BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR"

Transkripsi

1 BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7.1. Pengaruh Kepemilikan Modal pada Tahapan Program Tahapan Perencanaan Umumnya pada sebuah program terdiri dari tiga tahapan yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Salah satu cara untuk melihat peran pemimpin lokal dalam program PNPM Mandiri Perdesaan adalah dengan melihat keterlibatannya dalam tahapan program tersebut. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan perencanaan dapat dilihat dari dua indikator yaitu kehadiran dan konsep program. Kehadiran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keikutsertaan pemimpin lokal dalam rapat atau musyawarah yang diadakan saat perencanaan program, sedangkan konsep program adalah keterlibatan pemimpin lokal dalam menentukan konsep program yang dilaksanakan. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan perencanaan dipengaruhi oleh modal yang dimilikinya. Oleh sebab itu pertama kali perlu dilihat apakah kepemilikan modal berpengaruh terhadap keterlibatan masing-masing pemimpin lokal pada tahap perencanaan. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Modal Hasil Regresi Linear Sederhana, Pengaruh Modal Internal dan Eksternal Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 Pemimpin Lokal YT AQ DM AR t Sig. t Sig. t Sig. t Sig. M. Internal 2,896 0,007* 3,909 0,000* 5,403 0,000* 27,567 0,000* M. Eksternal 1,917 0,064* 3,918 0,000* 5,449 0,000* 25,754 0,000* Ket: ---* = berpengaruh pada 10 %, t = Statistik Uji

2 82 Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa kepemilikan modal internal dan eksternal semua pemimpin lokal berpengaruh nyata pada tahap perencanaan. Hal ini juga didukung dengan hasil analisis tabulasi silang juga menunjukkan pada pemimpin lokal YT sebanyak 27,3 persen menjawab bahwa pemimpin lokal YT memiliki modal internal yang sangat berpengaruh serta selalu terlibat dalam kegiatan pada tahapan perencanaan. Persentase ini secara tidak langsung mendukung hasil uji statistik sebelumnya bahwa modal internal pada pemimpin lokal YT berpengaruh nyata dimana semakin tinggi modal internal yang dimiliki maka semakin tinggi keterlibatan YT pada tahapan perencanaan. Sama halnya dengan analisis tabulasi silang pada pemimpin lokal AQ. Pada pemimpin lokal AQ sebanyak 27,3 persen responden menjawab bahwa AQ memiliki modal internal yang berpengaruh dan sering terlibat dalam kegiatan pada tahap perencanaan. Walaupun terlihat jawaban responden terhadap pemimpin lokal AQ tidak sebaik jawaban pada pemimpin lokal YT. Namun tetap menunjukkan bahwa modal internal yang dimiliki AQ berpengaruh nyata terhadap keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap perencanaan. Sedikit berbeda dengan pemimpin lokal DM dan AR. Pada kedua pemimpin lokal ini, responden yang menjawab bahwa DM dan AR memiliki modal internal yang tidak berpengaruh serta responden tidak mengetahui apakah kedua pemimpin lokal ini terlibat dalam tahapan perencanaan sebanyak 54,5 persen dan 60,6 persen. Hal ini masih menunjukkan bahwa semakin rendah modal internal yang dimiliki DM dan AR maka semakin rendah pula keterlibatannya dalam tahapan perencanaan. Dengan demikian hasil analisis tersebut mendukung hasil analisis statistik sebelumnya yaitu modal internal berpengaruh nyata terhadap keterlibatannya dalam tahapan perencanaan. Kemudian pada modal eksternal hasil analisis tabulasi silang menunjukkan bahwa pada pemimpin lokal YT sebanyak 30,3 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal YT memiliki modal eksternal yang berpengaruh dan selalu terlibat dalam kegiatan pada tahapan perencanaan program. Persentase yang cukup tinggi ini mendukung hasil uji statistik sebelumnya bahwa modal internal dan pada pemimpin lokal YT berpengaruh nyata dikarenakan semakin tingginya

3 83 modal eksternal yang dimiliki pemimpin lokal maka semakin tinggi pula keterlibatannya. Sedikit berbeda dengan analisis tabulasi silang pada pemimpin lokal AQ menunjukkan bahwa sebanyak 30,3 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal AQ memiliki modal eksternal yang sedikit berpengaruh serta responden tidak mengetahui apakah pemimpin lokal AQ terlibat atau tidak dalam tahapan perencanaan. Walaupun terlihat jawaban responden terhadap pemimpin lokal AQ pada modal eksternal tidak sebaik jawaban responden terhadap modal internal yang dimiliki pemimpin lokal YT, namun tetap menunjukkan bahwa modal eksternal yang dimiliki AQ berpengaruh nyata terhadap keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap perencanaan. Hal ini dikarenakan persentase itu menunjukkan bahwa semakin rendah modal eksternal yang dimiliki maka semakin rendah pula keterlibatan AQ pada tahapan perencanaan. Sedangkan pada pemimpin lokal DM dan AR, responden yang menjawab tidak tahu mengenai kepemilikan modal eksternal dan keterlibatan DM dan AR pada tahapan perencanaan sebanyak 54,5 persen dan 60,6 persen. Persentase ini menunjukkan bahwa semakin rendah kepemilikan modal eksternal yang dimiliki oleh pemimpin lokal DM dan AR, maka semakin rendah pula keterlibatannya pada tahapan perencanaan, sehingga responden tidak mengetahui hal tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modal eksternal yang dimiliki DM dan AR masih berpengaruh nyata terhadap keterlibatannya dalam tahapan perencanaan Tahapan Pelaksanaan Tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan. Keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap pelaksanaan dapat dilihat dari tiga hal yaitu, sumbangsih pemikiran, sumbangsih materi, dan keterlibatan sebagai anggota proyek. Sumbangsih pemikiran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan pemimpin lokal dalam menyumbangkan pemikirannya dalam mengambil kebijakan saat pelaksanaan program. Sedangkan yang dimaksud dengan sumbangsih materi adalah kemampuan pemimpin lokal dalam mendukung pelaksanaan program dengan materi (uang) yang dimilikinya. Terakhir adalah keterlibatan sebagai

4 84 anggota proyek, yang dimaksud dengan keterlibatan sebagai anggota proyek adalah keterlibatan secara aktif pemimpin lokal dalam hal-hal teknis dilapangan. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan pelaksanaan dipengaruhi oleh modal yang dimilikinya. Oleh sebab itu pertama kali perlu dilihat apakah kepemilikan modal berpengaruh terhadap keterlibatan masing-masing pemimpin lokal pada tahap pelaksanaan. Berikut adalah hasil uji statistik pada masing masing pemimpin lokal pada modal internal dan eksternal yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Regresi Linear Sederhana, Pengaruh Modal Internal dan Eksternal Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 Pemimpin Lokal Modal YT AQ DM AR t Sig. t Sig. t Sig. t Sig. M. Internal 1,835 0,076* 9,903 0,000* 6,477 0,000* 6,091 0,000* M. Eksternal -0,215 0,831 9,196 0,000* 5,526 0,000* 6,184 0,000* Ket: ---* = berpengaruh pada 10 % t = Statistik Uji Merujuk pada Tabel 17, terlihat bahwa modal internal dan eksternal berpengaruh nyata pada semua pemimpin lokal, kecuali modal eksternal pada pemimpin lokal YT. Hal ini juga didukung dengan analisis tabulasi silang yang menunjukkan bahwa pada pemimpin lokal YT sebanyak 18,2 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal YT memiliki modal internal yang sangat berpengaruh dan sering terlibat dalam kegiatan pada tahapan pelaksanaan program. Persentase ini mendukung hasil uji statistik sebelumnya bahwa modal internal dan pada keterlibatan pemimpin lokal YT berpengaruh nyata. Namun sebanyak 60,6 persen menjawab bahwa pemimpin lokal YT memiliki modal eksternal yang berpengaruh namun tidak terlibat dalam kegiatan pada tahapan perencanaan. Persentase ini menunjukkan bahwa walaupun YT memiliki modal eksternal yang berpengaruh, pada kenyataannya responden mengatakan bahwa YT tidak hadir dalam tahap pelaksanaan.

5 85 Analisis tabulasi silang pada pemimpin lokal AQ menunjukkan bahwa sebanyak 15,2 persen responden menjawab bahwa AQ memiliki modal internal yang berpengaruh dan sering terlibat dalam kegiatan pada tahap pelaksanaan. Walaupun terlihat jawaban responden terhadap pemimpin lokal AQ memiliki persentase yang lebih rendah pada pemimpin lokal YT, hal ini tetap menunjukkan bahwa modal internal yang dimiliki AQ berpengaruh nyata terhadap keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap pelaksanaan. Begitu pula dengan modal eksternal yang dimiliki AQ. Sebanyak 15,2 persen responden menjawab bahwa AQ memiliki modal eksternal yang sedikit berpengaruh namun sering terlibat dalam kegiatan pada tahap pelaksanaan Tidak jauh berbeda dengan pemimpin lokal DM dan AR. Pada kedua pemimpin lokal ini, responden yang menjawab bahwa DM dan AR memiliki modal internal yang tidak berpengaruh serta responden tidak mengetahui apakah kedua pemimpin lokal ini terlibat dalam tahapan perencanaan sebanyak 54,5 persen dan 57,6 persen. Kemudian pada modal eksternal, DM dan AR memiliki modal eksternal yang sedikit berpengaruh serta tidak hadir dalam kegiatan pada tahapan pelaksanaan sebanyak 33,3 persen dan 15,2 persen. Hal ini dikarenakan kondisi fisik DM dan AR serta lokasi dari pembangunan yang cukup jauh dengan tempat tinggal pemimpin lokal. Persentase tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah modal internal dan eksternal yang dimiliki DM dan AR maka semakin rendah pula keterlibatannya dalam tahapan perencanaan. Dengan demikian hasil analisis tersebut mendukung hasil analisis statistik sebelumnya yaitu modal internal dan eksternal berpengaruh nyata terhadap keterlibatannya dalam tahapan pelaksanaan Tahapan Evaluasi Tahap terakhir adalah tahap evaluasi. Keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap evaluasi dapat dilihat dari dua hal yaitu, keterlibatan serta kritik dan saran. Keterlibatan yang dimaksud pada tahap evaluasi dalam penelitian ini adalah keikutsertaan pemimpin lokal dalam rapat atau musyawarah yang diadakan saat program berakhir. Sedangkan yang dimaksud dengan kritik dan saran adalah

6 86 keterlibatan pemimpin lokal dalam menyumbangkan kritik, saran, atau argumen terhadap program yang telah dilaksanakan. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan evaluasi dipengaruhi oleh modal yang dimilikinya. Oleh sebab itu pertama kali perlu dilihat apakah kepemilikan modal berpengaruh terhadap keterlibatan masing-masing pemimpin lokal pada tahap evaluasi. Berikut adalah hasil uji statistik pada masing masing pemimpin lokal pada modal internal da eksternal yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil Regresi Linear Sederhana, Pengaruh Modal Internal dan Eksternal Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Evaluasi PNPM Mandiri Perdesaan, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 Pemimpin Lokal Modal YT AQ DM AR t Sig. t Sig. t Sig. t Sig. M. Internal 3,350 0,002* 3,597 0,001* 4,139 0,000* 17,347 0,000* M. Eksternal 1,490 0,146 3,737 0,001* 4,095 0,000* 17,452 0,000* Ket: ---* = berpengaruh pada 10 % t = Statistik Uji Merujuk pada Tabel 18, hasil analisa statistik menunjukkan bahwa kepemilikan modal internal dan eksternal semua pemimpin lokal berpengaruh nyata terhadap keterlibatan semua pemimpin lokal pada tahapan evaluasi, kecuali modal eksternal pada pemimpin lokal YT yang mana menurut analisa statistik menunjukkan bahwa modal eksternal tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis statistik ini juga didukung dengan analisis tabulasi silang yang menunjukkan bahwa pada pemimpin lokal YT sebanyak 30,3 persen menjawab pemimpin lokal YT memiliki modal internal yang sangat berpengaruh serta selalu terlibat dalam kegiatan pada tahapan evaluasi. Persentase ini menunjukkan bahwa semakin berpengaruh modal internal yang dimiliki oleh YT maka semakin tinggi pula keterlibatan YT dalam tahapan evaluasi. Namun sebanyak 60,6 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal YT memiliki modal eksternal yang berpengaruh tetapi responden tidak mengetahui apakah YT terlibat atau tidak dalam tahapan evaluasi. Persentase yang cukup tinggi ini mendukung hasil uji statistik

7 87 sebelumnya bahwa modal eksternal pada pemimpin lokal YT tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan walaupun YT memiliki modal eksternal yang tinggi, masyarakat atau responden tidak mengetahui bagaimana keterlibatan YT pada tahapan evaluasi. dengan demikian secara tidak langsung analisis ini mendukung hasil uji statistik sebelumnya. Sedikit berbeda dengan hasil analisis tabulasi silang pada pemimpin lokal AQ. Pada pemimpin lokal AQ sebanyak 33,3 persen responden menjawab bahwa AQ memiliki modal internal yang sedikit berpengaruh dan tidak hadir dalam kegiatan pada tahap evaluasi dan sebanyak 30,3 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal AQ memiliki modal eksternal yang sedikit berpengaruh namun responden tidak mengetahui apakah AQ hadir atau tidak dalam kegiatan pada tahap evaluasi. persentase ini menunjukkan bahwa modal internal dan eksternal yang dimiliki AQ berpengaruh nyata terhadap keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap evaluasi, dikarenakan persentase ini menunjukkan bahwa semakin rendah modal internal yang dimiliki oleh AQ maka semakin rendah pula keterlibatan AQ pada tahap evaluasi. Tidak jauh berbeda dengan pemimpin lokal DM dan AR. Pada kedua pemimpin lokal ini, responden yang menjawab bahwa DM dan AR memiliki modal internal yang tidak berpengaruh dan responden tidak mengetahui apakah pemimpin lokal tersebut terlibat atau tidak dalam tahap evaluasi sebanyak 48,5 persen untuk pemimpin lokal DM dan sebanyak 60,6 persen untuk pemimpin lokal AR. Selain itu responden juga tidak mengetahui kepemilikan modal eksternal DM dan AR serta tidak mengetahui apakah kedua pemimpin lokal tersebut terlibat dalam tahapan evaluasi sebanyak 48,5 persen dan 60,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dikarenakan semakin rendah kepemilikan modal internal dan eksternal pemimpin maka semakin rendah pula keterlibatanya dalam tahap evaluasi, sehingga responden tidak mengetahuinya. Oleh sebab itu, hasil analisis ini mendukung hasis analisis sebelumnya bahwa modal internal dan eksternal berpengaruh nyata terhadap keterlibatan pemimpin lokal DM dan AR pada tahap evaluasi.

8 Tipologi Pemimpin Lokal Tipologi pemimpin lokal dapat dibentuk berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengukuran Indeks Casey pemimpin lokal, Uji Nilai Tengah serta basis yang dimiliki oleh masing-masing pemimpin lokal. Berdasarkan pembahasan mengenai basis dan kepemilikan modal pemimpin lokal pada bab sebelumnya, diketahui bahwa masing-masing pemimpin lokal memiliki basis yang berbeda dan memiliki modal internal yang dominan dibandingkan modal eksternal yang dimilikinya. Selanjutnya untuk melihat tingkat keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan program menunjukkan kecenderungan keterlibatan masing-masing pemimpin lokal cukup beragam (lihat Tabel 19).. Tabel 19. Tipologi Pemimpin Lokal Berdasarkan Basis dan Modal yang dimiliki oleh Pemimpin Lokal. Tipe Basis Pemimpin Lokal Modal Internal Tahapan Program M.M M.S M.E Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Tipe 1 Keturunan Rendah Rendah Rendah V AR Tipe 2 Pemerintahan Tinggi Tinggi Tinggi V V V YT Tipe 3 Agama Tinggi Tinggi Rendah V DM Tipe 4 Terpelajar Tinggi Rendah Rendah V AQ Ket : 1. M.M = Modal Manusia 2. M.S = Modal Sosial 3. ME = Modal Ekonomi 4. PL = Pemimpin Lokal Tabel 19 menunjukkan bahwa masing-masing pemimpin lokal memiliki kecenderungan yang berbeda dalam keterlibatannya pada tahapan program. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat tipologi pemimpin lokal. Pertama, pemimpin lokal tipe 1 yang memiliki basis keturunan dan memiliki modal manusia, sosial, ekonomi yang lebih rendah dibandingkan ketiga pemimpin lokal lainnya, lebih cenderung terlibat dalam tahap perencaaan. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin lokal tersebut berpengaruh dan terlibat dalam tahapan program dikarenakan kemampuan, pengalaman, dan tingkat pendidikan yang dimiliki pemimpin lokal. Selain itu dikarenakan posisi AR yang lebih PL

9 89 kepada sesepuh desa, sehingga beliau hanya sering terlibat dalam tahap perencanaan untuk diminta pendapatnya sebelum program dilaksanakan. Kedua, pemimpin lokal tipe 2 yaitu pemimpin lokal yang memiliki basis pemerintahan dan memiliki modal manusia, sosial, ekonomi yang paling tinggi dibandingkan ketiga pemimpin lokal lainnya, cenderung terlibat dalam semua tahapan program (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi). Pemimpin lokal tipe ini diwakili oleh pemimpin lokal YT. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin lokal tersebut berpengaruh dan terlibat dalam semua tahapan program dikarenakan pengalaman, tingkat pendidikan, dan khususnya kemampuan yang dimiliki pemimpin lokal. Ketiga, pemimpin lokal tipe 3 yaitu pemimpin lokal yang memiliki basis agama dan memiliki modal manusia dan sosial yang sama dan lebih tinggi dari modal ekonominya, cenderung terlibat dalam tahap evaluasi. Pemimpin lokal tipe ini diwakili oleh DM. Pemimpin lokal DM yang memiliki jumlah yang sama untuk indeks pengaruh modal manusia dan modal sosial. Nilai indeks yang sama ini menunjukkaan bahwa pemimpin lokal dengan basis agama dalam pengaruhnya dengan keterlibatannya dalam tahap evaluasi, selain memanfaatkan modal manusia yang dimilikinya, juga memanfaatkan akumulasi kemampuan jaringan yang dimilikinya serta dukungan grup kolektif dan reputasi yang baik.lahir berdasarkan basis keturunan, pemerintahan dan terpelajar, cenderung memiliki modal manusia yang paling tinggi, terkecuali DM. Dengan kata lain, ketiga pemimpin lokal tersebut berpengaruh dan terlibat dalam tahapan program dikarenakan kemampuan, pengalaman, dan tingkat pendidikan yang dimiliki pemimpin lokal. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahap evaluasi menurut responden cukup tinggi dikarenakan DM sebagai agama sering diminta pendapatnya untuk mengevaluasi jalannya program. Apabila melihat modal internal yang dimiliki DM, pemimpin lokal DM memiliki indeks pengaruh modal sosial dan modal manusia yang sama. Dengan demikian, pemimpin lokal DM selain memiliki kemampuan, DM juga memiliki jaringan dalam mengkontrol jalannya program, selain itu DM juga memiliki dukungan dan reputasi yang baik sehingga evaluasi yang dilakukan oleh pemimpin lokal DM dapat diterima masyarakat.

10 90 Keempat, pemimpin lokal tipe 3 yaitu pemimpin lokal yang memiliki basis agama dan memiliki modal manusia yang tinggi serta modal sosial dan ekonomi yang rendah, cenderung terlibat dalam tahap pelaksanaan. Pemimpin lokal tipe ini diwakili oleh AQ. Hal ini dikarenakan posisi AQ sebagai bedahara TPK sehingga menuntut AQ untuk terlibat langsung dalam pembangunan infrastruktur, selain itu AQ memiliki modal manusia yang tinggi, dimana kemampuan yang dimilikinya dapat mendorong keterlibatannya pada tahap pelaksanaan. Adapun jika melihat tipologi berdasarkan sintesis analisa Casey, maka ditemukan bahwa tipologi pemimpin lokal pada Desa Dramaga yaitu berada pada tipologi modal manusia dan modal moral. Tipologi ini menunjukkan bahwa pengaruh pemimpin lokal didasari oleh kemampuan yang dimilikinya dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, tingkat pendidikan. pengalamannya baik pada bidang maupun di luar bidangnya, serta didukung oleh opini positif masyarakat tentang pemimpin lokal tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian tesis Yanti (2004) mengenai Peran Tokoh Adat dalam Mengkomunikasikan Usaha Pengelolaan dan Pelestarian Hutan di Sumatra Barat. Dengan demikian kemampuan dalam diri pemimpin lokal yang didukung kepercayaan masyarakat merupakan faktor penting yang mendukung pemimpin lokal tersebut dapat berpengaruh terhadap masyarakat Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga.

BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 6.1. Modal Internal Pemimpin lokal dalam penelitian ini adalah individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pemimpin Lokal dalam Pembangunan Kartodirdjo (1986) menyebutkan bahwa dalam setiap masyarakat secara wajar timbullah dua kelompok yang berbeda peranan

Lebih terperinci

BAB V PEMIMPIN LOKAL DALAM MENDORONG KEBERHASILAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB V PEMIMPIN LOKAL DALAM MENDORONG KEBERHASILAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BAB V PEMIMPIN LOKAL DALAM MENDORONG KEBERHASILAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 5.1. Pemimpin Lokal Pilihan Warga PNPM Mandiri Perdesaan khususnya pada bidang infrastruktur tentunya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Setiap melakukan penelitian ilmiah perlu ditetapkan metode. Suatu metode penelitian akan memberikan arah dan cara untuk memecahkan suatu permasalahan penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN

PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN (Studi Kasus : Pembangunan Saluran Irigasi dan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Masyarakat Desa Simangumban Jae di- Tempat

KUESIONER PENELITIAN. Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Masyarakat Desa Simangumban Jae di- Tempat KUESIONER PENELITIAN Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Masyarakat Desa Simangumban Jae di- Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Hajali Lumbantobing Nim : 050903012 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sajogyo (1986) dalam bukunya sosiologi pembangunan menyebutkan bahwa pembangunan tidak terlepas dari modernisasi. Pembangunan sendiri memiliki begitu banyak definisi

Lebih terperinci

BAB VII MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN

BAB VII MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN BAB VII MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN Program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA merupakan salah satu program unggulan PT. Astra Internasional Tbk. dalam mengembangkan masyarakat. Program pembinaan UMKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya tujuan pembangunan suatu Negara dilaksanakan adalah untuk mensejahterakan masyarakat, demikian halnya dengan Negara Indonesia. Dalam Pembukaan

Lebih terperinci

BAB VII PARTISIPASI KOMUNITAS TANI DAN KESIAPAN INSTITUSI DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBERDAYAAN

BAB VII PARTISIPASI KOMUNITAS TANI DAN KESIAPAN INSTITUSI DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBERDAYAAN 55 BAB VII PARTISIPASI KOMUNITAS TANI DAN KESIAPAN INSTITUSI DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBERDAYAAN 7.1 Partisipasi sebagai Kunci Pemberdayaan Partisipasi menurut Apriyanto (2008) merupakan keterlibatan

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 16/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 16/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA 11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 16/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA

BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA 7.1 Gambaran Peserta Posdaya Dalam Posdaya berperanserta responden terdiri dari motivasi merencanakan, motivasi melaksanakan, dan motivasi mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 91 BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembangunan Masyarakat Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang disengaja dan direncanakan. Lebih lengkap lagi, pembangunan diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Kegiatan. perencanaan program sudah berjalan dengan baik.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Kegiatan. perencanaan program sudah berjalan dengan baik. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dari hasil penelitian Partisipasi Masyarakat Pekon Waringinsari Barat Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit akut dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian. Hal ini dilakukan berdasarkan bahwa mereka dapat memberikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian. Hal ini dilakukan berdasarkan bahwa mereka dapat memberikan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk memakai beberapa sumber informan sebagai responden sesuai dengan apa yang dibutuhkan di dalam penelitian.

Lebih terperinci

KBMT Al-Fath merupakan sebuah lembaga yang mempunyai kekuatan untuk. mempengaruhi masyarakat. Secara umum tujuan KBMT Al-Fath adalah meningkatkan

KBMT Al-Fath merupakan sebuah lembaga yang mempunyai kekuatan untuk. mempengaruhi masyarakat. Secara umum tujuan KBMT Al-Fath adalah meningkatkan Tot76 q3 - PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN KOPERASI BAITUL MAAL WAT TAMWIL (KBMT) (Kasus Anggota KBMT AI-Path, Desa Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kabupaten Tangerang) Oleh: RIKA NURLAELA A 14201031 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEPARA

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEPARA PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEPARA Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR BAGAN... xi. DAFTAR LAMPIRAN xii BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR BAGAN... xi. DAFTAR LAMPIRAN xii BAB I PENDAHULUAN... ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat religiusitas pada frater di seminari tinggi X kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat religiusitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 tahun pelajaran

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 tahun pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 tahun pelajaran 2012/2013 di SMA Negeri 2 Kotaagung Kabupaten Tanggamus. B. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Variabel quality of service berpengaruh secara positif dan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN KARTASURA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM ORGANISASI SEKOLAH NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN KARTASURA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM ORGANISASI SEKOLAH NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN KARTASURA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM ORGANISASI SEKOLAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : TRI NURMALA SARI A 420 090 100 FAKULTAS

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LEAFLET SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK

EFEKTIVITAS LEAFLET SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK EFEKTIVITAS LEAFLET SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK 25 Media cetak berupa leaflet seringkali digunakan sebagai media penyebaran berbagai infromasi. Informasi tersebut bisa berupa promosi produk, tips-tips,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2002: 1): Penelitian eksplanatif adalah suatu jenis

Lebih terperinci

LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN

LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN 1 LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN 29 April 2014 Lily Hoo Leni Dharmawan 2 Pengantar Apa itu Studi LLI Mengapa perlu melakukan LLI3? Ikhtisar Latar Belakang Masalah yang dihadapi masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV PENILAIAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PETANI PEMAKAI AIR DAERAH IRIGASI WAY RAREM

BAB IV PENILAIAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PETANI PEMAKAI AIR DAERAH IRIGASI WAY RAREM BAB IV PENILAIAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PETANI PEMAKAI AIR DAERAH IRIGASI WAY RAREM Pada bab ini akan dibahas mengenai penilaian pengembangan kapasitas komunitas petani pemakai air dalam pengelolaan irigasi

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 29 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan tingkat kemiskinan pada rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan pedesaan adalah bagian dari usaha peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Laporan Akhir Hasil Penelitian TA.2015 KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Tim Peneliti: Kurnia Suci Indraningsih Dewa Ketut Sadra

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dan diuji sesuai

III. METODE PENELITIAN. digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dan diuji sesuai 41 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

SIDANG TESIS MAHASISWA: ARIF WAHYU KRISTIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Ir. SRI AMIRANTI SASTRO HUTOMO, MS

SIDANG TESIS MAHASISWA: ARIF WAHYU KRISTIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Ir. SRI AMIRANTI SASTRO HUTOMO, MS SIDANG TESIS PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN (Studi Kasus Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Campurejo Kecamatan Panceng Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan visi pembangunan yaitu Terwujudnya Indonesia yang

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA KERJASAMA KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Subjek Penelitian. Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Mahasiswa Islam Psikologi Ar-Ruuh.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Subjek Penelitian. Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Mahasiswa Islam Psikologi Ar-Ruuh. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai pelaksanaan penelitian berupa kancah penelitian dan segala persiapan yang telah dilakukan, pelaksanaan penelitian, hasil perhitungan analisis

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Kebijakan Optimalisasi dan Pemeliharaan JITUT 5.1.1 Umur (X 1 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap

Lebih terperinci

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus

Lebih terperinci

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA SENGON, KLATEN

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA SENGON, KLATEN ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA SENGON, KLATEN Rudy Cahyadi 1) dan Bambang Syairudin 2) Manajemen Proyek, Magister

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden dan berdasarkan jenis kelamin responden. Untuk lebih jelasnya dapat di

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden dan berdasarkan jenis kelamin responden. Untuk lebih jelasnya dapat di BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Analisis identitas responden dalam penelitian ini di lihat dari beberapa sisi, diantaranya adalah berdasarkan tingkat usia responden, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Kelompok-kelompok tersebut akan tergabung pada suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual PT. Unilever Indonesia, Tbk. merupakan perusahaan yang berupaya mengutamakan prinsip tanggung jawab sosial dengan mendorong perkembangan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.. Gambaran Umum Proses Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada distributor MLM di Malang, mengingat sulitnya menemui responden, maka hampir setiap ada pertemuan group meeting

Lebih terperinci

PENGARUH SEMANGAT KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN TETAP PADA PT. USAHA TIMOR

PENGARUH SEMANGAT KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN TETAP PADA PT. USAHA TIMOR Universitas Bina Nusantara Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 - Semester Ganjil tahun 2005 / 2006 PENGARUH SEMANGAT KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN TETAP PADA PT. USAHA TIMOR Christine

Lebih terperinci

SURVEI LAYANAN PERPUSTAKAAN STIE PERBANAS SURABAYA

SURVEI LAYANAN PERPUSTAKAAN STIE PERBANAS SURABAYA 1 SURVEI LAYANAN PERPUSTAKAAN STIE PERBANAS SURABAYA 2009-2010 TUJUAN SURVEI 1. Untuk meningkatkan layanan perpustakaan kepada pengguna terutama sivitas akademika STIE Perbanas Surabaya 2. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil analisis yang ditemukan pada penelitikan pengaruh intensitas

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil analisis yang ditemukan pada penelitikan pengaruh intensitas BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil analisis yang ditemukan pada penelitikan pengaruh intensitas menonton program Berita 5 di Simpang 5TV terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan pada remaja

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1. Deskriptif Struktur Organisasi

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1. Deskriptif Struktur Organisasi BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Pada bagian ini akan digambarkan atau dideskripsikan dari data masing-masing informasi mengenai identitas diri mulai jenis kelamin, usia, dan pendidikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Bapak Ir. Mardwi Rahdriawan, MT (Pembimbing) Bapak Maryono, ST, MT (Penguji)

Bapak Ir. Mardwi Rahdriawan, MT (Pembimbing) Bapak Maryono, ST, MT (Penguji) Bapak Ir. Mardwi Rahdriawan, MT (Pembimbing) Bapak Maryono, ST, MT (Penguji) Bapak DR. rer. Nat. Ir. ImamBuchori (Penguji) PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMELIHARAAN PRASARANA SANITASI DI DESA BAJO KECAMATAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kebutuhan konsumen akan selalu mengalami perubahan dalam hidupnya sejalan dengan perubahan keadaan sosial ekonomi dan budaya yang terjadi pada

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: WINDA YUDIARI NIM:

SKRIPSI. Oleh: WINDA YUDIARI NIM: PENGARUH PERSEPSI KEADILAN PROSES SELEKSI DAN KEADILAN PENYEBARAN INFORMASI TERKAIT SELEKSI TERHADAP DAYA TARIK ORGANISASI: SEBUAH STUDI PADA KANTOR DESA DI KECAMATAN NEGARA SKRIPSI Oleh: WINDA YUDIARI

Lebih terperinci

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT Oleh: Memed Gunawan dan Ikin Sadikin Abstrak Belakangan ini struktur perekonomian masyarakat pedesaan Jawa Barat telah

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP

BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PEMULA 3.1 Validitas dan Reliabilitas

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT Latar Belakang POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT 1. Sekitar 60 70 % penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan, maka Pembangunan Perdesaan harus mendapat prioritas yang tinggi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Tanah Lempung Dari pengujian yang dilakukan di Laboratorium Geoteknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh data sifat-sifat fisik dan sifat

Lebih terperinci

POLA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA BEBERAPA DESA DI JAWA TIMUR

POLA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA BEBERAPA DESA DI JAWA TIMUR POLA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA BEBERAPA DESA DI JAWA TIMUR Oleh : Handewi Purwati S. Rachman*) Abstrak Dengan menggunakan data penelitian Patanas Jawa Timur yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO RINGKASAN EKSEKUTIF WISHNU TIRTA, 2006. Analisis Strategi Penggunaan Bahan Baku Kayu Bersertifikat Ekolabel Di Indonesia. Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI dan BUDI SUHARDJO Laju kerusakan hutan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Babakan Madang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bogor, Kesatuan Pemangkuan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. UNITED TRACTORS,TBK CAKUNG- JAKARTA TIMUR

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. UNITED TRACTORS,TBK CAKUNG- JAKARTA TIMUR PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. UNITED TRACTORS,TBK CAKUNG- JAKARTA TIMUR Ana Solikhatun 10213812 Pembimbing : Sri Rahayu Puspita Sari, SE., MM PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN REPRESENTASI SOSIAL

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN REPRESENTASI SOSIAL 66 BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN REPRESENTASI SOSIAL Bab ini akan membahas tentang hubungan antara karakteristik responden dengan representasi sosial melalui hasil uji statistika.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan sudah banyak dilakukan sebelumnya, yaitu pada pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan bank.

Lebih terperinci

BAB VII PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER TERHADAP KINERJA NETWORKER

BAB VII PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER TERHADAP KINERJA NETWORKER BAB VII PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER TERHADAP KINERJA NETWORKER 7.1 Kinerja Networker Sebagaimana yang telah dijelaskan pada definisi operasional, kinerja networker PT Singa Langit Jaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD Salah satu arahan. pembangunan jangka panjang nasional Tahun seperti yang

I. PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD Salah satu arahan. pembangunan jangka panjang nasional Tahun seperti yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Salah satu arahan pembangunan jangka panjang nasional

Lebih terperinci

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 54 BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 6.1 Karakteristik Responden Penelitian ini memiliki responden sebanyak 30 orang, jumlah ini didapatkan dari banyaknya aparatur Desa Bantarjati, dari mulai anggota

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM-M) PERDESAAN

TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM-M) PERDESAAN 9 TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM-M) PERDESAAN (Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

Keywords : Mandiri Pedesaan Community Empowerment National Program (PNPM Mandiri Pedesaan), Community Welfare

Keywords : Mandiri Pedesaan Community Empowerment National Program (PNPM Mandiri Pedesaan), Community Welfare PERANAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PEDESAAN TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Pada Desa Pangkalan Nyirih) va Marida Siska 1, M. Hamidi 2, Yunelly Asra

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN Rumusan Masalah... DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii iv v viii xii xiv xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1 1.2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Desain penelitian adalah keseluruhan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, sehingga pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

SKRIPSI. DISUSUN OLEH: Yoan Wijaya

SKRIPSI. DISUSUN OLEH: Yoan Wijaya SKRIPSI Pengaruh Pengetahuan, Self-efficacy, Orientasi Etika, Orientasi Tujuan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

1. Nama :.. 2. Umur :.. tahun. 3. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan. 5. Pekerjaan Sampingan :.. 6. Pendapatan/bulan :.

1. Nama :.. 2. Umur :.. tahun. 3. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan. 5. Pekerjaan Sampingan :.. 6. Pendapatan/bulan :. Lampiran 1 Kuisioner Penelitian Pengantar! Kuisioner ini disebarkan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan data penelitian yang berjudul : Peran Modal Sosial Dalam Mendorong Sektor Pendidikan dan

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI BALI

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI BALI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI BALI Oleh: NI MADE MYANTI ASTRINI 0915151008 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Laki-laki Perempuan Jumlah

Laki-laki Perempuan Jumlah 30 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELOMPOK 5.1 Karakteristik Responden Pada bagian ini diuraikan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis

BAB III PENYAJIAN DATA. penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis BAB III PENYAJIAN DATA Dalam bab ini disajikan data yang diperoleh dari lokasi penelitian melalui penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis lakukan dengan cara mengajukan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 107 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa indikator yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar matematika kelas IX siswa

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-65 Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan Yani Wulandari dan Rulli Pratiwi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat. Setiap tahun banyak produk-produk inovasi terbaru yang muncul di pasaran, tak terkecuali laptop. Laptop

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) I. SOSIALISASI Sebelum suatu PKBM didirikan di suatu komunitas/kampung/desa perlu dilakukan sosialisasi PKBM kepada seluruh

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian yang berjudul Survey Mengenai Kualitas Pelayanan Klinik Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) di Rumah Sakit X ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran aktivitas siswa merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat atau dikenal dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja,

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja, tetapi juga mendidik aspek-aspek lainnya, salah satunya aspek sosial perilaku

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER BAB V GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Ada empat jenis gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu organiasi atau lembaga dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari sumber daya manusia yang dimiliki, karena sumber daya manusia yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam

Lebih terperinci