PENDAHULUAN. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 Laar Belakang PENDAHULUAN Bahan bahan alami sepei cangkang elur iik yang selama ini jarang dimanfaakan dan hanya menjadi limbah yang berpoensi mencemari lingkungan api cangkang elur iik dikeahui memiliki komponen yang cukup berguna, paling idak sebagai sumber kalsium (a) alami unuk nurisi (Schaafsma, e al. 2). angkang elur ersusun aas srukur berlapis iga, yaiu lapisan kuikula, lapisan spong dan lapisan lamellar. Dengan menggunakan cangkang elur dapa menghasilkan bahan fungsional atio 3 yang disinesis dengan meode hidroermal dan dapa dikarakerisasi srukur krisal dan dielekriknya. Dengan menggunakan bahan dasar dari limbah, maka biaya sinesis bahan fungsional seperi atio 3 berbasis cangkang elur ini akan menjadi lebih murah. Demikian juga meode yang digunakan pada peneliian ini relaif lebih sederhana sehingga secara keseluruhan mengurangi biaya sinesis bahan. angkang elur iik mengandung kalsium karbona yang diperoleh dari saluran elur (hp://en.wikipedia.org/wiki). Tingginya kandungan ao 3 menjadikan cangkang elur sebagai komodias yang berpoensi sebagai saring maerial biokompaibel biomaerial. Hydroxyapaie (HAp) yang salah sau prekursor aau komponennya berasal dari eksrak cangkang elur. Bahan hydroxyapaie (HAp) merupakan bahan biokeramik yang ada di ulang aau gigi sehingga bahan ini dapa digunakan sebagai implan unuk ulang dan gigi. Para penelii di Ohio Sae Universiy elah menemukan cara memanfaakan cangkang elur dalam proses produksi Hidrogen. angkang elur digunakan unuk menyerap karbon dioksida dari sebuah reaksi yang menghasilkan bahan bakar hidrogen. Proses ini juga menghasilkan membran yang mengandung kolagen dari bagian dalam cangkang. Hal iu menunun mereka ke cangkang elur, yang paling banyak mengandung kalsium karbona. angkang elur yang digiling bisa digunakan pada reaksi pemisahan air gas. Kalsium karbona kandungan uama elur yang menangkap 78 % dari seluruh bera karbon dioksida. Iu berari bahwa dari jumlah karbon dioksida dan cangkang elur yang sama, cangkang akan menyerap 78% karbon dioksida. Ini menjadikannya penyerap karbon dioksida paling efekif yang pernah diuji (L.S. Fan, 27). Sebelum bisa menggiling cangkang elur ersebu harus membuang membran yang mengandung kolagen yang menempel di dalamnya. Bagian iu menghasilkan asam organik yang bisa dijual. Sekiar 1 persen membran mengandung kolagen, yang laku dijual seharga sekiar US$1 per gram. Seelah dieksrak, kolagen ini dapa digunakan dalam makanan aau oba-obaan, aau unuk perawaan kesehaan. Doker menggunakan kolagen unuk membanu regenerasi kuli pada korban kebakaran dan juga digunakan dalam bedah kosmeik. Tujuan 1. Sinesis atio 3 dari cangkang elur dan TiO 2 dengan meode hidroermal 2. Mengukur nilai kapasiansi atio 3 3. Mengukur nilai dari konsana dielekrik bahan organik atio 3 4. Melakukan karakerisasi atio 3 dengan XRD dan SEM angkang Telur TINJAUAN PUSTAKA angkang elur selama ini jarang dimanfaakan dan hanya menjadi limbah yang berpoensi mencemari lingkungan. Padahal cangkang elur iik ini dikeahui memiliki komponen yang cukup berguna, paling idak sebagai sumber kalsium (a) alami unuk nurisi (Schaafsma, e al. 2). angkang elur ersusun aas srukur berlapis iga, yaiu lapisan kuikula, lapisan spong dan lapisan lamelar. Lapisan kuikula merepresenasikan permukaan erluar dan erdiri dari sejumlah proein. Lapisan spong dan lamelar membenuk mariks yang ersusun oleh sera-sera proein yang erika dengan krisal kalsium karbona (ao 3 ) aau disebu juga kalsi dengan perbandingan 1:5. angkang elur memiliki bobo sebesar 11% dari bobo oal seluruh elur. Komposisi uama dalam cangkang ini adalah kalsium karbona (ao 3 ) sebesar 94% dari oal bobo keseluruhan cangkang, kalsium fosfa (1%), bahan-bahan organik (4%) dan magnesium karbona (1%). Kandungan kalsium dari cangkang elur iik dapa digunakan sebagai sumber yang efekif unuk meabolisme ulang (Sasikumar dan Vijayaraghavan, 26).

2 2 Pemanfaaan limbah cangkang elur sebagai energizer alernaif pada proses karburisasi pada. Selain iu, dikaji pula penggunaan energizer alernaif ini pada arang yang elah diakifkan dan arang yang belum diakifkan. Meode peneliiannya dimulai dengan penghalusan arang (sumber karbon) dan energizer (cangkang elur), kemudian mencampurkannya dalam berbagai komposisi arang-energizer, dengan ujuan mengeahui komposisi paling efekif. Kalsium karbona sebagai kandungan uama di dalam cangkang elur dapa diransformasikan menjadi kalsium oksida (ao) melalui pemanasan hingga sampel 9. Reaksi kimia yang erjadi akiba pemanasan ini diberikan oleh persamaan: ao 3 Hea O 2 + ao Pada persamaan reaksi diaas ampak bahwa dengan pemanasan hingga suhu erenu (9 ), ao 3 erdekomposisi menjadi ao dengan membebaskan gas karbondioksida (O 2 ) (Rivera, e al.1999). atio 3 Kalsium Tiana (atio 3 ) adalah bahan keramik iana yang memiliki srukur perovskie unuk penghenian limbah nuklir ingka inggi (Ringwood, e all.1988). Srukur perovskie Kalsium Tiana (atio 3 ) seperi yang diilusrasikan pada Gambar 1. atio 3 dikenal sebagai keramik dielekrik dengan konsana dielekrik inggi yaiu 17 dan koefisien suhu negaif. atio 3 memiliki aplikasi pening dalam sisem komunikasi gelombang mikro (hen, e al. 23). Dibawah ini adalah gambar srukur perovskie kalsium iana. atio 3 juga digunakan sebagai bahan keramik elekronik (elekrokeramik) khususnya sebagai bahan feroliskrik dan bahan dielekrik secara umum (Wang, e al. 21). Gambar 1 Sukur perovskie atio 3. Kalsium Tiana juga acuan uama unuk sronium, suau unsur limbah yang pening dan dapa menyerakan peningnya sejumlah lananida dan akinida (Hanajiri, e al. 1998). atio 3 elah banyak dikaji berbagai sifa fisikanya oleh sejumlah penelii. Sifa-sifa fisika atio 3 yang elah dielii melipui sifa lisrik khususnya kondukivias (Wang, e al. 22), sifa opik baik dengan meode absorpsi UV-Vis maupun sudi fooluminesensi (Wang, e al. 22; Ueda, e al. 1999) uji sifa ermolisrik, sudi sifa dielekrik (hen, e al. 23) dan sifa ferolisriknya (Wang, e al. 21). Disamping iu juga cukup banyak dikaji enang srukur dan mikrosrukurnya yaiu srukur krisal dan srukur elekroniknya baik secara eoriis maupun eksperimen (Ueda, e al. 1999). Hidroermal Sinesis hidroermal didefinisikan sebagai meode penumbuhan maerial (krisal) di dalam air panas pada ekanan inggi. Penumbuhan krisal dilakukan di dalam auoclave dari bahan sainless seel. Jika emperaur meningka maka ekanan akan meningka dalam auoclave. Temperaur dapa dinaikkan diaas iik didih air dan pencapaian ekanan dari saurasi uap air (Fernandes GF dan Laranjeira MM,1999). Meode hidroermal adalah suau cara unuk mengaasi kekurangan dari meode basah seperi pemakaian dalam waku lama dan konaminasi kimia, juga memungkinkan sinesis atio 3 mempunyai kemurnian yang inggi unuk waku kerja yang pendek. Meode hidroermal merupakan meode yang sesuai unuk mempersiapkan krisal yang baik benuk dan komposisi yang dapa dicapai pada emperaur rendah (Ashok, e al. 27). Meode hidroermal pada peneliian ini menggunakan prekursor kalsium (a) dari cangkang elur. Kalsium karbona (ao 3 ) dieksraksi dari cangkang elur iik kemudian diransformasikan menjadi ao melalui proses pemanasan hingga 9 di dalam furnace. Meode hidroermal dipilih karena relaif sederhana anpa menggunakan peralaan yang rumi dan mahal (Ding, e al. 24), selain iu juga mempunyai beberapa keunungan seperi pemanasan cepa, reaksi cepa, hasil lebih bagus, kemurnian inggi dan efesiensi ransformasi energi inggi (Hanajiri Y, e al.1998).

3 3 Dielekrik Isolaor elekrik memiliki beberapa elekron bebas yang berada dalam kondukivias normal dan membenuk insulaor ideal yang idak memiliki elekron bebas. Beberapa maerial memiliki sifa lisrik yang menarik karena kemampuan medan lisrik unuk polarisasi maerial yang menghasilkan dipol lisrik. Dipol adalah susunan dua muaan posiif dan negaif yang sama dipisahkan oleh jarak yang kecil, momen dipol lisrik (p) didefenisikan sebagai p= qr, yang diilusrasikan pada Gambar 2. q q r Gambar 2. Pemisahan muaan membenuk dipol. Momen dipol lisrik adalah sebuah vekor yang secara konvensional arahnya dari muaan negaif ke posiif dan sauan momen dipol lisrik adalah Debye (1 Debye 3 = 3,331 coulomb-meer). Hubungan anara dan medan E diperoleh dari fakor dimensi, permiivias dari vakum: E, 12 dimana 8,854 1 Farad/meer dan sebagai sumber dari garis flux elekrik dipermukaan anara pla, rapa garis flux disebu perpindahan elekrik (D). posiif dibawah. Muaan permukaan akan menarik dan menahan kumpulan muaan yang berlawanan diaas pla, idak seperi dipol yang dapa berpindah secara bebas. Kenaikan kapasiansi disebabkan oleh melemahnya medan lisrik dianara keping kapasior akiba kehadiran dielekrik. Dielekrik dapa memperlemah medan lisrik anara keping-keping suau kapasior, karena dengan hadirnya medan lisrik, molekulmolekul dalam dielekrik akan menghasilkan medan lisrik ambahan yang arahnya berlawanan dengan medan lisrik luar (Tipler, 1998). Pada Gambar 4 akan erliha perbedaan anara keping kapasior anpa dielekrik dan diberi dielekrik dimana seelah diberi dielekrik akan muncul dipol-dipol lisrik sehingga menghasilkan medan induksi. V Gambar 3 Kapasior dengan dielekrik pada. D= E...(1) Selama muncul di dalam maerial pada saa kehadiran medan, dipol hadir sebagai benuk permanen dari srukur molekul yang disebu dipol permanen. Maerial yang di dalamnya ada pengaruh polarisasi disebu dielekrik. Medan lisrik menghasilkan polarisasi lisrik dalam maerial. Kerja dari kapasior akan menggambarkan pengaruh dari polarisasi lisrik dan memungkinkan dielekrik diperkenalkan secara makroskopi anpa memperimbangkan secara deail apa yang erjadi pada skala aomik (M..Lovell, e al.1976). Kapasior dengan dielekrik pada seperi yang diilusrasikan pada Gambar 4, anggap baerai masih dihubungkan medium dielekrik dengan mengisi permukaan anar pla. Medium menjadi erpolarisasi oleh medan dan dipol muncul di keseluruhan maerial sesuai arah medan. Semua dipol dari muaan berlawanan di dalam maerial akan dihilangkan eapi akan ada muaan keidakseimbangan permukaan, muaan negaif disebelah aas dan muaan Gambar 4.1 Tanpa dielekrik. Gambar 4.2 Diberi dielekrik ( erjadi dipol dipol kecil).

4 4 dikali jarak pemisah d. Jadi besarnya beda poensial yang melewai suau kapasior adalah: Gambar 4.3 Dielekrik yang memiliki medan induksi. Kapasior Kapasior adalah komponen elekronik yang dapa menyimpan muaan jika diberi medan lisrik, kapasior keping sejajar yang diilusrasikan pada Gambar 5. Kemampuan kapasior unuk menyimpan muaan lisrik ini disebu sebagai kapasiansi. Sebagian besar kapasior memiliki lembar isolaor (misalnya keras aau plasik) yang disebu dielekrikum yang dileakan dianara pla-planya (Giancoli, 25). Suau maerial nonkondukor seperi keras, kaca aau kayu disebu dielekrik. Keika ruang dianara dua kondukor diisi dengan dielekrik, kapasiansi naik sebanding dengan fakor K yang merupakan karakerisik dielekrik dan disebu konsana dielekrik. Besar muaan yang ersimpan dalam kapasior sebanding dengan beda poensialnya. V (1) dimana: V= beda poensial (Vol) =kapasiansi kapasior(farad) V Ed d... (2) Nilai kapasiansi dari suau kapasior dienukan oleh fakor geomeris dan jenis bahan dielekriknya. Unuk kapasior pla sejajar, fakor geomeris dienukan oleh luas permukaan pla elekroda sera ebal bahan dielekrik. Sedangkan sifa bahan dielekrik dienukan oleh konsana dielekrik pada frekuensi erenu. Pada ruang hampa udara kapasiansi kapasior diberikan oleh: A... (3) d dimana: o kapasiansi ruang hampa o permiivias ruang hampa A =luas permukaan elekroda d = jarak anar elekroda Jika di anara pla elekroda diempakan suau bahan dielekrik, maka kapasiansinya akan berambah besar : A A k d d... (4) k adalah permiivias bahan yang nilainya sebanding dengan permiivias ruang hampa dengan konsana pembanding yang disebu konsana dielekrik. Dari persamaan 3 dan 4, konsana dielekrik dapa dinyaakan sebagai perbandingan kapasiansi bahan erhadap kapasiansi ruang hampa k aau k...(5) Gambar 5 Kapasior keping sejajar. Pengisian kapasior adalah Jika kapasior yang dihubungkan dengan erminal erminal baerai akan erjadi pengisian (muaan) pada keping-keping kapasior yang diilusrasikan pada Gambar 6 dan kurva pengisian kapasior yang diilusrasikan pada Gambar 7 Karena medan lisrik anara bidang bidang kapasior bersifa seragam, maka perbedaan poensial anara bidang sama dengan medan

5 5 Gambar 6 Pengisian kapasior. Gambar 7 Kurva pengisian kapasior. Medan lisrik dapa menimbulkan polarisasi muaan, menyebabkan molekul mempunyai muaan dipol permanen. Sebaliknya, akan polarisasi menimbulkan kerapaan muaan pada kapasior. Hal ini dapa dikeahui dengan memisahkan dua pla kapasior sejauh d meer dan dianara pla diberikan egangan sebesar V vol sehingga erjadi medan lisrik. Pada saa = dan saklar diuup maka pada kapasior idak ada muaan sehingga ak ada beda poensial di ujung ujung kapasior. Beda poensial di ujung ujung R adalah dan arus imum I = / R. Jika pada saa = dan saa seelah S diuup, di kapasior sudah ada muaan (+ di keping + dan di keping -). Beda egangan di ujung ujung kapasior menjadi / Akibanya beda egangan di ujung ujung R dan arus urun (Sugaa,1994). Dari hukum Kirchoff: V ir...(1) dan hubungan i...(2) d didapa persamaan : V R d 1 d V R ln( V ) k...(3) R k adalah konsana inegrasi, dari syara = muaan =, akan didapa k ln(v ). Keika kapasior erisi penuh, beda egangan di ujung ujung kapasior adalah V dan muaan di kapasior adalah m V...(4) Persamaan (1) menjadi ( ) ln R ln( 1 ) m R ( 1 ) e R...(5) m Jadi besarnya kapasior adalah: muaan pada pengisian R m ( 1 e )...(6) Pengosongan kapasior adalah Jika ujungujung kapasior yang bermuaan dihubungkan dengan kawa kondukor, pada kapasior akan segera erjadi pengosongan muaan yang diilusrasikan pada Gambar 8. Selama S eruup, egangan di ujung ujung R dan adalah sama dengan dan muaan di kapasior adalah =. Keika S dibuka pada =, muaan di kapasior mulai berkurang dan erjadi arus melalui resisor. Dari hukum Kirchoff unuk loop (Saklar erbuka) : ir Gambar 8 Pengosongan kapasior. Dan hubungan I = -/d didapa persamaan:

6 6 d R 1 d ln( ) k R R k adalah konsana inegrasi, dari syara =, muaan =,didapa k=ln Arus pada saa = adalah I = /R Jadi besarnya muaan pada pengosongan kapasior adalah: Pengisian dan pengosongan muaan dalam pla kapasior berlangsung secara cepa. Akibanya muaan yang ersimpan dalam pla makin berkurang dan kemampuan kapasior dalam menyimpan muaan semakin kecil (Surisno,1984). Bahan dielekrik yang erdapa anara pla akan memperlemah medan lisriknya. Bahan dielekrik ersebu akan erpolarisasi keika diberi medan lisrik sehingga akan imbul kerapaan muaan yang inggi pada sisi pla. Pengisian dan pengosongan kapasior berlangsung cepa dengan naiknya frekuensi. Kapasior dengan cepa melepaskan dan mengisi muaan dengan ingka resisansi yang rendah. Muaan-muaan yang ersimpan dalam kapasior akan berkurang dengan meningkanya frekuensi. Gambar 9 Kurva pengosongan kapasior. Gambar 1 menunjukkan kapasior yang dihubungkan pada erminal generaor, arusnya dihubungkan dengan muaan oleh: i d e R...(7) Gambar 1 Pembangki ac yang dihubungkan secara seri dengan kapasior. Beda egangan pada kapasior adalah V V V Dari kaidah simpal Kirchhoff diperoleh aau V cos Dengan demikian cos Arusnya sama dengan i sin d Nilai imum I erjadi apabila sin 1, maka I Arus diulis menjadi I sin I sin Dengan menggunakan persamaan rigonomeri sin cos( ) 2 I cos( ) 2, diperoleh: I...(8) Gambar 11 menunjukkan kurva arus dan egangan suau kapasior erhadap waku, dimana nilai imum egangan erjadi 9 aau seperempa perioda seelah nilai imum arus. Dengan demikian beda egangan pada kapasior erlamba erhadap arus sebesar 9. Muaan pada pla kapasior meningka, arus berkurang hingga muaannya imum ( sehingga V c arusnya nol. imum) dan

7 7 Diffracion(XRD), Scanning Elecron Microscopy (SEM), Uji Kapasior, Uji Dielekrik. Meodologi Peneliian Sinesis atio 3 Gambar 11 Kurva arus dan egangan suau kapasior erhadap waku. Hubungan anara arus imum dan egangan imum unuk kapasior dapa diulis dalam benuk persamaan: I 1 X... (9) dimana X disebu reakansi kapasiif yang mana berganung pada frekuensi.dalam hal ini semakin inggi frekuensi, semakin kecil reakansinya. Jika sumber ggl-nya berupa pembangki ac, perbedaan poensial berubah anda seiap seengah perioda dan seandainya ggl pembangkinya konsan sambil meningkakan frekuensinya. Unuk seiap seengah siklus, muaan 2 yang sama berpindah ke kapasior eapi jumlah siklus per deik berambah dimana kapasior meningka sebanding dengan frekuensi. Jadi, semakin inggi frekuensi, kapasiornya semakin kurang menghamba aliran muaan. BAHAN DAN METODE Tempa dan Waku Peneliian Peneliian akan dilaksanakan di laboraorium Fisika Maerial dan laboraorium Biofisika Deparemen Fisika IPB Darmaga. Waku peneliian dimulai dari Bulan November 28 sampai April 29. Bahan dan Ala Bahan yang digunakan dalam peneliian ini adalah cangkang elur yang diransformasikan menjadi ao, pla pcb dengan lapisan embaga, aquades, bubuk TiO 2. Ala - ala yang digunakan adalah crucible (cawan keramik), sudip, gelas ukur, keras saring, furnace, magneic sirer, ho plae, alumunium foil. Karakerisik menggunakan X-Ray Dalam peneliian ini dilakukan sinesis atio 3 dengan meode hidroermal menggunakan prekursor kalsium (a) dari cangkang elur. Kalsium karbona (ao 3 ) dieksraksi dari cangkang elur iik kemudian diransformasikan menjadi ao, dimana atio 3 erbenuk melalui proses pemanasan hingga 7 selama 3 jam, 8 selama 5 jam, dan 9 (PH) selama 5 jam menggunakan furnace. Bubuk ao dan TiO 2 dengan massa yang seimbang masing masing 2, gram digerus dalam waku 3 meni dimasukkan ke dalam aquades pada volume 5 ml dicampur pada gelas beaker yang di siring 1 rpm selama 3 meni pada ho plae. Reakor dileakkan diaas ho plae dan mulai proses hidroermal dengan memanaskan reakor pada suhu anara 2 yang menghasilkan ekanan inggi di dalam reakor. Hasil perlakuan hidroermal berupa endapan atio 3 disaring beberapa kali, selanjunya sampel dipele dan dipanaskan di dalam furnace pada sampel 9 selama 5 jam. Sinesis kalsium iana erbenuk melalui 2 meode yaiu meode dimana sampel dihidroermal dan dipele (PH) yaiu pada suhu 9 (PH). Selain iu sinesis kalsium iana diperoleh dengan hidroermal saja( ) Karakerisasi XRD(X-Ray Difracion) Karakerisasi XRD dapa memberi informasi secara umum baik secara kuaniaif maupun secara kualiaif unuk mengeahui fasa yang erdapa dalam sampel, menenukan ukuran krisal dan krisalinias. Hal yang perlu diperhaikan pada meode ini adalah posisi difraksi imum, inensias puncak dan disribusi inensias sebagai fungsi dari sudu difraksi. Tiga informasi ersebu dapa digunakan unuk mengidenifikasi fasa-fasa yang erdapa dalam suau bahan. Salah sau analisis komposisi fasa dalam suau bahan adalah dengan membandingkan pola XRD erukur dengan daa ersebu. Sampel dikarakerisasi menggunakan ala XR dengan sumber u yang memiliki panjang gelombang 1 1,546 1 nm.

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik.

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik. MODUL 2 : LISTRIK RANGKAIAN TERTUTUP Rangkaian eruup ialah rangkaian yang ak berpangkal dan ak berujung yang erdiri dari komponen lisrik (seperi kawa penghanar), ala ukur lisrik, dan sumber daya lisrik

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Arus Listrik. Arus dan Gerak Muatan. Q t. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Satuan SI untuk arus: 1 A = 1 C/s.

Arus Listrik. Arus dan Gerak Muatan. Q t. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Satuan SI untuk arus: 1 A = 1 C/s. Arus Lisrik Surya Darma, M.Sc Deparemen Fisika Universias Indonesia Arus Lisrik Arus dan Gerak Muaan Arus lisrik didefinisikan sebagai laju aliran muaan lisrik yang melalui suau luasan penampang linang.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari 2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik ENEGI LISTIK Tujuan : Menenukan fakor fakor yang mempengaruhi besar energi lisrik Ala dan bahan : 1. ower Suplay. Amperemeer 3. olmeer 4. Hambaan geser 5. Termomeer 6. Sopwach 7. Saif 8. Kawa nikelin 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Amai lampu pijar! nformasi apa yang dapa kamu emukan? Dan apa ari informasi ersebu! 2. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik?

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

& RANGKAIAN RC M. Ishaq

& RANGKAIAN RC M. Ishaq HAND OUT FISIKA DASA /LISTIKMAGNET/ ELEKTODINAMIK /kkapasito LISTIK DINAMIK : KAPASITO & ANGKAIAN M. Ishaq KAPASITO Mdel Kapasir perama dicipakan di Belanda, epanya ka Leyden pada abad ke8 leh para eksperimenalis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generaor yang enghasilkan egangan bolak-balik dan biasanya dala benuk fungsi sinusoida sinus aau cosinus. Tegangan dan arus bolak balik dapa dinyaakan

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik? 2. Dapakah kalian membukikannya? 3. Bagaimana caranya kia mengukur hambaan lampu

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. Silvia Reni Yeni,MSi Nip : 195924081987022001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universias Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, anggal 20 desember

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC Bab I, Efek Transien Hal: 04 BAB I EFEK TANSIEN Kapasior pada sinyal D Jika sinyal D berikan pada kapasior (mula-mula ak ermuai) yang -seri-kan dengan hambaan, maka pada saa hubungkan ( 0 s) akan ada arus

Lebih terperinci

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013 KINETIK KIMI LJU DN MEKNISME DLM REKSI KIMI Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 03 Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana diulis dalam persamaan reaksi dengan koefisien seimbang Namun persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER W. Kurniawan * Jurusan Pendidikan Fisika, IKIP PGRI SEMARANG Jl. Lonar no Semarang, Indonesia Tel: 8...88 ; Email: wawan.hiam@gmail.com ABSTRAK Arikel ini

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1995

Fisika EBTANAS Tahun 1995 Fisika TANAS Tahun 1995 TANAS-95-01 Sebuah pia diukur, ernyaa lebarnya 1,3 mm dan panjangnya 15,5 cm., maka luas mempunyai angka pening sebanyak A. 6. 5. 4 D. 3. TANAS-95-0 Di bawah ini erera 5 grafik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR

SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR OLEH : Ir. ARIANTO PENGERTIAN SIFAT TERMAL ZAT PENGUKURAN SUHU MACAM TERMOMETER JENIS TERMOMETER PEMUAIAN PANJANG PEMUAIAN LUAS PEMUAIAN VOLUME ANOMALI AIR CONTOH SOAL 1

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1988

Fisika EBTANAS Tahun 1988 Fisika TANAS Tahun 1988 TANAS-88-01 Dua buah kapasior masing-masing mempunyai kapasias µf dan 4 µf dirangkai seri. Kapasias pengganinya A. 1 µf. 6 1 µf 3 µf 4 C. D. 4 µf 3. 6 µf TANAS-88-0 Gaya gerak lisrik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Open Course Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku () Oleh: Sudaryano Sudirham Penganar Dalam kuliah ini dibahas analisis rangkaian lisrik di kawasan waku dalam kondisi manap Kuliah ini merupakan ahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di Laboraorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakulur, Deparemen Budidaya Perairan, FPIK-IPB.

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

Fisika Proyek Perintis I Tahun 1979

Fisika Proyek Perintis I Tahun 1979 Fisika Proyek Perinis I Tahun 1979 PPI-79-01 Tahanan paling yang dapa diperoleh dari kombinasi 4 buah ahanan yang masing-masing nya 10 ohm, 20 ohm, 25 ohm dan 50 ohm, adalah 4,76 ohm B. 20 ohm. 25 ohm

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, berempa di Laboraorium Perikanan Program Sudi Budidaya Perairan Fakulas Peranian Universias Lampung.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh ELEKTRONIKA DASAR PENGGUNAAN DIODA SEBAGAI PENYEARAH Penyearah Seengah Gelombang Dan Gelombang Penuh Tujuan Insruksional Umum Pesera mengenal rangkaian penyearah / recifier Tujuan Insruksional Khusus Pesera

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA Arif Hermawan Jurusan Teknik Elekro FTI, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya 60111

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA PAKET B. 1. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperti gambar!

SOAL UN FISIKA PAKET B. 1. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperti gambar! SOAL UN FISIKA 010-011 PAKET B 1. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperi gambar! 8 cm 9 cm Maka ebal balok adalah. a. 8,0 cm b. 8,5 cm c. 8,0 cm d. 9,00 cm e. 9,5 cm. 0 5 10 Perhaikan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

adalah. A. 1,3 x 10-7 m D. 6,7 x 10-7 m B. 2;2 x lo -7 m E. 10,0 x lo -7 m C. 3,3 x lo -7 m

adalah. A. 1,3 x 10-7 m D. 6,7 x 10-7 m B. 2;2 x lo -7 m E. 10,0 x lo -7 m C. 3,3 x lo -7 m 1. Dalam suau percobaan celah ganda Young jarak pisah y anara pia erang ke sau dan pia erang pusa adalah 0,0240 m, keika cahaya yang digunakan mempunyai panjang gelombang 4800 A. Jarak pisah y keika cahaya

Lebih terperinci

5. Kumparan tipis terdiri dari 4 lilitan diletakkan horisontal kemudian diberi arus listrik 5A. Jika jari-jari lingkaran 4cm,

5. Kumparan tipis terdiri dari 4 lilitan diletakkan horisontal kemudian diberi arus listrik 5A. Jika jari-jari lingkaran 4cm, 1. Seseorang memikul beban dengan mengunakan baang AB yang massanya diabaikan dan panjanngnya 90 cm. Beban 40 kg dileakkan diujung A dan beban 35 kg dileakkan diujung B. Agara baang seimbang ( AB mendaar)

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen, Henry Becquerel pada tahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala

Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen, Henry Becquerel pada tahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala Berdasarkan hasil peneliian W.C Rongen, Henry Becquerel pada ahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, eapi secara kebeulan ia menemukan gejala keradioakifan. Pada peneliiannya ia menemukan bahwa garam-garam

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci