BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Outsourcing Outsourcing memungkinkan suatu perusahaan memindahkan pekerjaanpekerjaan rutin dalam perusahaan untuk dikerjakan oleh pihak lain di luar perusahaan. Dengan menyerahkan pekerjaan rutin tersebut kepada pihak luar, dalam hal ini penyedia jasa outsourcing, perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk menangani pekerjaan tersebut, seperti dalam definisi outsourcing berikut ini : Outsourcing is the act of transferring some of a company s recurring internal activities and decision rights to outside provider, as set forth in a contract. Because the activities are recurring and a contract is used, outsourcing goes beyond the use of consultants. As a matter of practice, not only are the activities transferred, but the factor of production and decision rights often are, too. Factors of production are the resources that make the activities occur and include people, facilities, equipment, technology, and the other asset. Decision rights are the responsibility for making decisions over certain elements of the activities transferred. (Maurice F. Greaver II) 6

2 7 An arrangement whereby a third party provider assumes responsibility for performing information systems at a pre-determined price and according to predetermined performance criteria. (Northfield, 1992) Outsourcing berasal dari kata out yang berarti di luar dan source yang berarti sumber. Dari terminologi tersebut, maka dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa sumber daya manusia yang dibutuhkan berada di luar perusahaan. Dengan demikian, definisi operasional outsourcing adalah suatu bentuk perjanjian kerja antara perusahaan A sebagai pengguna jasa dengan perusahaan B sebagai penyedia jasa, dimana perusahaan A meminta kepada perusahaan B untuk menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk bekerja di perusahaan A. Perusahaan B wajib menyediakan dan mengelola SDM sesuai kriteria yang disepakati, sementara perusahaan A harus membayar sejumlah nilai kontrak kerja yang disepakati. Pada umumnya perusahaan memilih untuk meng-outsource-kan pekerjaan rutin yang bersifat kurang strategis. Jasa Outsourcing melakukan pekerjaan non core business, sedangkan pekerjaan core business yang juga merupakan core competence dari suatu perusahaan tetap dikerjakan sendiri. (Indrajit, 2002, p.140) Pekerjaan yang bersifat non core apabila dilakukan sendiri akan mengambil sumber daya perusahaannya, padahal sebenarnya sumber daya tersebut dapat dialokasikan untuk hal-hal yang bersifat core business. Selain itu, apabila perusahaan melakukan sendiri pekerjaan non core tersebut kemungkinan hasil yang diperoleh tidak maksimal, karena kurang mendapatkan alokasi sumber daya yang memadai. Pekerjaan non core

3 8 business, karena biasanya bukan core competence-nya, umumnya tidak atau kurang dilaksanakan dengan cukup efisien dan efektif. ( Indrajit, 2002, p.16) Outsourcing diasumsikan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melakukan suatu pekerjaan. Hal ini didukung oleh hasil survei yang diselenggarakan oleh outsourcing institute dimana terungkap alasan perusahaan melakukan outsourcing. Beberapa alasan yang relevan dalam peningkatan efesiensi dan efektivitas adalah (Indrajit, 2002, p.169) : 1. Memanfaatkan kemampuan kelas dunia Penyedia jasa yang unggul dalam bidangnya, seringkali melakukan R & D, investasi jangka panjang dalam bidang teknologi, metodologi dan sumber daya sehingga penyedia jasa tersebut profesional dibidangnya. Disamping itu penyedia jasa mempunyai banyak pengalaman yang diperoleh sewaktu bekerja dengan pelanggan-pelanggannya. 2. Mempercepat keuntungan yang diperolah dari reengineering Penyedia jasa banyak yang telah melakukan reengineering sehingga perusahaan pengguna jasa dapat memperoleh manfaat dari reengineering tanpa harus melakukannya sendiri. 3. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasional Outsourcing memungkinkan pengurangan biaya operasional karena penyedia jasa mampu melakukan pekerjaan tersebut dengan cost yang lebih rendah

4 9 melalui berbagai hal, misalnya: spesialisasi, struktur biaya dan economic of scale. 4. Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri Jasa outsourcing memungkinkan suatu perusahaan memperolah sumber daya yang tidak dimiliki oleh perusahaan, untuk melakukan suatu pekerjaan secara baik dan memadai. 5. Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola Dalam kondisi perusahaan tidak dapat memecahkan suatu masalah atau kekeliruan untuk mengendalikan suatu pekerjaan, perusahaan dapat mengoutsource-kan perkerjaan tersebut kepada pihak luar yang lebih berkompeten. Penyedia jasa mampu untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan, namun dengan jumlah pelanggan yang banyak maka biaya per satuan dapat ditekan menjadi lebih kecil, sesuai dengan pendapat Robinson sebagai berikut : when the volume of production increases, the long range average cost of a unit produced will decline.(robinson, 2000, p.95) Spesialisasi pekerjaan membuat penyedia jasa lebih efisien dalam melakukan suatu pekerjaan. Menurut Craig Elwell : Rather than build our own automobile, provide our own medical services,or produce our own food, we find it far more efficient to specialized in the production of some good or service we are good at and trade these (indirectly with the use of money) for most other goods or servces that we want. (Ellwell, 2001, p.2)

5 10 Selain biaya yang lebih murah, outsourcing seharusnya juga mampu memberikan hasil yang lebih baik, karena penyedia jasa memfokuskan diri dalam bidang penyediaan tenaga outsourcing. Pekerjaan yang kurang strategis dalam value creation, dilakukan oleh penyedia jasa. Aktivitas pendukung pada pengguna jasa bisa menjadi aktivitas utama dalam value chain bagi penyedia jasa. Oleh karena itu, hasil pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia jasa seharusnya dapat lebih baik daripada apabila pekerjaan tersebut dilakukan secara internal di dalam perusahaan pengguna jasa, mengingat pekerjaan tersebut bukan merupakan aktivitas utama. Jasa yang ditawarkan oleh penyedia jasa merupakan core product dari perusahaan penyedia jasa, dengan demikian diperlukan kompetensi agar core product tersebut dapat menjadi lebih kompetitif. (Corbett, 2002, p.1). Alasan dilakukan outsourcing Keuntungan perusahaan dengan melakukan outsourcing, adalah : 1. Penghematan Biaya Penurunan biaya secara keseluruhan bisa dilakukan dengan melakukan pengurangan ruang lingkup, mendefinisikan level kualitas, melakukan penetapan biaya ulang, negosiasi ulang, dan restrukturisasi biaya. 2. Restrukturisasi Biaya Peningkatan biaya operasional diukur dengan membandingkan fixed costs dengan variable costs. Outsourcing mengubah keseimbangan ratio dua jenis

6 11 biaya ini dengan menggeser variable costs ke fixed cost dan membuatnya lebih mudah diprediksi. 3. Peningkatan Kualitas Upaya meningkatkan kualitas melalui kontrak dengan service level agreement baru. 4. Pengetahuan Akses ke intellectual property dan pengalaman serta pengetahuan yang lebih luas. 5. Kontrak Servis akan disediakan sesuai perjanjian kontrak dengan penalti finansial. 6. Expertise dalam Operasional Mendapatkan akses ke best practice dalam operasional yang mungkin akan sulit dan memakan waktu banyak jika dilakukan pengembangan secara in-house. 7. Issue Staffing Mendapat akses ke sumber daya manusia yang memiliki skill yang dibutuhkan.

7 12 8. Capacity management Peningkatan metode manajemen, kapasitas servis, dan teknologi lebih dimungkinkan karena resiko berada pada pihak penyedia jasa. 9. Katalis perubahan Perusahaan dapat menggunakan perjanjian outsource sebagai katalis untuk langkah utama dalam melakukan perubahan yang tidak dapat dilakukan sendiri. Supplier berperan sebagai Change agent di dalam proses itu. 10. Reduce time to market (penghematan waktu) The acceleration of the development or production of a product through the additional capability brought by the supplier. 11. Komoditifikasi Trend dalam menstandarisasi proses bisnis, servis IT, dan servis aplikasi memungkinkan bisnis secara cerdas membeli dengan harga yang tepat. Memungkinkan akses bisnis yang luas, dimana sebelumnya hanya tersedia untuk perusahaan-perusahaan besar. 12. Manajemen Resiko Salah satu pendekatan terbaik dalam manajemen resiko adalah berpartner dengan outsourcer yang mampu menangani dengan lebih baik.

8 Zona Waktu Pekerjaan sekuensial dapat dilakukan selama hari biasa, dengan waktu kerja yang sama, dapat dilakukan juga pada saat musim hujan dan kemarau. 14. Tekanan Customer Secara umum customer merasa diuntungkan oleh perusahaan pengguna jasa, namun ada beberapa kinerja dalam perusahaan tersebut yang mengganggu atau tidak disukai konsumen, dan konsumen mendesak agar dilakukan perubahan. Menanggapi desakan konsumen, maka menejemen merubah system kekaryawanan dengan melakukan outsourcing. Permasalahan dengan Outsourcing 1. Opini publik, ada opini publik bahwa outsourcing membahayakan pasar tenaga kerja lokal. Dikhawatirkan akan muncul banyak pengangguran dan tidak ada pemberdayaan masyarakat sekitar oleh perusahaan, sementara pemberdayaan masyarakat menjadi tanggung jawab perusahaan yang bersangkutan. 2. Bertentangan dengan Pandangan Shareholder, bahwa publisitas menjadi tanggung jawab perusahaan/manajemen dalam menjalankan bisnis. Terkait kepentingan shareholder terhadap ROI (return on investment) dan tanggung jawab social, Outsourcing berkebalikan dengan pandangan diatas.

9 14 3. Kegagalan merealisasikan nilai bisnis, kritik utama terhadap oursourcing adalah kegagalan dalam merealisasikan nilai bisnis yang dijanjikan outsources kepada perusahaan. 4. Tanggung jawab sosial Ada pendapat bahwa karyawan / tenaga outsourcing dengan bayaran rendah untuk outsource, rentan untuk dieksploitasi, mendapat upah yang lebih rendah, disamping tidak mendapat fasilitas yang baik / sama dengan karyawan tetap. 5. Kualitas Servis Kualitas servis yang diukur menurut service level agreement (SLA) di dalam kontrak, tidak sama dengan saat implementasinya karena terjadi gap antara persepsi perusahaan dengan outsourcer. 6. Turn T over karyawan Turn over pada perusahaan outsource sangat tinggi, sehingga skill yang dibawa oleh karyawan outsource itu hilang dan perusahaan tidak memiliki kendali terhadap perubahan itu. 7. Pengetahuan perusahaan Karyawan outsourcing mungkin mendapat kesulitan berkomunikasi dengan pihak internal perusahaan.

10 15 8. Kualifikasi penyedia jasa outsourcing Outsourcer mungkin saja melakukan pergantian staffnya dengan staff yang memiliki skill lebih rendah dari yang sebelumnya, sehingga berdampak negatif terhadap hasil kinerjanya. 2.2 Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan dapat tercapai apabila produk atau jasa yang diterima oleh pelanggan sesuai dengan harapan pelanggan Philip Kotler mendefinisikan : Statifaction is a person feelings of pleasure or dissapointmnet resulting from comparing a product s perceived performance (or outcome) in a relation to his or her expectation. Dengan demikian, kepuasan pelanggan bergantung kepada harapan yang terbentuk di benak pelanggan terhadap produk atau jasa yang diterima. Selanjutnya menurut (Kotler, 1997, p.40), harapan pelanggan tersebut banyak dipengaruhi oleh pengalaman pembelian yang lampau, teman, rekan kerja informasi dan janji dari tenaga pemasaran dan kompetitor-nya. Sewaktu pertama kali mempresentasikan jasa yang akan dijual kepada calon pelanggan, tenaga pemasar biasanya mempresentasikan dan menjanjikan keunggulan jasa yang akan diberikan sampai terbentuk harapan yang positif sehingga calon pelanggan mau membeli jasa yang ditawarkan. Apabila kemudian hari keunggulan jasa yang ditawarkan tersebut tidak

11 16 terbukti maka pelanggan akan merasa tidak puas karena fakta tidak sesuai dengan harapan yang terbentuk pada pelanggan. Untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan. (Kotler, 1997, p.42) menyarankan beberapa metode, yaitu: 1. Sistem Complaint dan saran Perusahaan membuat suatu sistem yang membuat pelanggan dapat menyampaikan keluhan atau saran terhadap produk atau jasa yang diterima pelanggan. 2. Survei kepuasan Pelanggan Pelanggan yang tidak puas jarang menyampaikan complaint atau saran melalui sistem yang telah dibuat oleh perusahaan, seringkali pelanggan tersebut pindah ke kompetitor tanpa menyampaikan complaint sebelumnya. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya melakukan survei untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggannya. 3. Ghost Shopping Perusahaan dapat menyewa seseorang untuk berpura-pura sebagai pembeli potensial dari perusahaan tersebut dan perusahaan kompetitor untuk melaporkan kekuatan dan kelemahan masing-masing. 4. Analisa Pelanggan yang hilang

12 17 Perusahaan harus menghubungi pelanggan yang telah menghentikan kontrak atau pindah ke kompetitor untuk mengetahui alasan pelanggan untuk mengambil keputusan tersebut. Survei kepuasan pelanggan dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik bagi peningkatan kualitas seperti yang dinyatakan oleh (Simchi-Lev, 2000, p.29) : Costumer Satisfaction surveys are used to measure sales department and personel performance as wel as to provide feedback for necessary improvements in products and services. Dengan demikian, penyedia jasa outsourcing dan perusahaan sendiri dapat melakukan survei kepuasan pelanggan yang dapat digunakan sebagai umpan balik bagi peningkatan layanan kepada pelanggan. 2.3 Efisiensi Efisiensi berarti biaya yang lebih murah ataupun usaha yang lebih kecil untuk mendapatkan suatu hasil tertentu. (Robbins, 1996, p.23) menyatakan bahwa efisiensi adalah rasio output efektif terhadap input yang diperlukan untuk mendapatkannya. Dengan kata lain, efisiensi adalah mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya. Harga yang murah dan produktivitas yang tinggi memungkinkan terjadinya efisiensi seperti yang dinyatakan oleh (Adam, 1992, p.41) sebagai berikut:

13 18 A low cost, high productivity operation makes effeciency possible. Minimum use of scarce resources-labor, management, materials, equipment/facilities, and energywhile sustaining high output is the key to productivity. 2.4 Efektivitas Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan seperti yang dinyatakan oleh Stephen P. Robbins (1996, p.23) bahwa efektivitas adalah suatu kondisi dimana usaha yang dilakukan dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Demikian pula Gibson (2000, p.19) menyatakan bahwa: What we mean by effectiveness...is the accomplishment of recognized objectives f cooperative effort. The degree of accomplishment indiates the degree of effectiveness. 2.5 Ketentuan Mengenai Outsourcing Perjanjian outsourcing dapat disamakan dengan perjanjian pekerjaan borongan. Ketentuan outsourcing di dalam UUK 2003 diatur dalam : Pasal 65 mengatur : 1. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara

14 19 tertulis. Perusahaan dalam hal ini dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaannya kepada perusahaan lainnya melalui : a. pemborongan pekerjaan; atau b. penyediaan jasa pekerja. 2. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung. 3. Perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berbentuk badan hukum. 4. Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimaan dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan keputusan menteri. 6. Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang diperkerjakannya.

15 20 7. Hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat didasarkan atas perjanjian-perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan ayat (3), tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi kerja. 9. Dalam hal hubungan kerja beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (8), maka hubungan kerja pekerja/buruh dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (7). Pasal 66 mengatur : 1. Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. 2. Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh;

16 21 b. Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; c. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; d. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan perusahaan penyedia pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 3. Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. 4. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan. Ketentuan lain mengenai outsourcing diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata buku ketiga bab 7A bagian keenam tentang Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, yaitu: 1. Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu pemborong mengikatkan diri untuk membuat suatu karya tertentu bagi pihak yang lain yang memborongkan dengan menerima bayaran tertentu dan dimana

17 22 pihak yang lain yang memborongkan mengikatkan diri untuk memborongkan pekerjaan kepada pihak pemborong dengan bayaran tertentu. 2. Dalam perjanjian pekerjaan tidak ada hubungan kerja antara perusahaan pemborong dengan perusahaan yang memborongkan sebab dalam perjanjian tersebut tidak ada unsur upah sebagai salah satu syarat adanya hubungan kerja. Jadi yang ada harga borongan. 3. Hubungan antara pemborong dengan yang memborongkan adalah hubungan perdata murni sehingga jika terjadi perselisihan maka penyelesaiannya dilaksanakan melalui Pengadilan Negeri. 4. Perjanjian/perikatan yang dibuat secara sah oleh pemborong dengan yang memborongkan pekerjaan tunduk pada KUH Perdata Pasal 1338 jo Pasal 1320 yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 5. Untuk sahnya suatu perjanjian/perikatan harus dipenuhi 4 syarat yaitu : a. sepakat mereka yang mengikatkan diri; b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c. suatu hal tertentu; d. suatu sebab yang halal. 6. Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan dapat diperjanjikan bahwa : a. pemborong hanya untuk melakukan pekerjaan ;

18 23 b. pemborong juga akan menyediakan bahan-bahannya. 7. Dalam hal pemborong juga harus menyediakan bahan-bahannya dan hasil pekerjaanya kemudian karena apapun musnah sebelum diserahkan maka kerugian tersebut dipikul oleh pemborong kecuali yang memborongkan lalai untuk menerima hasil pekerjaan tersebut. 8. Dalam hal pemborong hanya harus melakukan pekerjaan dan hasil pekerjaan tersebut musnah maka pemborong hanya bertanggung jawab atas kemusnahan tersebut sepanjang hal itu terjadi karena kesalahan pemborong. 9. Jika hasil pekerjaan diluar kelalaian dari pihak pemborong, musnah sebelum penyerahan dilakukan dan tanpa adanya kelalaian dari pihak yang memborongkan untuk memeriksa dan menyetujui hasil pekerjaan tersebut maka pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan kecuali jika barang itu musnah karena bahan-bahannya ada cacatnya. 10. Jika pekerjaan yang diborongkan dilakukan secara potongan atau ukuran, maka hasil pekerjaan dapat diperiksa secara sebagian demi sebagian. 11. Perjanjian pemborongan pekerjaan berakhir karena meninggalnya pemborong. 12. Jika pemborong meninggal dunia maka yang memborongkan pekerjaan wajib membayar kepada ahli waris pemborong hasil pekerjaan yang telah selesai dan harga bahan bangunan yang telah diselesaikan menurut perbandingan dengan harga yang telah diperjanjikan asal hasil pekerjaan itu atau bahan bangunan tersebut ada manfaatnya bagi pihak yang memborongkan.

19 Pemborong bertanggung jawab atas tindakan pekerja yang diperkerjakan. 14. Pekerja yang memegang barang milik orang lain untuk mengerjakan sesuatu pada barang itu berhak menahan barang tersebut sampai biaya dan upah dibayar seluruhnya, kecuali telah dikeluarkan tanggungan secukupnya. 2.6 Praktek Outsourcing dan Perlindungan Hak-hak Pekerja Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha dapat diwajibakan oleh P4-D atau P.N. ( Dalam UU No.2 tahun 2004 disebut Pengadilan Hubungan Industrial) untuk membayar uang pesangon (UP) dan atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang penggantian hak (PH). Untuk UP menurut pasal 156 (2) UUK paling sedikit: 1. Masa kerja kurang dari 1 tahun,...1 bulan upah 2. Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun,... 2 bulan upah 3. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun,...3 bulan upah 4. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun,... 4 bulan upah 5. Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun,...5 bulan upah 6. Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun,... 6 bulan upah 7. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun,... 7 bulan upah 8. Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun,... 8 bulan upah

20 25 9. Masa kerja 8 tahun atau lebih,... 9 bulan upah Sedangkan besarnya UPMK menurut pasal 156 (3) UUK sebagai berikut: 1. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun,...2 bulan upah 2. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun,... 3 bulan upah 3. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun,... 4 bulan upah 4. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun,... 5 bulan upah 5. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun,... 6 bulan upah 6. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun,... 7 bulan upah 7. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun,... 8 bulan upah 8. Masa kerja 24 tahun atau lebih, bulan upah Untuk UPH dalam pasal 156 (4) UUK meliputi: 1. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; 2. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya ke tempat di mana pekerja diterima bekerja. 3. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan sebesar 15 % dari UP dan UPMK bagi yang memenuhi syarat; 4. hal-hal lain ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau PKB.

21 26 Dengan perjanjian kerja dalam bentuk outsourcing, maka pasal 156 (2) dan 156 (3) UUK, akan terkesan hanya menjadi hiasan dalam UUK. UP dalam pasal 156 (2) maksimum hanya untuk upah 2 bulan kerja. Sebab dalam prektek, sebagai berikut: 1. UP dalam pasal 156 (2) maksimum hanya untuk upah 2 bulan kerja, sebab lama bekerja bervariasi 6 bulan, 1 tahun dan 2 tahun. 2. UPMK pasal 156 (3) tidak mungkin didapat oleh para pekerja outsourcing, karena pekerja yang di phk minimal telah bekerja selama 3 tahun untuk mendapatkan UPMK 2 bulan upah. 3. UPH seperti biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya ke tempat di mana pekerja diterima bekerja, sangat jarang untuk didapat oleh pekerja; sebab lamaran penerimaan dan seleksi dilakukan di kota tempat perusahaan. Apalagi jenis pekerjaannya tidak memerlukan keahlian khusus. 2.7 Penentuan Sample Dalam suatu survei tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi. Dengan meneliti sebagian populasi kita harapkan bahwa hasil yg didapat akan menggambarkan sifat populasi bersangkutan.suatu metode pengambilan sample yang ideal mempunyai sifat-sifat seperti dibawah ini : 1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi. 2. Dapat menentukan presissi dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku dari taksiran yang diperoleh. 3. Sederhana sehingga mudah dilaksanakan

22 27 4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendahrendahnya. Ada 4 faktor yang harus diperhatikan dalam pengambilan suatu sample penelitian: 1. Derajat keserangaman dari populasi 2. Presisi yang dikehendaki oleh peneliti 3. Rencana analisa 4. Tenaga, biaya dan waktu Dalam penelitian ada yang menggunakan sample sebedar 10 % dari populasi ataupun ada yang menggunakan 5 % dari populasi.

Achmad Budi Rivian Taufik Tesza. Outsourcing

Achmad Budi Rivian Taufik Tesza. Outsourcing Achmad Budi Rivian Taufik Tesza Outsourcing OUTSOURCING?? Outsourcing is subcontracting a process, such as product design or manufacturing, to a third-party company.the decision to outsource is often made

Lebih terperinci

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja waktu tertentu. Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tahun-tahun terakhir ini sering disebut the outsourcing megatrend atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tahun-tahun terakhir ini sering disebut the outsourcing megatrend atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tahun-tahun terakhir ini sering disebut the outsourcing megatrend atau kecenderungan besar outsourcing (Richardus, 2003). Outsourcing menjadi sebuah kecenderungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Perusahaan yang menggunakan jasa outsourcing mengemukakan alasan efisiensi dan efektivitas dalam proses bisnisnya. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep outsourcing Dalam pengertian umum, istilah outsourcing diartikan sebagai contract (work) out seperti ditemukan dalam Concise Oxford Dictionary, sementara mengenai kontrak

Lebih terperinci

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING makalah outsourcing BAB I PENDAHULUAN Kecenderungan beberapa perusahaan untuk mempekerjakan karyawan dengan sistem outsourcing pada saat ini, umumnya dilatarbelakangi oleh strategi perusahaan untuk melakukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SECARA OUTSOURCING INSOURCING DAN COSOURCING

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SECARA OUTSOURCING INSOURCING DAN COSOURCING Tugas Individu Blog Sistem Informasi Manajemen Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SECARA OUTSOURCING INSOURCING DAN COSOURCING Oleh : Nama : Asmira Amri NRP : P 056091491.44

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan Insourcing

Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan Insourcing Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan Insourcing Pengembangan sistem informasi di suatu organisasi diperlukan dalam rangka mencapai keungulan kompetitifnya. Melihat persaingan yang begitu

Lebih terperinci

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas Pasal 64-66 UU no 13 tahun 2003 Permenakertrans No 19 tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain yang

Lebih terperinci

BAB II STATUS HUKUM TENAGA KERJA OUTSOURCING. A. Latar Belakang dan Pelaksanaan Outsourcing dalam Perspektif Hukum Ketenagakerjaan

BAB II STATUS HUKUM TENAGA KERJA OUTSOURCING. A. Latar Belakang dan Pelaksanaan Outsourcing dalam Perspektif Hukum Ketenagakerjaan BAB II STATUS HUKUM TENAGA KERJA OUTSOURCING A. Latar Belakang dan Pelaksanaan Outsourcing dalam Perspektif Hukum Ketenagakerjaan Kecenderungan beberapa perusahaan untuk mempekerjakan karyawan dengan sistem

Lebih terperinci

PENILAIAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN INSOURCING DAN OUTSOURCING

PENILAIAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN INSOURCING DAN OUTSOURCING PENILAIAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN INSOURCING DAN OUTSOURCING TUGAS MAKALAH MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Dosen Pengajar : Dr. Ir. Arif Imam Soeroso, M.Sc TYASTUTI RAHAYU NIM: P056131902.47E

Lebih terperinci

OUTSOURCING. Oleh : SITI JAMILLAH

OUTSOURCING. Oleh : SITI JAMILLAH OUTSOURCING Oleh : SITI JAMILLAH Saat ini banyak perusahaan IT outsourcing bermunculan. Hal ini disebabkan perusahaan merasa bahwa sistem informasi sudah meruapakan kebutuhan tetpi beberapa diantaranya

Lebih terperinci

Bab 2. Pembahasan. Definisi Outsourcing

Bab 2. Pembahasan. Definisi Outsourcing Bab1. Pendahuluan Dengan terus berkembangnya teknologi informasi maka berkembangnya pula sistem informasi itu. Saat ini sistem informasi sudah banyak digunakan oleh perusahaanperusahaan karena dengan adanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB IX HUBUNGAN KERJA Pasal 50 Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Pasal 51 1. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena buruh kontrak semakin terlihat menaik secara grafik, hampir 70 % perusahaan-perusahaan di Indonesia telah memanfaatkan tenaga kontrak ini sebagai karyawannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. payroll untuk melakukan pembayaran gaji karyawan. Aktivitas ini merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. payroll untuk melakukan pembayaran gaji karyawan. Aktivitas ini merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada setiap perusahaan hampir dapat dipastikan ada aktivitas pemrosesan payroll untuk melakukan pembayaran gaji karyawan. Aktivitas ini merupakan faktor pendukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Jasa Sebagai salah satu bentuk produk, jasa juga bisa didefinisikan secara berbedabeda. Gummesson (1987), misalnya mendefinisikan jasa sebagai something which can be

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penjualan Pribadi (Personal Selling) Menurut Kotler (2010: 29), pemasaran adalah suatu proses sosial-manajerial yang membuat seorang

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 34 BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 3.1 Pelaporan Perjanjian Kerja Antara Perusahaan Pemberi Pekerjaan Dengan Perusahaan

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria Konsultan manajemen stratejik dan pengembangan organisasi ririsatria@yahoo.com Topik hari ini Review tentang strategi. Pengenalan strategi pemasaran. Pengenalan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H. 1 2 3 4 58 Dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan PKWT Jangka Waktu 5 59 ayat 4 hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka Kontrak waktu paling lama 1 (satu) tahun Outsourcing hanya untuk

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Hubungan Kerja Hubungan antara buruh dengan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah

Lebih terperinci

ABSTRACT. (Key words: Cost of goods production, Standard Cost, Production Cost Efficiency) Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. (Key words: Cost of goods production, Standard Cost, Production Cost Efficiency) Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Companies whose business activities to produce food from raw materials into finished products to be competitive in marketing their products require management and control of the cost of production.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang semakin cepat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang semakin cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang semakin cepat membuat persaingan usaha menjadi ketat. Persaingan yang semakin ketat ini, menentukan kemampuan

Lebih terperinci

MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN SISTEM INFORMASI INSOURCING DAN OUTSOURCING DISUSUN OLEH: REYNANDA MULYA P056121951.50 MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 Program Studi: Sistem Informasi

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (2)

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (2) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XIV) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (2) copyright by Elok Hikmawati 1 Hak Pekerja/Buruh yang di PHK (Ps.156 UU 13/2003) 1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan

Lebih terperinci

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING 15 BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN 2.1 Hubungan Hukum Antara Perusahaan Penyedia Jasa Dengan Pekerja/Buruh Hubungan hukum antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa itu sendiri

Lebih terperinci

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Oleh: Arum Darmawati Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Hukum Ketenagakerjaan Seputar Hukum Ketenagakerjaan Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan Hubungan Kerja (Perjanjian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Pengertian pemasaran menurut Philip khotler (2000) adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Asuransi Pada hakekatnya hidup manusia selalu dikelilingi resiko. Ketika bepergian, bekerja, bahkan ketika sedang berekreasi. Ada beberapa resiko yang sangat besar akibatnya,

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI Oleh : Luckhy Natalia Anastasye Lotte P.056091571.44

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

BAB I PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi membawa dampak yang besar bagi pekembangan dunia bisnis. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya persaingan

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Tujuan Mahasiswa mampu mendefinisikan PHK Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenisjenis PHK Mahasiswa mampu menganalisis hak-hak pekerja yang di PHK Pengertian PHK adalah pengakhiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar industri ada dua macam, yaitu industri jasa dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar industri ada dua macam, yaitu industri jasa dan industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara garis besar industri ada dua macam, yaitu industri jasa dan industri manufaktur. Industri jasa merupakan suatu industri yang bersifat padat karya

Lebih terperinci

Outsourcing pada hakikatnya adalah suatu kegiatan pembelian, yaitu kegiatan pembelian jasa dengan tujuan strategis berjangka panjang.

Outsourcing pada hakikatnya adalah suatu kegiatan pembelian, yaitu kegiatan pembelian jasa dengan tujuan strategis berjangka panjang. OUTSOURCING a. Pengertian Outsourcing Outsourcing pada hakikatnya adalah suatu kegiatan pembelian, yaitu kegiatan pembelian jasa dengan tujuan strategis berjangka panjang. Potensi keuntungan Outsurcing

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. dalam dunia nyata, perlu disiapkan timeline penerapan kegiatan dan ukuran kinerja. tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

BAB V RENCANA AKSI. dalam dunia nyata, perlu disiapkan timeline penerapan kegiatan dan ukuran kinerja. tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. BAB V RENCANA AKSI Setelah menganalisa semua aspek yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan bisnis KAP Chandra, satu hal yang tersisa adalah penerapannya dalam dunia nyata. Untuk dapat menerapkan

Lebih terperinci

Manajemen startegik Dosen: Prof DR Ir Rudy C Tarumingkeng

Manajemen startegik Dosen: Prof DR Ir Rudy C Tarumingkeng 1 Manajemen startegik Dosen: Prof DR Ir Rudy C Tarumingkeng 5. MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF MELALUI STRATEGI TINGKAT FUNGSIONAL 1. Strategi Functional Level adalah: Upaya untuk meningkalkan efektivitas

Lebih terperinci

Materi 06. IT Sourcing

Materi 06. IT Sourcing Materi 06 IT Sourcing Realita Dunia IT Saat ini An approximate 550.000 IT jobs are currently outsourced. Hewlett-Packard became India s s largest multinational IT employer, with more than 10,000 employees.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN OUTSOURCING DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HAK PEKERJA Oleh : Retno Kusumayanti NPM :

PELAKSANAAN OUTSOURCING DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HAK PEKERJA Oleh : Retno Kusumayanti NPM : PELAKSANAAN OUTSOURCING DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HAK PEKERJA Oleh : Retno Kusumayanti NPM : 5207220001 Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang begitu cepat telah membawa banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perspektif. Banyak perusahaan lokal, nasional dan domestik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perspektif. Banyak perusahaan lokal, nasional dan domestik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha akhir-akhir ini semakin bertambah kompleks, baik yang berhubungan dengan persaingan, kelangsungan hidup maupun alokasi sumber-sumber

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR CF 1380

PRESENTASI TUGAS AKHIR CF 1380 PRESENTASI TUGAS AKHIR CF 1380 ANALISIS EKONOMI PROYEK IMPLEMENTASI ERP DENGAN MEMPERHATIKAN FAKTOR TIDAK LANGSUNG DAN TIDAK BERWUJUD (Studi Kasus: PT. TELKOM Divre V, Financial Service ) Penyusun Tugas

Lebih terperinci

OUTSOURCING SISTEM INFORMASI DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

OUTSOURCING SISTEM INFORMASI DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA UJIAN AKHIR TRIWULAN 2 SISTEM INFORMASI MANAJEMEN OUTSOURCING SISTEM INFORMASI DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA Dosen : Dr. Ir. Arief Imam Suroso, MSc. Oleh : Gadis Khasanah Suhartono P056101131.45 MAGISTER

Lebih terperinci

PERBEDAAN INSOURCING DAN OUTSOURCING DALAM PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI

PERBEDAAN INSOURCING DAN OUTSOURCING DALAM PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Penyerahan : 25 September 2013 Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Batas Penyerahan : 4 Oktober 2013 PERBEDAAN INSOURCING DAN OUTSOURCING DALAM PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Teori Produksi. Course: Pengantar Ekonomi.

Teori Produksi. Course: Pengantar Ekonomi. Teori Produksi Course: Pengantar Ekonomi Firms Firms demand factors of production in input markets and supply goods and services in output markets. Firm objectives: How much output to supply (quantity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan pada saat ini berusaha ingin meraih banyak konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan pada saat ini berusaha ingin meraih banyak konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Banyak perusahaan pada saat ini berusaha ingin meraih banyak konsumen dalam memperluas pangsa pasarnya dan memenuhi target penjualannya sehingga memperoleh

Lebih terperinci

MARKETING MIX RUMAH SAKIT. Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

MARKETING MIX RUMAH SAKIT. Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro MARKETING MIX RUMAH SAKIT Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro MARKETING MIX Keputusan-2 manajemen dalam pemasaran dapat diklasifikasikan mengatur dalam faktorfaktor : Produk Harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi pekerja atau buruh dituangkan dalam UU Nomor 13 tahun 2003. Undang- Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

Materi 6 Bisnis, Tujuan dan Fungsi Bisnis. Marheni Eka Saputri ST., MBA

Materi 6 Bisnis, Tujuan dan Fungsi Bisnis. Marheni Eka Saputri ST., MBA Materi 6 Bisnis, Tujuan dan Fungsi Bisnis Marheni Eka Saputri ST., MBA Contents 1 Bisnis 2 Sejarah Bisnis 3 Tujuan Bisnis 4 Fungsi Bisnis $ Bisnis $ Istilah bisnis menunjuk pada semua organisasi yang membuat

Lebih terperinci

KURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN

KURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN KURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN Kurikulum berikut ini berlaku sejak perkuliahan tahun akademik 2012 dengan beban 47 kredit (pada masa sebelumnya, beban studi mahasiswa adalah 46 kredit). 1. Beban Studi Beban

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penulisan tesis ini digunakan strategi analisis situasi dimana

BAB III METODOLOGI. Dalam penulisan tesis ini digunakan strategi analisis situasi dimana BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Dalam penulisan tesis ini digunakan strategi analisis situasi dimana informasi yang nantinya diperoleh, digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan strategi baru atau

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka dan Pengembangan Hipotesis 2.1.1 Repetitive Buying Dalam memperhatikan posisi dalam suatu industri, minat beli ulang dari pelanggan merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

Kuliah TATANIAGA TERNAK & HASIL-HASILNYA Bagian I. Pengantar ke Ilmu Tataniaga (Introduction to Marketing)

Kuliah TATANIAGA TERNAK & HASIL-HASILNYA Bagian I. Pengantar ke Ilmu Tataniaga (Introduction to Marketing) Kuliah TATANIAGA TERNAK & HASIL-HASILNYA Bagian I. Pengantar ke Ilmu Tataniaga (Introduction to Marketing) A. Pengantar Hierarchy of Needs (Abraham Maslow) Aktivitas perekonomian (livelihood), mencakup

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : tata tetak (layout), penataan mesin, meminimumkan jarak perpindahan, load distance. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : tata tetak (layout), penataan mesin, meminimumkan jarak perpindahan, load distance. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tata Letak (layout) merupakan salah satu landasan utama dalam dunia industri. Tata Letak yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efektivitas dan efisiensi kegiatan produksi, mengurangi

Lebih terperinci

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA Oleh : Basani Situmorang SH,Mhum Dampak dan Trend Outsourcing Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting. Dilihat

Lebih terperinci

JURNAL PEMENUHAN HAK PEKERJA OUTSOURCING YANG BEKERJA MELEBIHI WAKTU KERJA NORMAL DI PT TRAKINDO UTAMA BALIKPAPAN

JURNAL PEMENUHAN HAK PEKERJA OUTSOURCING YANG BEKERJA MELEBIHI WAKTU KERJA NORMAL DI PT TRAKINDO UTAMA BALIKPAPAN JURNAL PEMENUHAN HAK PEKERJA OUTSOURCING YANG BEKERJA MELEBIHI WAKTU KERJA NORMAL DI PT TRAKINDO UTAMA BALIKPAPAN Diajukan Oleh: ANDRE SETIAWAN NPM :090510105 Program Studi :Ilmu Hukum Program Kekhususan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pengaturan perjanjian bisa kita temukan didalam buku III bab II pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi Perjanjian adalah suatu perbuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur, mengurus, melaksanakan, dan mengelola. Manajemen dalam bahasa ingris berarti mengatur. Dalam

Lebih terperinci

Chapter 4 Managing Operational Benefits & Disbenefits. Dosen: Arrianto Mukti Wibowo, M.Sc.

Chapter 4 Managing Operational Benefits & Disbenefits. Dosen: Arrianto Mukti Wibowo, M.Sc. Chapter 4 Managing Operational Benefits & Disbenefits Dosen: Arrianto Mukti Wibowo, M.Sc. Sumber: Effective Measurment & management of IT Costs & Benefits, Dan Remenyi, et.al., Butterworth-Heinemann, Oxford,

Lebih terperinci

MODUL 5 PENETAPAN HARGA TRANSFER (TRANSFER PRICING) PENDAHULUAN. A. Deskripsi Singkat: B. Relevansi: C. Standar kompetensi/tujuan pembelajaran:

MODUL 5 PENETAPAN HARGA TRANSFER (TRANSFER PRICING) PENDAHULUAN. A. Deskripsi Singkat: B. Relevansi: C. Standar kompetensi/tujuan pembelajaran: MODUL 5 PENETAPAN HARGA TRANSFER (TRANSFER PRICING) A. Deskripsi Singkat: Dalam modul ini akan dipelajari apa yang dimaksud dengan transfer pricing mulai dari mekanisme dan tujuan melakukan transfer pricing

Lebih terperinci

H U B U N G A N K E R J A

H U B U N G A N K E R J A IX H U B U N G A N K E R J A HUBUNGAN KERJA TERJADI KARENA ADANYA PERJANJIAN KERJA Pengusaha Pekerja/buruh Secara tertulis / lisan ps 51 (1) Untuk waktu tertentu ps 56 (1) Untuk waktu tidak tertentu Perjanjian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tidak dapat dilepaskan dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata obyek dalam

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI. deden08m.com 1

STRUKTUR ORGANISASI. deden08m.com 1 Materi 11 STRUKTUR ORGANISASI deden08m.com 1 LIMA STRUKTUR ORGANISASI TRADISIONAL 1. Struktur Organisasi Sederhana (Simple Organizational Structure) 2. Struktur Organisasi Fungsional 3. Struktur Organisasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI MATERI 1. Konsep dasar operasi dan produktivitas 2. Strategi Operasi 3. Perencanaan pengendalian operasi, Perencanaan dan 4. persediaan 5. Perencanaan Kebutuhan Bahan (MRP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan merupakan sebuah kebutuhan asasi bagi manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) mempunyai kebutuhan hidup

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA RETURN ON INVESTMENT

BAB IV ANALISA RETURN ON INVESTMENT BAB IV ANALISA RETURN ON INVESTMENT 4.1 Biaya pembangunan Proyek VPN Sub bab ini akan membahas biaya pembangunan proyek VPN yang terdiri dari biaya pemasangan, pemeliharaan dan manfaat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Profil Pelanggan. Week 3

Profil Pelanggan. Week 3 Profil Pelanggan Week 3 1 There is only one boss. The customer. And he can fire everybody in the company from the chairman on down, simply by spending his money somewhere else. Sam Walton, Founder of Wal-Mart

Lebih terperinci

Diskusi mengenai topik minggu lalu.

Diskusi mengenai topik minggu lalu. Topik hari ini Diskusi mengenai topik minggu lalu. Review tentang strategi. Pengenalan strategi pemasaran. Pengenalan strategi produksi / operasi. Pengenalan strategi sumber daya manusia. Pengenalan strategi

Lebih terperinci

INDUSTRIAL ENGINEERING

INDUSTRIAL ENGINEERING INDUSTRIAL ENGINEERING ENGINEERING The application of scientific and mathematical principles to practical ends such as the design, manufacture, and operation of efficient and economical structures, machines,

Lebih terperinci

09/02/2012. Sistem kompensasi harus dihubungkan dengan tujuan tujuan strategis organisasi. Tujuan program kompensasi yang efektif:

09/02/2012. Sistem kompensasi harus dihubungkan dengan tujuan tujuan strategis organisasi. Tujuan program kompensasi yang efektif: Pemahaman akan pentingnya kompensasi strategis Beberapa teori yang terkait dengan kompensasi Pemahaman sistem kompensasi, komponen kompensasi dan sistem bayaran Pemahaman evaluasi pekerjaan dalam kompensasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: Harga pokok produksi, metode job order costing, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik.

ABSTRAK. Kata-kata kunci: Harga pokok produksi, metode job order costing, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode job order costing. CV. X menerapkan metode job order costing dalam mengumpulkan biaya produksinya..

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT SIKLUS MSDM Planning Siklus pengelolaan SDM pada umumnya merupakan tahapan dari: Attaining Developing Maintaining You can take

Lebih terperinci

KOMPETENSI dan INDIKATOR

KOMPETENSI dan INDIKATOR HUBUNGAN KERJA KOMPETENSI dan INDIKATOR KOMPETENSI Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang pengertian dankonsephubungankerjayang diaturdalamuu No. 13 Tahun 2003. INDIKATOR Mahasiswadiharapkanmampu:

Lebih terperinci

Kewirausahaan II. Teori Kepuasan Konsumen ( Customer Satisfaction ) Studi Kasus : Restoran. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI

Kewirausahaan II. Teori Kepuasan Konsumen ( Customer Satisfaction ) Studi Kasus : Restoran. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI Kewirausahaan II Modul ke: 13 Teori Kepuasan Konsumen ( Customer Satisfaction ) Studi Kasus : Restoran Fakultas EKONOMI Program Studi Manajemen Rizal, S.ST., MM. Day, (dalam Tse & Wilton, 1988) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Perkembangan teknologi akhir-akhir ini berjalan dengan pesat.hal ini dapat dirasakan diberbagai kegiatan dan bidang kehidupan, khususnya bidang industrijasa

Lebih terperinci

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 PENDAHULUAN Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat

Lebih terperinci

Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3

Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3 Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3 Agenda Permasalahan Service Service Management Apa itu ITIL? Komponen ITIL Daur hidup ITIL Permasalahan Business Manager & IT Manager Perencanaan strategis IT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsifungsi manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan saat ini dituntut untuk dapat meningkatkan produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan saat ini dituntut untuk dapat meningkatkan produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap perusahaan saat ini dituntut untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang tinggi dikarenakan semakin tingginya biaya yang dibutuhkan atau dikeluarkan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM OUTSOURCING DI PERUSAHAAN SWASTA DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK PEKERJA KONTRAK

PENERAPAN SISTEM OUTSOURCING DI PERUSAHAAN SWASTA DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK PEKERJA KONTRAK PENERAPAN SISTEM OUTSOURCING DI PERUSAHAAN SWASTA DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK PEKERJA KONTRAK Oleh: Sri Rahayu Purwanidjati 1 Abstracts : Outsourcing is a transfer or certain job from a

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 1 SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN)

Lebih terperinci

CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) TOTAL CUSTOMER SATISFACTION (TCS) TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) TOTAL CUSTOMER SATISFACTION (TCS) TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) STMIK - AMIK RAHARJA INFORMATIKA MARKETING MANAJAMEN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) TOTAL CUSTOMER SATISFACTION (TCS) TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti sesi pembelajaran

Lebih terperinci

Pengendalian Proses Produksi dalam Agribisnis. Manajemen Agrobisnis

Pengendalian Proses Produksi dalam Agribisnis. Manajemen Agrobisnis Pengendalian Proses Produksi dalam Agribisnis Manajemen Agrobisnis Tujuan Mengorganisir produksi menggunakan prinsip ekonomi Pengambilan keputusan pembelian yang efisien Pentingnya pengendalian persediaan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Outsourcing

Sistem Informasi Outsourcing Sistem Informasi Outsourcing Disusun sebagai Tugas Akhir Triwulan I Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc (CS) Disusun Oleh : TEDY SAPUTRA (P056132391.51) Program

Lebih terperinci

MEMBANGUN NILAI, KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN

MEMBANGUN NILAI, KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN MEMBANGUN NILAI, KEPUASAN DAN LOYALITAS NILAI SELISIH ANTARA JUMLAH NILAI & JUMLAH BIAYA DARI SUATU TAWARAN DAN ALTERNATIF LAINNYA. NILAI PRODUK NILAI LAYANAN NILAI PERSONALIA NILAI CITRA NILAI TOTAL BIAYA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) PADA MONEY CHANGER PT. DINAR ARTHA KENCANA DI UBUD BALI

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) PADA MONEY CHANGER PT. DINAR ARTHA KENCANA DI UBUD BALI PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) PADA MONEY CHANGER PT. DINAR ARTHA KENCANA DI UBUD BALI Oleh Luh Putu Ani Sulistiana Dewi I Nyoman Darmadha I Nyoman Mudana Progam Kekhususan Hukum Bisnis

Lebih terperinci

Service Excellence. Pelayanan Prima

Service Excellence. Pelayanan Prima Service Excellence Pelayanan Prima What is service excellen? service excellen (pelayanan prima) suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan. Pelayanan prima merupakan suatu

Lebih terperinci

Manajemen Pemasaran. Endang Suryana, M.M

Manajemen Pemasaran. Endang Suryana, M.M Manajemen Pemasaran Endang Suryana, M.M Silabus Perkuliahan Deskripsi Mata Kuliah Manajemen Pemasaran Mata kuliah Manajemen Pemasaran menjelaskan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pemahaman dasar

Lebih terperinci

Peranan Akuntan dala l m m s uat a u P e P rusahaan

Peranan Akuntan dala l m m s uat a u P e P rusahaan Peranan Akuntan dalam suatu Perusahaan Tipe-tipe akuntansi: 1. akuntansi keuangan menyajikan informasi yang lebih dititikberatkan untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak external organisasi 2. akuntansi

Lebih terperinci

Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan Hubungan Kerja Suatu langkah pengakhiran hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha karena suatu hal tertentu. Pasal 1 angka 25 UU Ketenagakerjaan: Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal

Lebih terperinci

Pertemuan ke 6. From Resources to. Competencies. Competitive. Competitiveness (Sustained Competitive Advantage) Value Chain Analysis

Pertemuan ke 6. From Resources to. Competencies. Competitive. Competitiveness (Sustained Competitive Advantage) Value Chain Analysis Pertemuan ke 6 From Resources to Core Competencies Advantage Strategic ness (Sustained Advantage) Discovering Core Competencies Resources * Tangible * Intangible Capabilities Synergy of Resources Core

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Kepuasan Pelanggan 2.1.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa pelanggan adalah seseorang yang beberapa

Lebih terperinci

commit to user 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pemasaran Menurut Kotler (2009 : 5) pemasaran adalah mengidentifikasi

commit to user 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pemasaran Menurut Kotler (2009 : 5) pemasaran adalah mengidentifikasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pemasaran Menurut Kotler (2009 : 5) pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Sedangkan menurut beliau, manajemen

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke:

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: 11Fakultas FIKOM Perencanaan Strategis Kampanye Periklanan Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Hakikat

Lebih terperinci

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT Quality adalah salah satu issue dominan bagi banyak perusahaan, di samping waktu pengembangan produk yang cepat, fleksibilitas memenuhi permintaan customized

Lebih terperinci

Kata Kunci: CSR, Corporate Reputation, Brand Equity, Customer Satisfaction

Kata Kunci: CSR, Corporate Reputation, Brand Equity, Customer Satisfaction ABSTRAK Corporate Reputation adalah intangible asset yang sulit diukur dan dijelaskan keberadaannya karena reputasi bukan sebuah produk yang dapat dilihat. Meski demikian keberadaan reputasi yang baik

Lebih terperinci

Performance Management System: Implementation [Part 4 & 5] Presented by: Josua Tarigan, MBA, CMA, CFP, CSRS

Performance Management System: Implementation [Part 4 & 5] Presented by: Josua Tarigan, MBA, CMA, CFP, CSRS Performance Management System: Implementation [Part 4 & 5] Presented by: Josua Tarigan, MBA, CMA, CFP, CSRS Where Do You Begin Implementing Performance Management? Implement performance management is a

Lebih terperinci

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; DASAR HUKUM * UUD 1945, pasal 28 D ayat (2) : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003

Lebih terperinci