IV. METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penentuan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive), karena secara umum dari delapan (8) daerah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara seluruhnya termasuk kriteria tahan pangan (Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, 2007). Pada satu kabupaten yang tahan pangan, tidak berarti semua kecamatan dan desa dalam kabupaten tersebut tahan pangan (Badan Ketahanan Pangan, 2007). Demikian juga di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), terdapat beberapa kecamatan dan desa yang rawan pangan. Sebagian besar rumahtangga di desa rawan pangan termasuk dalam kategori rawan pangan, namun terdapat juga beberapa rumahtangga yang tahan pangan. Demikian juga di kelurahan tahan pangan, sebagian besar rumahtangga termasuk kategori tahan pangan, namun terdapat juga beberapa rumahtangga rawan pangan. Kabupaten Konsel merupakan daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi di Sulawesi Tenggara, yaitu 230 jiwa per km 2. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan mulai bulan Februari - Maret Tahun Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Data primer bersumber dari hasil survei, melalui wawancara pada responden yang dipilih, yaitu suami dan isteri pada rumahtangga petani. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan. Daftar pertanyaan disusun sesuai dengan informasi atau variabel yang diperlukan.

2 82 Wawancara mendalam terhadap responden terpilih dilakukan oleh 9 (sembilan) orang enumerator secara serentak di semua desa yang menjadi lokasi penelitian pada minggu terakhir Bulan Februari 2009 sampai minggu pertama Bulan Maret 2009, agar data yang dikumpulkan berada pada rentang waktu yang relatif sama. Data sekunder bersumber dari beberapa instansi terkait, yaitu BPS Pusat Jakarta, Dewan Ketahanan Pangan Nasional, Departemen Kesehatan RI, Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Sultra, Kantor BPS Provinsi Sultra, Kantor BPM Provinsi Sultra, Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan, Kantor BP3KP Kabupaten Konsel dan dari beberapa publikasi lainnya Metode Pengambilan Contoh Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka responden yang diwawancarai adalah suami dan isteri dari rumahtangga petani. Umumnya petani di lokasi penelitian mengelola tanaman pangan, perkebunan dan perikanan (nelayan dan perikanan darat). Pada awalnya direncanakan akan dilakukan analisis secara terpisah berdasarkan jenis usahatani yang dikelola tersebut, karena diperkirakan akan ada perbedaan perilaku peran gender dalam usaha mencapai ketahanan pangan rumahtangga. Namun setelah pengambilan data di lapang, ternyata jarang sekali petani dan keluarganya yang mengelola satu jenis usahatani secara eksklusif. Dengan demikian, analisis tersebut tidak dilaksanakan karena nampaknya hasilnya akan bias. Kabupaten Konawe Selatan merupakan kabupaten yang memiliki 22 kecamatan (BPS Sultra, 2007b). Penelitian ini dilaksanakan di tiga kecamatan di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Provinsi Sultra, yang dipilih secara sengaja.

3 83 Pemilihan kecamatan sampel berdasarkan kriteria bahwa daerah tersebut adalah kecamatan rawan pangan dan tahan pangan. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan (BP3KP) Kabupaten Konsel (2008) menyebutkan bahwa Kecamatan Kolono dan Angata adalah dua kecamatan yang termasuk rawan pangan. Sedangkan Kecamatan Laeya yang merupakan daerah paling tahan pangan diantara kecamatan yang ada di Konsel, dipilih secara sengaja sebagai pembanding untuk daerah rawan pangan. Terdapat tiga indikator yang digunakan dalam pengelompokkan ini, yaitu (1) prevalensi gizi kurang pada Balita, (2) persentase keluarga miskin, dan (3) rasio produksi pangan beras terhadap kebutuhan pangan penduduk. Indikator ini hanya sebagian kecil dari ukuran yang digunakan secara nasional dan juga telah diadopsi oleh Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Sultra. Terdapat 12 indikator yang menggambarkan kinerja dari tiga sub-sistem ketahanan pangan, yang meliputi dimensi (1) ketersediaan pangan [indikatornya adalah rasio konsumsi per kapita normatif terhadap ketersediaan bersih komoditi padi (beras), jagung, umbi-umbian dan sagu], (2) akses terhadap pangan dan penghasilan [indikatornya ada empat : persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan (KK miskin), persentase KK yang bekerja < 15 jam/minggu, persentase KK yang tidak tamat sekolah dasar dan persentase KK yang tidak memiliki akses ke fasilitas listrik], dan (3) pemanfaatan dan penyerapan pangan [indikatornya ada tujuh, yaitu persentase wanita buta huruf, persentase rumahtangga yang tidak memiliki akses ke fasilitas kesehatan, persentase jumlah penduduk per dokter, persentase rumahtangga yang tidak memiliki akses ke air bersih, persentase Angka Harapan Hidup saat lahir, persentase anak Balita dengan

4 84 berat badan di bawah standar dan persentase Angka Kematian Bayi] (Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, 2007). Indikator-indikator tersebut baru dapat diterapkan pada level propinsi, sedangkan di tingkat kabupaten belum dapat diterapkan akibat terbatasnya data (daftar urutan kerawanan pangan 100 kabupaten di Indonesia ditampilkan dalam Lampiran 6). Pada saat ini, Kabupaten Konsel baru dalam tahap mengumpulkan berbagai data terkait untuk penyusunan Peta Kerawanan Pangan kabupaten indikatornya akan disesuaikan dengan acuan nasional seperti di atas. Informasi yang diberikan mengenai kecamatan dan desa-desa rawan pangan baru didasarkan pada 3 (tiga) indikator, yaitu (1) prevalensi gizi kurang pada Balita, (2) banyaknya keluarga miskin berdasarkan alasan ekonomi dan (3) rasio produksi pangan beras terhadap kebutuhan pangan penduduk (BP3KP Konsel, 2008). Dari data yang ada dan informasi dari BP3KP Kabupaten Konsel, yang termasuk kecamatan rawan pangan adalah Kecamatan Kolono, Angata dan Laonti. Dalam penelitian ini dipilih Kecamatan Kolono dan Angata, yang terletak di daratan Kendari. Pada saat penelitian sedang terjadi angin musim barat (ombak besar), sehingga sulit untuk mencapai Kecamatan Laonti yang dapat dicapai dengan naik kapal kayu. Sebagian masyarakat di Kecamatan Kolono adalah nelayan atau petambak (karena separuh daerah ini berbatasan langsung dengan lautan), disamping sebagai petani tanaman pangan dan pekebun. Sedangkan masyarakat di Kecamatan Angata umumnya berusahatani di bidang tanaman pangan, perkebunan dan perikanan darat. Disamping daerah-daerah rawan pangan, di Kabupaten Konawe Selatan terdapat beberapa kecamatan yang masuk kriteria tahan pangan, diantaranya

5 85 adalah Kecamatan Laeya, yang merupakan kecamatan paling tahan pangan. Pengambilan data di daerah tahan pangan dilakukan sebagai pembanding bagi kecamatan rawan pangan. Pada Kecamatan ini terdapat irigasi tehnis, yaitu Bendungan Laeya yang dibangun sejak Tahun 1970-an dan sekarang masih dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk areal persawahan di daerah ini. Dengan demikian tidak mengherankan jika beberapa desa/kelurahan di kecamatan ini masuk kriteria tahan pangan. Sebagian besar petani di Kecamatan Lainea adalah petani padi sawah, sehingga tidak mengherankan jika daerah ini termasuk lumbung beras untuk Kabupaten Konsel. Disamping tanaman padi, petani juga mengusahakan berbagai tanaman pangan lainnya seperti jagung, ubi, pisang dan sayuran, serta tanaman perkebunan seperti kakao dan lada. Untuk daerah rawan pangan dipilih 5 desa, yaitu tiga desa di Kecamatan Kolono (Desa Andinete, Matandahi dan Ngapawali), dan dua desa di Kecamatan Angata (Desa Sandarsi Jaya dan Lamooso). Untuk kecamatan tahan pangan, dipilih kelurahan Punggaluku dan Rambu-Rambu. Pada masing-masing desa/kelurahan yang dipilih tersebut, dilakukan pemilihan sampel dengan metode acak sederhana (simple random sampling), yaitu sebanyak 20 persen dari total populasi rumahtangga petani yang ada di masing-masing desa/kelurahan. Dengan demikian terdapat 75 rumahtangga contoh di Kecamatan Kolono, dengan perincian 20 rumahtangga di Desa Matandahi, 30 rumahtangga di Desa Andinete dan 25 rumahtangga di Desa Ngapawali. Untuk Kecamatan Angata, dipilih 71 rumahtangga contoh dengan perincian 42 rumahtangga di Desa Lamooso dan 29 rumahtangga di Desa Sandarsi Jaya. Dengan demikian, total rumahtangga contoh di desa-desa rawan pangan berjumlah 146. Kecamatan Laeya yang merupakan

6 86 daerah yang termasuk kategori tahan pangan di Kabupaten Konsel, dipilih sebanyak 54 rumahtangga contoh, yaitu 24 rumahtangga di Punggaluku dan 30 rumahtangga di Rambu-Rambu. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumahtangga petani (petani pangan, pekebun dan nelayan). Karena penelitian ini analisisnya dalam perspektif gender, maka rumahtangga sampel haruslah keluarga lengkap (ada suami dan isteri). Wawancara mendalam hanya dilakukan terhadap perempuan (isteri) dan laki-laki (suami), karena suami dan isteri merupakan pengambil keputusan utama dalam rumahtangga. Dengan demikian total responden yang diwawancarai berjumlah 400 orang dari 200 rumahtangga contoh (146 rumahtangga di daerah rawan pangan dan 54 rumahtangga di daerah tahan pangan) 1. Ringkasan mengenai jumlah rumahtangga contoh menurut desa rawan pangan dan tahan pangan disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Jumlah Rumahtangga Contoh Menurut Desa/Kelurahan Rawan Pangan dan Tahan Pangan di Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009 Kategori Desa/kelurahan Rawan Pangan Tahan Pangan Nama Kecamatan Nama Desa/ Kelurahan Contoh Jumlah Rumahtangga Sampel 2 Kolono Matandahi 20 Andinete 30 Ngapawali 25 Angata Lamooso 42 Sandarsi Jaya 29 Laeya Punggaluku 24 Rambu-Rambu 30 Jumlah 7 Desa/Kelurahan Dalam pengolahan data, karena ketidaklengkapan beberapa kuesioner, maka sebanyak enam kuesioner datanya tidak dimasukkan dalam analisis (hanya 194 yang digunakan) 2 Yang menjadi responden adalah suami (laki-laki) dan isteri (perempuan) dalam setiap rumahtangga contoh

7 87 Tabel di atas juga menunjukkan bahwa sebagian besar rumahtangga contoh di desa rawan pangan merupakan rumahtangga tidak tahan pangan (79), namun jumlah rumahtangga yang tahan pangan juga cukup banyak (65). Di daerah tahan pangan, rumahtangga yang terpilih dalam penelitian ini hampir seluruhnya merupakan rumahtangga tahan pangan (47), hanya ada tiga (3) rumahtangga yang tidak tahan pangan. Untuk mengetahui distribusi rumahtangga contoh yang masuk kriteria tidak tahan pangan dan tahan pangan pada setiap kategori desa/kelurahan rawan pangan dan tahan pangan, datanya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2. Distribusi Rumahtangga Contoh menurut Kriteria Tidak Tahan Pangan dan Tahan Pangan di Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009 Kategori Desa/ Kelurahan Rawan Pangan Tahan Pangan Jumlah Rumahtangga Tidak Tahan Pangan Jumlah Rumahtangga Tahan Pangan Jumlah Disamping data dari beberapa kuesioner yang tidak dimasukkan dalam analisis, beberapa variabel juga ada yang datanya tidak dimasukkan ke dalam analisis. Yang pertama adalah variabel konservatisme agama yang terdapat dalam model persamaan keputusan gender untuk bekerja atau tidak bekerja di luar usahatani. Variabel ini dihilangkan karena semua responden memberikan jawaban yang sama, sehingga tidak adanya variasi jawaban responden, yaitu bahwa agama apapun yang dianut (Islam, Kristen, Hindu) tak ada yang bersikap konservatif dalam hal boleh tidaknya perempuan dan atau laki-laki untuk bekerja atau

8 88 berusaha di luar rumah. Variabel lain yang dihilangkan adalah pengeluaran rumahtangga dalam model ketahanan pangan rumahtangga. Ini dilakukan karena banyaknya data pengeluaran rumahtangga responden yang tidak logis, atau tidak sebanding dengan penghasilan yang diperoleh rumahtangga. Selain hal di atas, juga terdapat variabel yang mengalami perubahan, yaitu (1) upah yang seharusnya menggambarkan harga tenaga kerja di pasar, namun dalam penelitian ini variabel upah tidak sepenuhnya menggambarkan hal tersebut. Hal ini dilakukan karena hanya beberapa responden yang bekerja di luar usahatani keluarga yang menerima pembayaran dalam bentuk upah, baik tunai maupun natura. Umumnya responden bekerja mandiri di sektor jasa, seperti menjadi tukang ojek, penambang emas, dan menjual di pasar. Variabel upah tersebut akhirnya menggambarkan rata-rata upah dan pendapatan per hari dari pekerjaanpekerjaan yang dilakukan perempuan dan laki-laki di luar usahatani keluarga, dan (2) jumlah produksi usahatani diganti dengan variabel pendapatan usahatani. Hal ini dilakukan karena terdapat beberapa responden, terutama untuk petani pangan yang menghasilkan padi ladang, ubi, jagung dan sayuran yang dikonsumsi sendiri, tidak dapat memberikan data jumlah produksi secara fisik (satuan output) yang dihasilkan dari usahataninya, tetapi dapat memberikan kisaran nilai jualnya Metode Analisis Model ekonometrika pada umumnya memiliki variabel dependen yang sifatnya kuantitatif, namun adakalanya variabel dependen tersebut bersifat kualitatif. Models of qualitative choice atau qualitative response (QR) models adalah model yang variabel dependennya melibatkan dua atau lebih pilihan kualitatif. Data kualitatif ini biasanya bersifat diskrit (discrete) atau jumlahnya

9 89 sedikit dan terbatas (limited). Data kualitatif dengan dua hasil (outcome/response) disebut binary atau dichotomous atau dummy variable. Jika tiga hasil disebut trichotomous variables dan selebihnya disebut polychotomous atau multinomial variables model (Anonim, 2009). Pada model yang variabel dependennya kuantitatif, tujuannya adalah untuk mengestimasi expected value atau mean value-nya dengan nilai regressor tertentu, sedangkan pada model yang variabel dependennya kualitatif, tujuannya adalah mengetahui probabilita dari suatu peristiwa akan terjadi, sehingga model QR sering juga disebut probability model (Gujarati, 2006). Jadi tujuan dari model ini adalah untuk menentukan probabilita seseorang dengan atribut/karakteristik tertentu akan membuat satu pilihan atas alternatif yang lain. Ada tiga pendekatan model probabilita untuk qualitative response yaitu: linear probability model, logit model, dan probit model (Anonim, 2009). Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis deskriptif (penggambaran fenomena) dan analisis kuantitatif dengan menggunakan model ekonometrika. Untuk menganalisis faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi keputusan perempuan dan laki-laki untuk mencari nafkah di luar usahatani keluarga, serta faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga petani digunakan qualitative dependent variable (QDV). Pendekatan ini dipilih karena variabel dependen yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah variabel dummy atau oleh Verbeek (2000) disebut sebagai pilihan biner atau dikotomi univariat, dimana ada dua pilihan diskrit yang diberi nilai 1 dan 0. Gujarati (2006) disamping menyebutnya sebagai variabel boneka, dalam literatur lainnya variabel ini disebut sebagai variabel indikator, biner, kategori atau

10 90 variabel dikotomi. Kennedy (1998) menjelaskan bahwa bila dependen variabel dibuat dalam nilai 0-1 dan diregresikan terhadap variabel penjelasnya, maka diharapkan nilai prediksi dari dependen variabel akan bernilai antara 0 dan 1. Ini berarti bahwa nilai prediksi tersebut harus diinterpretasikan sebagai peluang (probability) dipilihnya keputusan gender untuk mencari nafkah di luar usahatani keluarga, pada kondisi variabel penjelas tertentu. Demikian juga untuk model ketahanan pangan rumahtangga, nilai dependen variabel tersebut diartikan sebagai peluang rumahtangga petani untuk mencapai ketahanan pangan dengan dipengaruhi oleh variabel penjelas. Dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengadopsi kapas transgenik di Provinsi Sulawesi Selatan, Siregar (2004) menggunakan tiga alternatif model QDV, yaitu model logit, probit dan tobit. Perbedaan ketiga model tersebut terletak pada perbedaan asumsi dalam sebaran peluang variabel dependennya, yang sebenarnya tidak teramati (unobservable). Beberapa penelitian lain yang menggunakan model logit dalam analisis datanya adalah (1) Atmojo (1997) yang melakukan studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak Balita di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, (2) Widarti (1998), dengan tujuan penelitian untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi partisipasi perempuan menikah dalam pasar kerja di Jakarta, (3) Rahmawati et al. (1999) yang penelitiannya bertujuan untuk menganalisis perubahan konsumsi pangan dan bukan pangan pada keluarga miskin di perdesaan dan perkotaan di masa krisis ekonomi, (4) Tanziha et al. (2005) yang menganalisis mengenai determinan kelaparan di Provinsi Jawa Barat,

11 91 (5) Krisnatuti et al. (2006), yang penelitiannya bertujuan melihat pengaruh adanya program JPS terhadap status gizi Baduta di beberapa kabupaten di Indonesia, serta (6) Alvarez and Miles (Undated), yang meneliti tentang efek gender atas alokasi waktu untuk pekerjaan rumahtangga pada pasangan suami-isteri pekerja di Spanyol. Dalam penelitian ini digunakan model logit, suatu model yang digunakan untuk variabel dependen yang hanya memiliki 2 nilai (binary logit), bernilai peringkat atau skala (ordinal logit) maupun pengkategorian lebih dari dua nilai (multinomial logit). Regresi logit menggunakan asumsi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sebagai kurva S. Pada nilai variabel independen yang sangat rendah, variabel dependen mendekati nol, sedangkan pada variabel independen yang sangat tinggi, variabel dependen mendekati 1(asimtotik) [Wulung, 2007]. Menurut Kennedy (1998), model logit lebih umum digunakan oleh para peneliti, disamping mudah dalam estimasinya, juga kemungkinan alasan sejarah, yaitu biaya penghitungan yang murah (sebelum ditemukannya software modern). Model logit dinyatakan berikut ini : ln[p/(1-p)] = α + βx + e...(2) dimana : p p/(1-p) ln[p/(1-p)] = peluang terjadinya Y, p(y=1) = odds ratio = log odds ratio, atau disebut juga sebagai logit Model logit memiliki distribusi kumulatif yang berdasarkan distribusi logistik yang bentuknya seperti huruf S (Cramer, 2003), seperti yang dilukiskan pada Gambar 11. Kurva sigmoid pada gambar tersebut menunjukkan titik-titik

12 92 (traced) fungsi logistik (logit). Sebagai akibat dari bentuk distribusi tersebut, maka nilai peluang gender untuk mengambil keputusan mencari nafkah di luar usahatani keluarga, serta peluang untuk mencapai ketahanan pangan rumahtangga, dapat ditentukan sebagai berikut : ln[pi/(1-pi)] = α + βx + ei...(3) dimana Pi ialah nilai variabel dependen yang nilainya berkisar dari 0 sampai dengan 1. Sumber : Cramer, 2003 Gambar 11. Kurva Logistik P(Z) Untuk mengestimasi koefisien model pada persamaan-persamaan ekonometrika yang distribusi kumulatifnya non linear, digunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Fungsi likelihood (L) mengukur kemungkinan nilai dari sekumpulan dependen variabel yang diobservasi (p1, p2,..., pn) yang terjadi dalam sampel : L = Prob (p1* p2*... * pn)

13 93 Nilai tertinggi dari L, merupakan peluang terbesar dari observasi p dalam sampel. MLE memerlukan koefisien (α, β) yang merupakan hasil estimasi, yang membuat log dari fungsi likelihood (LL < 0) sebesar mungkin, atau memperoleh koefisien yang membuat log dari fungsi likelihood (-2LL) sekecil mungkin. Estimasi maximum likelihood diselesaikan dengan kondisi seperti berikut ini : {Y - p(y=1)}xi = 0, untuk semua observasi : i = 1,, n. Dari fungsi ln[p/(1-p)] = α + βx + e diperoleh nilai koefisien dari slope (β) yang diinterpretasikan sebagai laju dari perubahan log odds akibat perubahan variabel-variabel X. Nilai ini tidak begitu berguna. Dari fungsi p = 1/[1 + exp(-α - β X)], diperoleh Marginal Effect (ME) dari perubahan X atas peluang seperti berikut ini : Μp/ΜX = f(β X) β...(4) Interpretasi dari koefisien logit selalu disebut secara intuitif sebagai odds ratio, karena [p/(1-p)] = exp(α + βx), dimana exp(β) adalah efek dari variabel independen atas odds ratio Peran Gender, Kegiatan, dan Alokasi Waktu Untuk menjawab tujuan pertama penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap jenis kegiatan dan alokasi waktu perempuan dan laki-laki dalam kegiatan produktif, reproduktif dan leisure, yang akan dianalisis secara deskriptif kualitatif berdasarkan konsep analisis gender dalam rumahtangga yang dikemukakan Ellis (1988). Dalam penelitian ini analisis dilakukan terhadap semua kegiatan yang dilakukan perempuan dan laki-laki selama 24 jam, yang meliputi kegiatan (1) dalam usahatani keluarga, (2) pertanian di luar usahatani keluarga, (3) pekerjaan rumahtangga, (4) leisure, dan (5) istirahat. Dengan analisis seperti ini akan diketahui

14 94 seluruh alokasi waktu oleh perempuan dan laki-laki serta untuk kegiatan apa saja. Dari hasil ini juga akan diketahui apakah terjadi ketimpangan gender atau tidak. Studi tentang alokasi atau penggunaan waktu pada dasarnya memiliki satu fokus, yaitu mempelajari frekuensi dan durasi kegiatan manusia (Stinson, 1999). Terdapat banyak metode untuk menghitung alokasi waktu tersebut. Salah satunya adalah dengan mencatat semua aktivitas yang dilakukan contoh penelitian selama 24 jam dalam sehari semalam, mulai dari bangun pagi hari ini hingga bangun lagi esok harinya Analisis Keputusan Gender dalam Pasar Tenaga Kerja Beberapa penelitian terkait partisipasi gender di pasar tenaga kerja telah dilakukan, antara lain analisis mengenai faktor-faktor penentu partisipasi perempuan menikah di pasar tenaga kerja di Jakarta yang telah dilakukan Widarti (1998). Sejalan dengan itu, Rachman et al. (1988) telah meneliti tentang faktorfaktor penentu curahan kerja ibu rumahtangga di perdesaan, sedangkan Koesoemowidjojo (2000) menganalisis faktor-faktor penentu alokasi waktu isteri di sektor publik. Beberapa studi di mancanegara, seperti Emran et al. yang fokus pada determinan intangible dari kaitan antar generasi dalam partisipasi pada pekerjaan di luar usahatani. Paternostro dan Sahn (1999) melakukan studi untuk memahami fungsi pasar tenaga kerja di Rumania, dengan fokus untuk memahami penentu upah secara umum dan secara luas tentang diskriminasi upah berdasar gender. Newman dan Canagarajah (2000) meneliti pentingnya aktivitas di luar usahatani, karena dengan cepat dapat menurunkan tingkat kemiskinan di perdesaan Uganda dan Ghana, terutama bagi bagi kepala keluarga perempuan yang bekerja di luar usahatani (merupakan aktivitas sekunder).

15 95 Dengan melakukan modifikasi sesuai referensi yang telah dikaji, serta disesuaikan dengan tujuan penelitian ini, maka untuk menjawab tujuan kedua dalam penelitian ini, yaitu terkait faktor-faktor penentu keputusan gender untuk bekerja di luar usahatani keluarga, digunakan model persamaan berikut : (5) (6) dimana : Y P = f (D P, SD P, KRT, D 1 )... Y L = f (D L, SD L, KRT, D 2 )... Y p = Keputusan perempuan untuk bekerja di luar usahatani keluarga (ya=1, lainnya=0) Y L = Keputusan laki-laki untuk bekerja di luar usahatani keluarga (ya=1, lainnya=0) SD P = Vektor variabel sosiodemografi perempuan SD L = Vektor variabel sosiodemografi laki-laki KRT = Vektor variabel karakteristik rumahtangga D 1, D 2 = Variabel dummy pembeda lokasi penelitian Variabel-variabel sosiodemografi perempuan dan laki-laki meliputi usia saat penelitian, usia ketika menikah pertama, pendidikan, pendapatan masingmasing gender, pendapatan bersama gender, dummy ada tidaknya keterampilan yang dimiliki, dan dummy kesempatan kerja. Sedangkan variabel karakteristik rumahtangga meliputi pendapatan/kapita, jumlah anak berumur < 10 tahun, dan ukuran rumahtangga. Model ekonometrika persamaan keputusan perempuan dan laki-laki untuk bekerja (dan atau berusaha) di luar usahatani keluarga disajikan berikut ini : (1) Model keputusan perempuan K Pn = a 0 + a 1 PddP n + a 2 PddL n + a 3 KETp n + a 4 Ymis n + a 5 UMp1 n +

16 96 (7) a 6 DA n + a 7 D 1n + u Koefisien regresi yang diharapkan : a 1, a 2, a 3, a 4, a 7 > 0; a 5, a 6 < 0 dimana : K Pn = Dummy keputusan perempuan untuk bekerja di luar usahatani keluarga (ya=1, lainnya=0) PddP n = Pendidikan perempuan (tahun) PddL n = Pendidikan laki-laki (tahun) KETp n = Dummy memiliki keterampilan tertentu (ada=1; tidak ada=0) Ymis n = Dummy keluarga masuk garis kemiskinan atau tidak (Bila pendapatan/kapita rumahtangga > Rp.182,000/bulan=1, bila Rp.182,000/bulan 3 =0) UMpn1 n = Dummy umur saat menikah (UMpn1=1 bila menikah ketika usia < 19 tahun dan Lainnya=0) DA n = Jumlah anak berumur < 10 tahun di rumah (jiwa) D 1n = Dummy pembeda desa tahan pangan dan rawan pangan (Desa tahan pangan=1, desa rawan pangan=0) = Error term u l (2) Model keputusan laki-laki (8) K Ln = b 0 + b 1 Ykap n + b 2 Ul n + b 3 UM ln + b 4 DKK ln + b 5 KETl n + b 6 D 2n + u Koefisien regresi yang diharapkan : b 1, b 2, b 3, b 4, b 5, b 6 > 0 dimana : K Ln = Dummy keputusan laki-laki untuk bekerja di luar usahatani keluarga (ya=1, lainnya=0) Ykap n = Pendapatan/kapita (Rp/orang/tahun) Ul n = Umur laki-laki saat penelitian (tahun) UM Ln = Umur saat menikah (tahun) DKK Ln = Dummy kesempatan kerja laki-laki (1 = ada; 0 = tidak ada) KETl n = Dummy memiliki keterampilan tertentu (ada=1; tidak ada=0) D 2n = Dummy pembeda desa tahan pangan dan rawan pangan (Desa tahan pangan=1, desa rawan pangan=0) = Error term u 2 3 Garis kemiskinan versi BPS = Rp /bulan/orang

17 Pencapaian Ketahanan Pangan Rumahtangga dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Untuk mengukur pencapaian ketahanan pangan, berbagai indikator dapat digunakan. Menurut Hardinsyah (2007) ukurannya bisa kuantitatif maupun kualitatif. Ukuran kuantitatif yang meliputi (1) kecukupan energi rumahtangga, (2) tingkat kecukupan energi, (3) keanekaragaman makanan, dan (4) persen pengeluaran untuk pangan sangat kompleks dan tidak aplikatif bagi pemantauan situasi ketahanan (kerawananan) pangan di masyarakat. Dalam hal ini, diperlukan ukuran kualitatif yang lebih sederhana, tetapi tetap bermakna memberikan gambaran sesungguhnya yang terjadi dalam masyarakat. Haddad et al. (1994) mengemukakan bahwa indikator ketahanan pangan dan gizi tradisional seperti kecukupan kalori dan antropometrik, sulit digunakan dan diinkorporasikan ke sistem monitoring dan evaluasi yang ada, Susanto (1987) juga menyebutkan bahwa tidak mudah memperoleh informasi tentang konsumsi pangan keluarga dan individu. Sanjur (1982) dalam Susanto (1987) menegaskan bahwa dari banyak cara untuk mengukur konsumsi pangan keluarga dan individu, tidak ada satu carapun yang bebas dari penyimpangan. Selanjutnya Haddad et al. (1994) menegaskan bahwa penggunaan indikator ketahanan pangan yang lebih sederhana (simple) bisa mempunyai performansi yang bagus, hemat dalam biaya dan waktu, berpotensi lebih friendly, asal disesuaikan dengan keadaan lokasi penelitian dan ini perlu diujikan pada lokasi yang lebih luas. Adi et al. (1999) menyebutkan bahwa salah satu indikator ketahanan pangan kualitatif adalah frekuensi makan.

18 98 Dalam penelitian ini, indikator ketahanan pangan yang digunakan adalah frekuensi makan anggota keluarga dalam sehari, bila paling tidak dapat makan tiga kali sehari, maka rumahtangga tersebut termasuk tahan pangan. Sedangkan bila frekuensi makan dalam sehari hanya dua kali atau kurang, maka rumahtangga tersebut tidak tahan pangan. Beberapa penelitian yang menggunakan frekuensi makan sebagai salah satu indikator ketahanan pangan dalam rumahtangga antara lain dilakukan oleh Madanijah et al. (2006), Sa diyyah dan Briawan (1999), serta Tim Penelitian Ketahanan Pangan dan Kemiskinan dalam Konteks Demografi (Undated). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga adalah pendidikan laki-laki, pendidikan perempuan, ukuran rumahtangga, pendapatan laki-laki dari luar usahatani keluarga, pendapatan perempuan dari luar usahatani keluarga, pendapatan bersama perempuan dan laki-laki dari luar usahatani keluarga, pendapatan usahatani, dan dummy pembeda desa tahan pangan dan rawan pangan. Model ekonometrika persamaan ketahanan pangan rumahtangga petani dirumuskan berikut ini : KP n = c 0 + c 1 PddL n + c 2 PddP n + c 3 URT n + c 4 Elnutkel n + c 5 Epnutkel n + c 6 Eplnutkel n + c 7 YUT n + c 8 D 3n + u 3... (9) Koefisien regresi yang diharapkan : c 1, c 2, c 4, c 5, c 6, c 7, c 8 > 0; c 3, < 0 dimana : KP n = Dummy ketahanan pangan rumahtangga petani (Tahan pangan=1, lainnya=0) PddL n = Pendidikan laki-laki (tahun) PddP n = Pendidikan perempuan (tahun) URT n = Ukuran rumahtangga (jiwa)

19 99 Elnutkel n = Pendapatan laki-laki dari luar usahatani keluarga (Rp/tahun) Epnutkel n = Pendapatan perempuan dari luar usahatani keluarga (Rp/tahun) Eplnutkel n = Pendapatan bersama perempuan dan laki-laki dari luar usahatani keluarga (Rp/tahun) YUT n = Pendapatan usahatani keluarga (Rp/tahun) D 3n = Dummy pembeda desa tahan pangan dan rawan pangan (Desa tahan pangan=1, desa rawan pangan=0) u 3 = Error term n = Responden (1, 2,...n) 4.5. Konsep Operasional Pengertian dari beberapa konsep yang digunakan, disajikan berikut ini : 1. Dalam penelitian ini kata keluarga dan rumahtangga dipertukarkan penggunaannya. Keduanya menunjukkan suatu unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terikat oleh adanya suatu hubungan perkawinan, darah atau adopsi, maupun yang tidak ada hubungan seperti itu, tetapi tinggal serumah dan keperluan hidupnya menjadi tanggung jawab kepala keluarga tersebut. 2. Gender adalah pembedaaan perempuan dan laki-laki dilihat dari sifat, peran dan tanggung jawab yang sepantasnya dilakukan laki-laki maupun perempuan, yang ada dan berlaku dalam budaya masyarakat Kabupaten Konawe Selatan, bukan berdasarkan perbedaan biologis diantara keduanya. Dalam penelitian ini, analisis gender hanya dilakukan untuk suami dan isteri dalam setiap rumahtangga responden. Perempuan dan laki-laki lainnya dalam rumahtangga (anak dan anggota keluarga lainnya), tidak menjadi responden dalam penelitian ini.

20 Bentuk peran gender dalam penelitian ini adalah alokasi waktu dan sumbangan pendapatan suami dan isteri dari kegiatan produktif dan reproduktif. 4. Kesetaraan gender adalah kondisi kesetaraan dalam peran, fungsi dan tanggung jawab dalam rumahtangga oleh suami dan isteri di Kabupaten Konsel. 5. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. 6. Daerah Rawan Pangan adalah suatu daerah atau wilayah yang secara terus menerus atau secara periodik diamati, ditemu-kenali mengalami masalah kerawanan pangan. Dalam penelitian ini, pembedaan kecamatan dan desa rawan pangan berdasarkan pada kriteria (1) prevalensi gizi kurang pada Balita, (2) persentase keluarga miskin, dan (3) rasio produksi pangan beras terhadap kebutuhan pangan penduduk. Dalam penelitian ini istilah daerah atau rumahtangga rawan pangan disamakan artinya dengan istilah tidak tahan pangan, sehingga penggunaannya dipertukarkan. 7. Kerawanan pangan adalah kondisi masyarakat atau rumahtangga di suatu daerah/wilayah yang tingkat ketersediaan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian besar masyarakat. 8. Umur perempuan (Up) dan laki-laki (Ul) adalah usia respoden perempuan dan laki-laki pada saat penelitian (tahun). 9. Umur saat menikah untuk perempuan (UMp) dan laki-laki (Uml) adalah usia responden perempuan dan laki-laki saat pertama kali menikah (tahun),

21 101 dibagi dalam dua kelompok umur yaitu bila menikah pada usia 19 tahun=1, lainnya=0; bila usia di atas 19 tahun=1, lainnya=0). 10. Pendidikan responden perempuan (PddP) dan laki-laki (PddL) adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai perempuan dan laki-laki (tahun). 11. Pendapatan/kapita (Ykap) adalah jumlah pendapatan/kapita yang diperoleh anggota rumahtangga dalam setahun (Rp/kapita/tahun). 12. Dummy pendapatan pada garis kemiskinan (Ymis) adalah variabel yang menunjukkan apakah pendapatan rata-rata yang diperoleh rumahtangga berada pada garis kemiskinan atau tidak (bila Rp =1, lainnya=0). 13. Adanya anak di rumah yang berusia < 10 tahun (DA) adalah jumlah anak dalam rumahtangga yang berumur di bawah 10 tahun (jiwa). 14. Dummy keterampilan (KET) menunjukkan ada-tidaknya keterampilan khusus yang dimiliki responden yang memudahkannya untuk mencari pekerjaan (ada=1, tidak ada=0). 15. Dummy ketahanan pangan rumahtangga (KP) diukur dari indikator konsumsi (dampak langsung) anggota rumahtangga, yaitu frekuensi makan anggota rumahtangga petani dalam sehari. Bila dapat makan paling tidak 3 kali dalam sehari=tahan pangan, bila kurang dari itu=tidak tahan pangan (tahan pangan=1, lainnya=0). 16. Dummy keputusan perempuan untuk bekerja di luar usahatani keluarga (KP) merupakan variabel yang menggambarkan apakah perempuan berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan ekonomi di luar usahatani keluarga atau tidak (berpartisipasi=1, tidak berpartisipasi=0).

22 Dummy keputusan laki-laki untuk bekerja di luar usahatani keluarga (KL) merupakan variabel yang menggambarkan apakah laki-laki berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan ekonomi di luar usahatani keluarga atau tidak (berpartisipasi=1, tidak berpartisipasi=0). 18. Pendapatan usahatani (YUT) adalah jumlah pendapatan bersih yang diperoleh rumahtangga dari aktivitas usahatani keluarga (Rp/tahun). 19. Frekuensi makan adalah seberapa seringnya rumahtangga melakukan kegiatan konsumsi pangan secara lengkap (idealnya pada setiap saat makan tersebut tersedia pangan sumber karbohidrat, protein, lemak dan vitamin). Ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada saat makan paling tidak terdapat sumber karbohidrat, protein dan lemak. Frekuensi makan normal di Konawe Selatan adalah tiga kali sehari, yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam. 20. Pendapatan gender (gender income) 4 atau penghasilan gender (gender earning) adalah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh perempuan atau laki-laki dari kegiatan produktif yang dilakukan. 21. Pendapatan perempuan dari luar usahatani keluarga (Epnutkel) adalah jumlah pendapatan perempuan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi di luar usahatani keluarga (Rp/tahun). 22. Pendapatan laki-laki dari luar usahatani keluarga (Elnutkel) adalah jumlah pendapatan laki-laki yang diperoleh dari aktivitas ekonomi di luar usahatani keluarga (Rp/tahun). 4 Penggunaan istilah gender income antara lain dapat dibaca pada tulisan A. Svenning (2006), sedangkan istilah gender earning antara lain dapat dibaca pada tulisan Y. Chu Ng (2006), C. Weinberger and P. Kuhn (2006), dan P. Rice (1999).

23 Pendapatan bersama gender dari luar usahatani keluarga (Eplnutkel) adalah jumlah pendapatan perempuan dan laki-laki yang diperoleh dari aktivitas ekonomi yang dilakukan bersama di luar usahatani keluarga (Rp/tahun). 24. Ukuran rumahtangga (URT) adalah banyaknya anggota rumahtangga yang tinggal bersama di bawah satu atap dan pemenuhan semua kebutuhannya menjadi tanggung jawab keluarga tersebut, termasuk kepala keluarga (jiwa). 25. Dummy desa (D) adalah variabel pembeda untuk desa tahan pangan dan desa rawan pangan (desa tahan pangan=1, desa rawan pangan=0) 26. Dummy kesempatan kerja perempuan (DKKp) dan laki-laki (DKKl) merupakan pendapat subyektif perempuan dan laki-laki tentang ada tidaknya kesempatan kerja di daerahnya (ada=1; lainnya=0). 27. Reproduksi sosial adalah cara suatu masyarakat, baik dalam aspek sosial maupun ekonomi, untuk memperbaharui diri sepanjang waktu. Aktivitas reproduksi sosial dalam penelitian ini meliputi : (1) reproduksi biologis, yaitu aktivitas perawatan dan pemberian nutrisi awal pada anak (hamil dan menyusui), (2) reproduksi generasional, yaitu aktivitas seperti pemeliharaan anak, membesarkan, mensosialisasikan, serta mendidik anak, dan (3) reproduksi harian, yaitu aktivitas perempuan dan laki-laki terkait dengan penyelenggaran kelangsungan rumahtangga, seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan makanan untuk ke sawah atau ke kebun, mencari air, dan mencari sayuran di kebun. 28. Aktivitas produksi dapat diklasifikasikan menjadi : (1) produksi langsung (produk akhir untuk konsumsi keluarga), meliputi pengolahan makanan seperti menumbuk padi dan membuat pakaian, (2) aktivitas non-farm income

24 104 earning, yaitu produksi rumahtangga berupa kerajinan tangan atau produkproduk lain beserta pemasarannya di luar aktivitas pertanian, menjual makanan yang dimasak sendiri. Dalam kelompok ini juga termasuk usaha mandiri yang dilakukan responden, seperti membuat atap, mendulang emas, berjualan sembako di rumah (kios) atau di pasar, menjual sayur di pasar, menjual asesoris di pasar, tukang ojek motor, menjual sayur keliling, dan membuat bata merah, (3) aktivitas usahatani keluarga (on-farm activities), antara lain menyiapkan lahan, menyemai, memupuk, memanen, mencari ikan ke laut dan danau, dan (4) aktivitas off-farm wage labor, yaitu berburuh di usahatani milik tetangga, buruh nelayan, buruh panjat kelapa, guru sekolah, buruh bangunan, tukang pijit, menjaga kios, SATPAM dan guru mengaji. 29. Aktivitas dalam usahatani keluarga (on-farm activities) adalah pekerjaanpekerjaan yang dilakukan perempuan dan laki-laki di dalam usahatani keluarga (ladang, kebun, sawah, nelayan laut, nelayan air tawar), seperti menyiapkan lahan, menyemai, memupuk, memanen, menyiapkan alat pancing, mencari ikan ke laut dan danau. 30. Aktivitas pertanian di luar usahatani keluarga (off-farm avtivities) adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan perempuan dan laki-laki di luar usahatani keluarga, seperti menjadi buruh di sawah milik tetangga, buruh nelayan, dan buruh panjat kelapa. 31. Aktivitas ekonomi di luar pertanian (non-farm activities) adalah aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki di luar sektor pertanian, yang mendapatkan pendapatan berupa uang tunai, seperti

25 105 membuka kios, menjual makanan yang dimasak sendiri, membuat atap, mendulang emas, berjualan sembako di rumah (kios) atau di pasar, menjual sayur di pasar, menjual asesoris di pasar, tukang ojek motor, menjual sayur keliling, dan membuat bata merah. 32. Aktivitas dalam rumahtangga (housework, domestic activities) adalah keseluruhan aktivitas reproduksi sosial yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki di dalam rumahtangga, seperti perawatan dan pemberian nutrisi awal pada anak, pemeliharaan anak, membesarkan anak, memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan makanan untuk ke sawah atau ke kebun, mencari air, dan mencari sayuran di kebun. 33. Aktivitas waktu luang (leisure) adalah aktivitas pribadi dan peranan sosial yang dilakukan perempuan dan laki-laki. Dalam penelitian ini, aktivitas waktu luang responden meliputi nonton TV, mandi, makan, sholat, berkunjung kerumah saudara, menjenguk saudara di rumah sakit, pergi ke hajatan, bercerita (ngobrol) dengan keluarga atau tetangga. 34. Istirahat merupakan aktivitas di luar kegiatan reproduksi dan produksi yang harus dilakukan responden. Dalam penelitian ini meliputi tidur dan sakit. 35. Kegiatan ekonomi adalah aktivitas yang dilakukan perempuan dan laki-laki yang menghasilkan pendapatan, baik tunai maupun natura.

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PERAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN GENDER UNTUK BEKERJA DI LUAR USAHATANI KELUARGA

VI. ANALISIS PERAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN GENDER UNTUK BEKERJA DI LUAR USAHATANI KELUARGA VI. ANALISIS PERAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN GENDER UNTUK BEKERJA DI LUAR USAHATANI KELUARGA Dalam bagian ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis peran

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN, USAHATANI DAN LATAR BELAKANG SOSIODEMOGRAFI RESPONDEN

V. KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN, USAHATANI DAN LATAR BELAKANG SOSIODEMOGRAFI RESPONDEN V. KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN, USAHATANI DAN LATAR BELAKANG SOSIODEMOGRAFI RESPONDEN Karakteristik suatu wilayah, akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan wilayah tersebut. Suatu daerah yang memiliki

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI Pangan (dan gizi) merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan, khususnya dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya

Lebih terperinci

Kata kunci : alokasi waktu, gender, pendapatan, ketahanan pangan

Kata kunci : alokasi waktu, gender, pendapatan, ketahanan pangan Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 ALOKASI WAKTU GENDER, SUMBER PENDAPATAN DAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI DI DAERAH RAWAN PANGAN Sitti Aida Adha Taridala 1) dan Darwis

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi

IV. METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi 59 IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi Hutan Persada (MHP) yang terletak Propinsi Sumatera Selatan. Penentuan lokasi ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara bertujuan untuk mewujudkan kehidupan seluruh masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Input Produksi dan Pasar Tenaga Kerja Salah satu aspek yang digunakan dalam mengukur kinerja ekonomi adalah seberapa efektif suatu perekonomian menggunakan

Lebih terperinci

GENDER DAN KETAHANAN PANGAN : SUATU KAJIAN PADA RUMAHTANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

GENDER DAN KETAHANAN PANGAN : SUATU KAJIAN PADA RUMAHTANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA GENDER DAN KETAHANAN PANGAN : SUATU KAJIAN PADA RUMAHTANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sitti Aida Adha Taridala Jurusan/Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. SDKI merupakan survei yang dilaksanakan oleh badan pusat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 24 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif analitis. Metode deskriptif memusatkan perhatian pada pemecahan

Lebih terperinci

VI. METODE PENELITIAN

VI. METODE PENELITIAN VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN GENDER DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS PERAN GENDER DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Peran Gender dalam Pencapaian Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (S.A.A. Taridala et al.) ANALISIS PERAN GENDER DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional dalam penelitian ini mencakup seluruh definisi yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di enam kelurahan di Kota Depok, yaitu Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Tapos, Kelurahan Beji, Kelurahan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Danny Nur Febrianica 115020107111012 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL 1 PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL Uaies Qurnie Hafizh, Vita Ratnasari Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup seluruh definisi yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup seluruh definisi yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup seluruh definisi yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Sistem Integrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatau metode penelitian dalam meneliti status sekelompok manusia,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel 37 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Penelitian ini menggunakan model regressi logistik ordinal untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara agraris yang mana sebagian besar dari penduduknya bekerja disektor pertanian. Namun, sektor pertanian ini dinilai belum mampu

Lebih terperinci

dimana: n1= jumlah sampel dalam tiap kecamatan

dimana: n1= jumlah sampel dalam tiap kecamatan IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kota Bogor merupakan kota

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

III. METODELOGI PENELITIAN. sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat 41 III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode survei menurut Singarimbun dan Effendi (1995) adalah penelitian yang mengambil sampel dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2009-Juni 2009 di beberapa wilayah terutama Jakarta, Depok dan Bogor untuk pengambilan sampel responden

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Daerah yang menjadi analisis studi ini adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mencakup 19 kabupaten dan kota. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mengenai persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka 21 KERANGKA PEMIKIRAN Ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik rumahtangga (meliputi ukuran rumahtangga, pendidikan kepala dan ibu rumahtangga, dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis.

METODE PENELITIAN. untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan cakupan makna yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2013, pengambilan sampel sudah dilaksanakan di Pantai Patra Sambolo, Kecamatan Anyer Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian adalah Desa

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: 978-602-18962-9-7 KETAHANAN PANGAN: SUATU ANALISIS KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP KEBUTUHAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN GAYO LUES Siti Wahyuni 1)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis yang berhubungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Agroforestri adalah sistem manajemen sumberdaya alam yang bersifat dinamik dan berbasis ekologi, dengan upaya mengintegrasikan pepohonan dalam usaha pertanian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha mencukupi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo,

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo, 49 III. METODELOGI PENELITIAN A. Metodelogi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, dengan menggunakan metode survei. Penelitian Survei adalah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA 18 Hayatul Rahmi 1, Fadli 2 email: fadli@unimal.ac.id ABSTRAK Pengambilan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan 64 III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei. Metode survei merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan langsung terhadap gejala

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui

III. METODE PENELITIAN. PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui 41 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang selanjutnya disingkat PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan. Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan alokasi waktu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika KERANGKA PEMIKIRAN Pangan rekayasa genetika merupakan produk hasil pencangkokan dari satu gen ke gen yang lain. Pangan rekayasa genetika juga merupakan suatu produk yang mempunyai kemampuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu :

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Salah satu yang mempengaruhi kualitas penelitian adalah kualitas data yang dikumpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercapai. Metode yang nantinya akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. tercapai. Metode yang nantinya akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Yang Digunakan Setiap penelitian yang akan dilakukan, terlebih dahulu harus ditentukan jenis penelitian dan metode yang akan digunakan sehingga tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Januari 2012 hingga 20 Februari 2012 pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Cibungbulang. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Loyalitas Konsumen Terhadap Susu Formula Laktogen merupakan penelitian yang dilaksanakan di kota Bogor. Penelitian ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di 40 III. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di lapangan dan menggunakan kuisioner, dengan populasi petani kopi di Kabupaten Lampung Barat. Secara rinci

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK Latar Belakang Katarak Indonesia Klinik

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor: 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep usahatani Soekartawi (1995) menyatakan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA

5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA 5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA 5.1 Determinan Ketahanan Pangan Regional Analisis data panel dilakukan untuk mengetahui determinan ketahanan pangan regional di 38 kabupaten/kota

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketersediaan Pangan Ketersediaan (food availabillity) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang 64 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS)

Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS) Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS) Author: Junaidi Junaidi 1. Pengantar Salah satu persyaratan dalam mengestimasi persamaan regresi dengan metode OLS (Ordinary Least Square)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memilih sampel seluruh perusahaan di BEI periode adalah karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memilih sampel seluruh perusahaan di BEI periode adalah karena 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013. Alasan penulis

Lebih terperinci