BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sajogyo (1986) dalam bukunya sosiologi pembangunan menyebutkan bahwa pembangunan tidak terlepas dari modernisasi. Pembangunan sendiri memiliki begitu banyak definisi diantaranya Tjondronegoro dalam Sajogyo menyebutkan bahwa pembangunan adalah perubahan susunan dan pola masyarakat. Perubahan dalam susunan tersebut akan merangsang lapisan-lapisan masyarakat berproduksi, dengan perubahan itu juga sarana pembagian dalam masyarakat akan berubah, perataan hasil pembangunan dimantapkan dan kemudian tekhnologi akan menyusul perubahan ini. Menuju pembangunan diperlukan penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sasaran. Pada penyusunan program perlu dilihat kebutuhan serta kondisi masyarakat, disini diperlukan pihak-pihak tertentu atau bisa disebut sebagai pemimpin lokal yang paham akan kondisi di desa tersebut untuk membantu memetakan kebutuhan masyarakat yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakat setempat. Program-program pembangunan yang masuk ke desa sebelumnya bisa terjadi karena merupakan program dari pemerintah atau permintaan dari masyarakat sendiri. Baik dari masyarakat maupun pemerintah, program-progam tersebut sudah tentu dipengaruhi oleh pemimpin lokal, baik karena sejalan dengan kepentingan pemimpin lokal pribadi maupun kepentingan masyarakat setempat. Pemimpin lokal juga dipengaruhi oleh adanya program tersebut, karena berhasilnya program juga menentukan reputasi pemimpin lokal dimasyarakat. Pemimpin lokal merupakan individu yang memiliki tujuan, terlepas apakah tujuan yang dibawa oleh pemimpin lokal adalah tujuan pribadi atau kelompok. Terkait hal tersebut tentunya pemimpin lokal akan melakukan suatu upaya untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut tidak terlepas dari modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal yang mana modal itu sendiri disampaikan oleh Bordeu (1986) adalah logika yang mengatur bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai. Kepemilikan modal akan menentukan pengaruh pemimpin lokal terhadap

2 2 masyarakat. Pengaruh yang dimaksud disini adalah tidak hanya terbatas pada pengambilan keputusan yang terkait dengan program saja tetapi juga terkait dengan personal masyarakat. Melihat uraian dari pemimpin lokal di atas, terlihat bahwa pemimpin lokal tidak hanya berperan sebagai pemimpin dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan tindakan-tindakan kolektif (mempengaruhi lingkungan), tetapi juga sebagai panutan sikap serta tempat meminta pendapat untuk hal-hal yang bersifat personal sehingga pada kelompok maupun individu dalam proses pengambilan keputusan secara personal maupun umum tidak lepas dari peran pemimpin lokal yang ada disekelilingnya. Contoh kasus adalah penelitian yang dijelaskan di dalam buku Sosiologi Pedesaan, Sajogyo dan Sajogyo (2002) menjelaskan tentang struktur sosial dalam masyarakat pedesaan di daerah Cibodas, salah satu peranan dalam struktur sosial tersebut adalah tuan tanah besar. Kelompok ini terdiri dari sejumlah kecil keluarga yang berhubungan rapat dengan perkawinan yang mana mereka itu adalah kalangan bangsawan desa, merekalah yang menentukan jenis kegiatan kemasyarakatan dan memainkan peranan penting, baik positif maupun negatif, dalam setiap kegiatan di desa itu, dalam arti bahwa mereka selalu terlibat dalam kegiatan tersebut, sebagai pendukung atau sebagai lawan, baik secara terbuka maupun tersembunyi. Mereka mempunyai sumber modal terbesar dan mendapat kepercayaan dari para tengkulak uang. Dan dengan tuan tanah besar inilah, para wakil jawatan pemerintah mengadakan hubungan-hubungan pribadi, dan sampai saat ini dari merekalah para pejabat memperoleh informasi tentang keadaan masalah-masalah desa. Tuan tanah besar ini juga merupakan aktor atau orang yang memainkan politik lokal. Pada kasus Cibodas tersebut di atas menujukkan bahwa pemimpin lokal memainkan peranan tertentu dalam pembagunan di pedesaan, walaupun setiap pemimpin lokal memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap masyarakat maupun individu dari masyarakat itu sendiri. Casey (2008) menyebutkan bahwa pengaruh pemimpin lokal tersebut dapat di ukur dengan melihat elemen-elemen kapital atau modal yang dimilikinya. Pada umumnya semakin tinggi kualitas maupun kuantitas elemen-elemen yang dimiliki oleh pemimpin lokal maka pemimpin lokal akan lebih memiliki pengaruh

3 3 terhadap masyarakat. Elemen-elemen tersebut adalah modal manusia, modal institusi, modal sosial, modal simbolik, modal ekonomi, modal budaya, dan modal moral. Mengingat peran penting yang dimiliki pemimpin lokal dalam pengambilan keputusan individu atau kelompok dalam masyarakat pedesaan, maka dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melakukan identifikasi pemimpin lokal yang memiliki pengaruh lebih kuat kepada masyarakat pedesaan, penelitian ini akan dimulai dengan pengidentifikasian pemimpin lokal yang terkait program pembangunan. Umumnya sebuah program terdiri dari tiga tahapan, diantaranya adalah tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kemudian akan dilihat sejauhmana keterlibatan dan pengaruh pemimpin lokal pada setiap tahapan tersebut. Posisi penelitian ini adalah ingin melihat dan menganalisis sejauh mana keterlibatan pemimpin lokal dalam program pembangunan dan pemimpin lokal yang dimaksudkan disini adalah individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan. Besarnya pengaruh dari tindakan tersebut dipengaruhi oleh modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal Rumusan Masalah Pemimpin lokal mempunyai peran penting dalam proses pengambilan keputusan masyarakat, tetapi setiap pemimpin lokal mempunyai derajat pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing individu dalam masyarakat. Tidak adanya pemetaan atau tipologi serta pengidentifikasian yang jelas terkait pemimpin lokal, dapat menyebabkan sulitnya untuk mengidentifikasi karakteristik dari komunitas tersebut. Terlebih lagi mengingat derajat pengaruh pemimpin lokal yang berbeda pada setiap individunya menyebabkan secara tidak terlihat masyarakat desa pun terbagi menjadi beberapa kelompok yang apabila tidak didukung oleh kerjasama antar pemimpin lokal akan menyebabkan terhambatnya pembangunan desa, karena dalam pembangunan diperlukan kesamaan tujuan bersama dan apabila tidak terjadi kolaborasi antar pemimpin lokal, maka kemungkinan akan terjadi tarik menarik kepentingan yang menyebabkan bergesernya fungsi pemimpin lokal yang seharusnya mempercepat proses pembangunan tetapi justru menjadi penghambat pembangunan itu sendiri.

4 4 Oleh sebab itu, perlu dilihat bagaimanakah pengaruh pemimpin lokal terhadap program dilihat dari modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal, khususnya program pembangunan di pedesaan, karena hal ini akan mempengaruhi arah serta jenis program yang akan masuk atau yang akan di implementasikan dalam suatu daerah. Hal ini perlu dilihat agar saat pihak-pihak yang berkepentingan ingin membuat suatu program, dapat disesuaikan dengan karakteristik masyarakatnya, dilihat dari tipologi pemimpin lokal yang ada. Hal ini akan memudahkan program untuk lebih tepat sasaran. Untuk melihat hal itu perlu juga dilihat : 1. Siapa sajakah pemimpin lokal yang terlibat di dalam suatu program? 2. Bagaimanakah modal yang dimiliki pemimpin lokal dan pengaruhnya terhadap masyarakat, khususnya dalam program pembangunan di pedesaan? 3. Bagaimanakah tipologi pemimpin lokal berdasarkan basis dan keterkaitan antara modal yang dimiliki pemimpin lokal dengan keterlibatannya dalam tahapan program, khususnya dalam programprogram pembangunan di pedesaan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimanakah pengaruh pemimpin lokal terhadap program dilihat dari modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal. Hal ini berguna agar implementasi program dapat berjalan sesuai dengan seharusnya. Selain itu tujuan dari penelitian ini juga untuk: 1. Mengetahui pemimpin lokal yang berpengaruh dalam masyarakat, khususnya dalam program-program pembangunan pedesaan. 2. Mengetahui modal yang dimiliki pemimpin lokal dan pengaruhnya terhadap masyarakat, khususnya dalam program pembangunan di pedesaan. 3. Mengetahui tipologi pemimpin lokal berdasarkan basis dan keterkaitan antara modal yang dimiliki pemimpin lokal dengan keterlibatannya dalam tahapan program, khususnya dalam program-program pembangunan di pedesaan.

5 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan tipologi pemimpin lokal berdasarkan modal yang dimiliki dan hubungannya dengan tingkat pengaruh pemimpin lokal dalam tiga tahapan program. Adapun penelitian ini memberikan manfaat untuk mahasiswa selaku pengamat dan akademisi, masyarakat, perguruan tinggi dan pemerintah. Manfaat yang diperoleh yaitu: 1. Bagi Mahasiswa Penelitian ini bermanfaat menjadi tambahan literatur penelitian mengenai hubungan antara pengaruh pemimpin lokal dengan modal yang dimiliki sehingga kedepannya dapat mempermudah dalam menganalisis terkait topik kepemimpinan untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi Perguruan Tinggi Penelitian ini merupakan perwujudan dari Tridharma Perguruan Tinggi yang diharapkan dapat meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan dan menjadi sumber rujukan dalam topik kepemimpinan khususnya dalam menganalisis keberhasilan program sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas perguruan tinggi. 3. Bagi Pemerintah Hasil dari penelitian ini akhirnya melahirkan suatu tipologi pemimpin lokal yang dapat digunakan sebagai bahan referensi pemerintah maupun pihak-pihak terkait dalam menggulirkan program ke pedesaan agar program yang masuk terimplementasikan dengan baik dan sesuai dengan rencana serta tujuan. 4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai hubungan keberhasilan program dengan pemimpin yang terlibat didalamnya.

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pemimpin Lokal dalam Pembangunan Kartodirdjo (1986) menyebutkan bahwa dalam setiap masyarakat secara wajar timbullah dua kelompok yang berbeda peranan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN

PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN (Studi Kasus : Pembangunan Saluran Irigasi dan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7.1. Pengaruh Kepemilikan Modal pada Tahapan Program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. signifikan (F=7,595 dan p<0,01) dengan sumbangan efektif secara bersamasama

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. signifikan (F=7,595 dan p<0,01) dengan sumbangan efektif secara bersamasama BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan: 1. Hasil pengujian membuktikan secara simultan bahwa ada pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembangunan Masyarakat Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang disengaja dan direncanakan. Lebih lengkap lagi, pembangunan diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi tingkat

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi tingkat BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat petani tembakau; pengaruh tingkat status ekonomi petani, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia % dari jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia % dari jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melaksanakan pembangunan di desa sebagai implementasi dari Undangundang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, mengacu pada Peraturan

Lebih terperinci

BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 6.1. Modal Internal Pemimpin lokal dalam penelitian ini adalah individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya perubahan prinsip di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu instansi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap instansi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah satunya bertujuan melembagakan penyelesaian konflik agar konflik itu tidak melebar menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bismillaahirrohmaanirrohiim.

KATA PENGANTAR. Bismillaahirrohmaanirrohiim. KATA PENGANTAR Bismillaahirrohmaanirrohiim. Syukur alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT kami panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-nya. Dan terima kasih pada Kakak

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NANANG FEBRIANTO F. 100 020 160 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

2014 PERAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DESA UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

2014 PERAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DESA UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bergulirnya roda reformasi sejak 1998 menuntut terjadinya perubahan di segala bidang, tidak terkecuali masalah birokrasi. Jika birokrasi tidak melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan manusia dan kualitas wilayahnya atau lingkungannya ke arah yang lebih baik. Pembangunan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik apabila sumber daya manusia mampu menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik apabila sumber daya manusia mampu menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya suatu perusahaan tidak hanya mengharapkan sumber daya manusia yang cakap dan terampil, tetapi lebih penting lagi, perusahaan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak lama perdebatan tentang kepemimpinan masih dan akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak lama perdebatan tentang kepemimpinan masih dan akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak lama perdebatan tentang kepemimpinan masih dan akan menjadi topik diskusi. Hingga sekarang dari berbagai penelitian yang ada mengenai kepemimpinan dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi masyarakat modern. Modernisasi memberikan banyak konsekuensi

I. PENDAHULUAN. menjadi masyarakat modern. Modernisasi memberikan banyak konsekuensi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modernisasi adalah upaya kolektif mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Modernisasi memberikan banyak konsekuensi positif bagi kehidupan. Kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang mengalami masa keemasan dimana anak mulai peka dan sensistif untuk menerima berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43 BAB I PENDAHULUAN Setiap penelitian akan di latar belakangi dengan adanya permasalahan yang Akan dikaji. Dalam penelitian ini ada permasalahan yang dikaji yaitu tentang Efektivitas Tokoh Agama dalam Membentuk

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan. transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan. transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya perubahan paradigma sesuai dengan amanat undangundang otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan transparansi anggaran sehingga akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta memiliki nilai sosio-kultural dan pertahanan keamanan. Secara ekonomi tanah merupakan aset (faktor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Reformasi dilakukan

Lebih terperinci

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 01 November 2014; disetujui: 01 Desember 2014 Terselenggaranya tata pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul Gerakan Sosial Petani Jepang (Pemberontakan Shimabara 1637-1638). Dalam bab ini pengkajian dan penelahan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara takkan terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara takkan terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara takkan terlepas dari kualifikasi unsur-unsur pembentukan suatu wilayah, adanya rakyat, pemimpin yang berdaulat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organiasi dalam mengelola,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organiasi dalam mengelola, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organiasi dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di Studi Kasus: Kontestasi Andi Pada Pilkada Kabupaten Pinrang 1 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di lapangan yang menyajikan interpretasi saya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi penguatan gerakan dalam hal menebar

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - EKONOMI IPS BAB 10. KOPERASILatihan Soal , 2, dan 3. 1, 2, dan 4. 2, 3, dan 4. 2, 3, dan 5. 3, 4, dan 5.

SMA/MA IPS kelas 10 - EKONOMI IPS BAB 10. KOPERASILatihan Soal , 2, dan 3. 1, 2, dan 4. 2, 3, dan 4. 2, 3, dan 5. 3, 4, dan 5. 1. Berikut ini adalah bagian dari koperasi : 1. Rapat Anggota Tahunan 2. Pengurus 3. Pengawas 4. Pembina 5. Anggota SMA/MA IPS kelas 10 - EKONOMI IPS BAB 10. KOPERASILatihan Soal 10.2 Dari data diatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perbaikan kualitas segenap bidang kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENYELENGGARAAN WORKSHOP/PELATIHAN JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MANUAL PROSEDUR PENYELENGGARAAN WORKSHOP/PELATIHAN JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MANUAL PROSEDUR PENYELENGGARAAN WORKSHOP/PELATIHAN JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Jurusan Sosiologi FISIP UB MANUAL PROSEDUR PENYELENGGARAAN WORKSHOP Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi pada saat ini merupakan peran yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi pada saat ini merupakan peran yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi pada saat ini merupakan peran yang sangat penting dalam segala hal. Perkembangan dunia yang terus maju dan terus meningkat, membuat perkembangan

Lebih terperinci

Mia Siscawati. *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI

Mia Siscawati. *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI Mia Siscawati *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI Kampung tersebut memiliki tingkat kemiskinan cukup tinggi, tingkat pendidikan rendah, dan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rakyat Indonesia? Visi Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rakyat Indonesia? Visi Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa, 2004:4). Dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa, 2004:4). Dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemilihan Kantor Pemerintahan Desa Merdikorejo Pengguna Bangunan Beserta Aktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemilihan Kantor Pemerintahan Desa Merdikorejo Pengguna Bangunan Beserta Aktivitasnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Pemilihan Kantor Pemerintahan Desa Merdikorejo Sebuah sistem pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu negara atau daerah dalam mengatur pemerintahannya.

Lebih terperinci

Social/Network Power:

Social/Network Power: Social/Network Power: Applying Social Capital Concept to Individual Behavior in the Organizational Context Imam Salehudin, SE. Department of Management Faculty of Economics University of Indonesia Social/Network

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. penarikan kesimpulan dari keseluruhan paparan mengenai gambaran umum, mengenai collaborative governance pada PTPAS.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. penarikan kesimpulan dari keseluruhan paparan mengenai gambaran umum, mengenai collaborative governance pada PTPAS. BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini adalah penutup dari penulisan skripsi berjudul Collaborative Governance dalam Penyelenggaraan Pelayanan kepada Perempuan dan Anak Korban Kekerasan (Studi Kasus pada PTPAS).

Lebih terperinci

MANAGER DAN LINGKUNGAN ORGANISASI DOSEN : DIANA MA RIFAH

MANAGER DAN LINGKUNGAN ORGANISASI DOSEN : DIANA MA RIFAH MANAGER DAN LINGKUNGAN ORGANISASI DOSEN : DIANA MA RIFAH Lingkungan Organisasi Lingkungan Internal Lingkungan yang terkait dengan eksistensi sebuah organisasi Lingkungan Eksternal Lingkungan yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENELITIAN KORUPSI

BAB I PENELITIAN KORUPSI BAB I PENELITIAN KORUPSI Lembaga perguruan tinggi berdasarkan tuntutan Tridharma Perguruan Tinggi harusnya menempatkan posisi terdepan dalam melakukan penelitian dan pengkajian tentang korupsi di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan pemikiran akuntansi ( accounting thought) dibagi. dalam tiga periode: tahun 4000 SM 1300 M; tahun M,

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan pemikiran akuntansi ( accounting thought) dibagi. dalam tiga periode: tahun 4000 SM 1300 M; tahun M, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah perkembangan pemikiran akuntansi ( accounting thought) dibagi dalam tiga periode: tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat serta persaingan global menuntut lulusan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat serta persaingan global menuntut lulusan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akuntansi yang sangat pesat serta persaingan global menuntut lulusan pendidikan akuntansi mempunyai kualitas atau

Lebih terperinci

Rencana pembangunan pendidikan jangka panjang ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi

Rencana pembangunan pendidikan jangka panjang ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Bab IV RENCANA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL JANGKA PANJANG TAHUN 2005-2025 Rencana pembangunan pendidikan jangka panjang ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi penentuan penekanan pelaksanaan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut. Keberhasilan perusahaan

Lebih terperinci

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Transformasi dan Pola Interaksi Elite Transformasi kekuasaan pada etnis Bugis Bone dan Makassar Gowa berlangsung dalam empat fase utama; tradisional, feudalism,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan oleh penulis Selain kesimpulan, diuraikan pula rekomendasi yang penulis berikan kepada beberapa pihak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daya Manusia yang baik merupakan kunci sukses tercapainya tujuan instansi.

BAB I PENDAHULUAN. Daya Manusia yang baik merupakan kunci sukses tercapainya tujuan instansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia pada hakekatnya merupakan salah satu modal dan memegang peranan penting dalam keberhasilan instansi. Pengelolaan Sumber Daya Manusia yang baik merupakan

Lebih terperinci

Good Governance. Etika Bisnis

Good Governance. Etika Bisnis Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep

Lebih terperinci

MENGGALI DUKUNGAN MASYARAKAT DALAM PROGRAM COP

MENGGALI DUKUNGAN MASYARAKAT DALAM PROGRAM COP MENGGALI DUKUNGAN MASYARAKAT DALAM PROGRAM COP Tujuan : 1. Memberi pemahaman dan pengetahun untuk menganalisa kekuatan yang ada di lingkungan masyarakat 2. Memberi pemahaman dan pengetahuan tentang potensi-potensi

Lebih terperinci

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS MORAL INTELLIGENCE Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah pertanahan di Indonesia telah berkembang menjadi

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah pertanahan di Indonesia telah berkembang menjadi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah pertanahan di Indonesia telah berkembang menjadi masalah Nasional yang senantiasa menjadi pusat perhatian masyarakat dari berbagai kalangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami ketertinggalan pembangunan selama beberapa dekade. Pada era otonomi daerah, kebijakan Otonomi Khusus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini dapat disimpulkan secara umum sebagai berikut: 1. Proses Komunikasi Politik Kepala Desa dengan Bajing. a. Komunikasi antar pribadi

BAB V PENUTUP. ini dapat disimpulkan secara umum sebagai berikut: 1. Proses Komunikasi Politik Kepala Desa dengan Bajing. a. Komunikasi antar pribadi BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan analisis data yang dibahas dalam laporan skripsi ini dapat disimpulkan secara umum sebagai berikut: 1. Proses Komunikasi Politik Kepala Desa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan negara. Di negara-negara maju, pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan negara. Di negara-negara maju, pendidikan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan dan kelangsungan suatu bangsa dan negara. Di negara-negara maju, pendidikan sangat diperhatikan sehingga banyak yang

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan di Tataran Empirik Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang dirumuskan dalam melihat ketahanan pasar nagari di Minangkabau dalam menghadapi ekonomi dunia/supra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akuntabilitas pengelolaan keuangan di daerah saat ini menyebabkan. membuat suatu laporan keuangan agar tidak menimbulkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. akuntabilitas pengelolaan keuangan di daerah saat ini menyebabkan. membuat suatu laporan keuangan agar tidak menimbulkan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pengetahuan masyarakat tentang transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan di daerah saat ini menyebabkan tantangan bagi pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama (Young:1959, dalam Soerjono

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang sangat kompleks. Kemiskinan dapat dilihat dari dua sudut, yaitu material dan kultural. Dua sudut pandang tersebut

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN INSTRUMEN PENELITIAN Dalam penelitian kali ini kami ingin mengetahui bagaimana dinamika struktur sosial yang ada di desa Wiyurejo dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Agar kami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam metodologi penelitian dijabarkan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian dan profil organisasi yang menjadi objek penelitian. Tahapan penelitian terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak lepas dari krisis ekonomi beberapa waktu lalu serangkaian kebijakankebijakan makro ekonomi telah diupayakan pemerintah bahkan banyak program kerja telah dilakukan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI 145120407111043 C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI Citra Diri : Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengembangan pemanfaatan sumberdaya energi non minyak saat ini sangat diperlukan, mengingat semakin tipisnya cadangan minyak bumi kita. Salah satu langkah yang ditempuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai kompetisi super ketat antarindividu, antarorganisasi dan bahkan antarbangsa, yang kemudian direspon dengan reformasi dalam berbagai

Lebih terperinci

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. VISI AKPER DIRGAHAYU PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. MISI AKPER DIRGAHAYU 1. MENYELENGGARAKAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI YANG BERKUALITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan dalam berbahasa di lingkungan masyarakat dan sekolah sangatlah penting, karena dengan bertutur dan berkomunikasi dengan santun dapat menjaga nilai diri sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai negara sedang berkembang masyarakatnya berada dalam katagori transisi. Masyarakat mulai bergeser dari pola kehidupan tradisional menuju ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, Polri sebagai salah satu organ pemerintahan dan alat negara penegak hukum mengalami beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendidikan nasional pada hakikatnya mencari nilai tambah melalui pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia atau kualitas manusia utuh jasmaniah rohaniah,

Lebih terperinci

Berawal dari kegelisahan tersebut kemudian pendiri mengemas gerakan melalui dua

Berawal dari kegelisahan tersebut kemudian pendiri mengemas gerakan melalui dua 9 B. KESIMPULAN Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) telah membawa perspektif baru dalam strategi advokasi. Kehadirannya atas kegundahan proses pelaksanaan pendidikan di Indonesia dalam pemerataan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin maju pada saat ini memacu

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin maju pada saat ini memacu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin maju pada saat ini memacu manusia untuk berpikir lebih maju pula. Dengan didorong perkembangan teknologi, manusia menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas tinggi yang dilakukan oleh seseorang di tengah masyarakat sering membuat kondisi tubuh dan pikiran lelah. Untuk mengatasi hal tersebut masyarakat mencari kegiatan

Lebih terperinci

PENDAHULAN. Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengadakan perubahan yang

PENDAHULAN. Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengadakan perubahan yang PENDAHULAN A. Latar Belakang Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengadakan perubahan yang berkesinambungan ke arah kemajuan yang lebih baik. Dengan pelaksanaan pembangunan yang dikerjakan, perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu ketat, menuntut perusahaan untuk terus membenahi diri melalui pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu ketat, menuntut perusahaan untuk terus membenahi diri melalui pengembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan perusahaan terus bertambah, sehingga persaingan antar perusahaan tidak dapat dihindari. Melihat iklim persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap mampu dalam suatu perusahaan maka dapat di pastikan akan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap mampu dalam suatu perusahaan maka dapat di pastikan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perusahaan menjalankan usahanya tidak terlepas dari faktor sumber daya manusia. Apabila faktor sumber daya manusia sudah dianggap mampu dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemuda merupakan suatu elemen yang sangat penting dalam memajukan suatu bangsa dan juga perubahan bangsa di era globalisasi saat ini. Generasi mudalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah berimplikasi pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris tentu menggantungkan masa depannya pada pertanian. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya penduduk Indonesia yang tinggal di perdesaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penggunaan asas ini memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci