KODE MODUL: BUS-207C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KODE MODUL: BUS-207C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG"

Transkripsi

1

2 KODE MODUL: -207C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2004

3 KATA PENGANTAR Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada Tim penulis Modul untuk Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Tata Busana dan Tata Kecantikan, sehingga dapat menyelesaikan berbagai modul tepat pada waktunya. Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa kerjasama yang baik antar anggota Tim penulis dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan modul ini tidak dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, pada kesempatan ini, perkenankan tim Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada : 1. Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yang telah memberikan berbagai dukungan demi kelancaran penulisan modul ini. 2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang dan, sebagai penanggung jawab yang telah memberikan bantuan demi kelancaran penulisan modul ini 3. Ketua Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang, yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam menulis modul ini. 4. Ketua Team, Konsultan ahli, dan para validator yang telah memberikan bantuan, arahan, serta masukan demi kelancaran penulisan modul ini. 5. Bapak pidekso Adi, dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, yang telah membantu proses penyuntingan bahasa pada modul ini. 6. Kawan-kawan sejawat yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, yang telah membantu memberikan kemudahan dalam rangka penulisan modul ini. Bidang Keahlian Tata Busana i

4 Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan kekuatan, kasih, dan petunjuk atas bantuan Bapak, Ibu, dan Saudara semua. Penulis menyadari bahwa dalam modul ini masih terdapat celah-celah atau ketidaksempurnaan, baik substansi maupun deskripsinya. Untuk itu, taggapan dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan. Harapan kami, semoga modul ini bermanfaat sebagaimana mestinya. Penulis Bidang Keahlian Tata Busana ii

5 Bidang Keahlian Tata Busana iii PETA KEDUDUKAN MODUL TATA ANA 417B 417C 417D 417A 416C 416B 416A 415A 414A 313A 313B 313C 312A 312B 312C 311A 311B 207A 207B 207C 101A 101B 208A 208B 208C 209A 209B 209C 210A 210B 210C 415B 414B R 418 M 313 E 205 F 206 G 207 A 101 B 102 C 103 D 104 H 208 I 209 J 210 L 312 K 311 Q 417 P 416 IV JURU GAMBAR I PEMBANTU PENJAHIT O 415 N 414 III PENJAHIT MODISTE II PENJAHIT INDUSTRI

6 KETERANGAN PETA KEDUDUKAN MODUL TATA ANA Mata Diklat : A. Memelihara Piranti Menjahit dan K3 Bidang Busana No Kode Modul Judul Modul 1 101A Pemeliharaan piranti menjahit dan K3 bidang busana 2-101B Piranti menjahit Mata Diklat : B. Menjahit Bagian Busana Sesuai Dengan Prosedur Menjahit No Kode Modul Judul Modul Teknik Jahit Bagian-bagian Busana Mata Diklat : C. Memberi Tanda Untuk Jahit dan Setrika No Kode Modul Judul Modul Tanda-tanda Jahit dan Penyeterikaan Mata Diklat : D. Melaksanakan Pengepakan Pakaian Dalam Kemasan dan Siap Kirim No Kode Modul Judul Modul Teknik Pengemasan dan Pelabelan Mata Diklat : E. Melakukan Proses Dan Pelaksanaan Penyeterikaan Dan Pressing No Kode Modul Judul Modul Teknik Setrika dan Pressing Bidang Keahlian Tata Busana iv

7 Mata Diklat : F. Melaksanakan Pekerjaan Pengikatan Dan Penomoran Potongan Busana No Kode Modul Judul Modul Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana Mata Diklat : G. Melaksanakan Pekerjaan Marker No Kode Modul Judul Modul 8 207A Teknik marker 9 207B Teknik merancang bahan C Petunjuk praktis pekerjaan marker Mata Diklat : H. Membuat Sampel Sesuai Desain No Kode Modul Judul Modul A Teknik pembuatan sampel (busana wanita) B Teknik pembuatan sampel (busana pria) C Teknik pembuatan sampel (busana anak) Mata Diklat : I. Melaksanakan Pekerjaan Bagian Produksi No Kode Modul Judul Modul A Teknik Cutting, Sewing, dan Finishing (busana anak) B Teknik Cutting, Sewing, dan Finishing (busana wanita) C Teknik Cutting, Sewing, dan Finishing (busana pria) Mata Diklat : J. Melakukan Pekerjaan Bordir No Kode Modul Judul Modul A Teknik bordir B Teknik bordir lanjut pada busana C Variasi bordir Bidang Keahlian Tata Busana v

8 Mata Diklat : K. Melakukan Pekerjaan Sablon/Printing No Kode Modul Judul Modul A Dasar-dasar printing B Pengembangan printing design Mata Diklat : L. Membuat Pola Busana Sesuai Konstruksi Dan Model No Kode Modul Judul Modul A Konstruksi pola busana pria B Konstruksi pola busana wanita C Konstruksi pola busana anak Mata Diklat : M. Membuat Pakaian Dengan Teknik Madya No Kode Modul Judul Modul A Prinsip dasar pembuatan busana Madya B Garniture C Teknik penyelesaian busana madya Mata Diklat : N. Berkomunikasi Dan Melaksanakan Pelayanan Prima No Kode Modul Judul Modul A Teknik komunikasi B Prinsip pelayanan prima Mata Diklat : O. Membuat Pakaian Dengan Teknik Tailoring No Kode Modul Judul Modul A Prinsip dasar pembuatan busana tailoring B Teknik penyelesaian busana tailoring Mata Diklat : P. Membuat Desain Busana Dan Desain Hiasan No Kode Modul Judul Modul A Menggambar proporsi tubuh manusia B Dasar-dasar desain hiasan busana C Dasar-dasar desain hiasan lenan rumah tangga Bidang Keahlian Tata Busana vi

9 Mata Diklat : Q. Membuat Hiasan Dan Penerapannya Pada Busana Dan Lenan Rumah Tangga No Kode Modul Judul Modul A Pola hiasan lenan rumah tangga B Pola hiasan busana C Teknik menghias lenan rumah tangga D Teknik menghias busana Mata Diklat : R. Melakukan Draping Pakaian No Kode Modul Judul Modul Prinsip dan teknik draping busana Bidang Keahlian Tata Busana vii

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... PETA KEDUDUKAN MODUL... KETERANGAN PETA KEDUDUKAN MODUL... DAFTAR ISI... PERISTILAHAN/GLOSARY... BAB I: PENDAHULUAN A. Deskripsi... B. Prasyarat... C. Petunjuk Penggunaan Modul... D. Tujuan Akhir... E. Kompetensi... F. Cek Kemampuan... BAB II: PEMELAJARAN A. Rencana Belajar Peserta Didik... B. Kegiatan Belajar Kegiatan Belajar I: Pengetahuan Dasar Merancang Bahan a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 1... b. Uraian Materi 1: Tanda-tanda Pola... c. Uraian Materi 2: Arah Serat Kain d. Uraian Materi 3: Motif Bahan... e. Uraian Materi 4: Model Pakaian... f. Uraian Materi 5: Menyiapkan Bahan... g. Rangkuman 1... h. Tugas 1... i. Tes Formatif 1... j. Kunci Jawaban... i iii iv viii Bidang Keahlian Tata Busana viii

11 2. Kegiatan Belajar 2: Teknik Dasar Merancang Bahan... a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 2... b. Uraian Materi 1: Merancang Bahan... c. Uraian Materi 2: Merancang Harga... d. Rangkuman 2... e. Tugas 2... f. Tes Formatif 2... g. Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 3: Merancang Bahan Pada Bahan Bermotif... a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 3... b. Uraian Materi : Merancang Bahan Pada Bahan Bermotif..... c. Rangkuman 3... d. Tugas 3... e. Tes Formatif 3... f. Kunci Jawaban 3... BAB III: EVALUASI... DAFTAR RUJUKAN Bidang Keahlian Tata Busana ix

12 PERISTILAHAN/GLOSSARY Kampuh Kelim Kumai Lungsin Marker Pakan Pias Rompok : Lebar guntingan atau jarak menggunting dari garis pola bagian pinggiran kain yang merupakan tempat untuk menggabung kain yang satu dengan kain yang lain. : Penyelesaian tepi kain untuk menghilangkan bagian yang bertiras : Kain serong yang dibuat untuk melapisi pinggiran kerah dan sebagainya guna menutupi tiras : Benang yang membujur lurus sepanjang kain dalam blok : Teknik merancang bahan skala besar/industri : Benang yang melintang pada lungsin : Garis hias atau sambungan berupa lajur yang disambung dari atas sampai ke bawah. : Kain serong untuk membalut kain, seperti pada garis leher, ujung lengan, ataupun tempat lain Bidang Keahlian Tata Busana 1

13 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Modul dengan judul Merancang Bahan ini, merupakan salah satu modul penunjang dan merupakan bagian dari teknik marker. Tujuan diajarkannya modul ini, agar peserta diklat memiliki wawasan dan keterampilan yang memadai untuk melakukan pekerjaan marker dan membuat perencanaan bahan dalam pembuatan pakaian. Agar tujuan pemelajaran ini dapat tercapai, ada beberapa materi yang harus dikuasai dengan baik oleh peserta diklat melalui modul ini. Materi tersebut meliputi: (1) tanda-tanda pola, (2) arah serat bahan, (3) menyiapkan bahan, dan (4) cara merancang bahan untuk berbagai model pakaian, serta (5) cara merancang bahan dengan menggunakan bahan berbagai motif. B. Prasyarat Untuk mempelajari modul ini, peserta diklat harus sudah menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang pola dasar dan pecah pola serta modul Teknik Marker -207A. C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Petunjuk Peserta Diklat a. Langkah-langkah belajar yang harus ditempuh dalam mempelajari modul ini adalah sebagai berikut. 1) Pelajari materi dengan membaca secara seksama hingga benar-benar memahami dan mengerti materi yang telah dibaca. TAndai/catat bagian kata atau kalimat yang belum dimengerti atau dipahami. 2) Jika ada yang kurang jelas atau mengalami kesulitan dalam mempelajari isi modul, silahkan menghubungi guru pengajar teknik marker. Bidang Keahlian Tata Busana 2

14 3) Lakukan kegiatan praktek secara sistematis menurut langkah-langkah belajar yang ditulis dalam modul ini. Agar benar-benar terampil dalam melakukan pekerjaan merancang bahan, Anda perlu melakukan latihan secara berulang-ulang dengan mencoba merancang bahan dengan berbagai model pakaian dan berbagai motif bahan, sampai benar-benar merasa terampil. b. Perlengkapan yang perlu dipersiapkan: 1) Bahan-bahan a) kertas payung b) kertas dorslag warna merah / biru c) lem kertas d) jarum pentul 2) Peralatan praktek a) alat tulis b) pensil jahit ( pensil merah/biru) c) gunting kertas d) penggaris e) penggaris skala 2. Peran Guru/Instruktur Guru/instruktur mempunyai kewajiban untuk a). menginformasikan langkah-langkah belajar yang harus dilakukan oleh peserta diklat agar terampil dalam membuat rancangan bahan. b). memberikan penjelasan kepada peserta diklat bagian-bagian dari modul yang belum dapat dipahami oleh peserta diklat c). mendemonstrasikan langkah-langkah yang dipersyaratkan dalam kegiatan belajar. d). membimbing peserta diklat untuk melaksanakan praktikum perencanaan bahan. Bidang Keahlian Tata Busana 3

15 e). melakukan evaluasi secara komprehensif melalui proses dan produk belajar yang dicapai peserta diklat, meliputi: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. D. Tujuan Akhir Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat mampu: 1. menjelaskan tanda-tanda pola untuk membuat perencanaan bahan. 2. menentukan arah serat yang benar dalam membuat perencanaan bahan sesuai model yang telah ditentukan. 3. membuat perencanaan bahan sehemat mungkin dengan tetap memperhatikan arah serat dan motif bahan 4. membuat perencanaan bahan dengan berbagai model pakaian. 5. membuat perencanaan bahan dengan berbagai motif bahan. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan modul ini adalah 40 jam dengan rincian: a. Teori = 8 jam b. Praktik= 32 jam E. Kompetensi Kode dan Kompetensi : 207B, melaksanakan pekerjaan marker Sub. Kompetensi: 1. Menyiapkan alat untuk pekerjaan marker, 2. Melakukan grading pola sesuai order, 3. Menyesuaikan pola dengan jumlah order, 4. Meletakkan pola di atas kertas marker, 5. Menghitung kebutuhan bahan. Kriteria unjuk kerja: 1. Alat-alat pekerjaan marker dapat dipersiapkan sesuai kebutuhan, 2. Grading pola dapat dikerjakan sesuai order Bidang Keahlian Tata Busana 4

16 3. Pola dapat disesuaikan sesuai jumlah order 4. Pola dapat diletakkan di atas kertas marker sesuai perencanaan 5. Kebutuhan bahan dapat dihitung sesuai marker Ruang lingkup kompetensi: 1. Pengetahuan alat marker 2. Grading pola 3. Perencanaan Pola 4. Rancangan Marker 5. Perencanaan bahan baku dan bahan penunjang F. Cek Kemampuan No Aspek yang dinilai Belum Sudah 1. Pengetahuan: - membaca tanda-tanda pola pada pola pakaian - mengaplikasikan tanda-tanda pola pada pembuatan rancangan bahan - prinsip merancang bahan meliputi membaca model, memperhatikan motif bahan, arah serat bahan - cara meletakkan pola pada bahan sesuai serat bahan 2. Sikap: - Kecermatan dalam menyiapkan bahan - Kecermatan dalam menghitung order - Ketelatenan dalam memperkirakan letak pola pada bahan - Kerapian dalam meletakkan dan Bidang Keahlian Tata Busana 5

17 menempelkan pola - Ketepatan dalam memilih alat-alat - Hemat dalam menggunakan bahan 3. Psikomotor: - Keterampilan menyiapkan alat dan bahan - Keterampilan meletakkan pola pada bahan - Keterampilan dalam meprediksi kebutuhan bahan sehemat mungkin - Kecepatan dalam membuat perencanaan bahan Catatan pembimbing Kesimpulan : Bidang Keahlian Tata Busana 6

18 BAB II PEMELAJARAN A. Rencana Belajar Peserta Diklat Kompetensi : Melaksanakan pekerjaan marker Sub. Kompetensi : 1. Menyiapkan alat untuk pekerjaan marker 2. Melakukan grading pola sesuai order 3. Menyesuaikan pola dengan jumlah order 4. Meletakkan pola di atas kertas marker 5. Menghitung kebutuhan bahan. Jenis kegiatan Tanggal Waktu Tempat belajar Pengetahuan dasar merancang bahan Menyiapkan alat untuk mebuat rancangan bahan Teknik dasar merancang bahan Merancang bahan pada bahan bermotif Merancang harga untuk suatu model pakaian Alasan Perubahan Tanda tangan guru Bidang Keahlian Tata Busana 7

19 B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1: Pengetahuan Dasar Merancang Bahan a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 1 Setelah mengikuti kegiatan belajar tanda-tanda pola peserta diklat mampu: 1) menjelaskan apa yang dimaksud dengan tanda-tanda pola; 2) menyebutkan minimal 6 tanda-tanda pola yang dipergunakan dalam membuat rancangan bahan; 3) menjelaskan 2 arah serat benang yang terdapat pada bahan pakaian; 4) menjelaskan arah serat benang yang benar dalam membuat pakaian atau dalam meletakkan pola; 5) menjelaskan pentingnya memperhatikan motif bahan dalam merancang bahan dan membuat pakaian; 6) menjelaskan pentingnya memperhatikan model pakaian dalam merancang bahan dan membuat pakaian; 7) menjelaskan persiapan bahan yang harus dilakukan sebelum meletakkan pola pada bahan. b. Uraian Materi: 1) Tanda-Tanda Pola Merancang bahan adalah menghitung berapa banyak bahan yang diperlukan untuk membuat suatu model pakaian. Salah satu cara untuk mengetahui jumlah bahan yang diperlukan dalam pembuatan suatu model pakaian, adalah dengan meletakkan pola-pola kecil pada bahan yang dibuat pada skala atau perbandingan yang sama antara pola dan bahannya. Sebelum kita mempelajari benar-benar tentang bagaimana merancang bahan yang sesungguhnya, maka sebaiknya kita pelajari terlebih dahulu pengetahuan dasar yang harus dikuasai atau diketahui dalam membuat suatu rancangan bahan, diantaranya adalah: (a) tanda-tanda pola, (b) arah serat bahan,, (c) motif bahan, dan (d) model pakaian. Bidang Keahlian Tata Busana 8

20 Tanda-tanda pola adalah tanda yang terdapat pada pola. Beberapa tanda yang biasanya terdapat pada pola pada proses peletakan pola untuk pembuatan suatu rancangan bahan adalah sebagai berikut. No. Tanda/kode Keterangan dan arti penjelasannya Arah panah Menunjukkan arah benang panjang kain. Pola yang bertanda panah ini harus diletakkan menurut panjang kain. Garis zig-zag Menunjukkan kerutan Pada tempat yang bertanda ini harus dikerut Garis kembar (paralel) Garis batas pemotongan atau pemisahan Setrip, setrip Garis tanda lipatan, untuk dirangkap jadi satu Setrip, titik Menunjukkan garis tanda lipatan, namun tidak untuk dirangkap jadi satu Menunjukkan lipit Pada tempat yang bertanda ini harus dilipit Garis serong-serong Tanda bagian yang harus terbuat dari kain serong Garis setengan lingkaran Tanda bagian yang harus dirapatkan menjadi satu Bidang Keahlian Tata Busana 9

21 2) Arah Serat kain Garis hitam tipis Garis pola dasar asli, atau tanda garis pengguntingan Garis hitam tebal Garis pola dasar yang telah diubah (garis yang telah jadi model) Pada bahan pakaian terdapat dua arah serat benang yang saling berlawanan, yaitu serat benang yang memanjang dan arah serat bahan yang melebar. Arah bahan pakaian yang memanjang disebut benang lungsin yang memanjang sejajar. Arah serat bahan yang melebar disebut benang pakan. Tenunan dan benang pakan adalah tegak lurus pada benang lungsin dan melintang dari tepi tenunan yang satu ke tepi tenunan yang lain. Arah benang lungsin Arah benang pakan Gambar 2.1. gambar arah serat benang Benang lungsin dibuat lebih kuat daripada benang pakan, karena benang lungsin direntangkan pada alat tenun dan mengalami sentakan dan tarikan ketika bahan ditenun, sedangkan benang pakan hanya sebagai pengisi saja. Jadi pada saat membuat pakaian dan membuat rancangan bahan atau pada saat meletakkan pola pada bahan, arah panjang badan sebaiknya mengikuti arah lungsin bahan. Hal tersebut perlu diperhatikan karena ketepatan arah serat bahan diperlukan sebagai tambahan kekuatan ketika bahan pakaian sudah menjadi pakaian. Sebagai contoh, ketika kita Bidang Keahlian Tata Busana 10

22 duduk ataupun membungkuk dan melakukan gerakan-gerakan lainnya memerlukan kelenturan bahan pakaian sehingga memberi kenyamanan ketika melakukan gerakan. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, jatuhnya pakaian pada badan juga akan lebih baik. Bentuk pakaian pun tidak berubah (meregang) setelah pakaian dipakai, dicuci dan diseterika. Untuk model-model tertentu yang memerlukan kelenturan tertentu (seperti draperi) atau untuk bagian-bagian tertentu seperti bagian dalam kerah, lapisan untuk belahan, pembuatan kumai serong dan rompok, diperlukan peletakan bahan dengan arah serong, daripada ke arah lebar bahan (mengikuti arah pakan). Hal ini disebabkan dibutuhkan keregangan yang lebih tinggi untuk mengikuti bentuk pakaian yang diharapkan. 3) Motif bahan Berbicara mengenai motif bahan, terlebih dahulu harus diketahui bahwa bahan pakaian ada yang tidak bermotif (bahan polos) dan bahan yang bermotif. Motif bahan di antaranya adalah berkotak, bergaris, berbintik kecil atau besar (polkadot), berbunga, bergambar binatang, motif abstrak, motif batik, dan banyak lagi perkembangan motif bahan lain yang makin variatif. Motif bahan juga perlu diperhatikan dalam proses merancang bahan. Hal ini berkaitan dengan cara peletakan atau penataan pola pada bahan, untuk bahan yang tidak bermotif, tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam meletakkan pola. Demikian pula dengan motif serak, maupun motif abstrak. Hal tersebut disebabkan untuk bahan polos, motif serak atau abstrak merupakan motif yang tidak beraturan. Dengan Gambar 2.2.a. Kemeja motif batik Bidang Keahlian Tata Busana 11

23 demikian dalam meletakkan pola dapat diletakkan secara berlawanan arah, dan tidak perlu memperhatikan pertemuan motif pada garis-garis sambungannya. Sedangkan untuk bahan bermotif dengan motif searah, berkotak, bergaris ataupun motif istimewa (misalnya pada motif batik), kita harus memperhatikan peletakan polanya. Karena untuk motif-motif yang demikian, harus diperhatikan benar pertemuan motif pada tiap bagian sambungan pakaiannya. Misalnya pada garis tengah muka atau tengah belakang, pertemuan sisi badan, dan pertemuan antara motif pada badan dan sakunya. Gambar 2.2.b Kemeja motif berkotak Contoh 1: Misalnya saja untuk kemeja dengan bahan berkotak (lihat gambar 2.2.b), kita harus memperhatikan jatuhnya motif pada pertemuan-pertemuan bagian yang lain. Bagian-bagian itu meliputi: antara tengah muka sebelah kanan dan kiri, antara sisi muka dan belakang, pemasangan saku, dan lain sebagainya. Demikian pula pada motif istimewa (contoh 2 gambar 2.2.a), kita harus memperhatikan benar pertemuan antar motifnya sehingga pada bagian permukaan muka dan belakang, dan pada garis sambungan suatu pakaian hendaknya motifnya tidak terputus. Uraian lebih lanjut tentang motif bahan ini akan dibahas pada saat kita mempelajari cara meletakkan pola pada bahan. 4) Model Pakaian Model pakaian juga termasuk hal yang harus diperhatikan dalam merancang bahan, karena sebelum pakaian dibuat harus ditetapkan modelnya terlebih dahulu. Setelah model dipilih, pola dasar diubah sesuai Bidang Keahlian Tata Busana 12

24 dengan model yang dikehendaki. Pola yang sudah diubah inilah yang nantinya akan diletakkan pada bahan. Dengan model pakaian ini dapat ditentukan di bagian mana letak belahan, lapisan apa saja yang dibutuhkan, serta detail-detail atau aksen-aksen lain yang terdapat pada suatu model pakaian. Dengan demikian, dapat diketahui apakah bahan harus dibentangkan atau dilipat, jika berkaitan dengan model pakaian simetris atau asimetris. Untuk model pakaian simetris bahan pakaian dapat dilipat dua memanjang, karena model pakaian kiri dan kanannya sama. Untuk model asimetris, meletakkan bahannya harus dibentangkan karena model pakaian kanan dan kirinya tidak sama. Contoh model pakaian simetris dan asimetris dapat dilihat gambar 2.3. Dengan mengetahui model pakaian, dapat diketahui pula bagian pola yang mana yang harus diletakkan pada lipatan kain, bagian pola yang mana yang harus diletakkan serong, dan lain sebagainya, yang nantinya akan kita pelajari secara lebih mendalam lagi pada contoh-contoh peletakan pola. Gambar 2.3.a. contoh model pakaian simetris Gambar 2.3.b contoh model asimetris Bidang Keahlian Tata Busana 13

25 5) Menyiapkan bahan Setelah mengetahui empat hal yang harus diperhatikan dalam membuat rancangan bahan, maka pengetahuan selanjutnya yang harus dikuasai sebelum kita melaksanakan merancang bahan adalah meletakkan pola pada bahan yang sesungguhnya. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam meletakkan pola pada bahan, di antaranya adalah: meluruskan benang pada ujung bahan, meluruskan tenunan bahan, penyusutan bahan, dan melicinkan tenunan, serta memeriksa cacat kain. a) Meluruskan benang pada ujung bahan Semua bahan yang ditenun dapat diluruskan ujungnya. Ada dua macam cara dalam meluruskan benang, yaitu dengan cara menyobek bahan dan menggunting bahan. Berbagai jenis bahan yang berasal dari kapas yang ditenun rapat seperti: blaco, kain sprei, popelin, berkolin. Bahkan beberapa bahan ada yang tidak berasal dari kapas, seperti: chiffon, krep soset, yang dapat diluruskan dengan cara menyobek. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunting sedikit pada tepi kain, kemudian menyobeknya sampai ke tenunan yang lain. Dalam melakukan penyobekan harus dilakukan langsung dan cepat, karena jika menarik sobekan terlalu lambat, akan menyebabkan tepi sobekan berkerut dan tidak rata, dan apabila menyobeknya berhenti di tengah jalan, sobekan dapat berubah arah ke arah benang lungsin. Untuk bahan-bahan yang mulur seperti triko, dan bahan tenunan renggang, seperti: vitrase dan brokat tule, tidak dapat diluruskan dengan cara menyobek. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara menarik sehelai benang pakan dari tepi ke tepi kemudian digunting. Cara yang ke dua ini memerlukan waktu lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik. Untuk meluruskan ujung bahan yang bermotif, seperti motif kotakkotak, bergaris, berbunga, berbintik, atau motif-motif lain yang teratur, terkadang tidak dapat mengikuti arah benangnya. Yang penting adalah mengikuti arah motif bahan agar hasil jadi pakaian lebih sedap Bidang Keahlian Tata Busana 14

26 dipandang mata walaupun nantinya akan membuat perancang bahan sedikit sulit untuk memotong bahannya. Setelah ujung bahan diluruskan menurut arah benang maupun menurut motif bahan, kemudian bahan dilipat dua memanjang menurut lungsin di tengah-tengah tenunan dan dibentangkan di atas meja atau tempat yang datar. Ada dua hal yang akan terjadi, yaitu tepi-tepi tenunan bertumpukan rata dan benang pakan juga bertumpukan rata. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4, keadaan inilah yang kita harapkan. Hal lain yang juga dapat terjadi ialah tepi tenunan bertumpukan rata, tetapi arah benang pakan tidak rata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5. Gambar 2.4 tepi tenunan bertumpukan rata Gambar 2.5 tepi tenunan bertumpukan rata arah benang tidak rata b) Meluruskan Tenunan Bahan Cara meluruskan tenunan sangat bergantung pada jenis bahan Bidang Keahlian Tata Busana 15

27 tekstilnya. Untuk jenis-jenis bahan, seperti katun, sutera, lenan, wol, dan jenis bahan sintetis, meluruskannya dapat dilakukan dengan jalan menarik-narik kain menurut serong bahan (lihat gambar 2.6). Dengan demikian, sudut-sudut bahan bertemu dan tepi-tepi memanjang maupun melebar dapat bertumpukan dengan rapi. Jika dengan cara tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan cara lain dengan jalan merendam bahan dalam air. Sebelum di rendam, bahan dilipat dua memanjang di tengah-tengah tenunan hingga kedua tepi tenunan bertumpukan dan sudut-sudutnya bertemu. Jelujurlah kedua lapis bahan tersebut pada tepi-tepi memanjang dan melebarnya. Lipatan bahan yang telah dijelujur tersebut kemudian dilipat-lipat renggang. Setelah itu, dicelup dan direndamkan ke dalam air secara perlahan-lahan (gambar 2.7). Biarkan sejenak, kemudian angkat bahan dan bentangkan di atas meja, lalu tarik perlahan ke arah serong sampai letak tenunan menjadi lurus dan bahan tidak bergelombang. Keringkan bahan dengan cara dianginanginkan pada tali jemuran. Pada saat mengeringkan bahan, hindari alat pengering listrik atau seterika listrik karena akan merusak bahan. bahan air Gambar 2.7 Meluruskan bahan dengan pelipatan dan perendaman Bidang Keahlian Tata Busana 16

28 c) Penyusutan Bahan Untuk mendapatkan hasil pakaian yang benar-benar memuaskan, penyusutan bahan juga merupakan hal yang harus diperhatikan. Penyusutan bahan harus diperiksa sebelum meletakkan bahan. Caranya adalah dengan mengetahui apakah bahan tersebut dibuat tahan susut. Pada bahan-bahan tertentu yang telah melalui proses penyusutan, pada ujung bahan akan tercantum tanda bahwa bahan tahan susut. Kenyataannya, pada saat membeli bahan, kita tidak mengetahui apakah bahan tersebut telah mengalami penyusutan atau tidak. Cara sederhana untuk menyusutkan bahan yang belum mengalami proses penyusutan dapat dilakukan melalui perendaman bahan, seperti pada proses meluruskan tenunan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindarai penyusutan bahan setelah bahan dijahit menjadi pakaian terutama untuk bahan yang terbuat dari kapas atau bahan katun, sehingga tidak mengakibatkan pakaian tidak sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Untuk mengetes bahan tersebut susut atau tidak, dapat dilakukan dengan cara sederhana, potonglah bahan dengan ukuran 15 X 15cm, kemudian cuci/rendam bahan tersebut, lalu dikeringkan dan diseterika. Apabila setelah proses tersebut ukuran bahan tersebut tetap, berarti bahan tersebut tidak susut. Sebaliknya, apabila ukurannya mengecil maka berarti bahan tersebut mengalami penyusutan sehingga perlu dilakukan perendaman terhadap seluruh bahan. d) Melicinkan tenunan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan bahan adalah melicinkan permukaan bahan/tenunan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyeterika bahan dari bagian buruk kain dengan arah memanjang atau mengikuti arah lungsin bahan. Hal ini berfungsi untuk menghilangkan kerut dan lipatan yang terdapat pada bahan akibat dari penyimpanan bahan yang kurang baik. Jika bahan sulit diratakan, dapat Bidang Keahlian Tata Busana 17

29 dibantu dengan cara membasahi permukaan bahan kemudian seterika sampai licin agar mendapatkan hasil bahan yang benar-benar rata. e) Memeriksa cacat kain Pada bahan pakaian terkadang terdapat cacat kain yang harus kita hindari dalam pembuatan pakaian. Dengan demikian, kita harus menghindari peletakan pola pada kain yang cacat. Cacat yang terdapat pada bahan pakaian, di antaranya adalah warna yang tidak rata, motif yang rusak, kerusakan serat bahan. Apabila pada saat akan meletakkan pola diketahui ada bagian kain yang rusak, maka pada bagian tersebut tidak boleh diberi pola (harus dilewati) agar ketika sudah menjadi pakaian atau menjadi benda jadi yang lain, bagian kain yang cacat tersebut tidak ikut terjahit. c. Rangkuman 1 Yang dimaksud dengan merancang bahan adalah menghitung banyaknya bahan dalam membuat pakaian. Pekerjaan merancang bahan ini perlu dilakukan agar di dalam membuat suatu model pakaian dapat mempergunakan bahan dengan sehemat mungkin (ekonomis). Hal itu dapat dilakukan dengan cara menata pola dengan baik sehingga pemakaian kain dapat seminimal mungkin dengan tetap memperhatikan arah serat kain. Dengan membuat rancangan bahan, maka diharapkan tidak sampai terjadi membeli bahan secara berlebih atau kurang, Di dalam merancang bahan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tanda-tanda yang terdapat di dalam pola, arah serat bahan, motif bahan, dan model pakaian. Keempat hal tersebut apabila diperhatikan dan dicermati dengan baik, pasti akan menghasilkan rancangan bahan yang baik. Meskipun di dalam merancang ini kita masih menggunakan pola-pola kecil dan kertas payung sebagai pengganti, tetapi pengetahuan tentang perlakuan terhadap bahan sebelum meletakkan pola pun perlu dicermati untuk mendapatkan hasil yang maksimal, diantaranya adalah: meluruskan benang Bidang Keahlian Tata Busana 18

30 pada ujung jahitan, meluruskan tenunan benang, penyusutan bahan, dan melicinkan tenunan, serta memeriksa cacat kain. Pelajarilah bab tentang pengetahuan dasar merancang bahan ini dengan seksama, setelah Anda merasa menguasai bab ini, cobalah kerjakan lembar tugas dan latihan di bawah ini.! d. Tugas 1 1) Amatilah dan pahami berbagai tanda-tanda pada pola dan penerapannya pada rancangan bahan atau peletakan pola dari buku-buku sumber yang ada di sekitar Anda. 2) Diskusikan dengan teman kelompok belajar Anda tentang kegiatan pengamatan Anda. 3) Apabila Anda mengalami kesulitan di dalam memahaminya, bertanyalah pada guru pembimbing Anda e. Tes formatif 1 I. Pernyataan benar salah Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada huruf B apabila pernyataan di bawah ini benar, dan S apabila pernyataannya salah. 1) B S Arah benang lungsin adalah arah benang yang memanjang sejajar 2) B S Benang pakan lebih kuat daripada benang lungsin 3) B S Arah panah pada tanda-tanda pola menjadi arah lebar kain 4) B S Pada merancang pahan, pola model pakaian asimetris dapat diletakkan dengan cara kain dilipat dua memanjang 5) B S Peletakan pola pada bahan motif serak, semua pola harus diletakkan searah dengan motif bahan. II. Pilihan Berganda Pilihlah salah satu pilihan jawaban dari setiap butir pertanyaan di bawah ini yang saudara anggap paling tepat Bidang Keahlian Tata Busana 19

31 1) Garis pada tanda-tanda pola menunjukkan: a. Arah lebar kain c. Arah serong kain b. Arah panjang kain d. Arah pola 2) Arah serat benang yang dianjurkan dalam membuat pakaian adalah: a. arah benang lungsin c. arah melebar b. arah benang pakan d. Arah horisontal 3) Berikut ini merupakan bagian dari menyiapkan bahan untuk pekerjaan merancang bahan, kecuali: a. memeriksa cacat kain c. Penyusutan bahan b. meluruskan tenunan bahan d. Motif bahan 4) Motif bahan yang paling mudah digunakan untuk merancang bahan adalah: a. motif serak c. Motif bergaris b. motif berkotak d. Motif istimewa 5) Berikut ini merupakan bagian yang harus diperhatikan dalam merancang bahan, kecuali: a. arah serat bahan c. Lebar bahan b. model pakain d. Motif bahan III. Soal jawaban uraian singkat 1) Apakah saudara ketahui tentang merancang bahan? 2) Dalam merancang bahan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebut dan jelaskan! 3) Dalam merancang bahan kita harus meletakkan pola sesuai dengan arah benang lungsinnya, mengapa demikian? 4) Adakah perbedaan fungsi meluruskan tenunan dan penyusutan bahan dalam persiapan merancang bahan. 5) Lakukan uji penyusutan bahan, dari bahan yang saudara miliki. Analisislah hasil yang saudara peroleh. Bidang Keahlian Tata Busana 20

32 Kerjakan lembar evaluasi tersebut dengan baik, dalam menjawab, Anda tidak dibenarkan untuk melihat kunci jawaban. Setelah selesai menjawab, kemudian cocokan dengan kunci jawaban pada lembar berikut ini. Apabila tingkat penguasaan materi Anda sudah mencapai % Anda boleh melanjutkan ke bab berikutnya. Apabila taraf penguasaan materi Anda masih kurang dari 75%, Anda disarankan untuk mempelajari bab ini sampai Anda benarbenar memahaminya. Setelah itu, barulah saudara dapat mempelajari bab berikutnya. Konsultasikan hal ini pada guru pembimbing f. Kunci Jawaban I. 1). b II. 1) b 1) s 2) d 2) s 3) a 3) s 4) a 4) b 5) c III. 1) Merancang bahan adalah menghitung berapa banyaknya bahan untuk membuat suatu model pakaian. 2) Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam merancang bahan, yaitu: 1) tanda-tanda pola diperlukan untuk mengetahui peletakan pola berdasar tanda pola; 2) arah serat bahan, diperlukan untuk menentukan arah serat yang benar dalam peletakan pola sesuai model pakaian dan keperluannya; 3) Motif bahan, diperlukan untuk mengatahui apakah peletakan pola letaknya harus searah, bolak- balik, harus memperhatikan motif; dan 4) Model pakaian, hal ini berkaitan dengan pecah polanya, diperlukan untuk mengetahui apakah modelnya simetris atau asimetris, apakah memerlukan Bidang Keahlian Tata Busana 21

