Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Pasekan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Pasekan."

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Letak Geografis Kecamatan Pasekan merupakan salah satu dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan ini termasuk salah satu Kecamatan yang baru berdiri, yaitu sekitar awal tahun Pembentukan Kecamatan Pasekan berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2005 yang terdiri dari 6 Desa, yaitu Pagirikan, Pasekan, Brondong, Pabeanilir, Totoran dan Karanganyar dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Barat : Kecamatan Cantigi Sebelah Timur : Laut Jawa Sebelah Selatan : Kecamatan Sindang dan Kecamatan Indramayu Sebelah Utara : Laut Jawa Kondisi geografis Kecamatan Pasekan berada pada ketinggian ± 2 m di atas permukaan laut. Curah hujan mencapai mm/tahun dan jumlah hari dengan curah hujan terbanyak mencapai 45 hari. Suhu berkisar antara 21ºC-30ºC. Tipologi Kecamatan Pasekan pada umumnya merupakan daerah pesisir/pantai dengan bentuk wilayah datar berombak (Pasekan dalam angka 2012) Kependudukan Jumlah penduduk di Kecamatan Pasekan pada tahun 2011 adalah jiwa dengan kepala keluarga. Jumlah penduduk berdasarkan jenis dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Pasekan. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Laki-laki Perempuan Total Sumber : Pasekan dalam angka

2 34 Masyarakat di Kecamatan pasekan sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak jiwa, petani yang dimaksud tersebut adalah orang yang bekerja bercocok tanam padi dan orang yang bekerja mengelola perikanan (pembudidaya). Luas wilayah kecamatan ini adalah 73km 2 pada tahun 2012 dimana sebagian besar pemanfaatan lahan tersebut digunakan untuk budidaya perikanan (Tabel 6). Tabel 6. Pemanfaatan Lahan Dalam Sektor Perikanan di Kecamatan Pasekan. Komoditas Luas Lahan Hasil per Ha Produksi (Kw) (Ha) (Kw/Ha) Bandeng Udang Windu Mujaer , Ikan Mas Sumber : Pasekan dalam angka Karakteristik Pembudidaya Pembudidaya di Kecamatan Pasekan terbagi atas kelompok-kelompok budidaya, dimana dalam satu kelompok tersebut terdapat ketua, sekretaris dan anggota yang berjumlah 10 hingga 30 orang pembudidaya, namun ada pula pembudidaya yang tidak memiliki kelompok. Keuntungan dari pembentukan kelompok ini adalah apabila pemeritah Kabupaten Indramayu mendapatkan bantuan dalam bidang perikanan, maka kelompok-kelompok tersebut yang akan diberikan bantuan secara langsung melaui ketua anggota dan bagi yang tidak memiliki kelompok tidak mendapatkan bantuan. Nama dari kelompok budidaya bandeng di Kecamatan Pasekan adalah Timbul jaya, Makmur lestari, Udang jaya, Sayun jaya, Mina pancer, dan Mina Langgeng Karakteristik Tingkat Umur Struktur umur menurut analisis demografi penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15 tahun; (b) kelompok umur produktif, usia tahun; dan (c) kelompok umur tua, usia 65 tahun ke atas. Struktur umur penduduk dikatakan muda apabila proporsi penduduk umur

3 Responden (Orang) 35 muda sebanyak 40% atau lebih sementara kelompok umur tua kurang atau sama dengan 5%. Sebaliknya suatu struktur umur penduduk dikatakan tua apabila kelompok umur mudanya sebanyak 30% atau kurang sementara kelompok umur tuanya lebih besar atau sama dengan 10% (Tjiptoherijanto 2001). Tingkatan umur pembudidaya di Kecamatan Pasekan rata rata 39,52 tahun dengan kisaran antara 25 sampai 60 tahun (Gambar 3), usia tersebut tergolong dalam usia produktif untuk melakukan suatu kegiatan usaha. Usia produktif dalam hal ini berarti fase dimana seseorang telah telah mampu melaksanakan produksi dari segi ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri maupun orang lain Umur (Tahun) Gambar 3. Karakteristik tingkat umur responden. Presentase karakteristik tingkat umur pembudidaya bandeng Kecamataan Pasekan pada Gambar 3, menunjukkan bahwa sebagian besar tingkatan umur pembudidaya bandeng berada pada kisaran tahun yaitu sebanyak 63%, Sedangkan kisaran umur terendah adalah tahun dengan presentase 3%. Rendahnya responden pada kisaran umur tahun disebabkan karena pada usia ini para pembudiya memiliki kondisi fisik yang kurang memadai untuk melakukan kegiatan budidaya, seperti halnya gampang terserang penyakit dan keterbatasan tenaga, sehingga kegiatan budidaya tersebut biasaya akan dilanjutkan oleh anak-anaknya yang lebih muda.

4 Karakteristik Tingkat Pendidikan Salah satu indikator penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu modal dasar manusia yang harus dipenuhi untuk mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sektor pendidikan memainkan peran utama untuk membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitas produksi agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro 2006). Pendidikan merupakan suatu proses yang dipakai individu untuk memperoleh pengetahuan atau wawasan, dan mengembangkan sikap ataupun ketrampilan. Pendidikan juga berarti segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis, dan intensional, dibantu oleh metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu (Kartono 1977). Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan, tingkah laku dan sikap seseorang, dan hal ini semestinya terkait dengan tingkat pandapatan seseorang. Artinya secara rata-rata makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin memungkinkan orang tersebut memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Selain itu pendidikan juga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sehingga terkait dengan kehidupan sehari-hari. Orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi lebih bermanfaat karena baik dengan sengaja maupun tidak sengaja menyebarluaskan pengetahuannya sewaktu mereka bergaul dalam masyarakat dan juga lebih mudah memahami sikap orang lain sehingga lebih menciptakan kerukunan di dalam kehidupan bermasyarakat (Taringan 2006). Tingkat pendidikan yang pernah dialami oleh pembudidaya bandeng di Kecamatan Pasekan tergolong masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari dominasi jumlah responden yang hanya lulusan sekolah dasar (SD) (Gambar 4). Jumlah pembudidaya bandeng berpendidikan SD sebanyak 66% dari total pembudidaya, sementara SMP dan SMA masing-masing hanya 14 dan 17%.

5 37 1% 2% 17% 14% 66% SD SMP SMA D3 S1 Gambar 4. Karakteristik tingkat pendidikan responden. Presentase karakteristik tingkat pendidikan pembudidaya bandeng Kecamatan Pasekan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa 66% tingkat pendidikan adalah sekolah dasar (SD). Tingginya Presentase pada tingkat pendidikan tersebut disebabkan karena keterbatasan biaya untuk pendidikan serta kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan yang akan berpengaruh terhadap cara berfikir serta kemampuan konseptual dalam usaha budidaya pembesaran bandeng. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Atmanti (2005) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu investasi non fisik dimana tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan dapat menjamin perbaikan yang terus berlangsung dalam tingkat teknologi yang digunakan masyarakat, serta pendidikan merupakan bagian dari modal insani (human capital) yang berperan dalam peningkatan produktivitas seseorang Karakteristik Lama Pengalaman Budidaya Bandeng Pengalaman adalah sebagai suatu ukuran tentang lama waktu atau masa kerjanya yang telah ditempuh seseorang dalam memahami tugas tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakannya dengan baik (Foster 2001). Pengalaman kerja berkaitan dengan kemampuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Pengalaman tidak hanya ditinjau dari keterampilan,

6 38 keahlian, dan kemampuan yang dimiliki saja, akan tetapi dapat dilihat dari pengalaman seseorang yang telah bekerja atau lamanya bekerja pada suatu bidang pekerjaan. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki akan semakin terampil dalam menjalankan pekerjaannya. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pengalaman kerja seseorang adalah waktu, frekuensi, jenis, tugas, penerapan, dan hasil (Djauzak 2004). Kegiatan usaha budidaya ikan bandeng yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Pasekan telah dimulai lebih dari 30 tahun yang lalu. Hal ini terlihat dari salah satu responden yang telah melakukan budidaya lebih dari 30 tahun lamanya. Rata-rata lama pengalaman budidaya dari keseluruhan responden adalah 9,36 tahun. Adapun presentase tingkat lama pengalaman budidaya bandeng di Kecamatan Pasekan dapat dilihat pada Gambar 5. 21% 4% 29% 4% 1% 41% Gambar 5. Karakteristik lama pengalaman budidaya. Presentase pengalaman budidaya bandeng di Kecamatan Pasekan pada Gambar 5 diatas menunjukkan bahwa presentase tertinggi pembudidaya dengan kisaran pengalaman 2-6 tahun, ini berarti bahwa pembudidaya di Kecamatan Pasekan sebagian besar baru mulai menjalankan usaha budidaya bandeng. Hal ini dikarenakan bandeng merupakan komoditas yang paling digemari di Jawa sehingga permintaan ikan bandeng semakin meningkat (Mansyur et al. 2000) yang menyebabkan sebagian masyarakat tertarik dan mulai menggeluti usaha budidaya bandeng.

7 Keadaan Umum Usaha Budidaya Bandeng Luas Lahan Luas lahan budidaya bandeng di Kecamatan Pasekan berkisar antara 1 hingga 15 Ha (Tabel 7). Luas lahan yang dimiliki pembudidaya seluruhnya adalah milik pribadi, sehingga tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan. Tabel 7. Jumlah responden menurut luas lahan. No. Luas Tambak (Ha) Jumlah Presentase (%) (Responden) Total Mayoritas pembudidaya bandeng memiliki luas tambak 1 5 Ha, dimana jumlah reponden pada kisaran ini adalah sebanyak 74 orang. Peringkat terendah adalah pada kisaran luas tambak Ha. Minimnya jumlah responden pada kisaran Ha dikarenakan hanya sebagian kecil masyarakat yang memiliki modal besar untuk mengelola tambak, dimana semakin luas tambak yang dimiliki, maka semakin tinggi biaya produksi yang dikeluarkan. Zulmi (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi luas lahan maka produksi yang dihasilkan semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah luas lahan maka produksi yang dihasilkan semakin rendah Benih 1. Padat Tebar Padat penebaran benih pada budidaya pembesaran bandeng di Kecamatan Pasekan berkisar antara sampai ekor tiap hektarnya, hal ini disesuaikan dengan modal yang dimiliki serta luas lahan yang dimiliki pembudidaya. Adapun jumlah serta presentase padat tebar dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.

8 40 Tabel 8. Jumlah Responden Menurut Padat Tebar. No. Padat Tebar (Ekor/Ha) Jumlah (Orang) 1 < > Total 95 Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pembudidaya menerapkan padat tebar dengan kisaran > 5.000ekor/Ha, hal ini menunjukkan bahwa budidaya pembesaran bandeng di Kecamatan Pasekan adalah sistem intensif. Hal ini sesuai dengan SNI 7309;2009 tentang produksi bandeng ukuran konsumsi secara intensif ditambak dimana padat penebaranya adalah 5-10ekor/m 2 ( ekor/Ha), namun pada kenyataannya mayoritas pembudidaya masih bergantung pada pakan alami, sehingga dapat dikatakan budidaya masih bersifat semi intensif. Hal ini didukung oleh pernyataan Kadarini (2012) yang menyatakan bahwa budidaya semi intensif ditandai dengan padat tebar rendah dan masih mengandalkan pakan di lingkungannya (pakan alami) yang dilakukan di tambak karena biasanya akan tumbuh plankton sebagai pakan alami untuk ikan. Pada padat tebar rendah peluang ikan untuk mendapatkan pakan lebih banyak tetapi dalam usaha budidaya kurang efisien karena ada tempat yang terpakai sehingga tidak optimal. Sebaliknya padat tebar tinggi membutuhkan pakan lebih banyak yang dapat mempengaruhi kualitas air yang akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup (sintasan). 2. Sumber Benih Sumber benih dalam kegiatan budidaya bandeng di Kecamatan Pasekan berasal dari lokasi setempat yaitu dari Pasekan (Gambar 6), dan ada pula yang berasal dari luar yaitu dari Pulau Bali. Pembudidaya di Kecamatan Pasekan telah mampu melakukan pembenihan sendiri, akan tetapi benih yang dihasilkan masih berkualitas rendah serta harga yang lebih tinggi yaitu Rp.60,-/ekor sampai Rp.80,- /ekor dibandingkan dengan benih yang berasal dari Bali yaitu Rp.27,-/ekor sampai Rp.50,-/ekor (Tabel 9). Selain itu benih yang dihasilkan dari Kecamatan Pasekan belum mampu memenuhi jumlah permintaan benih di Kecamatan tersebut. Hal ini

9 41 dikarenakan minimnya pembudidaya yang berkecimpung di bidang pembenihan dan mayoritas lebih memilih bidang pembesaran, karena pembudaya tersebut berasumsi bahwa usaha pembenihan memiliki resiko tinggi, dibutuhkan tingkat kontrol yang tinggi dan kurang menguntungkan dibandingkan usaha pembesaran.. Gambar 6. Benih bandeng dalam kemasan. Responden yang menggunakan benih dari Bali adalah sebnayak 54 orang, dan responden yang menggunakan benih yang berasal dari Pasekan sebanyak 41 orang. Banyaknya responden yang menggunakan benih dari Bali dikarenakan kualitas benih lebih bagus serta harganya lebih murah. Adapun jumlah responden menurut harga benih per ekor dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Jumlah Responden Menurut Harga Benih Per ekor. No. Harga Benih (Rp/ekor) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 27, , , , , Total Tabel 9 diatas menunjukkan adanya keragaman harga benih. Keragaman harga tersebut disebabkan oleh : (1) perbedaan waktu pembelian, misalnya pembudaya A membeli benih pada bulan Januari dengan harga Rp.50,-/ekor, pembudidaya B membeli benih pada bulan Juli dengan harga Rp.80,-/ekor, harga tersebut disesuaikan dengan elastisitas modal yang dikeluarkan pada waktu

10 42 tersebut; (2) perbedaan tempat pembelian benih; (3) perbedaan sumber benih (Pasekan dan Bali). 3. Biaya Transportasi Benih Benih yang akan digunakan dalam budidaya bandeng didatangkan langsung oleh suplayer benih ke pembudidaya. Biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan benih atau biaya transportasi benih berkisar antara Rp.0,- hingga Rp ,- (Tabel 10). Tabel 10. Jumlah Responden Menurut Biaya Transportasi Benih. No. Biaya Transportasi Benih (Rp) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 0, , , Total Biaya transportasi benih pada Tabel 10 di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak mengeluarkan biaya (Rp.0,-). Pada dasarnya biaya transportasi benih dari suplayer ke pembudidaya tidak ada patokan biaya, namun para pembudidaya memberikan upah sukarela kepada suplayer benih tersebut yaitu sebesar Rp ,- dan Rp ,- sebagai pengganti uang makan ataupun uang bensin Pakan 1. Jenis Pakan Pakan yang digunakan pada budidaya bandeng dibagi menjadi 2 yaitu pakan pemula dan pakan lanjutan. Pakan pemula adalah pakan yang diberikan pada saat benih berukuran 0,5-5cm atau berumur sekitar 1 sampai 3 bulan. Sebagian responden hanya mengandalkan pakan alami yang berupa lumut atau klekap sebagai pakan pemula, dan sebagian lainnya menggunakan pakan buatan. Penggunaan pakan buatan pada saat benih ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi benih karena persediaan pakan alami yang ada tidak mencukupi, sehingga benih tersebut dapat tumbuh optimal serta terhindar dari kematian.

11 43 Pakan lanjutan adalah pakan yang diberikan pada saat benih telah mencapai umur lebih dari 3 bulan. Jenis pakan yang digunakan oleh tiap responden dalam budidaya bandeng tidak hanya satu merk saja, seorang responden dalam melakukan budidaya bandeng bisa menggunakan minimal dua merk pakan sampai tiga merk pakan, hal ini disesuaikan dengan umur ikan. Pada fase benih yaitu berumur 0 sampai 3 bulan, ikan diberi pakan pemula yaitu pakan buatan berupa pelet serbuk yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pada fase ikan berumur lebih dari 3 bulan, ikan diberi pakan berupa pelet yang berukuran lebih besar. 2. Harga Pakan Harga pakan pemula untuk 1 Kg pakan berkisar antara Rp. 0,- sampai dengan Rp ,- (Tabel 11). Harga pakan pemula Rp. 0,-/kg maksudnya adalah responden tersebut tidak menggunakan pakan pemula hanya mengandalkan pakan alami, sehingga tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk pakan pemula. Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Harga Pakan Pemula. No. Harga pakan Pemula (Rp/Kg) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 0, , , , Total Jumlah responden menurut harga pakan pemula pada Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak menggunakan pakan pemula, hal ini disebabkan oleh asusmsi pembudidaya bahwa penggunaan pakan alami berupa plankton dan klekap sudah mampu memenuhi kebutuhan nutrisi benih bandeng. Selain itu penggunaan pakan buatan dapat meningkatkan biaya produksi. Dhean (2012) menyatakan bahwa penggunaan pakan alami memiliki beberapa keunggulan yaitu kualitas air terjaga karena apabila pakan alami tidak termakan maka tidak menyebabkan tumpukan bahan organik didasar perairan, tidak mudah rusak akibat pengaruh lingkungan karena wujudnya berupa organisme hidup yang

12 44 mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mudah dicerna oleh ikan terutama plankton, karena memeiliki dinding sel yang tipis. Harga pakan lanjutan berkisar antara Rp.6.000,-/kg sampai dengan Rp ,-/kg. Rata-rata dari harga pakan seluruh responden adalah Rp.7.526,31/kg. Adapun jumlah responden menurut harga pakan lanjutan adalah tertuang pada Tabel 12 dibawah ini. Tabel 12. Jumlah Responden Menurut Harga Pakan Lanjutan. No. Haga pakan lanjutan (Rp/kg) Jumlah (Orang) Presentase (%) , , , , Total Harga pakan lanjutan pada Tabel 12 diatas menunjukkan adanya keragaman harga. Keragaman harga tersebut disebabkan oleh perbedaan waktu pembelian dan perbedaan tempat pembelian pakan. Harga pakan dapat berubahubah mengikuti harga bahan baku dalam pembuatan pakan. 3. Biaya Transportasi Pakan Pakan yang akan digunakan oleh responden baik pakan pemula maupun pakan lanjutan didistribusikan atau dikirimkan langsung dari suplayer ke pembudidaya bandeng. Biaya untuk transportasi pakan pada dasarnya tidak ada patokan biaya (gratis), namun ada beberapa pembudidaya yang memberikan bayaran sukarela kepada kurir dari suplayer pakaan tersebut. Biaya sukarela yang dikeluarkan pembudidaya ini berkisar antara Rp.0,- sampai dengan Rp ,- (Tabel 13). Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk transportasi pakan adalah Rp ,84.

13 45 Tabel 13. Jumlah Responden Menurut Biaya Transportasi Pakan. No. Biaya Transportasi Pakan (Rp) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 0, , , , Rp ,- 1 1 Total Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengeluarkan biaya transportasi. Pada dasarnya biaya transportasi benih dari suplayer ke pembudidaya tidak ada patokan biaya, namun para pembudidaya memberikan upah sukarela kepada suplayer benih tersebut yaitu sebesar Rp ,-, Rp ,- dan Rp ,- sebagai pengganti uang makan ataupun uang bensin Pupuk Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang dimanfaatkan ikan secara tidak langsung. Pupuk dibagi menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami juga dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk anorganik merupakan pelengkap yang dapat menyediakan zat hara secara cepat untuk kebutuhan pakan alami. Pakan alami yang bisa ditumbuhkan di tambak sebagai pakan utama ikan bandeng adalah kelekap, yaitu kumpulan berbagai jenis jasad dasar yang komponen utamanya terdiri dari alga biru (Cyanophyceae) dan diatom (Bacillariophyceae) (Yulham et al. 2000). Marsono dan Lingga (2001) menjelaskan lebih terperinci tentang maanfaat dari pemupukan yaitu : A. Manfaaat pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika Tanah : Memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Mengurangi erosi pada permukaan tanah Sebagai penutup tanah dan dapat memperbaiki struktur tanah dibagian permukaan.

14 46 B. Manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah Menyediakan unsur hara yang diperlukan bagian tanaman. Membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Memperbaiki keasaman tanah. Pupuk yang digunakan dalam budidaya pembesaran bandeng di Kecamatan Pasekan adalah pupuk TSP dan Urea (Gambar 7). Pemberian kedua jenis pupuk ini dimaksudkan untuk menumbuhkan pakan alami (klekap). Gambar 7. Campuran dari pupuk Urea dan pupuk TSP. Harga pupuk TSP berkisar antara Rp ,-/Kg sampai dengan Rp ,-/Kg, dan harga pupuk urea berkisar antara Rp ,-/Kg sampai dengan Rp /Kg. Rata-rata biaya pupuk yang dikeluarkan oleh responden adalah Rp ,9. Adapun biaya pupuk yang dikeluarkan oleh responden dalam budidaya bandeng dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Jumlah Responden Menurut Biaya Pemupukan No. Biaya pupuk (Rp/Ha/Siklus) Jumlah (orang) Presentase (%) 1 tidak menggunakan pupuk , , , total

15 47 Biaya pemupukan per Ha pada tabel 14 diatas menunjukan bahwa 33 responden berada pada kisaran Rp ,-/Ha/siklus. Besarnya biaya pemupukan disesuaikan dengan kondisi tambak pasca panen, apabila kondisi pada dasar tambak dianggap masih layak maka tidak perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan dianggap perlu dilakukan apabila pembudidaya tidak menggunakan pakan pemula, sehingga dari pemupukan ini diharapkan dapat menumbuhkan pakan alami Probiotik Probiotik yang digunakan oleh pembudidaya bandeng di Kecamatan Pasekan adalah Raja Bandeng (Gambar 8). Probiotik ini digunakan sebagian besar responden untuk meningkatkan sistem imunitas dari bandeng. Apabila ikan dalam keadaan sehat maka pertumbuhan bandeng semakin cepat, hal ini dikarenakan energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk tumbuh, dan apabila sistem imunitas bandeng rendah maka akan mudah terserang penyakit sehingga energi dari pakan yang seharusnya digunakan untuk tumbuh akan beralih fungsi untuk menyembuhkan penyakit, hal ini berakibat pada pertumbuhan dari bandeng tersebut lambat. Hal ini didukung oleh pernyataan Haetami (2008) bahwa penggunaan probiotik secara langsung akan meningkatkan efektivitas mikroba usus yang pada gilirannya meningkatkan pertumbuhan. Gambar 8. Probiotik Raja Bandeng. Biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk probiotik berkisar anatara Rp ,- sampai dengan Rp ,-. Dimana rata-rata dari biaya prebiotik yang dikeluarkan responden adalah Rp ,4. Adapun jumlah responden berdasarkan biaya prebiotik tertuang pada tabel 15 berikut ini.

16 48 Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Biaya Probiotik. No. Biaya Probiotik Rp/Ha/Siklus Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 Tidak menggunakan pupuk , , Total Tabel 15 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pembudidaya berada pada kisaran biaya probiotik Rp ,-/Ha/Siklus. Besarnya biaya untuk probiotik ini tergantung dari luas lahan dan banyaknya jumlah benih yang diterbar. Selain itu ada pula beberapa responden yang memilih tidak menggunakan probiotik, hal ini karena responden tersebut beranggapan bahwa menggunakan probiotik atau tidak hasilnya akan tetap sama, selain itu juga karena keterbatasan biaya dari responden tersebut Produksi Produksi atau hasil panen dari budidaya pembesaran bandeng di Kecamatan Pasekan berkisar antara 900 kg/ha/siklus sampai dengan kg/ha/siklus (Tabel 16), dimana dalam satu tahun hanya satu siklus panen dengan lama pemeliharaan 8 hingga 12 bulan. Banyak sedikitnya produksi tersebut tergantung dari luas lahan serta jumlah benih yang di tebar. Rata-rata produksi dari responden adalah 5.589,579 kg/th. Tabel 16. Jumlah Responden Menurut Produksi. No. Produksi (Kg/Ha/Siklus) Jumlah (Orang) Presentase (%) Total Tabel 18 di atas menunjukan bahwa sebagian besar pembudiaya memiliki produksi dengan kisaran kg/ha/siklus, dimana mayoritas padat penebaran benih adalah pada kisaran > ekor/ha/siklus. Yakob dan Ahmad (1997)

17 49 menyatakan bahwa budidaya bandeng konsumsi dengan lama pemeliharaan 4 bulan dengan padat tebar ditingkatkan sampai nener/ha/musim, maka akan dapat dihasilkan bandeng konsumsi kg (perbandingan nener dan panen=1:10). Maka dapat disimpulkan bahwa produksi bandeng di Kecamatan Pasekan masih rendah (pebandingan nener dan panen=1:5) Harga Jual Bandeng Harga jual bandeng dari pembudidaya bandeng ke tengkulak adalah Rp ,-/kg dan harga jual bandeng dari tengkulak ke konsumen adalah Rp ,-/kg terhitung pada bulan Maret sampai April Dari harga jual tersebut jumlah ikan dalam 1 kg yaitu 1-5ekor (Size 5). Pujianto (2012) menyebutkan bahwa harga bandeng dari pekerja tambak di Kabupaten Rembang Jawa Tengah pada bulan Januari 2013 lalu adalah Rp ,-/kg dengan size 5-6 ekor. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa harga jual bandeng di Kecamatan Pasekan tergolong masih tinggi, hal ini terlihat dari harga jual bandeng per kg adalah Rp ,- dengan size 1-5ekor Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam budidaya bandeng di Kecamatan Pasekan dibagi menjadi 3 yaitu (1) tenaga kerja yang diperlukan untuk persiapan lahan adalah 2-3 orang/ha, dimana upah yang diberikan kepada masing-masing tenaga kerja dalah Rp ,-/hari; (2) tenaga kerja yang diperlukan selama masa pemeliharaan adalah 1 orang untuk 2-6Ha tambak, dimana upah yang diberikan menggunakan sistem bagi hasil yaitu 60% untuk pemilik tambak dan 40% untuk pekerja tambak (upah diberikan pasca panen). Mayoritas pembudidaya di Kecamatan Pasekan tidak menggunakan tenaga kerja untuk persiapan lahan dan lebih memilih menggunakan tenaga sendiri; (3) tenaga kerja yang diperlukan untuk pemanenan adalah 2-4 orang/ha. Upah yang diberikan kepada pekerja disesuaikan dengan hasil produksi yaitu Rp. 250,-/Kg, apabila produksi yang dihasilkan cukup tinggi maka upah yang diberikan semakin tinggi.

18 Teknik Budidaya Komoditas Budidaya Teknik budidaya ikan yang diterapkan oleh kelompok budidaya bandeng di Kecamatan Pasekan merupakan kegiatan budidaya dengan memelihara dua komoditas dalam satu petak tambak dalam waktu yang berbeda, dimana komoditas dalam budidaya ini dibagi menjadi 2 yaitu budidaya udang windu dan bandeng. Budidaya udang windu dilakukan pada saat musim penghujan, hal ini dikarenakan salinitas air tidak terlalu tinggi. Tingginya salinitas pada musim kemarau akan berakibat pada pertumbuhan udang menjadi lambat karena energi dari pakan digunakan untuk berdaptasi dengan lingkungan dan sulitnya molting. (2) Budidaya bandeng dilakukan pada saat memasuki musim kemarau, hal ini dikarenakan bendeng lebih toleran terhadap salinitas (Euryhaline) hingga 158ppt (Burhanuddin et al. 1994) Pengelolaan Tambak 1. Persiapan Tambak Petak tambak dikuras airnya kemudian tanah dasar atau caren diangkat lumpurnya dan di teplok pada sisi-sisi tanggul. Hal ini dilakukan untuk menutup kemungkinan adanya lubang-lubang perembesan sekaligus untuk memperbaiki tanggul. Setelah lumpur diangkat, tanah dasar tambak dan pelataran tambak diratakan dan digemburkan dengan menggunakan cangkul. Setelah itu, lahan tambak dijemur selama ± 1 minggu. Setelah tanah mengering, pupuk urea dan TSP ditebarkan ke dalam tambak. Pupuk berfungsi untuk menambahkan pakan alami. Setelah itu, air dimasukkan ke dalam tambak setinggi ± 40 cm melalui pintu air, paralon, atau dengan bantuan pompa air. Air yang dimasukkan ke dalam tambak disaring untuk mencegah masuknya hama dan penggangu. Sebelum nener ditebar, lahan tambak yang sudah terisi air didiamkan selama 2-5 hari. 2. Penebaran nener Sebelum benih bandeng ditebar, air tambak dimasukkan dalam kemasan kantung plastik yang berisi nener dengan perbandingan 1:1, artinya jika di dalam

19 51 kantung plastik terdapat 1 ml air maka air tambak yang dimasukkan juga sebanyak 1 ml. Proses ini disebut aklimatisasi yaitu penyesuaian terhadap keadaan lingkungan berbeda yang berguna untuk mencegah terjadinya stress pada benur. Selama proses aklimatisasi, nener di dalam kemasan kantung plastik didiamkan selama menit sebelum akhirnya di tebar ke dalam tambak. 3. Pemeliharaan Masa pemeliharaan bandeng berkisar antara 6-12 bulan, hal tersebut disesuaikan dengan ukuran bandeng yang dikehendaki pembudidaya. Pemberian pakan pemula berupa pelet bubuk dilakukan pada saat benih berumur 0-3 bulan, dalam hal ini sebagian besar pembudidaya bandeng di Kecamatan Pasekan tidak menggunakan pakan pemula, mereka berasumsi bahwa pakan alami sudah cukup untuk pemenuhan nutrisi benih dan untuk menghemat biaya produksi. Pemberian pakan lanjutan dilakukan setelah masa pemeliharaan sekitar 3 bulan. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali sehari (pagi dan sore) dengan jumlah pakan yang diberikan per hari 5% dari berat badannya. Pemberian probiotik selama pemeliharaan dilakukan oleh pembudidaya jika memang diperlukan. Probiotik yang digunakan adalah raja bandeng. Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan mengisi tambak dengan air dari saluran sekunder. Penggantian air dilakukan rata-rata setiap 1 minggu sekali dengan menggunakan bantuan pompa air. 4. Pemanenan Pemanenan bandeng dilakukan setelah 6-12 bulan. Kegiatan panen dilakukan dengan cara membuang air tambak melalui paralon dengan bantuan pompa air. Di sekitar paralon di pasang waring/wadong sehingga bandeng yang ikut terbawa arus air akan masuk ke dalam waring/wadong tersebut. Setelah air surut biasanya dilakukan pendorongan ke arah waring/wadong dengan menggunakan bantuan karung yang berisi rumput. Jika masih ada sisa bandeng yang tidak terbawa dilakukan mengambilan langsung dengan tangan. Peralatan panen biasanya disediakan oleh buruh panen. Kegiatan panen dilakukan oleh

20 52 buruh dengan jumlah rata-rata sebanyak 2-4 orang/hektar/penen, upah yang diberikan kepada buruh disesuaikan dengan hasil penen. Semakin besar hasil panen maka upah akan semakin besar. Upah tersebut belum termasuk biaya makan. Konsumsi buruh selama kegiatan panen ditanggung oleh pemilik tambak Permasalahan Budidaya bandeng Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya bandeng adalah mahalnya harga pakan tidak sebanding dengan kualitas pakan, dimana kualitas pakan sekarang lebih rendah dibandingkan jaman dahulu (sebelum tahun 2000). Kualitas pakan yang rendah tersebut berakibat pada lambatnya pertumbuhan ikan. Permasalahan selanjutnya adalah pasokan air sulit didapat pada saat musim kemarau. Masalah ini dihadapi oleh pembudidaya yang memiliki lahan budidaya jauh dari laut, sehingga saluran sekunder yang biasanya sebagai sumber air, tidak dapat menyalurkan air seperti pada musim penghujan, biasanya pembudidaya memperoleh pasokan air dengan cara memompa air dari laut. 4.5 Analisis Faktor-Faktor Produktivitas Faktor-faktor produktivitas dianalisis dengan menggunakan Regresi Linear Berganda dengan menggunakan alat uji SSPS versi 20 dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengujian model statistik tersebut meliputi : (1) Persamaan regresi linear berganda; (2) evaluasi kriteria ekonomi yang terdiri dari : uji tingkat kebaikan model (R square atau R 2 ), Uji pengaruh parameter secara serentak (uji F) dan uji parameter secara individu (uji T). (3) Evaluasi kriteria ekonometrik yang terdiri dari : uji asumsi normalitas, uji asumsi autokorelasi, uji asumsi multikolinearitas, dan uji asumsi heteroskedastisitas Produktivitas Berdasarkan Biaya Nilai koefesien regresi menunjukkan perubahan rata-rata hasil produktivitas bagi setiap perubahan satuan masing-masing produktivitas (Tabel 17). Arah perubahan tergantung pada tanda nilai koefesien regresi masing-masing faktor produktivitas tersebut. Nilai koefesien regresi bertanda positif menunjukan

21 53 perubahan faktor produktivitas akan searah dengan perubahan hasil produktivitas, sebaliknya bila nilai koefesien bertanda negatif menunjukkan perubahan faktor produktivitas akan mengurangi hasil produktivitas. Tabel 17. Hasil Analisis Faktor-Faktor Produktivitas. Variabel Koefesien Regresi t hitung F hitung Konstanta ,354 38,128 Kualitas benih (X 1 ) -13,224-20,812* Konversi pakan (X 2 ) ,101-14,748* Luas lahan (X 3 ) -0,002-0,295 Lama pengalaman budidaya (X 4 ) -95,045-2,733* Pendidikan (X 5 ) -5,058-0,028 Umur (X 6 ) 187,199 1,444 R 2 0,869 F-tabel 2,203 97,252 T-tabel 1,66 Durbin-Watson 1,403 Keterangan : * : Berpengaruh nyata terhadap produktivitas. 1. Persamaan Regresi Linear Berganda Nilai koefesien regresi menujukan nilai B dari masing-masing variabel, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = ,354-13,224X ,101X 2-0,002X 3-95,045X 4-5,058X ,199X 6 Keterangan : Y X 1 X 2 : Produktivitas (Rp/Kg) : Kualitas benih (Kg) : Konversi pakan (Kg) X 3 : Luas Lahan (m 2 ) X 4 X 5 X 6 : Lama pengalaman (Tahun). : Pendidikan : Umur (Tahun)

22 54 Interpretasi : Variabel yang memiliki tanda koefesien positif adalah variabel X 6 (umur), hal ini dikarenakan keseluruhan pembudiaya di Kecamatan Pasekan berada pada kisaran umur produktif yaitu tahun (Tjiptoherijanto 2001) Variabel dengan tanda koefesien negatif terdapat pada variabel X 1 (kualitas benih), X 2 (konversi pakan), X 3 (luas lahan), X 4 (lama pengalaman) dan X 5 (pendidikan), hal ini berarti bahwa jika variabel X 1, X 2, X 3, X 4, dan X 5 meningkat satu satuan maka produktivitas akan menurun sebesar satu satuan tersebut. Variabel yang berpengaruh besar terhadap produktivitas berdasarkan biaya adalah variabel X 2 atau konversi pakan. Juarno et al. (2011) menyatakan bahwa pakan merupakan salah satu kendala dalam budidaya dimana ditinjau dari mahalnya harga pakan Indonesia yaitu 40% lebih tinggi dibandingkan China karena belum efesiennya pemasaran dan terkonsentrasinya pabrik pakan, selain itu penggunaan pakan berlebih berpotensi mencemari lingkungan dan meningkatkan serangan penyakit. 2. Evaluasi Kriteria Statistik Koefesien determinasi (R 2 ) menunjukkan hasil sebesar 0,869. Hal ini berarti variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model dapat menjelaskan bahwa 86,9% variasi dari hasil produktivitas berdasarkan biaya dapat dijelaskan dari keenam variabel yang ada pada model regresi linear yaitu kelangsungan hidup benih, konversi pakan, luas lahan, lama pengalaman budidaya, pendidikan dan umur. sedangkan sisanya 13,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model analisis. Uji F dilakukan untuk menggambarkan pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen (Setyorini et al. 2009). Uji f dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan F-tabel. Hasil model regresi linear diperoleh nilai F hitung lebih besar dari F-tabel yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor produktivitas yaitu kualitas benih, konversi pakan, luas lahan,

23 55 lama pengalaman budidaya, pendidikan dan umur berpengaruh terhadap produktivitas berdasarkan biaya. Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh dari variabel terhadap produktifitas budidaya bandeng di Kecamatan Pasekan. Apabila nilai T hitung lebih besar dari T-tabel maka variabel tersebut signifikan, demikian sebaliknya (Purnamasari 2008). Hasil dari model regresi menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas berdasarkan biaya adalah variabel X 1, X 2, dan X 4, hal ini ditunjukkan dengan nilai T hitung pada ketiga variabel tersebut lebih besar dari nilai T-tabel (1,66). 3. Evaluasi Kriteria Ekonometrika Uji asumsi normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunya distribusi normal. Uji asumsi normalitas dilakukan dengan menggunakan grafik normal probability plot. Asumsi normalitas pada suatu model regresi dapat terpenuhi apabila nilai Y berdistribusi normal terhadap nilai X. Hasil model regresi diperoleh grafik normal probability plot (Gambar 9), yaitu penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik. Gambar 9. Grafik normal probability plot.

24 56 Grafik normal probability plot pada Gambar 9 terlihat bahwa nilai Y menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis tersebut, sehingga model regresi tersebut memenuhi standar normalitas. Janie (2012) menyatakan bahwa model regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar disekitar garis diagonal. Uji asumsi autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lainnya. Uji asumsi autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Kaidah yang digunakan yaitu jika nilai Durbin- Watson diatara -2 sampai 2 maka tidak terjadi autokorelasi (Santoso 2001). Nilai Durbin-Watson pada model linear (Tabel 17), menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi karena nilai Durbin-Watson berada antara -2 sampai 2. Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menunjukkan adanya derajat korelasi yang tinggi diatara variabel-variabel bebas dan dapat dilihat dari nilai Variance Inlation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel bebas. Semakin tinggi nilai VIF, maka masalah multikolinearitas semakin serius. Kaidah yang digunakan yaitu apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 artinya tidak terjadi masalah multikolinearitas yang tinggi (Sarwoko 2005). Adapun nilai VIF pada tiap variabel independen dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Nilai VIF Model Regresi Linear Variabel VIF Kualitas benih (X 1 ) Konversi pakan (X 2 ) Luas lahan (X 3 ) Lama pengalaman budidaya (X 4 ) Pendidikan (X 5 ) Umur (X 6 ) Tabel 18 diatas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10, yang berarti dari keenam variabel tersebut tidak terjadi multikolinearitas yang tinggi. Uji asumsi heteroskedastis dapat dilihat pada grafik Scatterplot (Gambar 10). Titik-titik pada grafik Scatterplot tersebar secara acak dan tidak membentuk

25 57 pola tertentu, sehingga pada model regresi linear tidak terjadi masalah heteroskedastis (Purnamasari 2008) Gambar 10. Grafik Scatterplot Produktivitas Berdasarkan Luas Nilai koefesien regresi menunjukkan perubahan rata-rata hasil produktivitas bagi setiap perubahan satuan masing-masing produktivitas (Tabel 19). Arah perubahan tergantung pada tanda nilai koefesien regresi masing-masing faktor produktivitas tersebut. Nilai koefesien regresi bertanda positif menunjukan perubahan faktor produktivitas akan searah dengan perubahan hasil produktivitas, sebaliknya bila nilai koefesien bertanda negatif menunjukkan perubahan faktor produktivitas akan mengurangi hasil produktivitas.

26 58 Tabel 19. Hasil Analisis Faktor-Faktor Produktivitas. Variabel Koefesien Regresi t hitung F hitung Konstanta 0, Kualitas benih (X 1 ) -6, * Konversi pakan (X 2 ) 0, Luas lahan (X 3 ) -8, Lama pengalaman budidaya (X 4 ) 0, * Pendidikan (X 5 ) 0, * Umur (X 6 ) -0, R 2 0,286 F-tabel 2,203 5,865 T-tabel 1,66 Durbin-Watson 0,412 Keterangan : * : Berpengaruh nyata terhadap produktivitas. 1. Persamaan Regresi Linear Berganda Nilai koefesien regresi menujukan nilai B dari masing-masing variabel, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,051 6,999X 1 + 0,015X 2 8,013X 3 + 0,005X 4 + 0,021X 5 0,001X 6 Keterangan : Y : Produktivitas (kg/th/m 2 ) X 1 X 2 : Kualitas benih (Kg) : Konversi pakan (Kg) X 3 : Luas Lahan (m 2 ) X 4 X 5 X 6 : Lama pengalaman (Tahun). : Pendidikan : Umur (Tahun) Interpretasi : Variabel yang memiliki tanda koefesien positif adalah variabel X 2 (konversi pakan), X 4 (lama pengalaman) dan X 5 (Pendidikan), hal ini berarti bahwa jika pakan, lama pengalaman budidaya serta pendidikan pembudidaya meningkat satu satuan maka akan meningkatkan produktivitas sebesar satu satuan tersebut.

27 59 Variabel dengan tanda koefesien negatif terdapat pada variabel X 1 (kualitas benih), X 3 (luas lahan), dan X 6 (umur), hal ini berarti bahwa jika variabel X 1, X 3, dan X 6 mengalami peningkatan sebesar satu satuan, maka produktivitas cenderung mengalami penurunan. Variabel yang berpengaruh besar terhadap produktivitas berdasarkan luas adalah variabel X 3 atau luas lahan, hal ini sesuai dengan pernyataan Purnamasari (2011) bahwa semakin tinggi luas lahan maka produktivitas semakin tinggi. Juarno (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi luas lahan, maka usaha budidaya lebih bersifat ekstensif dan semakin sedikit buruh per area yang dibutuhkan, sehingga biaya yang dikeluarkan cenderung lebih rendah. Hasil studi Gunaratne (1996) menyatakan bahwa luas tambak berkorelasi negatif pada sistem budidaya ekstensif dan semi intensif, namun berkorelasi positif pada sistem budidaya intensif. 2. Evaluasi Kriteria Statistik Koefesien determinasi (R 2 ) menunjukkan hasil sebesar 0,286. Hal ini berarti variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model dapat menjelaskan bahwa 28,6% variasi dari hasil produktivitas berdasarkan biaya dapat dijelaskan dari keenam variabel yang ada pada model regresi linear yaitu kelangsungan hidup benih, konversi pakan, luas lahan, lama pengalaman budidaya, pendidikan dan umur. sedangkan sisanya 71,4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model analisis. Uji F dilakukan untuk menggambarkan pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen (Setyorini et al. 2009). Uji f dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan F-tabel. Hasil model regresi linear diperoleh nilai F hitung lebih besar dari F-tabel yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor produktivitas yaitu kualitas benih, konversi pakan, luas lahan, lama pengalaman budidaya, pendidikan dan umur berpengaruh terhadap produktivitas berdasarkan luas. Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh dari variabel terhadap produktifitas budidaya bandeng di Kecamatan Pasekan. Apabila nilai

28 60 T hitung lebih besar dari T-tabel maka variabel tersebut signifikan, demikian sebaliknya (Purnamasari 2008). Hasil dari model regresi menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas berdasarkan luas adalah variabel X 1, X 4, dan X 5, hal ini ditunjukkan dengan nilai T hitung pada ketiga variabel tersebut lebih besar dari nilai T-tabel (1,66). 3. Evaluasi Kriteria Ekonometrika Uji asumsi normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunya distribusi normal. Uji asumsi normalitas dilakukan dengan menggunakan grafik normal probability plot. Asumsi normalitas pada suatu model regresi dapat terpenuhi apabila nilai Y berdistribusi normal terhadap nilai X. Hasil model regresi diperoleh grafik normal probability plot (Gambar 11), yaitu penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik. Gambar 11. Grafik normal probability plot.

29 61 Grafik normal probability plot pada Gambar 9 terlihat bahwa nilai Y menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis tersebut, sehingga model regresi tersebut memenuhi standar normalitas. Janie (2012) menyatakan bahwa model regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar disekitar garis diagonal. Uji asumsi autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lainnya. Uji asumsi autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Kaidah yang digunakan yaitu jika nilai Durbin- Watson diatara -2 sampai 2 maka tidak terjadi autokorelasi (Santoso 2001). Nilai Durbin-Watson pada model linear (Tabel 19), menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi karena nilai Durbin-Watson berada antara -2 sampai 2. Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menunjukkan adanya derajat korelasi yang tinggi diatara variabel-variabel bebas dan dapat dilihat dari nilai Variance Inlation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel bebas. Semakin tinggi nilai VIF, maka masalah multikolinearitas semakin serius. Kaidah yang digunakan yaitu apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 artinya tidak terjadi masalah multikolinearitas yang tinggi (Sarwoko 2005). Adapun nilai VIF pada tiap variabel independen dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Nilai VIF Model Regresi Linear Variabel VIF Kualitas benih (X 1 ) Konversi pakan (X 2 ) Luas lahan (X 3 ) Lama pengalaman budidaya (X 4 ) Pendidikan (X 5 ) Umur (X 6 ) Tabel 18 diatas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10, yang berarti dari keenam variabel tersebut tidak terjadi multikolinearitas yang tinggi.

30 62 Uji asumsi heteroskedastis dapat dilihat pada grafik Scatterplot (Gambar 12). Titik-titik pada grafik Scatterplot tersebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu, sehingga pada model regresi linear tidak terjadi masalah heteroskedastis (Purnamasari 2008) Gambar 12. Grafik Scatterplot. 4.6 Tingkat produktivitas Produktivitas Berdasrkan Biaya Penghitungan produktivitas biaya sesuai dengan motede penelitian pada bab 3 maka diperoleh hasil sebagai berikut : Produktivitas (Rp/kg) = = = Rp ,50/kg

31 63 Berdasarkan hasil penghitungan dari rumus produktivitas berdasarkan biaya diatas maka diketahui nilai dari produktivitasnya adalah sebesar Rp ,50/kg, hal ini berarti bahwa biaya yang dikeluarkan oleh pembudidaya untuk menghasilkan 1kg ikan adalah sebesar Rp ,-, dimana harga jual dari pembudidaya ke tengkulak adalah sebesar Rp ,-. Hal ini berarti bahwa dari setiap 1kg ikan, pembudidaya memperoleh untung sebesar 0,95%, dengan asumsi bahwa semakin rendah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1kg ikan berarti semakin tinggi produktivitasnya, sebaliknya semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk memeproduksi 1kg ikan berarti semakin rendah produktivitasnya. Adapun kisaran produktivitas per satuan biaya tiap responden dapat dilihat pada Tabel 21 dibawah ini : Tabel 21. Kisaran Produktivitas Berdasaran Biaya. No. Produktivitas (Rp/Kg) Jumlah (responden) Presentase (%) , , Total Tabel 21 diatas menunjukkan bahwa mayoritas pembudidaya berada pada kisaran Rp ,-/kg, yang berarti bahwa biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1kg ikan adalah Rp ,-/kg. Maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas berdasarkan biaya di Kecamatan Pasekan tergolong kedalam tingkat produktivitas rendah. Kisaran produktivitas Rp ,-/kg atau produktivitas tinggi adalah pada kelompok budidaya Mina Pancer (Lampiran 5). Tingginya produktivitas pada kelompok budidaya tersebut dikarenakan pada variabel X 1 atau kualitas benih memiliki volume tertinggi dan pada variabel X 2 atau konversi pakan memiliki nilai volume terendah dibandingkan kelompok budidaya lain. Hal ini berarti bahwa pada kelompok budidaya ini mampu mengoptimalkan volume pakan seminimal mungkin dengan volume penebaran benih yang tinggi. Prabowo (2013) menyatakan bahwa jumlah pakan dalam pemeliharaan bandeng adalah 5-7% dari bobot tubuhnya dengan kadar protein 25-28% maka bandeng tersebut akan tumbuh optimal.

32 Produktivitas Berdasarkan Luas Penghitungan produktivitas luas sesuai dengan motede penelitian pada bab 3 maka diperoleh hasil sebagai berikut : Produktivitas (kg/m 2 /th) = = = 0,12027 kg/m 2 /th Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus produktivitas luas diatas maka diketahui nilai dari produktivitas adalah sebesar 0,12kg/m 2. Hal ini berarti bahwa dari 1m 2 luas lahan yang dimiliki keseluruhan pembudidaya menghasilkan produksi sebesar 0,12kg/m 2, dimana semakin tinggi produksi yang dihasilkan dari 1m 2 luas lahan maka produktivitas semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah produksi yang dihasilkan dari 1m 2 luas lahan maka produktivitas semakin rendah. Budidaya pembesaran bandeng di Kecamatan Pasekan tergolong kedalam sistem semi intensif hal ini terlihat dari teknologi yang digunakan masih minim serta masih bergantung pada pakan alami dan didukung oleh pakan buatan. Crespi dan Coche (2008) menyatakan bahwa Produksi yang dihasilkan dari sistem semi intensif adalah kg/ha/th (0,2-2kg/m 2 /th). Adapun kisaran produktivitas berdasarkan biaya dari tiap responden dapat dilihat pada Tabel 22 dibawah ini : Tabel 22. Kisaran Produktivitas Berdasaran Luas. No. Produktivitas (kg/m 2 /th) Jumlah (responden) Presentase (%) 1 0, , Total Tabel 22 diatas menunjukkan bahwa mayoritas pembudidaya berada pada kisaran 0,2 kg/m 2 /th, yang berarti bahwa dari luas lahan 1m 2 menghasilkan produktivitas 0,2 kg/m 2 /th. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas berdasarkan luas di Kecamatan Pasekan tergolong rendah. Kisaran produktivitas

33 65 0,2 kg/m 2 /th adalah pada kelompok budidaya Makmur Lestari (Lampiran 5), hal ini disebabkan oleh keseluruhan pembudiya pada kelompok ini menggunakan probiotik dan obat-obatan yaitu ursal dan raja bandeng, dimana biaya yang dikeluarkan dalam 1siklus adalah sebesar Rp disesuaikan dengan banyaknya benih yang ditebar serta luar lahan yang dimiliki. Biaya probiotik dan obat-obatan tersebut merupakan biaya paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain. Produktivitas berdasarkan luas di Kecamatan Pasekan dapat ditingkatkan memalui sistem intensif. Crespi dan Coche (2008) menyatakan bahwa sistem intensif adalah sistem budidaya dengan tingkat kontrol, teknologi dan biaya awal yang tinggi, sehingga dapat menghasilkan produksi sebesar kg/ha/th. 4.7 Analisis Finansial Sapto (2011) menyatakan bahwa analisa usaha perikanan budidaya bertujuan untuk mengetahui gambaran penerimaan dan keuntungan yang diperoleh serta beberapa lama kemungkinan modal investasi tersebut dapat dikembalikan. Modal merupakan sesuatu atau sejumlah uang yang dikeluarakan/dikorbankan guna mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat diartikan sebagai pengorbanan barang atau jasa. Adapun dilihat secara khusus biaya tersebut dapat dibagi menjadi 2 (dua) investasi yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). 1. Biaya Tetap merupakan biaya yang besarnya tidak akan dipengaruhi oleh tingkat operasi pada periode waktu tertentu. Biaya ini harus dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan teknis meskipun tidak operasional (sedang tidak operasional). Biaya ini selalu dihubungkan dengan usia teknis sarana atau prasarana yang dipakai serta umur pakai yang berlaku lebih dari satu tahun penggunaannya. Adapun biaya tetap dalam kaitan dengan pemeliharaan udang dan ikan ditambak adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan peralatan-peralatan yang akan dipergunakan untuk operasional budidaya tersebut, misalnya : sewa tambak, pompa air, perbaikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6,41' - 7,19' Lintang Selatan dan diantara 107 22' - 108 5' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Budidaya Bandeng ( Chanos chanos

KATA PENGANTAR Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Budidaya Bandeng ( Chanos chanos KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu 6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Tambak Karakteristik sosial ekonomi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasokan ikan nasional saat ini sebagian besar berasal dari hasil penangkapan ikan di laut, namun pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap disejumlah negara dan perairan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan usahatani udang vannamei didukung oleh beberapa faktor

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan usahatani udang vannamei didukung oleh beberapa faktor V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Udang Vannamei Petani merupakan seseorang yang melakukan usahatani dengan beberapa input yang bertujuan untuk mendapatkan hasil dari usahanya. Keberhasilan petani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pengalaman berusaha, dan status kepemilikan lahan penambak. Usaha tambak merupakan usaha yang membutuhkan tenaga yang banyak.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pengalaman berusaha, dan status kepemilikan lahan penambak. Usaha tambak merupakan usaha yang membutuhkan tenaga yang banyak. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Penambak Udang Identitas penambak merupakan suatu yang penting dalam usaha tambak, karena petambak merupakan faktor utama dalam mengatur usaha udang vanname, jika penambak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan usahatani. Umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya.

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1, Mei PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa.l) DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan

I. PENDAHULUAN. Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan salah satu peluang untuk kegiatan budidaya tambak baik yang dilakukan secara tradisional maupun intensif.

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dari penelitian ini adalah CV.Nusaena Konveksi yang beralamat di

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dari penelitian ini adalah CV.Nusaena Konveksi yang beralamat di BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Lokasi dan waktu penelitian Lokasi dari penelitian ini adalah CV.Nusaena Konveksi yang beralamat di Jalan Pembangunan Gg. Samoa No. 12 Rumbai - Pekanbaru. Penelitian ini di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Jatiluhur dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan.

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembesaran ikan nila Ikan nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini bukan asli perairan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas

Lebih terperinci

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) Usaha pembesaran bandeng banyak diminati oleh orang dan budidaya pun tergolong cukup mudah terutama di keramba jaring apung (KJA). Kemudahan budidaya bandeng

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerja sama usaha ternak ayam broiler

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerja sama usaha ternak ayam broiler 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kerja sama usaha ternak ayam broiler Perternak sebagai plasma Perusahaan sebagai inti Kecamatan Gunung Pati Menyediakan: Lahan, kandang, tenaga kerja,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Kelompok Budi Daya Mitra Gemah Ripah merupakan salah satu kelompok usaha kecil menengah bidang perikanan darat yaitu budi daya udang galah. Kelompok usaha tersebut

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG LAMPIRAN Lampiran 1 KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG 1. Keadaan Umum Responden 1.1. Identitas Responden 1. Nama : (L / P) 2. Umur : tahun 3. Alamat : RT /

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Budidaya Tambak Kegiatan budidaya tambak merupakan pemanfaatan wilayah pesisir sebagai lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Udang adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang termasuk komoditas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian 4.1.1. Letak Geografis Desa Penelitian BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data sekunder, Desa Batur merupakan salah desa di wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Letak Geografis Kota Palembang terletak pada posisi antara 2 52 sampai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Letak Geografis Kota Palembang terletak pada posisi antara 2 52 sampai BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kota Palembang Letak Geografis Kota Palembang terletak pada posisi antara 2 52 sampai 3 5 Lintang Selatan dan 104 52 Bujur Timur dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas seperti sekarang ini membuat masyarakat harus membuat terobosan baru dalam suatu pekerjaan dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Jumlah karyawan operasional Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas pemadam

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH Analisis pendapatan pada usaha budidaya udang galah akan menjelaskan apakah usaha yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak yaitu dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Rambah Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2013. 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Data Primer

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan

Lebih terperinci

Lampiran 1.Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Bandeng di Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Lestari Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal No. Resp.

Lampiran 1.Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Bandeng di Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Lestari Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal No. Resp. LAMPIRAN 7 8 Lampiran 1.Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Bandeng di Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Lestari Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal No. Resp. Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Pendidikan Jumlah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut merupakan Statistik Deskriptif variabel dependen dan variabel. Tabel 4.1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut merupakan Statistik Deskriptif variabel dependen dan variabel. Tabel 4.1 46 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Berikut merupakan Statistik Deskriptif variabel dependen dan variabel independen. Tabel 4.1 Sumber : output SPSS Dari tabel diatas dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Selatpanjang yang terletak di JL.Diponegoro, No. 85 A B Selatpanjang Kab.

BAB III METODE PENELITIAN. Selatpanjang yang terletak di JL.Diponegoro, No. 85 A B Selatpanjang Kab. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu penelitian Lokasi tempat penelitian ini dilakukan di CV. Istana Motor Selatpanjang yang terletak di JL.Diponegoro, No. 85 A B Selatpanjang Kab. Kepulauan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Keadaan Wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa dan merupakan provinsi paling timur di Pulau Jawa. Letaknya pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHA GARAM RAKYAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHA GARAM RAKYAT DI DAERAH PENELITIAN 63 VI. KERAGAAN USAHA GARAM RAKYAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Deskripsi Petani Responden Petani reponden hampir semuanya merupakan petambak ikan di musim hujan. Petambak ikan inilah yang mengembangkan usaha

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Oleh : Hamdani

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena permintaannya terus meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Permintaan Beras di Kabupaten Kudus Faktor-Faktor Permintaan Beras Harga barang itu sendiri Harga barang lain Jumlah penduduk Pendapatan penduduk Selera

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi PKL Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah tingkat Provinsi yang mempunyai fungsi menyebar luaskan teknologi perbenihan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 7.1. Karakteristik Umum Responden Responden penelitian ini adalah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang sedang memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pesisir LIPI (2007), menyatakan daerah pesisir adalah jalur tanah darat atau kering yang berdampingan dengan laut, di mana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi secara langsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. produk dapat menentukan permintaan produk tersebut di pasaran. Semakin baik

BAB III METODE PENELITIAN. produk dapat menentukan permintaan produk tersebut di pasaran. Semakin baik 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikiran Kualitas produk merupakan hal yang perlu diperhatikan karena kualitas produk dapat menentukan permintaan produk tersebut di pasaran. Semakin baik kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa BAB III METODE PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Jenis data yang dipakai adalah data sekunder, berupa data-data laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pendidikan responden dan berdasarkan jenis kelamin responden. Untuk lebih

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pendidikan responden dan berdasarkan jenis kelamin responden. Untuk lebih BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Analisis identitas responden dalam penelitian ini dilihat dari beberapa sisi, diantaranya adalah berdasarkan tingkat usia responden, tingkat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara administrasi Desa Keburuhan mempunyai batas wilayah yaitu sebelah utara

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara administrasi Desa Keburuhan mempunyai batas wilayah yaitu sebelah utara IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Keburuhan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. Desa Keburuhan memiliki luas daerah 130,8330 Ha. Secara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari:

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari: 1. Data laporan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Penambak Udang di Desa Karangsewu. Imorenggo dan Pakualaman Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Penambak Udang di Desa Karangsewu. Imorenggo dan Pakualaman Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Penambak Udang di Desa Karangsewu Penambak udang yang menjadi sampel adalah penambak udang di Dusun Imorenggo dan Pakualaman Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham contoh sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas operasional, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap harga saham kerangka pikir yang diajukan sbb. laba akuntansi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI Tingkat efisiensi ekonomi dari faktor-faktor produksi dapat dilihat dari besarnya rasio Nilai Produk Marjinal (NPM)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani dalam melakukan kegiatan usahatani membutuhkan benih padi sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Demografi Responden Dalam Bab ini penulis akan membahas mengenai hasil penelitian dan analisisnya yang telah dilakukan. Data penelitian ini diolah dengan

Lebih terperinci