I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Benny Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan pembangunan dan global governance pada abad ke 21, dampaknya terhadap pengelolaan sektor pertanian dan sumberdaya alam berpotensi ancaman terhadap ketahanan pangan di negara-negara Afrika, Asia dan Amerika Latin, (Adiyoga et al., 2012:2). Ditambahkan dalam Nurdin (2011:3), bahwa perubahan iklim terjadi karena beberapa unsur iklim yang intensitasnya menyimpang dari kondisi biasanya menuju ke arah tertentu. Disebutkan lagi dalam Dipkominfo (2011:7), komponen iklim yang biasa dijadikan ukuran untuk menilai perubahannya yaitu suhu, curah hujan, kelembaban, evaporasi, arah dan kecepatan angin, serta per-awan-an. Iklim memiliki sifat yang dinamis, sehingga hal tersebut menyebabkan variabilitas dan perubahan telah mulai terjadi di beberapa tempat. Iklim berubah dalam periode waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan cuaca, biasanya dalam jangka waktu lebih dari sama dengan 10 tahunan. Dinamika ini semakin dipercepat dengan adanya pemanasan global (global warming) sebagai akibat dari berbagai kegiatan manusia yang pada akhirnya juga mempengaruhi banyak aspek kehidupan. Menurut Deptan (2007:3), pemanasan global/ global warming telah mengubah kondisi iklim global, regional dan lokal. Ditambahkan dalam Nurdin (2011:1), bahwa perubahan iklim (climate changes) merupakan salah satu fenomena alam dimana terjadi perubahan nilai unsur-unsur iklim baik secara alamiah maupun yang dipercepat akibat aktifitas manusia di muka bumi ini. Iklim masa mendatang akan terus bervariasi, dan dalam kurun waktu 50 hingga 100 tahun ke depan akan terjadi pemanasan yang terus meningkat disebabkan oleh bertambahnya karbondioksida (emisi gas akibat aktivitas manusia), (Thewartha dan Lyle, 1995:797). Perubahan iklim lebih rentan dihadapi negara-negara yang sedang berkembang dibanding negara-negara maju, (Adiyoga et al., 2012:2). Indonesia 1
2 2 menjadi salah satu negara yang menghadapi permasalahan ini. Perubahan iklim di Indonesia seringkali diartikan sebagai datangnya musim kemarau ataupun musim penghujan yang berkepanjangan. El Nino sering kali dianggap sebagai salah satu pemicu kemarau, kejadian tersebut disebabkan karena naiknya suhu udara di kawasan Asia Pasifik (Bustanil Arifin dalam DRD, 2011:3). Ditambahkan dalam Dipkominfo (2011:11), kebalikan dari fenomena itu disebut La Nina, dimana peristiwanya ditandai dengan suhu muka laut yang negatif di kawasan Ekuator Pasifik Tengah, sedangkan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia disebut Dipole Mode yang berpengaruh pada curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat, serta masih banyak kejadian lain sebagai penyebab anomali iklim di Negara kita. Perubahan iklim memberikan daftar panjang mengenai dampak yang ditimbulkan dalam banyak aspek kehidupan manusia, seperti perekonomian, pariwisata, ketahanan negara dan sektor pertanian. Sector pertanian merupakan salah satu yang paling rentan. Dampak utamanya adalah terhadap ketahanan pangan yang secara runtut mempengaruhi hampir keseluruhan proses ketersediaannya. Disebutkan dalam Deptan (2011:4), bahwa pengaruh perubahan pada sektor ini bersifat multidimensional, mulai dari sumberdaya, infrastruktur pertanian, dan sistem produksi pertanian, hingga aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Salah satu tanaman pangan yang mengalami gangguan produksi akibat perubahan iklim ekstrim adalah padi sawah. Kejadian-kejadian di atas berpengaruh pada produksi padi sawah, karena keadaan atmosfer bumi yang dibutuhkan telah mengalami penyimpangan dari keadaan normalnya. Penyimpangan tersebut mempengaruhi berbagai hal diantaranya volume ekspor dan impor komoditi, perubahan pola dan musim tanam, perubahan frekuensi dan intensitas serangan hama dan penyakit tanaman. Menurut Deptan (2011:10), tanaman pangan merupakan yang paling rentan terhadap perubahan pola curah hujan, karena tanaman pangan umumnya merupakan tanaman semusim yang relatif sensitif terhadap cekaman (kelebihan dan kekurangan)
3 3 air, oleh sebab itu kerentanan tanaman pangan terhadap pola curah hujan akan berimbas pada luas areal tanam dan panen, produktivitas, dan kualitas hasil. Dinyatakan Nurhidayat (2010:11), bahwa hampir semua unsur iklim berpengaruh pada produksi dan pengelolaan budidaya tanaman padi sawah, akan tetapi masing-masing memiliki peran dan dampak yang berbeda. Menurut Maulidah et al. (2012:137), dunia pertanian tidak bisa dipisahkan dari pengaruh cuaca dan iklim, keadaan keduanya terus mengalami perubahan akibat efek pemanasan global, sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi perubahan musim tanam, yang pada akhirnya menurunkan hasil panen. Keadaan yang telah disebutkan tadi akan mempengaruhi pendapatan petani, karena apabila terjadi penurunan hasil produksi yang signifikan maka akan mengakibatkan kenaikan harga yang tidak bisa dihindarkan (hukum permintaan). Perubahan iklim selain berdampak secara global juga berpengaruh secara lokal, hal tersebut menjadi penyebab perlunya dibuat kebijakan-kebijakan. Laporan International Food Policy Research Institute (IFPRI) menyatakan bahwa anomali iklim akan berdampak positif pada beberapa area, namun mayoritas dampaknya adalah negatif, dimana disitu diperkirakan bahwa 30-an tahun yang akan datang harga beras akan terus meningkat dan disebutkan juga bahwa produktivitas beras di beberapa tempat di dunia akan menurun, (IRRI, 2011:1). Ditambahkan oleh (Nurhidayat, 2010:11), bahwa Informasi iklim sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi potensi dan daya dukung wilayah untuk penetapan strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah, seperti pola tanam, cara pengairan, distribusi wilayah agroekologi, dan komoditi. Kebutuhan pangan merupakan hal pokok yang harus dipenuhi manusia demi keberlanjutan hidup. Salah satu yang menjadi bahan makanan baku untuk beberapa penduduk Negara di dunia adalah beras, termasuk Negara Indonesia. Indonesia memiliki mayoritas masyarakat yang sangat bergantung terhadap ketersediaan bahan makanan ini terutama Indonesia bagian barat dan tengah. Menurut Respati (2013:18), di tahun Indonesia menempati urutan ketiga dalam penyediaan beras dunia, mengingat lebih dari 90% penduduk
4 4 Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokoknya, sehingga penyediaan beras Indonesia mencapai 33,56 juta ton atau 9,66% dari total penyediaan beras dunia. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, hal ini menuntut ketersediaan pangan (beras) yang memadai. Upaya pemenuhan permintaan yang terus meningkat tersebut, penyediaan beras terkendala oleh perubahan iklim. Disebutkan dalam Sumaryanto (2012:01), bahwa dampak negatif dari perubahan iklim mencakup aspek biofisik maupun sosial ekonomi dan merupakan salah satu ancaman paling serius terhadap keberlanjutan ketahanan pangan. Ditambahkan lagi dalam Dipkominfo (2011:22), bahwa secara keseluruhan iklim ekstrim menyebabkan penurunan produksi padi meningkat dari yang sebelumnya hanya sebesar 2,4% - 5,0% menjadi lebih dari 10%. Salah satu daerah penyangga pangan nasional adalah Provinsi Jawa Tengah, karena provinsi ini merupakan salah satu pemasok besar kebutuhan beras di Indonesia. Meskipun demikian produktivitas padi sawah di wilayah ini ternyata selalu mengalami perubahan. Datanya ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah menurut Provinsi Jawa Tengah Tahun (keluaran BPS Jateng Tahun 2013) Tahun Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha) Selisih (kw/ha) , ,07 2,19(+) ,72 1,65(+) ,41 0,69 (+) ,84 0,43 (+) ,04 1,80 (-) ,35 3,31 (+) Sumber: Data Sekunder, BPS Jateng 2013 Tabel 1 di atas menyajikan gambaran perubahan produktivitas padi sawah Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2006 hingga 2010 terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, namun dengan besar peningkatannya semakin menurun dari tahun ke tahun. Kemudian di tahun berikutnya ( ) menunjukkan penurunan produktivitas. Gambaran tersebut menunjukkan adanya pengaruh langsung dari jumlah lahan produksi padi sawah yang fluktuatif ditunjang peristiwa perubahan iklim sehingga menyebabkan kemerosotan produktivitas padi sawah tersebut. Sebagaimana yang dipaparkan
5 5 dalam Dipkominfo (2011:22-27), anomali iklim mengurangi jumlah lahan sawah, berdasarkan data BPS alih fungsi lahan tiap tahunnya berkisar 110 ha, sehingga tahun 2011 lahan sawah Indonesia hanya tersisa ha. Dampaknya pada luas serangan hama dan penyakit tanaman padi dilihat pada tahun 2004 tanaman padi yang terserang hama dan penyakit sebesar ha, meningkat menjadi ha tahun 2005 terus meningkat dan hingga tahun 2010 mencapai luas ha. Tahun produksi mengalami peningkatan kembali, hal ini bisa dipastikan bahwa petani provinsi Jawa Tengah memberlakukan upaya adaptasi. Disebutkan dalam Anonim (2013 b :3), petani di Sukoharjo melalui kelompok tani mereka bersama-sama mencari solusi terbaik untuk mengendalikan serangan hama. Contoh solusinya adalah dengan adanya beberapa kelompok tani yang menggunakan predator hama seperti burung hantu untuk mengatasi serangan tikus. Jawa Tengah memiliki 35 kabupaten dan kotamadya yang dari kesemuanya itu memiliki produktivitas padi sawah di atas rata-rata produktivitas padi sawah nasional. Menurut Aprianto 2007, dalam Anonim (2007:1), bahwa rata-rata produktivitas lahan padi sawah nasional adalah 50 kw/ha. Produktivitas dari 35 kabupaten dan kotamadyanya diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa Kabupaten Sukoharjo menduduki urutan pertama dari 35 Kabupaten dan kota lain se-provinsi, gambaran tersebut cukup menunjukkan bahwa tanaman padi sawah sangat diprioritaskan di wilayah kabupaten ini. Hal ini bisa dimungkinkan dalam maraknya isu perubahan iklim yang tidak menentu mengharuskan para petani berpikir dan bekerja keras untuk memecahkan permasalahan tersebut, salah satunya dengan melakukan upaya adaptasi.
6 6 Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah menurut Provinsi Jawa Tengah Tahun Kabupaten/Kota Padi Sawah Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha) 1 Kab. Cilacap ,10 2 Kab. Banyumas ,42 3 Kab. Purbalingga ,30 4 Kab.Banjarnegara ,93 5 Kab. Kebumen ,85 6 Kab. Purworejo ,94 7 Kab. Wonosobo ,53 8 Kab Magelang ,12 9 Kab. Boyolali ,92 10 Kab.Klaten ,41 11 Kab. Sukoharjo ,49 12 Kab. Wonogiri ,16 13 Kab. Karanganyar ,20 14 Kab. Sragen ,06 15 Kab. Grobogan ,62 16 Kab. Blora ,29 17 Kab. Rembang ,03 18 Kab. Pati ,21 19 Kab. Kudus ,60 20 Kab. Jepara ,24 21 Kab. Demak ,43 22 Kab. Semarang ,99 23 Kab. Temanggung ,54 24 Kab.Kendal ,21 25 Kab. Batang ,24 26 Kab. Pekalongan ,03 27 Kab. Pemalang ,47 28 Kab.Tegal ,27 29 Kab. Brebes ,83 30 Kota Magelang ,70 31 Kota Surakarta ,06 32 Kota Salatiga ,28 33 Kota Semarang ,02 34 Kota Pekalongan ,60 35 Kota Tegal ,84 Rata-rata produktivitas 57,83 Sumber: Data Sekunder, BPS Jateng 2013 B. Rumusan Masalah Menurut Menteri Pertanian Anton Aprianto yang menjabat di Tahun 2007, Kabupaten Sukoharjo memiliki luas areal persawahan mencapai hektar dan produktivitas lahannya di atas rata-rata nasional sebesar 50 kuintal per hektar (Anonim, 2007:1). Sekarang luas lahan sawahnya meningkat menjadi sebesar Ha (BPS, 2013:212). Artinya dengan peningkatan lahan sebanyak itu, daerah ini telah mampu meningkatkan produksi padi sawahnya. Hal itu bukan tidak mungkin jika kabupaten ini menjadi salah satu pemasok beras utama dalam negeri. Akan tetapi akhir-akhir ini produktivitas
7 7 padi sawahnya mengalami perubahan setiap tahunnya, seperti data yang disajikan BPS Sukoharjo 2013 dalam Tabel 3. Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah menurut Kabupaten Sukoharjo Tahun Tahun Luas panen Produktivitas Produksi (ton) (ha) (kw/ha) Selisih Produktivitas (+/-) , ,24 0,81kw/ha(+) ,88 4,64kw/ha(+) ,90 0,02kw/ha(+) ,81 0,91kw/ha(+) ,07 8,74kw/ha(-) ,92 3,69 kw/ha (-) ,49 12,21 kw/ha (+) ,47 1,98kw/ha (+) Sumber: Data Sekunder, BPS Sukoharjo Tahun Tabel 3 di atas menyajikan data luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah Kabupaten Sukoharjo dari tahun dengan gambaran perubahan yang fluktuatif. Luas panen yang ditunjukkan juga mengalami fluktuasi. Perubahan jumlah luas panen dapat dipengaruhi oleh kegiatan alih fungsi lahan dan perubahan iklim menjadi salah satu pemicunya baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung contohnya adalah terjadinya perubahan iklim ekstrim yang berakibat kekeringan atau genangan banjir sehingga menyebabkan gagal panen, sedangkan secara tidak langsung karena penyebarluasan serangan hama dan penyakit menyebabkan petani memberokan lahannya atau mengganti padi sawah dengan tanaman yang lain, dan lain sebagainya. Penurunan luas panen secara langsung mengurangi jumlah produksi, dimana terjadi pengurangan jumlah produksi sebesar ton ( ). Penurunan luas lahan dan produksinya berakibat pada penurunan produktivitas padi sawah di wilayah tersebut. Tahun luas panen meningkat sebesar ha dan produksi meningkat sebesar ton, produktivitasnya meningkat sebesar 12,21 kw/ha. Peningkatan ini bisa dijadikan alasan keberhasilan dari adaptasi yang dilakukan para petani menghadapi perubahan iklim yang tidak menentu. Tahun memperlihatkan peningkatan kembali meski angkanya tidak sebesar peningkatan pada tahun sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa
8 8 meskipun upaya adaptasi tetap terus dijalankan namun perkembangannya belum sesuai dengan perubahan iklim yang dinamis. Data luas panen tahun pada tabel 3 di atas menjadi latar belakang penelitian ini, dimana penurun produktivitas padi sawah menjadi salah satu permasalahan yang cukup serius untuk dihadapi pemerintah baik lokal maupun nasional. Kejadian ini memaksa pemerintah untuk berpikir keras untuk mengatasi masalah ini agar pengeluaran tidak semakin membengkak, oleh karena itu perlu adanya analisis mengenai seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap produksi padi sawah dan mempengaruhi pendapatan petani, sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan untuk menghadapi permasalahan ini dengan mengenali seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim terhadap produksi padi sawah dan pendapatan petani. Perubahan iklim berdampak pada kemampuan Negara untuk menyediakan kebutuhan pangan, sebagaimana disebutkan dalam Anonim (2012:1), bahwa Indonesia menjadi importir beras dunia dengan volume hampir 3 juta ton di tahun 2011, berdasarkan catatan International Grains Council di London. Menurut Adiyoga, et al. (2012:6), cara alternatif untuk mengetahui bagaimana iklim berubah adalah dengan menanyakannya kepada petani. Namun demikian, pengetahuan petani mengenai perubahan iklim masih sangat terbatas, sehingga diperlukan pendekatan melalui prosedur pertanyaan yang sesuai dengan pengetahuan petani. Berdasarkan uraian tersebut masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengetahuan petani padi sawah terhadap perubahan iklim di Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo? 2. Apa sajakah dampak perubahan iklim yang dirasakan petani padi sawah di Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo? 3. Bagaimanakah strategi adaptasi yang dilakukan petani padi sawah di Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten terhadap perubahan iklim? 4. Bagaimanakah perbedaan rata-rata pendapatan yang diperoleh petani padi sawah di Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo antara
9 9 petani dengan strategi adaptasi kategori sangat adaptif dengan kategori cukup dan belum adaptif? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengetahuan petani padi sawah terhadap perubahan iklim di Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. 2. Menganalisis dampak perubahan iklim yang dirasakan petani padi sawah di Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. 3. Mengetahui strategi adaptasi yang dilakukan petani padi sawah terhadap perubahan iklim di Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. 4. Menganalisis beda rata-rata pendapatan yang diperoleh petani padi sawah di Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo antara petani dengan strategi adaptasi kategori sangat adaptif dengan kategori cukup dan belum adaptif. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini yaitu: 1. Bagi pembaca, ini diharapkan bisa menjadi bahan informasi dan tambahan pengetahuan dalam penelitian yang sejenis. 2. Bagi Petani, semoga bisa digunakan untuk bahan pertimbangan pengambilan keputusan pada saat menghadapi permasalahan yang sama. 3. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk mengembangkan teknologi dan inovasi bidang pertanian yang bisa disosialisasikan kepada masyarakat luas, khususnya dalam menghadapi permasalahan yang berhubungan dengan perubahan iklim. 4. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman, serta menjadi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk menyusun penelitian lanjutan dengan menganalisa hubungan
10 10 perubahan iklim terhadap migrasi massal sebagai potensi ancaman besar di masa yang akan datang, dan hubungan perubahan iklim terhadap diversifikasi nafkah yang ada dalam masyarakat petani.
BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG
KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah. Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan
Lebih terperinci2. Awal Musim kemarau Bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter serta diikuti oleh dasarian berikutnya.
I. PENGERTIAN A. DEFINISI AWAL MUSIM 1. Awal Musim hujan Bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter serta diikuti oleh dasarian berikutnya. 2. Awal Musim
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan
Lebih terperinciSEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH
SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH Joko Sutrisno 1, Sugihardjo 2 dan Umi Barokah 3 1,2,3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciTABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012
Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)
Lebih terperinciKeadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015
KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA JAW A TENGAH 1996-2011 ISSN : 0854-6932 No. Publikasi : 33531.1204 Katalog BPS : 5203007.33 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : 245 halaman Naskah : Bidang Statistik
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH
No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013
No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH
BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas
Lebih terperinciTABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN
TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0
Lebih terperinciLUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH
LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH OUT LINE 1. CAPAIAN PRODUKSI 2. SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN 3. CAPAIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang terbentang luas, area pertanian di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia sebagian besar berprofesi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi
1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki lahan perikanan yang cukup besar. Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan untuk mendukung upaya pengembangan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan fungsi beras sebagai makanan pokok bagi hampir seluruh penduduk. Pentingnya keberadaan beras
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu pemanasan global yang diindikasikan sebagai penyebab perubahan iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah kondisi dimana terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional, dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan
Lebih terperinciBADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH KONSOLIDASI LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015
BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH KONSOLIDASI LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015 1 2 (a) PADA TAHUN 2008 BANK DUNIA MEMPERINGATKAN BAHWA CADANGAN PANGAN INDONESIA BERADA DALAM TITIK TERENDAH
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang terletak diantara Samudra Pasifik-Hindia dan Benua Asia-Australia, serta termasuk wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN
No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciHASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)
No. 74/12/33 Th.VII, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM JAWA TENGAH TAHUN 2013 SEBANYAK 3,31 JUTA RUMAH TANGGA, TURUN 28,46 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
96 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Dalam bab ini, akan dipaparkan secara umum tentang 14 kabupaten dan kota yang menjadi wilayah penelitian ini. Kabupaten dan kota tersebut adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi perhatian pemerintah, karena tingkat konsumsi masyarakat akan kedelai sangatlah besar yaitu 2,23 juta
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun 2000-an kondisi agribisnis tembakau di dunia cenderung
Lebih terperinciINFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono
INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan
Lebih terperinciREKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017
REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL 13-17 JULI 2017 NO SIMBOL JENIS STAND NOMOR STAND INSTANSI 1 1 Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah 2 2 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi
Lebih terperinciIR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961
IR. SUGIONO, MP Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961 1 BBPTU HPT BATURRADEN Berdasarkan Permentan No: 55/Permentan/OT.140/5/2013 Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden yang
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG. Bab 1 Pendahuluan 1-1
Bab 1 Pendahuluan 1-1 1.1 TINJAUAN UMUM 1 BAB I PENDAHULUAN Sumber Daya Air merupakan salah satu unsur utama untuk kelangsungan hidup manusia, disamping itu air juga mempunyai arti penting dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Keadaan Geografis a. Letak Geografis Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak antara 5 o 4 dan 8 o 3 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pandangan pembangunan ekonomi modern memiliki suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan ekonomi modern tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang amat subur sehingga tidak dapat dipungkiri lagi sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Data dalam Badan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 728 112 20 1,955 2,178 2,627 1,802 9,422 57,379 16.42 2 Purbalingga 70 50 11 471
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN
Lebih terperinciKONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH
KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi umum Provinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pemerintahan, wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut : A. Administrasi Pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinciDAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA
30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 08/05/33/Th.I, 15 Mei 2007 TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH MENURUN 0,1% Tingkat Penganguran Terbuka di Jawa Tengah pada Februari 2007 adalah 8,10%. Angka ini 0,10% lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan
Lebih terperinciRUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH
RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciSINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017
PAPARAN SEKRETARIS DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 Ungaran, 19 Januari 2017 Struktur Organisasi
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t
PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranannya dalam memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan. perekonomian Indonesia. Akan tetapi, meskipun mampu menyerap tenaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling penting peranannya dalam memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan perekonomian Indonesia. Akan tetapi, meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk
Lebih terperinciPENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016
PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 NO KAB./KOTA L P JUMLAH 1 KABUPATEN REMBANG 820 530 1.350 2 KOTA MAGELANG 238 292 530 3 KABUPATEN WONOGIRI 2.861
Lebih terperinciPENEMPATAN TENAGA KERJA
PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2015 NO. KAB./KOTA 2015 *) L P JUMLAH 1 KABUPATEN SEMARANG 3,999 8,817 12816 2 KABUPATEN REMBANG 1,098 803 1901 3 KOTA.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan ialah metode penelitian eksplanatoris. Penelitian eksplanatoris merupakan penelitian yang bersifat noneksploratif,
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia umumnya dikelilingi oleh lautan yang berada antara samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Samudera ini menjadi sumber kelembaban utama uap air
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Provinsi Jawa Tengah Sensus Ekonomi 2016 No. 37/05/33 Th. XI, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Hasil Pendaftaran
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaah Terhadap Kebijakan Nasional Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018, Kementerian PPN/Bappenas memangkas prioritas nasional agar lebih fokus menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72
Lebih terperinciPENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH
PENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH Rachman Djamal, dkk Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang Telp.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TARUN 2116 PERUBAHANPERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN2015 KEBUTUHAN DAN HARGAECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIANDI
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09
Lebih terperinciGambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,
No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan
Lebih terperinciEVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH
EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat terhadap desentralisasi di berbagai pemerintahan di belahan dunia. Bahkan banyak negara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi (Oryza Sativa) Tanamanpadimerupakantanamansemusim,termasukgolonganrumputrumputandenganklasifikasisebagaiberikut:
Lebih terperinciLampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap 15.24 6.68 22.78 1676090 2 Kab. Banyumas 18.44 5.45 21.18 1605580 3 Kab. Purbalingga 20.53 5.63 21.56 879880 4 Kab. Banjarnegara
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat
Lebih terperinciP E N G A N T A R. Jakarta, Maret 2017 Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng
P E N G A N T A R Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan September dan Prakiraan Musim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional, guna mewujudkan cita-cita
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan Provinsi yang termasuk ke dalam Provinsi yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2014
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar
Lebih terperinciTIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal
LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Lebih terperinciRAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, Oktober 2015
RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA 2016 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 29-30 Oktober 2015 1 1. 2 REALISASI ANGGARAN APBN TA 2015 SATKER PAGU ANGGARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Dimasa pergantian era reformasi pembangunan manusia merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pemerintah di Indonesia, bahkan tidak hanya di Indonesia di negara-negara
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan di Indonesia karena sektor pertanian mampu menyediakan lapangan kerja, serta
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
BAB I BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah
Lebih terperinci