Kata kunci : alokasi waktu, gender, pendapatan, ketahanan pangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci : alokasi waktu, gender, pendapatan, ketahanan pangan"

Transkripsi

1 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 ALOKASI WAKTU GENDER, SUMBER PENDAPATAN DAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI DI DAERAH RAWAN PANGAN Sitti Aida Adha Taridala 1) dan Darwis 2) 1) Jurusan/PS Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendar HP : ; aidataridala@yahoo.com 2) Jurusan/PS Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo Kendari Sultra ABSTRAK Sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada, bekerja dalam usahatani merupakan pilihan pekerjaan yang paling dominan di daerah perdesaan, baik oleh lakilaki maupun perempuan. Peran gender dalam pekerjaan usahatani, kegiatan reproduktif, dan banyak kegiatan produktif lainnnya sangat menentukan pencapaian ketahanan pangan rumahtangga. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui peran perempuan dan laki-laki dalam sektor produktif, reproduktif, dan aktivitas lainnya, terutama dalam pencapaian ketahanan pangan rumahtangga petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) alokasi waktu berdasar gender, serta (2) sumber pendapatan dan keadaaan ketahanan pangan rumahtangga petani di daerah rawan pangan. Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) dalam rumahtangga petani, laki-laki lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk bekerja di dalam usahatani keluarga, sedangkan perempuan lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk pekerjaan dalam rumahtangga; dan alokasi waktu kerja perempuan untuk aktivitas di luar usahatani keluarga maupun di luar pertanian lebih kecil dibandingkan laki-laki, serta (2) hasil usahatani merupakan sumber pendapatan terbesar rumahtangga dan lebih dari setengah responden rumahtangga di daerah rawan pangan berada dalam keadaan tidak tahan pangan. Kata kunci : alokasi waktu, gender, pendapatan, ketahanan pangan PENDAHULUAN Daerah-daerah yang termasuk dalam kategori rawan pangan umumnya memiliki berbagai keterbatasan, khususnya sarana dan prasarana transportasi, serta rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Berbagai keterbatasan ini menyebabkan munculnya berbagai kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya pangan. Keadaan ini memicu munculnya kerawanan pangan di kalangan masyarakat. Meskipun memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah yang menghasilkan beberapa produksi pertanian primer, namun keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki menyebabkan sulitnya akses pasar bagi produk yang dihasilkan. Disisi lain, keterbatasan infrastruktur juga menyebabkan mahalnya harga-harga barang kebutuhan masyarakat yang didatangkan dari luar desa. Kerawanan pangan merupakan masalah multi-dimensional dan secara umum dapat diartikan sebagai kondisi suatu masyarakat atau rumahtangga di suatu daerah/wilayah yang tingkat ketersediaan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian masyarakat.

2 Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Kondisi tersebut dapat terjadi pada daerah/wilayah atau rumahtangga yang terganggu aksesnya terhadap pangan baik dilihat dari aspek produksi, aspek distribusi maupun aspek konsumsi. Kejadian kerawanan pangan dapat bersifat kronis maupun sementara (transien) diupayakan agar dapat dideteksi sedini mungkin, sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya kerawanan pangan tersebut dan dapat ditetapkan langkah-langkah penanganannya (Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, 2007). Kerawanan pangan dapat terjadi pada individu dimana sejak janin mengalami kurang gizi (dapat berupa bayi yang lahir dengan berat badan kurang), anak dan orang dewasa. Jadi kerawanan pangan merupakan manifestasi dan kombinasi dimensi atau faktor-faktor ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan penghasilan, pemanfaatan atau penyerapan pangan serta kerentanan pangan. Interaksi dari keempat dimensi atau faktor-faktor tersebut pada akhirnya menentukan apakah suatu daerah/wilayah atau individu tersebut rawan pangan atau tidak. Berbagai masalah terkait pangan (dan gizi) sangat erat kaitannya dengan potensi yang dimiliki suatu daerah, dimana daerah-daerah yang miskin dan penduduknya mempunyai daya beli yang rendah, akan sangat peka terhadap goncangan faktor-faktor yang mempengaruhinya dan dapat menimbulkan masalah konsumsi pangan (Berg, 1986; World Bank, 1986 dalam Suharjo dan Riyadi, 1988). Untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, terutama kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya, suami dan isteri dalam rumahtangga mencurahkan waktu dan tenaga yang dimilikinya pada berbagai aktivitas, khususnya kegiatan yang menghasilkan pendapatan (produktif). Seperti diketahui bahwa di negara-negara berkembang, pendapatan merupakan variabel yang sangat menentukan pencapaian ketahanan pangan rumahtangga. Karena umumnya di pedesaan tidak terdapat industri yang mengolah hasil-hasil pertanian yang diproduksi masyarakat, serta terbatasnya kegiatan perekonomian lainnya, maka lapangan pekerjaan yang tersedia sangat terbatas. Sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada, bekerja dalam usahatani merupakan pilihan pekerjaan yang paling dominan di daerah perdesaan, baik oleh laki-laki maupun perempuan. Waktu yang dialokasikan untuk berbagai aktivitas dalam kehidupannya, baik dalam pekerjaan usahatani, kegiatan reproduktif, dan banyak kegiatan produktif lainnnya sangat menentukan pencapaian ketahanan pangan rumahtangga. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui peran perempuan dan lakilaki dalam sektor produktif, reproduktif, dan aktivitas lainnya, serta sumber pendapatan rumahtangga di daerah rawan pangan dalam kaitannya dengan keadaan ketahanan pangan rumahtangga. Dengan hasil penelitian ini akan dapat dirumuskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong pencapaian ketahanan pangan rumahtangga petani di daerah rawan pangan. METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Februari-Maret Tahun Penentuan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive), yaitu pada dua kecamatan dan desa yang rawan pangan. Badan

3 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan (BP3KP) Kabupaten Konsel (2008) menyebutkan bahwa Kecamatan Kolono dan Angata adalah dua kecamatan yang termasuk rawan pangan. Terdapat tiga indikator yang digunakan dalam pengelompokan ini, yaitu (1) prevalensi gizi kurang pada Balita, (2) persentase keluarga miskin, dan (3) rasio produksi pangan beras terhadap kebutuhan pangan penduduk. Pada masing-masing kecamatan rawan pangan tersebut dipilih desa rawan pangan, yaitu tiga desa di Kecamatan Kolono (Desa Andinete, Matandahi dan Ngapawali), dan dua desa di Kecamatan Angata (Desa Sandarsi Jaya dan Lamooso). Pada masing-masing desa yang dipilih tersebut, dilakukan pemilihan sampel dengan metode acak sederhana (simple random sampling), yaitu sebanyak 20 persen dari total populasi rumahtangga petani yang ada di masing-masing desa. Dengan demikian terdapat 75 rumahtangga contoh di Kecamatan Kolono (20 di Desa Matandahi, 30 di Desa Andinete dan 25 di Desa Ngapawali). Untuk Kecamatan Angata, dipilih 71 rumahtangga contoh (42 di Desa Lamooso dan 29 di Desa Sandarsi Jaya). Dengan demikian, total rumahtangga contoh adalah 146. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumahtangga petani (petani pangan, pekebun dan nelayan). Karena penelitian ini analisisnya dalam perspektif gender, maka rumahtangga sampel haruslah keluarga lengkap (ada suami dan isteri). Wawancara mendalam hanya dilakukan terhadap perempuan (isteri) dan laki-laki (suami), karena suami dan isteri merupakan kontributor utama dalam pencapaian ketahanan pangan rumahtangga. Studi tentang alokasi atau penggunaan waktu pada dasarnya memiliki satu fokus, yaitu mempelajari frekuensi dan durasi kegiatan manusia (Stinson, 1999). Waktu yang dimiliki seorang suami atau isteri, akan dialokasikan untuk berbagai aktivitas, baik kegiatan produktif, reproduktif, sosial, leisure dan istirahat. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung alokasi waktu. Salah satunya adalah dengan mencatat semua aktivitas yang dilakukan sampel penelitian selama 24 jam dalam sehari semalam, mulai dari bangun pagi hari ini hingga bangun lagi esok harinya. Data yang digunakan berupa data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari hasil survei yang dilaksanakan secara cross-sectional, melalui wawancara dengan responden terpilih dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait dan berbagai terbitan lainnya. Dalam penelitian ini analisis dilakukan terhadap semua kegiatan yang dilakukan perempuan dan laki-laki selama 24 jam, terutama aktivitas yang dilakukan di dalam sektor pertanian yang meliputi kegiatan dalam usahatani keluarga dan di luar usahatani keluarga, maupun pekerjaan dalam rumahtangga. Setelah itu dilakukan kajian terhadap berbagai sumber pendapatan keluarga dan keadaan ketahanan pangan rumahtangga di daerah rawan pangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Perempuan adalah the invisible peasant. Dalam masyarakat pertanian, perempuan berkontribusi dalam pekerjaan fisik produksi pertanian, sekaligus menyangga kehidupan rumahtangga pertanian dalam banyak hal. Meskipun peran

4 Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi perempuan sangat besar, namun analisis ekonomi yang ada belum mampu meliput kontribusi tersebut secara tepat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar data aktivitas ekonomi perdesaan yang dipublikasikan, diperoleh dari sensus dengan laki-laki kepala rumahtangga sebagai sumberdata utama. Karena itu, peran perempuan dalam pekerjaan usahatani, pengolahan pangan dan banyak kegiatan produktif lainnnya adalah underestimate (Ellis, 1988). Padahal peran-peran perempuan tersebut, sangat menentukan situasi ketahanan pangan dalam rumahtangga petani. Alokasi Waktu Berdasar Gender Untuk menjawab tujuan pertama penelitian ini terkait alokasi waktu gender, dilakukan pengamatan terhadap jenis kegiatan dan alokasi waktu perempuan dan lakilaki dalam berbagai aktrivitas selama 24 jam, yang dipilah menurut kegiatan (1) dalam usahatani keluarga, (2) pertanian di luar usahatani keluarga, (3) kerja di luar pertanian, (4) pekerjaan rumahtangga, (5) waktu luang, dan (6) istirahat. Ringkasan hasil analisis disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Alokasi Waktu menurut Gender dalam Berbagai Aktivitas Dalam 24 Jam No Kelompok Aktivitas Kerja di usahatani kel. Kerja diluar usahatani kel. Kerja diluar pertanian Pekerjaan rumahtangga Waktu luang Istirahat Jumlah Jumlah Jam Kerja (jam) Perempuan Persentase (%) Jumlah Jam Kerja (jam) Laki Laki Persentase (%) Dari tabel di atas tampak bahwa besar alokasi waktu perempuan untuk kegiatan dalam usahatani keluarga rata-rata hanya sebesar 1.63 jam atau hanya 6.79 persen dari total 24 jam yang dimiliki. Sedangkan laki-laki mengalokasikan 5.65 jam dari waktunya untuk mengelola usahatani keluarga, atau sekitar persen dari 24 jam yang dimiliki. Hasil ini menunjukkan bahwa pengelolaan usahatani keluarga di desa-desa rawan pangan secara langsung masih didominasi oleh suami, sedangkan isteri perannya lebih sedikit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Soepriati (2006) bahwa peran istri pada usahatani lebih kecil dibandingkan suami. Dari keseluruhan responden perempuan, hanya sekitar persen yang bekerja langsung dalam usahatani keluarga. Bandingkan dengan hasil penelitian Taridala (2011), dimana partisipasi perempuan dalam usahatani keluarga di desa tahan pangan mencapai 62 persen. Rendahnya curahan waktu perempuan dalam usahatani keluarga adalah karena perempuan lebih banyak mencurahkan waktunya untuk pekerjaan domestik dalam rumahtangga. Hasil penelitian Hendratno (2006) membuktikan adanya dominasi suami dalam kegiatan produksi. Alokasi waktu perempuan dan laki-laki untuk kegiatan pertanian di luar usahatani keluarga merupakan curahan waktu paling kecil diantara keenam kelompok

5 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 aktivitas. Alokasi waktu perempuan hanya sebesar 0.04 jam (0.17 persen), sedangkan laki-laki adalah 0.68 jam (2.83 persen). Hasil ini mengindikasikan kecilnya kesempatan kerja di sektor pertanian di luar usahatani keluarga. Hal ini memang fenomena yang umum terjadi di perdesaan, dimana kesempatan kerja yang tersedia sangat terbatas. Inilah salah satu yang mendorong arus urbanisasi ke kota-kota besar, dalam rangka mendapatkan alternatif pendapatan dari berbagai kegiatan informal di perkotaan. Seperti juga di sektor pertanian, sektor-sektor non pertanian di desa juga tidak cukup menyediakan kesempatan bagi para responden untuk bekerja. Hal ini tergambar dari kecilnya alokasi waktu perempuan dan laki-laki dalam kegiatan ekonomi non pertanian. Dalam hal ini alokasi waktu perempuan hanya sebesar 0.74 jam (3.08 persen), sedangkan laki-laki mencapai 1.51 jam (6.29 persen). Padahal aktivitas di luar pertanian merupakan sumber pendapatan penting bagi rumahtangga, dalam rangka pemenuhan berbagai kebutuhan seluruh anggota rumahtangga. Nampaknya, keadaan di negara berkembang sangat berbeda dengan di negara maju. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Kimhi dan Rapaport (2004), yang menemukan bahwa lebih dari 90 persen pendapatan petani di Amerika Serikat berasal dari luar usahatani. Alokasi waktu perempuan yang rendah dalam usahatani keluarga, maupun dalam kegiatan ekonomi lainnya, ternyata karena perempuan lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dalam rumahtangga, seperti memasak, mencuci, mengurus anak, dan lain-lain, termasuk menyiapkan berbagai keperluan suami untuk ke kebun, misalnya untuk bekal makan siang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu yang dialokasikan perempuan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rumahtangga mencapai 5.38 jam atau persen dari total waktunya, sedangkan laki-laki sangat sedikit, yaitu hanya sebesar 0.63 jam (2.63 persen). Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Soepriati (2006) bahwa peran isteri dalam kegiatan reproduktif di rumahtangga lebih tinggi daripada suami, bahkan Koesoemowidjojo (2000) menyimpulkan bahwa sekitar 29 persen isteri sepenuhnya hanya mengurus rumahtangga, selebihnya bekerja di sektor publik. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam masyarakat di daerah-daerah rawan pangan di Kabupaten Konawe Selatan, pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan rumahtangga terutama masih menjadi tanggung jawab isteri. Sedangkan kegiatan mencari nafkah, terutama masih menjadi tanggung jawab suami. Kalaupun isteri membantu, itu merupakan inisiatif dan keinginan kuat dari isteri sendiri untuk menambah penghasilan. Dengan adanya tambahan penghasilan, maka kebutuhan pangan dalam rumahtangga akan lebih terjamin ketersediaannya. Meskipun kegiatan dalam rumahtangga tidak menghasilkan pendapatan tunai, namun perempuan menganggap bahwa pekerjaan dalam rumahtangga merupakan pekerjaan penting, terutama ketika anak-anak masih berumur di bawah 10 tahun. Temuan ini sesuai dengan teori Becker (1981) tentang nilai waktu perempuan, dimana pada saat tertentu nilai waktu perempuan lebih tinggi daripa-da upah di pasar tenaga kerja atau penghasilan yang mungkin diperoleh bila mela-kukan aktivitas di luar pekerjaan domestik, sehingga mereka lebih memilih men-curahkan waktunya dalam pekerjaan domestik, daripada bekerja di luar rumah.

6 Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Nampaknya, peran penting perempuan dalam penyelesaian pekerjaan-pekerjaan rumahtangga tidak hanya menjadi fenomena di negara-negara berkembang. Alvarez dan Miles (undated) menyebutkan bahwa temuan-temuan empiris dari berbagai kajian di negara maju secara konsisten menunjukkan bahwa perempuan tetap merupakan penanggung jawab atas pekerjaan rumahtangga. Para responden perempuan di Kabupaten Konsel juga menganggap bahwa pekerjaan rumahtangga merupakan kewajiban utama bagi perempuan, sedangkan lakilaki mempunyai tanggung jawab utama sebagai pencari nafkah. Kecuali dalam kondisi suami sakit, maka isteri mempunyai peran yang lebih berat, karena disamping tetap harus merawat suami dan mengerjakan berbagai pekerjaan domestik, juga tetap harus mencari nafkah untuk keperluan keluarga. Ini merupakan beban ganda yang harus ditanggung perempuan, karena faktor budaya yang masih kuat di kalangan masyarakat, yang beranggapan bahwa tugas utama penyelesaian berbagai pekerjaan rumahtangga adalah tanggung jawab perempuan. Sumber Pendapatan dan Ketahanan Pangan Rumahtangga Pendapatan utama rumahtangga diperoleh dari berbagai aktivitas yang dilakukan perempuan dan laki-laki dengan mengalokasikan waktu yang dimiliki. Pendapatan rumahtangga merupakan sumberdaya ekonomi yang sangat penting, yang memungkinkan keluarga petani responden memiliki akses ekonomi untuk memperoleh segala kebutuhan anggota rumahtangga, termasuk kebutuhan akan pangan. Pendapatan ini bisa berasal dari dalam usahatani keluarga, penghasilan dari luar usahatani keluarga, atau dari luar sektor pertanian. Secara umum dapat dikatakan bahwa di lokasi penelitian, akses ekonomi merupakan aspek terpenting dalam pemenuhan kebutuhan pangan responden dan keluarganya. Bila masing-masing sumber pendapatan tersebut dibuat dalam bentuk persentase (pangsa) dari total pendapatan rumahtangga seperti dalam Tabel 2, maka tampak bahwa sumber pendapatan terbesar keluarga responden adalah dari usahatani keluarga, yaitu sebesar persen. Ini merupakan indikasi betapa pentingnya peran usahatani keluarga dalam pencapaian ketahanan pangan rumahtangga responden. Tabel 2. Sumber-Sumber Pendapatan dan Pangsanya terhadap Total Pendapatan Rumahtangga Uraian Jumlah Pendapatan (Rp/Tahun) Persen dari Pendapatan Total Keluarga (%) Rata-rata pendapatan dari usahatani 4,382, Rata-rata pendapatan isteri dari luar usahatani keluarga 348, Rata-rata pendapatan suami dari luar usahatani keluarga 2,620, Rata-rata pendapatan bersama dari luar usahatani keluarga 544, Rata-rata pemberian dari anak/ keluarga lain 317, Pendapatan total keluarga 8,213, Pendapatan per kapita 1,896,629.83

7 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 Hasil dalam Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa faktor ketersediaan produk pangan dari usahatani memegang peranan penting dalam pencapaian ketahanan pangan keluarga. Beberapa hasil penelitian di dalam negeri mendukung temuan penelitian ini, antara lain temuan Sauqi (2002) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga di daerah rawan pangan di Kabupaten Lombok Tengah adalah ketersediaan pangan dalam rumahtangga, yang bisa berasal dari produksi usahatani sendiri, pemberian keluarga, pembelian maupun barter. Adi et al. (1999) menegaskan bahwa ketersediaan pangan dan daya beli pangan merupakan faktor penentu ketahanan pangan. Demikian juga dengan Asmarantaka (2007) bahwa di desa kebun, konsumsi pangan dipengaruhi oleh nilai produksi kopi. Senada dengan itu, beberapa penelitian di luar negeri juga menunjukkan pentingnya peran hasil produksi usahatani dalam pencapain ketahanan pangan rumahtangga. Horenstein (1989) menegaskan bahwa di Kenya, produksi pertanian yang dihasilkan sangat penting untuk mencapai ketahanan pangan rumahtangga. Penelitian Alderman dan Garcia (1994) di Pakistan bahwa ketersediaan pangan rumahtangga mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga, yang diukur dari status gizi anak-anak di perdesaan. Sumber pendapatan terbesar kedua adalah yang berasal dari kegiatan gender dari luar usahatani keluarga, terutama untuk laki-laki. Pangsa dari rata-rata pendapatan lakilaki di luar usahatani keluarga yang terbesar mencapai persen. Fenomena ini menunjukkan masih besarnya peran pendapatan laki-laki dibandingkan perempuan dalam pencapaian ketahanan pangan rumahtangga responden. Ini menunjukkan bahwa suami masih tetap memegang tanggung jawab utama dalam memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya. Hasil analisis di atas sesuai dengan temuan Mangkuprawira (1985) yang mengemukakan bahwa suami merupakan penyumbang utama dalam ekonomi keluarga. Peran tersebut akan semakin besar bila diperhatikan bahwa dalam pekerjaan di usahatani keluarga, alokasi waktu laki-laki jauh lebih besar dibandingkan alokasi waktu perempuan. Disisi lain juga harus dicermati bahwa pekerjaan di usahatani merupakan pekerjaan kolektif yang dilakukan oleh anggota rumahtangga, khususnya oleh suami dan isteri, sehingga sulit untuk memilah secara pasti sumbangan masing-masing pelaku tersebut terhadap nilai produk usahatani keluarga yang diperoleh. Dengan demikian, waktu yang dialokasikan oleh masing-masing gender dapat dijadikan ukuran besarnya peran tersebut. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh responden laki-laki adalah mendulang emas, mengojek, buruh bangunan, buruh panjat kelapa, membuat atap, berdagang di pasar dan lain-lain. Nampaknya, kesempatan kerja yang tersedia bagi laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Ini sesuai dengan penilaian subyektif laki-laki bahwa kesempatan kerja di desanya tersedia, dimana 48 persen responden menyatakan ada kesempatan kerja di desanya. Dari keadaan di atas memperkuat pendapat masyarakat selama ini bahwa kesempatan kerja untuk perempuan sangat terbatas dibandingkan laki-laki. Selalu lebih banyak kesempatan kerja bagi laki-laki daripada perempuan, termasuk di daerah

8 Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi perdesaan di Kabupaten Konawe Selatan. Hasil wawancara dengan responden perempuan menunjukkan bahwa 31 persen diantaranya mengatakan bahwa ada kesempatan kerja di desa mereka. Di sisi lain, pangsa pendapatan perempuan dari aktivitas ekonomi di luar usahatani keluarga terhadap pendapatan total rumahtangga sangatlah kecil, yaitu hanya mencapai 4.24 persen. Dari wawancara dengan responden diketahui bahwa pekerjaanpekerjaan yang biasa dilakukan responden perempuan (disamping melakukan pekerjaan rumahtangga) antara lain adalah adalah tukang pijat, mengelola kios, dan berjualan di pasar. Disamping bekerja secara sendiri-sendiri, terdapat juga beberapa rumahtangga dimana suami-isteri melakukan pekerjaan di luar usahatani keluarga secara bersamasama, seperti menjual di pasar desa. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas tersebut merupakan pendapatan bersama. Sumbangan pendapatan bersama terhadap pendapatan rumahtangga di desa rawan pangan menyumbang sekitar 6.61 persen dari total pendapatan rumahtangga responden. Meskipun porsinya sedikit, namun terdapat juga responden yang memperoleh pemberian dari orang tua atau keluarga lainnya, pangsanya terhadap pendapatan total rumahtangga mencapai 3.87 prsen. Ini menunjukkan relatif seringnya responden di desa rawan pangan mengalami kekurangan pangan, sehingga harus meminta bantuan pada keluarga lainnya. Fenomena ini juga menunjukkan bahwa suatu keluarga memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan hidup keluarga lainnya. Ini adalah produk budaya yang sangat positif, yaitu untuk membantu meringankan beban hidup masyarakat lainnya. Pendapatan total rata-rata yang diperoleh rumahtangga responden di daerah penelitian mencapai Rp. 8,213,072.92/tahun. Bila pendapatan total rumahtangga tersebut dibagi dengan jumlah jiwa dalam setiap rumahtangga responden, maka diperoleh nilai pendapatan per kapita adalah sebesar Rp. 1,896,629.83/tahun. Dengan demikian, setiap anggota rumahtangga di lokasi penelitian memperoleh pendapatan sekitar Rp 158,000/kapita/bulan. Ini berarti bahwa sesuai batas garis kemiskinan versi BPS, yaitu sebesar Rp /bulan, maka rata-rata responden berada di bawah garis kemiskinan. Dengan hasil ini, memberi gambaran mengenai situasi ketahanan pangan rumahtangga di daerah rawan pangan. Keadaan di lokasi penelitian mendukung penjelasan di atas, dimana sebagian besar rumahtangga contoh merupakan rumahtangga tidak tahan pangan. Dari 146 rumahtangga responden penelitian, sejumlah 79 diantaranya (54.86 %) masuk kategori tidak tahan pangan, yaitu rumahtangga yang anggotanya hanya makan dua kali dalam sehari. Tentu saja hal ini menjadi preseden buruk kurangnya ketahanan pangan rumahtangga di daerah-daerah rawan pangan. Hal ini harus menjadi perhatian serius berbagai kalangan, terutama pemerintah daerah. Karena dalam era otonomi daerah saat ini, urusan ketahanan pangan merupakan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah daerah. Tentu saja, melalui kerjasama dengan berbagai pihak terkait lainnya.

9 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 KESIMPULAN DAN SARAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : (1) dalam rumahtangga petani di daerah rawan pangan, laki-laki lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk bekerja di dalam usahatani keluarga, sedangkan perempuan lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk pekerjaan dalam rumahtangga, (2) alokasi waktu kerja perempuan untuk aktivitas di luar usahatani keluarga maupun di luar pertanian lebih kecil dibandingkan laki-laki, (3) hasil produksi usahatani merupakan sumber pendapatan terbesar rumahtangga di daerah rawan pangan, dan (4) lebih dari separuh responden rumahtangga di daerah rawan pangan berada dalam keadaan tidak tahan pangan. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, setidaknya terdapat 2 (dua) saran yang dapat diajukan, yaitu (1) perlunya upaya peningkatan pemahaman dan keterampilan para responden yang terkait dengan usahatani yang dikelola masingmasing rumahtangga, dan (2) perlunya penciptaan kesempatan kerja dan mendorong kesempatan berusaha bagi perempuan dan laki-laki di pedesaan, agar mereka memiliki akses ekonomi yang lebih besar. Dengan akses ekonomi tersebut, maka upaya pencapaian ketahanan pangan rumahtangga akan relatif lebih mudah dicapai. DAFTAR PUSTAKA Adi, A.C., C.M. Kusharto, Hardinsyah dan D. Susanto Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rumahtangga menurut Tipe Agroekologi di Wilayah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Media Gizi dan Keluarga, 23 (1) : Alderman, A. and M. Garcia Food Security and Health Security : Explaining the Levels of Nutritional Status in Pakistan. Reprint from Economic Development and Culture Change, 42 (3). International Food Policy Research Institute, Washington, D.C. Alvarez, B. and D.Miles. Undated. Gender Effect on Housework Allocation : Evidence from Spanish Two-Earner Couples. Asmarantaka, R. W Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani di Tiga Desa Pangan dan Perkebunan di Provinsi Lampung. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Konawe Selatan Data Keluarga Miskin Berdasarkan Alasan Ekonomi di Kabupaten Konsel. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Konawe Selatan, Andoolo. Becker, G. S A Treatise on the Family. Harvard University Press, Cambridge. Berg, A Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Terjemahan. CV Rajawali, Jakarta. Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Peta Kerawanan Pangan Provinsi Sulawesi Tenggara. Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari.

10 Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Ellis, F Peasant Economics : Farm Households and Agrarian Development. Cambrige University Press, Cambrige. Hendratno, S Kompromi Kooperatif dan Alokasi Sumberdaya Intra Rumahtangga Petani Karet di Sumatera Selatan. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Horenstein, N. R Women and Food Security in Kenya. Working Papers 232. The World Bank, Washington D.C. Kimhi, A. and E. Rapaport Time Allocation between Farm and Off-Farm Activities in Israeli Farm Household. American Journal of Agricultural Economics, 86 (3) : Koesoemowidjojo, S. E Peranan Gender dalam Rumahtangga Penerima Kredit Peningkatan Pendapatan Petani Kecil di Bogor. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mangkuprawira, S Alokasi Waktu dan Kontribusi Kerja Anggota Keluarga dalam Kegiatan Ekonomi Rumahtangga (Studi Kasus di Dua Tipe Desa di Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat). Disertasi Doktor. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sauqi, A Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rumahtangga di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Lombok Tengah. Agrimansion, 2 (2) : Stinson, L.L Measuring How People Spend Their Time : a Time-Use Survey Design. Monthly Labor Review, Agustus 1999 : Soepriati Peranan Produksi Usahatani dan Gender dalam Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah : Studi Kasus di Kabupaten Bogor. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suhardjo dan H. Riyadi Studi Karakteristik Desa dalam Pemantauan Status Gizi. Media Gizi dan Keluarga, 12 (1 dan 2) : Taridala, S. A. A Pembagian Tenaga Kerja dan Alokasi Waktu Berdasar Gender pada Rumahtangga Petani di Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam Subejo et al. (Editor). Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian : Penguatan Sosial Ekonomi Pertanian Menuju Kesejahteraan Masyarakat. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN GENDER DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS PERAN GENDER DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Peran Gender dalam Pencapaian Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (S.A.A. Taridala et al.) ANALISIS PERAN GENDER DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PERAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN GENDER UNTUK BEKERJA DI LUAR USAHATANI KELUARGA

VI. ANALISIS PERAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN GENDER UNTUK BEKERJA DI LUAR USAHATANI KELUARGA VI. ANALISIS PERAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN GENDER UNTUK BEKERJA DI LUAR USAHATANI KELUARGA Dalam bagian ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis peran

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN, USAHATANI DAN LATAR BELAKANG SOSIODEMOGRAFI RESPONDEN

V. KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN, USAHATANI DAN LATAR BELAKANG SOSIODEMOGRAFI RESPONDEN V. KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN, USAHATANI DAN LATAR BELAKANG SOSIODEMOGRAFI RESPONDEN Karakteristik suatu wilayah, akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan wilayah tersebut. Suatu daerah yang memiliki

Lebih terperinci

GENDER DAN KETAHANAN PANGAN : SUATU KAJIAN PADA RUMAHTANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

GENDER DAN KETAHANAN PANGAN : SUATU KAJIAN PADA RUMAHTANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA GENDER DAN KETAHANAN PANGAN : SUATU KAJIAN PADA RUMAHTANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sitti Aida Adha Taridala Jurusan/Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI Pangan (dan gizi) merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan, khususnya dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara bertujuan untuk mewujudkan kehidupan seluruh masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin.

Lebih terperinci

ALOKASI WAKTU JENDER DALAM RUMAH TANGGA NELAYAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BUTON UTARA SULAWESI TENGGARA

ALOKASI WAKTU JENDER DALAM RUMAH TANGGA NELAYAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BUTON UTARA SULAWESI TENGGARA ALOKASI WAKTU JENDER DALAM RUMAH TANGGA NELAYAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BUTON UTARA SULAWESI TENGGARA Time Allocation of Gender in The Household of The Seaweed Fishermen in Buton Utara Sutheast

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Input Produksi dan Pasar Tenaga Kerja Salah satu aspek yang digunakan dalam mengukur kinerja ekonomi adalah seberapa efektif suatu perekonomian menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penentuan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive), karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai masalah gizi yang cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah adanya gangguan pada perorangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95 Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95 TELAAH KETAHANAN PANGAN DAN KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi perikanan laut Indonesia yang tersebar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: 978-602-18962-9-7 KETAHANAN PANGAN: SUATU ANALISIS KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP KEBUTUHAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN GAYO LUES Siti Wahyuni 1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

PERAN JENDER DALAM RUMAH TANGGA PETANI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BUTON UTARA SULAWESI TENGGARA

PERAN JENDER DALAM RUMAH TANGGA PETANI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BUTON UTARA SULAWESI TENGGARA PERAN JENDER DALAM RUMAH TANGGA PETANI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BUTON UTARA SULAWESI TENGGARA Gender Roles in The Household of The Seaweed Farmers in Buton Utara Southeast Sulawesi 1 Rosmawati, 2 La Rianda,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perolehan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu merupakan sesuatu yang penting bagi setiap manusia agar dapat hidup secara berkualitas. Oleh karena itu hak atas kecukupan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

ALOKASI WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS

ALOKASI WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS ALOKASI WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS (Working Time Allocation and Income of Cattle Farmers at Megang Sakti Subdistrict Musi Rawas Regency)

Lebih terperinci

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai 163 BAB IX KESIMPULAN 9.1. Kesimpulan Status laki-laki dan perempuan dalam keluarga berkaitan dengan bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai mengenai status anak laki-laki

Lebih terperinci

Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Skala Kecil Di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang. B.

Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Skala Kecil Di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang. B. A. PENDAHULUAN Beberapa tahun belakangan ini Indonesia menghadapi masalah pangan yang serius. Kondisi ini diperkirakan masih akan kita hadapi beberapa tahun ke depan. Stok pangan masih terbatas dan sangat

Lebih terperinci

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1) 66 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 66-73 Mewa Ariani et al. ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1) Mewa Ariani, H.P.S. Rachman, G.S. Hardono, dan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan. Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

WIFE CONTRIBUTION TO FISHERMAN HOUSEHOLD INCOME IN MERANTI BUNTING VILLAGE MERBAU DISTRICT MERANTI ISLAND REGENCY RIAU PROVINCE

WIFE CONTRIBUTION TO FISHERMAN HOUSEHOLD INCOME IN MERANTI BUNTING VILLAGE MERBAU DISTRICT MERANTI ISLAND REGENCY RIAU PROVINCE WIFE CONTRIBUTION TO FISHERMAN HOUSEHOLD INCOME IN MERANTI BUNTING VILLAGE MERBAU DISTRICT MERANTI ISLAND REGENCY RIAU PROVINCE By Eka Nur Cahyati 1) Lamun Bathara 2) Darwis 3) Email : Ekanurcahyati37@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN GENDER DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA DISERTASI

ANALISIS PERAN GENDER DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA DISERTASI ANALISIS PERAN GENDER DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA DISERTASI SITTI AIDA ADHA TARIDALA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PETERNAK SAPI DI KECAMATAN SINONSAYANG KABUPATEN MINAHASA

ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PETERNAK SAPI DI KECAMATAN SINONSAYANG KABUPATEN MINAHASA Jurnal Agribisnis dan Pembangunan Masyarakat (AGROPEM) ISSN: 2089-6670 Vol. 1, No. 1, Januari 2012 : hal. 1 9 ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PETERNAK SAPI DI KECAMATAN SINONSAYANG KABUPATEN MINAHASA Femi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan alokasi waktu

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang 62 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang berada di sekitar wilayah pembangunan proyek LNG Tangguh yaitu di Desa Tanah

Lebih terperinci

ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA WANITA PENGUSAHA AGROINDUSTRI MAKANAN SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA WANITA PENGUSAHA AGROINDUSTRI MAKANAN SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA WANITA PENGUSAHA AGROINDUSTRI MAKANAN SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR THE ANALYSIS OF WORKING HOURS OF WOMEN ENTREPRENEURS AGRO-INDUSTRY FOOD SCALE HOUSEHOLD

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN Sri Hastuty 1 Universitas Cokroaminoto Palopo 1 srihastuty21@yahoo.co.id 1 Alih fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 14 II. TINJAUAN PUSTAKA Aktivitas ekonomi rumahtangga petani lahan sawah erat kaitannya dengan upaya meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga. Ketahanan pangan rumahtangga sebagaimana hasil rumusan Internasional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketersediaan Pangan Ketersediaan (food availabillity) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) Oleh: A. Rozany Nurmanaf Adimesra Djulin Herman Supriadi Sugiarto Supadi Nur Khoiriyah Agustin Julia Forcina Sinuraya Gelar Satya Budhi PUSAT PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi teknik penjelasan tentang jenis penelitian; jenis data, lokasi dan waktu penelitian; kerangka sampling, pemilihan responden dan informan; teknik pengumpulan

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan kognitif merupakan suatu proses psikologis yang terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian, dan pemahaman dengan menggunakan pengamatan, pendengaran, dan pemikiran (Baraja

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PROVINSI DI INDONESIA MENURUT DERAJAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

DISTRIBUSI PROVINSI DI INDONESIA MENURUT DERAJAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DISTRIBUSI PROVINSI DI INDONESIA MENURUT DERAJAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA Handewi P.S. Rachman, Mewa Ariani, dan T.B. Purwantini Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM Oleh : Sumaryanto PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan sistem usahatani yang selama ini dilakukan pada umumnya belum sepenuhnya menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya produktivitas

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA

IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA 31 IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA 4.1. Pengeluaran dan Konsumsi Rumahtangga Kemiskinan tidak terlepas dari masalah tingkat pendapatan yang masih rendah dan hal ini umumnya terjadi di wilayah pedesaan Distribusi

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013 KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG (Food Security of the Fisherman Household in Teluk Betung Selatan Sub-Distric of Bandar Lampung City) Pramita

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PETANI KELAPA SAWIT DESA TALIKUMAIN KECAMATAN TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU

POLA KONSUMSI PETANI KELAPA SAWIT DESA TALIKUMAIN KECAMATAN TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU POLA KONSUMSI PETANI KELAPA SAWIT DESA TALIKUMAIN KECAMATAN TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU LUKMAN 1), IKHSAN GUNAWAN, SP. MMA 2), RINA FEBRINOVA, SE. MMA 2) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) Dosen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

Mendorong Petani Kecil untuk Move Up atau Move Out dari Sektor Pertanian

Mendorong Petani Kecil untuk Move Up atau Move Out dari Sektor Pertanian Mendorong Petani Kecil untuk Move Up atau Move Out dari Sektor Pertanian 1. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendeklarasikan tahun 2014 sebagai International Years of Family Farming. Dalam rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu output yang diharapkan dalam pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut Menteri Kesehatan (2000), SDM

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA (Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat) Oleh FEBRI SATIVIANI PUTRI CANTIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur merupakan daerah sentra pangan di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pada tahun 2012 Provinsi Jawa Timur menghasilkan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA Dampak Transfer Payment (Achmad Zaini) 15 DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA (The Impact of Transfer Payment on Income of Farmers Household

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, karena merupakan komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang Pendapatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN Irwani Saputri 1*) dan Dewi Lisnianti 2) 1) Dosen Program Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari keikutsertaan seluruh komponen masyarakat, tidak terkecuali peranan wanita didalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci