Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index"

Transkripsi

1 Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index Herwina Dewani, Sobirin, Djoko Harmantyo Departemen Geografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika, Universitas Indonesia Abstrak Pariwisata telah menjadi sektor andalan sumber devisa, termasuk di Indonesia. Salah satu tujuan wisata wisatawan mancanegara ialah Pulau Jawa bagian tengah. Kondisi iklim mempengaruhi kenyamanan yang dirasakan wisatawan saat melakukan wisata. Cara untuk mengetahui tingkat kenyamanan iklim yang berkaitan dengan wisata dikenal dengan Tourism Climate Index (TCI). Studi mengenai TCI di Indonesia belum ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan iklim daerah tujuan wisata di Pulau Jawa bagian tengah dan mengetahui kaitannya dengan jumlah kunjungan daerah tujuan wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan iklim daerah tujuan wisata di Pulau Jawa bagian tengah tidak ada yang termasuk kategori ideal. Nilai TCI tidak memiliki kaitan dengan jumlah pengunjung yang datang. The Comfort Level for Tourism s Climate in the Central Part of Java Island using Tourism Climate Index Abstract Tourism has become one of the sectors which are the mainstay source of foreign exchange in Indonesia. One of the region which become a tourist destination for foreign tourists is the central part of Java Island. Climatic conditions affect the tourists' comfortability while doing the tourism activity. Way to determine the level of comfort associated with tourism activities are known to the Tourism Climate Index (TCI). In Indonesia, the study of the TCI has not been found. This research aims to determine the level of climate comfort tourist destinations in the central part of Java based on the value of TCI and knowing the relation between TCI value with the number of visits a tourist destination. The results showed that the comfort level for tourism s climate in the central part of Java Island have no ideal category. There was no significant association between TCI value and the number of visitors who come to the tourist destination. Keywords: climate comfort level;tci; tourist destinations; visitor Pendahuluan Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan tujuan untuk bersenang-senang. Salah satu daerah yang menjadi tujuan wisata wisatawan mancanegara ialah Jawa bagian tengah. Pulau Jawa bagian tengah memiliki potensi yang besar di bidang pariwisata karena banyak ditemukan objek wisata yang bervariasi.

2 Suatu daerah dapat menjadi daerah tujuan wisata dipengaruhi oleh faktor lingkungan alam dan kondisi iklim. Kedua hal tersebut menjadi daya tarik utama daerah tersebut untuk dikunjungi oleh pengujung. Faktor iklim dapat menjadi faktor pendorong dan penarik pengunjung dalam menentukan dimana dan kapan untuk melakukan kegiatan wisata. Kondisi iklim mempengaruhi kenyamanan yang dirasakan wisatawan saat melakukan aktivitas wisata. Adanya keterkaitan yang erat antara kondisi iklim, kegiatan pariwisata serta kenyamanan fisik seseorang telah dibuktikan oleh Mieczkowski (1985) dengan ditemukannya cara untuk mengetahui tingkat kenyamanan iklim dunia yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata, dikenal dengan Tourism Climate Index (TCI). TCI menggunakan variabel iklim: suhu udara, curah hujan, kelembaban udara, gerakan angin, serta lama penyinaran matahari. Oleh karena belum ditemukannya studi mengenai TCI di Indonesia, maka penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian ini. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan iklim daerah tujuan wisata di Pulau Jawa bagian tengah berdasarkan nilai TCI dan mengetahui kaitannya dengan jumlah kunjungan daerah tujuan wisata. Tinjauan Teoritis Iklim memiliki peranan penting dalam pengembangan industri pariwisata. Sebagian besar wisatawan akan menggunakan informasi iklim untuk menentukan tujuan dan waktu berpergian. Pengetahuan tentang informasi iklim tersebut dapat membantu dalam perencanaan wisata, industri pariwisata dan mengurangi dampak negatif dari cuaca dan iklim pada kegiatan wisata serta pengaruh terhadap sektor ekonomi. Industri pariwisata sangat sensitif terhadap variabilitas iklim. Pengaruh iklim menjadi faktor penting untuk memilih daerah tujuan wisata dan waktu mengunjungi wisata tersebut karena akan berpengaruh pada daya tarik lokasi. Tourism Climate Index (TCI) dikembangkan oleh Mieczkowski (1985) yang menerapkan temuan umum untuk mengetahui kesesuaian/tingkat kenyamanan iklim dunia yang berkaitan dengan kegiatan wisata dan rekreasi. Dalam jurnal yang berjudul The Tourism Climatic Index: A method of evaluating world climates for tourism, Mieczkowski (1985) menggunakan TCI untuk melakukan analisis kuantitatif mengenai kondisi iklim di dunia yang

3 bertujuan untuk pariwisata internasioanal. TCI menggunakan variabel-variabel iklim yang digabungkan menjadi lima parameter, tiga diantaranya bersifat independen dan dua lainnya merupakan kombinasi bioclimatic. Variabel yang digunakan, yaitu: suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, durasi lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin. Nilai untuk semua variabel tersebut merupakan nilai rata-rata bulanan. Tabel 1. Parameter yang digunakan pada Tourism Climate Index Sub-Indeks Daytime Comfort Index (CI d ) Daily Comfort Index (CI a ) Variabel Iklim Bulanan suhu udara maksimum dan kelembaban udara minimum rata-rata suhu udara dan rata-rata kelembaban udara Pengaruh pada TCI menunjukkan kenyamanan thermal ketika terjadi aktivitas wisata maksimum Pembobotan pada TCI 40 % menunjukkan kenyamanan thermal selama 24 jam, termasuk saat waktu tidur 10 % Curah Hujan curah hujan mewakili nilai negatif berkaitan dengan aktivitas di luar ruangan Sinar Matahari Angin lama penyinaran matahari kecepatan angin rata-rata dinilai sebagai nilai positif dalam wisata, tetapi dapat menjadi negatif karena bahaya dari terbakar sinar matahari dan ketidaknyamanan saat kondisi panas. variabel yang tergantung atau memiliki pengaruh terhadap suhu 20 % 20 % 10 % Dalam persamaan TCI oleh Mieczkowski (1985), bobot tertinggi diberi kepada Daytime Comfort Index (CI d ) untuk mencerminkan fakta bahwa wisatawan umumnya beraktivitas paling aktif pada siang hari dan berada di luar ruangan. Lama penyinaran matahari dan jumlah curah hujan diberi bobot tertinggi kedua, diikuti oleh Daily Comfort Index (CI a ) dan kecepatan angin. Persamaan TCI dihitung dengan menggunakan rumus: TCI = 8 CI d + 2 CI a + 4 R + 4 S + 2 W (1) dimana: TCI : Tourism Climate Index CI d : Daytime Comfort Index ( C) CI a : Daily Comfort Index ( C) R : curah hujan rata-rata (mm) S : rata-rata lama penyinaran matahari (jam/hari) W : kecepatan angin rata-rata (km/jam)

4 Masing-masing variabel memiliki nilai optimal 5 sehingga nilai TCI maksimum yang dapat diperoleh adalah 100. Mieczkowski telah membuat klasifikasi tingkat kenyamanan iklim dari suatu daerah tujuan wisata berdasarkan nilai TCI, sebagai berikut: Tabel 2. Tingkat Kenyamanan Iklim untuk Wisata Nilai Indeks Deskripsi dari Tingkat Kenyamanan Iklim Ideal Sangat Bagus Sekali (Excellent) Sangat Bagus (Very good) Bagus (Good) Dapat Diterima (Acceptable) Masih Dapat Diterima (Marginal) Buruk (Unfavourable) Sangat Buruk (Very unfavourable) Sangat Buruk Sekali (Extremely unfavourable) 9 Tidak Dapat Diterima (Impossible) Nilai TCI 80 sangat baik, sementara nilai antara 60 dan 79 dianggap baik sampai sangat baik. Nilai yang lebih rendah termasuk kategori dapat diterima, namun nilai-nilai <40 menunjukkan kondisi yang buruk untuk wisata (Mieczkowski, 1985). Metode Penelitian Dalam penelitian ini, yang termasuk Pulau Jawa bagian tengah meliputi Provinsi Jawa Tengah (kecuali Kepulauan Karimun Jawa dan Pulau Nusa Kambangan) dan Provinsi D.I.Yogyakarta. Pulau Jawa bagian Tengah yang diwakili oleh beberapa daerah tujuan wisata, yaitu: Wonosobo, Karanganyar, Tegal, Sleman, Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Magelang, dan Jepara. Daerah tujuan wisata tersebut dipilih berdasarkan kelengkapan data iklim dan pariwisata yang telah diperoleh sebagai penunjang dalam penelitian ini.

5 Gambar 1. Daerah Penelitian di Pulau Jawa bagian Tengah Data iklim yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi D.I.Yogyakarta. Pengolahan data untuk melakukan perhitungan nilai TCI membuat database variabel iklim dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel Setelah terdata dengan baik, maka dilakukan proses sebagai berikut: 1. Data iklim yang telah diinput per stasiun selama periode (minimal) 5 tahun dikumulatifkan menjadi data iklim bulanan dan dikelompokkan menurut bulannya masing-masing setiap tahunnya. Setelah itu, data tersebut dicari nilai rata-ratanya. 2. Menghitung nilai CI d (Daytime Comfort Index) berdasarkan suhu maksimum dan kelembaban relatif minimum; dan nilai CI a (Daily comfort index) berdasarkan suhu ratarata dan kelembaban rata-rata dengan menggunakan Thermal Comfort Rating System (Mieczkowski, 1985). Berdasarkan Thermal Comfort Rating System, dapat diketahui nilai suhu efektif.

6 Tabel 3. Indeks Suhu Efektif Pembobotan Suhu Efektif ( C) ,9 4, ,9 dan 27 27, ,9 dan 28 28,9 3, ,9 dan 29 29, ,9 dan 30 30,9 2, ,9 dan 31 31, ,9 dan 32 32,9 1,5 0 4,9 dan 33 33, dan 34 34,9 0, ,9 0,25 >36 0-9, , , < Menentukan bobot R terkait rata-rata curah hujan bulanan dengan menggunakan indeks rata-rata curah hujan bulanan, serta menentukan bobot S terkait lama penyinaran matahari dengan menggunakan indeks lama penyinaran matahari. Tabel 4. Indeks Rata-rata Curah Hujan Bulanan dan Lama Penyinaran Matahari Pembobotan Rata-rata Curah Hujan Bulanan (mm) Lama Penyinaran Matahari (jam/hari) ,9 10 jam 4, ,9 9 jam 9 jam 59 menit ,9 8 jam 8 jam 59 menit 3, ,9 7 jam 7 jam 59 menit ,9 6 jam 6 jam 59 menit 2, ,9 5 jam 5 jam 59 menit ,9 4 jam 4 jam 59 menit 1, ,9 3 jam 3 jam 59 menit ,9 2 jam 2 jam 59 menit 0, ,9 1 jam 1 jam 59 menit < 1 jam 4. Menentukan bobot W terkait skala angin dengan menggunakan indeks rata-rata kecepatan angin.

7 Tabel 5. Indeks Rata-rata Kecepatan Angin Pembobotan Kecepatan Angin (km/jam) 2 2,88 2,5 5,75 2,88 3 9,03 5, ,23 9, ,79 12, ,29 19, ,79 24, ,52 28, ,52 5. Menghitung nilai TCI dengan menggunakan rumus: TCI = 8 CI d + 2 CI a + 4 R + 4 S + 2 W (1) keterangan: TCI : Tourism Climate Index CI d : Daytime Comfort Index ( C) CI a : Daily Comfort Index ( C) R : rata-rata curah hujan (mm) S : lama penyinaran matahari (jam/hari) W : rata-rata kecepatan angin (km/jam) 6. Mengklasifikasikan nilai TCI berdasarkan Tingkat Kenyamanan Iklim untuk Wisata. Nilai TCI 80 sangat baik, sementara nilai antara 60 dan 79 dianggap baik sampai sangat baik. Nilai TCI 60 menunjukan kondisi iklim yang nyaman untuk kegiatan wisata. Nilai yang lebih rendah termasuk kategori dapat diterima, namun nilai-nilai <40 menunjukkan kondisi yang buruk (tidak nyaman) untuk pariwisata (Mieczkowski, 1985). Tabel 6. Tingkat Kenyamanan Iklim untuk Wisata Nilai Indeks Deskripsi dari Tingkat Kenyamanan Iklim Ideal Sangat Bagus Sekali Sangat Bagus Bagus Dapat Diterima Masih Dapat Diterima Buruk

8 20 29 Sangat Buruk Sangat Buruk Sekali 9 Tidak Dapat Diterima (Lanjutan) 7. Membuat grafik distribusi bulanan nilai TCI pada setiap daerah tujuan wisata di Pulau Jawa bagian tengah. Tingkat kenyamanan iklim daerah tujuan wisata di Pulau Jawa bagian tengah dapat dianalisa dengan melihat hasil perhitungan nilai TCI di 9 DTW dengan menggunakan unsur iklim: suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin. Analisis yang digunakan adalah analisis spasial untuk mendeskripsikan variasi nilai TCI setiap bulan sepanjang tahun di tiap DTW. Grafik distribusi bulanan nilai TCI digunakan untuk membantu mendeskripsikan dan membandingkan nilai TCI di 9 DTW di Pulau Jawa bagian tengah. Variasi nilai TCI dapat dianalisa dengan melihat kaitan nilai TCI dengan karakteristik fisik wilayah DTW. Kaitan tingkat kenyamanan iklim dengan jumlah kunjungan ke daerah tujuan wisata dapat dianalisis dengan melihat hasil uji korelasi antara jumlah kunjungan dan nilai TCI. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kaitan antara tingkat kenyamanan iklim dengan jumlah pengunjung yang datang ke DTW tersebut. Pengolahan data untuk melihat ada tidaknya kaitan antara nilai TCI dengan jumlah pengunjung dilakukan dengan melakukan uji korelasi Spearman Rank. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan nilai TCI di beberapa daerah tujuan wisata di Pulau Jawa bagian tengah, menunjukkan bahwa iklim di setiap daerah tujuan wisata tersebut memiliki pola distribusi dry season peak (puncak musim kemarau). Pada gambar 2 ditampilkan grafik distribusi tiap DTW. Distribusi TCI di 9 DTW Pulau Jawa bagian tengah menunjukkan bahwa nilai TCI 60 terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September sedangkan pada bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret dan April memiliki nilai TCI <50.

9 Yogyakarta Gambar 2. Grafik Tourism Climate Index Menurut Daerah Tujuan Wisata di Pulau Jawa bagian Tengah Sumber: Pengolahan Data (2013) Setelah melakukan pengolahan data iklim pada 12 bulan berbeda di Pulau Jawa bagian tengah, dihasilkan nilai TCI, seperti pada tabel 7 berikut: Tabel 7. Nilai TCI di 9 DTW No. Daerah Tujuan Nilai TCI Wisata Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des 1 Jepara Karanganyar Magelang Semarang Sleman Surakarta Tegal Wonosobo Yogyakarta Ket: merupakan bulan dengan nilai TCI 60 merupakan bulan dengan nilai TCI <40 Sumber: Pengolahan Data (2013)

10 Berdasarkan hasil perhitungan indeks TCI pada bulan Maret, ditemukan bahwa nilai TCI tertinggi pada bulan ini adalah 46 yang dimiliki oleh Magelang. Nilai TCI terendah adalah 35 dimiliki oleh Wonosobo. Wonosobo merupakan satu-satunya DTW dengan nilai TCI di bawah 40. Pada bulan April, Jepara memiliki nilai TCI 54 yang merupakan nilai TCI tertinggi, diikuti oleh Tegal dengan nilai TCI 52. Sama dengan bulan sebelumnya, Wonosobo merupakan DTW yang memiliki nilai TCI di bawah 40. Pada bulan Maret dan April, tidak ditemukan DTW yang memiliki nilai 60. Nilai TCI pada kedua bulan tersebut berkisar dari Hasil nilai TCI bulan Mei menunjukkan bahwa Jepara dan Tegal merupakan DTW dengan nilai TCI 60. Karanganyar, Semarang, dan Sleman memiliki nilai TCI Sedang Magelang, Surakarta, Wonosobo, serta Yogyakarta memiliki nilai TCI Nilai TCI tertinggi pada bulan ini adalah 67 dan nilai TCI terendah adalah 40. Pada bulan Juni, nilai TCI 60 semakin banyak. Jepara dan Tegal kembali memiliki nilai TCI 60. Karanganyar, Magelang serta Sleman juga memiliki nilai TCI 60. Nilai TCI terendah pada bulan ini adalah 54 yang dimiliki oleh Wonosobo. Pada bulan Juli, seluruh DTW di Pulau Jawa bagian tengah memiliki nilai TCI di atas 60. Semarang dan Sleman memiliki nilai TCI tertinggi, yaitu 70, sedangkan nilai TCI terendah adalah Wonosobo dengan nilai TCI 62. Pada bulan Agustus, seluruh DTW juga memiliki nilai TCI 60. Magelang menjadi DTW yang memiliki nilai TCI tertinggi, yaitu 78 diikuti oleh Karanganyar dengan nilai TCI 73. Dari hasil perhitungan nilai TCI, bulan September merupakan bulan terakhir yang masih memiliki nilai TCI 60 walaupun jumlahnya lebih sedikit daripada bulan sebelumnya. Nilai TCI tertinggi adalah 67 dimiliki oleh Karanganyar dan nilai TCI terendah dimiliki oleh Yogyakarta dengan nilai TCI 48. Nilai TCI pada bulan ini berkisar antara 48 sampai 67. Pada bulan Oktober, Jepara merupakan DTW dengan nilai TCI paling tinggi, yaitu 59. Yogyakarta merupakan DTW dengan nilai paling rendah, yaitu 39. Pada bulan ini, tidak terdapat DTW dengan nilai TCI 60.

11 Ket: merupakan bulan pada musim hujan merupakan bulan pada musim kemarau Gambar 3. Grafik Tourism Climate Index Menurut Bulan Daerah Tujuan Wisata di Pulau Jawa bagian Tengah Sumber: Pengolahan data (2013) Masuk musim penghujan, nilai TCI mulai mengalami penurunan. Tegal yang memiliki nilai TCI 55 merupakan DTW dengan nilai TCI tertinggi pada bulan November. Hanya Tegal dan Jepara yang memiliki nilai TCI >50. Pada bulan November nilai TCI paling rendah di Wonosobo, yaitu 38. Pada bulan Desember, berdasarkan hasil pengolahan data iklim menunjukkan bahwa nilai TCI tertinggi dengan nilai 50 dimiliki oleh Jepara, sedangkan nilai TCI terendah dengan nilai 32 dimiliki oleh Wonosobo. Pada bulan Januari dan Februari, kesembilan DTW hanya memiliki nilai TCI <60. Nilai TCI tertinggi pada bulan Januari

12 terdapat di Jepara dan Tegal dengan nilai TCI 54 dan nilai TCI tertinggi pada bulan Februari terdapat di Sleman dengan nilai TCI 49. Nilai TCI tertinggi, yaitu 78 diperoleh di Magelang pada bulan Agustus sedangkan nilai TCI terrendah diperoleh di Wonosobo dengan nilai TCI 32 pada bulan Desember. Di Pulau Jawa bagian tengah, musim hujan biasanya berlangsung selama 5 bulan, yaitu bulan November, Desember, Januari, Februari dan Maret. Pada bulan-bulan tersebut nilai TCI di 9 DTW cenderung rendah 55. Musim kemarau berlangsung pada bulan Juni, Juli dan Agustus. Nilai TCI pada bulan-bulan tersebut cenderung tinggi dengan nilai TCI. Berdasarkan banyaknya DTW dengan nilai TCI 60, bulan Juli dan Agustus adalah bulan yang memiliki nilai TCI 60 terbanyak dibandingkan bulan-bulan lainnya dari 9 DTW di Pulau Jawa bagian tengah. Tingkat kenyamanan iklim daerah tujuan wisata merupakan tingkat kenyamanan yang berkaitan dengan kondisi iklim, diukur dengan mengunakan Tourism Climate Index. Nilai TCI 60 menunjukkan kondisi iklim yang nyaman untuk kegiatan wisata, sedangkan nilai TCI <40 menunjukkan kondisi iklim yang tidak nyaman untuk kegiatan wisata. No. Tabel 8. Jumlah Bulan Nyaman dan Bulan Tidak Nyaman Daerah Tujuan Wisata di Pulau Jawa bagian Tengah Daerah Tujuan Wisata Jumlah bulan nyaman (nilai TCI 60) Jumlah bulan tidak nyaman (nilai TCI < 40) 1 Jepara 5-2 Karanganyar 4-3 Magelang 4-4 Semarang 2-5 Sleman 3-6 Surakarta 3-7 Tegal 5-8 Wonosobo Yogyakarta 2 3 Sumber: Pengolahan Data (2013) Berdasarkan tabel 8 mengenai jumlah bulan nyaman dan bulan tidak nyaman daerah tujuan wisata di Pulau Jawa bagian tengah, menunjukkan bahwa Jepara dan Tegal merupakan DTW yang memiliki jumlah bulan nyaman terbanyak, yaitu 5 bulan. Sedangkan Semarang dan Yogyakarta merupakan DTW yang memiliki jumlah bulan nyaman tersedikit. Dari hasil

13 pengolahan data iklim, didapatkan Wonosobo merupakan DTW yang memiliki jumlah bulan tidak nyaman paling banyak, yaitu sebanyak 6 bulan. Jumlah bulan nyaman menunjukkan banyaknya bulan dengan nilai TCI 60. Nilai TCI 60 dapat dianggap mewakili kondisi iklim yang baik bagi manusia untuk merasakan kenyamanan saat melakukan aktivitas wisata. Kondisi iklim tersebut dibentuk oleh unsur-unsur iklim: suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, lama penyinaran matahari, serta kecepatan angin. Unsur-unsur iklim dapat dipengaruhi oleh topografi wilayah dan jarak dari pantai. Pada gambar 5.5, dapat dilihat kaitan jumlah bulan nyaman dengan letak ketinggian lokasi stasiun pengamatan iklim. Gambar 4. Jumlah Bulan Nyaman dan Letak Ketinggian Lokasi Stasiun Pengamatan Iklim Daerah Tujuan Wisata di Pulau Jawa bagian Tengah Tegal dengan jumlah bulan nyaman terbanyak memiliki lokasi stasiun pengamatan iklim terletak pada ketinggian mdpl. Jepara yang juga mempunyai jumlah nyaman terbanyak, lokasi stasiun pengamatan iklim berada di ketinggian mdpl. Sedangkan Wonosobo yang memiliki jumlah tidak bulan nyaman terbanyak, lokasi stasiun pengamatan iklimnya terdapat pada ketinggian mdpl.

14 Kaitan tingkat kenyamanan iklim dengan jumlah kunjungan ke daerah tujuan wisata dilihat dengan melakukan uji korelasi. Hasil uji korelasi antara jumlah kunjungan dan nilai TCI dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kaitan antara tingkat kenyamanan iklim daerah tujuan wisata dengan jumlah pengunjung yang datang ke DTW tersebut. Setelah dilakukan pengolahan data, nilai korelasi (hasil ρ hitung) dari uji korelasi tersebut, dapat dilihat pada tabel 9 berikut: Tabel 9. Nilai Korelasi antara Nilai TCI dan Jumlah Pengunjung Menurut Bulan Bulan ρ hitung Jan -0,233 Feb -0,208 Mar 0,017 Apr -0,225 Mei -0,533 Jun 0,233 Jul -0,317 Agust -0,100 Sep -0,167 Okt -0,425 Nov -0,383 Des 0,125 ρ tabel = 0,683 Sumber: Pengolahan Data (2013) Nilai korelasi tersebut dikaitkan dengan nilai ρ tabel untuk mengetahui ada atau tidak kaitan antara nilai TCI dengan jumlah pengunjung. Berdasarkan nilai tersebut menunjukkan bahwa dari bulan Januari sampai bulan Desember, ρ hitung < ρ tabel. Dengan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa nilai TCI tidak memiliki hubungan dengan jumlah pengunjung yang datang ke daerah tujuan wisata. Pada bulan Maret, Juni, dan Desember nilai korelasi menunjukkan angka positif yang menunjukkan nilai TCI dan jumlah pengunjung mempunyai hubungan positif atau searah, yaitu dengan adanya kenaikan variabel nilai TCI maka akan diikuti pula dengan kenaikan variabel jumlah pengunjung. Sedangkan pada bulan lainnya, nilai korelasi menunjukkan angka negatif, yang menunjukkan hubungan nilai TCI dan jumlah pengunjung pada bulan tersebut berlawanan arah.

15 Ringkasan Tingkat kenyamanan iklim daerah tujuan wisata di Pulau Jawa bagian tengah tidak ada yang termasuk kategori ideal. Di Pulau Jawa bagian tengah, tingkat kenyamanan iklim tertinggi berada pada nilai TCI (78) dengan kategori sangat bagus terletak di Magelang pada bulan Agustus dan tingkat kenyamanan iklim terendah berada pada nilai TCI (32) dengan kategori buruk terletak di Wonosobo pada bulan Desember. Bulan Juli dan Agustus pada umumnya merupakan waktu dengan tingkat kenyamanan kategori bagus dan sangat bagus. Sedangkan pada bulan November, Desember, Januari, Februari, dan Maret merupakan bulan dengan kondisi iklim yang kurang nyaman untuk kegiatan wisata. Daerah tujuan wisata yang memiliki jumlah bulan nyaman terbanyak ialah Jepara yang terletak pada ketinggian mdpl, dan Tegal yang terletak pada ketinggian mdpl. Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki jumlah bulan tidak nyaman terbanyak terletak di ketinggian mdpl. Nilai TCI di semua kategori tingkat kenyamanan iklim tidak memiliki kaitan dengan jumlah pengunjung yang datang ke daerah tujuan wisata. Daftar Referensi Burton, R. (1995). Travel Geography. London: Pitman Publishing. Matzarakis, A. (2006). Weather- and climate-related information for tourism. Tourism and Hospitality Planning & Development Vol. 3, No. 2, , August Mieczkowski. (1985). The Tourism Climatic Index: A Method of Evaluating World Climates for Tourism. The Canadian Geographer 29: Sandy, I. M. (1987). Iklim Regional Indonesia. Jakarta: Jurusan Geografi FMIPA Universitas Indonesia. Scott D., & McBoyle G. (2001). Using a tourism climate index to examine the implications of climate change for climate as a tourism resource.

TINGKAT KENYAMANAN IKLIM DI PULAU BALI BERDASARKAN TOURISM CLIMATE INDEX

TINGKAT KENYAMANAN IKLIM DI PULAU BALI BERDASARKAN TOURISM CLIMATE INDEX TINGKAT KENYAMANAN IKLIM DI PULAU BALI BERDASARKAN TOURISM CLIMATE INDEX La Rose Zata Dini 1, Sobirin 2 1 Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424 E-mail : larosezd@gmail.com 2 Geografi, FMIPA,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah. Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11 BAB II IKLIM Climate Berau Dalam Angka 2013 Page 11 Beraua dalam Angka 2013 Page 12 Kondisi iklim di Berau sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di Samudra Pasifik. Secara umum iklim akan dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini. KATA PENGANTAR Penyajian Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 di Provinsi Sumatera Selatan ditujukan untuk memberi informasi kepada masyarakat, disamping publikasi buletin agrometeorologi, analisis dan prakiraan

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon,

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Agroklimat Wilayah Penelitian Dari hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukan bahwa tanah pada lokasi penelitian kekurangan unsur hara

Lebih terperinci

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi). 1. Klasifikasi Iklim MOHR (1933) Klasifikasi iklim di Indonesia yang didasrakan curah hujan agaknya di ajukan oleh Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Propinsi Banten dan DKI Jakarta BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh : Sri Harjanti W, 0606071834 PENDAHULUAN Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan wilayah tata air dan ekosistem yang di dalamnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

Lebih terperinci

BAB IV UJI KELAYAKAN PANTAI UJUNGNEGORO KABUPATEN BATANG SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. UJI KELAYAKAN BERDASARKAN KONDISI GEOGRAFIS

BAB IV UJI KELAYAKAN PANTAI UJUNGNEGORO KABUPATEN BATANG SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. UJI KELAYAKAN BERDASARKAN KONDISI GEOGRAFIS BAB IV UJI KELAYAKAN PANTAI UJUNGNEGORO KABUPATEN BATANG SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. UJI KELAYAKAN BERDASARKAN KONDISI GEOGRAFIS Seperti yang telah dijelaskan pada bab II, bahwa tempat yang layak

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Curah Hujan DAS Brantas Data curah hujan di DAS Brantas merupakan data curah hujan harian, dimana curah hujan harian berasal dari stasiun-stasiun curah hujan yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016 B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA PARIWISATA DKI JAKARTA No. 48/11/31/Th. XV, 1 November 2013 JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 207.723 KUNJUNGAN Jumlah kunjungan wisatawan

Lebih terperinci

Figur Data Kota Surakarta

Figur Data Kota Surakarta KEADAAN GEOGRAFI Geographycal Situation Figur Data Kota Surakarta 2014 1 Kota Surakarta terletak antara 110 45 15 dan 110 45 35 Bujur Timur dan antara 7 36 dan 7 56 Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Press Release BMKG Jakarta, 12 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 2 BMKG A F R I C A A S I A 3 Proses EL NINO, DIPOLE MODE 2 1 1963 1972 1982 1997 1 2 3 EL NINO / LA NINA SUHU PERAIRAN

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG 1. TINJAUAN UMUM 1.1.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.48/08/35/Th. X, 1 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI Selama bulan Juni jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013 5 Jan Jul 2 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.49/8/35/Th. XI, 1 Agustus 213 PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 213 Selama bulan Juni 213 jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK hotel berbintang di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.62/10/35/Th. X, 1 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS Selama bulan Agustus jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp. (021) 7353018, Fax: (021) 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS KENYAMANAN IKLIM (Studi Kasus: Taman Wisata Jatim Park 2 dan Karangkates) RIDWAN FAIZAL ASEP KURNIA

ANALISIS INDEKS KENYAMANAN IKLIM (Studi Kasus: Taman Wisata Jatim Park 2 dan Karangkates) RIDWAN FAIZAL ASEP KURNIA ANALISIS INDEKS KENYAMANAN IKLIM (Studi Kasus: Taman Wisata Jatim Park 2 dan Karangkates) RIDWAN FAIZAL ASEP KURNIA DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor. Jika plot peluang dan plot kuantil-kuantil membentuk garis lurus atau linier maka dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi (Mallor et al. 2009). Tingkat Pengembalian Dalam praktik, besaran atau

Lebih terperinci

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ; 5 yang telah tersedia di dalam model Climex. 3.3.3 Penentuan Input Iklim untuk model Climex Compare Location memiliki 2 input file yaitu data letak geografis (.LOC) dan data iklim rata-rata bulanan Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.57/09/35/Th. X, 3 September PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI Selama bulan Juli jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang jatuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

Data Iklim Rata-Rata Bulanan di Wilayah Penelitian Bulan Curah Hujan (mm)*) Suhu ( C)*)

Data Iklim Rata-Rata Bulanan di Wilayah Penelitian Bulan Curah Hujan (mm)*) Suhu ( C)*) LAMPIRAN 9 Lampiran 1. Tabel Iklim Kawasan GKC Data Iklim RataRata Bulanan di Wilayah Penelitian Bulan Curah Hujan (mm)*) Hari Hujan (Hari)*) Suhu ( C)*) Kelembaban relatif udara (%)*) Lama Penyinaran

Lebih terperinci

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid Nomor, April 205 ISSN 858-330X ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Studi PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Untuk mencapai PDAM Subang dapat ditempuh melalui darat

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) Rahmanita Lestari, Nurul Hidayah, dan Ambar Asmoro Fakultas Geografi UMS E-mail: rahmanovic1993@gmail.com

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TANJUNGPINANG PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA TANJUNGPINANG SEPTEMBER 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Tanjungpinang pada bulan 2016 mencapai

Lebih terperinci

KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE

KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE 2005 2013 Herin Hutri Istyarini 1), Sri Cahyo Wahyono 1), Ninis

Lebih terperinci

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.47/10/31/Th. XVII, 01 Oktober 2015 PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 MENCAPAI 258.916 KUNJUNGAN Jumlah kunjungan wisatawan

Lebih terperinci

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th. X, 1 Agustus 2008 PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN JUNI 2008 MENCAPAI 126.063 KUNJUNGAN Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH 16 BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat 0,88340 o LU- 122,8850 o BT, berada pada ketinggian 0-500 m dpl (Gambar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM DESEMBER 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATAM No. 05/02/2171/Th. IV, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM DESEMBER 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Batam pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2009

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 159/02/21/Th. V, 1 Februari 2010 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus 2017

Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus 2017 Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus No. 65/10/35/Th. XV, 2 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus Jumlah Wisman di Jawa Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 11/02/21/Th. XI, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG OUTLINE I. GEMPABUMI TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI (25 - oktober 2010); Komponen Tsunami Warning System (TWS) : Komponen Structure : oleh

Lebih terperinci

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA PARIWISATA DKI JAKARTA No. 07/02/31/Th. XVI, 3 Februari 2014 JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN DESEMBER 2013 MENCAPAI 194.499 KUNJUNGAN Jumlah kunjungan wisatawan

Lebih terperinci

SURVEY PENJUALAN ECERAN

SURVEY PENJUALAN ECERAN SURVEY PENJUALAN ECERAN September Indeks riil penjualan eceran pada September mengalami penurunan Harga-harga umum diperkirakan meningkat dan tingkat suku bunga kredit diperkirakan relatif stabil Perkembangan

Lebih terperinci

PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN JUNI 2009 MENCAPAI KUNJUNGAN

PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN JUNI 2009 MENCAPAI KUNJUNGAN BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 29/08/31/Th. XI, 3 Agustus 2009 PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN JUNI 2009 MENCAPAI 130.683 KUNJUNGAN Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara

Lebih terperinci

6 EVALUASI SKILL MODEL

6 EVALUASI SKILL MODEL 6 EVALUASI SKILL MODEL Pendahuluan Evaluasi model selain dilakukan dengan mengetahui nilai korelasi dan nilai RMSEP juga dilakukan dengan Relative Operating Characteristics (ROC). ROC merupakan metode

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

MASYARAKAT BABEL CUKUP OPTIMIS TERHADAP KONDISI EKONOMI SAAT INI

MASYARAKAT BABEL CUKUP OPTIMIS TERHADAP KONDISI EKONOMI SAAT INI Suplemen 2 MASYARAKAT BABEL CUKUP OPTIMIS TERHADAP KONDISI EKONOMI SAAT INI I. Kondisi Umum Optimisme Konsumen Pangkalpinang selama triwulan I 2008 secara umum meningkat dibanding dengan triwulan IV -

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Studi Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah Utara ke arah Selatan dan bermuara pada sungai Serayu di daerah Patikraja dengan

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali. 4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah No. 10/11/62/Th. XI, 1 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah Selama September 2017, TPK Hotel Berbintang Sebesar 58,44 persen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.Neraca Air Lahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai evapotranspirasi dihitung berdasarkan persamaan (Penman 1948). Tabel 1. Hubungan antara rata-rata curah hujan efektif dengan evapotranspirasi Bulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 Nop-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak 13 Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 1 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak TAHUN PERIODE JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER 25 I 11 46 38 72 188 116 144 16 217

Lebih terperinci

Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate

Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate Statistika, Vol. 13 No. 1, 7 16 Mei 2013 Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate Stasiun Meteorologi Depati Amir, Pangkalpinang Email: akhmad.fadholi@bmkg.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak dan kondisi Geografis a. Batas Administrasi Daerah Secara geografis Kabupaten Magetan terletak pada 7 o 38` 30 LS dan 111

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi data Tahap pertama dalam pembentukan model VAR adalah melakukan eksplorasi data untuk melihat perilaku data dari semua peubah yang akan dimasukkan dalam model. Eksplorasi

Lebih terperinci

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/07/31/Th. X, 1 Juli 2008 PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN MEI 2008 MENCAPAI 128.772 KUNJUNGAN Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.205/10/21/Th. V, 1 Oktober PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum El Nino El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi

Lebih terperinci

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.43/09/31/Th. XVII, 01 September 2015 PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN JULI 2015 MENCAPAI 179.825 KUNJUNGAN Jumlah kunjungan wisatawan

Lebih terperinci

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISUSUN OLEH : Nama : Winda Novita Sari Br Ginting Nim : 317331050 Kelas : B Jurusan : Pendidikan Geografi PEDIDIKAN

Lebih terperinci

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang. Letak Kabupaten Majalengka secara geografis di bagian Timur Provinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 108 0 03-108 0 19 Bujur Timur, Sebelah Timur 108 0 12-108 0 25 Bujur Timur, Sebelah Utara antara

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT Ida sartika Nuraini 1), Nurdeka Hidayanto 2), Wandayantolis 3) Stasiun Klimatologi Kelas II Mempawah Kalimantan Barat sartikanuraini@gmail.com, nurdeka.hidayanto@gmail.com,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/01/81/Th. VIII, 3 Januari 2017 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU NOVEMBER TPK HOTEL BINTANG NOVEMBER MENCAPAI 38,23 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI

ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI Analisis Debit DI Daerah Aliran Sungai Batanghari Propinsi Jambi (Tikno) 11 ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI Sunu Tikno 1 INTISARI Ketersediaan data debit (aliran sungai)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012 I. TOTAL SIMPANAN NASABAH PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012 Total pada bulan April 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp14,48 Triliun dibandingkan dengan total pada bulan Maret 2012 sehingga

Lebih terperinci

PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN MARET 2009 MENCAPAI KUNJUNGAN

PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN MARET 2009 MENCAPAI KUNJUNGAN BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 17/05/31/Th. XI, 1 Mei 2009 PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN MARET 2009 MENCAPAI 127.307 KUNJUNGAN Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP 1 KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 di Propinsi Bali merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi Negara Bali. Prakiraan Awal

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATAM No. 11/04/2171/Th. IV, 1 April 2016 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM FEBRUARI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Batam pada bulan

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur http://lasiana.ntt.bmkg.go.id/publikasi/prakiraanmusim-ntt/ Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER 2009

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 03/01/Th. XIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana

Lebih terperinci