33 kain arah serong, sehingga berdampak pada perlakuan bahan, apakah harus dilipat, dibeber, diletakkan arah lungsin, serong, dan sebagainya. 3) Dalam merancang bahan, pola harus diletakkan searah benang lungsinnya karena benang lungsin lebih kuat dari benang pakan, selain itu jatuhnya pakaian juga akan lebih baik daripada searah benang pakan. 4) Meluruskan tenunan berfungsi untuk mendapatkan bahan yang benar-benar lurus sesuai dengan arah serat bahannya, sedangkan penyusutan bahanberfungsi untuk membuat bahan yang akan dibuat pakaian menjadi tahan susut sehingga tidak terjadi pengurangan/pengecilan ukuran ketika hasil pakain jadi tersebut dicuci. 5) Apabila bahan hasil uji coba Anda mengecil, berarti bahan tersebut mengalami penyusutan, atau belum mengalami proses penyusutan; dan apabila bahan hasil uji coba Anda tetap/tidak mengalami perubahan ukuran, berarti bahan tersebut tahan susut atau telah melalui proses penyusutan. Bidang Keahlian Tata Busana 22

34 2. Kegiatan Belajar 2: Teknik Dasar Merancang Bahan dan Harga a. Tujuan kegiatan pemelajaran 2 Setelah mengikuti kegiatan pemelajaran, diharapkan peserta diklat mampu: 1) Menjelaskan 3 cara merancang bahan dengan benar 2) Merancang bahan dengan hitungan secara global dengan model dan ukuran yang telah ditentukan 3) Membuat rancangan bahan dengan menggunakan skala 1:4 dengan model yang telah ditentukan 4) Membuat rancangan harga untuk membuat suatu model pakaian b. Uraian Materi : 1) Merancang Bahan Merancang bahan merupakan salah satu urutan atau tertib kerja dalam membuat pakaian. Merancang bahan perlu diketahui agar dalam membuat pakaian dapat digunakan bahan seefisien atau sehemat mungkin, dengan tetap memperhatikan arah serat bahan dan model yang dikehendaki. Merancang bahan adalah membuat rancangan/rencana mengenai bahan/kain yang akan dipergunakan untuk memproduksi suatu model pakaian. Dengan kata lain, merancang bahan adalah menghitung banyaknya bahan yang diperlukan dalam membuat suatu model pakaian. Cara yang dilakukan adalah dengan meletakkan pola yang telah diberi kampuh di atas bahan dan diatur sehingga menghasilkan pemakaian bahan yang sehemat mungkin. Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merancang bahan, yaitu: (1) merancang bahan secara global, (2) merancang bahan dengan mempergunakan pola-pola kecil, dan (3) merancang bahan secara marker. Perbedaan ketiga teknik merancang bahan akan dibahas dalam uraian sebagai berikut. Bidang Keahlian Tata Busana 23

35 a) Merancang bahan secara global. Merancang bahan secara global adalah menghitung banyak bahan yang diperlukan untuk membuat suatu model pakaian berdasarkan penghitungan ukuran panjangnya pakaian yang akan dibuat (mis: blus, paun, rok, celana panjang kemeja) ditambah panjang lengan (lengan panjang atau pendek, jika pakaian yang akan dibuat menggunakan lengan), serta kampuh yang dibutuhkan. Pekerjaan merancang bahan secara global dapat dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman di dalam membuat pakaian ataupun pemula yang sedang belajar membuat pakaian. Akan tetapi, berdasarkan pengalaman yang berbeda tersebut, hasil yang diperoleh dari penghitungan bahan rancangan globalnya akan ada sedikit perbedaan. Dalam arti, hasil penghitungan orang yang sudah berpengalaman akan menghasilkan rancangan bahan yang lebih sedikit/lebih hemat dibanding seorang pemula. Hal tersebut terjadi karena pada orang yang sudah punya keahlian menjahit sudah biasa menata pola sehingga dapat memperkirakan dengan tepat. Pada pemula penghitungannya benar-benar hanya berdasar ukuran panjang kain dan panjang lengan. Selain itu, orang yang sudah terampil menjahit, selain ukuran panjang pakaian dan lengan, dia juga mempunyai tambahan pertimbangan dalam merancang. Pertimbangan itu meliputi postur tubuh seseorang (seperti: gemuk, kurus, panggul besar, dan lain sebagainya), motif bahan, model bahan, dan lain sebagainya. Terkadang, apabila Anda akan belajar membuat pakaian dengan mempergunakan pola cetak yang terdapat pada majalah mode, majalah wanita ataupun tabloid, pada pola cetak tersebut sudah dicantumkan banyaknya bahan yang diperlukan. Hal itu dimaksudkan agar pembuatannya sesuai dengan model dan ukuran standar yang ditentukan. Dengan demikian, Anda tidak perlu lagi menghitung kebutuhan bahannya. Apabila Anda akan membuat pakaian sendiri dan membeli bahan sesuai dengan yang Anda butuhkan, sebaiknya Anda membuat rancangan Bidang Keahlian Tata Busana 24

36 bahan. Dengan demikian pada saat pembelian bahan tidak terjadi kesalahan. Apabila Anda belum mempunyai pengetahuan cara membuat pola dasar dan pecah pola, maka Anda dapat merencanakan penghitungan bahan yang dilakukan secara global. Berikut ini akan diberikan contoh bagaimana menghitung bahan secara global. Pada umumnya, lebar bahan yang terdapat di pasaran yaitu, 90cm, 100cm, 110cm, 115cm, 120cm, atau 150cm, yang semuanya dapat dipergunakan untuk membuat pakaian. Permasalahannya adalah berapa panjang kain yang diperlukan. Untuk itulah kita perlu membuat suatu rancangan bahan. Contoh 1 : Merancang bahan untuk sebuah blus berlengan panjang. Untuk membuat sebuah blus lengan panjang diperlukan bahan dengan lebar 90 cm sampai 110 cm. Perhitungan bahan yang diperlukan sebagai berikut: diperlukan dua kali panjang blus yang dikehendaki, satu kali panjang lengan yang dikehendaki, ditambah kelebihan kelim dan kampuh. Misalnya, panjang blus 56 cm, ditambah 2 cm untuk kampuh dan 4 cm untuk kelim dikalikan dua ditambah satu kali panjang lengan (54cm) ditambah 2 cm untuk kampuh dan 4 cm untuk kelim. Jadi jumlah bahan yang diperlukan adalah 124 cm + 6 cm dan 54 cm + 6 cm = 190 cm atau 1,9m. Contoh 2 : Merancang bahan celana panjang Untuk membuat celana panjang, diperlukan bahan dengan lebar yang sesuai dengan lebar yang dikehendaki, yaitu sekitar 115, atau bahan celana dengan lebar 150cm. Untuk kain dengan lebar bahan 115 cm, diperlukan dua kali panjang celana ditambah kampuh 1,5 cm dan kelim 4 cm. Jadi seandainya panjang celana 102 cm, maka diperlukan panjang kain dua kali panjang celana ditambah kampuh dan kelim, yaitu 215 cm atau 2,15 m. Tetapi apabila memakai bahan dengan lebar 115 cm hanya diperlukan satu kali panjang celana ditambah kelim dan kampuh, yaitu 107,5 cm atau 1,1 m. Bidang Keahlian Tata Busana 25

37 Pada pembuatan rancangan bahan secara global, kita harus memperhitungkan model pakaiannya dan motif kain. Jika penghitungannya hanya dibuat secara global/kasar, terkadang hasilnya kurang memuaskan. Dengan demikian dapat terjadi kekurangan atau kelebihan bahan karena kurang teliti dalam memperhitungkan kebutuhan bahan. Kekurangtelitian ini di antaranya adalah karena kurang memperhatikan motif bahan, postur tubuh orang, atau kurang memperhitungkan bahan-bahan pelapis atau penunjang lain yang dipergunakan untuk membuat model pakaian. Agar dapat membuat rancangan bahan secara, tepat maka langkah yang dapat dilakukan adalah dengan membuat rancangan bahan dengan membuat pola-pola kecil. Hal itu dilakukan dengan cara berikut ini. b) Merancang bahan dengan menggunakan pola-pola kecil Merancang bahan menggunakan pola kecil merupakan tahapan dan tertib kerja yang harus dilalui dalam membuat pakaian, terlebih bagi peserta didik yang masih belajar. Merancang bahan menggunakan polapola kecil adalah membuat rancangan bahan berdasarkan pola yang sudah diubah sesuai model dengan menggunakan skala kecil. Pola kecil adalah pola besar/pola pakaian sesungguhnya yang dibuat dengan skala kecil. Pada umumnya skala yang dipergunakan adalah skala 1:4, skala 1:6, dan skala 1:8. Selain untuk mengetahui bahan yang dipergunakan dalam membuat pakaian, rancangan bahan ini sangat membantu dalam meletakkan pola pada proses pemotongan. Pembuatan pola-pola kecil dapat menghasilkan pemakaian bahan sehemat mungkin dengan tetap memperhatikan kaidah pemakaian bahan dan arah serat kain yang benar. Langkah awal yang ditempuh sebelum membuat perencanaan adalah: (1) Mengubah pola dasar menjadi pola yang sesuai dengan model yang dikehendaki atau telah ditentukan. Bidang Keahlian Tata Busana 26

38 (2) Membuat semua pola-pola bagian busana termasuk lapisan-lapisan yang diperluan sesuai model pakaiannya. (3) Mengutip tiap-tiap bagian pola tersebut menggunakan kertas dorslag (4) Menggunting tiap-tiap bagian pola yang telah dikutip di kertas dorslag (5) Mempersiapkan kertas payung (yang dianggap sebagai fragmen bahan) dengan lebar sesuai dengan ukuran lebar bahan yang dibutuhkan (misalnya 90 cm, 110 cm, atau 150 cm dengan menggunakan skala ukuran yang sama dengan yang dipakai untuk membuat pola.) yang ukurannya sesuai dengan panjang kertas payungnya. Hal itu disebabkan belum diketahui kebutuhan panjang kain yang diperlukan Kertas t dilipat dua memanjang apabila model pakaian yang akan dibuat simetris, atau dibentangkan secara keseluruhan/ sebagian jika model pakaiannya asimetris. (6) Atur/tatalah guntingan pola-pola yang telah dipersiapkan, di atas bahan/kertas payung tersebut dengan tepat sehingga menghasilkan pemakaian bahan yang sesedikit mungkin. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menata pola, di antaranya adalah: tempelkan pola-pola yang besar terlebih dahulu, baru kemudian pola-pola yang lebih kecil; letakkan pola sesuai dengan arah serat kain yang benar; atur pola dengan teliti, perhatikan mana yang harus diletakkan pada lipatan kain, pada tepi kain, dan sebagainya; dan perhatikan tambahan kampuh dan kelim yang diperlukan untuk tiap bagian pola (7) Apabila telah menemukan susunan/letak pola yang baik, tempelkan tiap-tiap pola sesuai tempatnya dengan cara memberi lem pada tiaptiap ujung pola sehingga pola tertempel dengan baik dan rapi. Ada kemungkinan Anda tidak merancang bahan dengan pola-pola kecil ini (seperti pada pekerjaan marker). Kalau itu yang Anda lakukan, maka dapat langsung menggunakan pola dengan ukuran Bidang Keahlian Tata Busana 27

39 sebenarnya. Namun pedoman atau petunjuk merancang bahan dengan pola-pola kecil ini tetap perlu untuk dijadikan pegangan dalam membuat rancangan bahannya. Hal tersebut perlu dimengerti karena dasar teori rancangan bahannya sama, hanya penerapannya yang berbeda. Dengan menggunakan pola-pola kecil, kita dapat menghitung banyaknya bahan yang diperlukan, sedangkan apabila dengan menggunakan pola besar langsung, kita dapat mempergunakan bahan yang ada sehemat mungkin. Berikut ini akan diberikan satu contoh merancang bahan dengan mempergunakan pola-pola kecil, yang akan dibuat dalam ukuran skala kecil. Untuk membuat rancangan bahan, apabila modelnya simetris, maka dalam merancang bahan, bahan tersebut dapat dilipat menjadi dua sesuai arah lungsin atau panjang kain. Rancangan bahan yang panjang kainnya dilipat dua dapat dilihat pada contoh 1, gambar rancangan bahan 2.8c yang dibuat berdasarkan model pada gambar 2.8a; dan contoh 2 pada gambar rancangan bahan 2.9b. Untuk model asimetris, kain harus dibentangkan selebar kain. Hal ini dapat dilihat pada contoh 3 gambar 2.10c yang rancangan bahannya dibuat berdasarkan model blus asimetris pada gambar 2.10a. Ada pula yang membuat rancangan bahan yan bahannya hanya dilipat sebagian. Berbagai kondisi pelipatan kain ini akan makin Anda pahami apabila Anda banyak berlatih membuat rancangan bahan dengan berbagai model pakaian, dengan berbagai lebar kain, serta berbagai motif bahan. Bidang Keahlian Tata Busana 28

40 Contoh 1: Merancang bahan blus Perhatikan gambar model dibawah ini: Keterangan Model: - badan longgar - lengan panjang - kerah rebah - pias di dada dan berkerut - berikat pinggang - panjang blus sampai panggul arti tanda: : dirapatkan menjadi satu kain : bagian yang harus dipotong : kain dilipat selebar lapisan Gambar 2.8a Gambar 2.8b Pola yang sudah diubah gambar 2.8b ini adalah ubahan gambar pola dasar berdasarkan model blus pada gambar 2.8a. Bidang Keahlian Tata Busana 29

41 Cara Merancang bahan, Keterangan: BG = ikat pinggang, lebar 4cm, panjang 10 cm lebih panjang dari ukuran BD = bagian depan/muka badan K = kerah DA = Dada atas M = manset lengan, dengan lebar jadi 2 cm BB = badan bagian belakang ditambah 2cm untuk kancing, dan ditambah 4 cm untuk lapisan Berdasar pola yang sudah diubah tersebut, masing-masing bagian pola dikutip, untuk kemudian diatur/ditata pada bahan sampai mendapatkan hasil yang maksimal. Hasilnya seperti yang terlihat pada gambar 2.8c berikut ini. Bidang Keahlian Tata Busana 30

42 Gambar 2.8c gambar rancangan bahan blus Banyaknya bahan yang diperlukan untuk membuat blus di atas adalah: a a = 55 cm X 2 = 110 cm = lebar bahan a b = = panjang bahan. Jika kita perhatikan gambar 2.8c, lebar bahan yang dipergunakan adalah 110 cm, tetapi peletakanya dilipat dua karena model blusnya simetris. Perhatikan pula letak pola badan bagian belakang yang diletakkan pada lipatan kain. Tampak bahwa model bagian tengah belakangnya tidak ada belahan. Belahan pakaian terletak di bagian muka sehingga pola muka diletakkan pada tepi kain Bidang Keahlian Tata Busana 31

43 dengan memberi kelebihan untuk lidah kancing dan lapisannya sekaligus. Selanjutnya, batas garis potongan boleh saling bersinggungan. Hal tersebut memang harus diupayakan agar dalam merancang bahan dengan menggunakan pola-pola kecil ini benarbenar mendapatkan susunan rancangan yang sehemat mungkin. Dengan demikian, sebelum mendapatkan hasil yang paling maksimal, pola jangan ditempel menggunakan lem terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menghindari bongkar pasang pola yang menyebabkan pola-pola tersebut kotor ataupun sobek. Contoh 2 : Merancang bahan celana panjang Berikut ini akan diberikan contoh cara merancang bahan dengan cara memben-tangkan seluruh kain (kain tidak dilipat dua memanjang) Perhatikanlah gambar model celana dan gambar 2.9a, yaitu gambar pola yang sudah diubah, dan cara meletakkan pola pada bahan berikut ini. Gambar 2.9a pola celana panjang Bidang Keahlian Tata Busana 32

44 Gambar 2.9b gambar rancangan bahan celana Bahan yang dipakai untuk rancangan bahan celana panjang pada gambar 2.9b tersebut menggunakan lebar bahan 150 cm yang dilipat dua memanjang, dengan panjang kain 105cm. Pada saat meletakkan pola celana ini yang harus diingat adalah garis tengah celana harus terletak sejajar dengan arah panjang serat kain agar jatuhnya garis lipatan celana bagus dan nyaman dipakai. Untuk merancang bahan celana dengan lebar kain 150cm, dapat pula hanya dengan menghitung panjang celana dan tambahan untuk kelim dan kampuh. Demikian pula untuk membuat rok dengan lebar bahan 150 cm, cukup dengan menghitung panjang rok dan kelim serta kampuh yang diperlukan. Bidang Keahlian Tata Busana 33

45 Contoh 3: Contoh model blus asimetris Perhatikan gambar model di bawah ini: Model: - blus longgar langsing - blus bagian kanan asimetris, dengan kerah kelepak - lengan pendek biasa - bukaan kancing blus 3 buah Gambar 2.10a gambar model blus asimetris Gambar 2.10b gambar pecah pola blus asimetris Bidang Keahlian Tata Busana 34

46 Cara Merancang bahan, Gambar 2.10c gambar rancangan bahan blus asimetris Banyaknya bahan yang diperlukan untuk membuat gaun di atas adalah: a a = 90 cm = lebar bahan a b = 110cm = panjang bahan. Untuk membuat rancangan bahan model blus asimetris, seperti pada gambar 2.10c, bahan tidak dilipat menjadi dua melainkan dibentangkan secara keseluruhan. Hal ini untuk menghindari kesalahan letak pola untuk pola sebelah kanan dan pola sebelah kiri. Bidang Keahlian Tata Busana 35

47 c) Merancang bahan dengan teknik marker Merancang bahan dengan teknik marker adalah merancang bahan yang akan digunakan untuk memproduksi pakaian dalam jumlah banyak (skala industri). Pada pekerjaan marker, biasanya satu model pakaian dibuat dalam beberapa ukuran sesuai dengan pesanan. Setelah itu, polapola dari berbagai ukuran tersebut diletakkan pada satu lembar kertas marker atau bahan dengan ukuran sebenarnya. Selanjutnya, diletakkan pada tumpukan kain yang terdiri beberapa lapis sekaligus, sesuai dengan jumlah pakaian yang akan diproduksi atau dipesan. Pada kesempatan ini pekerjaan marker tidak akan dibahas secara mendalam. Untuk mempelajarinya Anda dapat melihat modul 207A tentang teknik marker. Setelah mempelajari dan memperhatikan beberapa contoh merancang bahan, maka ada baiknya Anda mulai mencoba berlatih membuat beberapa rancangan bahan dengan beberapa model. Akan tetapi sebelum Anda mencoba sebaiknya Anda mencermati beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat merancang bahan, baik pada saat menggunakan pola kecil maupun pada saat Anda merancang bahan dengan pola dan bahan sesungguhnya. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut: (1) Untuk merancang bahan simetris, bahan dapat dirangkap (dilipat dua memanjanng) dengan bagian baik bahan diletakkan di sebelah dalam, sedangkan untuk model asimetris bahan harus dibentangkan. (2) Bila mungkin, bentangkan bahan sepanjang yang dibutuhkan di atas meja. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari dan mencegah kemungkinan yang sering terjadi, misalnya garis hias tertukar arahnya atau bagian baik tertukar dengan bagian buruk. (3) Perhatikan arah serat benang. Letakkan pola dengan tepar sehingga garis panah, atau garis yang menunjukkan bahwa garis itu harus terletak pada arah yang lurus, benar-benar terletak pada arah benang Bidang Keahlian Tata Busana 36

KODE MODUL: BUS-210C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-210C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -210C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -208C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

Oleh : IDAH HADIJAH. Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Oleh : IDAH HADIJAH. Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oleh : IDAH HADIJAH Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Teknik Pembuatan Sampel Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS 209C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS 209C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: 209C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01 DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS 209A PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS 209A PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: 209A PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -208C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

Semua upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan Kurikulum Keterampilan pada Madrasah Aliyah, dilandasi oleh rasa tanggung

Semua upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan Kurikulum Keterampilan pada Madrasah Aliyah, dilandasi oleh rasa tanggung Kurikulum Madrasah Aliyah Program Keterampilan ini, diharapkan memberi peluang tumbuhnya potensi untuk mandiri dan bertanggung jawab dalam mengembangkan program pembelajaran yang lebih sesuai dengan kondisi

Lebih terperinci

B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok

B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok : 1 x pertemuan : (2x 45 menit) Standar Kompetensi : 1. Mengenal bagian-bagian Busana A. Kompetensi Dasar 1.1. Mengidentifikasi bagian-bagian busana B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 01 / KPB / S1 / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Lebih terperinci

Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -210B Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

JOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain

JOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain JOB-SHEET MATA KULIAH : BUSANA ANAK TOPIK : BEBE ANAK PEREMPUAN PROGRAM STUDI : PT BUSANA / TEKNIK BUSANA SEMESTER : II JUMLAH SKS : 2 SKS (Praktek) PENGAMPU : EMY BUDIASTUTI, M.Pd A. Kompetensi: diharapkan

Lebih terperinci

MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA BAGIAN URAIAN JUMLAH HALAMAN JOB.O1 Kemeja Lengan Panjang 10 halaman JOB.02 Celana Panjang 7 halaman JOB.03 Jaket 9 halaman Jumlah Halaman 26 halaman 1. Kompetensi Mampu membuat Kemeja Lengan Panjang 2.

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-001

PANDUAN MENJAHIT MODEL-001 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-001 MODEL adalah model busana dress Lengan panjang dengan leher setengah berdiri yang dihiasi ruffle, belahan kancing di bagian depan dan cuff lengan tanpa kancing. Rok yang tersambung

Lebih terperinci

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI 15 BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI A. Gambaran Umum Memotong Bahan (Cutting) Kompetensi memotong bahan merupakan mata pelajaran standar kompetensi

Lebih terperinci

Penyusun ESIN SINTAWATI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun ESIN SINTAWATI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun ESIN SINTAWATI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER

PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER MATERI BUSANA KERJA PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER Disusun Oleh : Dra. Astuti, M. Pd 19601205 198703 2 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian Manfaat Hasil Belajar Membuat Pola Busana Pesta Wanita Dengan Sistem Kombinasi Sebagai Kesiapan Praktek

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-012

PANDUAN MENJAHIT MODEL-012 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-012 MODEL Model-012 adalah model busana dress Lengan panjang dengan kerah dan lengan yang dirapikan dengan bisban. Detail model ada di http://fitinline.com/product/catalog_item_detail/4/24

Lebih terperinci

Penyusun NURUL AINI. Editor TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGRI MALANG

Penyusun NURUL AINI. Editor TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGRI MALANG Penyusun NURUL AINI Editor TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGRI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 2. Sub Kompetensi Menguasai dan mampu membuat : a. Pola Jaket ukuran kecil dan ukuran besar b. Merancang bahan dan harga untuk Jaket c. Memotong bahan Jaket d. Menjahit

Lebih terperinci

DASAR TEKNOLOGI MENJAHIT II

DASAR TEKNOLOGI MENJAHIT II HALAMAN SAMPUL DASAR TEKNOLOGI MENJAHIT II Kontributor Naskah Penelaah : Dra. Dwijanti M.Pd : Dra. Eri Novida, M.Pd Dra. Hestiworo, MM HALAMAN FRANCIS Hak Cipta 2013 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS-101B. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-101B. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -101B Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 05 / KPB /S1 / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Lebih terperinci

MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR

MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR i MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR Cara Mengambil Ukuran, Pembuatan Pola Dasar, Merubah Model, Perencanaan Bahan Oleh Zulfaturochmah, S. Pd Pamong Belajar SKB Kab. Pekalongan DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-004

PANDUAN MENJAHIT MODEL-004 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-004 MODEL adalah model busana dress Lengan panjang dengan obi dan kerah berdiri. Detail model ada di http://fitinline.com/product/catalog_item_detail/4/16 BAGIAN KETERANGAN GAMBAR

Lebih terperinci

MEMBUAT POLA DASAR SISTEM DRAPING

MEMBUAT POLA DASAR SISTEM DRAPING MEMBUAT POLA DASAR SISTEM DRAPING Oleh TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA IND USTRI SEBAGAI KESIAPAN MELAKSANAKAN PRAKTEK KERJA IND USTRI (PRAKERIN)

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA IND USTRI SEBAGAI KESIAPAN MELAKSANAKAN PRAKTEK KERJA IND USTRI (PRAKERIN) DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Cara Menjahit Gamis Resleting Depan

Cara Menjahit Gamis Resleting Depan Cara Menjahit Gamis Resleting Depan Dilarang Keras Memproduksi, Memperbanyak dan mendistribusikan baik keseluruhan maupun sedikit dari isi ebook ini dalam bentuk Apapun tanpa seizin penulis. Untuk menghemat

Lebih terperinci

MENGGAMBAR DESAIN HIASAN BUSANA

MENGGAMBAR DESAIN HIASAN BUSANA MENGGAMBAR DESAIN HIASAN BUSANA Oleh: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SITEM DAN STANDART PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari. kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan

BAB II KAJIAN TEORI. untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari. kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kesulitan Belajar Membuat Blus a. Kesulitan Belajar Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01 RPP menjahit RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01 PELAJARAN : MULOK MENJAHIT KELAS /SEMESTER : VII / I MATERI : PENGERTIAN MENJAHIT SUB MATERI : DASAR DASAR MENJAHIT ALOKASI WAKTU : 2 x PERTEMUAN I. KOMPETENSI

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 02 / KPB / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program

Lebih terperinci

LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd

LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd JlhJRUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Oktober,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM. 72 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM. 72 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM. 72 TAHUN 2014 TENTANG PAKAIAN DINAS HARIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MEMILIH POLA BUSANA TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MEMILIH POLA BUSANA TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MEMILIH POLA BUSANA TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA

Lebih terperinci

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pe

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pe No.894, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BMKG. ASN. Pakaian Dinas Harian. PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS HARIAN APARATUR SIPIL

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS HARIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

MEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR

MEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR MEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR Busana mempunyai hubungan yang erat dengan manusia, karena menjadi salah satu kebutuhan utamanya. Sejak jaman dahulu, dalam kehidupan sehari hari manusia tidak bisa dipisahkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2001 Direktur Pendidikan Menegah Kejuruan, Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto NIP Merias Wajah Disco

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2001 Direktur Pendidikan Menegah Kejuruan, Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto NIP Merias Wajah Disco KATA PENGANTAR Pendidikan menengah kejuruan sebagai penyedia tenaga kerja terampil tingkat menengah dituntut harus mampu membekali tamatan dengan kualifikasi keahlian terstandar serta memiliki sikap dan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET TAILORING. 1. Kompetensi Mampu membuat stelan jas wanita

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET TAILORING. 1. Kompetensi Mampu membuat stelan jas wanita 1. Kompetensi Mampu membuat stelan jas wanita 2. Sub Kompetensi Menguasai dan mampu membuat : a. Pola Jast wanita ukuran kecil ( Skala 1 : 4 ), sesuai model b. Pola Jas wanita ukuran besar sesuai model

Lebih terperinci

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

Ebook 1. Dewasa (Model 1)

Ebook 1. Dewasa (Model 1) Ebook 1 Ebook Cara Menjahit Blouse Dasar Cara Membuat Pola Dasar Gaun Wanita Dewasa (Model 1) Sebuah PAnduan Lengkap yang Membahas Tentang Cara Membuat Pola Dasar Gaun Wanita Dewasa Oleh: Khasanah El Zahra

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN 2014, No.313 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 743/MENKES/PER/VI/2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI GURU 2015 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BUSANA. Kompetensi Utama. Standar Kompetensi Guru. Indikator Esensial

UJI KOMPETENSI GURU 2015 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BUSANA. Kompetensi Utama. Standar Kompetensi Guru. Indikator Esensial UJI KOMPETENSI GURU 2015 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BUSANA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran

Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran 23 Lampiran Perangkat Pembelajaran 2 Silabus Nama Sekolah : SMK Negeri 3 Klaten Kompetensi Keahlian : Busana Butik Mata Pelajaran : Membuat Pola Busana Pria ( Pattern Making ) Kelas/Semester : XI / Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena merupakan salah satu aspek utama dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Penulis

Kata Pengantar. Penulis Kata Pengantar P uji Tuhan, dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan karunia-nya, sehingga dapat menyelesaikan modul dengan judul Busana Pria ini

Lebih terperinci

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati CARA MENGUKUR BADAN Ketepatan suatu pola dasar ditentukan oleh cara mengukur badan yang tepat. Pola dasar yang baik berarti cara mengambil ukurannya tepat dan

Lebih terperinci

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN 2009 BAB II STRUKTUR KURIKULUM

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A Latar Belakang Penelitian... 1

Lebih terperinci

- 2 - Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan

- 2 - Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Produk : Gambar 1 : Pakaian dan Celana yang beredar di pasaran (Sumber : www. Pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa jenis pakaian dan celana yang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

Teknik Draping KATA PENGANTAR

Teknik Draping KATA PENGANTAR i KATA PENGANTAR P uji Tuhan, dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan karunia-nya, sehingga dapat menyelesaikan modul dengan judul Teknik Draping

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 743/MENKES/PER/VI/2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA 1. Kompetensi Mampu membuat celana panjang 2. Sub Kompetensi Mampu dan menguasai membuat : a. Pola celana panjang ukuran kecil dan ukuran besar b. Merancang bahan dan harga untuk celana panjang c. Memotong

Lebih terperinci

JILID 3. Tata Busana

JILID 3. Tata Busana 3 Tata Busana JILID 3 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Ernawati Izwerni Weni Nelmira TATA BUSANA

Lebih terperinci

TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL

TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL BUSANA WANITA KLASIFIKASI BUSANA WANITA MEMOTONG BAHAN TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL KLASIFIKASI BUSANA WANITA 1. Under clothes (daster, baby doll) 2. Casual wear (blouse, pants, skirt) 3. Formal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2001 Direktur Pendidikan Menegah Kejuruan, Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto NIP Menerapkan Bentuk Organis

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2001 Direktur Pendidikan Menegah Kejuruan, Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto NIP Menerapkan Bentuk Organis KATA PENGANTAR Pendidikan menengah kejuruan sebagai penyedia tenaga kerja terampil tingkat menengah dituntut harus mampu membekali tamatan dengan kualifikasi keahlian terstandar serta memiliki sikap dan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No.: BAK/TBB/SBG313 Revisi: 00 Tgl: 1 Januari 2013 Hal. 1 dari 14 I. KOMPETENSI A. Menyiapkan bahan dan peralatan samir B. Melapisi styrofoam dengan daun pisang C. Menyiapkan hiasan tepi samir D. Merangkai

Lebih terperinci

JILID 3. Tata Busana

JILID 3. Tata Busana 3 Tata Busana JILID 3 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Ernawati Izwerni Weni Nelmira TATA BUSANA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan BAB IV HASIL PENELITIAN Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan Surapati nomor 109 Bandung, dimana perusahaan bergerak pada bidang konveksi yang memproduksi dan menjual berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN SMK Negeri adalah salah satu lembaga pendidikan menengah kejuruan kelompok pariwisata yang memiliki 5 program keahlian yaitu Jasa Boga, Kecantikan, Tata Busana, Kimia

Lebih terperinci

MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA

MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA Oleh : As-as Setiawati Kerah Jas dan Kerah Setali Kerah jas adalah kerah yang dilengkapi dengan rever (kelepak), letak kerah

Lebih terperinci

MENGUKUR, MELETAKKAN DAN MEMOTONG PAKAIAN SESUAI DENGAN PESANAN GAR.OO

MENGUKUR, MELETAKKAN DAN MEMOTONG PAKAIAN SESUAI DENGAN PESANAN GAR.OO MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR GARMEN MENGUKUR, MELETAKKAN DAN MEMOTONG PAKAIAN SESUAI DENGAN PESANAN BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN

Lebih terperinci

MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON

MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON KODE MODUL KYU.BGN.214 (2) A Milik Negara Tidak Diperdagangkan SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK INDUSTRI KAYU MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON DIREKTORAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

-2-3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan

-2-3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1674, 2016 PERPUSNAS. LSP Pustakawan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

MENGGAMBAR DESAIN HIASAN LENAN RUMAH TANGGA

MENGGAMBAR DESAIN HIASAN LENAN RUMAH TANGGA MENGGAMBAR DESAIN HIASAN LENAN RUMAH TANGGA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK Karakteristik busana etnik setiap daerah berbeda-beda. Karakterstik tersebut ditinjau dari model busananya, jenis dan corak kain yang dipergunakan, warna busana dan perlengkapan

Lebih terperinci

MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING. Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP

MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING. Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP. 19601205 198703 2 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Teknik Dasar Penataan Display Menata display yang baik selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan desain dan keserasian warna,

Lebih terperinci

MENJAHIT LENAN RUMAH TANGGA. Oleh: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

MENJAHIT LENAN RUMAH TANGGA. Oleh: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MENJAHIT LENAN RUMAH TANGGA Oleh: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMAN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI I. PRINSIP DASAR BUSANA

Lebih terperinci

100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR

100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR 100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR Satuan Pendidikan Kompetensi Keahlian Mata Diklat Kelas/Semester : SMK N 6 Palembang : Tata Busana : Membuat Pola : X.XI/XII Busana Tahun Pelajaran : 2011 20112 Jumlah Soal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai Pendapat Peserta Didik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP.07.02 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vi viii ix BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008, Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 32 Tah

2017, No Indonesia Tahun 2008, Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 32 Tah No.850, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Kader Bela Negara. Pakaian Seragam, Atribut dan Kelengkapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN SERAGAM,

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA. Pengadaan Tutup Kepala TA. 2015

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA. Pengadaan Tutup Kepala TA. 2015 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA Pengadaan Tutup Kepala TA. 2015 SPESIFIKASI TOPI RIMBA BRIMOB DAN SPN 1. BENTUK/DESAIN Bentuk/desain Topi

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI INFORMASI DAN KISI-KISI Bidang Lomba LADIES DRESS MAKING PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jl. Dr. Radjiman No. 6 Telp. (022) 4264813 Fax. (022) 4264881 Wisselbord (022) 4264944, 4264957,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan. Sekolah bukan hanya dijadikan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN. SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO. Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo

ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO. Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo Trifandi Lasalewo Jurusan Teknik Industri - Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Setiap

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA POSTER 2016

TATA TERTIB PESERTA POSTER 2016 TATA TERTIB PESERTA POSTER 2016 1. Peserta wajib datang tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan (06.00 WIB). 2. Peserta yang terlambat mendapatkan sanksi dari Komisi Disiplin. 3. Peserta

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA -1- DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG LOGO, PATAKA, DAN PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS HARIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

MEMBUAT POLA LENAN RUMAH TANGGA. Oleh: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

MEMBUAT POLA LENAN RUMAH TANGGA. Oleh: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MEMBUAT POLA LENAN RUMAH TANGGA Oleh: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMAN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci