BAB IV PENILAIAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PETANI PEMAKAI AIR DAERAH IRIGASI WAY RAREM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENILAIAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PETANI PEMAKAI AIR DAERAH IRIGASI WAY RAREM"

Transkripsi

1 BAB IV PENILAIAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PETANI PEMAKAI AIR DAERAH IRIGASI WAY RAREM Pada bab ini akan dibahas mengenai penilaian pengembangan kapasitas komunitas petani pemakai air dalam pengelolaan irigasi di Daerah Irigasi Way Rarem dan identifikasi kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki oleh para petani tersebut dalam program pengelolaan irigasi (WISMP). Metode penilaian yang dipakai adalah Indeks Kapasitas Komunitas, seperti yang telah dijelaskan pada bab awal penulisan tesis ini. Penggunaan Indeks Kapasitas Komunitas ini dapat diterapkan kapan saja selama proyek berjalan, ( program WISMP Tahap I dimulai tahun 2006 sampai tahun 2009) Penilaian Kapasitas Komunitas Petani Pemakai Air berdasarkan Indeks Kapasitas Komunitas Pengembangan kapasitas masyarakat dalam penelitian ini dinilai dalam 4 (empat) domain penilaian, yang masing-masing memiliki tingkatan kapasitas dan indikator-indikator. Domain penilaian yang dimaksud adalah Kemitraan dalam Jejaring, Transfer Pengetahuan, Problem Solving dan Infrastruktur. Adanya aktivitas dan kemampuan tertentu oleh komunitas akan menunjukkan tingkatan kapasitas yang telah dicapai. Tingkatan kapasitas bagi tiap-tiap domain akan menghasilkan suatu pembahasan tentang bagaimana kemajuan dan peningkatan kapasitas pada tingkatan yang lebih tinggi dapat dicapai. Sebelum masuk ke tahap penilaian kapasitas, terlebih dahulu akan dijelaskan bagaimana cara melakukan analisis di lapangan. a. Sebelum survey dilakukan, penulis memilih indikator-indikator yang berkaitan dengan Domain Penilaian yang ada dalam Indeks Kapasitas Komunitas. Indikator-indikator tersebut kemudian diberi bobot, yaitu tidak sama sekali/hampir tidak ada, sedikit, cukup, dan hampir seluruhnya/seluruhnya. 56

2 b. Bobot dari indikator tersebut diukur dengan mempertimbangkan kemungkinan jawaban dari responden, dan menggolongkan jawaban-jawaban tersebut dengan bobot yang telah dibuat sebelumnya. Untuk menentukan bobot dari kapasitas tersebut diperhatikan jawabanjawaban responden yang paling sering muncul, sehingga didapat generalisasi dari pembobotan indikator kapasitas tersebut. Dari pembobobotan pertama ini diperoleh pemetaan dari kapasitas anggota c. Setelah seluruh kapasitas dipetakan, dilakukan pembobotan kedua melalui agregasi dari pemetaan kapasitas yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk menentukan agregatnya (pembobotan kedua) dilakukan dengan skoring untuk tiap-tiap bobot kapasitas seperti terlihat dalam lampiran. d. Akan tetapi juga memperhatikan indikator mana yang paling berpengaruh dalam tingkatan kapasitas tersebut. Indikator yang paling berpengaruh adalah yang cukup mewakili seluruh indikator yang terdapat dalam satu tingkatan kapasitas tersebut sehingga jika indikator ini lebih dominan maka skor bobot akan mewakili bobot yang lebih tinggi. Daftar pertanyaan dan hasil wawancara terhadap partisipan program dapat dilihat pada lampiran Domain Kemitraan Dalam Jejaring Penilaian Kapasitas Komunitas a. Kapasitas Tingkat Pertama Penilaian yang dilakukan untuk kapasitas tingkat pertama dilakukan dengan memilih indikator-indikator yang berkaitan dengan domain penilaian Kemitraan Dalam Jejaring yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Terdapat calon-calon pemimpin potensial di dalam komunitas petani dan memberi perhatian terhadap kondisi irigasi. 57

3 Para anggota di dalam komunitas petani mampu mengidentifikasi hasil yang ingin dicapai oleh komunitas itu sendiri Para anggota dari komunitas mampu menyebutkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi kelompok atau organisasi di dalam jejaring komunitas yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi kelompok atau organisasi di luar jejaring komunitas yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan untuk kapasitas tingkat pertama Domain Kemitraan Dalam Jejaring, maka diketahui bahwa: Selain ketua kelompok (GP3A), calon pemimpin- pemimpin potensial di masa depan untuk komunitas petani pemakai air sudah cukup banyak dan terlibat dalam kegiatan komunitas seperti ketua-ketua blok yang membawahi saluran kuarter dan mantan-mantan ketua kelompok (P3A). Belum ada anggota kelompok yang dapat mengidentifikasi hasil yang diinginkan bersama dalam program pengelolaan irigasi ini. Masih sedikit anggota kelompok yang mampu menyebutkan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program pengelolaan irigasi. Sumber daya yang dibutuhkan masih berasal dari eksternal komunitas seperti Dinas Pengairan dan Dinas Pertanian dan tidak ada yang berasal dari internal komunitas petani pemakai air. Agregat dari tingkat pertama dalam domain kemitraan dalam jejaring yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengerahkan organisasi dan 58

4 sumber daya (manusia maupun material) untuk melaksanakan dan mempertahankan sebuah program hanya dimiliki oleh sedikit anggota dari komunitas, umumnya dimiliki oleh ketua kelompok. b. Kapasitas Tingkat Kedua Penilaian yang dilakukan untuk kapasitas tingkat kedua dilakukan dengan melihat indikator-indikator yang berkaitan dengan domain penilaian Kemitraan Dalam Jejaring yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Sudah ada anggota komunitas yang mengambil peran pemimpin yang jelas dalam pengelolaan irigasi. Para anggota dari komunitas petani dapat menyebutkan keuntungan untuk mereka sewaktu melibatkan diri sendiri ke dalam komunitas. Para anggota dari komunitas petani dapat menyebutkan apa keuntungan yang akan didapat oleh anggota lain jika melibatkan diri ke dalam komunitas. Terdapat bukti yang nyata bahwa suatu sumber daya telah dialokasikan untuk sebuah program pengelolaan irigasi oleh anggota komunitas sendiri. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan untuk kapasitas tingkat kedua, domain Kemitraan Dalam Jejaring, maka diketahui bahwa: Beberapa anggota kelompok (ketua P3A dan ketua blok kuarter) sudah mengambil peran pemimpin yang jelas dalam aktivitas-aktivitas komunitas, seperti keterlibatan dalam kegiatan bersama dengan jejaring internal komunitas petani pemakai air yaitu pelaksanaan pembersihan saluran di daerah mereka sendiri. 59

5 Hanya sedikit anggota kelompok yang dapat menyebutkan keuntungan yang akan didapat dari keterlibatan mereka dalam jejaring komunitas seperti kemudahan pelayanan kebutuhan air dan informasi jadwal tanam. Belum adanya anggota kelompok yang mengalokasikan sumber dayanya sendiri untuk melaksanakan kegiatan bersama, dalam hal ini penggunaan dana untuk perbaikan saluran yang biasanya masih menggunakan dana kelompok yaitu dana iuran pengelolaan irigasi (IPI) yang memang sangat kecil, yaitu Rp.12500,-/ha./tahun. Pada tingkatan ini, agregat dari tingkat kedua dalam domain kemitraan dalam jejaring yaitu kemampuan untuk melaksanakan sebuah program hanya dimiliki oleh sedikit anggota dari komunitas, c. Kapasitas Tingkat Ketiga Penilaian yang dilakukan untuk kapasitas tingkat ketiga dilakukan dengan memilih indikator-indikator yang berkaitan dengan domain penilaian Kemitraan Dalam Jejaring yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Pemimpin komunitas yang ada memiliki pengalaman, keahlian dan pengetahuan dalam usaha-usaha pembangunan kapasitas Terdapat bukti yang nyata mengenai suatu investasi program yang diberikan oleh organisasi atau kelompok di luar organisasi atau kelompok yang mensponsori program pertama kali Terdapat bukti yang nyata bahwa sebuah program sekarang sudah "dimiliki" oleh partisipan dari jejaring Berdasarkan hasil wawancara untuk kapasitas tingkat ketiga, domain Kemitraan Dalam Jejaring, maka diketahui bahwa: 60

6 Sudah ada pemimpin komunitas yang memiliki pengalaman, keahlian dan pengetahuan dalam usaha-usaha pembangunan kapasitas, seperti Pak Asnawi selain sebagai ketua GP3A dia juga sebagai pemimpin pesantren di desanya. Untuk saat ini, seluruh program berasal dari pemerintah dalam hal ini Dinas Pengairan, tapi belum ada kejadian dimana organisasi/pihak lain memberikan bantuan program kepada petani pemakai air. Walaupun begitu, anggota kelompok petani pemakai air sudah mengambil inisiatif pemeliharaan jaringan irigasi seperti dalam kegiatan pembersihan lumpur dan pemotongan rumput di saluran yang mengindikasikan bahwa sudah terdapat "kepemilikan" lokal terhadap program ini walaupun sedikit. Pada tingkatan ini, agregat dari tingkat ketiga dalam domain kemitraan dalam jejaring yaitu hampir tidak ada anggota yang dapat mempertahankan dan menyediakan sumber daya untuk program ini. Pemetaan kapasitas komunitas dan agregasi dari pemetaan kapasitas yang telah dilakukan sebelumnya dalam domain kemitraan dalam jejaring pada komunitas petani pemakai air ini dapat dilihat pada Tabel IV-1. Berdasarkan hasil agregasi tiap tingkatan kapasitas domain Kemitraan dalam Jejaring, maka diketahui bahwa: Sudah terdapat suatu jejaring kemitraan dalam komunitas petani ini, walaupun keberadaan dan daya tahan dari jejaring ini masih perlu diuji seiring berjalannya waktu. Jejaring tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu jejaring internal dan jejaring eksternal komunitas. Jejaring internal komunitas terdiri dari anggota kelompok petani pemakai air itu sendiri, sementara jejaring eksternal komunitas terdiri dari Koordinator Pendamping Lapangan (KPL), Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dari Dinas Pertanian dan Koordinator Program dari Dinas Pengairan. 61

7 Jejaring internal yang terdiri dari anggota kelompok petani pemakai air masing-masing memiliki ketua kelompok. Peran dari ketua kelompok saat ini adalah untuk mengkoordinir para anggota kelompok dalam pengelolaan irigasi di jaringan tersier seperti operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi dan membantu pemecahan permasalahan yang di hadapi oleh anggota perkumpulan petani pemakai air (P3A) yang berada di wilayahnya. Keberadaan dan fungsionalitas dari peran kepemimpinan di dalam Jejaring Komunitas saat ini dinilai cukup baik akan tetapi masih perlu dikembangkan dengan peningkatan frekuensi kegiatan bersama yang membutuhkan peran kepemimpinan ketua kelompok. Walaupun masih mengalami kesulitan untuk merumuskan tujuan bersama, anggota komunitas sudah memiliki kemampuan untuk mengambil tindakan kolektif bersama. Ini terlihat dari aktivitas yang dilaksanakan bersama kelompok yang juga memerlukan partisipasi dari anggota lainnya seperti pemeliharaan rutin, terdiri dari pembersihan saluran, pemotongan rumput. Kapasitas dari komunitas petani ini dapat dikembangkan dengan implementasi kegiatan yang hasilnya berhubungan dengan kebutuhankebutuhan eksisting dari komunitas seperti ketersediaan air yang cukup. 62

8 Tabel IV-1 Domain Kemitraan dalam Jejaring Pada Komunitas Petani pemakai air No. Kapasitas Tingkat Pertama KEMITRAAN DALAM JEJARING Tidak Sama Sekali/Hampir Sedikit Cukup Tidak ada Terdapat calon-calon pemimpin potensial di dalam komunitas petani yang memberi perhatian terhadap kondisi irigasi Para anggota di dalam komunitas petani mampu mengidentifikasi hasil yang ingin dicapai oleh komunitas itu sendiri Para anggota dari komunitas petani mampu menyebutkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang ingin dicapai Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi kelompok atau organisasi di dalam jejaring komunitas yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi kelompok atau organisasi di luar jejaring komunitas yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan Agregat dari Tingkat Pertama Komunitas memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi organisasi atau kelompok dengan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan / mempertahankan sebuah program pengelolaan irigasi Kapasitas Tingkat Kedua Sudah ada anggota komunitas yang mengambil peran pemimpin yang jelas dalam aktivitas pengelolaan irigasi Para anggota dari komunitas petani dapat menyebutkan keuntungan untuk mereka sewaktu melibatkan diri sendiri ke dalam komunitas Para anggota dari komunitas petani dapat menyebutkan apa saja keuntungan yang akan didapat oleh anggota lain jika melibatkan diri ke dalam komunitas Terdapat bukti yang nyata bahwa suatu sumber daya telah dialokasikan untuk 9 sebuah program pengelolaan irigasi oleh anggota komunitas petani sendiri Agregat dari Tingkat Kedua Komunitas petani memiliki kapasitas untuk melaksanakan sebuah program. Kapasitas Tingkat Ketiga Pemimpin komunitas petani yang ada memiliki pengalaman, keahlian dan 10 pengetahuan dalam usaha-usaha pembangunan kapasitas Terdapat bukti yang nyata mengenai suatu investasi program yang diberikan oleh 11 organisasi atau kelompok di luar organisasi atau kelompok yang mensponsori program pertama kali Terdapat bukti yang nyata bahwa sebuah program sekarang sudah "dimiliki" oleh 12 partisipan dari komunitas Agregat dari Tingkat Ketiga Sudah terdapat sebuah komunitas yang sustainable untuk mempertahankan dan menyediakan sumber daya untuk sebuah program pengelolaan irigasi Sumber: Hasil Analisis, Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya 63

9 Domain Transfer Pengetahuan Penilaian Kapasitas Komunitas a. Kapasitas Tingkat Pertama Penilaian yang dilakukan untuk kapasitas tingkat pertama dilakukan dengan memilih indikator-indikator yang berkaitan dengan domain penilaian Transfer Pengetahuan yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Para anggota dari komunitas telah mengidentifikasi informasi apa saja yang akan ditransfer kepada anggota lain dalam hal pemeliharaan jaringan irigasi. Para anggota dari komunitas petani telah mengidentifikasi informasi apa saja yang berasal dari luar komunitas yang akan ditransfer kepada mereka dalam hal pengelolaan pertanian Para anggota dari komunitas telah membahas dan mengubah kegiatan operasi jaringan irigasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan lokal Para anggota dari komunitas telah membahas dan mengubah kegiatan operasi jaringan irigasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan komunitas Berdasarkan hasil wawancara untuk kapasitas tingkat pertama domain Transfer Pengetahuan, maka diketahui bahwa: Beberapa anggota kelompok sudah bisa mengidentifikasi informasi apa saja yang akan ditransfer kepada anggota lain di dalam kelompoknya sendiri seperti informasi pengelolaan irigasi yaitu rencana tanam, pembersihan lumpur di saluran dan jadwal air masuk ke sawah. Masih sedikit anggota kelompok yang dapat mengidentifikasi informasi apa saja yang mereka butuhkan dari luar kelompok yang akan ditransfer kepada mereka. Informasi yang mereka butuhkan dari 64

10 luar kelompok adalah penyuluhan hukum tentang pengairan dan informasi tentang bibit yang baik. Kemudian pengalaman anggota kelompok tentang membahas dan mengubah kegiatan operasi jaringan irigasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan kelompok sudah cukup ada. Pengubahan kegiatan tersebut adalah jadwal masa tanam. dalam hal ketidaksesuaian dengan rencana tahunan penyediaan air irigasi yang telah disepakati sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali oleh P3A/GP3A dengan dinas yang membidangi irigasi. Hal ini mengindikasikan bahwa sudah terdapat aktivitas bersama yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan kelompok. Agregat dari tingkat pertama dari domain Transfer Pengetahuan yaitu Kapasitas kelompok untuk mengembangkan sebuah program pengelolaan irigasi yang dapat memenuhi kebutuhan lokal sudah cukup baik. b. Kapasitas Tingkat Kedua Penilaian yang dilakukan untuk kapasitas tingkat kedua dilakukan dengan melihat indikator-indikator yang berkaitan dengan domain penilaian Transfer Pengetahuan yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Para anggota dari komunitas telah melakukan kegiatan-kegiatan transfer informasi/pengetahuan mengenai irigasi. Para anggota dari komunitas telah membuat susunan struktural untuk memudahkan transfer informasi/pengetahuan Berdasarkan hasil wawancara untuk kapasitas tingkat kedua domain Transfer Pengetahuan, maka diketahui bahwa: Sudah cukup banyak anggota yang dapat melakukan kegiatan transfer informasi, walaupun dilakukan secara informal yaitu disampaikan dari 65

11 mulut ke mulut dalam interaksi harian antar anggota kelompok. Tidak ada susunan struktural yang jelas dalam penyampaian informasi, karena informasi bisa langsung diperoleh dari siapa saja baik ketua kelompok atau anggota kelompok sendiri maupun anggota kelompok lain sehingga para anggota kelompok belum dapat membahas kegiatan bersama dengan proses yang baik. Agregat dari tingkat kedua dalam Domain Transfer Pengetahuan yaitu Kapasitas kelompok untuk mentransfer informasi guna mencapai hasil yang diinginkan/mengimplementasikan sebuah program masih sedikit. c. Kapasitas Tingkat Ketiga Penilaian yang dilakukan untuk kapasitas tingkat ketiga dilakukan dengan memilih indikator-indikator yang berkaitan dengan domain penilaian yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Para anggota dari komunitas petani mampu menyatukan sebuah program ke dalam kerangka kerja utama dari organisasi atau kelompok di dalam komunitas. Berdasarkan hasil wawancara untuk kapasitas tingkat ketiga domain Transfer Pengetahuan, maka diketahui bahwa: Para anggota belum memiliki kemampuan untuk menyatukan sebuah kegiatan ke dalam agenda bersama milik komunitas. Selain karena belum adanya inisiatif yang datang dari anggota, hal itu juga terjadi karena kesempatan menjadikan sebuah kegiatan menjadi agenda bersama jarang terjadi. Agregat dari tingkat ketiga dalam Domain Transfer Pengetahuan yaitu Kapasitas kelompok untuk mengintegrasikan sebuah program ke dalam kerangka utama dari kemitraan dalam komunitas belum ada. 66

12 Pemetaan kapasitas komunitas dan agregasi dari pemetaan kapasitas yang telah dilakukan sebelumnya dalam Domain Transfer Pengetahuan pada komunitas petani pemakai air ini dapat dilihat pada Tabel IV-2 di bawah ini. 67

13 Tabel IV-2 Domain Transfer Pengetahuan Pada Komunitas Petani pemakai air No. Kapasitas Tingkat Pertama 1 TRANSFER PENGETAHUAN Tidak Sama Sekali/Hampir Tidak ada Para anggota dari komunitas telah mengidentifikasi informasi apa saja yang akan ditransfer kepada anggota lain di dalam komunitas petani. Sedikit Cukup Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya 2 Para anggota dari komunitas petani telah mengidentifikasi informasi apa saja yang berasal dari luar komunitas yang akan ditransfer kepada mereka 3 Para anggota dari komunitas telah membahas dan mengubah kegiatan untuk disesuaikan dengan kebutuhan lokal 4 Para anggota dari komunitas telah membahas dan mengubah kegiatan untuk disesuaikan dengan kebutuhan komunitas Agregat dari Tingkat Pertama Komunitas memiliki kapasitas untuk mengembangkan sebuah program yang dapat memenuhi kebutuhan lokal. Kapasitas Tingkat Kedua Para anggota dari komunitas petani telah melakukan kegiatan-kegiatan 5 transfer informasi/pengetahuan mengenai irigasi 6 Para anggota dari komunitas telah membuat susunan struktural untuk memudahkan transfer informasi/pengetahuan Agregat dari Tingkat Kedua Komunitas memiliki kapasitas untuk mentransfer inforrnasi/pengetahuan guna mencapai hasil yang diinginkan / mengimplementasikan sebuah program di dalam sebuah komunitas. Kapasitas Tingkat Ketiga Para anggota dari komunitas mampu menyatukan sebuah program ke 7 dalam kerangka kerja utama dari organisasi atau kelompok di dalam komunitas petani Agregat dari Tingkat Ketiga Komunitas memiliki kapasitas untuk mengintegrasikan sebuah program ke dalam kerangka utama, praktek dari kemitraan dalam komunitas petani Sumber : Hasil Analisis,

14 Domain Problem Solving Penilaian Kapasitas Komunitas a. Kapasitas Tingkat Pertama Penilaian yang dilakukan untuk kapasitas tingkat pertama dilakukan dengan memilih indikator-indikator yang berkaitan dengan domain penilaian Problem Solving yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi aktoraktor kunci di dalam komunitas untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam pengelolaan irigasi. Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi aktoraktor kunci di luar komunitas untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam pengelolaan irigasi. Para anggota dari komunitas mampu mencapai persetujuan bersama untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Berdasarkan hasil wawancara untuk kapasitas tingkat pertama domain Problem Solving, maka diketahui bahwa: Beberapa anggota kelompok petani pemakai air sudah mampu mengidentifikasi aktor-aktor kunci di dalam komunitas untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam pengelolaan irigasi. Para anggota kelompok dapat mengakui keberadaan aktor-aktor kunci lain di luar jejaring internal dalam penyelesaian masalah seperti PPL dan juru pengairan karena mereka membawahi wilayah tersebut. Anggota kelompok petani pemakai air mengakui peran ketua GP3A, ketua P3A dan kepala desa sangat penting keberadaannya dalam proses penyelesaian masalah yang timbul. Contoh kasusnya adalah ketika 69

15 timbul perebutan air antara anggota dan antar kelompok di beberapa areal sawah. Anggota kelompok petani pemakai air sudah cukup mampu mencapai persetujuan bersama untuk menyelesaikan masalah yang timbul melalui musyawarah untuk mufakat. Berdasarkan pemetaan kapasitas di atas maka agregat dari tingkat pertama dalam domain Problem Solving yaitu kapasitas petani pemakai air untuk menyelesaikan masalah secara bersama sudah cukup terbangun di dalam kelompok petani ini. b. Kapasitas Tingkat Kedua Penilaian yang dilakukan untuk kapasitas tingkat kedua dilakukan dengan melihat indikator-indikator yang berkaitan dengan domain penilaian Problem Solving yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Para anggota dari komunitas petani mampu mencapai persetujuan dengan yang lain di luar komunitas untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam pengelolaan irigasi. Para anggota dari komunitas telah mampu mengadopsi sebuah proses pemecahan masalah yang diketahui secara umum Para anggota dari komunitas telah beranjak dari tahap pengidentifikasian masalah ke tahap implementasi aktivitas untuk penyelesaian masalah di dalam komunitas. Berdasarkan hasil wawancara untuk kapasitas tingkat kedua domain Problem Solving, maka diketahui bahwa: Anggota kelompok sudah cukup mampu mengakui keberadaan aktoraktor kunci lain di luar komunitas sebagai sumber daya untuk menyelesaikan masalah yang timbul, seperti Polisi untuk menangkap 70

16 pencurian air irigasi oleh petani di hulu yang bukan gilirannya mendapatkan air. Para anggota kelompok sudah cukup mampu memakai cara musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan masalah, walaupun cara ini bukan merupakan cara yang efisien secara waktu dan efektif di lapangan. Para anggota kelompok belum beranjak dari tahap pengidentifikasian masalah ke tahap implementasi aktivitas yang didesain untuk penyelesaian masalah dalam kelompok karena terkadang para petani tidak mengetahui solusi dari permasalahan tersebut terutama dalam hal pengelolaan irigasi seperti kerusakan berat saluran irigasi yang membutuhkan biaya yang besar. Untuk hal seperti ini, mereka masih membutuhkan peran dari pemerintah untuk penyelesaiannya. Berdasarkan pemetaan kapasitas di atas maka agregat dari tingkat kedua dalam domain Problem Solving yaitu kapasitas untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang muncul dalam usaha untuk mencapai hasil yang diinginkan sudah sedikit memadai. c. Kapasitas Tingkat Ketiga Penilaian yang dilakukan untuk kapasitas tingkat ketiga dilakukan dengan melihat indikator-indikator yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Terdapat demontrasi dari pemecahan masalah yang terjadi antar kemitraan dalam komunitas petani. Terdapat bukti dari fleksibilitas dalam pemecahan masalah di keseluruhan komunitas petani. Berdasarkan hasil wawancara untuk kapasitas tingkat ketiga domain Problem Solving, maka diketahui bahwa: 71

17 Demonstrasi penyelesaian masalah sampai saat ini belum pernah terjadi di dalam komunitas petani pemakai air ini. Kemudian belum terlihat adanya fleksibilitas dalam penyelesaian masalah yang timbul dalam keseluruhan komunitas. Berdasarkan pemetaan kapasitas di atas maka agregat dari tingkat ketiga dalam domain Problem Solving yaitu kapasitas untuk mempertahankan proses problem solving yang fleksibel belum ada di dalam komunitas petani pemakai air ini. Kemampuan Problem Solving dalam komunitas petani untuk bermufakat dan bernegosiasi dengan proses yang baik hanya dimiliki oleh ketua kelompok dan beberapa anggota yang sering mengikuti pertemuan kelompok. Kemampuan anggota kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan diikuti dengan cara penyelesaian yang benar sudah terbangun dengan baik. Musyawarah yang diadakan untuk mufakat dalam menghadapi masalah yang timbul sampai saat ini merupakan beban dan tanggung jawab ketua kelompok sehingga para anggota kelompok tinggal menerima hasil keputusan saja atau langsung melaksanakan hasil musyawarah tersebut. Pemetaan kapasitas komunitas dan agregasi dari pemetaan kapasitas yang telah dilakukan sebelumnya dalam Problem Solving pada komunitas petani pemakai air ini dapat dilihat pada Tabel IV-3. 72

18 Tabel IV-3 Domain Problem Solving Pada Komunitas Petani pemakai air No. Kapasitas Tingkat Pertama 1 PROBLEM SOLVING Tidak Sama Sekali/Hampir Tidak ada Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi aktor -aktor kunci di dalam komunitas untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam pengelolaan irigasi Sedikit Cukup Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya 2 Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi aktor-aktor kunci di luar komunitas untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam pengelolaan irigasi 3 Para anggota dari komunitas mampu mencapai persetujuan bersama untuk menyelesaikan masalah yang timbul Agregat dari Tingkat Pertama Terdapat kapasitas untuk menyelesaikan masalah secara bersama di dalam komunitas petani Kapasitas Tingkat Kedua Para anggota dari komunitas petani mampu mencapai persetujuan dengan 4 yang lain di luar komunitas untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam pengelolaan irigasi 5 Para anggota dari komunitas telah mampu mengadopsi sebuah proses pemecahan masalah yang diketahui secara umum 6 Para anggota dari komunitas telah beranjak dari tahap pengidentifikasian masalah ke tahap implementasi aktivitas untuk penyelesaian masalah di dalam komunitas petani Agregat dari Tingkat Kedua Terdapat kapasitas untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang muncul dalam usaha untuk mencapai hasil yang diinginkan Kapasitas Tingkat Ketiga Terdapat demontrasi dari pemecahan masalah yang terjadi antar kemitraan 7 dalam komunitas petani 8 Terdapat bukti dari fleksibilitas dalam pemecahan masalah di keseluruhan komunitas petani Agregat dari Tingkat Ketiga Terdapat kapasitas untuk mempertahankan proses problem solving yang fleksibel Sumber : Hasil Analisis,

19 Domain Infrastruktur Penilaian Kapasitas Komunitas a. Investasi Kebijakan Penilaian yang dilakukan untuk sub domain investasi kebijakan dilakukan dengan melihat indikator-indikator yang berkaitan dengan domain penilaian infrastruktur untuk investasi kebijakan yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Para anggota dari komunitas petani menginvestasikan sumber daya mereka sendiri untuk mengembangkan perencanaan dan kebijakan yang berhubungan dengan program yang sesuai untuk komunitas. Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi keuntungan-keuntungan dari investasi mereka terhadap pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan program pengelolaan irigasi. Berdasarkan hasil wawancara untuk sub domain investasi kebijakan domain Infrastruktur, maka diketahui bahwa: Tidak ada anggota kelompok yang mampu menginvestasikan sumber daya mereka sendiri untuk mengembangkan perencanaan dan kebijakan yang berhubungan dengan program yang sesuai untuk komunitas. Para anggota dari komunitas belum ada yang mampu mengidentifikasi keuntungan-keuntungan dari investasi mereka terhadap pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan program. Berdasarkan pemetaan kapasitas di atas maka agregat dari sub domain investasi kebijakan dalam domain Infrastruktur yaitu komunitas memiliki kapasitas untuk menyusun kebijakan yang berkaitan dengan program pengelolaan irigasi masih belum ada di dalam komunitas petani pemakai air ini. 74

20 Berdasarkan hasil pengamatan, walaupun sudah terdapat beberapa kebijakan mengenai pengelolaan irigasi ini, akan tetapi proses penyusunan kebijakan tersebut berasal dari eksternal komunitas seperti koordinator program WISMP dari Dinas Pengairan. Proses penyusunan kebijakan tersebut tidak melibatkan internal komunitas, yaitu anggota kelompok petani. Kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan mengenai pelaksanaan Operasi & Pemeliharaan jaringan irigasi dan kebijakan pelaksanaan perbaikan saluran irigasi oleh pihak ketiga yang tidak sesuai dengan permintaan petani. b. Investasi Finansial Penilaian yang dilakukan untuk sub domain finansial dilakukan dengan melihat indikator yang berkaitan dengan domain Infrastruktur untuk investasi finansial, indikator-indikator tersebut adalah : Para anggota dari komunitas petani menginvestasikan sumber daya sehingga komunitas dapat menentukan biaya dan keuntungan dari partisipasi di dalam komunitas. Para anggota dari komunitas petani menginvestasikan sumber daya finansial ke dalam komunitas untuk mempertahankan pendekatan kemitraan terhadap implementasi program pengelolaan irigasi. Berdasarkan hasil wawancara untuk sub domain finansial dalam domain Infrastruktur, maka diketahui bahwa: Belum ada anggota dari kelompok mengeluarkan biaya untuk kepentingan bersama kelompok sehingga anggota dapat menentukan biaya dan keuntungan dari partisipasi di dalam kelompok. Belum ada anggota dari kelompok menginvestasikan sumber daya finansial ke dalam kelompok untuk mempertahankan pendekatan kemitraan terhadap implementasi program. 75

21 Berdasarkan pemetaan kapasitas di atas maka agregat dari sub domain finansial dalam domain Infrastruktur yaitu kemampuan untuk menghimpun modal finansial untuk pelaksanaan program juga belum terbangun dalam komunitas petani pemakai air, karena aktivitas pengelolaan irigasi sangat bergantung pada pendanaan dari pemerintah. Ketergantungan ini karena belum adanya kesadaran untuk menghimpun dan mengelola pendanaan hasil dari iuran pengelolaan air (IPI) dari anggota kelompok. c. Investasi Intelektual Penilaian yang dilakukan untuk sub domain intelektual dilakukan dengan melihat indikator-indikator yang berkaitan dengan domain penilaian Infrastruktur untuk sub domain investasi intelektual yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Para anggota dari komunitas petani bersama-sama berinvestasi untuk membantu calon pemimpin memperoleh keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi keuntungan dalam berinvestasi untuk pendidikan dan pelatihan Berdasarkan hasil wawancara untuk sub domain investasi intelektual domain Infrastruktur, maka diketahui bahwa Ada beberapa anggota kelompok yang berinvestasi untuk membantu calon pemimpin memperoleh keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan walaupun dengan dana yang sedikit Anggota kelompok sudah sedikit mampu mengidentifikasi keuntungan dalam berinvestasi untuk pendidikan dan pelatihan Berdasarkan pemetaan kapasitas di atas maka agregat dari sub domain investasi intelektual dalam domain Infrastruktur yaitu komunitas memiliki kapasitas untuk menghimpun dan mengembangkan investasi terhadap 76

22 manusia/modal intelektual sudah sedikit terbangun di dalam komunitas ini. Pelatihan yang didapat bagi anggota yang merupakan calon pemimpin masih berupa pelatihan pengelolaan irigasi yang pernah mereka dapat dari program-program pemerintah sebelumnya. Pelatihan-pelatihan lain seperti pelatihan manajemen, organisasi, teknis dan keuangan kepada P3A/GP3A belum pernah diberikan oleh program pengelolaan irigasi sebelumnya. d. Investasi Sosial Penilaian yang dilakukan untuk sub domain sosial dilakukan dengan melihat indikator-indikator yang berkaitan dengan domain penilaian Infrastruktur untuk investasi sosial yang terdapat dalam Indeks Kapasitas Komunitas, indikator-indikator tersebut adalah : Para anggota dari komunitas petani berinvestasi dalam mengembangkan dan mempertahankan hubungan sosial antara anggota di dalam komunitas. Terdapat bukti mengenai reaksi yang cepat tanggap terhadap masalah yang dihadapi anggota lain di dalam komunitas. Berdasarkan hasil wawancara untuk sub domain sosial dari domain Infrastruktur, maka diketahui bahwa : Kemampuan anggota kelompok untuk berinvestasi dalam mengembangkan dan mempertahankan hubungan sosial antara anggota sudah cukup baik. Reaksi yang cepat tanggap terhadap masalah yang dihadapi anggota lain di dalam kelompok sudah cukup baik. Berdasarkan pemetaan kapasitas di atas maka agregat dari sub domain sosial dalam domain infrastruktur yaitu kapasitas untuk mengembangkan modal sosial sudah terdapat hubungan kerjasama yang baik antar anggota komunitas. 77

23 Investasi sosial menyangkut komitmen untuk membangun kepercayaan dan hubungan kerjasama yang baik antar anggota dalam komunitas. Para anggota kelompok menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap ketua kelompok dalam hal ini ketua GP3A. Kepercayaan ini merupakan kepercayaan kekeluargaan saja karena ketua kelompok merupakan tokoh di desa mereka. Indikasi mengenai reaksi cepat tanggap terhadap permasalahan kelompok lain dapat dilihat ketika anggota kelompok lain mendapat musibah, mereka langsung memberi perhatian untuk mengadakan kunjungan. Pemetaan kapasitas komunitas dan agregasi dari pemetaan kapasitas yang telah dilakukan sebelumnya dalam domain Infrastruktur pada komunitas petani pemakai air ini dapat dilihat pada Tabel IV-4. 78

24 No. Kapasitas Tingkat Pertama Investasl Kebijakan 1 Tabel IV-4 Domain Infrastruktur Pada Komunttas Petani pemakai air INFRASTRUKTUR Tidak Sama Sekali/Hampir Tidak ada Para anggota dari komunitas petani menginvestasikan sumber daya mereka sendiri untuk mengembangkan perencanaan dan kebijakan yang berhubungan dengan program yang sesuai untuk komunitas. Sedikit Cukup Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya 2 Para anggota dari komunitas mampu mengidentifikasi keuntungankeuntungan dari investasi mereka terhadap pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan program pengelolaan irigasi Agregat dari Investasi Kebijakan Komunitas memiliki kapasitas untuk menyusun kebijakan yang berkaitan dengan program pengeloaan irigasi Investasi Finansial Para anggota dari komunitas menginvestasikan sumber daya sehingga 3 komunitas dapat menentukan biaya dan keuntungan dari partisipasi di dalam komunitas petani Para anggota dari komunitas menginvestasikan sumber daya finansial ke 4 dalam komunitas petani untuk mempertahankan pendekatan kemitraan terhadap implementasi program pengelolaan irigasi Agregat dart Investasl Finansial Komunitas petani memiliki kapasitas untuk menghimpun modal finansial Investasi Intelektual 5 Para anggota dari komunitas bersama-sama berinvestasi untuk membantu calon pemimpin memperoleh keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan 6 Para anggota dari komunitas petani berinvestasi bersama dalam pendidikan dan pelatihan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan bersama komunitas 7 Para anggota dari komunitas mampu mengidentifikasi keuntungan dalam berinvestasi untuk pendidikan dan pelatihan Agregat dari Investasi Intelektual Komunitas memiliki kapasitas untuk menghimpun dan mengembangkan investasi terhadap manusia / modal Intelektual Investasi Sosial 8 Para anggota dari komunitas petani berinvestasi dalam mengembangkan dan mempertahankan hubungan sosial antara anggota di dalam komunitas 9 Terdapat bukti mengenai reaksi yang cepat tanggap terhadap masalah yang dihadapi anggota lain di dalam komunitas petani Agregat dari Investasi Sosial Komunitas memiliki kapasitas untuk mengembangkan modal sosial Sumber: Hasil Analisis,

25 4.2. Tingkat Sustainability Pelaksanaan Program untuk keterlibatan Komunitas dalam Pengelolaan Irigasi Pada sub-bab ini akan dibahas pencapaian sustainability pelaksanaan program oleh keterlibatan komunitas petani pemakai air dalam pengelolaan irigasi dengan merangkum penilaian-penilaian yang telah dilakukan dengan pendekatan Indeks Kapasitas Komunitas. Sustainability dirangkum dalam Indeks Kapasitas Komunitas dalam dua cara. 1. Dengan melihat kapasitas-kapasitas apa saja yang sudah ada dan dikembangkan oleh komunitas. Kapasitas komunitas sendiri merupakan agregasi dari kapasitas-kapasitas yang telah dimiliki oleh para anggota komunitas tersebut. Semakin banyak anggota komunitas yang sudah memiliki kapasitas tertentu semakin besar pulalah bobot dari kapasitas komunitas tersebut. 2. Dengan melihat tingkat investasi yang telah dikeluarkan oleh anggota komunitas dalam jejaring komunitas sendiri. Istilah investasi digunakan untuk menekankan bahwa pengembangan kapasitas juga merupakan bentuk investasi dalam struktur jejaring komunitas untuk meningkatkan kemampuan keseluruhan komunitas untuk mempertahankan implementasi program. Domain infrastruktur mewakili penilaian investasi ini dalam Indeks Kapasitas Komunitas. Pembahasan mengenai tingkat sustainability pelaksanaan program oleh komunitas petani pemakai air dalam pengelolaan irigasi berdasarkan penilaian Indeks Kapasitas Komunitas adalah sebagai berikut: 1. Daya tahan jejaring internal komunitas (kelompok petani) untuk mempertahankan sebuah program sepanjang waktu atau mangadopsi sebuah program yang baru dengan memanfaatkan jejaring yang telah terbentuk dan kemampuan pemecahan masalah dengan proses yang baik masih rendah atau masih berada pada tahap awal. 80

26 Hal ini dapat diketahui dari : Kemampuan dari kelompok untuk mempertahankan sebuah program dengan memanfaatkan jejaring yang ada sudah sedikit terbangun dan dapat dilihat dalam implementasi program selama ini, seperti yang terlihat dalam beberapa aktivitas yang dilaksanakan bersama oleh kelompok petani pemakai air yang juga memerlukan partisipasi dari anggota lainnya yaitu pemeliharaan rutin terdiri dari pembersihan saluran, pemotongan rumput. Kapasitas dari anggota komunitas ini dapat dikembangkan dengan implementasi kegiatan yang hasilnya berhubungan dengan kebutuhankebutuhan eksisting dari komunitas seperti ketersediaan air yang cukup. Sedangkan kemampuan kelompok dalam pemecahan masalah sudah cukup walaupun masih juga bergantung pada eksternal komunitas selain ketua P3A/GP3A untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan untuk mengadopsi sebuah program baru dengan sumber daya sendiri masih rendah/belum ada.. 2. Jejaring internal komunitas (kelompok petani) belum memiliki investasi yang cukup secara finansial, sumber daya manusia dan modal sosial untuk melanjutkan sebuah program dengan menggunakan sumber dayanya sendiri, hal ini dapat diketahui dari : Investasi sosial, yang dinilai cukup signifikan keberadaannya dimana sekarang sudah terdapat hubungan kepercayaan yang tinggi dan hubungan kerja yang baik di dalam komunitas. Investasi terhadap sumber daya manusia, masih berfokus dalam pengembangan satu keahlian saja, yaitu pengelolaan irigasi sedangkan keahlian organisasi, manajemen dan keuangan belum pernah dilaksanakan. 81

27 Investasi finansial dari komunitas dapat dikatakan tidak ada sama sekali, dimana sampai sekarang kegiatan pengelolaan irigasi masih berasal dari sumber daya dari luar. Berdasarkan hal di atas, kemandirian komunitas dalam segi finansial masih belum ada, sedangkan kemandirian dalam segi sumber daya manusia dan modal sosial dapat terus dikembangkan. 3. Fleksibilitas dari komunitas untuk mengubah suatu program jika terdapat suatu perubahan jika diperlukan belum terlihat. Kemampuan dari komunitas ini masih perlu diuji seiring berjalannya waktu, karena belum terdapat suatu keadaan dimana komunitas harus mengubah program/kegiatannya. 4. Secara umum, tidak semua investasi dalam kelompok telah meningkatkan kemampuan dari komunitas, seperti : Investasi dalam kelompok telah meningkatkan kemampuan komunitas dalam transfer informasi/pengetahuan karena proses transfer informasi/pengetahuan sudah terlihat dalam kegiatan bersama dan aktivitas harian kelompok walaupun informasi/pengetahuan yang beredar masih mengenai operasi dan pemeliharaan yang hanya dikuasai dengan baik oleh ketua-ketua P3A. Investasi kelompok untuk kemampuan mengadopsi program dengan memanfaatkan jejaring yang ada masih belum ada hasilnya. Hal itu disebabkan pengaturan program kelompok masih dianggap sebagai tanggung jawab dan otoritas dari ketua GP3A/P3A. Begitu juga dengan kemampuan pemecahan masalah dengan proses yang baik, sampai saat ini kemampuan dari anggota komunitas masih sebatas pengidentifikasian masalah belum beranjak ke tahap tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada. 82

28 Berdasarkan pembahasan di atas, diketahui bahwa tingkat sustainability pelaksanaan program untuk keterlibatan komunitas sudah ada walaupun rendah jika dilihat pada aspek daya tahan, investasi yang cukup dan kemandirian komunitas, fleksibilitas komunitas dan keterbukaan terhadap perubahan, serta investasi untuk peningkatan kapasitas. Hal ini wajar karena pelaksanaan program yang masih baru. 83

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Community Development Pengembangan masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan terhadap konsep negara kesejahteraan (Djohani. R.2003,p1).

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ambler, John. S. Irigasi di Indonesia Dinamika Kelembagaan Petani. LP3ES, Jakarta, 1992

DAFTAR PUSTAKA. Ambler, John. S. Irigasi di Indonesia Dinamika Kelembagaan Petani. LP3ES, Jakarta, 1992 DAFTAR PUSTAKA Kelompok Buku Ambler, John. S. Irigasi di Indonesia Dinamika Kelembagaan Petani. LP3ES, Jakarta, 1992 BPS Kabupaten Lampung Utara. Lampung Utara Dalam Angka, BPS Kabupaten Lampung Utara,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka menunjang ketahanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan sistem irigasi serta untuk

Lebih terperinci

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI Desember, 2011 KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Executive Summary dari kegiatan Pengkajian Model Kelembagaan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PSETK (PROFIL SOSIAL EKONOMI DAN TEKNIK KELEMBAGAAN) DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN HIPPA DI KABUPATEN PROBOLINGGO PENDAHULUAN

PENYUSUNAN PSETK (PROFIL SOSIAL EKONOMI DAN TEKNIK KELEMBAGAAN) DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN HIPPA DI KABUPATEN PROBOLINGGO PENDAHULUAN P R O S I D I N G 467 PENYUSUNAN PSETK (PROFIL SOSIAL EKONOMI DAN TEKNIK KELEMBAGAAN) DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN HIPPA DI KABUPATEN PROBOLINGGO Mas Ayu Ambayoen Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Penelitian Terdahulu Murtiningrum (2009), Kebutuhan Peningkatan Kemampuan Petugas Pengelolaan Irigasi Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan pembagian kewenangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK N OMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK N OMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK N OMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF KABUPATEN DEMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: BUPATI BOYOLALI, a. bahwa untuk mendukung produktivitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sumber daya air adalah merupakan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, 1 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 21

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang irigasi di Kabupaten Ciamis telah diatur dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan kemanfaatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI 1 / 70 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang Mengingat : : a. bahwa irigasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi I. Pendahuluan Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI MENDUT KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI MENDUT KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI MENDUT KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : DHONI SUTRISNO L2D 098 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

TENTANG IRIGASI BUPATI MUSI RAWAS,

TENTANG IRIGASI BUPATI MUSI RAWAS, PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen penting pendukung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 33 /PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBERDAYAAN P3A/GP3A/IP3A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 33 /PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBERDAYAAN P3A/GP3A/IP3A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 33 /PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBERDAYAAN P3A/GP3A/IP3A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN 8.1. Kesimpulan Iuran irigasi berbasis komoditas dapat dirumuskan dengan memanfaatkan harga bayangan air irigasi. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLA IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DAN UPAYA PERBAIKANNYA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DAN UPAYA PERBAIKANNYA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DAN UPAYA PERBAIKANNYA Oleh : Sumaryanto Masdjidin Siregar Deri Hidayat Muhammad Suryadi PUSAT ANALISIS SOSIAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia

Australia Awards Indonesia Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Kepemimpinan Organisasi dan Praktek-praktek Manajemen untuk Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) Page 1 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang ketahanan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH IRIGASI WAY RAREM. 3.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Lampung Utara

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH IRIGASI WAY RAREM. 3.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Lampung Utara BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH IRIGASI WAY RAREM 3.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Lampung Utara Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 10 kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Letak

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci menjabarkan secara rinci situasi dan kondisi poktan sebagai

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 88

DINAS PENGAIRAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 88 DINAS PENGAIRAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 88 Dinas Pengairan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang

Lebih terperinci

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI PESISIR SELATAN BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESISIR SELATAN, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa irigasi

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI IRIGASI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. b. c. d. e. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang: Mengingat: a. bahwa irigasi merupakan modal utama

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2014 1. Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi, Dinas Kean mempunyai

Lebih terperinci

GUBERNUR BENGKULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU,

GUBERNUR BENGKULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU, 1 GUBERNUR BENGKULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU, Menimbang : a.bahwa demi terselenggaranya penyediaan air yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian berada di Saluran Sekunder Pulosari dengan panjang saluran sekunder 11,949 km yang terdiri dari Saluran Sekunder Pulosari dan Saluran

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang : a. b. BUPATI BIREUEN, bahwa

Lebih terperinci

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 2.1.1 Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi,

Lebih terperinci

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 2.1.1 Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi,

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 117 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 117 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 117 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR RANCANGAN (Disempurnakan) BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa fungsi irigasi memegang peranan

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Bantul secara umum masih dalam kategori sedang. hampir sama dengan Peran Pemerintah Daerah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Bantul secara umum masih dalam kategori sedang. hampir sama dengan Peran Pemerintah Daerah. 161 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Partisipasi petani, P3A dan GP3A dalam perencanaan, pelaksanaan / implementasi dan evaluasi pengelolaan SDA di Kabupaten Sleman dan Bantul secara umum masih

Lebih terperinci

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i No.640, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Irigasi. Komisi. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

IKU TAHUN 2017 SUB BAGIAN UMUM, KEPEGAWAIAN, KEUANGAN DAN ASET DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG INDIKATOR KINERJA TARGET

IKU TAHUN 2017 SUB BAGIAN UMUM, KEPEGAWAIAN, KEUANGAN DAN ASET DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG INDIKATOR KINERJA TARGET SUB BAGIAN UMUM, KEPEGAWAIAN, KEUANGAN DAN ASET NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Tersedianya tenaga teknis perkantoran Jumlah tenaga kontrak SK Bupati 2 orang 2 Terwujudnya administrasi perkantoran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah:

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari analisis data mengenai Dampak Pemberdayaan Masyarakat bagi Perempuan mengenai Pelaksanaan CSR PT. Badak NGL terhadap Anggota Perempuan Kelompok Tani Lestari

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR BAB I PENDAHULUAN 2012, No.1357 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/12/2012 TANGGAL 21 Desember 2012 PEDOMAN PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR A. Latar Belakang BAB I

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, Menimbang: a. bahwa untuk pengembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia memposisikan pembangunan pertanian sebagai basis utama

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia memposisikan pembangunan pertanian sebagai basis utama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pemerintah Indonesia memposisikan pembangunan pertanian sebagai basis utama untuk menanggulangi dampak krisis ekonomi yang lebih parah lagi. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG POLA TANAM DAN RENCANA TATA TANAM PADA DAERAH IRIGASI DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007/2008 Menimbang Mengingat BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, GUBERNUR NU S A TE N GGA RA B AR AT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang : Mengingat : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan pembangunan sektor pertanian dalam rangka

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Status Keberlanjutan dan Faktor Pengungkit Aspek Kelompok Sasaran Dari hasil RapAnalysis diketahui nilai indeks keberlanjutan Kelompok Sasaran dalam Pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention)

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention) L1 Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan Arahan Strategi ( Strategic Intention) Untuk menjawab pertanyaan dibawah ini menggunakan format skor dengan skala ( 0-5 ) dan lingkari skor yang akan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG 1 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS POKOK KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF (PPSIP) KABUPATEN

Lebih terperinci

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b, dan c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Irigasi.

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b, dan c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Irigasi. NOMOR 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2011 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lipat pada tahun Upaya pencapaian terget membutuhkan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. lipat pada tahun Upaya pencapaian terget membutuhkan dukungan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prediksi peningkatan populasi di Asia pada tahun 2025 sekitar 4,2 milyar. Menurut International Policy Research Institute, prediksi tersebut berdampak pada peningkatan

Lebih terperinci

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia PPL BLOK WAKTU Oleh: 1. Pendahuluan a) Latar Belakang Program Pengalaman Lapangan Kependidikan bagi mahasiswa LPTK merupakan salah satu mata kuliah wajib dari kelompok MKPBM dengan bobot 4 SKS. Dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci