VIII. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VIII. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut :"

Transkripsi

1 VIII. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kejadian kekeringan di Kabupaten Indramayu merupakan penyebab utama (79.8%) gagal panen selain OPT (15.6%) dan banjir (5.6%). Kekeringan bisa berlangsung selama 1-8 bulan. Petani mengalami kekeringan yang paling sering adalah selama 6 bulan (32%). Bulan Juni merupakan bulan dimana petani paling sering mengalami kekeringan (32.2%). Puncak kekeringan pada umumnya terjadi pada musim Gadu yaitu Bulan Juni- Agustus. 2. Berdasarkan data kekeringan periode Agustus 2005-September 2011, sebaran rata-rata luas kekeringan per kecamatan dari 31 Kecamatan di Kabupaten Indramayu adalah 26 Ha sampai dengan 1602,5 Ha, dengan rata-rata 406 Ha, dengan jumlah kejadian kekeringan berkisar antara 1-9 kejadian dan rata-rata 4 kejadian kekeringan. 3. Klasifikasi tingkat endemik kekeringan menghasilkan 4 kelompok, yaitu : wilayah kecamatan dengan tingkat endemik kekeringan tinggi, agak tinggi, agak rendah dan rendah. Wilayah dengan tingkat endemik tinggi meliputi Kecamatan : Cikedung, Gabuswetan, Indramayu, Kandanghaur, Kedokan Bunder, Krangkeng, Lelea, Lohbener, Losarang dan Sliyeg. Wilayah endemik agak tinggi, antara lain Kecamatan : Juntinyuat, Kroya dan Terisi. Wilayah endemik agak rendah, yaitu Kecamatan Balongan, Cantigi, Gantar, Haurgeulis, Sukagumiwang, Sukra dan Tukdana. Wilayah dengan endemik rendah terhadap kekeringan, yaitu Kecamatan : Anjatan, Arahan, Bangodua, Bongas, Jatibarang, Karangampel, Kertasemaya, Pasekan, Patrol, Sindang dan Widasari. 4. Peta endemik kekeringan, karakteristik khusus dan diskripsi wilayah dapat dijadikan dasar dalam memberikan pilihan teknologi pengelolaan risiko iklim untuk meminimalkan risiko kekeringan.

2 Dalam konteks asuransi indeks iklim, peran stasiun hujan sangat penting sebagai sumber data untuk penentuan indeks hujan. Cakupan wilayah yang bisa diwakili oleh suatu indeks yang ditetapkan berdasarkan metode Fuzzy Similiry (FS) menghasilkan sebaran yang beragam. 6. Untuk stasiun referensi Cikedung, nilai FS berkisar antara dengan rata-rata Wilayah yang bisa diwakili oleh stasiun Cikedung adalah sekitar 7.7% dari total 41 stasiun hujan di Kabupaten Indramayu, yaitu Losarang, Sliyeg dan Jatibarang, dengan nilai FS berturut-turut adalah 0.49, 0.46 dan Untuk stasiun referensi Lelea, nilai FS antara dengan rata-rata Wilayah yang bisa diwakili sekitar 10.3%, yaitu Bangodua, Gabus Wetan, Jatibarang dan Krangkeng. Untuk stasiun referensi Terisi, nilai FS sebagian besar lebih dari 0.5. Nilai FS berkisar 0.04 hingga 0.84, dengan rata-rata Wilayah yang bisa diwakili oleh stasiun Terisi 53.8%, yaitu Bongas, Widasari, Balongan, Sukra, Kroya, Cantigi, Arahan, Gantar, Sukagumiwang, Kedokan Bunder, Patrol, Pasekan, Tukdana, Bugel, Cigugur, Wanguk, Leuweungsemut, Karangasem, Cipancuh, Tamiang dan Bantarhuni.Untuk stasiun referensi Kandanghaur nilai FS antara hingga 0.41, dengan rata-rata Wilayah yang bisa diwakili sangat kecil dibandingkan stasiun referensi lainnya, yaitu Kertasemaya. 7. Petani di lokasi penelitian didominasi oleh usia produktif (15-55 tahun) dalam melaksanakan usahataninya (71.3%). Pendidikan responden sebagian besar (49%) tamatan SD. Lahan yang dimiliki sebagian besar petani (40%) adalah seluas Ha. Pola tanam dominan adalah padipadi-bera. Fluktuasi produksi padi pada MH di lahan irigasi ujung rata-rata sekitar 6 ton/ha dan pada lahan tadah hujan sekitar 5 ton/ha. Pada MK di lahan irigasi ujung produksinya sekitar 4 ton/ha dan pada tadah hujan 3 ton/ha. Tipe petani yang paling banyak dijumpai adalah petani yang masih mengeluarkan biaya input rendah dan produksi juga relatif rendah (tipe 3). 8. Pada MH di lahan irigasi ujung, rata-rata biaya input yang dikeluarkan petani adalah Rp. 9 juta/ha (MH) dan Rp. 8.9 juta/ha (MK). Pada lahan

3 160 tadah hujan sebesar Rp. 8.7 juta/ha (MH) dan Rp. 7.9 juta/ha (MK). Analisis usahatani pada MH menghasilkan R/C 0.9 hingga 3.4, dengan rata-rata 2.1. Pada MK 0.6 hingga 3.2 dengan rata-rata 1.8. Nilai B/C pada MH berkisar antara hingga 2.37, dengan rata-rata 1.1, dan pada MK diperoleh kisaran nilai B/C hingga 2.15 dengan rata-rata Artinya secara ekonomi usahatani padi di lokasi penelitian masih menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Namun keuntungan ini belum diikuti oleh kebiasaan menabung hasil panennya. 9. Pemberian wacana tentang Asuransi Indeks Iklim disambut baik oleh petani. Sebagian besar petani (82.5%) bersedia atau sanggup membayar premi, dengan besaran yang bervariasi. Kesanggupan petani membayar premi yang paling dominan adalah ribu rupiah per musim per hektar. Faktor utama yang berpengaruh terhadap WTP adalah jumlah anggota keluarga. 10. Sekitar 68% responden menyatakan asuransi iklim memiliki prospek yang bagus, menarik dan menjanjikan. Lembaga pengelola yang banyak diharapkan responden adalah Bank (52%). Kendala utama yang dikemukakan responden seandainya asuransi dilaksanakan adalah perlunya sosialisasi (32%). 11. Hubungan curah hujan dan produksi padi yang diwakili oleh lokasi Cikedung ditunjukkan oleh nilai R 2 sebesar 0.6 untuk seluruh fase, sedangkan fase 1 sebesar 0.5, fase 2 sebesar 0.3 dan fase 3 sebesar Pengaruh curah hujan setiap fase terhadap keragaman hasil adalah 0.34% (fase 1), 0.43% (fase 2) dan 0.23% (fase 3). Fase 2 memberikan pengaruh yang paling besar terhadap keragaman hasil padi di Cikedung. 13. Pada nilai R/C=1 diperoleh threshold produksi sebesar 2711 kg/ha. Peluang terjadinya threshold<2711 kg/ha selama periode adalah 0.1 hingga 1, dengan periode ulang 1 hingga 10 tahun. 14. Indeks iklim yang diperoleh untuk lokasi Cikedung adalah 183 mm (fase 1), 136 mm (fase 2), 119 mm (fase 3) dan 439 mm untuk seluruh fase pada MK.

4 Saran Peta endemik kekeringan dapat diperbarui dengan data kekeringan terbaru dengan periode yang lebih panjang. Namun mengingat ketersediaan data kekeringan pada tingkat kecamatan tidak mudah untuk diperoleh, maka perlu disarankan kepada pemerintah daerah agar lebih memperhatikan tentang database data serta kontinyuitasnya. Indeks iklim berlaku spesifik untuk setiap lokasi. Peta cakupan wilayah indeks iklim sangat ditentukan oleh sebaran stasiun hujan di suatu wilayah serta kelengkapan data secara runut waktu. Peta ini hanya memberikan gambaran cakupan wilayah seandainya di lokasi yang bersangkutan tidak ada stasiun hujannya. Namun karena asuransi indeks iklim sangat ditentukan oleh nilai indeks iklim yang tersusun sebagai dasar klaim, maka disarankan sedapat mungkin menggunakan atau memasang stasiun hujan yang akurat apabila program asuransi ini akan diaplikasikan. Data dan informasi tentang usahatani padi sangat penting dalam konteks aplikasi asuransi indeks iklim. Survey dan wawancara yang mendalam harus dilakukan sebelum mengaplikasikan program ini. Secara khusus untuk mendapatkan data dan informasi tentang kesediaan membayar (Willingness to Pay) pada tingkat petani disarankan untuk melakukan sosialisasi juga di tingkat penyuluh dan petugas lapangan lainnya agar informasi yang diterima petani lebih lengkap dan tepat sasaran. Pemahaman yang baik tentang program asuransi indeks iklim di tingkat petani akan memberi kemudahan dalam aplikasi lebih lanjut. Indeks iklim yang tersusun merupakan salah satu contoh kasus di Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Indeks iklim ini hanya berlaku spesifik di lokasi Cikedung. Mengingat respon yang cukup baik dari petani maupun pemerintah daerah terhadap program asuransi indeks iklim, maka untuk aplikasi lebih lanjut disarankan untuk melakukan penelitian tentang : 1) kelembagaan untuk pengembangan asuransi indeks iklim, 2) penggunaan indikator yang lain seperti ENSO dan sebagainya untuk penyusunan indeks iklim, dan 3) penggunaan berbagai metode penghitungan indeks iklim untuk risiko banjir, kekeringan dan OPT.

5 162 Untuk pengembangan asuransi pertanian, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian perlu membentuk suatu konsorsium penelitian dan pengembangan Asuransi Pertanian yang melibatkan para pakar, peneliti dan nara sumber lainnya seperti dari perguruan tinggi maupun instansi pemerintah lainnya yang terkait. Keterlibatan semua pihak ini diharapkan dapat memperkaya metodologi maupun jenis-jenis indikator klaim asuransi yang bisa diberikan kepada petani Rekomendasi Pengembangan Asuransi Indeks Iklim Pada Usahatani Berbasis Padi Terjadinya perubahan iklim telah membawa dampak yang cukup besar terhadap produksi pertanian. Semakin meningkatnya kejadian iklim ekstrim merupakan salah satu indikator adanya perubahan iklim. Kejadian iklim ekstrim seringkali membawa bencana dalam bentuk banjir dan kekeringan. Data Direktorat Jenderal Perlindungan Tanaman Pangan menunjukkan bahwa bencana terkait iklim seperti banjir, kekeringan dan hama penyakit, hampir setiap tahun terjadi dengan skala yang berbeda-beda. Selain itu, data OFDA/CRED International Disaster Database yang menyatakan bahwa jumlah kejadian bencana terkait iklim memperlihatkan kecenderungan yang terus meningkat dari tahun 1950 sampai dengan Artinya kejadian iklim ekstrim (termasuk kekeringan) akan selalu terjadi. Berdasar studi di Kabupaten Indramayu, kekeringan merupakan penyebab utama gagal panen. Sekitar 79.8% gagal panen di Kabupaten Indramayu di sebabkan oleh kekeringan. Petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian menerima dampak yang paling besar akibat perubahan iklim. Usaha-usaha yang telah dilakukan petani dalam meminimalkan risiko iklim belum cukup untuk meningkatkan ketahanan petani terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu diperlukan sistim proteksi formal yang diharapkan dapat membantu petani untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. Salah satu bentuk proteksi formal adalah dengan Asuransi indeks iklim. Asuransi indeks iklim merupakan alat manajemen risiko iklim yang relatif baru. Asuransi indeks iklim adalah asuransi yang dihubungkan dengan indeks

6 163 ilmiah (scientific index) seperti curah hujan, suhu, kelembaban atau hasil panen, bukan kerugian aktual. Index iklim sering digunakan untuk pertanian karena adanya korelasi yang kuat antara kejadian iklim dengan kehilangan hasil tanaman. Pada sistem asuransi indeks iklim ini pembayaran dilakukan kepada pemegang polis ketika terpenuhi kondisi cuaca/iklim yang tidak diharapkan yang dinyatakan dalam bentuk indeks iklim tanpa harus ada bukti kegagalan panen. Indeks iklim adalah suatu jumlah yang diperoleh dari hasil perhitungan data cuaca yang tercatat di stasiun cuaca yang dipilih. Untuk mengembangkan asuransi indeks iklim untuk kekeringan, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah penyiapan beberapa komponen seperti kelembagaan, sumberdaya manusia dan peralatan yang digunakan. Dari aspek kelembagaan perlu disiapkan bentuk kelembagaan mulai dari pusat hingga daerah. Untuk aspek sumberdaya manusia, perlu disiapkan sumberdaya manusia yang mampu dan memahami tentang data dan informasi iklim, mampu melakukan analisis terkait dengan informasi iklim, mampu melakukan analisis indeks iklim dan memahami aplikasinya. Oleh karena itu, pada tahap awal pengenalan asuransi indeks iklim, perlu dilakukan pelatihan-pelatihan mulai dari tingkat pusat, pemerintah daerah hingga penyuluh/kelompok tani/petani. Untuk aspek peralatan, pada aplikasi asuransi indeks iklim, indeks dibangun berdasarkan data iklim (curah hujan, suhu, dll). Oleh karena itu, kualitas data sangat mempengaruhi indeks yang dihasilkan. Data yang berkualitas akan dihasilkan oleh peralatan yang baik dan akurat. Terkait dengan peralatan ini, untuk menghindari kesalahan pengamat dan juga moral hazard, maka disarankan untuk menggunakan alat pengamatan hujan otomatis. Apabila tidak tersedia alat tersebut, maka bisa digunakan data satelit seperti yang diaplikasikan oleh IRI melalui project HARITA di Ethiopia. Untuk standart operasional (SOP), maka perlu dirumuskan alur operasional mulai dari pusat hingga tingkat petani. Untuk itu apabila model ini akan diaplikasikan, maka perlu ada suatu penelitian tersendiri yang khusus mengkaji tentang aspek kelembagaan. Secara garis besar, aplikasi asuransi indeks iklim untuk kekeringan, dapat dibagi dalam tahapan, yaitu : 1) pengenalan dan sosialisasi, 2) desain produk, 3)

7 164 aplikasi lapang. Semua tahapan tersebut dilaksanakan seiring dengan penyusunan dan penyempurnaan undang-undang tentang asuransi. Untuk tahap pengenalan dan sosialisasi, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah : 1. Membentuk tim konsorsium penelitian dan pengembangan asuransi pertanian. 2. Mengadakan workshop dan pelatihan-pelatihan mulai tingkat pusat, daerah hingga penyuluh atau kelompok tani. 3. Penyiapan sumberdaya manusia, dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mulai tingkat pusat, daerah hingga penyuluh atau kelompok tani. Bisa juga dilakukan melalui sekolah lapang iklim (SLI) yang sudah berjalan selama ini dengan menambahkan modul tentang asuransi indeks iklim. Tahap desain produk, meliputi : 1. Identifikasi potensi dan kendala (sumberdaya manusia, kelembagaan, dll). 2. Penetapan lokasi (pilot project), yaitu pada suatu wilayah (desa) yang merupakan sentra produksi pangan dan rentan terhadap bencana kekeringan. 3. Pengecekan alat pengamatan hujan 4. Pengumpulan data iklim (curah hujan, suhu udara, radiasi, dll), tanah, tanaman serta data luas dan kejadian kekeringan secara runut waktu. 4. Pemetaan wilayah endemik kekeringan. 5. Survey dan wawancara petani untuk mengetahui karakteristik petani, kelayakan usahataninya (dinyatakan dengan nilai Revenue Cost Ratio, R/C) dan kesediaan membayar (Willingness to Pay, WTP) untuk pembayaran premi asuransi. 6. Penentuan indeks iklim Tahap aplikasi lapang, mencakup : 1. Uji coba polis 2. Penyebaran dan penjelasan polis 3. Umpan balik konsumen 4. Monitoring indeks iklim 5. Perhitungan klaim 6. Pembayaran klaim

8 165 Apabila program asuransi indeks iklim akan diaplikasikan di lapang, maka beberapa instrumen yang harus tersedia adalah : undang-undang atau regulasi, kelembagaan di tingkat pusat dan daerah, pihak bank sebagai mitra, dukungan dana oleh Pemerintah, serta kesiapan sumberdaya manusia (melalui pelatihan dan sosialisasi mulai dari pemerintah daerah hingga ke petani/kelompok tani/gapoktan maupun koperasi. Sosialisasi perlu dilakukan secara mendalam hingga ke tingkat petani. Pengguna diharapkan bisa menilai apakah indeks asuransi akan memberikan manajemen risiko yang efektif. Petani diharapkan mengerti benar bagaimana mekanisme asuransi indeks iklim. Sebagai langkah awal aplikasi lapang, maka disarankan untuk mengambil satu lokasi sebagai proyek percontohan (pilot project). Mengingat penelitian awal tentang asuransi indeks iklim dan hasil-hasil penelitian lainnya yang terkait serta respon petani yang cukup besar, maka Kabupaten Indramayu dapat dijadikan sebagai lokasi percontohan aplikasi asuransi indeks iklim. Untuk aplikasi yang lebih luas secara spasial, tahapan-tahapan tersebut di atas serta metodologinya dapat diterapkan di wilayah lain. Hal yang perlu diperhatikan tentang asuransi indeks iklim ini adalah bahwa polis dibuat cukup sederhana sehingga tidak membutuhan biaya operasioanal yang tinggi. Di sisi lain didalam polis semua harus jelas baik bagi petani maupun pihak yang memberi asuransi. Diperlukan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan (skill) tinggi karena dalam asuransi ini sangat berkaitan dengan ketidakpastian (uncertainty) dan juga peluang. Selain itu, indeks iklim berlaku spesifik pada wilayah yang bersangkutan Penentuan indeks iklim memerlukan data historis iklim yang cukup panjang (minimal 20 tahun) dengan kualitas data yang cukup bagus. Karena indeks iklim sangat ditentukan oleh kualitas data iklim, maka keberadaan stasiun hujan/iklim serta kualitas datanya sangat diutamakan. Untuk jangka panjang, maka stasiun iklim otomatis (Automatic Weather Station, AWS) sangat disarankan untuk digunakan. Hal ini untuk menghindari kesalahan pengamat (human error) maupun moral hazard. Selain itu, AWS tersebut diharapkan juga ditempatkan di wilayah-wilayah yang rawan bencana terkait iklim serta merupakan daerah sentra produksi pangan.

9 166 Sebagai salah satu pilihan dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim, asuransi indeks iklim diharapkan dapat memberikan solusi untuk meningkatkan ketahanan petani padi dalam menghadapi perubahan iklim.

IV. PENETAPAN WILAYAH CAKUPAN INDEKS UNTUK PENERAPAN ASURANSI IKLIM

IV. PENETAPAN WILAYAH CAKUPAN INDEKS UNTUK PENERAPAN ASURANSI IKLIM IV. PENETAPAN WILAYAH CAKUPAN INDEKS UNTUK PENERAPAN ASURANSI IKLIM 4.1. Pendahuluan Ketersediaan data curah hujan dalam jangka panjang secara runut waktu (time series) sangat diperlukan dalam analisis,

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM PADA SISTIM USAHATANI BERBASIS PADI : Potensi dan Tantangan

VII. PEMBAHASAN UMUM PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM PADA SISTIM USAHATANI BERBASIS PADI : Potensi dan Tantangan VII. PEMBAHASAN UMUM PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM PADA SISTIM USAHATANI BERBASIS PADI : Potensi dan Tantangan 7.1. Pendahuluan Perubahan iklim dan dampaknya pada berbagai sektor telah menggungah

Lebih terperinci

Gambar 9 Peta Penutupan Lahan

Gambar 9 Peta Penutupan Lahan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Penutupan lahan didapatkan dari interpretasi citra Landsat wilayah Kabupaten Indramayu tahun 2009. Citra Landsat yang digunakan adalah citra saat musim hujan

Lebih terperinci

III. ANALISIS DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM

III. ANALISIS DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM III. ANALISIS DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM 3.1. Pendahuluan Salah satu indikator terjadinya perubahan iklim adalah semakin meningkatnya kejadian iklim ekstrim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim membawa dampak pada hampir semua aspek kehidupan dan aktivitas ekonomi. Dampak yang dirasakan ada yang bersifat langsung seperti pada sektor pertanian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FUZZY SIMILARITY DALAM PENENTUAN CAKUPAN WILAYAH INDEKS CURAH HUJAN

PENGGUNAAN METODE FUZZY SIMILARITY DALAM PENENTUAN CAKUPAN WILAYAH INDEKS CURAH HUJAN PENGGUNAAN METODE FUZZY SIMILARITY DALAM PENENTUAN CAKUPAN WILAYAH INDEKS CURAH HUJAN USING FUZZY SIMILARITY METHOD FOR DETERMINING COVERAGE RAINFALL INDEX AREAS 1 2 3 1 Woro Estiningtyas, Agus Buono,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN BAB III III.1 Gambaran Umum Kabupaten Indramayu III.1.1 Kondisi Geografis dan Topografi Kabupaten Indramayu berada di wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Secara geografis Kabupaten Indramayu berada pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN Metoda penelitian ini meliputi unsur-unsur: (1) populasi, sampel, dan responden, (2) desain penelitian, (3) data dan instrumentasi, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak 166.527 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak 56 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM

V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM V. ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM 5.1. Pendahuluan Kejadian iklim ekstrim berupa kekeringan membawa dampak yang sangat merugikan bagi petani khususnya pada usahatani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 55 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografis dan Cuaca Kabupaten Indramayu sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.Ibukotanya adalah Indramayu, Indramayu sebagai pusat pemerintahan,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PRODUKSI PADI SERTA PENYUSUNAN INDEKS IKLIM

VI. ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PRODUKSI PADI SERTA PENYUSUNAN INDEKS IKLIM VI. ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PRODUKSI PADI SERTA PENYUSUNAN INDEKS IKLIM 6.1. Pendahuluan Asuransi indeks iklim merupakan salah satu bentuk pendanaan yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL ASURANSI INDEKS IKLIM UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PETANI PADI DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM WORO ESTININGTYAS

PENGEMBANGAN MODEL ASURANSI INDEKS IKLIM UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PETANI PADI DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM WORO ESTININGTYAS PENGEMBANGAN MODEL ASURANSI INDEKS IKLIM UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PETANI PADI DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM WORO ESTININGTYAS SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan Ibu kotanya Indramayu. Kabupaten Indramayu berada pada 6º15 sampai

Lebih terperinci

1* Woro Estiningtyas, Rizaldi Boer, Irsal Las, Agus Buono 1

1* Woro Estiningtyas, Rizaldi Boer, Irsal Las, Agus Buono 1 IDENTIFIKASI DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM DI KABUPATEN INDRAMAYU IDENTIFICATION AND DELINEATION OF DROUGHT AREA FOR CLIMATE RISK MANAGEMENT IN INDRAMAYU DISTRIC

Lebih terperinci

Nomor : 102/SM.120/J.3.7/03/ Maret 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat

Nomor : 102/SM.120/J.3.7/03/ Maret 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat Nomor : 102/SM.120/J.3.7/03/2015 3 Maret 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat Yang terhormat, (Terlampir) Dalam mendukung program Kementerian Pertanian terutama dalam pencapaian

Lebih terperinci

Nomor : 225/SM.120/J.3.7/04/ April 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat

Nomor : 225/SM.120/J.3.7/04/ April 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat Nomor : 225/SM.120/J.3.7/04/2015 2 April 2015 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat Yang terhormat, (Terlampir) Dalam mendukung program Kementerian Pertanian terutama dalam pencapaian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : TAHUN : SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 1996 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : TAHUN : SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 1996 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : TAHUN : SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 1996 T E N T A N G RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Desember 2011, hlm ISSN

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Desember 2011, hlm ISSN Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Desember 2011, hlm. 198-208 ISSN 0853 4217 Vol. 16 No.3 DELINIASI RISIKO IKLIM DAN EVALUASI MODEL HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PRODUKSI PADI DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN ASURANSI

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 29 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografi, dan Iklim Secara geografis wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada koordinat 107 52-108 36 bujur timur dan 6 15-6 40 lintang selatan.

Lebih terperinci

3 PEWILAYAHAN CURAH HUJAN

3 PEWILAYAHAN CURAH HUJAN 3 PEWILAYAHAN CURAH HUJAN Pendahuluan Daerah prakiraan musim (DPM) merupakan daerah dengan tipe hujan yang memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan berdasarkan pola hujan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 73 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Kebijaksanaan Pembangunan Pada Sub-Sektor Perikanan Di Kabupaten Indramayu Sesuai dengan arahan kebijaksanaan pusat dan Provinsi Jawa Barat (Laporan tahunan Dinas

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sedang berupaya menjaga ketahanan pangan Indonesia dengan cara meningkatkan produksi tanaman pangan agar kebutuhan pangan Indonesia tercukupi. Ketidak tersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data Potensi Desa (PODES) 2006, pengambilan datanya dilakukan tahun 2005. Data PODES berisi data tentang keterangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Status dan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu

Lampiran 1. Status dan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu Lampiran 1. Status dan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu No. Kecamatan Status Nelayan Jumlah Pemilik (RTP) Buruh (RTP) 1. Haurgeulis 0 0 0 2. Gantar 0 0 0 3. Kroya 0 0 0 4. Gabuswetan 0 0 0 5. Cikedung

Lebih terperinci

Analisis Potensi Banjir di Sawah Menggunakan... (Nur Febrianti et al.)

Analisis Potensi Banjir di Sawah Menggunakan... (Nur Febrianti et al.) ANALISIS POTENSI BANJIR DI SAWAH MENGGUNAKAN DATA MODIS DAN TRMM (STUDI KASUS KABUPATEN INDRAMAYU) (ANALYSIS OF POTENTIAL FLOOD IN PADDY FIELD USING MODIS AND TRMM DATA (CASE STUDY: INDRAMAYU DISTRICTS))

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

LAMPIRAN - LAMPIRAN. Wawancara dengan Bapak Sahat M. Pasaribu selaku Kelompok Kerja Asuransi Pertanian.

LAMPIRAN - LAMPIRAN. Wawancara dengan Bapak Sahat M. Pasaribu selaku Kelompok Kerja Asuransi Pertanian. LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 Analisis Wawancara Wawancara dengan Bapak Sahat M. Pasaribu selaku Kelompok Kerja Asuransi Pertanian. Apa yang menjadi kendala dalam menerapkan asuransi pertanian? Dalam

Lebih terperinci

4 MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS (VARX)

4 MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS (VARX) 4 MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS (VARX) Pendahuluan Beberapa penelitian curah hujan dengan satu lokasi curah hujan (tunggal) dengan model ARIMA telah dilakukan, di antaranya oleh Mauluddiyanto (2008)

Lebih terperinci

PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Ari Shobri B 1), Septiadi Padmadisastra 2), Sri Winarni 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

Lampiran K Tabel Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Produksi Padi Tahun 1998

Lampiran K Tabel Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Produksi Padi Tahun 1998 105 Lampiran K Tabel Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Produksi Padi Tahun 1998 No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Sawah (Ha) 1998 Jumlah Produksi Padi (Ton) KAB. BEKASI 1 Babelan 98.136 4.751,57

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI 125 VII. PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI 7.1. Pendahuluan Salah satu informasi yang dirasakan sangat penting dalam kaitan dengan penjadwalan penanaman petani adalah

Lebih terperinci

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN 5.. Penjelasan Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN REF S/D 3 DESEMBER 04 5. - A PENDAPATAN,530,737,967,000.00,578,54,65,554.00 0.88,,308,065,74.00 Realisasi pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU Menimbang : a.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 kemudian akan digunakan untuk menduga sebaran keuntungan/kerugian kotor (gross margin) pada tiga kondisi (El Niño, dan ). Indikator ENSO yang digunakan dalam analisis ini adalah fase SOI. Keuntungan/kerugian

Lebih terperinci

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Yohanes Andika Tj. 2013110060 Al Faisal Mulk 2013110067 M. Ibnu Haris 2014110011 Abstrak Kebijakan asuransi

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN PENGAMATAN CUACA DAN PENGELOLAAN DATA IKLIM MELALUI AUTOMATIC WEATHER STATION (AWS) TELEMETRI UNTUK PEMANTAUAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PERKEBUNAN BBP2TP SURABAYA - Latitude 7 34'2.85"S dan

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dalam penelitian ini telah dilakukan suatu rangkaian penelitian yang mencakup analisis pewilayahan hujan, penyusunan model prediksi curah hujan, serta pemanfaatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Kelompok Tani Di Kelurahan Ngestiharjo Wates Kulon Progo

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Kelompok Tani Di Kelurahan Ngestiharjo Wates Kulon Progo V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok Tani Di Kelurahan Ngestiharjo Wates Kulon Progo 1. Kelompok Tani Ngesti Utomo I Kelompok Tani Ngesti Utomo I berdiri pada tahun 1998, yang berlokasi di Dusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS IV.1 Uji Sensitifitas Model Uji sensitifitas dilakukan dengan menggunakan 3 parameter masukan, yaitu angin (wind), kekasaran dasar laut (bottom roughness), serta langkah waktu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017 Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA Volume 7, Agustus 2017 IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN April - Juni 2017 Rendahnya kejadian kebakaran hutan Musim panen utama padi dan jagung lebih tinggi dari

Lebih terperinci

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC) 1234567 89111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian... (Murdaningsih, et al.) ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DI KABUPATEN INDRAMAYU (Spatial

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan resiko usaha tani. Asuransi

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan resiko usaha tani. Asuransi II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Asuransi Usaha Tani a. Prinsip Asuransi Asuransi pertanian adalah suatu perjanjian antara petani dan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi sebagian besar negara dengan kategori sedang berkembang. Hal ini dikarenakan sebagian besar negara

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN Oleh : Sumaryanto Muhammad H. Sawit Bambang Irawan Adi Setiyanto Jefferson Situmorang Muhammad Suryadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Global warming merupakan isu lingkungan terbesar dalam kurun waktu terakhir. Jumlah polutan di bumi yang terus bertambah merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Citra MODIS Terra/Aqua Jawa 24 Terkoreksi Radiometrik Data CH Koreksi Geometrik Bogor & Indramayu Malang *) & Surabaya *) Eo Lapang Regresi Vs Lapang Regeresi MODIS Vs lapang Hubungan dengan Kekeringan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN 0 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No.6 Telp.(022) Fax.(022) , Bandung 40171

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No.6 Telp.(022) Fax.(022) , Bandung 40171 PEMERINTAH DAERAH PROVINSAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No.6 Telp.(022)4264813 Fax.(022)4264881, Bandung 40171 Instrumen Pengajuan Pembuatan Komunitas Guru Form berikut digunakan u/ pengajuan

Lebih terperinci

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani Oleh : Made Dwi Jendra Putra, M.Si (PMG Muda Balai Besar MKG III) Abstrak Pertengahan tahun ini pemberitaan media cetak maupun elektronik dihiasi oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. 28 Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. Pendahuluan Kebutuhan benih bermutu untuk produksi tanaman pangan dan perkebunan relatif tinggi seiring dengan tujuan produksi yang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diskripsi Varietas Padi Ciherang

Lampiran 1. Diskripsi Varietas Padi Ciherang L A M P I R A N 178 Lampiran 1. Diskripsi Varietas Padi Ciherang Lampiran 2. Diskripsi Varietas Padi IR 64 179 180 Lampiran 3. Peta administrasi dan plot stasiun hujan Kabupaten Indramayu S U B A N G CIREBON

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS ASPEK PENGENDALIAN

BAB V ANALISIS ASPEK PENGENDALIAN 5-1 BAB V ANALISIS ASPEK PENGENDALIAN Dalam RTRW Propinsi Jawa Barat salah satu substansi pokok dalam rencana pola pemanfaatan ruang adalah mempertahankan keberadaan sawah teknis. Seperti yang telah diketahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang amat subur sehingga tidak dapat dipungkiri lagi sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Data dalam Badan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan LAMPIRAN 167 Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 16 TAHUN : 1997 SERI : B.1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 25 TAHUN 1996

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 16 TAHUN : 1997 SERI : B.1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 25 TAHUN 1996 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 16 TAHUN : 1997 SERI : B.1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 25 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DALAM RANGKA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang terus tumbuh berimplikasi pada meningkatnya jumlah kebutuhan bahan pangan. Semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan produksi petani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN II. UJICOBA ASURANSI PERTANIAN:

PENDAHULUAN II. UJICOBA ASURANSI PERTANIAN: Isu Aktual OUTLINE I. PENDAHULUAN II. UJICOBA ASURANSI PERTANIAN: ASURANSI USAHATANI PADI (AUTP) DAN TERNAK SAPI (ATS) III. PROGRAM BANTUAN PREMI ASURANSI: UJICOBA ASURANSI USAHATANI PADI (AUTP) Fitur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu contoh Industri Keuangan Non Bank dimana asuransi terbagi menjadi dua jenis yaitu asuransi jiwa (life insurance) dan asuransi umum atau asuransi non jiwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Wilayah dan Potensi Kabupaten Indramayu 1. Geografi SecarageografisKabupatenIndramayuterletakpada 107 o 52 108 o 36 BujurTimurdan6 o 15 6 o 40 Lintang Selatan dengan batas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak krisis pangan. Tanaman pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 1 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 1 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 1 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN PASEKAN, TUKDANA,PATROL DAN PENATAAN KECAMATAN-KECAMATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No. 22/03/51/Th. IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 2,74 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERATURAN DALAM MENGENDALIKAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN

EFEKTIVITAS PERATURAN DALAM MENGENDALIKAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN EFEKTIVITAS PERATURAN DALAM MENGENDALIKAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN Bambang Sayaka dan Herlina Tarigan Konversi lahan pertanian untuk penggunaan non-pertanian terus terjadi seiring berlangsungnya pembangunan

Lebih terperinci

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat. 11 yang akan datang, yang cenderung mengalami perubahan dilakukan dengan memanfaatkan keluaran model iklim. Hasil antara kondisi iklim saat ini dan yang akan datang dilakukan analisis dan kemudian dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

7. EVALUASI ZONA PRAKIRAAN IKLIM (ZPI) BMG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS KELOMPOK

7. EVALUASI ZONA PRAKIRAAN IKLIM (ZPI) BMG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS KELOMPOK 7. EVALUASI ZONA PRAKIRAAN IKLIM (ZPI) BMG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS KELOMPOK 7. Pendahuluan Banyak penelitian klimatologi yang bertujuan membuat kelompok stasiun/wilayah perkiraan iklim. Penggunaan data

Lebih terperinci

VII. STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI KABUPATEN INDRAMAYU

VII. STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI KABUPATEN INDRAMAYU VII. STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI KABUPATEN INDRAMAYU 7.1 Visi dan Misi Kabupaten Indramayu Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat Pemerintah Kabupaten Indramayu mempunyai rumusan visi, misi dan

Lebih terperinci

V. PENYUSUNAN MODEL PREDIKSI CURAH HUJAN BERDASARKAN FENOMENA ENSO DAN IOD UNTUK MENENTUKAN RENCANA TANAM

V. PENYUSUNAN MODEL PREDIKSI CURAH HUJAN BERDASARKAN FENOMENA ENSO DAN IOD UNTUK MENENTUKAN RENCANA TANAM V. PENYUSUNAN MODEL PREDIKSI CURAH HUJAN BERDASARKAN FENOMENA ENSO DAN IOD UNTUK MENENTUKAN RENCANA TANAM 5.1. Pendahuluan Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang mempunyai variabilitas dan fluktuasi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN Oleh : Sumaryanto Sugiarto Muhammad Suryadi PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : ISBN :

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : ISBN : Hal : 62 76 ISBN : 978-602-8853-29-3 KERENTANAN DAN RISIKO PENURUNAN PRODUKSI TANAMAN PADI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT (Vulnerability and Risks of the Decline in Rice Production

Lebih terperinci

KABUPATEN INDRAMAYU [3212]

KABUPATEN INDRAMAYU [3212] KABUPATEN INDRAMAYU [3212] 1 Kode Kecamatan Dan Nama Kecamatan No Kode Nama Kecamatan 1. 3212010 HAURGEULIS 2. 3212011 GANTAR 3. 3212020 KROYA 4. 3212030 GABUSWETAN 5. 3212040 CIKEDUNG 6. 3212041 TERISI

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM 141 VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM Persoalan mendasar sektor pertanian menurut Tim Penyusun Road Map (2010) diantaranya adalah meningkatnya

Lebih terperinci

VI. DAFTAR PUSTAKA. IDE2_35 ind laplengkap RUT2003.pdf. [25 Maret 2008]

VI. DAFTAR PUSTAKA. IDE2_35 ind laplengkap RUT2003.pdf. [25 Maret 2008] VI. DAFTAR PUSTAKA Aldrian E dan Susanto RD. 2003. Identification of Three Dominant rainfall Regions within Indonesia and their Relationship to Sea Surface Temperature, Intl. J. Climatol, 23: 1435-1452.

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SISTEM POMPANISASI PADA KELOMPOK TANI NYI ENDANG DARMA DESA PENGANJANG KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM

SISTEM POMPANISASI PADA KELOMPOK TANI NYI ENDANG DARMA DESA PENGANJANG KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa, L) DENGAN SISTEM POMPANISASI PADA KELOMPOK TANI NYI ENDANG DARMA DESA PENGANJANG KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM 2015 Oleh: Iskandar dan Pandu

Lebih terperinci