MENGUKUR, MELETAKKAN DAN MEMOTONG PAKAIAN SESUAI DENGAN PESANAN GAR.OO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENGUKUR, MELETAKKAN DAN MEMOTONG PAKAIAN SESUAI DENGAN PESANAN GAR.OO"

Transkripsi

1 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR GARMEN MENGUKUR, MELETAKKAN DAN MEMOTONG PAKAIAN SESUAI DENGAN PESANAN BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl. Jend. Gatot Subroto Kav.51 Lt.7.B Jakarta Selatan

2 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Modul Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC) Pengertian-pengertian Istilah...4 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Unit Standar Unit Kompetensi yang Dipelajari Judul Unit Kode Unit Deskripsi Unit Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Batasan Variabel Panduan Penilaian Kompetensi Kunci...9 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan...10 BAB IV MATERI UNIT KOMPETENSI BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Perpustakaan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan...50 Halaman: 1 dari 50

3 BAB I PENGANTAR 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Apakah pelatihan berdasarkan kompetensi? Pelatihan berdasarkan kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. Standar Kompetensi dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja. Apakah artinya menjadi kompeten ditempat kerja? Jika anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif ditempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui Penjelasan Modul Desain Modul Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri : Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang pelatih. Pelatihan individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih Isi Modul 1) Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. 2) Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi : Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja Halaman: 2 dari 50

4 3) Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Pelaksanaan Modul Pada pelatihan klasikal, pelatih akan : Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja. Pada Pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan : Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku Kerja. Memberikan jawaban pada Buku Kerja. Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC) Apakah Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency). Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali. Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah : 1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama atau 2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. Halaman: 3 dari 50

5 1.4. Pengertian-pengertian Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. Standardisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan. Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut ditempat kerja untuk mwncapai unjuk kerja yang ditetapkan. Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilah hasil serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang lingkup serta pedoman bukti. Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian / uji kompetensi. Halaman: 4 dari 50

6 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1. Peta Paket Pelatihan Untuk mempelajari modul ini perlu membaca dan memahami modul-modul lain yang berkaitan diantaranya : Karakteristik bahan dasar dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam pembuatan garmen Bahan tekstil, hiasan, model jenis label, tiket dan komponen garmen yang digunakan pada tingkatan ini Ukuran, warna, dan shades garmen Memilih dan/atau memodifikasi pola atau blok Menyesuaikan ukuran (grade) pola Membuat marker 1& Persyaratan kualitas untuk melaksanakan pekerjaan pada tingkatan ini Melaksanakan tes/pemeriksaan untuk mengecek kualitas produk Mengatur kerja tim Bekerja dalam lingkungan tim Menerapkan prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja Melaksanakan pemeliharaan kecil 2.2. Pengertian Unit Standar Apakah Standar Kompetensi? Setiap Standar Kompetensi menentukan : 1) Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. 2) Standar yang diperlukan untuk mendemonstrasikan kompetensi. 3) Kondisi dimana kompetensi dicapai. Apa yang akan Anda pelajari dari Unit Kompetensi ini? Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk Menerapkan prosedur-prosedur mutu. Berapa lama Unit Kompetensi ini dapat diselesaikan? Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu. Berapa banyak/kesempatan yang Anda miliki untuk mencapai kompetensi? Jika Anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih Anda akan mengatur rencana pelatihan dengan Anda. Rencana ini akan memberikan Anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi Anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. Halaman: 5 dari 50

7 2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : 1) mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. 2) mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. 3) memeriksa kemajuan peserta pelatihan. 4) menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan criteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Judul Unit Mengukur, Meletakkan dan Memotong Pakaian Kode Unit Deskripsi Unit Unit ini berisi tentang keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menunjukkan cara pemotongan secara berurutan dalam industri pakaian Elemen Kompetensi Mengukur dan menerjemahkan dimensi pakaian, Menetukan/ menetapkan disain dan pola yang diperlukan, Meletakkan dan memotong kain, Mendokumentasikan Kriteria Unjuk Kerja 1. Memiliki ukuran pelanggan. 2. Ukuran pakaian diterjemahkan pada pemenuhan keinginan/ permintaan pelanggan (bila diperlukan). 3. Disain pakaian (dan kain yang sebaiknya dipakai) didiskusikan dan disetujui pelanggan (bila perlu). 4. Keinginan khusus pelanggan disatukan dalam disain (bila perlu). 5. Disain digambar pada pola atau memilih/ memodifikasi pola untuk memenuhi kemauan/ permintaan pelanggan. 6. Kain diperiksa untuk mengetahui kualitas, kecacatan, lebar, keadaan benang pada ujung kain, tingkat kelunturan untuk keperluan pembuatan tanda. 7. Kain diletakkan di meja, diperiksa kesesuaian garisnya untuk meyakinkan keharmonisannya terhadap spesifikasi. 8. Kain dipotong sesuai persyaratan disain serta pengukuran pola 9. Semua hasil kerja dan dokumentasi yang sesuai disiapkan sesuai dengan prosedur perusahaan Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki kemampuan awal pada pengetahuan Mengukur, Meletakkan dan Memotong Pakaian. Halaman: 6 dari 50

8 Batasan Variabel 1. Konteks umum 1.1 Pekerjaan meliputi mengukur, meletakkan kain dan cara menggunting dalam pembuatan pakaian. 1.2 Mungkin diperlukan pemilihan dan penilaian, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, dalam merencanakan dan memilih proses, prosedur atau hasil. 1.3 Pekerjaan dilakukan sesuai dengan kebutuhan peraturan tetap, persyaratan asuransi organisasi, peraturan kesehatan dan keselamatan kerja, prosedur penanganan secara manual dan peraturan kesehatan yang sesuai. 2. Lingkungan kerja meliputi 2.1 Pekerjaan dilakukan untuk produksi skala besar maupun skala kecil (eceran). 2.2 Tingkat kesulitan sesuai dengan jenis kain yang dipakai dan disainnya. 2.3 Menerjemahkan pengukuran kedalam pola sesuai dengan keadaan individu, misalnya postur, bentuk dsb. 2.4 Tugas peletakan dihubungkan dengan pengerjaan peletakan dimana ukuran bentuk dan harga kain sangat signifikan. 2.5 Pengukuran, pemotongan dan pemilihan pola atau penggantinya mungkin dalam pembuatan dikombinasikan untuk mengukur spesialisasi cara pengguntingan. 2.6 Prosedur dan praktek keselamatan pada saat bekerja dengan alat/mesin pemotong sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh pabrik, penguasa dan perusahaan. 2.7 Prosedur pendokumentasian diterapkan untuk berbagai pekerjaan dan pendokumentasian yang biasa dipakai dalam perusahaan. 2.8 Kompetensinya diterapkan menurut panduan umum pada kemajuan dan hasil. 2.9 Pengetahuan dan keterampilan diterapkan pada berbagai tugas dan/atau peran yang luas Kompetensi dipakai dalam pekerjaan rutin, metode dan prosedur. 3. Sumber informasi atau dokumen meliputi 3.1 Spesifikasi pekerjaan. 3.2 Gambar disain/ sketsa. 3.3 Prosedur pengaturan kerja. 3.4 Anggota organisasi atau orang luar. 3.5 Prosedur, kualitas dan standar. 3.6 Persyaratan (para) pelanggan. 4. Konteks tempat kerja meliputi 4.1 Prosedur dan praktek organisasi kerja yang sesuai dengan tata cara pengukuran, peletakan dan pemotongan dalam pembuatan pakaian. 4.2 Kondisi pelayanan, pengesahan dan persetujuan industri meliputi. 4.3 Praktek standar kerja. 4.4 Pelaporan kegiatan meliputi komunikasi verbal dan tertulis sesuai dengan prosedur dan kebijakan organisasi. 4.5 Komunikasi mungkin lisan, tertulis atau visual dan terdiri dari data sederhana. 4.6 Bertanggungjawab terhadap pemeliharaan kualitas pekerjaannya dan bila diperlukan, menyumbangkannya untuk peningkatan kualitas dari hasil seksi atau tim. Halaman: 7 dari 50

9 4.7 Keamanan, lingkungan, pengurusan rumah tangga dan kualitas ditunjukkan dengan mesin/peralatan pabrik, peraturan kekuasaan dan perusahaan. 5. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dapat dimasukkan 5.1 Peraturan keamanan dan kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan bengkel. 5.2 Peraturan kompensasi pekerja Panduan Penilaian 1. Aspek-aspek bukti kritis yang perlu diperhatikan 1.1 Pengujian/ penilaian harus sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan untuk: Memiliki ukuran yang tepat dari pelanggan Meyakinkan bahwa disain sudah sesuai dengan pelanggan Berkomunikasi secara efektif dan berhubungan dengan pelanggan pada saat menunjukkan ide-ide dan disain-disain Meletakkan dan mencocokan bahan dengan pola Memotong bahan Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dalam melaksanakan pekerjaan Menyimpan/memelihara catatan yang tepat. 2. Pengujian setiap unit yang saling terkait 2.1 Unit ini tidak perlu diuji dalam hubungannya dengan unit lain. 3. Pengetahuan dan keterampilan yang dipersyaratkan 3.1 Persyaratan pengetahuan Konstruksi pakaian Metode pembuatan Perlengkapan kain misalnya berat, mengkerut, penumpukan, sifat dan bentuk pola Pentingnya kondisi ujung kain dan sinar serta karakteristiknya Aspek keselamatan dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan perusahaan Prosedur tempat kerja dan proses pelaporan Proses pelaporan Peraturan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja serta etika praktek. 3.2 Persyaratan Keterampilan dalam: Mempergunakan teknik yang tepat untuk pelaksanaan peletakan dan pengguntingan Menerapkan semua praktek keselamatan yang sesuai bila bekerja di industri pakaian Berkomunikasi secara efektif dengan individu, kelompok kerja dan pengawas Menyimpan catatan Pendokumentasian dan transfer informasi Menerjemahkan dan melaksanakan prosedur yang telah ditentukan. Halaman: 8 dari 50

10 4. Implikasi sumber 4.1 Mengakses pada keadaan / situasi tata cara pengukuran, peletakan dan pemotongan baik secara nyata ataupun simulasi. 4.2 Ini meliputi wilayah kerja atau simulasi, bahan, peralatan, dan informasi spesifikasi pekerjaan, sesuai dengan peraturan dan prosedur keselamatan, standar kualitas, prosedur organisasi dan persyaratan (para) pelanggan. 5. Konsistensi kinerja 5.1 Menerapkan persyaratan pengetahuan dan keterampilan bila: Mengatur pekerjaan Menyelesaikan tugas Mengidentifikasi peningkatan Menerapkan peringatan keselamatan sesuai dengan tugas Menguji kemampuan operasional peralatan tertentu yang dipakai dan proses pekerjaan. 5.2 Menunjukkan bukti penerapan prosedur kerja yang sesuai meliputi: Kebijakan tentang bahaya dan prosedur termasuk etika praktek Prosedur kerja dan instruksi mengerjakannya Prosedur kualitas (bila ada) Sampah, polusi dan proses penanganan daur ulang. 5.3 Bertindak cepat, kecelakaan dan kejadian dilaporkan sesuai dengan peraturan tetap serta prosedur perusahaan. 5.4 Memperhatikan dan beradaptasi seperlunya terhadap perbedaan budaya di bengkel, termasuk cara bersikap dan berhubungan dengan sesama staf dan lainnya. 5.5 Pekerjaan diselesaikan secara sistematis dengan memperhatikan secara rinci tanpa merusak barang, peralatan maupun orang. 6. Konteks pengujian 6.1 Pengujian dilaksanakan di tempat kerja atau dalam lingkungan simulasi yang sesuai Kompetensi Kunci NO KOMPETENSI KUNCI TINGKAT 1. Mengumpulkan, Mengorganisir dan menganalisa Informasi 2 2. Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2 3. Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2 4. Bekerja dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 2 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 2 Kompetensi kunci dibagi dalam tiga tingkatan kemampuan Tingkatan 1 Melaksanakan kegiatan Tingkatan 2 Mengelola kegiatan Tingkatan 3 Mengevaluasi dan melaksanakan proses perubahan Halaman: 9 dari 50

11 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1. Strategi Belajar Belajar dalam suatu sistem Berdasarkan Kompetensi berbeda dengan yang sedang diajarkan di kelas oleh Pelatih. Pada sistem ini Anda akan bertanggung jawab terhadap belajar Anda sendiri, artinya bahwa Anda perlu merencanakan belajar Anda dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan/perencanaan 1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar Anda. 2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. 3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki. 4) Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan Anda Permulaan dari proses pembelajaran 1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat pada tahap belajar. 2) Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan Anda Pengamatan terhadap tugas praktik 1) Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh Pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. 2) Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih tentang konsep sulit yang Anda temukan Implementasi 1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman. 2) Mengamati indicator kemajuan personal melalui kegiatan praktik. 3) Mempraktikkan keterampilan baru yang telah Anda peroleh Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar Anda Metode Belajar Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. Halaman: 10 dari 50

12 Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan Anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, Anda disarankan untuk menemui Pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. Belajar Berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk dating bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, Pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja. Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh Pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topic tertentu. Halaman: 11 dari 50

13 BAB IV MATERI UNIT KOMPETENSI Isi Referensi 1 Meletakkan bahan/kain Referensi 2 Serat kain Referensi 3 Perencanaan layout pola Referensi 4 Menggunakan bahan/kain polos Referensi 5 Menggunakan kain bermotif kotak-kotak dan bergaris Referensi 6 Teknik pemotongan Referensi 7 Prosedur pengawasan kualitas Referensi 8 Pengikatan, pemasangan tiket dan penyimpanan Referensi tambahan Samuels, R. & Hoffman R., A cut above the rest, A guide to cutting and marker making for the apparel industry, Publishing and Production Project, Sydney, 1994 Solinger, J., The apparel manufacturing handbook analysis principles and practice, 2 nd Edition, Textile Book Service, New Jersey, USA, 1988 Cooklin, G., Introduction to Clothing Manufacture, Blackwell Scientific Publications, Melbourne, 1994 Ladbury, A., A Comprehensive A-Z of FABRICS, choosing, handling, wearing, cleaning, sewing, Magnam Books, London. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung, Pemotongan Bahan Tunggal, STTT, Bandung, Halaman: 12 dari 50

14 Referensi 1 Meletakkan bahan/kain Terminologi yang digunakan pada pemotongan Serat Alur serat kain mengarah ke arah yang sama seperti halnya benang yang paralel menuju ke pinggiran bahan. Interlock join (splice) Jumlah lembaran yang diperlukan pada saat membuka gulungan yang baru atau membuang bagian yang rusak untuk meyakinkan kelengkapan komponen telah dipotong. Meletakkan bahan atau melebarkan Hal yang dilakukan untuk mendapatkan lembaran. Bulu pendek di permukaan bahan Bulu-bulu pendek pada bagian permukaan bahan tekstil seperti beludru. Lembar Satu lembar bahan tekstil. Perkiraan sebelum penentuan Panjang maksimum bahan tekstil yang dibutuhkan untuk garmen yang akan dibuat. Pinggiran bahan Pinggiran bahan sempit yang ditenun rapat pada kedua sisi bagian lebar bahan tekstil. Shades Perbedaan warna bahan tekstil dari hasil celupan yang berbeda namun dengan warna yang sama. Meja potong Meja panjang dengan bagian atas meja setinggi pinggang untuk meletakkan dan memotong bahan menjadi bagian komponen yang siap untuk digabungkan. Halaman: 13 dari 50

15 Referensi - 1 Terminologi yang digunakan pada pemotongan lanjutan Penahan kain (End catcher or end guide rail) Balok berat, dirancang untuk menahan bagian ujung bahan tekstil dan menjaganya agar tidak bergerak pada saat lembaran berikutnya diletakkan. Lapisan Jumlah lembaran kain yang diletakkan berlapis-lapis sehingga dapat dipotong satu kali jalan. Penataan Pengaturan lembaran pola pada marker. Marker Marker dapat berupa kertas marker atau lembaran pola yang digambar langsung pada bagian atas bahan tekstil. Biasanya dilakukan dengan menggunakan kapur jahit. Lembaran pola diatur agar penggunaan kain lebih hemat dan memudahkan pemotongan secara efisien. Torehan (Notch) Potongan berbentuk lurus atau V di pinggir bahan tekstil untuk menandai lembaranlembaran yang harus disambung atau pada bagian keliman yang perlu disesuaikan selama membuat garmen. Notching Kegiatan memotong atau membuat cekris pada lembaran yang dipotong pada posisi yang sesuai. Bahan yang ditenun (Woven fabrics) Merupakan bahan tekstil yang mempunyai benang lusi dan pakan ditenun menggunakan alat penenun. Dapat dibuat dari serat alami, sintetis atau serat campuran dan benang campuran. Bahan tekstil yang tidak ditenun (Non-woven fabrics) Bahan tekstil yang tidak ditenun seperti bahan tekstil yang dibuat dari bahan yang diolah secara kimia, biasanya digunakan untuk lapisan atau pengeras, misalnya viselin. Kerusakan Kerusakan yang ditemukan oleh tukang potong pada marker atau tumpukan bahan termasuk: Tidak semua lembaran yang perlu dipotong diberi tanda pada marker Marker tidak sama lebar dengan bahan/kain Halaman: 14 dari 50

16 Referensi 1 Terminologi yang digunakan pada pemotongan lanjutan Panjang tumpukan bahan tidak sama dengan panjang marker Pemotongan bahan tunggal Memotong bahan sebagai contoh untuk komponen atau seluruh garmen, biasanya tidak lebih dari empat lembar bahan, dengan menggunakan gunting sebagai alat pemotong. Peralatan & perkakas pemotongan bahan tekstil Jepitan Alat yang dirancang untuk menjepit lembaran kain sehingga dapat dipindahkan dan dipotong dengan mudah. Garis potongan Garis yang digambar pada marker untuk memberi tanda bagian bahan tekstil yang akan dipotong. Gunting Alat pemotong dengan tangan yang memiliki dua buah mata pisau yang digabungkan dengan mur dan baut, dirancang untuk memotong satu lembar atau beberapa lembar bahan tekstil sekaligus. Pemberat Balok besi dengan atau tanpa pegangan, terdapat dalam beragam ukuran berguna untuk menahan bahan tekstil saat dipotong. Peralatan dan perlengkapan lain yang dibutuhkan: Kapur tulis atau pensil Peniti Pita meteran Pelubang untuk posisi kupnat Potongan pola atau marker Tiket identifikasi kerja Halaman: 15 dari 50

17 Referensi 1 Informasi penting tentang bahan tekstil dan bahan lainnya Bahan tekstil yang simetris atau dua arah Bahan tekstil ini dapat diletakkan berhadapan satu sama lain kearah mana saja tanpa mempengaruhi hasil akhir garmen. Ini memungkinkan bahan tekstil diletakkan pada kedua arah di meja potong. Harus diperhatikan juga perihal bagian bahan yang baik dan buruk. Bahan tekstil yang tidak simetris atau satu arah Bahan tekstil ini harus diletakkan dengan tumpukan yang menghadap pada satu arah, apakah seluruhnya menghadap satu arah atau seluruhnya menghadap ke arah yang lain. Pola hanya dapat diletakkan pada satu arah, tidak dapat pada kedua arah. Bahan tekstil ini termasuk juga bahan yang berbulu, bahan yang dirajut dimana benang vertikalnya menghadap ke arah yang sama dan bahan tekstil yang mempunyai desain khusus. Hanya satu arah Bahan tekstil ini harus diletakkan dengan seluruh lembarannya menghadap arah yang sama polanya juga harus menghadap ke arah yang sama. Bahan tekstil yang termasuk kelompok ini yang mempunyai bulu lebat dan yang mempunyai desain khusus. Demonstrasi oleh guru/pelatih Menyiapkan untuk peletakan bahan Jenis dan lebar bahan tekstil yang akan digunakan harus diperiksa pada semua instruksi pada lembar kerja. Meja potong kira-kira harus setinggi pinggang dan mempunyai panjang yang cukup untuk menempatkan perkiraan panjang bahan tekstil yang akan diletakkan. Semua peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan harus dikumpulkan sebelum memulai dan diperiksa apakah layak untuk digunakan. Area kerja, termasuk lantai harus bebas gangguan, bersih dan siap untuk digunakan. Halaman: 16 dari 50

18 Referensi 1 Demonstrasi oleh guru/pelatih Meletakkan lembaran bahan Lebarkan bahan tekstil di atas meja potong sesuai panjang yang dikehendaki dan lakukan ini dua kali, dan jika perlu, dapat dilakukan berulang kali. Periksa tegangan bahan pada setiap lembaran untuk memastikan tidak ada panjang yang tidak sama, atau bahan berkerut dalam lembaran. Bagian pinggir bahan tekstil harus lurus dan setiap lapisan pinggirannya harus tumpang tindih secara tepat dan paralel sampai pinggiran meja potong. Identifikasi kerusakan pada bahan, lalu beri tanda sebagai pertimbangan dalam peletakkan pola pada kain. Halaman: 17 dari 50

19 Referensi 2 Serat kain Semua bahan yang ditenun mempunyai benang lusi dan pakan. Benang lusi semuanya mengarah secara paralel dengan pinggiran bahan tekstil dan lebih kuat. Benang pakan mengarah ke arah yang sebaliknya dan lebih rapuh. Sebagai aturan umum, garmen dipotong sesuai dengan lebar permukaan bahan dan mengarah secara vertikal. Ada beberapa alasan untuk ini: pada proses tenun benang lusi ditahan dengan tegangan pada mesin tenun, kemudian benang pakannya ditenun. Jadi benang lusi harus cukup kuat untuk menahan tegangan ini dan benang pakannya boleh lebih rapuh dari benang ini. Apabila ada perbedaan kekuatan antara dua benang ini, benang lusi umumnya lebih kuat dari keduanya. Pada proses penenunan benang lusi diregangkan sementara benang pakannya tidak diregangkan. Untuk alasan ini, benang lusi lebih lurus kalau digunakan untuk kerutan, dan menghasilkan lipatan yang baik apabila digunakan untuk lipitan. Lembaran pola dapat dipotong berdasarkan bias atau menyilang dengan syarat: a. Fitur rancangan garis dan kotak dipotong dengan sudut yang berbeda akan menghasilkan desain yang unik. b. Tegangan alami bahan tekstil yang dipotong pada bias mempunyai karakteristik tegangan alami, ini memungkinkan pemotongannya agak rumit. Rancangannya pas dengan bentuk tetapi tetap nyaman. c. Draperi lipatan, kerutan dan rok yang berkerut lembut digantung lebih baik apabila dipotong dengan bias. Efek dari pemotongan dengan bias meningkat sesuai dengan pilihan jenis bahan tekstil, misalnya, krep, satin, dan wool halus. Halaman: 18 dari 50

20 Referensi 2 Posisi serat Demonstrasi oleh guru/pelatih Saat arah serat sudah ditentukan dan diberi tanda pada pola, letakkan pola sesuai dengan posisi arah serat.pada bahan. Jika tidak dilakukan maka akan menghasilkan garmen yang salah. Gambar 1. Gambar 1 Halaman: 19 dari 50

21 Referensi 3 Perencanaan layout pola Tujuan dari penempatan lembaran pola adalah: a. Merencanakan layout yang ekonomis b. Memotong semua lembaran pola sesuai dengan lembar kerja dan arah serat yang benar c. Mempunyai sisa bahan yang lebih banyak apabila memungkinkan Demonstrasi oleh guru/pelatih Panduan merencanakan layout Lakukan pemeriksaan pola untuk meyakinkan semua lembaran pola sudah ada. Pisahkan lembaran pola yang hanya membutuhkan satu potongan saja, apabila ada. Pemeriksaan bahan tekstil secara hati-hati untuk mengetahui apabila ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat meletakkan lembaran pola, misalnya, periksa apakah memiliki tekstur atau berbulu. Lihat Kegiatan Belajar 4. Bahan tekstil mungkin juga mempunyai motif yang besar, sehingga perlu perencanaan untuk penempatan lembaran pola. Lembaran pola ditempatkan dengan urutan sebagai berikut: a. paling besar b. paling rumit c. lembaran yang melengkung diletakkan pada tempat yang paling memungkinkan d. lembaran yang kecil diletakkan diantara bagian-bagian yang besar Pertama-tama, letakkan potongan pola pada kain dengan arah serat mengarah ke pinggir bahan dengan menggunakan mata. Uji coba dengan berbagai kombinasi letak pola dan coba kombinasi yang berbeda dengan lipatan bahan yang berbeda untuk mendapatkan layout yang paling ekonomis. Yakinkan posisi garis serat pola sama dengan pinggiran bahan, ukur garis serat agar benar-benar paralel dengan pinggiran bahan, pada sudut yang tepat ke pinggiran bahan atau 90 0 ke pinggiran bahan (pada serat menyilang). Semua potongan pola harus selesai diletakkan sebelum merekatkan pola ke bahan atau menjiplak pola dengan kapur ke kain. Halaman: 20 dari 50

22 Catatan: Dalam pemotongan sampel atau salah satu garmen, apabila memungkinkan bahan sebaiknya dibuat lapis dua untuk menghindari kesalahan dan untuk efisiensi waktu. Bahan tekstil yang baik harus dilipat bersamaan agar: bagian baik terhindar dari noda yang ada di tempat pemotongan menghemat waktu pada saat memulai pembuatan. Pengecualian terjadi apabila bahan tekstil perlu penyesuaian. Apabila motif bahan tekstil sulit dilihat dari bagian yang buruk, maka perlu dilakukan pemotongan bahan tunggal dengan bagian yang baik menghadap ke atas. Apabila lembaran pola akan dipotong dengan satu lembar, pada umumnya diperlukan dua potong untuk setiap lembar pola. Oleh sebab itu pola harus dipotong satu persatu dengan bagian yang baik menghadap ke atas dan satu lagi dengan bagian buruk bahan menghadap ke atas. Gambar 2 Gambar 2 Halaman: 21 dari 50

23 Panduan merencanakan layout lanjutan Pada bahan yang sedikit, cara yang paling sesuai untuk menghemat bahan adalah dengan membuat bagian dari garmen menjadi lembaran, misalnya, lengan, bagian dalam celana panjang. Pola lengan mungkin terlalu lebar untuk dipotong dari lebar bahan, apalagi jika lebar bahan 90cm, namun jika lebar lengan bagian belakang dipotong, maka jumlah bahan yang dibutuhkan akan berkurang. Garis sambungan diletakkan di bawah lengan sehingga tidak terlihat. Bagian garis sambungan harus pada seratnya dan kampuh ditambahkan pada setiap sisi agar pada saat konstruksi tidak mengurangi lebar lengan yang seharusnya. Gambar 3. Proses yang sama juga dapat digunakan untuk bagian dalam celana panjang, dimana bagian depan dan belakang lembaran pola tidak akan cukup apabila diletakkan berdampingan pada satu lebar bahan. Gambar 3 Membagi lengan untuk menghemat bahan Belakang Depan Tiruan pola lengan Tambahkan kampuh pada potongan Potong beberapa sentimeter dari pola lengan bagian belakang pada arah serat yang lurus Lipat lembaran lengan dari bahan yang kecil/sedikit Lipat lembaran bahan sebelum meletakkan pola lengan Halaman: 22 dari 50

24 Referensi 4 Menggunakan bahan/kain berbulu atau berserabut Bahan dengan arah serat berwarna atau motif satu arah harus dipotong dengan lembaran pola diletakkan pada arah yang sama. Bahan dengan arah adalah bahan yang disikat atau dinaikkan setelah ditenun untuk menghasilkan arah, permukaan yang timbul pada satu sisi. Bahan Berbulu adalah bahan dibuat sehingga komponen dari benang naik pada sudut permukaan dari bahan, dapat yang ditenun atau dirajut. Bahan yang berwarna lain. Beberapa bahan rajut/tenun dan bertekstur seperti satin dan brokat, juga ditangani sebagai bahan tekstil dengan satu arah, karena arahnya, refleksi cahaya dari permukaannya, membuat efek perbedaan warna. Bahan tekstil dengan motif satu arah adalah bahan yang dipintal atau motif dicetak yang menghadap ke satu arah pada seluruh garmen. Demonstrasi oleh guru/pelatih Ke arah mana seharusnya arah bulu pendek menuju? Serabut dan bulu pendek di permukaan bahan menangkap dan merefleksikan cahaya dengan intensitas yang berbeda, tergantung dari serabut dan bulu pendek di permukaan bahan mengarah ke atas atau ke bawah. Gambar 1 Serabut atau bulu pendek di permukaan bahan yang menghadap ke atas membuat bahan tekstil kelihatan lebih gelap dan lebih nyata warnanya, dan yang mengarah ke bawah menjadikan warnanya terlihat lebih muda dan lebih bercahaya. Bahan tekstil akan terasa kasar pada saat disentuh ke arah yang berlawanan dari serabut pendek di permukaan bahan dan halus pada arahnya. Gambar 1 MENGARAH KE ATAS MENGARAH KE BAWAH LEBIH GELAP LEBIH TERANG Halaman: 23 dari 50

25 Menggunakan bahan/kain berbulu atau berserabut lanjutan Sebagai aturan umum, bahan tekstil yang mempunyai serabut pendek, misalnya beludru, serabutnya menuju ke arah bawah, dan untuk pintalan berbulu, misalnya bulu velveteen dan cord, mengarah ke atas. Memotong garmen dari bahan tekstil yang berarah Apabila menggunakan bahan tekstil berserabut atau berbulu pendek, letakkan bahan secara merata di atas meja dan raba perlahan seluruh permukaannya dengan telapak tangan. Jika bahan tekstil terasa halus, serabutnya mengarah pada arah yang sama dengan arah telapak tangan. Apabila terasa kasar, berarti serabutnya menuju ke arah yang berlawanan dengan arah telapak tangan. Tentukan menuju ke arah mana serabut atau bulu pendek dari bahan tekstil, atau arah mana yang diinginkan untuk rancangan suatu busana. Pada bagian buruk dari bahan, beri tanda dengan kapur jahit bagian akhirnya yang akan menjadi bagian atas busana. Letakkan semua lembaran pola di atas bahan dengan bagian atas selalu mengarah ke arah yang sama. Gambar 2 Gambar 2 Menjahit bahan tekstil berserabut atau berbulu pendek Bahan tekstil berserabut atau berbulu pendek cenderung licin ketika dijahit. Karenanya, perlu menyematkan jarum pentul pada sudut yang benar sampai ujung lalu menjahitnya di atas jarum pentul. Lebih baik menggunakan jahitan yang lebih lebar dari rata-rata, dan akan membantu bila menurunkan tegangan pada sepatu penekan jika kain terus menerus melorot/slip. Halaman: 24 dari 50

26 Menggunakan bahan/kain berbulu atau berserabut lanjutan Mengepres bahan tekstil berserabut atau berbulu pendek Pres pada sisi bagian buruk ke arah serabut, gunakan tekanan dan uap sesedikit mungkin. Ketika bahan tekstil masih panas, sikat sesuai arah serat. Pres bahan berbulu dengan cara yang serupa, kecuali pada sisi berbulu diletakkan berlawanan arah dengan papan jarum atau handuk tebal. Pres perlahan. Jenis-jenis bahan yang ditenun Tenun lusi Memotong bahan yang lemas, misalnya, beludru: misalnya, bahan handuk, tali. Beludru tenunan utuh atau memutar, Bahan tekstil berbulu lusinya dipotong adalah salah satu yang ujung benangnya menjadi permukaan. Pada mulanya tenunan terbuat dari sutra, namun sekarang juga digunakan serat-serat yang lain. Ada berbagai variasi dari beludru polos. Yang paling utama adalah: Bahan handuk Beludru brokat: Bulunya membentuk pola dengan latar belakang yang sangat stabil. Ada bidang diantara motif atau pola yang tidak ada bulu nya. Bulu yang tidak dikehendaki pada bidang ini dibuang setelah ditenun dengan mengecatnya menggunakan pasta dari bahan kimia sehingga dapat menghilangkan bulu, tetapi struktur dasarnya tidak akan hilang karena terbuat dari serat yang tahan terhadap penanganan ini. Beludru yang diembos. Bulunya rata pada saat penyelesaian dengan mengembos bidang tertentu untuk menghasilkan motif. Beludru Nace mempunyai struktur dasar yang ditenun dengan satu warna, dan bulunya dengan warna lain. Konsekuensinya sesuai dengan arah melihatnya warna dasarnya menunjukkan derajat variasi dan memberikan efek cahaya. Beludru Panne: Adalah beludru yang ringan dan bulunya berada pada satu arah. Bulunya lebih panjang dari dress velvet, namun lebih pendek dari plush velvet. Adalah bahan tekstil dengan benang berbulu, pada umumnya dibuat dari katun dan kadang disebut juga Turkish Towelling. Dapat berupa rajutan berwarna atau bermotif. Efek yang mirip dapat dihasilkan dengan cara tufting atau rajut. Halaman: 25 dari 50

27 Referensi 4 Jenis-jenis bahan yang ditenun lanjutan Pakan berbulu Pakan berbulu potongan, misalnya, beludru tiruan, corduroy, velour Corduray Adalah bahan tekstil dengan pakan berbulu dimana bulunya membentuk tali yang ada pada bagian panjang bahan. Biasanya tinggi, halus dan umumnya dibuat dari katun. Bulunya dapat dicetak. Berbagai variasi berat dan lebar tali tersedia. Flannel Bahan tenunan polos atau keper/twill yang permukaannya halus apabila dipegang dan bahannya agak lembut dan naik. Aslinya terbuat dari wool dan sekarang campuran. Flannellette Imitasi katun dari flannel wool. Secara halus, benang pintal digunakan pada pakan dan benang tersebut bereaksi pada gerakan mesin yang bekerja. Bahan ini dapat dicat, dicetak atau diwarnai. Suede cloth Bahan imitasi kulit suede yang dibuat dengan memberikan serat pendek timbul yang sangat padat. Halaman: 26 dari 50

28 Referensi 5 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak Demonstrasi oleh guru/pelatih Jenis-jenis bahan bergaris Terdapat tiga arah utama yang digunakan untuk bahan bergaris, misalnya, vertikal (ke arah lebar), horisontal (ke arah panjang) dan garis diagonal. Arah dapat menghasilkan versi yang seimbang (balanced) atau tidak seimbang (unbalanced). Gambar 1 Halaman: 27 dari 50

29 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Jenis-jenis bahan berkotak Kotak adalah kombinasi garis yang mungkin dibuat dengan tekstur atau warna yang berbeda dari latar belakangnya. Cara-cara menangani bahan kotak-kotak sama dengan bahan bergaris. Gambar 2 Gambar 2 Beraturan Tidak beraturan Garis yang seimbang/sejajar dan garis yang tidak seimbang/sejajar Pola garis merupakan faktor pertimbangan terpenting pada saat membeli dan meletakkan bahan. Garis-garis seperti halnya kotak-kotak dapat seimbang atau tidak seimbang. Untuk menentukan jenis garis, lipat bahan sepanjang bagian tengah garis yang dominan. Garis dominan ini biasanya garis yang paling lebar, garis pada bagian tengah rancangan atau garis berwarna paling cerah. Jika anda mendapatkan kesulitan dalam melakukankannya, lipat bahannya. Garis yang paling terlihat berarti garis yang dominan. Lipatlah sudut kain ke belakang (seperti pada gambar). Jika garisnya cocok berarti garis tersebut seimbang. Jika garisnya tidak cocok, berarti garisnya tidak seimbang. Gambar 3 Gambar 3 Halaman: 28 dari 50

30 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Memilih bahan bergaris Pilih jenis garis dengan seksama. Ingat, garis horisontal cenderung membuat orang terlihat pendek dan garis vertikal membuat orang terlihat tinggi. Garis yang lebih tipis membuat anda terlihat lebih ramping dari pada garis yang tebal, dan garis horisontal akan lebih menekankan pada bagian dada dan pinggul. Jadi, periksalah dahulu bentuk busana yang ingin dibuat sebelum memilih garis yang tipis, tebal, vertikal dan horisontal. Garis vertikal paralel dengan pinggiran bahan dan garis horisontal mengahampar dari pinggir ke pinggir pada lebar bahan. Akan lebih mudah bekerja dengan pola yang lembarannya sedikit karena sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk mencocokkan garis berpola rumit. Diperlukan kain yang lebih banyak jika membuat garmen dari bahan bergaris. Jumlah kain yang dibutuhkan tergantung pada: ukuran pola bentuk garmen jumlah dan ukuran potongan lebar garis (motif) frekuensi pengulangan garis Jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan untuk bahan bergaris berkisar antara cm. Untuk bahan berkotak diperlukan lebih banyak lagi. Memilih pola untuk bahan bergaris dan bahan berkotak Pada saat memilih pola atau model, pilihlah desain yang sederhana dengan jumlah sambungan yang sangat sedikit. Busana berpotongan sedikit yang dibuat dengan garis yang tidak putus, lurus atau bias, akan memberikan hasil yang baik. Hindari rancangan dengan garis princess, kupnat horisontal yang panjang, kedutan melingkar dan rancangan dengan kerutan yang banyak. Bahan berkotak kecil dapat lebih mudah disesuaikan daripada kotak kotak yang lebar, karenanya dapat dibuat berbagai variasi model. Bahan berkotak bisa lebih sulit dipotong daripada bahan bergaris, karena kotak terdiri dari garis horisontal dan vertikal. Hasil akhir garmen akan dipengaruhi oleh cara pengaturan untuk memotong bahan bergaris dan bahan berkotak. Halaman: 29 dari 50

31 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Mencocokkan garis dan kotak untuk pemotongan Apabila potongan pola tidak akurat dari awal, bahan bergaris atau bahan berkotak tidak cocok saat dilebarkan, maka pada saat dijahitpun tidak akan cocok. Bahan bergaris dan bahan berkotak harus dicocokkan pada garis sambungan, BUKAN pada garis potong. Pada saat meletakkan bahan, tunggal atau lapis dua, yakinkan bahwa garis dari kedua lapisan itu berada langsung di atasnya. Untuk menghindari pergeseran, beri pemberat pada bahan atau gunakan jarum pentul. Letakkan bagian kain yang baik menghadap keatas sehingga motifnya terlihat jelas untuk dapat dicocokkan Gambar 4 Mencocokkan lebar belakang, bagian depan dan lengan Halaman: 30 dari 50

32 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Meletakkan pola untuk garis horisontal yang sejajar (seimbang) Cara meletakkan pola tergantung dari jenis garis yang dipilih. Garis yang paling mudah untuk diletakkan adalah garis horisontal yang sejajar (balanced). Gambar 5 Gambar 5 Buat tanda arah serat di sudut yang tepat pada garis. Mulailah dengan menentukan posisi keliman (gaun, rok atau blus/atasan) pada seluruh lembaran pola yang sesuai, dan beri tanda yang jelas pada pola. Letakkan posisi garis kelim ini pada bagian bawah dari garis paling dominan sebagai langkah awal. Dengan meletakkan garis kelim pada garis dominan, maka berarti garis dominan akan jatuh pada bagian dada dan pinggul, sesuaikan garis kelim sehingga tidak berada pada garis dada dan pinggul. Jika garis kelim mempunyai lengkungan yang jelas, letakkan garis dominan pada bagian tengah belakang atau tengah muka garmen untuk mendapatkan tampilan yang diinginkan. Yakinkan semua pusat sambungan mempunyai garis yang cocok. Jika ada kupnat dada, sambungan samping akan dicocokkan dari garis keliman garmen ke atas hingga posisi kupnat dada. Hal ini akan meyakinkan bahwa hampir semua sambungan pinggir cocok. Sambungan yang tidak cocok di atas kupnat dada tidak akan terlihat karena terletak pada bagian bawah lengan. Gambar 6 Kupnat dada Gambar 6 Halaman: 31 dari 50

33 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Jika busana memiliki lengan yang tetap, cocokkan garis-garis pada takik kerung lengan depan dengan takik yang ada ditempat persambungan. Garis pada bagian kerung lengan belakang tidak selalu cocok. Cara-cara ini diterapkan pada bahan berkotak-kotak yang seimbang. Meletakkan bahan pada bahan tekstil bergaris vertikal sejajar Pada bahan bergaris vertikal yang sejajar, letakkanlah lembaran pola dengan tanda garis serat sejajar dengan garis. Letakkan pola tengah muka dan tengah belakang pada garis dominan. Jika pola belakang memiliki keliman tengah belakang, buatlah garis keliman, BUKAN garis potongan, di tengah garis dominan sehingga ketika telah dijahit akan terlihat garis yang tidak patah/menyambung. Jika ingin garis terlihat menyambung terus pada seluruh pakaian, letakkan garis dominan pada bagian tengah lengan dengan menggunakan puncak bahu sebagai posisi acuan. Gambar 7 Gambar 7 Pada rok A-line, garis vertikal akan membentuk chevron (sambungan sudut) pada bagian keliman samping. Lebar rok akan menentukan sudut dari chevron. Letakkan bagian tengah muka rok pada garis dominan lalu cocokkan dengan keliman pinggir. Garis yang dominan mungkin tidak tepat jatuh pada bagian tengah belakang, namun ini tidak terlalu penting dibandingkan dengan mendapatkan chevron yang sempurna. Jika tidak mungkin untuk mencocokkan seluruh bagian, pertimbangkanlah di bagian mana yang terlihat jelas sekali bila tidak cocok. Prinsip-prinsip ini diterapkan pada bahan berkotak sejajar. Halaman: 32 dari 50

34 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Meletakkan pola pada bahan tekstil bergaris horisontal tidak seimbang Cara-cara menangani bahan bergaris horisontal tidak seimbang serupa dengan cara penanganan untuk bahan bergaris horisontal sejajar. Letakkan garis dominan di pinggir bawah garmen, kecuali jika penempatan ini menyebabkan garis dominan berada di posisi yang tidak diinginkan, seperti pada garis dada atau pinggul. Dengan cara serupa dengan garis horizontal, beri tanda posisi keliman pada pola dengan jelas dan sejajarkan dengan garis kasar pada posisi tegak lurus pada garis yang ada pada bahan tekstil. Perbedaan yang paling penting antara garis sejajar dan tidak seimbang, adalah bahwa semua lembaran pola harus diletakkan pada arah yang sama untuk meyakinkan garis yang tidak seimbang tidak diulangi pada bagian garmen yang lain. Yaitu pada bagian bawah lengan, bagian depan garis keliman, bagian belakang garis keliman, dst, semuanya diletakkan pada arah bagian kanan atau semua diletakkan pada bagian arah kiri. Untuk pakaian dua-potong misalnya rok dan atasan dari bahan yang sama, semua lembaran pola harus diletakkan pada arah yang sama hingga garis akan terlihat menyambung dari atas sampai bawah. Gambar 8. Cara-cara ini juga diterapkan pada bahan berkotak tidak seimbang. Gambar 8 Halaman: 33 dari 50

35 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Meletakkan pola bahan tekstil bergaris vertikal yang tidak seimbang Ada dua cara untuk mengatur garis vertikal yang tidak seimbang pada garmen. Gambar 9 1. Garis yang diulang dapat berkesinambungan pada garmen. Gambar 9 2. Garis dapat menjadi refleksi dari garis itu sendiri seperti bayangan pada kaca, pada kedua sisi atau pada sambungan tengah. Gambar 10 Tidak masalah efek yang ditimbulkannya, tanda garis yang berserat selalu paralel dengan garisnya. Halaman: 34 dari 50

36 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Garis yang berkesinambungan pada pakaian/garmen Garis yang dominan dipilih untuk bagian tengah belakang dan posisi bagian tengah depan. Jenis garmen tersebut harus dipotong bahannya secara tunggal atau ganda untuk mendapatkan garis lurus yang berkesinambungan. Gambar 11 Garis diulangi mungkin terlalu lebar atau terlalu sempit untuk dapat dicocokkan dengan sempurna pada seluruh garmen. Jika itu masalahnya maka lebih baik memiliki sambungan samping yang sedikit tidak sesuai pada bagian tengah depan atau belakang. Ingatlah, untuk layout pola jenis ini sambungan bahu tidak akan cocok atau tidak akan membentuk chevron pada keliman samping. Efek cermin Untuk mendapatkan efek cermin, pola harus mempunyai sambungan tengah yang lurus dan paralel dengan arah serat. Seluruh lembaran pola harus dipotong secara tunggal, dan setengahnya lagi merupakan pengulangan (kebalikan) dari yang pertama pada saat diletakkan. Gambar 12. Catatan: Bahan tekstil yang berbulu (dengan arah yang spesifik) tidak dapat digunakan untuk efek cermin. Halaman: 35 dari 50

37 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Gambar 12 Garis pada sambungan sisi akan membentuk chevron. Pada bahan bergaris lainnya, letakkan garis sambungan BUKAN garis potongan pada bagian tengah, pada garis dominan pada bagian tengah sehingga potongan yang dijahit akan terlihat menyambung. Untuk garmen berkerah, batasi garis pada bagian tengah belakang garmen. Kerah dan manset Kerah harus diletakkan pada arah panjang dari motif, sehingga garis yang dominan yang ada pada kerah akan mempunyai arah garis yang sama pada bagian badan dari kemeja. Gambar 13 Manset juga harus diletakkan pada arah panjang dari motif. Penempatan garis harus identik pada masing-masing manset. Gambar 13 Halaman: 36 dari 50

38 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Lembaran pola pada potongan serong Lembaran pola dipotong secara serong untuk: mendapatkan efek rancangan memudahkan untuk mengkonstruksi, misalnya, dapat menghindari keharusan untuk mencocokkan garis atau kotak. Lembaran pola yang dipotong menyerong biasanya lembaran diletakkan secara ganda, misalnya, yoke, tutup kantong, dsb. Bagian dalam garmen harus dipotong lurus untuk mendukung bagian luar dan tidak tertarik. Gambar 14. Gambar 14 Menggunakan bahan tekstil bergaris diagonal Bahan dengan garis diagonal biasanya dicetak bukan ditenun. Semakin besar garis, sebaiknya semakin berhati-hati dalam menentukan model. Pemilihan model yang paling cocok dengan garis diagonal yang dicetak adalah rok lurus, sambungannya sedikit, lengan pas dan kupnat lurus di bawah lengan. Fitur model yang harus dihindari: Kerah yang dipotong dengan lipatan dapat membuat garisnya atau motifnya berbeda arah pada bagian kiri dan bagian kanan. Gambar 15. Hal yang sama akan terjadi pada lipatan yang ditekuk. Jika menginginkan kerah, disarankan jenis kerah berdiri atau model kerah Shanghai lebih sesuai. Halaman: 37 dari 50

39 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Gambar 15 Model dengan sambungan serong tidak akan cocok. Garis diagonalnya akan bertemu secara tegak lurus. Gambar 16 Gambar 16 Rok dengan model A-line mempunyai masalah yang sama, walaupun ketidakcocokannya tidak begitu nyata. Rok lipit, apabila seluruh sambungan tidak lurus dan tanpa kerutan, sangat tidak mungkin dicocokkan. Kupnat panjang yang serong akan menyebabkan masalah pada saat menggunakan garis diagonal. Pada saat dijahit, kupnat ini akan berbeda pada sisi kiri dan kanan dari garmen. Pada satu sisi badan garis diagonal dapat dijahit kupnatnya, sementara pada sisi lainnya ada garis diagonal yang patah dan tidak cocok. Gambar 17 Gambar 17 Halaman: 38 dari 50

40 Menggunakan kain motif garis atau kotak-kotak lanjutan Lengan dolman, kimono atau lengan apa saja yang dipotong menjadi satu dengan bagian badan akan menyebabkan masalah. Pada satu lengan garis akan terlihat horisontal dan pada sisi lainnya akan terjadi vertikal. Gambar 18 Gambar 18 Model dengan bagian depan dan belakang berbeda lebarnya tidak mungkin dapat dicocokkan. Layout bahan diagonal Sama dengan bahan tekstil cetakan atau tenunan yang tidak biasa, layout pemotongan adalah bagian terpenting dari keseluruhan proses, dan oleh sebab itu memerlukan perencanaan yang seksama. Semua pencocokan dan penyesuaian harus dilakukan sebelum bahan tekstil dipotong Apabila memungkinkan, hindari keliman tengah depan untuk mengurangi pencocokan bagian focus dari garmen, atau alternatifnya buat menjadi sambungan sudut (chevron) dan menjadikannya ciri dari garmen. Untuk membuat layout pola dengan diagonal yang konsisten pada kedua bagian depan dan belakang, bahan tekstil harus dipotong secara tunggal, seluruh lembaran pola menghadap pada satu arah seperti pada layout bahan berserat atau berbulu pendek. Dengan demikian lembaran pola yang memerlukan dua potongan polanya harus dibalik pada saat membuat potongan yang kedua. Layout pola dengan mencocokkan diagonal pada posisi potongan dan garis keliman, BUKAN garis potongan. Pada bahan tekstil diagonal dipotong menyerong, garis akan menjadi horisontal atau vertikal. Gunakan efek kontras ini pada saku, manset, lapisan, dll akan menjadikan garmen menarik dan tidak perlu mencocokkan garis. Halaman: 39 dari 50

41 Referensi 6 Teknik pemotongan Demonstrasi oleh guru/pelatih Siapkan peralatan pemotongan dan yakinkan bahwa guntingnya tajam Genggam gunting untuk meyakinkan kontrol yang maksimum Tentukan tahapan pemotongan yang paling efisien, yaitu posisi yang dapat paling memungkinkan untuk memotong secara akurat. Hindari memotong pada sisi yang tidak terlihat. Potong dengan menggunakan tekanan yang panjang sehingga tidak terjadi garis potongan yang patah. Periksa kualitas hasil potongan apakah sesuai dengan spesifikasi pola Tarik setiap satu lembar potongan dari tumpukan utamanya setelah dipotong untuk persiapan pengikatan. Potong lubang dan beri tanda posisi untuk ujung kupnat dan fitur modelnya. Bersihkan meja dari potongan bahan tekstil setelah selesai memotong seluruhnya, periksa bahwa tidak ada potongan yang hilang. Halaman: 40 dari 50

42 Referensi 7 Prosedur pengawasan kualitas lembar potongan Demonstrasi oleh guru/pelatih Contoh ceklis yang sesuai untuk melaksanakan pemeriksaan kualitas terhadap lembaran potongan. No Item 1. Meletakkan semua bagian yang dipotong di atas meja potong 2. Menghitung dan mengidentifikasi lembaran potongan sesuai dengan spesifikasi lembaran pola pada lembar kerja 3. Memeriksa apakah identifikasi dan tanda serta label pada setiap lembar potongan sesuai dengan identifikasi dari lembaran pola 4. Memeriksa ukuran dan bentuk pola terhadap setiap lembaran potongan toleransi maksimum adalah 1 mm lebih besar/lebih kecil 5. Yakinkan posisi lubang merefleksikan posisi yang diberi tanda pada lembaran pola penyimpangan maksimum adalah 1 mm ke kiri atau ke kanan dari lubang pola. 6. Periksa kedalaman lubang maksimum dalamnya 2 mm dari sisi potongan. 7. Lakukan tindakan perbaikan, apabila diperlukan Halaman: 41 dari 50

43 Referensi 8 Pengikatan, pemasangan tiket dan penyimpanan Proses pengikatan adalah mengumpulkan bagian komponen garmen beserta aksesorinya misalnya, lapisan, sambungan, zipper dsb, untuk membuat satu ikat yang lengkap sebagai persiapan konstruksi. Terminologi yang digunakan pada tempat pemotongan Batch (dye lot) Seluruh rol dari bahan tekstil dicelup pada saat yang sama, pada tumpukan celupan yang sama, menjadikan seluruhnya mempunyai warna yang sama. Ikat Menggabungkan seluruh komponen dan aksesori yang diperlukan untuk melaksanakan tahapan produksi berikutnya, dan membuatnya menjadi satu paket yang lengkap. Komponen Bagian-bagian dari pola garmen yang dipotong. Shades Sedikit perbedaan warna dari bahan tekstil. Ini disebabkan oleh pencelupan yang berbeda tetapi dalam warna yang sama. Pita Lembaran bahan tekstil yang kecil untuk mengikat ikatan menjadi satu unit. Biasanya ini dibuat dari sisa bahan potongan. Hiasan Tambahan potongan garmen selain dari komponen yang dipotong. Bisa berupa bahan pengisi, pelapis, rib, karet, dsb. Aksesoris dan hiasan meliputi Banding Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ban pinggang celana. Kancing Semua jenis kancing dua lubang, empat lubang dan kancing tempel. Halaman: 42 dari 50

44 Pengikatan, pemasangan tiket dan penyimpanan lanjutan Tali (cord) Digunakan untuk celana pendek, atasan, topi kerudung, baju renang, baju olahraga, jaket, dsb. Elastik/karet Bahan regang yang biasa digunakan pada ban pinggang, manset, pakaian anak-anak, pakaian dalam. Fusing Digunakan untuk membuat kaku dan membentuk berbagai bagian dari garmen. Zipper Tersedia dalam berbagai warna dan ukuran sesuai dengan panjangnya bukaan. Label Tanda dari bahan yang menyebutkan nama pembuatnya, ukuran garmen, jenis bahan, asal negara, instruksi pencucian, dsb. Interlining Bahan tipis yang digunakan untuk mendukung bahan utama Lining Bahan tipis yang ditambahkan pada bagian dalam garmen Meja pengikatan Meja yang tingginya sepinggang untuk memilah-milah komponen, aksesori dan menggabungkannya menjadi satu ikat. Troli Keranjang kecil atau rak yang pakai roda untuk mengantarkan ikat yang lengkap. Halaman: 43 dari 50

45 Referensi 8 Proses pengikatan Demonstrasi oleh guru/pelatih Kumpulkan bagian-bagian komponen yang akan diikat Kumpulkan semua tiket dan label yang diperlukan untuk melengkapi ikatan Memeriksa jenis dan potongan komponen yang benar sesuai dengan lembar kerja Pisahkan lembaran-lembaran berdasarkan ukuran, warna apabila sesuai Periksa potongan-potongan dari kerusakan dan lakukan tindakan perbaikan Tumpuk jumlah lembaran potongan diatas satu sama lain, mulai denan potongan yang terbesar sampai ke yang terkecil dengan label dan aksesori yang sesuai misalnya, zipper, kancing, dst diletakkan pada bagian paling atas Gulung lembaran tersebut dan ikat menjadi satu untuk meyakinkan tidak ada lembaran yang jatuh dari ikat Tempelkan identitas tiket pada bagian luar ikat Buat catatan pekerjaan sudah diselesaikan Halaman: 44 dari 50

46 Referensi 8 Memilih hasil potongan Letakkan hasil potongan diatas meja dan kumpulkan aksesori yang sesuai. Periksa bahwa hasil potongan dan aksesoris sesuai dengan persyaratan spesifikasi yang ada pada lembar kerja. Halaman: 45 dari 50

47 Referensi 8 Memilih hasil potongan lanjutan Memilih hasil potongan sesuai ukuran lembaran potongan, ukuran garmen dan warna apabila sesuai. Kepada siapa harus melapor jika ada potongan yang hilang? Mengikat hasil potongan Mengikat hasil potongan, mulai dari lembaran yang paling besar dan lengkapi ikatan dengan aksesoris yang sesuai. Halaman: 46 dari 50

48 Referensi 8 Mengikat hasil potongan lanjutan Memeriksa lembar kerja untuk menentukan tiket dan label yang sesuai Letakkan tiket dan label bersama-sama hasil ikatan Laksanakan penghitungan lembaran untuk meyakinkan bahwa semua komponen ada pada ikat Memitakan ikatan Halaman: 47 dari 50

MENYIAPKAN TEMPAT UNTUK PEMASANGAN KANCING GAR.OO

MENYIAPKAN TEMPAT UNTUK PEMASANGAN KANCING GAR.OO MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR GARMEN MENYIAPKAN TEMPAT UNTUK PEMASANGAN KANCING BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR GARMEN MENGIKAT POTONGAN POTONGAN PAKAIAN 1 GAR BUKU INFORMASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR GARMEN MENGIKAT POTONGAN POTONGAN PAKAIAN 1 GAR BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR GARMEN MENGIKAT POTONGAN POTONGAN PAKAIAN 1 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-001

PANDUAN MENJAHIT MODEL-001 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-001 MODEL adalah model busana dress Lengan panjang dengan leher setengah berdiri yang dihiasi ruffle, belahan kancing di bagian depan dan cuff lengan tanpa kancing. Rok yang tersambung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-012

PANDUAN MENJAHIT MODEL-012 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-012 MODEL Model-012 adalah model busana dress Lengan panjang dengan kerah dan lengan yang dirapikan dengan bisban. Detail model ada di http://fitinline.com/product/catalog_item_detail/4/24

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

JOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain

JOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain JOB-SHEET MATA KULIAH : BUSANA ANAK TOPIK : BEBE ANAK PEREMPUAN PROGRAM STUDI : PT BUSANA / TEKNIK BUSANA SEMESTER : II JUMLAH SKS : 2 SKS (Praktek) PENGAMPU : EMY BUDIASTUTI, M.Pd A. Kompetensi: diharapkan

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 05 / KPB /S1 / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-004

PANDUAN MENJAHIT MODEL-004 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-004 MODEL adalah model busana dress Lengan panjang dengan obi dan kerah berdiri. Detail model ada di http://fitinline.com/product/catalog_item_detail/4/16 BAGIAN KETERANGAN GAMBAR

Lebih terperinci

B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok

B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok : 1 x pertemuan : (2x 45 menit) Standar Kompetensi : 1. Mengenal bagian-bagian Busana A. Kompetensi Dasar 1.1. Mengidentifikasi bagian-bagian busana B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka

Lebih terperinci

MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING. Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP

MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING. Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP. 19601205 198703 2 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI 15 BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI A. Gambaran Umum Memotong Bahan (Cutting) Kompetensi memotong bahan merupakan mata pelajaran standar kompetensi

Lebih terperinci

Teknik Draping KATA PENGANTAR

Teknik Draping KATA PENGANTAR i KATA PENGANTAR P uji Tuhan, dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan karunia-nya, sehingga dapat menyelesaikan modul dengan judul Teknik Draping

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

MEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR

MEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR MEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR Busana mempunyai hubungan yang erat dengan manusia, karena menjadi salah satu kebutuhan utamanya. Sejak jaman dahulu, dalam kehidupan sehari hari manusia tidak bisa dipisahkan

Lebih terperinci

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER

PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER MATERI BUSANA KERJA PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER Disusun Oleh : Dra. Astuti, M. Pd 19601205 198703 2 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR OTOMOTIF SUB SEKTOR KENDARAAN RINGAN MEMERIKSA SISTEM KEMUDI BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN

Lebih terperinci

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI PENYELIA PROSES PEMBUATAN PAKAIAN

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI PENYELIA PROSES PEMBUATAN PAKAIAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI PENYELIA PROSES PEMBUATAN PAKAIAN KODE PROGRAM PELATIHAN : O 9 3 0 9 1 1 3 III 01 DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN

Lebih terperinci

001A SDM. MENGIKUTI PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DITEMPAT KERJA Follow defined OH&S policies in the workplace

001A SDM. MENGIKUTI PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DITEMPAT KERJA Follow defined OH&S policies in the workplace 001A SDM MENGIKUTI PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DITEMPAT KERJA Follow defined OH&S policies in the workplace UNIT 001A SDM Bidang: Sumber daya manusia Deskripsi Elemen asli dari keselamatan

Lebih terperinci

MELAKSANAKAN TES/ PEMERIKSAAN UNTUK MENGECEK KUALITAS GAR.OO

MELAKSANAKAN TES/ PEMERIKSAAN UNTUK MENGECEK KUALITAS GAR.OO MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR GARMEN MELAKSANAKAN TES/ PEMERIKSAAN UNTUK MENGECEK KUALITAS BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01 DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :

Lebih terperinci

LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd

LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd JlhJRUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Oktober,

Lebih terperinci

Ebook 1. Dewasa (Model 1)

Ebook 1. Dewasa (Model 1) Ebook 1 Ebook Cara Menjahit Blouse Dasar Cara Membuat Pola Dasar Gaun Wanita Dewasa (Model 1) Sebuah PAnduan Lengkap yang Membahas Tentang Cara Membuat Pola Dasar Gaun Wanita Dewasa Oleh: Khasanah El Zahra

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

MENJAHIT PAKAIAN 1 GAR.OO

MENJAHIT PAKAIAN 1 GAR.OO MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR GARMEN MENJAHIT PAKAIAN 1 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl. Jend. Gatot

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS-207C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-207C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -207C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata. Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif F.45 TPB I 08

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata. Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif F.45 TPB I 08 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KATA PENGANTAR... 4 1.1 Konsep

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 01 / KPB / S1 / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) LOG.OO

MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) LOG.OO MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR LOGAM MESIN SUB SEKTOR PENGELASAN MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) BUKU KERJA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT

Lebih terperinci

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN 2009 BAB II STRUKTUR KURIKULUM

Lebih terperinci

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 2. Sub Kompetensi Menguasai dan mampu membuat : a. Pola Jaket ukuran kecil dan ukuran besar b. Merancang bahan dan harga untuk Jaket c. Memotong bahan Jaket d. Menjahit

Lebih terperinci

TEKNIK PENDAMPING AWAS

TEKNIK PENDAMPING AWAS TEKNIK PENDAMPING AWAS Oleh: Djadja Rahardja JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA A. TUJUAN Setelah menyelesaikan Unit 1 ini, anda diharapkan dapat: 1.

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN 1. Lingkungan Hidup a. Limbah Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industry maupun domestik ( rumah tangga

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA BAGIAN URAIAN JUMLAH HALAMAN JOB.O1 Kemeja Lengan Panjang 10 halaman JOB.02 Celana Panjang 7 halaman JOB.03 Jaket 9 halaman Jumlah Halaman 26 halaman 1. Kompetensi Mampu membuat Kemeja Lengan Panjang 2.

Lebih terperinci

MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR

MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR i MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR Cara Mengambil Ukuran, Pembuatan Pola Dasar, Merubah Model, Perencanaan Bahan Oleh Zulfaturochmah, S. Pd Pamong Belajar SKB Kab. Pekalongan DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Produk : Gambar 1 : Pakaian dan Celana yang beredar di pasaran (Sumber : www. Pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa jenis pakaian dan celana yang

Lebih terperinci

Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Nasional ke-26 Mataram Nusa Tenggara Barat 2018

Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Nasional ke-26 Mataram Nusa Tenggara Barat 2018 LOMBA KOMPETENSI SISWA TINGKAT NASIONAL FASHION TECHNOLOGY (LADIES DRESS MAKING) Direktorat pembinaan sekolah menengah dan kejuruan sepakat untuk melombakan bidang keterampilan Fashion Technology / Ladies

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK Boneka bisa terbuat dari bermacam bahan, bahan yang bisa digunakan yaitu kain, kulit, kertas, fiber, tanah liat

Lebih terperinci

KISI KISI LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) SMK TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017 BIDANG LOMBA : LADIES DRESSMAKING

KISI KISI LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) SMK TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017 BIDANG LOMBA : LADIES DRESSMAKING KISI KISI LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) SMK TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017 BIDANG LOMBA : LADIES DRESSMAKING LOKASI LOMBA : CV. CELINE PRODUCTION INFORMASI LOMBA MATA LOMBA LADIES DRESSMAKING

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG MENJAHIT PAKAIAN MENETAPKAN TEKNIK PEMBUATAN PAKAIAN TBS.MP

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG MENJAHIT PAKAIAN MENETAPKAN TEKNIK PEMBUATAN PAKAIAN TBS.MP MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG MENJAHIT PAKAIAN MENETAPKAN TEKNIK PEMBUATAN PAKAIAN BUKU INFORMASI KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

Cara Menjahit Gamis Resleting Depan

Cara Menjahit Gamis Resleting Depan Cara Menjahit Gamis Resleting Depan Dilarang Keras Memproduksi, Memperbanyak dan mendistribusikan baik keseluruhan maupun sedikit dari isi ebook ini dalam bentuk Apapun tanpa seizin penulis. Untuk menghemat

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PEMASANGAN BATA DAN KUSEN F.45...

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PEMASANGAN BATA DAN KUSEN F.45... MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PEMASANGAN BATA DAN KUSEN F.45...... 05 BUKU INFORMASI 2011 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A

Lebih terperinci

Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA IND USTRI SEBAGAI KESIAPAN MELAKSANAKAN PRAKTEK KERJA IND USTRI (PRAKERIN)

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA IND USTRI SEBAGAI KESIAPAN MELAKSANAKAN PRAKTEK KERJA IND USTRI (PRAKERIN) DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi

Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi Karpet masjid sejatinya bukan hanya menjadi sebuah alas lantai, melainkan juga berfungsi sebagai alas salat dan salah satu elemen yang

Lebih terperinci

MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA

MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA Oleh : As-as Setiawati Kerah Jas dan Kerah Setali Kerah jas adalah kerah yang dilengkapi dengan rever (kelepak), letak kerah

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI GURU 2015 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BUSANA. Kompetensi Utama. Standar Kompetensi Guru. Indikator Esensial

UJI KOMPETENSI GURU 2015 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BUSANA. Kompetensi Utama. Standar Kompetensi Guru. Indikator Esensial UJI KOMPETENSI GURU 2015 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BUSANA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 02 / KPB / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN MEMBUAT BEBE ANAK. Pencapaian Kompetensi. Sangat Baik (4) Baik (3) Kurang Baik (2) Tidak Baik (1) Sangat Baik (4) Baik (3)

KRITERIA PENILAIAN MEMBUAT BEBE ANAK. Pencapaian Kompetensi. Sangat Baik (4) Baik (3) Kurang Baik (2) Tidak Baik (1) Sangat Baik (4) Baik (3) KRITERIA PENILAIAN MEMBUAT BEBE ANAK No Komponen Penilaian Kompetensi 1. PERSIAPAN Menyiapkan alat jahit dan bahan 2. PROSES a. Meletakkan pola di atas bahan b. Memberi tanda pola Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

TINGKAT KESULITAN PEMBUATAN GAUN PAS BADAN

TINGKAT KESULITAN PEMBUATAN GAUN PAS BADAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 36, NO. 2, SEPTEMBER 2013:205 216 TINGKAT KESULITAN PEMBUATAN GAUN PAS BADAN Agus Hery Supadmi Irianti Ardiani Hernawati Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Semua upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan Kurikulum Keterampilan pada Madrasah Aliyah, dilandasi oleh rasa tanggung

Semua upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan Kurikulum Keterampilan pada Madrasah Aliyah, dilandasi oleh rasa tanggung Kurikulum Madrasah Aliyah Program Keterampilan ini, diharapkan memberi peluang tumbuhnya potensi untuk mandiri dan bertanggung jawab dalam mengembangkan program pembelajaran yang lebih sesuai dengan kondisi

Lebih terperinci

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

Menata Pola Ragam Hias Tekstil MENATA POLA RAGAM HIAS TEKSTIL 81 Menata Pola Ragam Hias Tekstil A. RINGKASAN Dalam bab ini kita akan belajar menata pola ragam hias tekstil. Sebelumnya kita telah memiliki pengetahuan tentang keragaman

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT

KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT LEMBAR INFORMASI Sambungan kayu menyudut atau yang sering kali disebut dengan hubungan kayu banyak digunakan pada pembuatan konstruksi kosen pintu, kosen jendela,

Lebih terperinci

Oleh : IDAH HADIJAH. Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Oleh : IDAH HADIJAH. Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oleh : IDAH HADIJAH Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK. TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 KERAJINAN TEKSTIL

LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK. TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 KERAJINAN TEKSTIL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK KERAJINAN TEKSTIL Disusun Oleh : Drs. Syamsudin, M. Sn. Ir. Sri Herlina, M.Si. PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON

MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON KODE MODUL KYU.BGN.214 (2) A Milik Negara Tidak Diperdagangkan SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK INDUSTRI KAYU MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON DIREKTORAT

Lebih terperinci

Panduan Keselamatan dan Pengoperasian

Panduan Keselamatan dan Pengoperasian PUN M Alat Pemotong Berbentuk Jari Manual 300-600 - 900 Panduan Keselamatan dan Pengoperasian Hanya untuk memotong material belt termoplastik. PERINGATAN Penggunaan alat ini secara TIDAK BENAR ATAU TIDAK

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON F.45...... 04 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Sepatu sebagai sebuah produk yang telah banyak tersebar luas di dunia memiliki tempat tersendiri di hati orang-orang yang menggemari sepatu. Sepatu tidak hanya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Proses perancangan Bahan dasar Serat katun Tali katun Pewarnaan Simpul Eksplorasi Hasil eksplorasi terpilih Perancangan produk Proses produksi KARYA Proses perancangan 42

Lebih terperinci

MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci

TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL

TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL BUSANA WANITA KLASIFIKASI BUSANA WANITA MEMOTONG BAHAN TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL KLASIFIKASI BUSANA WANITA 1. Under clothes (daster, baby doll) 2. Casual wear (blouse, pants, skirt) 3. Formal

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata PEMBUATAN PASANGAN BATA LENGKUNG F.45 TPB I 07

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata PEMBUATAN PASANGAN BATA LENGKUNG F.45 TPB I 07 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata PEMBUATAN PASANGAN BATA LENGKUNG BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KATA PENGANTAR... 3 1.1. Konsep

Lebih terperinci

Panduan penggunamu. ZANKER TD4213

Panduan penggunamu. ZANKER TD4213 Anda dapat membaca rekomendasi di buku petunjuk, panduan teknis atau panduan instalasi untuk ZANKER TD4213. Anda akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan Anda pada ZANKER TD4213 di manual user (informasi,

Lebih terperinci

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Teknik Pembuatan Sampel Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI INFORMASI DAN KISI-KISI Bidang Lomba LADIES DRESS MAKING PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jl. Dr. Radjiman No. 6 Telp. (022) 4264813 Fax. (022) 4264881 Wisselbord (022) 4264944, 4264957,

Lebih terperinci

MEMBUAT POLA DASAR SISTEM DRAPING

MEMBUAT POLA DASAR SISTEM DRAPING MEMBUAT POLA DASAR SISTEM DRAPING Oleh TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 TAMPAKSIRING Jl. DR. Ir. Soekarno, Desa Sanding, Kecamatan Tampaksiring Telp. (0361) 981 681 SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Konsep Dasar Penataan Display Penataan berasal dari kata bahasa Inggris display yang artinya mempertunjukkan, memamerkan, atau memperagakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Gbr 3.A.1 Hijab Pengguna Motor Busana memiliki nilai fungsi dan kegunaan maka ada beberapa hal yang

Lebih terperinci

INFORMASI DAN SPESIFIKASI

INFORMASI DAN SPESIFIKASI INFORMASI DAN SPESIFIKASI Sablon FLOCK Adalah sablon Digital dengan menggunakan kain sintetis yg sudah memiliki perekat. Menggunakan tinta khusus yang tahan air. Menggunakan lem khusus non-water-based

Lebih terperinci

BAB III EKSPLORASI DAN ANALISIS DATA III.1 Eksplorasi Eksplorasi yang dilakukan terhadap limbah benang dengan berbagai pendekatan dari teknik/ pola pada limbah benang, maka dapat dikenali beberapa karakter

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

MEMILIH POLA BUSANA TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MEMILIH POLA BUSANA TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MEMILIH POLA BUSANA TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA

Lebih terperinci

Menggambar Busana. Untuk SMK Program Keahlian Tata Busana

Menggambar Busana. Untuk SMK Program Keahlian Tata Busana 1 Menggambar Busana Penyelesaian Pembuatan Gambar I Untuk SMK Program Keahlian Tata Busana Oleh : ANIEQ BARIROH PKK-FT-UNESA NAMA SISWA :... KELAS :... SMK JAWAHIRUL ULUM BESUKI-JABON SIDOARJO 2 HAND OUT

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -208C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB II PRODUK DAN JASA

BAB II PRODUK DAN JASA BAB II PRODUK DAN JASA 2.1 Spesifikasi Produk Dari segi bahan KetoBatik menggunakan bahan Cotton Combed 20s dan kemeja menggunakan bahan Teteron Cotton. Bahan batik yang KetoBatik gunakan adalah batik

Lebih terperinci

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N () TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 9 Macam-macam bor Dibuat dari baja karbon tinggi

Lebih terperinci

BAB II. Metodologi Perancangan

BAB II. Metodologi Perancangan BAB II Metodologi Perancangan A. Orisinalitas Sebuah desain tidak mungkin tercipta tanpa ada unsur-unsur pembentuknya dan tidak akan indah atau menarik di lihat tanpa mempertimbangkan prinsipprinsip desain.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai Pendapat Peserta Didik

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 6 Macam macam kikir Dibuat dari baja

Lebih terperinci

2. Pengoperasian Cam-lock

2. Pengoperasian Cam-lock Daftar isi 1. Kata pengantar. 2. Pengoperasian Cam-lock.. 3. Pencegahan Kebocoran Uap Air. 4. Panel Cold Storage Dengan Panel Atap & Lantai 5. Memasangan Lantai Panel Cold Storage. 6. Memasang Wall Panel

Lebih terperinci

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati CARA MENGUKUR BADAN Ketepatan suatu pola dasar ditentukan oleh cara mengukur badan yang tepat. Pola dasar yang baik berarti cara mengambil ukurannya tepat dan

Lebih terperinci