DAN STATUS GEN p53 TERHADAP AKTIFITAS htert PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RISBIN IPTEKDOK 2007 LATAR BELAKANG p53 wt

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN TICV Isolat Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN TICV Isolat Indonesia 23 HASIL DAN PEMBAHASAN TICV Isolat Indonesia Penyakit klorosis saat ini sudah ditemukan di Indonesia. Pertama kali ditemukan di sentra pertanaman tomat di Magelang, Jawa Tengah dan Purwakarta, Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si REKAYASA GENETIKA By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si Dalam rekayasa genetika DNA dan RNA DNA (deoxyribonucleic Acid) : penyimpan informasi genetika Informasi melambangkan suatu keteraturan kebalikan dari entropi

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN Mikroba C. violaceum, Bacillus cereus dan E. coli JM 109

BAB 3 PERCOBAAN Mikroba C. violaceum, Bacillus cereus dan E. coli JM 109 9 BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat, Bahan dan Miroba 3.1.1 Alat Bunsen, inkubator 37 o C, sentrifuga (Mikro 200R Hettich), Eppendorf 100 ul, 500 ul, 1,5 ml, tabung mikrosentrifuga (Eppendorf), neraca timbang (Mettler

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

KLONING DAN OVEREKSPRESI GEN celd DARI Clostridium thermocellum ATCC DALAM pet-blue VECTOR 1

KLONING DAN OVEREKSPRESI GEN celd DARI Clostridium thermocellum ATCC DALAM pet-blue VECTOR 1 PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN (BM-3001) KLONING DAN OVEREKSPRESI GEN celd DARI Clostridium thermocellum ATCC 27405 DALAM pet-blue VECTOR 1 Penyusun: Chandra 10406014 Dosen Narasumber: Dra. Maelita Ramdani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 28S 18S

HASIL DAN PEMBAHASAN 28S 18S 4 (http://www.tools.neb.com/nebcutter2/htm). Analisis kesamaan, filogenetik, dan profil berdasarkan urutan nukleotida dan deduksi asam amino dengan Mt2 dari spesies lain menggunakan program MAFFT ver.6.0.

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Hasil yang diperoleh dari tahapan penelitian akan dijelaskan pada bab ini. Dimulai dengan amplifikasi gen katg, penentuan urutan nukleotida (sequencing), dan diakhiri dengan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian BAHAN DAN METODE 1. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Lebih terperinci

RATNA ANNISA UTAMI

RATNA ANNISA UTAMI RATNA ANNISA UTAMI 10703022 AMPLIFIKASI DAN KLONING DNA PENGKODE PROTEIN CHAPERONIN 60.1 MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS KE DALAM VEKTOR pgem-t PADA ESCHERICHIA COLI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

Lebih terperinci

MUTASI GEN. Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen

MUTASI GEN. Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen MUTASI GEN Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen Mutasi : Mutasi >< Perubahan Fisiologi Perubahan pada bahan genetik yang menyebabkan perubahan ekspresinya Terjadi perubahan pada tingkat metabolisme Perubahan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI

SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI 0304040257 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AMPLIFIKASI DAN PURIFIKASI GEN NS1 VIRUS DENGUE. Proses amplifikasi gen NS1 virus dengue merupakan tahap awal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AMPLIFIKASI DAN PURIFIKASI GEN NS1 VIRUS DENGUE. Proses amplifikasi gen NS1 virus dengue merupakan tahap awal 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AMPLIFIKASI DAN PURIFIKASI GEN NS1 VIRUS DENGUE Proses amplifikasi gen NS1 virus dengue merupakan tahap awal dalam penelitian. Fragmen gen NS1 virus dengue diamplifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 11 secara perlahan beberapa kali kemudian segera ditambah dengan 400 μl larutan buffer netralisasi (1.32 M natrium asetat ph 4.8), divorteks dan disentrifugasi pada suhu 4 0 C dengan kecepatan 10 000 rpm

Lebih terperinci

BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN

BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi isolasi DNA kromosom

Lebih terperinci

ABSTRAK. ISOLASI, OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN phoq PADA Salmonella typhi

ABSTRAK. ISOLASI, OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN phoq PADA Salmonella typhi ABSTRAK ISOLASI, OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN phoq PADA Salmonella typhi Patrisia Puspapriyanti, 2008. Pembimbing I : Ernawati A.Girirachman, Ph.D. Pembimbing II : Johan Lucianus, dr., M.Si. Salmonella

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. protein dalam jumlah besar (Reece dkk., 2011). kompeten biasanya dibuat dari inokulum awal dengan konsentrasi 2% ( v / v )

I. PENDAHULUAN. protein dalam jumlah besar (Reece dkk., 2011). kompeten biasanya dibuat dari inokulum awal dengan konsentrasi 2% ( v / v ) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Plasmid merupakan molekul DNA berukuran relatif kecil, melingkar, dan beruntai ganda. Plasmid membawa gen-gen yang terpisah dari kromosom bakteri. Plasmid digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi PCR Pada penelitian konstruksi gen harus mempertimbangkan dua hal yaitu urutan nukleotida gen yang akan dikonstruksi dan vektor ekspresi yang akan digunakan. Pada

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

SUBKLONING DAN EKSPRESI Gen fim-c S. typhimurium

SUBKLONING DAN EKSPRESI Gen fim-c S. typhimurium JRSKT Vol. 3 No. 2, Desember 2013 U. Choiriyah. et. al. SUBKLONING DAN EKSPRESI Gen fim-c S. typhimurium Ulfah Choiriyah, Muktiningsih Nurjayadi, dan Fera Kurnia Dewi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan. beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi

Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan. beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi isolasi DNA kromosom dan DNA vektor, pemotongan DNA menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

Kasus Penderita Diabetes

Kasus Penderita Diabetes Kasus Penderita Diabetes Recombinant Human Insulin Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Sejak Banting & Best menemukan hormon Insulin pada tahun 1921, pasien diabetes yang mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian terhadap urutan nukleotida daerah HVI mtdna manusia yang telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya rangkaian poli-c merupakan fenomena

Lebih terperinci

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan: Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agribisnis Pertemuan Ke 5 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Rekombinasi Gen Penyandi -xilosidase asal Geobacillus Thermoleovorans IT-08 dalam Plasmid Phis1525

Rekombinasi Gen Penyandi -xilosidase asal Geobacillus Thermoleovorans IT-08 dalam Plasmid Phis1525 Rekombinasi Gen Penyandi -xilosidase asal Geobacillus Thermoleovorans IT-08 dalam Plasmid Phis1525 (Recombinant Gen of Encoding -Xylosidase from Geobacillus Thermoleovorans IT-08 in phis1525 Plasmid) Sri

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi plasmid biner pmsh1-lisozim Konstruksi plasmid biner dilakukan dengan meligasi gen lisozim ayam dan pmsh1. Plasmid hasil ligasi berukuran 13.449 pb (Gambar 5A kolom

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

BAB XIII. SEKUENSING DNA

BAB XIII. SEKUENSING DNA BAB XIII. SEKUENSING DNA Pokok bahasan di dalam Bab XIII ini meliputi prinsip kerja sekuensing DNA, khususnya pada metode Sanger, pangkalan data sekuens DNA, dan proyek-proyek sekuensing genom yang ada

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor )

Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor ) Ir. Lilik Koesmihartono Putra, M.AgSt (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) Tahun-3 1. Konstruksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis ABSTRAK OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis Nia Oktriviany, 2009 Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri Rachman, Ph.D Pembimbing serta I : Debbie Sofie Retnoningrum,

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID )

REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID ) MAKALAH REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID ) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A TUGAS : REKAYASA GENETIKA JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal. HASIL DAN PEMBAHASAN Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal. Dalam perkembangannya, organ reproduktif mengalami perubahan yang mengakibatkan terjadinya perbedaan fenotipe antara kelapa

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Lumbrokinase merupakan enzim fibrinolitik yang berasal dari cacing tanah L. rubellus. Enzim ini dapat digunakan dalam pengobatan penyakit stroke. Penelitian mengenai lumbrokinase,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Promoter -Aktin Ikan Mas Promoter -Aktin dari ikan mas diisolasi dengan menggunakan metode PCR dengan primer yang dibuat berdasarkan data yang ada di Bank Gen. Panjang

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 Amplifikasi gen Pit1 exon 3 pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, BPPT Cikole,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Virus Hepatitis B Gibbon Regio Pre-S1 Amplifikasi Virus Hepatitis B Regio Pre-S1 Hasil amplifikasi dari 9 sampel DNA owa jawa yang telah berstatus serologis positif terhadap antigen

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

TRANSFORMASI DAN EKSPRESI pet-endo-β-1,4-xilanase DALAM Escherichia coli BL21 SKRIPSI. Oleh : Eka Yuni Kurniawati NIM

TRANSFORMASI DAN EKSPRESI pet-endo-β-1,4-xilanase DALAM Escherichia coli BL21 SKRIPSI. Oleh : Eka Yuni Kurniawati NIM TRANSFORMASI DAN EKSPRESI pet-endo-β-1,4-xilanase DALAM Escherichia coli BL21 SKRIPSI Oleh : Eka Yuni Kurniawati NIM 101810301003 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BABm METODE PENELITIAN

BABm METODE PENELITIAN BABm METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectioned, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan distnbusi genotipe dan subtipe VHB

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Pseudomonas sp. AZM-1 mikroba pelarut fosfat Mikroba yang membawa gen pelarut fosfat adalah Pseudomonas sp. AZM-1. Peremajaan kembali mikroba hasil isolasi dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BAB in. METODE PENELITIAN

BAB in. METODE PENELITIAN BAB in. METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari April sampai November 2009 di laboratorium Biologi Molekular dan Rekayasa Genetika, Balai Penelitian Bioteknologi

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 6. TEKNIK DASAR KLONING Percobaan pertama penggabungan fragmen DNA secara in vitro dilakukan sekitar 30 tahun yang lalu oleh Jackson et al. (1972). Melakukan penyisipan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Bentuk Sel dan Pewarnaan Gram Nama. Pewarnaan Nama

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Bentuk Sel dan Pewarnaan Gram Nama. Pewarnaan Nama BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada pengujian awal, terhadap 29 bakteri dilakukan pewarnaan Gram dan pengamatan bentuk sel bakteri. Tujuan dilakukan pengujian awal adalah untuk memperkecil kemungkinan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2007 hingga Juli 2009, bertempat di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

Enzim-enzim Yang Terlibat Dalam Bioteknologi ( Kuliah S2)

Enzim-enzim Yang Terlibat Dalam Bioteknologi ( Kuliah S2) Enzim-enzim Yang Terlibat Dalam Bioteknologi ( Kuliah S2) Enzim : merupakan suatu protein yang berperan sebagai katalis dalam reaksi yang terjadi di dalam makhluk hidup (Biokatalis) 1. Struktur Enzim Holoenzim:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Vektor klon pgemt-easy dan peta restriksi yang dimiliki (Promega 1999).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Vektor klon pgemt-easy dan peta restriksi yang dimiliki (Promega 1999). 8 Inkubasi selama 2 hari pada suhu 28 o C dalam kondisi gelap dengan kecepatan 150 rpm. Setelah diinkubasi selama 2 hari, hasilnya adalah terbentuknya koloni berwarna putih. Koloni yang terbentuk kemudian

Lebih terperinci