Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Pengembangan Sistem Peringatan Dini Luas Serangan WBC pada Pertanaman Padi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Pengembangan Sistem Peringatan Dini Luas Serangan WBC pada Pertanaman Padi"

Transkripsi

1 Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Pengembangan Sistem Peringatan Dini Luas Serangan WBC pada Pertanaman Padi The Use of Climate Information for Developing Early Warning System to Brown Plant Hopper Attack on Paddies E. SUSANTI 1, F. RAMADHANI 1, T. JUNE 2, DAN L.I. AMIEN 1 ABSTRAK Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman. Wereng batang coklat (WBC) merupakan OPT utama pertanaman padi di Asia sejak awal dekade 1970-an. Keberadaan WBC tergantung pada: patogen, inang, lingkungan fisik yang mendukung (curah hujan, suhu, kelembaban) dan lingkungan biotik (musuh alami, organisme kompetitor). WBC berkembang biak sangat cepat, bertelur banyak, siklus hidupnya pendek (28 hari), daya sebar cepat dan daya serang ganas. Keberadaannya sangat dinamis dan diduga berhubungan erat dengan kondisi iklim. Untuk itu iklim diharapkan dapat dijadikan salah satu indikator dari sistem peringatan dini luas serangan WBC, sebagai upaya dini pengendalian serangan hama. Hubungan antara luas serangan hama dengan parameter iklim (curah hujan, suhu rata-rata, suhu maksimum, suhu minimum, kelembaban rata-rata, kelembaban maksimum, dan kelembaban minimum) dilakukan dengan analisis regresi berganda. Sistem peringatan dini dikembangkan menggunakan software : MS Access, Arc View, Map Object, dan Visual Basic sehingga menjadi sistem yang interaktif dan dinamis. Hasil analisis menunjukkan bahwa parameter iklim berkorelasi dengan luas serangan hanya pada tahun La-Niña. Parameter iklim tersebut adalah : curah hujan, suhu maksimum, suhu maksimum dua minggu sebelum kejadian, suhu minimum, suhu minimum dua minggu sebelum kejadian. Sistem peringatan dini dimulai dengan memasukkan hasil prediksi iklim untuk musim tanam ke depan (waktu yang akan diprediksi) pada suatu lokasi kecamatan tertentu. Setelah input data iklim prediksi dimasukkan maka sistem akan memberikan informasi potensi luas serangan WBC di lokasi tersebut. Dengan diperolehnya informasi potensi luas serangan maka tindakan antisipatif dapat dirancang lebih dini sehingga kegagalan panen dapat dikurangi. Kata kunci : Iklim, Peringatan dini, Luas serangan, Wereng batang coklat (WBC) ABSTRACT Crop pests and diseases are limiting factors in determining crops production. Brown Plant Hopper/BPH (Nilaparvata lugens) is the major crop pests and diseases for rice in Asia since 1970 s. The presence of BPH is depending upon several conditions covering pathogenic characteristics, carriers, physical environment (rainfall, temperature, humidity etc.) and biotic environment (natural enemy, competitor organisms). BPH growth is very fast delivering huge amount of eggs, has a short life cycle (28 days) with fast distribution forces and incredible attack forces. BPH is very dynamic in their live assuming due to the climatic condition of their habitat. This is the reason why climate can be used as an indicator for early warning to anticipate the area attack of BPH especially and in general for crop pests and diseases control. The relationship between pest and diseases attack and climate parameters such as rainfall, mean temperature, maximum temperature, minimum temperature, mean humidity, maximum humidity, and minimum humidity can be analyzed using multiple regression. The early warning system is developed using software of MS Access, Arc View, Map Object, and Visual Basic that can be a dynamic and interactive system. The results of analysis showed that climate parameter has a correlation with the area attack of BPH only during the La- Niña years. Those parameters include rainfall, maximum temperature, maximum temperature at two weeks before attack, minimum temperature, and minimum temperature at two weeks before attack. The early warning system is started by entering the climate prediction for the next cropping season where the time is subject to prediction, at a certain sub-district. After inputting data of climate prediction the system will provide information of potential area attack of BPH at that location. By performing information of potential area attack the anticipative action can be designed earlier so that the crops harvest failure can be reduced. Keywords : Climate, Early warning system, Area attack, Brown plant hopper (BPH) PENDAHULUAN Meskipun diversifikasi pangan terus digalakkan, padi masih merupakan komoditi strategis yang terus mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Berbagai usaha dilakukan untuk memacu peningkatan produksi padi, seperti: penyediaan/perbaikan jaringan irigasi, pemberian pupuk berimbang, dan penyusunan kalender tanam. Meskipun demikian, berbagai tantangan masih terus dihadapi, seperti: peningkatan jumlah penduduk yang relatif tinggi, anomali iklim yang kerap terjadi seperti kekeringan dan kebanjiran, serta ancaman hama penyakit dan menyusutnya lahan pertanian akibat konversi lahan. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman. Wereng batang coklat (WBC) merupakan 1 Peneliti pada Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Bogor. 2 Pengajar di Jurusan Geofisika dan Meteorologi, Fakultas MIPA, IPB, Bogor. ISSN

2 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 30/2009 OPT utama pertanaman padi di Asia sejak awal dekade 1970-an. Keberadaannya sangat dinamis, selama kurun waktu 40 tahun ( ), serangan WBC sekali waktu meledak tetapi beberapa periode serangan sangat sedikit. Serangan cukup tinggi pada periode , , dan Pada tahun-tahun yang lain ada serangan namun tidak seluas pada tahun-tahun tersebut di atas. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang terserang paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Berdasarkan periode pengamatan , luas serangan WBC di Jawa Barat mencapai ha pada bulan Maret dua minggu pertama tahun 1988, serangan puncak berulang lagi pada tahun 1998 dimana luas serangan WBC di tiga kabupaten (Karawang, Subang, dan Indramayu) mencapai ha (Susanti, 2008). Keberadaan WBC tergantung pada: patogen, inang, lingkungan fisik yang mendukung (curah hujan, suhu, kelembaban) dan lingkungan biotik (musuh alami, organisme kompetitor). WBC berkembang biak sangat cepat, bertelur banyak, siklus hidupnya pendek (28 hari), daya sebar cepat dan daya serang ganas. WBC harus dikendalikan karena : WBC dapat menyebabkan daun berubah kuning oranye sebelum menjadi coklat dan mati, dalam keadaan populasi tinggi dan varietas yang ditanam rentan dapat menyebabkan tanaman menjadi terbakar (hopperburn), dan WBC pun dapat menularkan penyakit virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput yang sangat merusak. Keberadaan WBC dapat mengancam ketahanan pangan nasional. Penyebaran serangan WBC dipengaruhi oleh stadia tanaman dan keberadaan varietas peka di lapangan (Natanegara dan Sawada, 1992). Serangan WBC cenderung bertambah luas (Soetarto et al., 2001 dalam Las et al., 2003) dan Baehaki (2005) pada kondisi anomali iklim. Kenaikan serangan OPT disebabkan anomali iklim khususnya El-Niño ditentukan oleh beberapa faktor : perbedaan waktu tanam di lokasi yang sama karena El-Niño sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan hama dan penyakit, faktor biofisik khususnya temperature udara dan kelembaban setelah periode El-Niño, dan banyak hujan di musim kemarau, wereng memiliki apa yang disebut dengan biological clock, di mana ia mampu berkembang baik di musim hujan maupun kemarau asal ada stimulan berupa curah hujan yang tinggi. Faktor-faktor iklim yang diduga berpengaruh terhadap serangga hama padi, dikemukakan oleh Kisimoto dan Dyck (1976) adalah suhu, kelembaban relatif, curah hujan, dan angin. Faktor iklim merupakan parameter dan variabel penting dalam peramalan serangan hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu parameter iklim dijadikan salah satu indikator untuk sistem peringatan dini luas serangan WBC. Tujuan tulisan ini adalah membangun sistem peringatan dini luas serangan WBC dengan memanfaatkan informasi iklim. BAHAN DAN METODE Tempat penelitian Pengambilan data lapangan dilaksanakan di Kabupaten Karawang, Subang, dan Indramayu. Tiga kabupaten ini terletak di pantai utara Jawa Barat, merupakan sentra produksi padi yang sekaligus merupakan wilayah endemik WBC. Analisis data dan penyusunan sistem peringatan dini luas serangan WBC dilakukan di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Data yang digunakan Data yang digunakan dalam kegiatan ini adalah: 1) data luas serangan WBC dua mingguan tahun , data diperoleh dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), Ditjen Tanaman Pangan; 2) data iklim dan data hujan dua mingguan tahun , data diperoleh dari BMKG, dan stasiun iklim otomatis Badan Litbang Pertanian, 3) Peta digital: batas administrasi dari Bappenas dan peta lahan sawah dari BBSDLP. Perangkat lunak yang digunakan: 1) Microsoft Access 2003, sebagai perangkat lunak database; 2) Minitab sebagai perangkat lunak untuk analisis data 48

3 E. SUSANTI ET AL. : PEMANFAATAN INFORMASI IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PERINGATAN DINI tabular; 3) Arc GIS 9.2 dan Arc View 3.2 sebagai perangkat lunak analisis dan pengolahan data spasial; 4) Microsoft Visual Basic 6 dan Map Object 2.4 sebagai perangkat lunak pembuat aplikasi sistem informasi geografis dan simulasi luas serangan WBC. Tmean, RH, waktu/luas tanam, jenis varietas), dan a random term ε. Model persamaan ditulis sebagai berikut : Metodologi Hubungan parameter iklim dengan luas serangan WBC Untuk melihat hubungan parameter luas serangan WBC dengan parameter iklim (curah hujan, kelembaban udara rata-rata, kelembaban udara maksimum, kelembaban udara minimum, suhu udara maksimum, suhu udara minimum, dan suhu udara rata-rata) pada saat kejadian, dua minggu sebelum, dan satu bulan sebelum kejadian, digunakan korelasi pearson, yang dihitung menggunakan formula : dimana : β1 adalah the intercept ("constant" term), βi adalah parameter tetap dari variabel bebas, p adalah jumlah parameter, dan ε adalah variabel acak. Penyusunan prototipe sistem peringatan dini luas serangan WBC Penyusunan prototipe sistem peringatan dini luas serangan WBC terdiri atas lima bagian yaitu: 1) database, 2) data spasial, 3) pemodelan, 4) antarmuka/interface, dan 5) pemrograman, dengan diagram alir seperti pada Gambar 1. Tahapan penyusunan sistem informasi luas serangan WBC adalah sebagai berikut : 1. Inventarisasi informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. dimana : rxy = koefisien korelasi pearson antara parameter x dan y X = data set 1 Y = data set 2 x = rata-rata data set 1 y = rata-rata data set 2 Sx Sy = standar deviasi parameter X = standar deviasi parameter Y Model prediksi luas serangan WBC berdasarkan parameter iklim Untuk mencari model prediksi luas serangan wereng dilakukan dengan analisis regresi dengan variabel bebas adalah parameter iklim dan variabel terikat luas serangan wereng. Dalam statistik, regresi linier adalah analisis hubungan antara variabel terikat Y dan variabel bebas Xp (curah hujan, Tmax, Tmin, 2. Menentukan tujuan yang akan dicapai. 3. Pemilihan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk mencapai tujuan. 4. Desain dan pembuatan database yang menyimpan data pengamatan dan data prediksi iklim dengan menggunakan Microsoft Access Model management/alur logika berdasarkan model hubungan antara luas serangan dengan parameter iklim yang dianalisis menggunakan Minitab. 6. Interface dialog management/antarmuka menjembatani antara alur logika manajemen data. 7. Menyiapkan data spasial : administrasi (batas kecamatan, kabupaten, dan provinsi), lahan sawah, stasiun hujan, stasiun iklim, jalan, dan sungai menggunakan Arc View dan Arc GIS. 8. Membuat aplikasi dengan menggunakan MS Visual Basic 6.0 untuk menggabungkan alur logika, manajemen data tabular, model, dan data 49

4 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 30/2009 Kebutuhan Analisis Tentukan tujuan dan sasaran Pengguna Data Historis Iklim Prediksi Data Iklim Kebutuhan Penelitian: 1. Hardware dan & Software 2. Seleksi metode prediksi Data Historis: 1. Areal Terserang 2. Data Iklim 3. Data Administrasi Data attribut Attribut :: 1. Areal Terserang 2. Data Iklim 3. Data Administrasi Desain database Database -Level Konsep -Level Logis -Level Fisik Analisis dan Desain Konsep Analisis Managemen Manajemen Model model (Alur (alur Logika) logika) Modal Prediksi Luas Serangan WBC (parameter iklim dan non iklim) MEMASUKKAN DATA Antarmuka / Antarmuka/ manajemen Management dialog Dialog Data Spasial: 1. Administrasi 2. Padi 3. Stasiun Iklim 4. Jalan, Sungai Data Tersimpan Data Diambil Pembuatan Aplikasi (Fase Programming) programming) Manajemen Managemen Data data Database Visual Basic 6.0 MS. Access 2000 Pilih Skenario Prediksi Area Terserang KELUARAN: (peta tematik, tabel, grafik) Kesimpulan dan Rekomendasi Gambar 1. Diagram alir penyusunan sistem peringatan dini luas serangan WBC Figure 1. Flowchart of developing early warning system on BPH attack spasial sehingga dapat digunakan dengan mudah oleh pengguna. Komponen yang dibutuhkan untuk menampilkan dan analisis data spasial menggunakan Map Object Output dari aplikasi terbagi menjadi dua, yaitu : wilayah terserang dan luas serangan WBC berdasarkan data pengamatan, dan prediksi wilayah terserang dan luas serangan WBC berdasarkan data iklim prediksi. 10. Output ditampilkan melalui peta tematik, tabel dan grafik. HASIL DAN PEMBAHASAN Serangan WBC di Kabupaten Karawang, Subang, dan Indramayu Serangan WBC yang dianalisis adalah data luas serangan WBC dua mingguan periode Gambar 2 menunjukkan bahwa serangan WBC setiap tahun bervariasi, beberapa tahun rendah tapi pada tahun tertentu tiba-tiba melonjak tinggi. Luas serangan tertinggi terjadi pada tahun , 50

5 E. SUSANTI ET AL. : PEMANFAATAN INFORMASI IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PERINGATAN DINI Jumlah kejadian dan luas serangan WBC periode Jumlah kejadian Luas serangan (ha) Tahun Jumlah kejadian Luas serangan Gambar 2. Jumlah kejadian dan luas serangan WBC yang >25 ha, periode Figure 2. Number of accident and area of BPH attack >25 ha on period of luas serangan tahun 1998 mencapai ha dan tahun 1999 mencapai ha. Serangan pada tahun menurun dengan luas serangan rata-rata ha, dan meningkat lagi pada tahun 2005 sampai ha. Serangan WBC terjadi tidak sepanjang tahun, seperti terlihat pada Gambar 3. Pada tahun-tahun normal umumnya WBC menyerang pada waktu musim hujan (lingkaran garis putus-putus) yaitu pada bulan Februari-Maret, sedangkan pada tahun 1998/ 1999 yang diketahui saat itu kejadian iklim ekstrim La-Niña, serangan WBC terjadi pada musim kemarau (lingkaran garis titik-titik) yaitu pada bulan Juli, Agustus, dan September. Gambar 3 juga menunjukkan bahwa meskipun pada tahun normal (panah hitam) jumlah kecamatan yang terserang lebih banyak dari tahun La-Niña (panah kelabu) tetapi luas serangan pada tahun La- Niña (panah kelabu) jauh lebih tinggi dibandingkan tahun normal (panah hitam). Hal ini mengindikasikan bahwa kejadian iklim ekstrim dapat memicu ledakan hama. Seperti kita ketahui, kondisi La-Niña menyebabkan adanya hujan di musim kemarau, sehingga sangat dimungkinkan sekali pertanaman padi masih luas pada MK2, adanya inang (padi) dan kondisi iklim yang lembab tentu menyebabkan hama mudah berkembang biak. Hubungan luas serangan WBC dan parameter iklim Koefisien korelasi pearson dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keeratan antara dua parameter. Tabel 1 menunjukkan daftar nilai koefisien korelasi yang dihasilkan antara luas serangan dengan beberapa parameter iklim. Dari Tabel terlihat bahwa bahwa parameter iklim mempunyai kontribusi yang nyata dengan luas serangan WBC hanya pada tahun 1998, sedangkan untuk periode data adalah tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi iklim pada tahun 1998 menjadi salah satu pemicu ledakan serangan WBC. Parameter iklim yang nyata berpengaruh terhadap luas serangan WBC dengan nilai korelasi di atas 0,4 adalah curah hujan, suhu maksimum, suhu maksimum dua minggu sebelum kejadian, suhu minimum, suhu minimum dua minggu, empat minggu, dan enam minggu sebelum kejadian, 51

6 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 30/2009 Luas serangan (ha) Luas serangan WBC minus Jan1 Feb1 Mar1 Apr1 Mei1 Jun1 Jul1 Agu1 Sep1 Okt1 Nov1 Des1 Periode pengamatan Jumlah kecamatan Luas kecamatan terserang WBC minus Jan1 Feb1 Mar1 Apr1 Mei1 Jun1 Jul1 Agu1 Sep1 Okt1 Nov1 Des1 Periode pengamatan Luas serangan (ha) Luas serangan WBC Jan1 Feb1 Mar1 Apr1 Mei1 Jun1 Jul1 Agu1 Sep1 Okt1 Nov1 Des1 Periode pengamatan Jumlah kecamatan Luas kecamatan terserang WBC Jan1 Feb1 Mar1 Apr1 Mei1 Jun1 Jul1 Agu1 Sep1 Okt1 Nov1 Des1 Periode pengamatan Gambar 3. Pola serangan WBC dalam setahun di Kabupaten Karawang, Subang, dan Indramayu Figure 3. BPH attack patterns annually in Karawang, Subang, and Indramayu Regencies 52

7 E. SUSANTI ET AL. : PEMANFAATAN INFORMASI IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PERINGATAN DINI Tabel 1. Nilai koefisien korelasi Logaritma luas serangan WBC dengan beberapa parameter iklim Table 1. Coefficient of logarithmic correlation between BPH attack and climate parameters Parameter Log luas serangan r-pearson P-value r-pearson P-value r-pearson P-value CH -0,135* 0,015-0,223* 0,001-0,379* 0,000 CH-1-0,094 0,089-0,195* 0,005-0,293* 0,003 CH-2-0,113* 0,041-0,155* 0,025-0,266* 0,007 CH-3-0,111* 0,046-0,107 0,124-0,269* 0,006 Tmax 0,136* 0,014 0,267* 0,000 0,469* 0,000 Tmax-1 0,100 0,072 0,174* 0,012 0,359* 0,000 Tmax-2 0,079 0,156 0,096 0,169 0,101 0,311 Tmax-3 0,092 0,098 0,018 0,799-0,131 0,189 Tmin 0,010 0,854 0,007 0,920-0,407* 0,000 Tmin-1 0,065 0,240-0,011 0,875-0,396* 0,000 Tmin-2 0,105 0,058-0,042 0,547-0,502* 0,000 Tmin-3 0,145* 0,009 0,004 0,955-0,398 0,189 Tmean 0,104 0,060 0,200* 0,004 0,239* 0,015 Tmean-1 0,109 0,049 0,113 0,106 0,065 0,515 Tmean-2 0,122-0,211 0,030 0,667-0,242* 0,014 Tmean-3 0,147* 0,008 0,001 0,992-0,308* 0,002 RHmax -0,030 0,592-0,162* 0,019-0,463* 0,000 RHmax-1 0,035 0,531 0,007 0,924-0,273* 0,005 RHmax-2 0,063 0,258 0,109 0,118-0,150 0,133 RHmax-3 0,084 0,130 0,224* 0,000 0,245* 0,013 RHmin -0,064 0,251-0,229* 0,001-0,526* 0,000 RHmin-1-0,001 0,988-0,146* 0,036-0,432* 0,000 RHmin-2 0,049 0,049-0,084 0,231-0,277* 0,005 RHmin-3 0,038 0,497-0,031 0,656-0,196 0,049 RHmean 0,071 0,202-0,188* 0,007-0,505* 0,000 RHmean-1 0,004 0,940-0,100 0,508-0,400* 0,000 RHmean-2 0,049 0,170-0,018 0,524-0,274* 0,005 RHmean-3 0,047 0,399 0,069 0,320 0,128 0,200 * nyata pada tingkat kepercayaan 95% kelembaban maksimum, kelembaban minimum, kelembaban minimum dua minggu sebeum kejadian, kelembaban rata-rata, dan kelembaban rata-rata dua minggu sebelum kejadian. Artinya parameter-parameter tersebut berkontribusi minimal 40% terhadap luas serangan WBC. Model prediksi luas serangan WBC berdasarkan parameter iklim Model prediksi menggunakan regresi linier berganda dibuat untuk data periode , tahun , dan tahun 1998 saja. Dari hasil analisis diketahui bahwa hasil hubungan linier antara logaritma luas serangan dengan beberapa parameter iklim pada keadaan normal (tidak ada kejadian iklim ekstrim) parameter iklim tidak menjadi pemicu serangan WBC, hal ini diketahui dari nilai R 2 di bawah 0,3 atau 30%. Faktor iklim berkontribusi 30% memicu serangan WBC hanya pada kejadian tahun 1998 (La- Niña), dengan persamaan regresi linier pada Tabel 2. Nilai S pada Tabel 2 adalah nilai standar deviasi dari error yang dihasilkan oleh model. Secara umum, makin kecil nilai S, makin baik model persamaannya, artinya hasil dari model semakin mendekati nilai sebaran data. Nilai S dari model persamaan yang dihasilkan 0,44 artinya adalah hasil prediksi data dari model menyimpang 44% dari sebaran data. 53

8 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 30/2009 Tabel 2. Persamaan regresi stepwise luas serangan WBC pada periode data 1998 Table 2. Stepwise regression equations of BPH attack on the period of 1998 Persamaan regresi S R 2 LOG_LS = 10,44 0,32 Tmin-2 0,00112 CH + 0,182 Tmax-1 0,27 Tmin LOG_LS = 11,05 0,32 Tmin-2 + 0,209 Tmax-1 0,33 Tmin 0,44 33,33 0,44 33,33 Nilai S pada Tabel 2 adalah nilai standar deviasi dari error yang dihasilkan oleh model. Secara umum, makin kecil nilai S, makin baik model persamaannya, artinya hasil dari model semakin mendekati nilai sebaran data. Nilai S dari model persamaan yang dihasilkan 0,44 artinya adalah hasil prediksi data dari model menyimpang 44% dari sebaran data. Nilai R 2 adalah proporsi variasi dalam merespon data. Makin besar nilai R makin bagus hasil dari model. Nilai R 2 33% berarti faktor iklim memberikan kontribusi 33% pada data luas serangan WBC. Prototipe peringatan dini luas serangan WBC Prototipe peringatan dini luas serangan WBC dibuat secara spasial pada skala kecamatan untuk tiga kabupaten, yaitu : Karawang, Subang, dan Indramayu. Sistem peringatan dini disajikan secara spasial agar informasi yang diberikan lebih mudah dipahami oleh pengambil kebijakan dan lebih mudah meng-update data baru. Informasi luas serangan WBC yang disajikan didasarkan pada dua sumber data, yaitu : luas serangan berdasarkan pengamatan dan prediksi data luas serangan berdasarkan data iklim prediksi. Gambar 4 adalah antarmuka prototipe sistem peringatan dini luas serangan WBC. Informasi yang disajikan ditujukan untuk peneliti dan perencana pertanian baik di Pemda maupun di Departemen Pertanian. Pengguna dapat memperoleh informasi dengan cepat tentang : 1) sebaran spasial luas serangan WBC dua mingguan pada periode pengamatan. Di Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu, Tegal, dan Pemalang periode data ; 2) grafik sebaran luas serangan Gambar 4. Antarmuka prototipe sistem peringatan dini luas serangan WBC Figure 4. Interface of prototype early warning system to BPH attack 54

9 E. SUSANTI ET AL. : PEMANFAATAN INFORMASI IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PERINGATAN DINI Gambar 5. Sebaran luas serangan wereng batang coklat pada Agustus tengah bulan ke-2 tahun 1998 Figure 5. Distribution of BPH attach area on the middle of August 1998 WBC dua mingguan per kecamatan atau kabupaten pada periode pengamatan, 3) menghitung dan menyajikan sebaran spasial prediksi luas serangan WBC pada lokasi yang mempunyai data iklim prediksi. Informasi kecamatan-kecamatan yang terserang atau tidak terserang WBC pada periode tertentu, dapat dengan mudah disajikan. Contoh berikut adalah wilayah yang terserang WBC pada bulan Agustus dua minggu ke-2 tahun Warna putih menunjukkan kecamatan yang tidak terserang WBC, warna biru menunjukkan kecamatan yang terserang <100 ha, warna kuning menunjukkan kecamatan yang terserang WBC ha, sedangkan warna merah menunjukkan kecamatan yang terserang >500 ha. Sistem ini juga dapat menampilkan grafik sebaran luas serangan WBC dua mingguan per kecamatan atau kabupaten pada periode pengamatan. Contohnya adalah : grafik luas serangan WBC di Kabupaten Karawang, Subang, dan Indramayu selama tahun pengamatan ( ). Informasi pada gambar di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Indramayu adalah wilayah yang paling sering terkena serangan WBC selama periode pengamatan ( ), diikuti oleh Kabupaten Karawang dan Subang. Peringatan dini menyediakan informasi prediksi luas serangan WBC jika suatu wilayah sudah mempunyai data prediksi iklim. Contohnya bila suatu tempat (Gabuswetan) telah mempuyai data prediksi iklim tahun 2008 (Tabel 3) yang diperoleh menggunakan model prediksi Kalman Filter. Tabel 3. Data iklim prediksi untuk stasiun Gabuswetan Table 3. Climate data prediction of Gabuswetan station Gabuswetan CH Tmin Tmax Tmean Jan ,4 30,9 26,7 Jan2 8 22,5 31,3 26,9 Feb1 5 22,3 31,4 26,9 Feb ,4 31,0 26,7 Nov ,4 31,1 26,7 Nov ,5 31,0 26,8 Des ,4 31,1 26,7 Des ,5 30,9 26,7 55

10 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 30/2009 Area of BPH attack (ha) at Karawang Regency all years Area of BPH attack (ha) at Karawang Regency all years Area of BPH attack (ha) at Subang Regency all years skenario perhitungan kemudian run, dan akan ditampilkan seperti pada Gambar 8. Sehingga diprediksi jika kondisi iklim seperti pada Tabel 3, maka Kecamatan Gabuswetan akan terserang WBC >500 ha (warna merah). Keuntungan yang dihasilkan dari sistem peringatan dini luas serangan WBC adalah pengguna dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang sebaran luas serangan WBC. Informasi luas serangan WBC pengamatan memberikan informasi wilayah endemik yang harus mendapat perhatian khusus, sedangkan informasi prediksi dapat digunakan untuk tindakan antisipatif, jika diprediksi akan terjadi serangan maka harus ada tindakan pencegahan yang dilakukan agar kerusakan yang disebabkan oleh WBC tidak berkembang luas sehingga kegagalan panen dapat ditekan. Area of BPH attack (ha) at Indramayu Regency all years KESIMPULAN 1. Kejadian serangan WBC sangat dinamis, anomali iklim menjadi pemicu ledakan, seperti di Jawa Barat puncak serangan terjadi pada tahun 1998, dimana pada tahun tersebut adalah La-Niña yang didahului oleh El-Niño kuat tahun Periode serangan terluas terjadi pada musim kemarau, yaitu bulan Juli dan Agustus. Gambar 6. Grafik luas serangan WBC di Kabupaten Karawang, Subang, dan Indramayu pada seluruh periode pengamatan Figure 6. Temporal variation of BPH attack on whole observations in Karawang, Subang, and Indramayu Regencies Data iklim prediksi ini dimasukkan ke dalam sistem dengan cara sebagai berikut : pilih new kemudian entry data setelah selesai entry klik save sistem otomatis akan menghitung prediksi luas serangan pada empat skenario perhitungan. Kemudian untuk melihat sebaran spasialnya kembali ke menu utama, kemudian pilih tahun 2008 dan bulan yang diprediksi (Februari ke-2) dan pilih 3. Faktor iklim yang mempunyai korelasi >0,4 dengan luas serangan WBC adalah : curah hujan, suhu maksimum, suhu maksimum dua minggu sebelum kejadian, suhu minimum, suhu minimum dua minggu, empat minggu, dan enam minggu sebelum kejadian, kelembaban maksimum, kelembaban minimum, kelembaban minimum dua minggu sebeum kejadian, kelembaban rata-rata, dan kelembaban rata-rata dua minggu sebelum kejadian. 4. Luas serangan WBC dapat diprediksi berdasarkan informasi iklim, dengan persamaan : LOG_LS = 10,44 0,32 Tmin-2 0,00112 CH + 0,182 Tmax-1 0,27 Tmin atau LOG_LS = 11,05 0,32 Tmin-2 + 0,209 Tmax-1 0,33 Tmin. 56

11 E. SUSANTI ET AL. : PEMANFAATAN INFORMASI IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PERINGATAN DINI Gambar 7. Sistem database untuk entry data baru atau editing data Figure 7. Database system for data entry and editing Gambar 8. Prediksi luas serangan pada Feb-2 tahun 2008 Figure 8. Prediction of BPH attach area at Feb 2,

12 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 30/2009 Prototipe model peringatan dini luas serangan WBC diharapkan dapat bermanfaat untuk memprediksi luas serangan di suatu tempat dan membantu pengambil kebijakan dalam menetapkan tindakan antisipatif yang harus dilakukan. Dengan demikian dapat mengurangi risiko kehilangan hasil karena serangan WBC. DAFTAR PUSTAKA Baehaki Gubernur akan ikut Gropyokan Bersama Petani Cirebon. Serangan Wereng Meluas, Kabupaten Bandung Waspada. Pikiran Rakyat, Kamis, 28 Juli Kisimoto, R. and V.A. Dyck Climate and rice insects. Pp In Proceeding of the Symposium on Climate and Rice (ed. International Rice Research Institute). IRRI, Manilla. Las, I., E. Surmaini, N. Widiarta, dan G. Irianto Potensi Dampak Anomali Iklim, El-Niño dan La-Niña terhadap Produksi Pangan dan Kebijakan Penanggulangannya. Disampaikan pada Seminar El-Niño dan Implikasinya terhadap Pembangunan Pertanian pada tanggal 6 Maret 2003 di Bogor. Puslitbang SOSEK Pertanian bekerja sama dengan ESCAP-CGPRT Center. Natanegara F. dan H. Sawada Sistem Peringatan Dini dalam Usaha Pengendalian Wereng Batang Coklat di Jalur Pantura. Taksonomi Musih Alami Wereng Batang Coklat. Kerjasama Teknis Indonesia-Jepang Bidang Perlindungan Tanaman Pangan (ATA- 162). Laporan Akhir Wereng Batang Coklat. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. Susanti, E Developing Information System for Climate Based Potential Area Attack of Brown Plant Hopper (Nilaparvata lugens) in North Coast of West Java. Thesis of Master of Science. Bogor Agricultural University. 58

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC) 1234567 89111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112

Lebih terperinci

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur.

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur. 6 regresi linier berganda untuk semua faktor iklim yang dianalisis. Data faktor iklim digunakan sebagai peubah bebas dan data luas serangan WBC sebagai peubah respon. Persamaan regresi linier sederhana

Lebih terperinci

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ; 5 yang telah tersedia di dalam model Climex. 3.3.3 Penentuan Input Iklim untuk model Climex Compare Location memiliki 2 input file yaitu data letak geografis (.LOC) dan data iklim rata-rata bulanan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

Impact of Climate Variability on Agriculture at NTT

Impact of Climate Variability on Agriculture at NTT Impact of Climate Variability on Agriculture at NTT PEMDA Propinsi NTT, Kupang CARE International Centre for Climate Risk and Opportunity Management, Bogor Agricultural University (IPB) International Rice

Lebih terperinci

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017 Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA Volume 7, Agustus 2017 IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN April - Juni 2017 Rendahnya kejadian kebakaran hutan Musim panen utama padi dan jagung lebih tinggi dari

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.) BERDASARKAN FAKTOR IKLIM (Studi Kasus : 10 Kabupaten Endemik di Provinsi Jawa Barat) SYAHRU ROMADHON G24103044 DEPARTEMEN GEOFISIKA

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis pengaruh ENSO dan IOD terhadap curah hujan Pola hujan di Jawa Barat adalah Monsunal dimana memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi Lampung pada sektor tanaman pangan. Produksi komoditas padi di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan LAMPIRAN 167 Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan

Lebih terperinci

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Press Release PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I. Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015 1. Prediksi berbagai

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI Oleh: Edi Suwardiwijaya Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl. Raya Kaliasin. Tromol

Lebih terperinci

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu an (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang Coklat,

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

Gambar 8. Pola Hubungan Curah Hujan Rata-rata Harian RegCM3(Sebelum dan Sesudah Koreksi) dengan Observasi

Gambar 8. Pola Hubungan Curah Hujan Rata-rata Harian RegCM3(Sebelum dan Sesudah Koreksi) dengan Observasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Koreksi Bias Data Curah Hujan dan Suhu Luaran Model RegCM3 Data luaran RegCM3 merupakan hasil simulasi kondisi iklim yang memiliki resolusi spasial yang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang amat subur sehingga tidak dapat dipungkiri lagi sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Data dalam Badan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci

Bagian V Pengelolaan Informasi Bencana dan Teknologi Ringkasan

Bagian V Pengelolaan Informasi Bencana dan Teknologi Ringkasan Bagian V Pengelolaan Informasi Bencana dan Teknologi Ringkasan Salah satu upaya adaptasi perubahan iklim yang termuat dalam Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu (SI Katam Terpadu) diantaranya adalah

Lebih terperinci

8. MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI

8. MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI 8. MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI 8.1 Pendahuluan Padi merupakan makanan utama sekaligus mempunyai nilai politis yang tinggi bagi orang Indonesia, yang menyediakan pendapatan secara musiman dan tenaga kerja

Lebih terperinci

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG OUTLINE I. GEMPABUMI TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI (25 - oktober 2010); Komponen Tsunami Warning System (TWS) : Komponen Structure : oleh

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN Pendahuluan KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN 1. Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga beras, salah satu instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga dasar dan harga maksimum,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Curah Hujan Daerah Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Curah Hujan Daerah Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Curah Hujan Daerah Penelitian Kondisi curah hujan di DAS Citarum Hulu dan daerah Pantura dalam kurun waktu 20 tahun terakhir (1990-2009) dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Data Land Surface Temperature (LST) MODIS pada Wilayah Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Data Land Surface Temperature (LST) MODIS LST MODIS merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primernya tersebut adalah makanan

Lebih terperinci

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II 2013 TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung LATAR BELAKANG Keniscayaan perubahan dan dinamika iklim global serta lokal. Pilihan pola tanam bersifat spesifik lokasi dan

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 disusun berdasarkan hasil pengamatan dari 60 stasiun dan pos hujan di wilayah Jawa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERINGATAN DINI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN KARAWANG

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERINGATAN DINI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN KARAWANG PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERINGATAN DINI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN KARAWANG Herry Wiriawan, Wawiko Supeno, Harisno, dan Bens Pardamean Laporan Teknis

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 disusun berdasarkan hasil pengamatan dari 60 stasiun dan pos hujan di wilayah

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Februari 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan di

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Iidanya gangguan pada luas panen maupun produksi padi di Indonesia maupun di

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Iidanya gangguan pada luas panen maupun produksi padi di Indonesia maupun di V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. EEesimpulan Iidanya gangguan pada luas panen maupun produksi padi di Indonesia maupun di Jawa Barat pada setiap tahun El-Nino menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat

Lebih terperinci

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index Herwina Dewani, Sobirin, Djoko Harmantyo Departemen Geografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dalam penelitian ini telah dilakukan suatu rangkaian penelitian yang mencakup analisis pewilayahan hujan, penyusunan model prediksi curah hujan, serta pemanfaatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.) BERDASARKAN FAKTOR IKLIM (Studi Kasus : 1 Kabupaten Endemik di Provinsi Jawa Barat) SYAHRU ROMADHON G241344 DEPARTEMEN GEOFISIKA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hama merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pertanian termasuk Indonesia, dimana iklim tropis cocok untuk perkembangan hama. Hama dapat menimbulkan

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi data Tahap pertama dalam pembentukan model VAR adalah melakukan eksplorasi data untuk melihat perilaku data dari semua peubah yang akan dimasukkan dalam model. Eksplorasi

Lebih terperinci

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN PENGAMATAN CUACA DAN PENGELOLAAN DATA IKLIM MELALUI AUTOMATIC WEATHER STATION (AWS) TELEMETRI UNTUK PEMANTAUAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PERKEBUNAN BBP2TP SURABAYA - Latitude 7 34'2.85"S dan

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 30 AGUSTUS 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA I. Mekanisme Pembahasan Prediksi Iklim & Pemahaman Tiga Faktor Pengendali Curah Hujan di Wilayah Indonesia II. Prediksi; Indeks La Nina

Lebih terperinci

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI PANJANG MUSIM HUJAN BERDASAR SEA SURFACE TEMPERATURE

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI PANJANG MUSIM HUJAN BERDASAR SEA SURFACE TEMPERATURE PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI PANJANG MUSIM HUJAN BERDASAR SEA SURFACE TEMPERATURE Agus Buono 1, M. Mukhlis 1, Akhmad Faqih 2, Rizaldi Boer 2 1 Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA Nuzul Hijri Darlan, Iput Pradiko, Muhdan Syarovy, Winarna dan Hasril H. Siregar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Januari 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan di

Lebih terperinci

Abdul Hamid 1) dan Herry Nirwanto 2) 2). UPN Veteran Jawa Timur ABSTRACT

Abdul Hamid 1) dan Herry Nirwanto 2) 2). UPN Veteran Jawa Timur ABSTRACT Korelasi Penyakit Virus Tungro dengan (A. Hamid dan Herry Nirwanto) 1 KORELASI PENYAKITVIRUS TUNGRO DENGAN BERBAGAI JENIS WERENG PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa) Di JAWA TIMUR Abdul Hamid 1) dan Herry

Lebih terperinci

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan 5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang

Lebih terperinci

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat. 11 yang akan datang, yang cenderung mengalami perubahan dilakukan dengan memanfaatkan keluaran model iklim. Hasil antara kondisi iklim saat ini dan yang akan datang dilakukan analisis dan kemudian dilakukan

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN KALENDER TANAM (KATAM) MENDUKUNG SLPTT PADI DI SUMATERA UTARA

PENDAMPINGAN KALENDER TANAM (KATAM) MENDUKUNG SLPTT PADI DI SUMATERA UTARA PENDAMPINGAN KALENDER TANAM (KATAM) MENDUKUNG SLPTT PADI DI SUMATERA UTARA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI 125 VII. PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI 7.1. Pendahuluan Salah satu informasi yang dirasakan sangat penting dalam kaitan dengan penjadwalan penanaman petani adalah

Lebih terperinci

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH IV MAKASSAR STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I MAROS JL. DR. RATULANGI No. 75A Telp. (0411) 372366 Fax. (0411)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim membawa dampak pada hampir semua aspek kehidupan dan aktivitas ekonomi. Dampak yang dirasakan ada yang bersifat langsung seperti pada sektor pertanian

Lebih terperinci

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Agroklimat Wilayah Penelitian Dari hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukan bahwa tanah pada lokasi penelitian kekurangan unsur hara

Lebih terperinci

III. ANALISIS DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM

III. ANALISIS DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM III. ANALISIS DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM 3.1. Pendahuluan Salah satu indikator terjadinya perubahan iklim adalah semakin meningkatnya kejadian iklim ekstrim

Lebih terperinci

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan September 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2013 dan Januari 2014 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 8 eigenvalue masing-masing mode terhadap nilai total eigenvalue (dalam persen). PC 1 biasanya menjelaskan 60% dari keragaman data, dan semakin menurun untuk PC selanjutnya (Johnson 2002, Wilks 2006, Dool

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT Oleh Ndaru Priasmoro H0709078 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Curah Hujan DAS Brantas Data curah hujan di DAS Brantas merupakan data curah hujan harian, dimana curah hujan harian berasal dari stasiun-stasiun curah hujan yang ada

Lebih terperinci

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011 BMKG KEPALA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Dr. Sri Woro B. Harijono PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011 Kemayoran Jakarta, 27 Mei 2011 BMKG 2 BMKG 3 TIGA (3) FAKTOR PENGENDALI CURAH

Lebih terperinci

A. Metode Pengambilan Data

A. Metode Pengambilan Data 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Data Dalam penelitian ini prosedur yang digunakan dalam pengambilan data yaitu dengan mengambil data suhu dan curah hujan bulanan dari 12 titik stasiun

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Press Release BMKG Jakarta, 12 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 2 BMKG A F R I C A A S I A 3 Proses EL NINO, DIPOLE MODE 2 1 1963 1972 1982 1997 1 2 3 EL NINO / LA NINA SUHU PERAIRAN

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan

Lebih terperinci

PREDIKSI SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PADI MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PADI MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION JURNAL TEKNIK INFORMATIKA VOL 9 NO. 2, OKTOBER 2016 92 PREDIKSI SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PADI MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Teguh Budi Wibowo. 1, Sutikno. 2 Jurusan Ilmu Komputer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. topik permasalahan yang lebih fokus. Analisa kinerja sistem polder Pluit ini dibantu

BAB III METODOLOGI. topik permasalahan yang lebih fokus. Analisa kinerja sistem polder Pluit ini dibantu BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Awal dari studi ini adalah identifikasi masalah yang mengarahkan penelitian pada topik permasalahan yang lebih fokus. Analisa kinerja sistem polder Pluit ini

Lebih terperinci

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM MINAPADI SEBAGAI UPAYA PENANGANAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI PROVINSI JAMBI Yusma Damayanti Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana

Lebih terperinci

PREDIKSI DAN ANTISIPASI KEKERINGAN TAHUN 2013

PREDIKSI DAN ANTISIPASI KEKERINGAN TAHUN 2013 PREDIKSI DAN ANTISIPASI KEKERINGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Disampaikan Pada RAPIM A Kementerian Pertanian 10 September 2013 MATERI PRESENTASI A. Prediksi Kekeringan

Lebih terperinci

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2007.

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2007. Lampiran 1 Lokasi Stasiun Iklim di Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kabupaten Bujur Lintang Tinggi (mdpl) Pacet Cianjur 107 o 05 E 06 o 73 S 1150 Citeko Bogor 106 o 94 E 06 o 70 S 920 Geofisika Bandung 107

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Studi Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah Utara ke arah Selatan dan bermuara pada sungai Serayu di daerah Patikraja dengan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE DI KOTA MANADO TAHUN 2012-2016 Elisabeth Y. Lumy*, Angela F. C. Kalesaran*, Wulan P J Kaunang* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA Hendra Kurniawan 1 1 Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

Arti Penting Kalender Tanam (Katam) Padi

Arti Penting Kalender Tanam (Katam) Padi PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADAPTASI KALENDER TANAM PADI TERHADAP ENSO IOD BERBASIS KALENDER TANAM PADI TERHADAP ENSO SUMBERDAYA IKLIM DAN AIR Mengetahui waktu dan pola tanam di daerah tertentu

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/7/Th. IV, 1 Juli 216 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 215 PRODUKSI PADI TAHUN 215 NAIK 28,8 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 215 sebanyak 2,33 juta ton gabah

Lebih terperinci

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013 Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013 (1) Berdasarkan prakiraan BMKG dan beberapa lembaga penelitian lain mengindikasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN Oleh : Sumaryanto Muhammad H. Sawit Bambang Irawan Adi Setiyanto Jefferson Situmorang Muhammad Suryadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

VIII. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut :

VIII. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut : VIII. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kejadian kekeringan di Kabupaten Indramayu merupakan penyebab utama (79.8%)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang terletak diantara Samudra Pasifik-Hindia dan Benua Asia-Australia, serta termasuk wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan

Lebih terperinci

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Yohanes Andika Tj. 2013110060 Al Faisal Mulk 2013110067 M. Ibnu Haris 2014110011 Abstrak Kebijakan asuransi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan pembangunan dan global governance pada abad ke 21, dampaknya terhadap pengelolaan sektor pertanian dan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci