BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI"

Transkripsi

1 15 BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI A. Gambaran Umum Memotong Bahan (Cutting) Kompetensi memotong bahan merupakan mata pelajaran standar kompetensi kejuruan yang termasuk program produktif diberikan pada kelas satu semester dua yang terdiri atas beberapa kompetensi dasar, di antaranya : menyiapkan tempat kerja, menyiapkan bahan, meletakkan pola diatas bahan, memotong, memindahkan tanda-tanda pola pada bahan dan mengemas pola serta bahan yang sudah dipotong. Setelah mempelajari kompetensi memotong bahan, diharapkan peserta didik memiliki pengetahuan tentang teknik dan prosedur memotong bahan, peserta didik menjadi lebih terampil melaksanakan pekerjaan memotong bahan dalam proses pembuatan busana. Dalam usaha pembuatan busana, pekerjaan memotong bahan memegang peranan yang sangat penting setelah pembuatan pola. Pekerjaan memotong bahan adalah termasuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan teliti dan seksama. Hasil potongan bahan yang kurang baik akan mempengaruhi proses pembuatan suatu busana dan berdampak pada hasil akhir busana yang dibuat. Berikut akan diuraikan langkah-langkah kegiatan memotong bahan mulai dari menyiapkan tempat kerja sampai mengemas.

2 16 1. Ruang Kerja Memotong Bahan Ruang kerja yang digunakan untuk melakukan pekerjaan memotong bahan menurut Dwi Parwati (2005: 13) mengemukakan : Memiliki penerangan yang baik, tidak terhalang furnitur atau barang lainnya, sirkulasi udara yang cukup nyaman, gambar tanda bahaya/peringatan diletakkan pada tempat yang terlihat, permukaan meja potong rata, terbebas dari kotoran dengan ukuran meja potong sesuai standar yaitu lebar meja sesuai dengan lebar kain yang digunakan dan panjangnya sesuai satu model busana yang dibuat. 2. Alat Jahit yang Digunakan untuk Memotong Bahan Alat menjahit yang digunakan untuk proses memotong bahan yaitu : a. Pita ukur Pilihlah pita pengukur yang terbuat dari bahan yang halus, lemas dan tidak bertiras. Kedua permukaan berukuran centimeter dan inchi, ukuran panjangnya 150 cm, garis dan angka tercetak jelas, terdapat logam penjepit pada kedua sisi. Digunakan dalam keadaan lurus (tidak bergelombang atau mulur). Pita ukur digunakan dalam setiap langkah proses pembuatan suatu busana mulai dari mengambil ukuran hingga finishing. b. Penggaris Gambar 2.1 Pita Ukur Penggaris digunakan untuk membantu dalam membuat garis-garis pola pada kain. Penggaris yang digunakan ada bermacam-macam yaitu:

3 17 1) Penggaris lurus digunakan untuk membuat garis lurus, garis tegak dan garis miring dalam proses persiapan sebelum memotong. Gambar 2.2 Penggaris Lurus 2) Penggaris lengkung panjang digunakan untuk menggambar pola sisi rok, tepi bawah rok dan garis hias. Gambar 2.3 Penggaris Lengkung 3) Penggaris siku-siku digunakan untuk membuat garis siku-sikuu pada pola. Gambar 2.4 Penggaris Siku-siku 4) Penggaris lengkung pendek digunakan untuk menggambar pola kerung lengan, kerung leher dan garis hias. Gambar 2.5 Penggaris Lengkung pendek

4 18 c. Gunting Gunting yang digunakan untuk memotong bahan harus dalam keadaan tajam, tidak berkarat dan tidak kendur murnya. Terdapat jenis-jenis gunting yang dipergunakan dalam menjahit busana yaitu : 1) Gunting kain, gunakanlah gunting yang tajam, baud terpasang rapat, terbuat dari baja tahan karat, panjangnya cm dan mempunyai cincin pegangan kecil untuk ibu jari dan cincin besar untuk jari-jari lainnya. Gambar 2.6 Contoh Gunting Kain 2) Gunting zig-zag, terbuat dari baja tahan karat, berfungsi untuk menyelesaikan kampuh terbuka agar tidak bertiras atau untuk menggunting pinggiran kain sebagai garis hiasan. Gambar 2.7 Contoh Gunting Zig-zag 3) Gunting benang, gunting benang yang dipergunakan khusus untuk menggunting benang, ukurannya lebih kecil dan tidak terdapat cincin pegangan untuk jari. Gambar 2.8 Gunting Benang

5 19 d. Pemberat Pemberat yang terbuat dari bahan logam dengan berbagai bentuk, berfungsi untuk membantu menahan kedudukan bahan pada waktu memotong agar bahan tidak bergeser. Biasanya dipakai untuk bahan yang licin atau memotong bahan dalam jumlah banyak. e. Alat pemberi tanda pada busana yaitu kapur jahit, rader, karbon jahit, jarum tangan dan benang. f. Jarum pentul Jarum pentul yang digunakan untuk memotong bahan harus dalam keadaan runcing, tajam dan tidak berkarat. Digunakan untuk menyematkan pola diatas bahan. Ada beberapa ukuran jarum pentul yang digunakan dalam menjahit, yaitu : 1) Jarum pentul logam, seluruhnya dari logam baik kepala maupun ujung jarum. Biasanya digunakan untuk pekerjaan memotong. Gambar 2.9 Jarum Pentul Logam 2) Jarum pentul ukuran sedang, lebih panjang dari jarum pentul ukuran kecil. Badan sampai ujung jarum terbuat dari logam, kepala jarum dari plastik warna-warni, digunakan untuk menyemat pola ke bahan pada proses memotong bahan atau menyemat bahan ke bahan pada proses menjahit.

6 20 Gambar 2.10 Jarum Pentul Ukuran Sedang 3. Persiapan Memotong Bahan Berikut ini cara menyiapkan bahan sebelum digunting, yaitu : a. Kain dibentangkan di atas meja potong, pada saat digunting kain dalam keadaan lurus, datar, licin (tidak boleh kusut) dan kain diluruskan menurut arah benang pakan (berlaku untuk semua jenis kain). b. Kain ditarik keempat arah agar lurus. Gambar 2.11 Menggunting Kain Yang Tidak Lurus Gambar 2.12 Meluruskan Kain

7 21 c. Kain dilipat menjadi dua ke arah lebar bahan. Gambar 2.13 Melipat Kain Ke Arah Lebar 4. Langkah-langkah Memotong Bahan Memotong bahan adalah salah satu pekerjaan yang memegang peranan penting baik dalam pembuatan busana maupun benda lainnya yang menggunakan bahan dasar kain atau produk yang berhubungan dengan usaha busana, sehingga persiapan harus dilakukan sebaik-baiknya untuk menghindari kesalahan pada saat memotong bahan. Setelah kain yang akan dipotong dibentangkan di atas meja kerja, pekerjaan selanjutnya adalah: a. Menyiapkan pola Menyiapkan pola merupakan langkah pertama untuk melakukan kegiatan memotong bahan, yang harus diperhatikan yaitu: memeriksa kelengkapan jumlah pola dan kelengkapan tanda-tanda pola agar tidak terjadi kekeliruan pada saat meletakkan pola yang berakibat kesalahan memotong bahan. b. Meletakkan pola diatas bahan Tahapan meletakkan pola di atas bahan yaitu : 1) Meletakkan pola di atas bahan harus memperhatikan kain yang akan digunakan, dilihat dari motif kain seperti motif kotak, garis, dan batik.

8 22 Sebelum meletakkan pola, kain disemat dengan jarum pentul pada beberapa tempat agar kain yang bermotif tidak bergeser. 2) Pola-pola yang diperkirakan membutuhkan bahan yang lebih banyak diletakkan terlebih dahulu pada bahan yang sudah disiapkan, kemudian dilanjutkan dengan pola-pola kecil yang membutuhkan bahan tidak terlalu banyak. 3) Setelah yakin tidak akan ada perubahan, pola disemat dengan jarum pentul. Akan lebih aman menggunakan jarum pentul berukuran sedang (Gambar 2.10) 4) Setelah pola dipasang di atas kain dan disemat jarum pentul, seluruh sisi pola diberi kampuh menggunakan kapur jahit, karbon, rader atau jelujur renggang sesuai tekstur bahan yang digunakan. 5) Ukuran kampuh pada potongan pola diatas kain disesuaikan dengan tekstur kain dan ukuran standar yang biasa digunakan untuk bagian-bagian pola yaitu : untuk bahu 2 cm, lingkar lubang lengan 1,5 cm, lingkar leher 1 cm, sisi depan dan sisi belakang mulai dari 1-2 cm, sisi lengan ±1,5-2 cm, kelim bagian bawah blus 3 cm, kelim celana dan rok 4 cm, kelim lubang lengan 3 cm dan bagian lapisan seperti leher, lengan dan lapisan kancing depan ± 1-2 cm. c. Memotong bahan Setelah semua pola disemat dengan jarum pentul di atas bahan dengan benar, bahan dipotong dengan menggunakan gunting kain. Pada waktu memotong bahan yang harus diperhatikan yaitu :

9 23 1) Pemakaian gunting dengan posisi lubang kecil pada gunting berada diposisi atas ditahan oleh ibu jari sedangkan lubang yang lebih besar berada dibawah, ditahan oleh empat jari lainnya. Gambar 2.14 Cara Memegang Gunting yang Tepat 2) Posisi tangan kiri berada diatas bahan, menekan agar bahan tidak terangkat, tangan kanan memegang gunting dengan benar. 3) Gunting dibuka lebar-lebar pada tiap kali memotong, agar tepi bahan yang digunting rata. 4) Bahan tidak boleh diangkat atau diputar posisinya pada waktu dipotong. 5) Pemberian kampuh dapat dilakukan langsung pada bahan apabila pada pola belum diberi kelebihan kampuh, sehingga hasil potongan bahan berkampuh sesuai dengan kebutuhan Gambar 2.15 Cara Menggunting Bahan

10 24 d. Memberi Tanda Pola pada Bahan Memberi tanda pola pada bahan memiliki dua fungsi yaitu : 1) Untuk memberikan batasan besaran kampuh pada kain dari setiap bagian pola. 2) Untuk memberi tanda batasan pola pada kain. Alat untuk memindahkan tanda pola ke bahan ada 4 jenis, disesuaikan dengan tekstur bahan tekstil yang digunakan. Alat-alat untuk memindahkan tanda pola ke bahan adalah: 1) Rader Rader mempunyai dua macam yaitu : a) Rader bergerigi adalah rader yang bagian rodanya memiliki gigi. Digunakan untuk memberi tanda pada bahan yang memiliki ketebalan sedang sampai yang tebal. Gambar 2.16 Rader Bergerigi b) Rader licin (polos), bagian rodanya licin, rata, tidak bergerigi, digunakan untuk memberi tanda pada bahan yang tipis dan tembus pandang. Gambar 2.17 Rader Licin

11 25 2) Karbon Jahit Kegunaan karbon jahit untuk memberi tanda pola pada bahan yang bertekstur sedang dan tebal. Karbon jahit berupa lembaran seperti kertas yang permukaannya agak tebal karena dilapisi zat seperti lilin di salah satu permukaannya. Terdapat bermacam-macam warna karbon jahit. Tampilan karbon jahit memiliki ketebalan yang berbeda (ada yang tebal dan tipis). Penggunaan warna karbon jahit dapat digunakan warna senada atau berlawanan dengan warna bahan. Gambar 2.18 Karbon Jahit 3) Kapur Jahit Kapur jahit berfungsi untuk memindahkan tanda pola ke bahan, digunakan untuk bahan yang bertekstur sedang dan tebal, warna kapur jahit yang dipilih sebaiknya menggunakan warna yang berlawanan dengan kain agar terlihat jelas tanda-tanda pola yang dibubuhkan pada kain. Gambar 2.19 Kapur Jahit

12 26 4) Jarum Tangan dan Benang Jarum jahit tangan dan benang, dalam pemberian tanda pola digunakan untuk bahan yang halus, licin dan transparant dengan memakai tusuk jelujur renggang dan warna benang yang digunakan harus yang berlawanan dengan warna kain agar terlihat jelas. Gambar 2.20 Benang dan Jarum Tangan Cara menggunakan alat untuk memindahkan tanda pola pada bahan, yaitu: 1. Karbon jahit dan rader Karbon jahit yang berlilin diletakkan pada bagian buruk bahan, kemudian rader dijalankan pada garis-garis pola yang akan dipindahkan. Fungsi penggunaan alat ini yaitu untuk memberikan tanda pola pada seluruh bagian sisi atau bagian bagian yang akan disambung (dijahit). Rader dan karbon jahit digunakan untuk kain yang bertekstur sedang sampai tebal. Gambar 2.21 Memberi Tanda Dengan Rader dan Karbon Jahit

13 27 2. Kapur jahit Kapur jahit digunakan untuk memberi tanda kampuh pada kain yang bertekstur sedang dan tebal. Cara penggunaanya yaitu : Tepat pada bagian yang akan disambung semat terlebih dahulu dengan jarum pentul, kemudian buatlah garis mengikuti jarum pentul dengan kapur jahit. Gambar 2.22 Memberi Tanda dengan Kapur Jahit 3. Jarum tangan dan benang Penggunaan jarum tangan dan benang untuk memberi tanda pada bahan yang tipis, melangsai dan transparant dengan tusuk jelujur renggang, langkahlangkah menjelujur renggang yaitu : a. Siapkan jarum tangan dan isi jarum tersebut dengan benang jahit sebanyak dua helai, warna benang yang digunakan sebaiknya yang berlawanan dengan warna bahan. b. Seluruh garis-garis pola yang akan dipindahkan ke bahan dijelujur renggang dengan jarum yang sudah diisi benang. (Gambar 2.23)

14 28 c. Setelah selesai menjelujur renggang, kedua helai bahan ditarik, benang jelujur yang ada diantara kedua bahan digunting. (Gambar 2.24 dan gambar 2.25) Gambar 2.23 Memberi Tanda dengan Jelujur Renggang Gambar 2.24 Cara Menggunting Jelujur Renggang Gambar 2.25 Hasil Jelujur Renggang e. Mengemas bahan yang sudah selesai dipotong Setelah seluruh proses memotong bahan selesai, maka langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu mengemas dengan langkah sebagai berikut: 1) Melepaskan pola-pola dari kain

15 29 2) Pola disimpan dengan disusun satu persatu dan diberi nama pelanggan/pemesan agar tidak sulit mencari pada saat akan dipakai kembali. 3) Bahan yang sudah dipotong disimpan dengan cara digulung, diikat dengan sisa bahan dan diberi nama pelanggan agar tidak tercecer dan tertukar dengan pelanggan lainnya selanjutnya diserahkan kebagian menjahit untuk diproses lebih lanjut. f. Penerapan Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan (K3) dalam bekerja Kegiatan memotong bahan harus mengikuti prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan dalam bekerja (K3). Karyawan yang ditugaskan sebagai ahli memotong bahan pada saat bekerja sebaiknya menggunakan pakaian kerja, alas kaki dan penggunaan alat-alat memotong, menjahit digunakan dengan cara yang tepat. Selanjutnya letakkan alat-alat memotong bahan dan alat menjahit pada tempatnya untuk menghindari kecelakaan pada saat bekerja. Kenyamanan pada saat bekerja perlu diciptakan untuk meningkatkan produktifitas kerja, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pekerja adalah menjaga kebersihan lingkungan tempat bekerja, misalnya membuang perca-perca kain sisa pemotongan bahan pada tempat yang sudah disediakan.

16 30 B. Pengertian Belajar Dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dengan lingkungan yang termasuk didalamnya aspek kognitif, afektif dan psikomotor seperti yang dikemukakan oleh Arief Sadiman (2003: 1), yaitu : Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Perubahan tingkah laku pada setiap individu akan terjadi melalui kegiatan belajar. Hasil belajar harus menunjukan perubahan keadaan menjadi lebih baik, oleh karena itu peserta didik program keahlian tata busana SMK Negeri 9 Bandung, setelah melakukan kegiatan belajar, diharapkan mendapatkan perubahan-perubahan baik dalam pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Perubahan yang diharapkan ialah perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya seperti penempatan pola pada bahan kurang tepat, penerapan tandatanda pola yang masih keliru dan teknik memotong yang kurang baik, sehingga memberikan kesan kurang siap dalam melakukan praktek kerja industri di usaha busana khususnya di usaha Butik. 2. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar, berupa perubahan tingkah laku, sikap dan keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya agar lebih baik, sehingga

17 31 peserta didik akan memiliki nilai tambah yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Seperti yang dikemukakan Nasution (1997: 75) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan. Indikator adanya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seseorang dapat dilihat dari hasil belajar yang diperolehnya. Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2008: 22) adalah Kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif di dalamnya mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi. Aspek afektif mencakup sikap, nilai dan kepribadian setelah mendapatkan pngetahuan dari proses belajar, dan aspek psikomotor mencakup kesatuan psikis yang dimanifestasikan dalam tingkah laku fisik (sekumpulan keterampilan dalam bidang tertentu). C. Kesiapan Peserta Didik Mengikuti Praktek Kerja Industri Bidang Busana 1. Kesiapan a. Pengertian Kesiapan Kesiapan mengikuti praktek kerja industri merupakan suatu kondisi peserta didik dari hasil pendidikan dan latihan atau keterampilan yang mampu memberikan jawaban terhadap situasi lingkungan kerja. Kesiapan kerja tersebut ditunjang oleh pendidikan dan latihan yang lebih mengarah pada profesionalisme

18 32 kerja yang baik dan terencana. Sejalaur dengan pendapat Slameto (2003: 113) mengemukakan bahwa kesiapan adalah: Keseluruhan kondisi individu yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Lebih lanjut menurut M. Surya (1985: 45): Kesiapan adalah sejumlah pola-pola respon atau kecakapan tertentu yang diperlukan untuk suatu tindakan. Pengertian kesiapan dalam penelitian ini mengacu pada pengertian kesiapan tersebut yaitu, sebagai kondisi peserta didik setelah mengikuti pembelajaran yang berkaitan dengan pembuatan busana yang dilandasi dengan kecakapan untuk mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang membuatnya siap memberi respon terhadap praktek kerja industri di usaha Butik yang akan dilaksanakan. b. Aspek-aspek yang mempengaruhi kesiapan Individu yang melakukan interaksi sosial, selain dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya, juga dipengaruhi oleh faktor yang datang dari luar. Sebagai contoh pengaruh yang datang dari luar diri peserta didik Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 9 Bandung adalah pengkondisian peserta didik sehingga memiliki kesiapan dalam melaksanakan Praktek Kerja Industri di usaha Butik khususnya. Aspek-aspek yang ada dalam diri seseorang yaitu : a. Kematangan b. Kecerdasan c. Kondisi fisik, mental dan emosional d. Kebutuhaan-kebutuhan, motif dan tujuan e. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. (Slameto, 2003: 113)

19 33 Aspek-aspek yang mempengaruhi kesiapan pada penelitian ini mengacu pada pengertian di atas, dapat diartikan sebagai kondisi individu yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari, sehingga mampu menghadapi suatu situasi sesuai dengan kemampuan fisik, mental, sosial, moral dan emosional yang ada pada diri peserta didik Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 9 Bandung yang mengikuti Praktek Kerja Industri di usaha Butik. 2. Praktek Kerja Industri di Butik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan formal yang dapat mempersiapkan tenaga terampil, cakap dan mandiri menjadi tenaga tingkat menengah dalam mengisi kebutuhan industri. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut, peserta didik diwajibkan menempuh praktek kerja industri yang dilaksanakan secara terpadu antara pemenuhan kebutuhan sekolah dan industri. Pengertian praktek kerja industri menurut Dale (Heri Mulyadi, 1996: 98) adalah: Praktek Kerja Industri adalah program yang dirancang dan dilaksanakan bersama oleh SMK dan Industri, melalui praktek kerja industri diharapkan peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan profesional serta etos kerja yang meliputi kemampuan kerja, motivasi kerja, inisiatif, kreatifitas, hasil pekerjaan yang berkualitas, disiplin waktu dan rajin dalam bekerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Industri tempat pelaksanaan praktek kerja memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakan aktivitas kerja dalam situasi dan kondisi kerja yang sebenarnya, sehingga diharapkan peserta didik dapat menjadi tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan

20 34 dunia kerja serta dapat menjadi tenaga kerja yang professional dan terampil di usaha bidang busana yaitu Garmen, Konfeksi, Butik, Sanggar Busana, dan Atelier. Tujuan pelaksanaan praktek kerja industri dapat dicapai apabila singkronisasi antara pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di sekolah dengan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di industri. Perbedaan antara pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di sekolah dan di dunia industri pada umumnya masih ada, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih cepat terjadi di dunia industri. Berkaitan dengan itu pihak sekolah perlu menyesuaikan materi pembelajaran dengan tuntutan di lapangan dan meningkatkan kualitas peserta didiknya di bidang pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan keahlian. Selain itu diperlukan peningkatan sistem, strategi kerja sama yang saling menguntungkan untuk kedua belah pihak. Tujuan praktek kerja industri yang tercantum dalam kurikulum SMK 1994 (Sugiharti 2005: 20), yaitu : 1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. 2. Memperoleh keterkaitan dan kesepadanan antara sekolah dan dunia kerja 3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional 4. Member pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. Kutipan di atas mengandung makna bahwa praktek kerja industri Program Keahlian Tata Busana diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan, memperluas dan memantapkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang busana. Selain itu mempererat hubungan industri dengan sekolah serta

21 35 meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja di bidang busana. Di samping itu peserta didik akan mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lapangan kerja di mana peserta didik melaksanakan praktek kerja industri. Praktek kerja industri dilaksanakan satu semester (6 bulan) selama di kelas dua pada semester kedua atau di kelas tiga semester pertama, hal tersebut dilakukan apabila semua materi teori kejuruan dan praktek dasar kejuruan telah diberikan kepada peserta didik yang akan mengikuti praktek kerja industri. Tempat praktek kerja industri di usaha Butik, Garmen dan Sanggar Busana yang merupakan mitra SMKN 9 Bandung. Pengalaman peserta didik berbeda-beda, diantaranya dipengaruhi oleh tempat mitra praktek kerja. Perbedaan pengalaman dari peserta didik tersebut dapat dijadikan suatu agenda untuk tukar pengalaman diantara peserta didik setelah kembali ke sekolah. Selama pelaksanaan praktek kerja industri peserta didik dibimbing oleh seorang pembimbing dari pihak sekolah dan pihak mitra usaha yang berpengalaman serta memahami kebutuhan belajar peserta didik. Langkah-langkah peserta didik dalam pelaksanaan praktek kerja industri di butik, yaitu : 1) Mengikuti pengarahan dan petunjuk pelaksanaan praktek kerja industri di butik oleh pihak mitra selaku penanggung jawab semua kegiatan selama peserta didik melaksanakan praktek. Pengarahan tersebut bertujuan agar peserta didik dapat melaksanakan praktek kerja dengan tanggung jawab dan disiplin.

22 36 2) Melaksanakan praktek kerja industri di usaha Butik, peserta didik mempelajari dan terjun langsung bagaimana pengelolaan usaha dan proses produksi mulai dari pembuatan desain, pembuatan pola, proses pemotongan bahan, penjahitan, finishing dan cara mempromosikan busana yang dihasilkan di tempat praktek. 3) Melaksanakan evaluasi terhadap kesulitan, kemajuan yang dihadapi peserta didik dalam menjalankan kegiatan praktek kerja industri di butik. 4) Membuat laporan kegiatan Penilaian praktek kerja industri mencakup penilaian, proses dan hasil pekerjaan peserta didik selama bekerja di usaha Butik. Fokus penilaian peserta didik adalah tentang penguasaan kemampuan dan perilaku selama melaksanakan pekerjaan di dunia usaha atau industri. Selama peserta didik melaksanakan pekerjaan di dunia usaha, penilaian sepenuhnya menjadi wewenang pihak pemilik usaha, dan hasil penilaian yang telah diperoleh peserta didik selama mengikuti praktek kerja industri di serahkan kepada pihak sekolah. Tujuan penilaian selama praktek kerja industri yaitu mengetahui perkembangan peserta didik selama mengikuti praktek keahlian di Butik, Garmen dan Sanggar Busana yang meliputi : kemampuan kerjasama, disiplin, perilaku, sikap, inisiatif dan kreatifitas yang termasuk kedalam penilaian non teknis. Sedangkan penilaian teknis meliputi prosedur kerja dan kompetensi yang dikuasai peserta didik selama kegiatan praktek kerja di Butik, Garmen dan Sanggar Busana. Kriteria penilaian peserta didik selama praktek kerja industri didasarkan atas kriteria standar yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah dengan nilai 6,00-

23 37 7,50 = Cukup, 7,51-8,99 = Baik, dan 9,00-10,00 = Sangat Baik. Setelah praktek kerja industri dilaksanakan, peserta didik diwajibkan membuat lapoaran kegiatan yang dibuat secara kelompok sesuai dengan tempat praktek kerja industri. Didalam laporan berisi gambaran tempat praktek kerja industri, pelaksanaan praktek kerja industri dan hasil kegiatan laporan diserahkan kepada pihak sekolah sebagai salah satu penilaian kegiatan praktek kerja di dunia usaha atau industri. D. Manfaat Hasil Belajar Memotong Bahan Sebagai Kesiapan Mengikuti Praktek Kerja Industri Manfaat hasil belajar Memotong Bahan yang diharapkan yaitu adanya perubahan kognitif yaitu pengetahuan, afektif yaitu sikap/tindakan, psikomotor yaitu keterampilan pada peserta didik Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 9 Bandung sejalan dengan pendapat Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2008:23) tentang klasifikasi hasil belajar yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Manfaat berdasarkan pengertian di atas adalah memfungsikan kemampuan peserta didik Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 9 Bandung pada kompetensi Memotong Bahan yang berupa kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor yang diperoleh setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar Memotong Bahan ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

24 38 1. Manfaat Hasil Belajar Memotong Bahan Berupa Kemampuan Kognitif Kemampuan kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan pemahaman masalah. Manfaat hasil belajar Memotong Bahan dalam bentuk kemampuan kognitif untuk mengukur kamampuan peserta didik dalam menerima materi pembelajaran, mengacu pada pendapat Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2008: 23) yang penulis sarikan, yaitu : a. Pengetahuan merupakan kemampuan dalam menghapal dan mengingat kembali materi yang dipelajari. Contoh: Setelah mempelajari pengetahuan kebutuhan alat memotong bahan, peserta didik dapat mengetahui pengetahuan tersebut yang bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. b. Pemahaman merupakan kemampuan menggunakan atau menafsirkan makna suatu konsep. Contoh: Setelah memiliki pengetahuan teknik memotong, peserta didik dapat memahami pengetahuan tersebut yang bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. c. Aplikasi merupakan kemampuan dalam menerapkan dan mengabstraksikan suatu konsep atau ide dalam situasi baru. Contoh: Setelah memiliki pengetahuan tanda-tanda pola, peserta didik dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam memotong bahan yang bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. d. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu integritas menjadi unsurunsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti atau tingkatan. Contohnya: Setelah memiliki pengetahuan menganalisis pola sebagai persiapan

25 39 memotong bahan, maka pengetahuan tersebut bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. e. Evaluasi yaitu memberikan penilaian berdasarkan kriteria atau standar yang telah ditentukan. Contoh: Setelah memiliki pengetahuan tentang mengevaluasi penerapan tanda-tanda pola pada bahan yang akan dipotong, maka pengetahuan tersebut bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. f. Kreasi merupakan kemampuan dalam menciptakan unsur atau bagian yang berkaitan satu sama lain menjadi suatu bentuk baru yang berguna. Contoh: pengetahuan berkreasi dalam meletakan pola di atas bahan ada manfaatnya sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. 2. Manfaat Hasil Belajar Memotong Bahan Berupa Kemampuan Afektif Kemampuan peserta didik berkaitan dengan sikap dan nilai, tipe hasil belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku atau sikap peserta didik, mengacu pada pendapat Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2008: 30) yang penulis sarikan, sebagai berikut : a. Penerimaan yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi atau gejala. Contoh: Hasil pembelajaran memotong bahan dapat memberikan stimulus pada peserta didik dalam mengerjakan tugas memotong bahan yang bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. b. Menanggapi adalah suatu sikap yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar yaitu kemauan mengikuti secara aktif dalam

26 40 kegiatan tertentu. Contohnya: Setelah belajar memotong bahan peserta didik dapat menyelesaikan tugas memotong bahan sesuai jenis dan tekstur kain yang bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. c. Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan positif, baik yang disebabkan oleh intern maupun ekstern. Contoh: Peserta didik termotivasi untuk memotong bahan dengan cara yang tepat dan cepat sesuai dengan SOP yang bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. d. Kesungguhan, dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan dengan maksimal. Contoh: Setelah mempelajari teknik memotong bahan peserta didik bersungguh-sungguh dalam memotong bahan dengan memperhatikan tata letak pola yang disesuaikan dengan tekstur kain yang bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. e. Keingintahuan, dapat diartikan sebagai suatu langkah awal berpikir seseorang. Contoh: Setelah mempelajari memotong bahan peserta didik cermat dalam menggunakan alat pemindah tanda pola sesuai dengan ketebalan kain yang bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. f. Disiplin, dapat diartikan sebagai suatu usaha mematuhi peraturan dan kebiasaan hidup teratur. Contoh: Setelah belajar memotong bahan peserta didik menjadi terbiasa tepat waktu dalam mengerjakan tugas yang bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.

27 41 3. Manfaat Hasil Belajar Memotong Bahan Berupa Kemampuan Psikomotor Kemampuan psikomotor berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan untuk bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman belajar. Aspek psikomotor atau keterampilan dapat dinilai dengan tes perbuatan atau evaluasi dalam bentuk praktek dan observasi, mengacu pada pendapat Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2008: 30) yang penulis sarikan, sebagai berikut : a. Kekuatan, bersifat memantapkan hasil belajar yang didapat dalam bentuk pemahaman prinsip tertentu. Contoh: Setelah belajar memotong sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) maka keterampilan tersebut bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. b. Kecepatan yang dimaksud adalah kecepatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk menyelesaikan masalah dalam suatu pekerjaan. Contoh: peserta didik mampu menentukan tanda-tanda pola pada bahan dengan cepat dan tepat sehingga bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. c. Dorongan (impulsion) dibagi menjadi dua yaitu dorongan dari dalam dan dorongan dari luar. Contoh: setelah belajar memotong bahan dan mendapatkan nilai yang baik, karena peserta didik mempraktekan memotong bahan dengan cepat dan tepat sesuai dengan model dan bahan yang disediakan sehingga bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. d. Ketelitian (prasion) yaitu ketelitian dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya: Peserta didik teliti menata pola di atas bahan dengan memperhatikan efisiensi kain sehingga bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.

28 42 e. Keserasian (coordination) yaitu membuat sesuatu menjadi serasi. Contoh: peserta didik dapat memberikan besaran kampuh untuk setiap bagian pola, jenis dan tekstur kain yang berbeda sehingga bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. f. Daya tahan (endurance) yaitu daya tahan fisik dan psikis dalam situasi tertentu. Contoh: Peserta didik mengerjakan tugas memotong bahan dengan kondisi fisik dan mental yang seimbang dan sehat sehingga bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik. Hasil belajar yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perbuatan yang terjadi pada peserta didik setelah melalui proses evaluasi yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor memiliki manfaat yang diharapkan dapat menjadi bekal dalam pelaksanaan praktek kerja industri. Uraian teoritis pada Bab II tentang manfaat hasil belajar memotong bahan ini, diharapkan dapat menjadi dasar pemikiran untuk uraian penjabaran hasil penelitian pada Bab berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 05 / KPB /S1 / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan 97 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi dari seluruh kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan, implikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena merupakan salah satu aspek utama dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sekolah menengah kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah yang diselenggarkan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

Pola busan bayi yang digunakan pada usaha konfeksi dapat berupa pola dasar dengan

Pola busan bayi yang digunakan pada usaha konfeksi dapat berupa pola dasar dengan d. Macam-macam Pola Busana Bayi Pola busan bayi yang digunakan pada usaha konfeksi dapat berupa pola dasar dengan pecah polanya, seperti: pola gurita, pola popok, pola kemeja, pola celana, pola sepatu,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian Manfaat Hasil Belajar Membuat Pola Busana Pesta Wanita Dengan Sistem Kombinasi Sebagai Kesiapan Praktek

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01 DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :

Lebih terperinci

Cara Menjahit Gamis Resleting Depan

Cara Menjahit Gamis Resleting Depan Cara Menjahit Gamis Resleting Depan Dilarang Keras Memproduksi, Memperbanyak dan mendistribusikan baik keseluruhan maupun sedikit dari isi ebook ini dalam bentuk Apapun tanpa seizin penulis. Untuk menghemat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai Pendapat Peserta Didik

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

JOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain

JOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain JOB-SHEET MATA KULIAH : BUSANA ANAK TOPIK : BEBE ANAK PEREMPUAN PROGRAM STUDI : PT BUSANA / TEKNIK BUSANA SEMESTER : II JUMLAH SKS : 2 SKS (Praktek) PENGAMPU : EMY BUDIASTUTI, M.Pd A. Kompetensi: diharapkan

Lebih terperinci

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN 2009 BAB II STRUKTUR KURIKULUM

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01 RPP menjahit RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01 PELAJARAN : MULOK MENJAHIT KELAS /SEMESTER : VII / I MATERI : PENGERTIAN MENJAHIT SUB MATERI : DASAR DASAR MENJAHIT ALOKASI WAKTU : 2 x PERTEMUAN I. KOMPETENSI

Lebih terperinci

B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok

B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok : 1 x pertemuan : (2x 45 menit) Standar Kompetensi : 1. Mengenal bagian-bagian Busana A. Kompetensi Dasar 1.1. Mengidentifikasi bagian-bagian busana B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Berkenaan

Lebih terperinci

Semua upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan Kurikulum Keterampilan pada Madrasah Aliyah, dilandasi oleh rasa tanggung

Semua upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan Kurikulum Keterampilan pada Madrasah Aliyah, dilandasi oleh rasa tanggung Kurikulum Madrasah Aliyah Program Keterampilan ini, diharapkan memberi peluang tumbuhnya potensi untuk mandiri dan bertanggung jawab dalam mengembangkan program pembelajaran yang lebih sesuai dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi perkembangan era globalisasi yang semakin pesat. Globalisasi membawa dampak besar khususnya bagi para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk, mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas

Lebih terperinci

PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER

PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER MATERI BUSANA KERJA PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER Disusun Oleh : Dra. Astuti, M. Pd 19601205 198703 2 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan kehidupan bangsa dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya yang mampu membangun

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA BAGIAN URAIAN JUMLAH HALAMAN JOB.O1 Kemeja Lengan Panjang 10 halaman JOB.02 Celana Panjang 7 halaman JOB.03 Jaket 9 halaman Jumlah Halaman 26 halaman 1. Kompetensi Mampu membuat Kemeja Lengan Panjang 2.

Lebih terperinci

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan termasuk dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan termasuk dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci pertama dan utama bagi segala usaha pembangunan termasuk dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab, dalam pembangunan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dicapai

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS-101B. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-101B. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -101B Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan merupakan salah satu pilar

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI HASIL BELAJAR BUSANA PESTA TERHADAP KESIAPAN UJI KOMPETENSI PEMBUATAN BUSANA PESTA

2015 KONTRIBUSI HASIL BELAJAR BUSANA PESTA TERHADAP KESIAPAN UJI KOMPETENSI PEMBUATAN BUSANA PESTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Busana pesta adalah busana yang dikenakan untuk menghadiri kesempatan acara pesta. Pesta merupakan sebuah acara sosial yang dimaksudkan sebagai perayaan dan rekreasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN SMK Negeri adalah salah satu lembaga pendidikan menengah kejuruan kelompok pariwisata yang memiliki 5 program keahlian yaitu Jasa Boga, Kecantikan, Tata Busana, Kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nindy Agustina, 2014 Manfaat hasil belajar membuat pola di atas kain sebagai kesiapan kerja di tailoring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nindy Agustina, 2014 Manfaat hasil belajar membuat pola di atas kain sebagai kesiapan kerja di tailoring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah LPK (Lembaga Pendidikan Keterampilan) Pelita Busana merupakan salah satu lembaga pendidikan dan pelatihan yang mampu menghasilkan tenaga kerja dengan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Industri kreatif merupakan kelompok industri kecil yang mengeksploitasi ide atau kekayaan intelektual dibidang handicraft, sehingga memiliki nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari. kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan

BAB II KAJIAN TEORI. untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari. kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kesulitan Belajar Membuat Blus a. Kesulitan Belajar Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan.

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 2. Sub Kompetensi Menguasai dan mampu membuat : a. Pola Jaket ukuran kecil dan ukuran besar b. Merancang bahan dan harga untuk Jaket c. Memotong bahan Jaket d. Menjahit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif, terampil dan

Lebih terperinci

MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING. Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP

MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING. Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP. 19601205 198703 2 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A Latar Belakang Penelitian... 1

Lebih terperinci

JOB SHEET. : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program Studi : Pendidikan Tata Busana Mata Kuliah :Piranti Menjahit

JOB SHEET. : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program Studi : Pendidikan Tata Busana Mata Kuliah :Piranti Menjahit JOB SHEET Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program Studi : Pendidikan Tata Busana Mata Kuliah :Piranti Menjahit Semester :Ganjil Pokok Bahasan : Pemasangan Kancing Waktu : 3 x 60 menit (1 kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau non pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau non pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau non pemerintah mengacu pada pendidikan nasional yang teruang dalam UU RI No 20 pasal 13 dan 14 (2003:11)tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilaksanakan sebagai kebutuhan manusia untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas,melalui pendidikan diharapkan dapat membuat manusia lebih cerdas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif, terampil dan

Lebih terperinci

Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS-207C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-207C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -207C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

HUBUNGAN FASILITAS BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MENJAHIT BLUS PADA SISWA KELAS I JURUSAN TATA BUSANA DI SMK N 1 TEGAL TAHUN AJARAN

HUBUNGAN FASILITAS BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MENJAHIT BLUS PADA SISWA KELAS I JURUSAN TATA BUSANA DI SMK N 1 TEGAL TAHUN AJARAN HUBUNGAN FASILITAS BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MENJAHIT BLUS PADA SISWA KELAS I JURUSAN TATA BUSANA DI SMK N 1 TEGAL TAHUN AJARAN 2005-2006 SKRIPSI Diajukan untuk menyelesaikan studi strata I untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan. Sekolah bukan hanya dijadikan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET TAILORING. 1. Kompetensi Mampu membuat stelan jas wanita

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET TAILORING. 1. Kompetensi Mampu membuat stelan jas wanita 1. Kompetensi Mampu membuat stelan jas wanita 2. Sub Kompetensi Menguasai dan mampu membuat : a. Pola Jast wanita ukuran kecil ( Skala 1 : 4 ), sesuai model b. Pola Jas wanita ukuran besar sesuai model

Lebih terperinci

MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang berupaya melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang berupaya melakukan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang berupaya melakukan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 02 / KPB / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pada era globalisasi semakin tajam dan ketat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pada era globalisasi semakin tajam dan ketat dalam A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Persaingan pada era globalisasi semakin tajam dan ketat dalam meningkatkan keunggulan kompetensi di semua sektor industri dan sektor jasa yang mengandalkan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sedang membangun, menempatkan pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala bidang. Pendidikan dalam suatu

Lebih terperinci

LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd

LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd JlhJRUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Oktober,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKTAN KUALITAS LULUSAN SMK BIDANG BUSANA

UPAYA PENINGKTAN KUALITAS LULUSAN SMK BIDANG BUSANA UPAYA PENINGKTAN KUALITAS LULUSAN SMK BIDANG BUSANA Oleh : Nanie Asri Yuliati, Dra. ABSTRAK Tujuan pembuatan makalah ini agar Lulusan Prodi Teknik Busana dapat berwirausaha di bidang busana/ industri garmen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Ambarwati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Ambarwati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri di bidang fashion merupakan industri yang sedang berkembang saat ini seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia akan fashion. Hal ini mendorong industri-industri

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. 1. Sepatu Mesin Jarum Mesin Sekoci Spul Kapur Jahit Pita Ukur...

DAFTAR GAMBAR. 1. Sepatu Mesin Jarum Mesin Sekoci Spul Kapur Jahit Pita Ukur... DAFTAR GAMBAR 1. Sepatu Mesin... 10 2. Jarum Mesin... 11 3. Sekoci... 11 4. Spul... 11 5. Kapur Jahit... 12 6. Pita Ukur... 12 7. Gunting Kain... 13 8. Pendedel... 13 9. Benang Jahit... 14 10. Jarum Tangan...

Lebih terperinci

TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL

TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL BUSANA WANITA KLASIFIKASI BUSANA WANITA MEMOTONG BAHAN TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL KLASIFIKASI BUSANA WANITA 1. Under clothes (daster, baby doll) 2. Casual wear (blouse, pants, skirt) 3. Formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang bersikap rasional, teliti, kreatif, peka terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi berkembangnya sebuah negara dan menunjang program pembangunan nasional. Sebuah negara dapat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan memegang peranan penting dalam mengupayakan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Santrock (1995: 225) Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin

Lebih terperinci

MEMBUAT POLA DASAR SISTEM DRAPING

MEMBUAT POLA DASAR SISTEM DRAPING MEMBUAT POLA DASAR SISTEM DRAPING Oleh TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

D KONTRIBUSI HASIL BELAJAR MANAJEMEN USAHA BUSANA TERHADAP KESIAPAN PERINTISAN USAHA BISNIS BUTIK

D KONTRIBUSI HASIL BELAJAR MANAJEMEN USAHA BUSANA TERHADAP KESIAPAN PERINTISAN USAHA BISNIS BUTIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Usaha busana merupakan suatu bisnis yang berkembang pesat dari tahun ketahun, hal ini terlihat dari tingginya permintaan konsumen yang akhirnya membuat banyak

Lebih terperinci

MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR

MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR i MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR Cara Mengambil Ukuran, Pembuatan Pola Dasar, Merubah Model, Perencanaan Bahan Oleh Zulfaturochmah, S. Pd Pamong Belajar SKB Kab. Pekalongan DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras

Lebih terperinci

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Teknik Pembuatan Sampel Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vi viii ix BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 01 / KPB / S1 / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina, 2014 Analisis kualitas hasil praktek busana pesta wanita pada mata pelajaran menjahit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina, 2014 Analisis kualitas hasil praktek busana pesta wanita pada mata pelajaran menjahit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang meliputi busana pokok dan pelengkap busana termasuk assesories yang dikenakan mulai dari kepala sampai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA

MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA Oleh : As-as Setiawati Kerah Jas dan Kerah Setali Kerah jas adalah kerah yang dilengkapi dengan rever (kelepak), letak kerah

Lebih terperinci

Teknik Draping KATA PENGANTAR

Teknik Draping KATA PENGANTAR i KATA PENGANTAR P uji Tuhan, dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan karunia-nya, sehingga dapat menyelesaikan modul dengan judul Teknik Draping

Lebih terperinci

PENERAPAN HASIL BELAJAR DESAIN HIASAN BUSANA PADA PEMBUATAN HIASAN LEKAPAN ADIBUSANA

PENERAPAN HASIL BELAJAR DESAIN HIASAN BUSANA PADA PEMBUATAN HIASAN LEKAPAN ADIBUSANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap aspek kehidupan manusia, salah satunya dalam bidang fashion. Kebutuhan manusia akan fashion semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan potensi bangsa Indonesia yang mampu membangun dirinya dan bertanggung jawab pada pembangunan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat ditingkatkan melalui bidang pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk mewujudkan, mengembangkan

Lebih terperinci

Bahan Belajar. Kreasi Kain Perca. (c) PP-PAUD DAN DIKMAS JABAR

Bahan Belajar. Kreasi Kain Perca. (c) PP-PAUD DAN DIKMAS JABAR Bahan Belajar Kreasi Kain Perca Project Based Learning (PjBL) Dalam Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan Kesetaraan Paket C Pengarah Dr. Muhammad Hasbi, S.Sos., M.Pd. (Kepala PP-PAUD dan Dikmas Jawa Barat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan nasional di era globalisasi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dalam penelitian ini disusun berdasarkan tujuan penelitian,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dalam penelitian ini disusun berdasarkan tujuan penelitian, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini disusun berdasarkan tujuan penelitian, hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang berjudul kontribusi hasil belajar

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-001

PANDUAN MENJAHIT MODEL-001 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-001 MODEL adalah model busana dress Lengan panjang dengan leher setengah berdiri yang dihiasi ruffle, belahan kancing di bagian depan dan cuff lengan tanpa kancing. Rok yang tersambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan di negara Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan di negara Indonesia menitikberatkan pada peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan pendidikan di negara Indonesia menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia supaya menjadi manusia yang memiliki semangat kerja yang

Lebih terperinci

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007 MENGGAMBAR GARIS A. Memilih Peralatan dan Perlengkapan Gambar 1) Meja Gambar Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut terbuat dari kayu yang tidak terlalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan perkembangan individu dan masyarakat, dalam mewujudkan pembangunan disegala bidang secara merata dan menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Produk : Gambar 1 : Pakaian dan Celana yang beredar di pasaran (Sumber : www. Pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa jenis pakaian dan celana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera globalisasi, memerlukan pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan penyiapan tenaga

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated.

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated. MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT DIREKTORAT PEMBEKALAN ANGKUTAN SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : 20-251 I. BAHAN. 1. Kain filament polyester 100% double side coated. a. Lebar kain,cm (inchi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan merupakan salah satu pilar utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data hasil tes dan angket mengenai Kontribusi Hasil Belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data hasil tes dan angket mengenai Kontribusi Hasil Belajar A. Pemaparan Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengolahan data hasil tes dan angket mengenai Kontribusi Hasil Belajar Membuat Kriya Tekstil dengan Teknik Makrame Terhadap Kesiapan Kerja di Kriya

Lebih terperinci

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati CARA MENGUKUR BADAN Ketepatan suatu pola dasar ditentukan oleh cara mengukur badan yang tepat. Pola dasar yang baik berarti cara mengambil ukurannya tepat dan

Lebih terperinci

BAB V PEDOMAN MAGNET

BAB V PEDOMAN MAGNET BAB V PEDOMAN MAGNET PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas mengenai alat navigasi yang paling konvensional dan penting di kapal, yang digunakan untuk menentukan arah di laut, yaitu pedoman magnit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional dalam menciptakan sumber daya manusia. Pendidikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan bangsa Indonesia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan sarana paling

Lebih terperinci

MENGGUNTING PELAT TIPIS

MENGGUNTING PELAT TIPIS MENGUASAI KERJA BANGKU MENGGUNTING PELAT TIPIS B.20.09 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bangsa. Salah satu masalah pendidikan dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bangsa. Salah satu masalah pendidikan dewasa ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang mempengaruhi perkembangan suatu bangsa. Salah satu masalah pendidikan dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No.: BAK/TBB/SBG313 Revisi: 00 Tgl: 1 Januari 2013 Hal. 1 dari 14 I. KOMPETENSI A. Menyiapkan bahan dan peralatan samir B. Melapisi styrofoam dengan daun pisang C. Menyiapkan hiasan tepi samir D. Merangkai

Lebih terperinci

Pada pembuatan produk kriya kulit kertas karton digunakan pada pembuatan

Pada pembuatan produk kriya kulit kertas karton digunakan pada pembuatan PILIHLAH JAWABAN YANG PALING TEPAT! 1. Langkah pertama dalam pembuatan produk kriya kulit adalah a. Membuat pola b. Memotong c. Menyeset d. Menjahit e. Mendesain 7. 8. 9. 2. 3. 4. 5. 6. Lipatan tengah

Lebih terperinci